Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perkembangan Sistem Ekonomi
Indonesia" dengan tepat waktu.

Sholawat beserta salam juga kami haturkan keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW.
Yang mana berkat ekspansi beliau kita bisa terangkis dari alam jahiliyah menuju alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan, yakni dengan adanya agama islam dan iman.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Perbandingan Sistem


Ekonomi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Sistem Ekonomi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Bari, S.E., M.M. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan, 20 Desember 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
C. TUJUAN.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM EKONOMI DI INDONESIA................5
1. Pemerintahan orde lama..............................................................................................5
2. Pemerintahan orde baru...............................................................................................5
3. Pemerintahan transisi...................................................................................................5
4. Pemerintahan reformasi...............................................................................................6
B. LANDASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA......................................................6
C. PERKEMBANGAN SISTEM EKONOMI INDONESIA.........................................7
1. Periode Orde Lama (ORLA) : Periode 1945-1966......................................................7
2. Periode Orde Baru (ORBA) : periode Maret 1966 – Mei 1998................................10
3. Periode Orde Reformasi: Periode 1998-Sekarang.....................................................11
D. SISTEM EKONOMI PANCASILA..........................................................................14
BAB III PENUTUP................................................................................................................15
A. KESIMPULAN............................................................................................................15
B. KRITIK DAN SARAN...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia dihadapkan pada persoalan serius dalam
pemulihan ekonomi pasca-agresi militer Belanda. Indonesia melewati perjuangan tidak
mudah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman kembalinya
kolonialisme Belanda.

Dalam masa-masa genting itu, Republik Indonesia yang masih muda, dituntut
mencari bentuk sistem pemerintahan dan politik terbaik. Pemulihan ekonomi pun
menjadi program utama pemerintahan Presiden Soekarno pada masa itu. Sebagai
jalannya, diterapkanlah Sistem Ekonomi Nasional. Lewat sistem tersebut, pemerintah
kemudian melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di
Indonesia. Akan tetapi, kondisi perekonomian Indonesia tetap belum stabil lantaran
terjadinya perang-perang dalam mempertahankan kemerdekaan.

Di tengah gejolak tersebut, pada 1947, Kabinet Sjahrir sempat mencanangkan Siasat
Pembangunan Ekonomi dan menunjuk Mohammad Hatta sebagai ketua komitenya.
Namun, Komite Siasat Ekonomi ini belum mampu membuat rencana pembangunan
ekonomi yang menyeluruh. Anggaran pemerintah kala itu tidak bisa mencukupi rencana
pembangunan nasional karena Indonesia belum bisa mengandalkan sistem perpajakan
sebagai sumber pemasukan negara.

Selain itu, pemerintah juga menghadapi masalah pembentukan badan perencanaan


pembangunan dan perbaikan pelayanan masyarakat melalui lembaga birokrasi ekonomi
yang kian meluas. Untuk mengatasi persoalan itu, pemerintah kemudian mencanangkan
sejumlah program dan kebijakan ekonomi, seperti Rencana Urgensi Perekonomian tahun
1951 dan Rencana Lima Tahun atau Rencana Juanda pada 1955.

3
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah perkembangan Sistem Ekomoni Indonesia?


2. Bagaimana landasan Sistem Ekonomi Indonesia?
3. Bagaimana Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia?
4. Bagaimana Sistem Ekonomi Pancasila?

C. TUJUAN

1. Agar mengetahui bagaimana awal mula Sistem Ekonomi berkembang di Indonesia.


2. Agar paham landasan tentang sistem ekonomi indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan sistem ekonomi di indonesia.
4. Untuk mengetahui indonesia menganut sistem ekonomi pancasila atau yang lain.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM EKONOMI DI INDONESIA


1. Pemerintahan orde lama
Pada tanggal 17 agustus 1945, indonesia memproklamasikan kemerdekannya.
Namun demikian, tidak berarti indonesia sudah bebas dari belanda sebelum akhirnya
pemerintah belanda mengakui secara resmi kemerdekaan indonesia. Selama
pemerintahan orde lama, keadaan perekonomian indonesia sangat buruk, seperti
pertumbuhan ekonomi yang menurun sejak tahun 1958 dan defisit anggaran
pendapatan dan belanja pemerintahan terus membesar dari tahun ke tahun
disebabkan oleh hancurnya infrastruktur ekonomi, fisik, maupun non fisik selama
pendudukan jepang.
Dilihat dari aspek politiknya selama periode orde lama, dapat dikatakan
indonesia pernah mengalami sistem politik yang sangat demokratis yang
menyebabkan kehancuran politik dan perekonomian nasional.
2. Pemerintahan orde baru
Indonesia dalam orde baru pada maret 1966 pemerintah lebih ditujukan pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial tanah
air. Usaha pemerintah tersebut ditambah lagi dengan penyusunan rencana
pembangunan 5 tahun secara bertahap dengan target yang jelas sangat dihargai oleh
negara-negara barat. Perubahan ekonomi struktural juga sangat nyata selama masa
orde baru dimana sektor industri manufaktur meningkat setiap tahun. Kondisi utama
yang harus dipenuhi agar usaha membangun ekonomi dapat berjalan dengan baik
yaitu : kemampuan politik yang kuat, stabilitas ekonomi dan politik, SDM yang
baik, sistem politik ekonomi terbuka yang berorentasi ke barat, dan kondisi
ekonomi politik dunia yang lebih baik.
3. Pemerintahan transisi
Masa transisi pada mei 1997, nilai tukar bath thailand terhadap dolar AS
mengalami suatu goncangan yang hebat yang merembet ke indonesia dan beberapa
negara asia lainnya. Rupiah indonesia mulai terasa goyang pada juli 1997, sekitar
bulan september 1997 nilai tukar rupiah terus melemah sehingga pemerintah orde
baru mengambil beberapa langkah konkrit diantaranya menunda proyek dan
membatasi anggaran belanja negara.

5
4. Pemerintahan reformasi
Awal pemerintahan reformasi dipimpin oleh presiden Abdurrahman Wahid atau
yang kita kenal Gusdur.

B. LANDASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA


Secara normatif, landasan idiil sistem ekonomi Indonesia adalah Pancasila dan UUD
1945. Dengan demikian maka sistem ekonomi indonesia adalah sistem ekonomi yang
berorientasi kepada KetuhananYang Maha Esa (berlakunya etik dan moral agama, bukan
materialisme), Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal pemerasan
ataueksploitasi), Persatuan Indonesia (berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan,
sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dalam ekonomi), Kerakyatan (mengutamakan
kehidupan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang banyak) serta Keadilan Sosial
(persamaan emansipasi, kemakmuran masyarakat yang utama-bukan kemakmuran
perorangan).
Dari butir-butir di atas, keadilan menjadi sangat utama di dalam sistem ekonomi
Indonesia, Keadilan merupakan titik tolak, proses dan tujuan sekaligus. Pasal 33 UUD
1945 adalah pasal utama bertumpunya sistem ekonomi Indonesia yang berdasar
Pancasila, dengan kelengkapannya, yaitu Pasal-pasal 18, 23, 27 (ayat 2) dan 34.
Adapun dasar politik perekonomian yang diatur dalam UUD 1945 pasal 33
tersebut berbunyi :
1. Ayat 1 : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan.
2. Ayat 2 : Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Ayat 3 : Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
4. Ayat 4 : Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.

6
Berdasarkan TAP MPRS XXIII/1966, ditetapkanlah butir-butir Demokrasi
Ekonomi (kemudian menjadi ketentuan dalam GBHN 1973,1978, 1983, 1988). yang
meliputi penegasan berlakunya Pasal-Pasal 33,34, 27 (ayat 2), 23 dan butir- butir yang
berasal dari Pasal-Pasal UUDS tentang hak milik yuang berfungsi sosial dan kebebasan
memilih jenis pekerjaan. Dalam GBHN 1993 butir-butir Demokrasi Ekonomi ditambah
dengan unsur Pasal 18 UUD 1945. Dalam GBHN 1998 dan GBHN 1999, butir-butir
Demokrasi Ekonomi tidak disebut lagi dan diperkirakan "dikembalikan" ke dalam
Pasal-Pasal asli UUD 1945. Landasan normatif-imperatif ini mengandung tuntunan
etik dan moral luhur, yang menempatkan rakyat pada posisi mulianya, rakyat
sebagai pemegang kedaulatan, rakyat sebagai umat yang dimuliakan Tuhan,
yang hidup dalam persaudaraan satu sama lain, saling tolong-menolong dan bergotong-
royong.

C. PERKEMBANGAN SISTEM EKONOMI INDONESIA


1. Periode Orde Lama (ORLA) : Periode 1945-1966
a. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat
buruk, antara lain disebabkan: inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena
beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu
itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang
berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian
pada tanggal 6 Maret 1946.
Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan
sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang di kuasai
sekutu. Pada bulan Oktober 1946, Pemerintah RI juga mengeluarkan uang
kertas baru, yaitu ORI (Orang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang
Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar
mempengaruhi kenaikan tingkat harga. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda
sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
 Kasa Negara kosong
 Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi,


antara lain :

7
1) Program pinjaman nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.
Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan juli
1946. Upaya menembus blockade dengan diplomasi beras ke India,
mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan
menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura
dan Malaysia.
2) Konferensi ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang buat dalam menanggulangi masalah-masalah
ekonomi yang mendesak, yaitu masalah produksi dan distribusi
makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan-
perkebunan.
3) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari
1947
4) Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, yaitu
dengan mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang
produktif
5) Kasimo Plan yang intinya mengenal usaha swasembada pangan
dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan
swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan membaik

b. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)


Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian
diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang laissez faire.
Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan
pengusaha non pribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem
ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru
merdeka. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ekonomi, antara lain:
1) Gunting Syarifuddin yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret
1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat
harga turun.
2) Program Benteng (Kabinet Natsir) yaitu upaya menumbuhkan
wira swastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar
8
bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi
impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada
importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-
perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam
perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat
pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing
dengan pengusaha non-pribumi.
3) Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15
Desember 1951 lewat UU No.24 tahun 1951 dengan fungsi
sebagai bank sentral dan bank sirkulasi. Sistem ekonomi Ali-
Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu pribumi diwajibkan memberikan latihan-
latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerinth menyediakan kredit
dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak
berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang
berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah
4) Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran
Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda
yang menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha
pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.
c. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia
menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia
menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah).
Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan
persamaan dalam sosial, politik, dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Akan
tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini
belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
1) Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan
nilai uang sebagai berikut: uang kertas Rp500 menjadi Rp 50,
uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua
simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.

9
2) Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap
ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam
pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian
Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-barang naik 400%.
3) Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan
uang senilai Rp 1000 menjadi Rp1. Sehingga uang rupiah baru
mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi masyarakat
uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi.
Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini
malah meningkatkan angka inflasi.

Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah


karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pada
masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanaakn
pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan
Negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga salah satu konsekuensi dari pilihan
menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa diartikan bahwa Indonesia
berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politi, ekonomi, maupun bidang-bidang
lain.

2. Periode Orde Baru (ORBA) : periode Maret 1966 – Mei 1998


Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi pada masa Orde
Baru: meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui suatu proses industrialisasi
dalam skala besar, yang pada saat itu dianggap sebagai satu-satunya cara yang
paling tepat dan efektif untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi,
seperti kesempatan kerja dan defisit neraca pembayaran.
Terjadi perubahan struktural dalam perekonomian Indonesia selama masa Orde
Baru jika dilihat dari perubahan bangsa PDB (Produk Domestik Bruto), terutama
dari sektor industri. Konstribusi sektor industri sekitar 8% (1960) menjadi
12% (1983). Hal ini menunjukkan terjadinya proses industrialisasi atau
transformasi ekonomi dari Negara agraris menuju semi industri. Proses
pembangunan dan perubahan ekonomi semakin cepat para paruh dekade 80-an, di
mana pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi di sektor moneter
maupun riil dengan tujuan utama meningkatkan ekspor nonmigas dan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. Deregulasi

10
menyebabkan terjadinya pergeseran dari semula tersentralisasi menjadi
desentralisasi dan peranan sektor swasta semakin besar. Pada level meso (tengah)
dan mikro, pembangunan tidak terlalu berhasil: jumlah kemiskinan tinggi,
kesenjangan ekonomi meningkat di akhir 90an. Secara umum dalam Orde
Baru terjadi perubahan orientasi kebijakan ekonomi yang semula bersifat
tertutup di Orde Lama menjadi terbuka pada Orde Baru. Perkembangan
ekonomi masa Orde Baru lebih baik dari Orde Lama disebabkan oleh
beberapa faktor:
1) Kemauan politik yang kuat dari pemerintah untuk melakukan
pembangunan atau melakukan perubahan kondisi ekonomi.
2) Stabilitas politik dan ekonomi yang lebih baik dari pada masa
Orde Lama. Pemerintah Orde Baru berhasil menekan inflasi.
Mereka juga berhasil menyatukan bangsa dan kelompok masyarakat
serta meyakinkan mereka bahwa pembangunan ekonomi dan sosial
adalah jalan satu-satunya agar kesejahteraan masyarakat di Indonesia
dapat meningkat.
3) Sumber daya manusia yang lebih baik. SDM di masa Orde Baru memiliki
kemampuan untuk menyusun program dan strategi pembangunan
dengan kebijakan-kebijakan yang terkait serta mampu mengatur
ekonomi makro secara baik.
4) Sistem politik dan ekonomi terbuka yang berorientasi ke Barat. Hal ini
sangat membantu khususnya dalam mendapatkan pinjaman luar
negeri, PMA dan transfer teknologi serta ilmu pengetahuan.
5) Kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik. Selain terjadi oil boom
(tingkat produksi minyak dan harganya yang meningkat), juga
kondisi ekonomi dan politik di dunia pada era ORBA khususnya setelah
perang dingin berakhir, jauh lebih baik dari pada semasa ORLA.

3. Periode Orde Reformasi: Periode 1998-Sekarang


a. Pemerintahan Presiden BJ. Habibie
Pemerintah presiden BJ. Habibie yang mengawali masa reformasi belum
melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi.
Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik.
b. Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
11
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun belum ada
tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan Negara dari keterpurukan.
Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus
dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),
pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan
mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Brunei
gate yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya,
kedudukannya digantikan presiden megawati.
c. Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri
Masalah-masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah
pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang
ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalanekonomi antara lain:
1) Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar
pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran
utang luar negeri sebesar Rp 116,3 triliun.
2) Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual
perusahaan Negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan
mengurangi beban Negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %.Namun kebijakan
ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang di privatisasi
di jual keperusahaan asing.

Dimasa ini juga direalisasikan berdiri KPK (Komisi Pemberantasan


Korupsi), tetapi belum ada gebrekan konkrit dalam pemberantasan
korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir
dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu
jalannya pembangunan nasional.

d. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


Kebijakan kontroverisal pertama presiden SBY adalah mengurangi
subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini di
latar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM
dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang
yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan
kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontriversial kedua,

12
yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak dan
pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial. Kebijakanyang ditempuh
untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan
infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta
mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi.
Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada
bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-
kepala daerah.
e. Pemerintahan Presiden Joko Widodo
Di lima tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo ditutup
dengan situasi ekonomi yang menantang. Sebab, sedang terjadi perlambatan
ekonomi secara global yang berimbas pula pada kondisi ekonomi di
dalam negeri. Menurut Menteri Koordinator bidang perekonomian Darmin
Nasution, capaian yang ditoreh pemerintah di bidang perekonomian selama
periode ini sudah baik. Setidaknya ada empat indikator makro ekonomi yang
menjadi prestasi selama lima tahun ini, yaitu:
1) Pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu terjaga di atas 5%.Di tengah
gejolak perekonomian dan perlambatan pertumbuhan ekonomi
global selama dua tahun terakhir, angka pertumbuhan ekonomi
Indonesia di kisaran 5% terbilang bagus.
2) Prestasi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga barang-barang
selama lima tahun terakhir. Tingkat inflasi selalu dapat bergerak
dalam rentang yang ditargetkan pemerintah maupun Bank Indonesia
(BI).
3) Dengan level pertumbuhan ekonomi yang ada, pemerintah mampu
membawa angka kemiskinan turun ke level terendahnya
sepanjang sejarah.
4) Pemerintah juga mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
inklusif. Ini terlihat dari angka rasio gini yang juga makin mengecil
pada level 0,382 pada Maret 2019
D. SISTEM EKONOMI PANCASILA
Sistem ekonomi Pancasila merupakan sebuah sistem ekonomi yang muncul pada
tahun 1967 dijalankan dengan nilai dan moral yang terkandung dalam Pancasila
13
sebagai dasarnya. Sistem ekonomi Pancasila ini dijalankan berdasarkan nilai-
nilai dan moral yang terkandung di dalam Pancasila. Sistem ekonomi ini
dipilih karena mengandung makna demokrasi ekonomi. Karena itu, sistem ekonomi
Pancasila juga sering disebut sebagai sistem ekonomi demokrasi.
Para Pelopor tidak dapat disangkal bahwa hangatnya polemik tentang sistem
ekonomi Indonesia sekitar tahun 1980-1981 berkisar kepada gagasan Mubyarto
mengenai Sistem Ekonomi Pancasila (SEP). Sebutan SEP sebenarnya sudah
dilontarkan terlebih dahulu oleh Emil Salim dalam suatu artikel pada harian Kompas
tanggal 30 Juni 1966. Buku “Membangun Sistem Ekonomi” karya Mubyarto
menegaskan betapa konsistennya Pak Muby, demikian dia biasa dipanggil, dalam
memperkenalkan dan mempopulerkan sistem ekonomi yang pas bagi Indonesia
(Kuncoro, 2001: Mubyarto, 2000).
Di kalangan para pakar terdapat dua cara pandang terhadap SEP. Pertama Jalur
yuridis formal, yang berangkat dari keyakinan bahwa landasan hukum SEP adalah
pasal 33 UUD 1945, yang dilatarbelakangi oleh jiwa Pembukaan UUD 1945
dan dilengkapi oleh pasal 23, 27 ayat 2, 34, serta penjelasan pasal 2 UUD 1945. Pelopor
jalur ini, misalnya adalah Sri-Edi Swasono dan Potan Arif Harahap. Jalur kedua adalah
jalur orientasi, yang menghubungkan sila-sila dalam Pancasila. Termasuk dalam
kubu ini adalah Emil Salim, Mubyarto, dan Sumitro Djojohadi kusumo. Pada
dasarnya mereka menafsirkan SEP sebagai sistem ekonomi yang berorientasi pada sila
I, II, III, IV, dan V. Ketiga pelopor ini berusaha menjabarkan ideologi
Pancasila dalam dunia ekonomi dan bisnis. Agaknya ini sejalan dengan pandangan
yang menyatakan bahwa Pancasila merupakan ideologi terbuka, yang artinya nilai
dasarnya tetap, namun penjabarannya dapat dikembangkan secara kreatif dan
dinamis sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat Indonesia (Alfian, 1991).

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Selama pemerintahan orde lama, keadaan perekonomian indonesia sangat buruk,
seperti pertumbuhan ekonomi yang menurun sejak tahun 1958 dan defisit anggaran

14
pendapatan dan belanja pemerintahan terus membesar dari tahun ke tahun disebabkan
oleh hancurnya infrastruktur ekonomi, fisik, maupun non fisik selama pendudukan
jepang.
Indonesia dalam orde baru pada maret 1966 pemerintah lebih ditujukan pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial tanah air.
Usaha pemerintah tersebut ditambah lagi dengan penyusunan rencana pembangunan 5
tahun secara bertahap dengan target yang jelas sangat dihargai oleh negara-negara barat.
Masa transisi pada mei 1997, nilai tukar bath thailand terhadap dolar AS mengalami
suatu goncangan yang hebat yang merembet ke indonesia dan beberapa negara asia
lainnya. Rupiah indonesia mulai terasa goyang pada juli 1997, sekitar bulan september
1997 nilai tukar rupiah terus melemah sehingga pemerintah orde baru mengambil
beberapa langkah konkrit diantaranya menunda proyek dan membatasi anggaran belanja
negara.
Maka sistem ekonomi indonesia adalah sistem ekonomi yang berorientasi kepada
KetuhananYang Maha Esa (berlakunya etik dan moral agama, bukan materialisme),
Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal pemerasan ataueksploitasi),
Persatuan Indonesia (berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-nasionalisme
dan sosio-demokrasi dalam ekonomi), Kerakyatan (mengutamakan kehidupan ekonomi
rakyat dan hajat hidup orang banyak) serta Keadilan Sosial (persamaan emansipasi,
kemakmuran masyarakat yang utama-bukan kemakmuran perorangan).
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara
lain disebabkan: inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu
pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata
uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang
pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946.

B. KRITIK DAN SARAN


Makalah merupakan sebuah karya tulis yang mengangkat tema tertentu. Fokus tema
yang diambil lebih menitikberatkan kepada pengetahuan. Secara teknis penulisan,
makalah dibuat secara tersistematis dan memperhatikan kaidah penulisan makalah. Dari
segi pengumpulan materi pun juga harus memperhatikan kajian literatur.

15
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai