Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PADA ZAMAN YUNANI


ROMAWI

Disusun Oleh :

Arnita Vernada Pramisti (201933232)

Ony Royani (201933245)

Thedi Mustika Ajie (201933246)

Yessisca Arum Nirwani M (201933250)

Lia Permata Sari (201933252)

M Naufal Aulia (201933267)

UNIVERSIAS MURIA KUDUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
ramat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul “Sejarah
Perkembangan Pendidikan pada Zaman Yunani Romawi”.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dalam segi
susunan kalimat maupun Bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala
kritik dan saran agar bias kami jadikan bahan untuk memperbaiki makalah ini.
DAFTAR ISI
Halaman judul................................................................................................1
Kata pengantar................................................................................................ 2
Daftar isi......................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II.PEMBAHASAN
A. Perkembangan Pendidikan pada Zaman Yunani ...............................6
B. Objek Kajian Ontologi....................................................................... 5
C. Keterkaitan Ontologi dengan Pendidikan.......................................... 6
BAB III.PENUTUP
3.1.Kesimpulan....................................................................................... 7
3.2.Saran................................................................................................. 7
BAB IV.DAFTAR PUSAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama 5000 tahun sejarah mencatat bahwa pendidikn di rumah gereja/sekolah
merupakan cara penting untuk menyebarkan radisi dan pengetahuan praktis kepada
generasi – generasinya. Seseorang yang telah menemukan system Pendidikan dapat
memenuhu kebutuhan – kebutahan yang sangat penting dan mencapai tujuan pribadi.
Perkembangan bahasan dalam masyarakat yang primitif mampu menambah
peniruan dan disiplin dengan pelajaran-pelajran lisan tentang keselamatan dan tugas-
tugas ekonomi. Para pemimpn agama dan ahli filsafat yang mengabdi kepada cita-cita
moral telah berusaha untuk menuntun masyarkat mereka ke arah standar kehidupan dan
kebudayaan yang tinggi melalui Pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pendidikan pada zaman Yunani?
2. Bagaimana perkembangan pendidikan pada zaman Romawi?

C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan pendidikan pada zaman Yunani
2. Mengetahui perkembangan pendidikan pada zaman Romawi
BAB II

PEMBAHASAN
A. Perkembangan Pendidikan pada Zaman Yunani
Yunani terkenal dengan kebudayaan Baratnya. Bangsa Yunani bermata
pencaharian sebagai pedagang selama bertahun-tahun, dan mempunyai hubungan yang
sangat dekat dengan Bangsa Timur dalam bidang militer. Oleh karena itu, dalam bentuk
yang istimewa Bangsa Yunani merupakan tempat pertemuan kebudayaan Timur dan
Barat. Akibatnya, bangsa Yunani merupakan asal dari kebanyakan cita kebudayaan dan
adat Bangsa Barat. Tetapi, kesatuan daripada Yunani itu puncaknya ketika kekaisaran
Roma berkuasa. Negara-negara yang dimiliki oleh bangsa Yunani tidak dapat bersatu dan
terpencar-pencar. Ketika ada azas-azas penaklukan Bangsa Macedonia 3000 tahun SM
dan Roma 146 SM, negara-negara ini mulai dapat bersatu. Sikap Bangsa Romawi
terhadap Yunani mengandung 2 kemenangan:
1. Kemenangan militer bagi Bangsa Roma.
2. Kemenangan secara spiritual bagi Bangda Yunani.

Yunani kuno terbagi menjadi dua, Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut
bangsa Doria, sedangkan penduduk Athena disebut bangsa Lonia. Keduanya
merupakan polis atau Negara kota. Ahli Negara di Sparta adalah Lycurgus,
sedangkandi Athena adalah Solon. Terdapat perbedaan-perbedaan dalam dasar,
tujuan, pelaksanaan pendidikan, dan pengajaran pada kedua Negara tersebut..

a) Pendidikan di Sparta.
Ciri-ciri pendidikan di Negara ini adalah pendidikan diselenggarakan oleh
Negara dan hanya untuk warga Negara merdeka. Pendidikan tersebut
didasarkan pada dua azas:
1) Anak adalah milik Negara.
2) Tujuan pendidikan adalah membentuk serdadu-serdadu pembela
Negara serta warga Negara, yang mempunyai ciri-ciri: pendidikan
ahnya diperuntukan bagi warga Negara yang merdeka atau bukan
budak, lebih mengutamakan pendidikan jasmani9, anak-anak yang
telah mencapai umur 7 tahun diasramakan.

Pelaksanaan pendidikannya adalah: anak dibiasakan menahan lapar, tidur


beralaskan rumput, hanya memakai mantel biasa pada musim dingin.
Harus berani, kuat, cinta tanah air, daqn tunduk pada disiplin (A. Ahmadi,
1987:162).

Dua Tradisi yang dimiliki oleh penduduk Sparta, yakni: 1). Periode yang
tradisional, pendidikan masa ini sama dengan pendidikan primitive pada
sejarah. 2). Periode masa sesudah timbulnya UU Lycurgus (abad ke 8
SM), dimana UU tersebut menghendaki bangsa Sparta memenuhi tugas
untuk mempertahankan Sparta.

Secara resmi, setelah anak mencapai usia 18 tahun mereka mendapat


latihan disiplin yang sangat berat dan dibawa keluar daerah dengan
pengawasan ketat.

Pakaian yamg mereka kenakan hanya seperlunya saja, tidak bersepatu dan
tak berpenutup kepala. Makanpun dibatasi dan tidak diperbolehkan sering
mandi. Tiap tahunnya, di dalam quil pemuda dipukul sampai
mengeluarkan darah. Bagi anak wanita masih mendapatkan perhatian
penuh meskipun hanya tinggal dirumah, tetapi semuanya masih dalam
pengwasan perundang-undangan.

Jadi, kesimpulannya adalah bangsa Sparta tidak mengalami kemajuan di


bidang estetika dan intelek, meskipun dalam kehidupan memiliki
“seremoni”. Sebab titik beratnya ada pada bidang kemiliteran. Sedangkan
kedudukan wanita dibebaskan, baqik di luar maupun di dalam rumah.

b) Pendidikan di Athena
1) Aspek Intelektual
Bangsa Athena merupakan bangsa yang berkebudayaan primitive sampai
bada abad 60 SM. Bangsa ini sangat menghargai dewa – dewa sehingga
dikenal dewa – dewa yang menguasai lapangan kesastraan, kesenian, ilmu
pengetahuan. Dewa – dewa ini disebut sebagai muse. Mulai abad ke 7SM
kemajuan bangsa Athena mulai menyelidiki alam fisika. Jadi filsafat
bangsa Yunani dimulai dengan pengetahuan alam dan persoalan –
persoalan manusia, lapangan social dan berakhir sebagai system theosofi
yang berbentuk neoplatronisme dan teologi Kristen. Puncak
perkembamngan intelek ditaklukan oleh Macedonia.
2) Pendidikan di Dalam Periode Kuno
Rumah merupakan tempat pendidikan yang pertama pada periode kuno
ini. Sampai umur 7 tahun anak masih dibawah asuhan orang tua. Sampai
pada penolakan umur 8 tahun dipisahkan oleh orang tua dan diasauh oleh
seorang Paedagogos, yaitu seorang budak. Bimbingan pada anak
diteruskan oleh Paedagogos di dalam rumah, disekolah,dilapangan olah
raga, sampai anak berumur 18 tahun. Paedagogos tersebut memberikan
nasihat mengenai adat istiadat. Misalnya rendah hatri, attitude, dan sifat
yang selkalu mengoreksi diri sendiri.periode Athena ini mempunyai dua
macam sekolah untuk laki – laki, yakni Palaestra (sekolah untuk pelatihan
badan) dan di dascaleum ( sekolah music/ kesastraan). Untuk anak dari
keluarga kaya bersekolah 16-17 tahun, dan yang miskin lebih sedikit
daripada itu. Sesudah umur 18-19 tahun mereka harus menunjukan rasa
cinta kepada tanag air dan mendaftarkan diri sebagai warga Negara.
Pendidikan wanita mempunyai pengecualian, karena lapangannya selalu
menghubungkan dengan rumah tangga serta tindakan yang selalu dibatasi.
3) Praktek Pendidikannya
Objek pendidikan adalah perkembangan individu mengenai badan, akal,
dan moralnya. Orang Athena sangat menghormati individu serta orang –
orangnya. Tetapi saying disekolah tidak ada pelajaran tentang keahlian,
yang dipentingkan hanyalah latihan badan. Pelajaran music dan kesastraan
anak dilatih secara vocal dan instrumental, maksudnya memberi pengaruh
baik terhadap moral, cultural, dan sifat- sifat yang paedagogis. Athena
adalah Negara demokrasi. Dasar yang dipakai adalah undang-undang
Solon (kurang lebih 594SM) ciri –ciri pendidikan di Athena adalah:
diselenggarakan oleh keluarga dan sekolah, serat diperuntukan oleh warga
Negara. Pendidikjan warga Negara sangat diutamakan di Yunani terutama
diSparta. Pendidikan kecerdasan lebih pemting dabandingkan pendidikan
agama dan kesusilaan.
4) Ahli – Ahli Pendidik Yunani
1. Pythagoras (580-500 SM)
Tujuan pendidikannya dalam membentuk manusia susila dan
beragama.
2. Socrates (469-399 SM)
Dalam pelaksanaan pebngajarannya, dia melakukan dialog,
percakapan, dan Tanya jwab dengan masyarakat di jalan-jalan,
ditaman, dan dipasar.
3. Plato (427-347 SM)
Plato adalah murid Socrates. Tujuan pendidikannya adalah membentuk
warga Negara secara teoritis dan praktis.
4. Aristoteles (384-322 SM)
Cita – cita pendidikannya : kebajikan itru diperoleh dengan jalan
aman, melalui pengalaman, pembiasaan pembiasaan, akal budi, dan
pengertian.
B. Perkembangan Pendidikan Pada Zaman Romawi
Berbeda dengan bangsa Yunani yang mempunyai watak berrpikir. Bangsa Roma
ini lebih tertuju pada perbuatan dalam lapangan kesusastraan tidak menciptakan apa-apa
hanya meniru. Mereka mempunyai pesona cukup terhadap penerimaan ilmu alam dari
bangsa Yunani. Bangsa Roma mempunyai kelebihan dari bangsa lain seperti ilmu
hukum, pemerintahan dan teknik. Jadi bangsa Roma tahu bagaimana cara memerintah,
bangsa Yunani tahu bagaimana cara memikirkan dunia.
Pendidikan Romawi tampak lebih sederhana dan lebih disesuaikan dengan kebutuhan
negara jika dibandingkan dengan pendidikan Yunani. Roma yang pada awalnya adalah negara
petani, mengalami dua masa yang masing-masing berbeda baik tujuan maupun alat-alat
pendidikannya, yaitu jaman Romawi lama dan jaman Romawi baru (Hellenisme).
1. Zaman Romawi Lama
Pendidikan bersifat informal, moral dan jabatan. Sejak anak-anak dilahirkan, anak
dibawah kekuasaan orang tua mereka. Baru setelah masuknya alfabet ke Roma anak baru
mulai belajar. Mungkin pada waktu itu belum ada sekolah yang formal. Tetapi orang
Roma Pada waktu yang sama (7 tahun ke atas) anak wanita dibimbing oleh ibunya
mengenai seluk beluk kerumah tanggaan, sosial dan religi. Suasana kegamaan yang
terdapat di rumah memberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap pembentukan
watak mereka. Sebab di Roma lapangan ekonomi, sosial dan politik terjalin dengan
agama. (Drs. Leo Agung S.,M.Pd,2012:103)

Pendidikan pada jaman ini bertujuan membentuk warganegara yang setia dan
berani, siap berkorban membela kepentingan tanah airnya. Diutamakan pembentukan
warganegara yang cakap sebagai tentara. Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga, dan
merupakan pendidikan bangsawan bukan pendidikan rakyat. Materi pelajarannya
meliputi membaca, menulis, dan berhitung. Pendidikan jasmani dan kesusilaan menjadi
prioritas.

2. Zaman Romawi Baru (Helenisme)


Hellenisme adalah aliran kebudayaan yang diciptakan oleh ahli-ahli filsafat
Yunani (Hellas). Sejak saat itu bangsa Romawi mulai menyadari arti penting ilmu
pengetahuan. Dengan demikian maka tujuan pendidikan mengalami perubahan: untuk
pembentukan manusia yang harmonis.
Pendidikan menjadi kehilangan sifat praktisnya dan rakyat Roma mulai
berpedoman kepada filsafat. Pada perkembangan selanjutnya Romawi terbawa oleh arus
aliran filsafat yang berdampak cukup besar bagi pendidikan Roma, yaitu Epicurisme
(dipelopori Epicurus 341-270 SM), dan aliran Stoa (dipelopori Zeno 336-264 SM).
Aliran Epicurisme berpendapat hahwa kebahagian akan terwujud manakala manusia
menyatu dengan alam. Aliran Stoa berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencapai
kebajikan. Kebajikan itu akan terwujud apabila manusia dapat menyesuaikan diri dengan
alamnya, karena manusia adalah bagian dari alam. Sedangkan alam itu sendiri dikuasai
oleh budi Ilahi. Karena manusia merupakan bagian dari alam, maka di dalamnya
terkandung sebagian dari budi ilahi itu. Jadi tidak ada perbedaan antara alam dengan
Tuhan, dan alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam, yang disebut juga panteisme
(pan: seluruh, semua; theos: Tuhan). Sehingga hidup sesuai dengan alam berarti hidup
sebagai manusia berakan dan berbudi.
Dengan munculnya dua faham tersebut cita-cita atu tujuan Romawi berubah dari
rnembentuk manusia sehat kuat untuk membela tanah air (kebajikan kepahlawanan)
menjadi membentuk manusia yang bijaksana dan berakal budi (kebajikan
kemanusian/humanitas).
3. Pendidikan di dalam masa Transisi
Pendidikan informal banyak sistemnya yang dilanjutkan misalnya pertukangan,
kesenian yang mekanis, pelajaran berdagang dan latihan perang-perangan. Pelajaran
memegang buku telah ada pada waktu itu. Mereka tida belajar disekolah tetapi di dalam
praktek.
Pendidikan secara formal baru timbul pada 300 SM. Pada umumnya sekolah dan
pendidikannya meniru model Yunani. Anak-anak kemudian diserahkan kepada guru-
gurunya untuk mempersiapkan anak didalam cara hidup yang praktis supaya berguna dan
dapat memegang pimpinan di dalam politik. Yang terpenting ialah memepersiapkan
anak-anak agar menjadi orator yang sempurna.  Menurut orang roma seorang orator
adalah yang berpendidikan sempurna yang memiliki semua pengetahuan kecakapan.
Semuua pendidikan untuk anak laki-laki baik yang rendah, menengah atau yang tinggi
semua ditujukan kearah orator tersebut.
Ahli teori Roma yang bernama Cicero dan Quntilianus terkenal juga dalam
pandangannya mengenai didktik. (Drs. Leo Agung S.,M.Pd,2012:103)

D. Tokoh-tokoh pendidikan:
1)      Seneca (meninggal 65 SM)
Seneca merupakan tokoh pendidik lain di jaman Romawi baru. ia adalah seorang
kaisar Nero, juga seorang ahli filsafat dan moralis yang terkenal. Beberapa petunjuk
tentang pengajaran yang diberikan adalah:
a.       kita mengajar tidak untuk sekolah, tetapi untuk kehidupan;
b.      panjang jalan melalui perintah, singkat jalan melalui teladan;
c.       dengan mengerjakan, kita menjadi paham.
2)      Quintilanus
Adalah seorang profesor ilmu pidato yang terkenal. Ia adalah seorang Spanyol
yang tinggal di Roma. Ia menjadi terkenal karena menulis buku “Instituo Oratorio”
(pendidikan menjadi ahli pidato). Dia berpendapat bahwa jika suatu saat seorang anak
memperlihatkan kesalahan-kesalahannya, maka hal itu adalah akibat dari pendidikan
yang salah. Dalam hal ini ia sependapat dengan JJ. Rousseau, bahwa semua manusia itu
baik sejak lahir.
Teori pengajaran Quantilianus telah memberikan lukisan tentang seluruh praktek
pengajaran di Roma pada jaman kaisar. Banyak teknik dan paham modern yang
diselenggarakan oleh Quantilianus, seperti papan meja, menuruti huruf timbul dengan
jari, mengarang seperti menulis tentang hal-hal yang dialami sendiri dan sebagainya.
E. Organisasi dan Mata Pelajaran di Sekolah
a. Ludus yaitu sekolah rendah yang timbul kira-kira 300 SM. Disini diberi pelajaran seperti:
Membaca, menulis, matematika dan hukum. Yang masuk sekolah ini ialah anak-anak dari umur
7 tahun sampai 12 tahun. Sekolah ini berlangsung kira-kira 200 tahun.
b. Sekolah Gramatika, Sesudah 300 SM sekolah ini didirikan oleh guru-guru Yunani. Adapun
maksudnya ialah untuk mempelajari kesusastraan Yunani. Ketika kesusasteraan Yunani mulai
berkembang didirikan pulase kolah semacam oleh bangsa Yunani. Jadi kalau kita bandingkan
dengan bangsa Roma, bangsa Yunani ini inferior terhadap politik dan moral, tapi superior dalam
lapangan Filsafat dan kesusasteraan. Oleh karena itu bangsa Roma menghargai kesusasteraan
Yunan lebih tinggi dari pada kesusasteraan latin. Mendekati aba pertengahan, Quantilanus
berkata bahwa pendidikan banggsa Roma harus dimulai dengan pelajaran bangsa Yunani.
Memang di Roma sendiri kecenderungan untuk memepelajari bahasa asing lebih daripada bahasa
Ibu. Bahasa yunani menjadi perantara dalam arti kebudayaan luas. Sekolah Gramatika ini
lamanya 4 tahun yang memasuki anak unmur 12 tahun. Sekolah ini sifatnya Liberal, oleh karena
itu memberikan latihan kesusasteraan yang luas.
c. Sekolah Retorika, Karena ketakutan unuk selalu tinggal secara konservatif, maka pada abad
ke-2 M timbullah di Roma sekolah-sekolah Retorika. Anak yang masuk sekolah ini kira-kira 17
tahun dan mempelajari teknik sebagai orator. Tipe sekolah ini semacam Yunani dan
mendasarkan pandangan atas Retorika dari Aristoteles, Cicero, dan Quintilianus. Yang menjadi
pelajaran utama ialah: teori orator dan deklamasi. Sekolah-sekolah itu umumnya swasta dan
tidak ada hubungannya dengan pemerintah. (Drs. Leo Agung S.,M.Pd,2012:107)
F. Pengawasan Negara Terhadap Pendidikan
Oleh karena pengaruh teori Plato dan Aristoteles yang menasehatkan pengawasn
pendidikan oleh Negara, maka kaisar Roma melaksanakan teori ini didalam praktek. Misalnya
saja, guru ditunjuk oleh Negara, pemerintah membayar guru itu, guru diberi hak istimewa dan
dianggap suci. Hak istimewa ini kemudian menjadikan problema sampai abad pertengahan
sampai timbulnya Universitas. Diberika pula subsidi pada sekolah swasta.
Pada 429 M diumumkan sekolah sama dengan badan Negara; barang siapa mendirikan
dan memberikan pelajaran tanpa izin Negara dianggap melanggar hukum. Jadi sejak itu sekolah
mejaddi suatu sistem yang diawasi oleh Negara. (Drs. Leo Agung S.,M.Pd,2012:108)
BAB III
SIMPULAN
Yunani kuno terbagi menjadi dua, Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut bangsa
Doria, sedangkan penduduk Athena disebut bangsa Lonia. Kedua negara tersebut merupakan
Polis atau negara kota. Sparta dengan ahli negaranya Lycurgus, sedang Athena dengan ahli
negaranya Solon. Pada kedua negara tersebut terdapat perbedaan-perbedaan dalam dasar, tujuan,
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa
patriotik yang kuat dan gagah berani (Djumhur, 1976:24).
Berbeda dengan bangsa Yunani yang mempunyai watak berrpikir. Bangsa Roma ini lebih
tertuju pada perbuatan dalam lapangan kesusastraan tidak menciptakan apa-apa hanya meniru.
Mereka mempunyai pesona cukup terhadap penerimaan ilmu alam dari bangsa Yunani. Bangsa
Roma mempunyai kelebihan dari bangsa lain seperti ilmu hukum, pemerintahan dan teknik. Jadi
bangsa Roma tahu bagaimana cara memerintah, bangsa Yunani tahu bagaimana cara memikirkan
dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Leo. 2012. Sejarah Pendidikan.Yogyakarta: Ombak
Djumhur. 1974. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu
M. Ngalim Purwanto. (2002). Ilmu Pendidikan, Teoretis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai