Anda di halaman 1dari 15

POLA PENDIDIKAN POLIS SPARTA & ATHENA

Dosen Pengampu : Muhjam Kamza, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Novia Rizki Ananda (1806101020023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya


sehingga saya dapat menyelesaikan salah satu tugas penyusunan makalah yang
berjudul “Pola Pendidikan Yunani Kuno Khusunya di Sparta dan Athena”.
Shalawat dan salam saya sanjung sajikan kepada baginda Rasulullah SAW beserta
keluarga dan para sahabat.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Sejarah Pendidikan. Bahan-bahan yang digunakan didalam makalah
ini saya ambil dari beberapa sumber, yang kemudian saya perbaiki dan rangkai
kembali dengan kata-kata serta kemampuan saya. Dalam penulisan makalah ini
saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat saya butukan dan harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu pada mata


kuliah ini yaitu Bapak Muhjam Kamza, S.Pd., M.Pd, yang telah banyak
membimbing saya dan teman-teman dalam penulisan makalah ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Meulaboh, 30 September 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................... 3

2.1 Pola Pendidikan Sparta ...................................................................... 3


2.2 Pola Pendidikan Athena .................................................................... 5
2.3 Tokoh-Tokoh Filsuf Yunani Kuno..................................................... 7

BAB 3 PENUTUP......................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 10


3.2 Saran................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar manusia yang masih terus berlanjut


selama manusia tersebut masih hidup dengan tujuan untuk mengembangkan
potensinya yang berguna bagi dirinya, lingkungannya, serta bangsa dan
negaranya. Ketika kita berbicara tentang definisi Pendidikan, tentu saja memiliki
definisi yang sangat kompleks, tergantung dari sudut pandang apa dan siapa yang
mendefinisikan pendidikan tersebut. Namun yang pasti terbayangkan ketika
membahas tentang pendidikan adalah bahwa pendidikan itu terus berjalan seiring
dengan perkembangan pola pikir manusia dan arus perkembangan zaman yang
kian hari semakin pesat.

Dasar dari kebangkitan ilmu filsafat yang merupakan salah satu periode
penting bagi sejarah peradaban dunia dimulai dari masa Yunani Kuno. Bangsa
Yunani yang terkenal dalam bidang pengetahuan serta teknologinya, banyak
menghasilkan ilmuan-ilmuan. Diantaranya seorang ahli Matematika Yunani yang
bernama Phytagoras, ada juga bapak ahli alam yaitu Thales, serta tokoh-tokoh
lainnya yang merupakan para filsuf terkenal hingga masa kini.

Dalam system pendidikan Yunani Kuno, salah satu contoh yang paling
jelas kita lihat adalah system pendidikan yang dijalankan oleh Polis Sparta dan
Polis Athena. Kedua Polis ini memiliki perbedaan termasuk dalam aspek
pendidikan. Dimana Polis Sparta menganut system aritrokasi militeristis, yang
mana pendidikan diselenggarakan oleh Negara dan bertujuan untuk membentuk
warga Negara yang berjiwa patriotic dan siap membela Negara. Sedangkan
Athena menganut prinsip demokrasi, dimana Polis Athena lebih mengedepankan
keselarasan antara pendidikan jasmani serta rohani bagi penduduknya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan bagaimana pola pendidikan yang ada di Polis Sparta ?

1
2. Jelaskan bagaimana pola pendidikan yang ada di Polis Athena ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh filsuf yang ada di Yunani Kuno ?
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui bagaimana pola pendidikan yang ada di Polis Sparta.
2. Agar mengetahui bagaimana pola pendidikan yang ada di Polis Athena.
3. Agar mengetahui siapa sajakah tokoh-tokoh filsuf dari kedua polis
tersebut.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pola Pendidikan di Sparta

Di antara system pendidikan yang terkenal di Yunani dan masih dikenal


oleh dunia hingga saat ini ialah system pendidikan yang dijalankan oleh Polis
Sparta dan jugs Polis Athena selama abad ke-7 dan ke-8 SM. Jika kita melihat
pada pola pendidikan di Sparta, mereka sangat menekankan pada aspek
pendidikan guna untuk menjaga supremasinya yang sepenuhnya didasarkan pada
kekuatan militer.

Sparta adalah sebuah Polis yang menganut system Aritrokasi-militeristis


dengan dasarnya adalah Undang-Undang Lycurgus. Ciri dan karakteristik dari
pendidikan di Sparta adalah oleh Negara dan untuk Negara, dengan focus utama
pendidikannya adalah latihan pendidikan jasmani (fisik) dan seni berperang guna
menghasilkan serdadu-serdadu kuat yang nantinya menjadi patriot-patriot
pembela Negara yang siap berperang dan mengorbankan nyawanya demi
kebesaran Sparta. Moralitas seperti ini didasarkan pada patriotisme absolut
dimana pengabdian tertinggi adalah untuk hukum dan Negara. Pendidikan moral
dan politik pada Polis Sparta diajarkan dengan cara menghafal undang-undang.
Sistem pendidikan Sparta ini yang kemudian nantinya menghasilkan anak-anak
berketerampilan militer yang kuat dan juga politisi yang handal.

Pendidikan di Sparta juga hanya diperuntukkan bagi warga Negara yang


merdeka saja (bukan budak). Anak-anak Sparta setelah mendapatkan pendidikan
dirumah oleh orang tua mereka sampai dengan umur 7 tahun, kemudian setelah
itu sah menjadi milik Negara dan diasramakan untuk mendapatkan pendidikan
kemiliteran, hingga pada usia 30 tahun mereka diperbolehkan untuk menikah dan
menjadi warga kota. Pendidikan yang keras mengahuskan mereka untuk tidur

3
hanya diatas bantal rumput, dan hanya memakai mantel biasa saja pada saat
musim dingin tiba, selain itu mereka juga dibiasakan untuk menahan haus dan
lapar. Segala sifat yang dimiliki oleh seorang tentara sangat menjadi focus utama
mereka. Kekuatan, ketangkasan, keberanian, kegigihan, serta cinta tanah air dan
tunduk kepada aturan Negara harus selalu dijunjung tinggi bagi anak-anak Sparta.
Di Sparta, Negara mengharuskan bagi setiap orang tua yang mempunyai bayi-bayi
cacat atau berkebutuhan khusus saat dilahirkan, mau tidak mau harus membunuh
bayi tersebut, tetapi jika tidak sanggup untuk membunuh maka diperbolehkan
membuangnya, atau mengasingkannya ke gunung atau desa lain. Biasanya bayi-
bayi Sparta yang cacat dan kemudian dibuang ini di pungut kembali oleh Bangsa
Helot. Bangsa Helot adalah bangsa yang berasal dari golongan budak. Bayi-bayi
cacat yang dipungut oleh bangsa Helot ini kemudian nantinya juga akan dijadikan
budak oleh mereka. Tujuan Sparta membuang bayi-bayi cacat tersebut ialah,
mereka ingin membentuk suatu ras superior di Sparta, seperti tercermin pada
kebiasaan orang-orang Jerman yang menganut hal tersebut.

Bukan hanya bagi kaum laki-laki saja, para perempuan di Sparta juga
mendapatkan hal yang sama dengan apa yang dijalankan oleh laki-laki di Sparta.
Hanya saja anak-anak perempuan di Sparta mendapatkan latihan kemiliteran
tersebut di rumah-rumah mereka bersama dengan orangtuanya. Mereka bukan
hanya diajarkan tentang kekuatan fisik saja tetapi juga ilmu rumah tangga seperti
menyulam, memasak, dan mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya. Perempuan
di Sparta juga diajarkan bagaimana cara berkuda, melempar lembing, lempar
cakram, dan hal-hal unik lainnya yang hingga kini masih dipakai dan
dipraktekkan oleh dunia.

Walaupun system pendidikan Sparta terasa sangat memberatkan, ternyata


anak-anak di Sparta sudah terlebih dahulu terbiasa hidup dengan keterbatasan.
Pengetahuan yang minim menyebabkan mereka sulit dalam hal mengolah lahan
dan bahan pokok lainnya, sehingga mereka sudah terbiasa makan dengan
makanan yang ala kadar saja. Karena keterbatasan ini juga mereka akhirnya hanya

4
mampu melakukan ekspansi ke wilayah lain guna merampas bahan makanan yang
tersedia.

Kendati demikian, hingga saat ini masih banyak system pendidikan Sparta
yang dianut dan dipraktekkan oleh dunia, seperti Taktik kemiliteran yang hingga
saat ini masih sangat dipakai sedikit banyaknya juga mengambil dari Sparta,
Pendidikan kemiliteran dan juga keahlian dalam bidang persenjataan. Sampai saat
ini juga bahkan ada kegiatan-kegiatan yang masih sangat digemari oleh dunia dan
di jadikan sebuah cabang kompetisi seperti , lempar lembing, lempar cakram,
berkuda, dan hal-hal lain yang berasal dari Sparta.

2.2 Pola Pendidikan Polis Athena

Berbeda dengan Sparta, Polis Athena merupakan Negara demokrasi yang


merujuk kepada Undang-Undang Solon (594 SM). Pada Polis Athena, system
ataupun pola pendidikannya sangat mengedepankan prinsip keselarasan antara
pendidikan kemiliteran (Jasmani) dengan pendidikan kerohanian. Athena terkenal
haus akan ilmu pengetahuan. Dalam system kepercayaan pun mereka hanya
percaya dengan nilai keagamaan yang sejalan dengan pengetahuan, serta dapat
dilihat dengan indra mereka.

Ciri-ciri pendidikan di Athena adalah sekolah diperuntukkan bagi seluruh


warga Negara (bebas). Pendidikan Athena memiliki banyak kebalikan dari Sparta.
Sparta menyegel dirinya dalam semangat konservatisme yang keras, sedangkan
Athena terbuka dari pengaruh orang asing dan ide-ide baru. Oleh karena itu
Athena mengembangkan konsepsi yang berbeda tentang rezim dan
pendidikannya. Athena secara bertahap mengubah pendidikannya ke bentuk yang
lebih intelektual pada periode klasik (450-320 SM). Fokus pendidikan di Athena
adalah membentuk anak-anak menjadi warga Negara demokratik.

Anak laki-laki Athena tetap berada di rumah dan dibawah pengawasan


keluarganya untuk mendapatkan pendidikan formal pertama yang diberikan untuk
mereka sampai usia 7 tahun dan kemudian memulai pendidikan resmi disekolah
swasta sampai berusia 16 tahun. Begitu juga dengan anak perempuan di Sparta

5
mereka mendapatkan pendidikan moral dan pengembangan fisik dirumah mereka,
agar mereka bisa menghasilkan anak-anak yang sehat ketika dewasa.

Tetapi di Athena yang mengajarkan anak-anak dirumah sampai berusia 7


tahun bukanlah menjadi kewajiban orang tua mereka, terutama bagi kalangan
bangsawan di Athena. Mereka menyewakan seorang “Pedagogos” ataupun
pendidik yang berasal dari golongan budak di Athena yang berkualitas.
Pedagogos ini bertanggung jawab atas anak-anak Athena sejak usia tujuh tahun.
Pedagogos yang berkualitas ini nantinya dapat menjadi warga Negara biasa dan
dapat meningkatkan strata sosialnya. Tetapi perlu diperhatikan, bahwa pedagogos
di Athena ini bukan semuanya berasal dari golongan budak saja, tetapi juga dari
orang asing yang berasal dari Bangsa Achea. Baik Sparta dan Athena tidak
memiliki campur tangan keluarga yang kuat dalam pengasuhan dan pendidikan
anak-anak mereka, terutama setelah usia tujuh tahun. Di Sparta itu adalah
tanggung jawab negara sementara di Athena sang ayah mempekerjakan budak
untuk mengurus pendidikan putranya.

Setelah berusia 7 tahun, anak-anak laki Athena dikirimkan ke sekolah-


sekolah kota. Pembelajaran Individual menjadi salah satu karakteristik.
Pendidikan di Athena terbagi menjadi dua, yaitu :

1) Gymnastis

Dengan mata pelajaran pokoknya adalah pendidikan jasmani. Pendidikan


Jasamani ini diberikan di sekolah yang disebut Palestra. Disana, anak-anak
Athena diajarkan berbagai teknik pendidikan jasmani, termasuk lempar lembing,
lempar cakram, dan melompat.

2) Muzis

Sedangkan pendidikan muzis lebih memfokuskan pada ilmu bebas seperti


membaca, menulis, melukis, berhitung, bermusik dan juga drama serta pidato.
Walaupun di Athena anak-anak diajarkan seni bermusik, tetapi ada satu alat music
yang tidak dipakai dan tidak digemari disana yaitu alat music tiup. Bagi mereka

6
alat music tiup tidak memiliki nilai estetika yang tinggi. Sebaliknya, mereka di
Athena sangat menggemari alat music petik yang disebut dengan Citarus. Dalam
perkembangan pelajaran muzis akan ditemukan sebuah pelajaran “seni bebas”
yang terdiri dari :

1. Trivium yang terdiri dari tiga ajaran, yaitu grammatical, rhetorica


(berpidato), serta dialektika (ilmu berpikir secara logis dan ilmiah).
2. Quadrivium yang terdiri dari empat ajaran, yaitu berhitung, ilmu bintang,
dan ilmu bumi.

Pendidikan di Athena juga banyak menggunakan lilin sebagai media


pembelajarannya. Metode ceramah, dan juga metode trial and error yang masih
popular hingga saat ini diseluruh dunia juga berasal dari Athena. Dalam
menjalankan pendidikan di Athena, para pendidik terbagi ke dalam tiga cabang :
(1) Guru Fisik atau disebut juga dengan Pedrotik, yang bertugas mengajarkan
pendidikan fisik. (2) Guru Musik atau Seni yang disebut dengan Khitaris. (3)
Guru yang bertugas mengajarkan membaca dan menulis disebut juga dengan
Gamatis.

Dari system pendidikan Yunani Kuno ini nantinya melahirkan kaum-kaum


sofist, yang ingin mendapatkan kebebasan pribadi. Kaum sofist merupakan kaum
yang percaya bahwa manusia adalah ukuran dari segala sesuatu. Sesuatu tersebut
dianggap benar jika dapat menghasilkan keuntungan bagi diri mereka sendiri.
Akibat dari ajaran kaum sofist ini salah satunya adalah merosotnya nilai-nilai
kebudayaan, ilmu pengetahuan lebih penting kedudukannya daripada nilai-nilai
keagamaan dan segala sesuatu selalu disangkut pautkan dengan nilai-nilai
materialistis.

Sama seperti Sparta, Pendidikan di Athena juga meninggalkan beberapa hal


bagi dunia pendidikan yang hingga saat ini masih dikenal dan juga dipraktekkan.
Diantaranya seperti pedagogi, metode ceramah didalam pembelajaran, metode
trial and error, dan lain sebagainya.

2.3 Tokoh-Tokoh Filsuf di Yunani Kuno

7
Banyak para ilmuan filsuf lahir dari masa Yunani kuno ini, mereka
masing-masing menanamkan eksistensinya di bidang ilmu masing-masing yang
masih dikenal hingga saat ini, diantaranya :

1) Socrates (470-399 SM)

Ia merupakan seseorang yang bermartabat, bijaksana, dan juga adil. Socrates


selama hidupnya menentang penuh ajaran-ajaran dari kaum sofis. Menurutnya,
takaran segala sesuatu bukanlah manusia, melainkan ke-Tuhanan ( Theosentris,
Theo : Tuhan). Socrates hidup semasa dengan kaum sofist, yang pada saat itu
memiliki kelancaran bahasa dalam membicarakan masalah praktis. Tetapi
Socrates sendiri dikenal lebih mengepankan moral dan standar etika yang tinggi
dan berpengaruh besar terhadap murid-muridnya yang mengutamakan
universitalitas moral pada pengembangan pengetahuan, kemampuan dalam
berpikir, dan juga menganalisis pengalaman. Socrates juga meninggalkan sebuah
metode yang sangat terkenal (Socratic method of questioning). Sebuah metode
Tanya jawab dan diskusi, yang mengutamakan kebaikan (virtues)lalu melahirkan
suatu teknik pedagogic yang ampuh oleh banyak guru hingga saat ini. Socrates
mendapat hukuman dari hakim setelah difitnah oleh kaum sofist, akhirnya ia
bunuh diri dengan cara meminum racun.

2) Plato ( 428-328 SM)

Ia merupakan murid dari Socrates yang paling terkenal.. Ia juga merupakan


seorang pengarang pertama di Yunani. Tujuan pendidikan Plato ialah membentuk
warga Negara yang bersifat teoritis dan praktis hingga membentuk Negara susila
yang berdasarkan keadilan. Kurikulum Plato dalam Plato’s Republic merupakan
suatu proses yang sangat panjang, mulai sejak anak berumur 6 tahun hingga
berumur 18 tahun. Kurikulum Plato ini juga terdiri dari empat bidang studi :
Aritmatika, Geometri, Astronomi, dan juga Musik. Keempat bidang studi ini
menurut Plato nantinya akan mempersiapkan siswa dalam menguasai pengetahuan
yang baik dan juga knowledge of the good. Pengaruh dari Plato ini akhirnya

8
memberikan kontribusi serta pengaruh besar dalam pemerintahan gereja pada
abad pertengahan.

3) Aristoteles (384-322 SM)

Aristoteles adalah murid dari Plato. Menurutnya pendidikan bersifat


Universal. Dalam pendidikan ia juga menginginkan pendidikan Negara, dimana
menurutnya kebajikan dapat diperoleh dengan cara aman yaitu melalui
pengalaman, pembiasaan, pengertian, dan juga akal serta budi. Baginya,
pendidikan bukan hanya sekedar penemua kebenaran tentang suatu hal. Tetapi
juga pencarian bagaimana sesuatu itu seharusnya terjadi. Menurutnya, sumber
pengetahuan itu berasal dari pengalaman dan pengamatan yang nantinya
menghasilkan sumber serta bahan untuk berpikir. Dalam prinsip pendidikan
Aristoteles, anak-anak sebelum mencapai usia 5 tahun, haruslah mendapatkan
pendidikan yang wajar, dan disesuaikan dengan si anak. Ilmu hitung, membaca,
sastra, dan music dianggap sangat penting karena ia mengganggap itu semua
sebagai sarana membersihkan jiwa dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik,
hingga akhirnya tercipta perbuatan yang baik sesuai dengan tuntutan moral.

4) Phytagoras (580-500 SM)

Menurutnya, seorang manusia mempunyai sebuah potensi dari lahirmya untuk


melakukan sebuah tindak kejahatan. Untuk melaksanakan berbagai cita-citanya
dalam pendidikan, ia mendirikan sebuah lembaga yang dinamakan “Lembaga
Phytagoras”. Dimana lembaga-lembaga tersebut terdiri dari beberapa pilar, yaitu :
bagian pertama terdiri dari para calon anggota, yang selama 3 tahun berada
didalam masa percobaan, dan mendapatkan berbagai penderitaan, sampai sanggup
membuktikan kesanggupan dan kekuatannya. Bagian kedua, calon-calon anggota
yang telah diasingkan dan mendapatkan pelatihan langsung dari Phytagors. Dan
bagian ketiga ialah anggota yang telah mendapatkan kepercayaan penuh dan telah
sanggup melewati penderitaan-penderitaannya.

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pola pendidikan antara Polis Sparta dan Athena jelas berbeda. Dimana,
Sparta menganut paham Aritrokasi-militeristis dengan dasarnya adalah Undang-
Undang Lycurgus. Ciri dan karakteristik dari pendidikan di Sparta adalah oleh
Negara dan untuk Negara, dengan focus utama pendidikannya adalah latihan
pendidikan jasmani (fisik) dan seni berperang guna menghasilkan serdadu-
serdadu kuat yang nantinya menjadi patriot-patriot pembela Negara yang siap
berperang dan mengorbankan nyawanya demi kebesaran Sparta. Sedangkan
Athena sendiri merupakan Negara demokrasi yang merujuk kepada Undang-
Undang Solon (594 SM). Pada Polis Athena, system ataupun pola pendidikannya
sangat mengedepankan prinsip keselarasan antara pendidikan kemiliteran

10
(Jasmani) dengan pendidikan kerohanian. Athena terkenal haus akan ilmu
pengetahuan. Dalam system kepercayaan pun mereka hanya percaya dengan nilai
keagamaan yang sejalan dengan pengetahuan, serta dapat dilihat dengan indra
mereka. Hingga pada akhirnya dari system ini melahirkan kaum-kaum sofis yang
mana mereka ingin mendapatkan kebebasan pribadi, serta segala sesuatu selalu
disangkut pautkan dengan nilai-nilai materialistis. Yunani kuno juga
menghasilkan para ahli filsuf yang terkenal, diantarnya ada Socrates, Plato,
Aristoteles, dan juga Phytagoras. Dari pendidikan Yunani Kuno ini pula, nantinya
dijadikan sebagai dasar serta acuan pendidikan bangsa-bangsa barat.

3.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan didalam membuat makalah


ini, dikarenakan kata-kata didalam makalah ini sedikit banyaknya penulis
kembangkan dengan segala keterbatasan yang penulis miliki. Mengingat penulis
masih dalam proses belajar, maka dari itu penulis sangat membutuhkan kritik
serta masukan dari semua pihak. Semoga makalah ini nantinya dapat bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sari. 2018. Hafal Mahir Materi Sejarah. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Herho Sandy Hardian Susanto. 2016. Pijar Filsafat Yunani Klasik.


Bandung : Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB (PSIK ITB).

Kumalasari, Dyah. 2008. Diktat Pengantar Sejarah Pendidikan I.


Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Petraki, Anastasia G. 2010. Social change review. Reflections of Antiquity


in the Greek Education of the 20th Century. Vol. 8, Issue 1.

11
12

Anda mungkin juga menyukai