Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ejaan merupakan hal yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa
terutama dalam ragam bahasa tulis. Yang dimaksudkan dengan ejaan sendiri
adalah hal-hal yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk
singkatan, akronim, angka dan lambang bilangan serta penggunaan tanda baca.
Oleh karena itu, kita memerlukan ejaan untuk membantu memperjelas komunikasi
yang di sampaikan secara tertulis. Dalam beberapa kurun waktu ini, Indonesia
mengalami beberapa perubahan ejaan. Sebelum EYD diresmikan pada tanggal 16
agustus 1972, Indonesia telah menggunakan beberapa ejaan. Awalnya
menggunakan Ejaan Van Ophuysen, lalu Ejaan Republik ( Ejaan Soewandi ),
Ejaan Pembaharuan, Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), baru
kemudian Ejaan Yang Disempurnakan diresmikan sampai sekarang ini.
Dalam hubungannya dengan pembakuan bahasa, ejaan mempunyai fungsi
yang penting yaitu : sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata dan
peristilahan, serta sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain
kedalam bahasa Indonesia. Mengingat pentingnya fungsi itu pembakuan ejaan
perlu di capai terlebih dahulu agar dapat menunjang pembakuan aspek aspek
kebahasaan lain.
Namun, bukan berarti kita harus menggunakan bahasa Indonesia sesuai
dengan ejaan melainkan kita boleh menggunakan bahasa yang tidak baku/bahasa
percakapan yang tidak formal. Karena sebenarnya penggunaan bahasa pada
dasarnya digunakan sesuai dengan situasi pemakaian.dan dalam kehidupan sehari-
hari sering sekali kita mendengar dan menjumpai orang-orang yang sulit
mengungkapkan apa yang ada di dalam fikirannya. kita pun juga sering
menjumpai banyak orang-orang yang boros pemakaian sebuah kata ,namun tidak
memiliki makna yang begitu berarti. Oleh karan itu agar kita tidak seperti dua hal
tersebut. maka kita harus mengetahiu penting nya peranan kata dalam kehidupan
sehari-hari.

1
2

Sebuah kata mengandung makna bahawa sebuah kata mengungkapkan


gagasan.kata adalah alat untuk menyampaikan gagasan yang akan disampaiakan
kepada orang lain. Semakin banyak kata yang kita kuasai semakin banyak juga ide
atau gagasan yang kita kuasai dan sanggup kita ungkapkan.
Manusia berkomunikasi lewat bahasa ,agar saling memahami antara
pembicara dan pendengar maka pemilihan suatu kata yang tepat adalah satu faktor
penentu dalam komunikasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi  rumusan makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)?
2. Bagaimana Ruang Lingkup (EBI)?
3. Bagaimana Penulisan Huruf ?
4. Bagaimana Penulisan Kata?
5. Bagaimana Penulisan Singkatan dan Akronim?
6. Bagaimana Penulisan Angka Bilangan?
7. Bagaimana Penulisan Tanda Baca?

C.  TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah:
1. Mengetahui Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
2. Mengetahui Ruang Lingkup (EBI)
3. Mengetahui Penulisan Huruf
4. Mengetahui Penulisan Kata
5. Mengetahui Penulisan Singkatan dan Akronim
6. Mengetahui Penulisan Angka Bilangan
7. Mengetahui Penulisan Tanda Baca
3

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN EJAAN BAHASA INDONESIA (EBI)


Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat
akhiran –an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan
dari bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahasa lisan
terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara
digunakan huruf arab untuk menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama kali
penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan Van
Ophuijsen.
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-
huruf) serta penggunaan tanda baca. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan
kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata;
sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar
masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk
hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fonetis dan ejaan fomenis. Ejaan fonetis
ialah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf, setelah
mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa (diagram).
Dengan demikian akan terdapat banyak lambang atau huruf yang dipergunakan
untuk menyatakan bunyi-bunyi bahasa itu. Ejaan fonemis ialah ejaan yang
4

berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambang atau satu huruf, sehingga
jumlah lambang yang diperlukan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan
jumlah lambang dalam ejaan fonetis.
Tentang pengaturan yang merupakan usaha pembinaan bahasa Indonesia,
dapat dilihat antara lain pada aspek ejaannya. Dengan usia yang relatif masih
muda, bahasa Indonesia sudah tiga kali mengalami sistem ejaan. Sistem ejaan
yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
 Ejaan Ch. A. Van Ophuysen
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1901 sampai tahun 1947. Ejaan ini
merupakan warisan dari ejaan bahasa Melayu yang menjadi dasar dan asal
bahasa Indonesia.
 Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1947 sampai dengan tahun 1972.
 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan
(EYD). EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972.
Ejaan dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya
penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima
tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan
K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari
pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur
serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam
penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan
sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat
kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat
tulisan dengan cara yang baik dan benar.
5

2. RUANG LINGKUP EJAAN BAHASA INDONESIA


1. P ENULISAN HURUF
a. Huruf Kapital atau Huruf Abjad
 Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral,
Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak
memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik
25 % dari tahun sebelumnya.
 Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama
nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda,
bahasa Inggris. Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun.
Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng
Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-
batakan, mengindonesiakan.
 Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke
teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor,
salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang,
peuyeum bandung dan telur brebes.
 Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik
6

Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan


Negara.
 Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan
Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi
yang Menghilang.

b. Huruf Miring
 Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda
Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.

 Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing


Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata. Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.

 Penulisan kata ilmiah


Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan
cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali
yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola,
turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.

2. PENULISAN KATA
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu-kesatuan.
7

Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
b. Kata turunan
 Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: bergeletar, dikelola, penatapan, menengok, mempermainkan.
 Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
 Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran unsur gabungan kata itu ditulis serangkai
Misalnya:menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,
penghancur leburan.
 Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi,gabungan kata itu ditulis serangkai
Contoh:antarkota, dasawarsa, adipati, audiogram, ekstrakurikuler,
elektroteknik, introspeksi, semipropesional, dan lain-lain.

c. Penulisan Kata Ulang


1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara
unsur-unsurnya.

Misalnya:
buku-buku ramah-tamah
hati-hati sayur-mayur
Catatan:
(1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama saja. Misalnya:
surat kabar → surat-surat kabar
kapal barang → kapal-kapal barang
8

(2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva


ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur
keduanya dengan makna yang berbeda.
Misalnya:
orang besar → orang-orang besar
orang besar-besar
gedung tinggi → gedung-gedung tinggi
gedung tinggi-tinggi
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan

3. PENULISAN SINGKATAN DAN AKRONIM


a. Penulisan Singkatan
Menurut PUEBI ada beberapa cara dan panduan penulisan singkatan yang
tepat. Hal ini digolongkan berdasarkan penulisan untuk nama orang, jabatan,
nama organisasi, ditulis dengan huruf kapital, dan diikuti tanda titik atau tidak.
 Singkatan ditulis menggunakan huruf kapital diikuti dengan titik di setiap
huruf singkatannya Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan atau
pangkat ditulis menggunakan hururf kapital/besar diikuti dengan tanda
titik pada setiap unsur singkatan/huruf itu.
Contohnya sebagai berikut:
 W.R. Supratman = Wage Rudolf Supratman
 M.B.A. = Master of Business Administration
 S.Kom = Sarjana Komunikasi
 Sdr. = Saudara
 Singkatan ditulis menggunakan huruf kapital tanpa disertai titik setelahnya
Singkatan yang terdiri dari huruf awal setiap kata nama lembaga
9

pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau


organisasi serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa
diikuti tanda titik, misalnya:
 UGM = Universitas Gajah Mada
 PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa
 PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia
 UUD = Undang Undang Dasar
 Singkatan ditulis menggunakan tiga huruf kecil dan diikuti tanda titik
Penulisan singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih harus diikuti
dengan tanda titik di belakangnya.
Misalnya:
 dsb. = dan sebagainya
 dll. = dan lain-lain
 hlm. = halaman
 ybs. = yang bersangkutan

 Pemakaian singkatan untuk surat menyurat Kata-kata yang lazim dipakai


dalam surat menyurat dapat ditulis dengan singkatan, asalkan masing-
masing unsurnya ditulis menggunakan huruf kecil dan diikuti tanda titik
disetiap unsurnya. Seperti contoh berikut:
 a.n. = atas nama
 d.a. = dengan alamat
 s.d. = sampai dengan
 u.b. = untuk beliau
 Penulisan singkatan untuk lambang kimia dan satuan ukuran Kata yang
mempresentasikan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan dan
mata uang dapat disingkat tanpa diikuti tanda titik. Seperti:
 Na = Natrium
 Mg = Magnesium
 cm = sentimeter
 mA = milliampere
10

b. Penulisan Akronim
Adapun cara menulis akronim yang benar menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) adalah sebagai berikut.
 Menulis akronim menggunakan huruf kapital tanpa tanda titik Akronim
yang menrupakan nama diri, lembaga atau komunitas ditulis menggunakan
huruf besar tanpa diikuti tanda titik setelahnya.
Contohnya: • BIG = Badan Informasi Geospasial
 BIN = Badan Intelijen Negara
 PASI = Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
 LAN = Lembaga Administrasi Negara
 LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
 IDI = Ikatan Dokter Indonesia

 Menulis akronim menggunakan huruf kapital di awal kata Akronim ditulis


menggunakan huruf kapital di awal kata apabila merupakan gabungan
suku kata atau huruf dan suku kata. Misalnya:
 Bulog = Badan Urusan Logistik
 Suramadu = Surabaya-Madura
 Mabbim = Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
 Sumut = Sumatera Utara
 Menulis akronim dengan huruf kecil Akronim yang bukan nama diri
berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata,
ditulis menggunakan huruf kecil.
Contohnya sebagai berikut:
 pemilu = pemilihan umum
 puskesmas = pusat kesehatan masyarakat
 rudal = peluru kendali
 tilang = bukti pelanggaran
 iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi.
11

4. PENULISAN ANGKA BILANGAN


Untuk menyatakan bilangan tingkat, harus diberi awalan ke- dan garis
penghubung (-) sehingga penulisannya sebagai berikut:
Contoh: juara ke-2
bangku ke-3 dari depan
abad ke-20
Untuk angka Romawi tidak perlu menggunakan awalan ke- dan garis
penghubung.
Contoh: juara II
bangku III dari depan
abad XX

5. PENULISAN TANDA BACA

a. Tanda Titik (. )

 Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
             Biarlah mereka duduk di sana.   
 Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang
Misalnya:  A. S. Kramawijaya
 Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Dr.                   (Doktor)  
     
b. Tanda Koma ( , )
 Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan
melainkan. Misalnya:  Saya ingin datang, tetapi hari hujan.            
12

c. Tanda Titik Koma (; ) 


 Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagianbagian
kalimat yang sejenis dan setara.  Misalnya: Malam makin larut; kami
belum selesai juga. 
 Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. 
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran pilihan pendengar.

d. Tanda Titik Dua ( : ) 


 Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian.  Misalnya: Yang kita perlukan
sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
 Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.

Misalnya:    Ketua      : Ahmad Wijaya


                     Sekretaris : S. Handayani
                     Bendahara : B. Hartawan

e. Tanda Hubung ( - ) 
 Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.

Misalnya:... ada cara ba-


ru juga

 Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya,


atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
13

Misalnya:.. . cara baru meng-


ukur panas
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris.

 Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.


Misalnya:  anak-anak

f. Tanda Pisah ( - )

 Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi


penjelasan khusus di luar bangun kalimat. 
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai-
diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 
 Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas. 
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan
kini juga pembedahan atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.

g. Tanda Elipsis ( ... )


 
 Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus. Misalnya:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak. 
 Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian
yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan
diteliti lebih lanjut.

h. Tanda Tanya ( ? )
 Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
 Misalnya: Kapan ia berangkat? Saudara tahu bukan?
14

 Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian


kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya. Misalnya:
la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. 

i. Tanda Seru (!) 

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
rasa emosi yang kuat.  Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga! 

j. Tanda Kurung (   ) 


 Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. 
Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai. 
 Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.  Misalnya:  Sajak Tranggono yang
berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun
1962
 Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup
saja.Misalnya:  Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
(a)alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
k. Tanda Kurung Siku ([... ]) 

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik. 
15

l. Tanda Petik ("... ") 


 Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris. Misalnya:  "Sudah siap?" tanya Awal.
"Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!" 
 Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat.  Misalnya:  Bacalah "Bola Lampu" dalam buku
Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. 

m. Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' ) 


 Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain. Misalnya:  Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?
 Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada kurung)  Misalnya:  rate of
inflation          ’laju inflasi’

n. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa) 

Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk
menyatakan pengulangan kata dasar. Misalnya:  kata2

o. Tanda Garis Miring ( / ) 


 Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. 

Misalnya: No. 7/PK/1973 

 Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat. 
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi harganya Rp15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3 

p. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' ) 


16

Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.  Misalnya:  Ali


'kan kusurati        ('kan = akan)  Malam 'lah tiba        ('lah = telah)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ejaan merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf ,penulisan kata,
termasuk singkatan, akronim ,angka,dan lambang bilangan, serta penggunaan
tanda baca. masih banyak orang-orang tidak memahami pemakaian bahasa
17

Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi
dilihat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa
bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu
tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan bahasaa yang dapat dipahami atau
mudah dimengerti oleh bangsa lain

B. SARAN
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa
tulis. Penggunaan ejaan tersebut tentunya sangat penting dalam beberapa
keadaan. Misal pembuatan makalah, laporan dan atau sebagainya. Penanaman
penggunaan yang benar perlu untuk diberikan sedini mungkin pada siswa-siswa,
agar tidak terjadi penyalahgunaan yang lumrah terjadi pada masyarakat umumnya.
Dan juga dalam menggunakan bahasa indonesia hendaknya sesuai dengan kaidah
ejaan yang telah di tentukan yaitu sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan

DAFTAR PUSTAKA

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 2004. Pedoman Umum Ejaan


Bahasa Indonesia yang Disempurnan.Jakarta: Pusat Bahasa.
Mustakim. 1996. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum.
Jakarta Gramedia Pustaka Utama.
18

Pamungkas.1972.Pedoman umum Ejaan Yang


Disempurnakan.Surabaya:Giri SuryaBarus, Sanggup, dkk. 2014. Pendidikan
Bahasa Indonesia. Medan: Unimed Press

Anda mungkin juga menyukai