Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

“KEBIJAKAN MONETER”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah perekomian indonesia

DosenPengampu : Bapak Zulkarnain, SE., M. Ak.

Disusun Oleh :
1. Syallsha Imelda Syafitri (2124088)
2. Rezi Paramita (2124071)
3. Feni Afriantika (2124052)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pasir Pengaraian,21 April 2022

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

2.1 Perekonomian Pada Masa Orde Lama.................................................................2

2.2 Perekonomian Pada Masa Orde Baru..................................................................3

2. Krisis Moneter Dan Cara Menanggulanginya........................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................12

Kesimpulan................................................................................................................12

Saran...........................................................................................................................12

DAFTAR PUSAKA...................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Orde lama adalah masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Orde lama berlangsung
dari tahun 1945 sampai dengan 1968. Dalam jangka waktu tersebut,Indonesia menggunakan sistem
ekonomi komando. Orde baru lahir karena adanya orde lama, orde baru sendiri haruslah diyakini
sebagai sebuah panorama bagi kemunculan orde reformasi.Dalam kenyataannya, bangsa Indonesia
telah salah mengartikan makna dari sebuah kata Reformasi, yang saat ini menimbulkan gerakan yang
mengatasnamakan Reformasi, padahal gerakan tersebut tidak sesuai dengan pengertian dari
Reformasi.

Krisis moneter atau lebih dikenal dengan krisis keuangan pernah dialami Indonesia pada tahun
1998. Krisis moneter merupakan situasi di mana keadaan keuangan suatu negara tidak stabil, akibat
harga aset mengalami penurunan nilai yang tajam, bisnis dan konsumen tidak dapat membayar
hutangnya, dan lembaga keuangan mengalami kekurangan likuiditas. Umumnya, krisis moneter sering
dikaitkan dengan kepanikan dimana investor menjual aset atau menarik dana (rush) dari rekening
tabungan, karena takut nilai asetnya turun bahkan hilang jika tetap disimpan di lembaga keuangan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh pemerintahan pada masa orde lama
dan orde baru?
2. Apa yang menyebabkan krisis moneter dan bagaimana cara untuk menanggulanginya ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh pemerintahan pada masa orde lama
dan orde baruMengetahui penyebab terjadinya krisis moneter dan cara untuk menanggulangi
krisis moneter.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEREKONOMIAN PADA MASA ORDE LAMA

Prekonomian Indonesia pada Masa orde Lama dimulai sejak Indonesia merdeka tanggal 17 agustus
1945 sampai 10 maret 1966. Selama masa Orde Lama, perekonomian Indonesia berkembang kurang
menggembirakan. Keadaan ini tidak terlepas dari stabilitas politik yang tidak menguntungkan kehidupan
ekonomi, Demokrasi yang dianut pada masa Orde Lama adalah demokrasi terpimpin dengan kabinet
parlementer, yaitu para menteri bertanggung jawab kepada perlemen. Pada masa itu pemerintah mengalami
jatuh bangun dan kabinet silih berganti. Selama desember 1949 Agustus 1959 telah terjadi 8 pergantian
kabinet, mulai dari kabinet Hatta sampai kabinet Djuanda.

Situasi perekonomian yang penting pada masa Orde Lama adalah sebagai berikut :

a) Pertumbuhan ekonomi yang cukup menggembirakan dengan dengan laju 6,9 persen dalam periode
1952-1958,lalu turun drastis menjadi 1,9 persen dalam periode 1960-1965. Pada periode 1951-1966,
pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 2,7 persen pertahun.
b) Pada tahun 1951 terjadi nasionalisasi perusahaan asing (terutama milik belanda) yang dilaksanakan
secara besar-besaran pada tahun 1958 sebagai realisasi dari pemberlakuan UU No.78/1958 tentang
investasi asing, yang pada intinya berisikan kebijakan anti investasi asing.
c) Pada tahun 1965 didirikan bank berjuang yang merupakan penggabungan semua bank milik
pemerintah. Tujuan dari bank ini adalah mengelola dan mengendalikan langsung aktifitas serta system
perbankan oleh hanya satu tangan, yaitu pemerintah saja, sekaligus demi melaksanakan gagasan
ekonomi terpimpin yang dilancarkan oleh pemerintah ketika itu. Pada masa orde lama, system
perbankan Indonesia hanya sekedar sebagai pemasok dana proyek pemerintah melalui pencetakan
uang, terutama proyek-proyek khusus presiden.
d) Ditijau dari segi Angkatan Kerja, pekerjaan, dan upah. jumlah angkatan kerja Indonesia sebanyak 34,5
juta dan yang 29,5 juta merupakan bukan angkatan kerja. Jumlah pengangguran pada masa orde lama
hanya sebanyak 1,8 juta dan 34,5 juta angkatan kerja. Menurut bulletin International Labaour Review
Vo. 70 terbitan tahun 1954 bahwa “pada tahun 1953 seorang pekerja tanpa keterampilan dijakarta
menerima upah sebesar Rp5-6 per hari, sedangkan tenaga terampil menerima Rp10-20 per hari”.
e) Ditinjau dari neraca ekonomi nasional pada masa Orde Lama sangatlah memprihatinkan.Anggaran
pemerintah selama tahun 1955-1965 senantiasa mengalami deficit yang semakin membesar. Rata-rata
defisitnya adalah 137 persen dari dari pendapatan.

2
2.2 PEREKONOMIAN PADA MASA ORDE BARU

Masa orde baru berlangsung mulai berlangsung dari 11 maret 1996, yaitu bertepatan dengan
dikeluarkannya surat perintah sebelas maret (SUPERSEMAR), sampai lengsernya Soeharto dari kursi
Kpresidenan Republik Indonesia pada tanggal 21 mei 1998. Untuk memudahkan dalam mendeskripsikan
perekonomian Indonesia pada masa orde baru tersebut, kita membedakannya menjadi dua bagian yaitu
jangka pendek dan jangka panjang yang pada dasarnya saling berkitan.

Pelaksanaan perekonomian Indonesia dalam jangka pendek dibedakan menjadi empat tahapan berikut:

a) Tahap Penyelamatan (Juli – Desember 1966 )


b) Tahap Rehabilitasi ( Januari – Juni 1967 )
c) Tahap Konsolidasi ( Juli – Desember 1967 )
d) Tahap Stabilisasi ( Januari – Juli 1968)

Pada perekonomian jangka pendek Indonesia juga membuat peluang bagi masuknya investasi asing dan
menaruh kepercayaan besar pada kekuatan pasar. Dalam jangka pendek akan dilakukan berbagai kebijakan
yaitu:

a) Di sektor moneter dilakukan reformasi besar-besaran atas sistem perbankan yaitu dengan dikeluarkannya
tiga undang-undang baru tentang perbankan: UU tentang perbankan tahun 1976, UU tentang bank sentral
tahun1968, dan UU tentang bank asing tahun 1968. Ini merupakan basis legal bagi pelaksanaan dan
pengaturan kerangka sistem moneter, dan dapat berperan dalam memobilisasi tabungan masyarakat guna
mendukung pertumbuhan ekonomi selain memainkan peran penting dalam pembangunan pasar uang dan
pasar modal.

b) Dalam mendukung kebijakan pembangunan jangka pendek pemerintah memperkenalkan Kebijakan


Anggaran Berimbang (Balanced Budget Policy). Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi
ekonomi. Segala macam upaya dilakukan mulai dari menurunkan inflasi dan menstabilkan harga.
Kerhasilannya menstabilakan inflasi berdampa positif terhadap stabilitas politik saat itu. Maka kemudian
berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI (Inter Government
Group On Indonesian). 

Sejak masa itu yaitu pada 1 April 1969, Indonesia memulai menata kehidupan ekonomi secara lebih
terarah dan fokus terhadap prioritas pembangunan. Sehingga dibentuklah Rencana Pembangunan Lima
Tahun yang kita kenal pada saat itu sebgai PELITA. Berikut penjelasan singkat tentang beberapa PELITA:

3
A. Pelita I (1 April 1969 hingga 31 Maret 1974)

Titik Berat pelita I : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan
ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup
dari hasil pertanian.
Sasaran pelita I : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani.
Tujuan pelita I : Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan dalam tahap berikutnya. Muncul peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas Januari) terjadi
pada tanggal 15-16 Januari 1947 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa
ini merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan
dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia.
Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.

B. Pelita II (1 April 1974 hingga 31 Maret 1979)

Titik Berat pelita II: Pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
Sasaran pelita II: Tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat
dan memperluas kesempatan kerja.
Tujuan pelita II: Meningkatkan pembangunan di pulau-pulau selain Jawa, Bali dan Madura, di antaranya
melalui transmigrasi.
Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal
pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%.
Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.

C.  Pelita III (1 April 1979 hingga 31 Maret 1984)

Titik Berat pelita III: Pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang
mengolah bahan baku menjadi barang selanjutnya. Menekankan bidang industri padat karya untuk
meningkatkan ekspor.
Pertumbuhan perekonomian periode ini dihambat oleh resesi dunia yang belum juga berakhir. Sementara
itu nampak ada kecendrungan harga minyak yang semakin menurun khususnya pada tahun-tahun terakhir
pelita III. Menghadapi ekonomi dunia yang tidak menentu, usaha pemerintah diarahkan untuk
meningkatkan penerimaan pemerintah, baik dari penggalakan ekspor mapun pajak-pajak dalam negeri.

4
D. Pelita IV (1 April 1984 hingga 31 Maret 1989)

Titik Berat pelita IV: Pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju swasembada pangan
dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin- mesin industri sendiri, baik industri ringan
yang akan terus dikembangkan dalm repelita-repelita selanjutnya meletakkan landasan yanag kuat bagi
tahap selanjutnya.
Tujuan pelita IV: Menciptakan lapangan kerja baru dan industri.
Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah
akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat
dipertahankan.

E. Pelita V (1 April 1989 hingga 31 Maret 1994)

Sektor pertanian dan industri untuk memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertan
ian lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan tetap bertumpu
pada Trilogi Pembangunan dengan menekankan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju
tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut
saling mengait dan perlu dikembangkan secara selaras, terpadu, dan saling memperkuat. Tujuan dari pelita
V sesuai dengan GBHN tahun 1988 adalah pertama, meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan
kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil; kedua, meletakkan landasan yang kuat untuk
tahap pemangunan berikutnya.

Di samping gambaran keberhasilan perekonomian Indonesia pada masa orde baru tersebut, juga ada
beberapa hal penting yang perlu diuraikan berdsarkan potret umum per-aspek selama orde baru. Aspek –
aspek tersebut adalah ;

a) Relative terpeliharanya satabilitas nasional sekaligus menjadi kesuksesan mengatasi masalah yang
paling mendasar dalam perekonomian yaitu menekan laju inflasi.
b) Struktur perekonomian Indonesia pada masa orde baru sudah lebih kokoh dan seimbang jika diliaht
dari sisi penerimaan Negara, penerimaan devisa dan penerimaan ekspor maupun dari sisi investasi.
c) Dalam bidang fiscal, prinsip anggaran berimbang yang dinamis senantiasa dianut.
d) Dalam bidang moneter terjadi perubahan struktur secara mendasar setelah dilucurkan paket deregulasi
kebijakan 27 oktober 1988, yaitu jumlah bank sebanyak 111 drngan 1.728 kantor dalam
tahun1988melonjak menjasi 239 bank dengan 6.022 kantor pada tahun 1994.

5
2.3 KRISIS MONETER

A. Pengertian Krisis Moneter.

Krisis moneter merupakan situasi di mana keadaan keuangan suatu negara tidak stabil, akibat harga

aset mengalami penurunan nilai yang tajam, bisnis dan konsumen tidak dapat membayar hutangnya, dan

lembaga keuangan mengalami kekurangan likuiditas. Umumnya, krisis moneter sering dikaitkan dengan

kepanikan dimana investor menjual aset atau menarik dana (rush) dari rekening tabungan, karena takut

nilai asetnya turun bahkan hilang jika tetap disimpan di lembaga keuangan. Namun ada juga situasi lain

krisis moneter yang disebabkan oleh pecahnya gelembung keuangan spekulatif, kehancuran pasar saham,

gagal bayar pemerintah terhadap utang negara, atau krisis mata uang.

Jika tak terkendali, krisis moneter mungkin yang tadinya terbatas pada lembaga keuangan dapat
menyebar ke seluruh sektor ekonomi suaru negara bahkan di seluruh dunia, seperti yang terjadi pada 1998.
Lalu apa saja penyebab krisis moneter? Umumnya, krisis moneter dapat terjadi jika lembaga atau aset
dinilai terlalu tinggi, dan dapat diperburuk oleh perilaku investor yang tidak rasional atau panik. Misalnya,
serangkaian aksi jual yang cepat di pasar modal dapat mengakibatkan harga saham jatuh, sehingga
mendorong investor membuang saham atau melakukan penarikan tabungan dalam jumlah besar ketika
rumor kegagalan bank.

B. Penyebab Terjadinya Krisis Moneter.

Ada beberapa faktor yang turut berkontribusi pada krisis moneter, yaitu kegagalan sistemik, perilaku
investor atau pemodal yang tidak terkendali, insentif untuk mengambil terlalu banyak risiko, ketiadaan
atau kegagalan peraturan, atau efek domino yang menyebabkan krisis menyebar dari satu lembaga ke
lembaga lain bahkan antarnegara.

Berikut beberapa penyebab krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada 1998:

1. Rupiah Anjlok

Sebelum krisis moneter 1998, Indonesia telah mengalami penurunan nilai mata uang atau kurs
rupiah pada Agustus 1997 bahkan terjun bebas ke titik terendah pada September 1997. Dalam waktu
kurang dari setahun, kurs rupiah yang berada di angka Rp2.380 per dolar Amerika Serikat (AS) pada
Agustus 1997, anjlok hingga 600 persen menjadi Rp16.650 pada Julo 1998. Meski nilai rupiah mulai
bangkit dan dihargai Rp8.000 per dolar AS pada akhir 1998, hal ini tak banyak memberi pengaruh
karena perekonomian masyarakat sudah terpuruk.

6
2. Utang Luar Negeri Membengkak

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1998 juga dipicu membengkaknya utang luar negeri
oleh swasta yang tak terkendali. Pada Maret 1998, utang luar negeri swasta Indonesia tercatat
mencapai 138 miliar dolar AS. Sekitar 72,5 miliar dolar AS dari utang luar negeri tersebut merupakan
utang jangka pendek yang jatuh tempo pada 1998. Padahal di saat itu, cadangan devisa Indonesia
hanya senilai 14.44 miliar dolar AS, sehingga tak cukup untuk membayar utang tersebut, apalagi
beserta bunganya.

3. Krisis Kepercayaan

Kebijakan pemerintah dalam menangani krisis keuangan yang dinilai plin-plan menyebabkan
kepercayaan masyarakat dan pasar mulai runtuh. Ditambah lagi dengan kondisi kesehatan Presiden
Soeharto yang kian memburuk pada saat itu, membuat ketidakpastian politik sehingga kekhawatiran
investor semakin memuncak. Akibatnya investor asing menarik dana dari pasar keuangan Indonesia,
bahkan lembaga keuangan internasional enggan memberikan bantuan finansial secara cepat.

4. Bantuan IMF Berujung Kegagalan

International Monetary Fund (IMF) menjadi salah satu lembaga keuangan internasional yang
hadir memberi bantuan kepada Indonesia untuk mengatasi krisis moneter. Sejumlah paket bantuan
ditawarkan IMF sebagai solusi untuk membantu Indonesia menanggulangi krisis moneter dengan
menawarkan paket reformasi keuangan. Namun bukanya berdampak bagus, paket reformasi
keuangan yang ditawarakan IMF malah membuat nasabah memutuskan untuk menarik dana besar-
besaran. Salah satunya dengan peristiwa rush BCA. Kondisi ini makin memperparah krisis ekonomi
1998, sebab banyak bank kesulitan likuiditas dan akhirnya memberikan pinjaman secara terbatas

C. Dampak Krisis Moneter

Krisis moneter adalah krisis keuangan yang menerpa beberapa wilayah hampir di seluruh Asia
Timur. Krisis moneter ini menyebabkan dampak yang kurang baik bagi negara yang tertimpa krisis dan
biasanya diakibatkan lantaran kurs nilai tukar valas khususnya dolar AS yang tinggi sehingga nila mata
uangnya jatuh.

Adanya hal tersebut membuat banyak sekali perusahaan yang terpaksa menghentikan
karyawannya dengan alasan lantaran tak dapat membayar upah. Selain itu pemerintah akan kesulitan
dalam menutup APBN. Harga barang naik cukup tinggi sehingga masyarakat sangat sulit mendapat
kebutuhan pokok. Utang luar negeri melonjak dengan harga bbm yang terus naik. Ketika krisis, banyak
perusahaan yang meminjam uang pada perusahaan negara asing dengan bunga yang tinggi pula.
7

D. Cara Menanggulangi Krisis Moneter.

Langkah-langkah yang telah ditempuh pemerintah dalam menjalankan program penyehatan


ekonomi hingga 31 Maret 1998, pada dasarnya berkaitan dengan kebijakan makroekonomi yang
meliputi:

1. Kebijakan Fiskal

Langkah-langkah di bidang fiskal pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan penerimaan negara
dan melakukan berbagai penghematan yang diikuti dengan peningkatan disiplin anggaran.
Langkah-langkah tersebut adalah:

a. Memperbaiki administrasi dan struktur pajak.


b. Meningkatkan penerimaan pajak melalui peningkatan pajak barang mewah, cukai minuman
beralkohol, dan cukai tembakau.
c. Menghapus pengecualian PPN.
d. Meningkatkan proporsi tanah dan bangunan kena pajak bagi usaha perkebunan dan kehutanan
menjadi 40%.
e. Mengurangi subsidi secara bertahap untuk BBM dan Listrik.
f. Melaksanakan transparansi fiskal dengan memasukkan dana reboisasi dan dana investasi dalam
anggaran pemerintah.
g. Membatalkan/menunda proyek-proyek infrastruktur.
h. Menghapus pengecualian pajak, bea masuk, dan credit priviledges yang semula diberikan pada
proyek IPTN.
i. Menanggung biaya subsidi kredit yang diberikan kepada pengusaha kecil.

2. Kebijakan Moneter.

Langkah-langkah di bidang moneter ditujukan untuk menyesuaikan kebutuhan likuisitas


perekonomian dan suku bunga demi menstabilkan nilai tukar rupiah. Untuk itu, pemerintah
melaksanakan kebijakan moneter yang ketat sampai nilai tukar stabil dengan tetap memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan likuiditas, terutama bagi usaha kecil-menengah dan koperasi. Langkah-
langkah tersebut adalah:

a. Meningkatkan suku bunga SBI untuk semua jangka waktu.


b. Melakukan intervensi di pasar valas apabila dirasakan efektif, baik yang dilakukan oleh BI
maupun secara bersama-sama dengan bank sentral negara lain.
8
c. Melakukan pembatasan transaksi forward bank-bank nasional dengan nonresiden sampai dengan
$5 juta.
d. Menurunkan giro Wajib Minimum valas dari 5 % menjadi 3% atas dana pihak ketiga dalam
valas.
e. Memberikan kewenangan penuh pada bank pemerintah untuk menyesuaikan suku bunga kredit
dan simpanan.
f. Memberikan fasilitas swap khusus untuk eksportir tertentu (PET) dan fasilitas forward kepada
importir produk ekspor.
g. Memperluas cakupan fasilitas rediskonto wesel ekspor kepada PET dari hanya rediskonto
pascapengalaman ( post-shipment), menjadi termasuk prapengapalan (pre-shipment).
h. Meningkatkan independensi Bank Indonesia dalam menetapkan suku bungan dan melaksanakan
kebijakan moneter.
i. Membentuk tim penyelesaian utang luar negeri swasta untuk membantu penyelesaian utang luar
negeri swasta.

3. Restrukturisasi Sektor Keuangan

Restrukturisasi sektor keuangan di tujukan untuk menyehatkan dan memperkuat sistem keuangan
nasional melalui restrukturisasi perbankan serta memperkuat kerangka hukum dan pengawasan
perbankan. Langkah-langkah tersebut adalah :

1. Mencabut izin usaha 16 bank insolven.


2. Menempatkan bank pembangunan daerah yang tidak sehat di bawah pengawasan ketat BI.
3. Mengumumkan rencana merger bank-bank pemerintah dan diikuti dengan rencana merger
bank-bank swasta.
4. Memberikan jaminan penuh kepada semua deposan dan kreditor semua bank umum yang
berbadan hukum indonesia.
5. Memberikan dukungan terhadap skim pinjaman luar negeri yang dijamin oleh negara pemberi
pinjaman dan menyalurkan pinjaman tersebut melalui bank-bank indonesia dengan memberikan
jaminan atas L/C impor serta mengecualikannya dari ketentuan PKLN bank.
6. Memberikan bantuan likuiditas bagi bank-bank dengan persyaratan kondisi yang di perketat.
7. Membentuk BPPN yang fungsi utamanya adalah melaksanakan sistem penjaminan dan proses
restrukturisasi perbankan seefektif mungkin. BPPN bertanggung jawab langsung kepada
Menteri Keuangan.
8. Meningkatkan ketentuan modal minimum bank-bank umum secara bertahap.
9. Menetapkan kriteria bank-bank lemah yang akan di alihkan ke BPPN. Selanjutnya 54 bank
yang tidak sehat di alihkan pengawasannya kepada BPPN.
9
10. Merevisi kerangka kerja hukum untuk operasi perbankan termasuk UU Kepailitan, UU
Keterbukaan Perbankan, dan masalah jaminan.
11. Meningkatkan transparansi dan keterbukaan dalam perbankan.
12. Menghapus pembatasan pembukaan cabang bank asing.
13. Menghapus pembatasan pembelian saham bagi investor asing maksimal sebesar 49%, yang di
perdagangkan pada perdagangan perdana, kecuali saham perbankan.

4. Reformasi Struktural di sektor Riil

Untuk meningkatkan efisiensi dan daya asing nasional serta mengurangi berbagai hambatan
perdagangan luar negeri, pemerintah melakukan restrukturisasi sektor riil. Restrukturisasi tersebut
dilaksanakan melalui reformasi di bidang perdagangan, investasi deregulasi, dan privatisasi.

5. Perdagangan Luar Negeri

Kebijakan yang di ambil oleh pemerintah pada masa reformasi ini berkaitan dengan hal-hal berikut :

1. Mengurangi tarif produk makanan hingga maksimum 5 persen


2. Menghapus ketentuan kandungan lokal pada produk susu
3. Mengurangi tarif produk kimia sebesar 5 persen
4. Mengurangi tarif produk pertanian nonmakanan sebesar 5 persen.
5. Mengurangi tarif produk besi/baja sebesar 5 persen
6. Menghapus pembatasan impor kapal baru dan kapal bekas.
7. Menghapus pajak ekspor produk kulit, cork, ores, dan produk aluminium
8. Menghapus PPN untuk pembelian bahan baku dan jasa dari pemasok dalam negeri kepada
perusahaan berstatus PET.
9. Menambah jenis komoditi dalam cakupan PET dari 10 menjadi 29
10. Mengurangi secara bertahap pajak ekspor produk-produk tertentu, kecuali yang bertujuan untuk
menjaga kelestarian lingkungan.

6. Investasi

Kebijakan yang di ambil oleh pemerintah pada masa reformasi yang berkaitan dengan investasi antara
lain :
1. Menghapus batasan 49 persen pemilikan saham perusahaan yang tercatat di bursa oleh investor
asing (kecuali perbankan).
2. Menghapus larangan investasi asing dalam perkebunan kelapa sawit
3. Mencabut larangan investasi asing dalam perdagangan eceran
4. Deregulasi dan privatisasi
10

Kebijakan yang di ambil oleh pemerintah pada masa Reformasi yang berkaitan dengan deregulasi dan
privatisasi antara lain :

1. Menghapus pembatasan pemasaran semen, kertas, dan kayu lapis


2. Menghapus kendali harga semen (HPS)
3. Memperbolehkan produsen semen yang hanya memiliki izin eksportir umum untuk mengekspor.
4. Menghapus tata niaga cengkeh (BPPC)
5. Melarang pemerintah daerah membatasi perdagangan di dalam dan antar provinsi, termasuk
perdagangan cengkeh dan vanila
6. Menghapus secara bertahap monopoli BULOG, kecuali dalam hal distribusi dan penetapan harga
dasar beras serta kedelai.
7. Membebaskan pihak swasta untuk melakukan impor dan penjualan gandum, tepung terigu,
kedelai, bawang putih, serta gula; penjualan dan distribusi tepung terigu; impor dan pemasaran
gula.
8. Membebaskan petani dari kewajiban menanam tebu.
9. Mempercepat proses privatisasi BUMN.

7. Jaringan Pengaman Sosial (Social Safety Net).

1. Mempertahankan anggaran pemerintah untuk pengeluaran kesehatan dan pendidikan


2. Meningkatkan pemberian bantuan kepada rakyat kecil dengan memperkuat kemampuan lembaga
perkreditan untuk usaha kecil dan menengah, khususnya dalam penilaian kredit dan
pengawasannya.
3. Menyediakan kredit likuiditas terutama untuk program pengembangan usaha kecil (KKPA,
KKUD, Dll.)
4. Memberikan fasilitas pembiayaan modal kerja bagi usaha kecil dan mempermudah akses untuk
memperoleh pembiayaan tersebut.
5. Memperluas Proyek-proyek yang berbasis partisipasi rakyat setempat.
11

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Prekonomian Indonesia pada Masa orde Lama dimulai sejak Indonesia merdeka tanggal 17 agustus
1945 sampai 10 maret 1966. Selama masa Orde Lama, perekonomian Indonesia berkembang kurang
menggembirakan.Keadaan ini tidak terlepas dari stabilitas politik yang tidak menguntungkan kehidupan
ekonomi.

Pada masa orde baru tersebut,perekonomian Indonesia berhasil dengan disertai aspek aspek
terpeliharanya stabilitas nasional, lebih kokoh dan seimbang jika dilihat dari sisi penerimaan Negara,
prinsip anggaran berimbag yang dinamis senantiasa dianut, terjadi prubahan struktur secara mendasar.

Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca
krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.

Krisis moneter merupakan situasi di mana keadaan keuangan suatu negara tidak stabil, akibat harga

aset mengalami penurunan nilai yang tajam, bisnis dan konsumen tidak dapat membayar hutangnya, dan

lembaga keuangan mengalami kekurangan likuiditas. Umumnya, krisis moneter sering dikaitkan dengan

kepanikan dimana investor menjual aset atau menarik dana (rush) dari rekening tabungan, karena takut

nilai asetnya turun bahkan hilang jika tetap disimpan di lembaga keuangan. Namun ada juga situasi lain

krisis moneter yang disebabkan oleh pecahnya gelembung keuangan spekulatif, kehancuran pasar saham,

gagal bayar pemerintah terhadap utang negara, atau krisis mata uang.

3.2 SARAN

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi seharusnya pemeintah lebih memperhatikan aspek-aspek


pemerataan pendapatan terhadap masyarakat, mengurangi tingkat kemiskinan, meningkatkan investasi,
menstabilkan tingkat suku bunga dan mengurangi tingkat inflasi.
12

DAFTAR PUSTAKA

 https://arikhamid.wordpress.com/tag/kebijakan-ekonomi-orde-baru
 http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/08/26/ntowsl349-pengamat-
kondisi-ekonomi-indonesia-seperti-dalam-lingkaran-setan
13

Anda mungkin juga menyukai