Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN PEREKONMIAN DARI MASA ORDE


LAMA HINGGA MASA REFORMASI

Disusun Oleh :

Feri Andi (43218010033)

Dosen Pengampu :

Retno Puji Astuti, SE, M.Ak


ALAMAT :

Jl Meruya Selatan No. 1, RT 4/RW 1, Meruya Sel., Kembangan, Kota Jakarta


Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11650 Tlp. (021) 5840816

Tahun Ajaran 2020


Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan tak lupa kepada kita selaku
umatnya sampai akhir zaman.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
Perekonomian Indonesia , atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi
perbaikan dimasa depan. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini berguna
bagi para pengajar, mahasiswa, dan pembaca pada umumnya.

Jakarta , 4 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB 2 Pembahasan.................................................................................................3
2.1 Perekenomian Indonesia pada era Orde Lama.............................................3
2.2 Perekonomian Indonesia pada era Orde Baru..............................................4
2.2.1 Pelita 1.....................................................................................................5
2.2.2 Pelita 2.....................................................................................................5
2.2.3 Pelita 3.....................................................................................................6
2.2.4 Pelita 4.....................................................................................................6
2.2.5 Pelita 5.....................................................................................................7
2.2.6 Pelita 6 ....................................................................................................7
2.3..Perekonomian Indonesia pada erareformasi

BAB 3…................................................................................................................12
Kesimpulan…...........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah berakhirnya Pemerintahan Belanda dan mengakui secara resmi


kemerdekaan Indonesia, selama dekade 1950-an hingga pertengahan tahun 1965
Indonesia dilanda gejolak politik di dalam negeri dan beberapa pemberontakan di
sejumlah daerah seperti di Sumatera dan Sulawesi. Akibatnya selama
Pemerintahan Orde Lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat buruk, selain
laju pertumbuhan ekonomi yang menurun terus sejak 1958, dari tahun ke tahun
defisit saldo neraca pembayaran (BOP) dan defisit Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) terus membesar selain itu selama orde lama, kegiatan
produksi di sektor pertanian dan industri manufaktur berada pada tingkat yang
sangat rendah karena keterbatasan kapasitas produksi dan infrastruktur
pendukung. Baik nonfisik maupun fisik seperti pendanaan dari bank.

Lalu era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma
pembangunan nasional, dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma
pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Pertumbuhan ekonomi
di era reformasi saat ini sering sekali mengalami kegoncangan.Munculnya
reformasi di bidang ekonomi disebabkan oleh adanya sistem monopoli di bidang
perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru, orang-orang yang dekat
dengan pemerintah akan mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan, bahkan
mampu berbuat apa saja demi keberhasilan usahanya.

Selain itu juga disebabkan oleh krisis moneter. Krisis tersebut membawa
dampak yang luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan
yang ditutup sehingga terjadi PHK dimana-mana dan menyebabkan angka
pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-mana dan
menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan
dimana-mana dan krisis perbankan . Berikut akan kami bahas lebih mendalam .

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perekonomian Indonesia pada era Orde Lama?


2. Bagaimana perekonomian Indonesia pada era Orde Baru?
3. Bagaimana perekonomian Indonesia pada era Reformasi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Bagaimana perekonomian Indonesia pada era Orde


Lama
2. Mengetahui Bagaimana perekonomian Indonesia pada era Orde
Baru
3. Mengetahui Bagaimana perekonomian Indonesia pada era
Reformasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pereknomian Indonesia pada era Orde Lama

Sejak berdirinya negara Republik Indonesia, sudah banyak tokok-tokoh


negara yang saat itu telah merumuskan bentuk perekonomian yang tepat bagi
bangsa Indonesia, baik secara individu maupun diskusi kelompok. Tetapi pada
pemerintah orde lama masih belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi negara
Republik Indonesia yang memburuk.Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal
kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan oleh :

 Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu
pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI,
yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia
Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
 Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
 Kas negara kosong.
 Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi,


antara lain:

 Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh Menteri Keuangan Ir.


Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli
1946.
 Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan
kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda
di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
 Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi
yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah
sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
 Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari
1947

Pada awal pemerintahan Soekarno, PDB per kapita Indonesia sebesar Rp


5.523.863. Pada 1961, Badan Pusat Statistik mengukur pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,74 persen. Setahun berikutnya masih sama, ekonomi Indonesia tumbuh
5,74 persen. Lalu, pada 1963, pertumbuhannya minus 2,24 persen. Angka minus
pertumbuhan ekonomi tersebut dipicu biaya politik yang tinggi. Akibatnya,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) defisit minus Rp 1.565,6
miliar. Inflasi melambung atau hiperinflasi sampai 600 persen hingga 1965. Meski
begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat kembali ke angka positif
pada 1964, yaitu sebesar 3,53 persen. Setahun kemudian, 1965, angka itu masih
positif meski turun menjadi 1,08 persen. Terakhir di era Presiden Soekarno, 1966,
ekonomi Indonesia tumbuh 2,79 persen.

2.2 Pereknomian Indonesia pada era Orde Baru


Masa kekuasaan Soeharto adalah yang terpanjang dibandingkan presiden
lain Indonesia hingga saat ini. Pasang surut perekonomian Indonesia juga paling
dirasakan pada eranya . Ia menjadi presiden di saat perekonomian Indonesia tak
dalam kondisi baik . Awal masa orde baru menerima beban berat dari buruknya
perekonomian orde lama. Tahun 1966 - 1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi
ekonomi. Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan inflasi dan
menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai
ayng berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan
adanya IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk
rancangan pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun
(REPELITA).
B.1. Pelita 1
Repelita dilaksanakan mulai tanggal 1 April 1969. Pembangunan ekonomi
pada masa orde baru diarahkan pada sektor pertanian. Hal itu dikarenakan kurang
lebih 55% dari produksi nasional berasal dari sektor pertanian dan juga 75%
pendudukan Indonesia memperoleh penghidupan dari sektor pertanian. Selama
beberapa tahun, sebelum orde baru keadaan ekonomi mengalami kemerosotan.
Pada 1955 - 1960 laju inflasi rata - rata 25% per tahun, dalam periode 1960 - 1965
harga - harga meningkat dengan laju rata - rata 226% per tahun, dan pada 1966
laju inflasi mencapai puncaknya, yaitu 650% setahun. Kemerosotan ekonomi
tersebut terjadi di segala bidang akibat kepentingan ekonomi dikorbankan demi
kepentingan politik. Pada masa orde baru, kemerosotan ekonomi dapat
dikendalikan.
Pada 1976, laju inflasi dapat ditekan menjadi 120%, atau seperlima dari
tahun sebelumnya. Pada 1968, inflasi dapat ditekan lagi menjadi 85%.
Berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai, kemudian dimulailah pelaksanaan
pelita 1 pada tahun 1969. Adapun titik berat pelita 1 adalah pada sektor pertanian
dan industri yang mendukung sektor pertanian. Adapun sasaran pelita 1, yaitu
meningkatkan pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat,
perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelaksanaan pelita 1 termasuk
pembiayaannya selalu disetujui DPR dengan membuat undang - undang sesuai
ketentuan UUD 1945

B.2. Pelita 2
Pelita 1 berakhir pada 31 Maret 1974, yang telah meletakan dasar-dasar
yang kuat bagi pelaksanaan pelita 1. MPR hasil pemilu 1971 secara aklamasi
memilih dan mengangkat kembali Jendral Soeharto sebagai Presiden RI. Selain
itu, MPR hasil pemilu 1971 berhasil pula menyusun GBHN melalui Tap MPR RI
No IV/MPRS/1973.
Di dalam GBHN 1973 terdapat rumusan pelita 2, yaitu :
 Tersedianya bahan pangan dan sandang yang cukup dan terjangkau oleh
daya beli masyarakat;
 Tersedianya bahan-bahan bangunan perumahan terutama bagi kepentingan
masyarakat;
 Perbaikan dan peningkatan prasarana;
 Peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata;
 Memperluas kesempatan kerja.

Untuk melaksanakan pelita 2, Presiden Soeharto kemudian membentuk


Kabinet Pembangunan 2. Program kerja Kabinet Pembangunan 2, disebut Sapta
Krida Kabinet Pembangunan 2, yang meliputi:
 Meningkatkan stabilitas politik;
 Meningkatkan stabilitas keamanan;
 Melanjutkan pelita 1 dan melaksanakan pelita 2
 Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
 Melaksanakan pemilihan umum.

B.3. Pelita 3

Pada 31 Maret 1979, Pelita 3 mulai dilaksanakan. Titik berat pembangunan


pada pelita 3 adalah pembangunan sector pertanian menuju swasembada pangan
yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Sasaran pokok pelita 3 diarahkan
pada Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Pada Pelita 3 ini
pembangunan berfokus pada pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju
terwujudnya keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia , stabilitas nasional
yang sehat dan dinamis , dan Meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar lebih
baik.

B.4. Pelita 4

Pelita 3 berakhir pada 31 Maret 1989 yang dilanjutkan dengan


pelaksanaan Pelita 4 yang dimulai 1 April 1989. Untuk ketiga kalinya Jenderal
Soeharto terpilih dan diangkat kembali oleh MPR hasil pemilu. Untuk
melaksanakan Pelita 4, Presiden Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan 4.
Titik berat Pelita 4 adalah pembangunan sektor pertanian untuk melanjutkan
usaha
- usaha menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin - mesin sendiri, baik untuk mesin - mesin industri ringan
maupun industri berat.

Pelita 4 berfokus pada :

 Bidang politik, yaitu berusaha memasyarakatkan P4 (Pedoman,


Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila).
 Bidang pendidikan, menekankan pada pemerataan kesempatan belajar dan
meningkatkan mutu pendidikan.
 Bidang keluarga berencana (KB), menekankan pada pengendalian laju
pertumbuhan penduduk yang dapat menimbulkan masalah nasional.

B.5. Pelita 5
Pelita 4 berakhir pada 31 Maret 1994 yang dilanjutkan oleh pelaksanaan
Pelita 5 yang dimulai 1 April 1994. Pelita 5 ini merupakan pelita terakhir dari
keseluruhan Program Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PPJP 1). Pelita 5
merupakan masa tinggal landas untuk memasuki Program Pembangunan Jangka
Panjang Kedua (PPJP II), yang akan dimulai pada pelita 6 pada April 1999. Titik
berat Pelita 5 adalah meningkatkan sektor pertanian untuk memantapkan
swasembada pangan dan meningkatkan prduksi hasil pertanian lainnya serta
sektor industri, khususnya industri yang menghasilkan barang untuk ekspor,
industri yang banyak tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan
industri yang dapat menghasilkan mesin - mesin industri menuju terwujudnya
struktur ekonomi yang seimbang antara industri dengan pertanian, baik dari segi
nilai tambah maupun dari segi penyeraan tenaga kerja.

B.6. Pelita 6
Pelita 5 berakhir pada 31 Maret 1999 yang dilanjutkan oleh pelaksanaan
Pelita 6 yang dimulai pada 1 April 1999. Pada akhir Pelita 5 diharapkan akan
mampu menciptakan landasan yang kukuh untuk mengawali pelaksanaan Pelita 6
dan memasuki proses tinggal landas menuju pelaksanaan Program Pembangunan
Jangka Panjang Kedua (PPJP II) . Titik berat Pelita 6 diarahkan pada
pembangunan sektor - sektor ekonomi dengan keterkaitan antara industri dan
pertanian serta bidang pembangunan lainnya dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Sasaran pembangunan industri dalam Rencana Pembangunan Lima
Tahun 6 sebagai bagian dari sasaran bidang ekonomi sesuai amanat GBHN 1993
adalah tertata dan mantapnya industri nasional yang mengarah pada penguatan,
pendalaman, peningkatan, perluasan, dan penyebaran industri ke seluruh wilayah
Indonesia, dan makin kukuhnya struktur industri dengan peningkatan keterkaitan
antara industri hulu, industri antara, dan industri hilir serta antara industri besar,
industri menengah, industri kecil, dan industri rakyat.

2.3 Pereknomian Indonesia pada era Reformasi


Pada era Reformasi ini ditandai dengan lengsernya Soeharto dari
jabatannya sebagai presiden dan di gantikan oleh Alm.BJ. Habibie . Berikut
perkembangan nya :

2.3.1 Pada masa pemerintahan B.J Habibie


Mengawali masa reformasi di Indonesia yang dipimpin oleh BJ.Habibie.
presiden BJ. Habibie belum melakukan maneuver-manuver yang tajam dalam
bidang ekonomi. Kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas
politik. Salah satu tantangan sekaligus capaiannya adalah pemulihan kondisi
ekonomi, dari posisi pertumbuhan minus 13,13 persen pada 1998 menjadi 0,79
persen pada 1999. Optimisme Pemerintahan B.J. Habibie dalam mengembangkan
ekonomi rakyat di tengah-tengah keterpurukan ekonomi nasional dapat dipahami.
Oleh karena itu krisis ekonomi yang terjadi dapat dipandang sebagai momentum
untuk menata paradigma pembangunan yang terlalu liberal dari pengikut yang
tidak disengaja aliran pembangunan liberal dan kapitalistik yang menempatkan
pertumbuhan ekonomi dengan konglomerat sebagai pengemudi (driver), menjadi
pembangunan ekonomi yang berpihak kepada Ekonomi Kerakyatan.
Habibie menerbitkan berbagai kebijakan keuangan dan moneter dan
membawa perekonomian Indonesia ke masa kebangkitan. Kurs rupiah juga
menguat dari sebelumnya Rp 16.650 per dollar AS pada Juni 1998 menjadi Rp
7.0 r dollar AS pada November 1998.

2.3.2 Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid


Abdurrahman wahid alias Gus Dur meneruskan perjuangan Habibie
mendongkrak pertumbuhan ekonomi pasca krisis 1998. Secara perlahan, ekonomi
Indonesia tumbuh 4,92 persen pada 2000.Gus Dur menerapkan kebijakan
desentralisasi fiskal dan otonomi daerah. Pemerintah membagi dana secara
berimbang antara pusat dan daerah. Kemudian, pemerintah juga menerapkan
pajak dan retribusi daerah. Meski demikian, ekonomi Indonesia pada 2001
tumbuh melambat menjadi 3,64 persen.

2.3.3 Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri


Pada masa pemerintahan Megawati, pertumbuhan ekonomi Indonesia
secara bertahap terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2002, pertumbuhan
Indonesia mencapai 4,5 persen dari 3,64 persen pada tahun sebelumnya.
Kemudian, pada 2003, ekonomi tumbuh menjadi 4,78 persen. Di akhir
pemerintahan Megawati pada 2004, ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 persen.
Tingkat kemiskinan pun terus turun dari 18,4 persen pada 2001, 18,2
persen pada 2002, 17,4 persen pada 2003, dan 16,7 persen pada 2004.
"Saat itu mulai ada tanda perbaikan yang lebih konsisten. Kita tak bisa lepaskan
bahwa proses itu juga dipengaruhi politik. Reformasi politik juga mereformasi
ekonomi kita," kata Lana.
Perbaikan yang dilakukan pemerintah saat itu yakni menjaga sektor perbankan
lebih ketat hingga menerbitkan surat utang atau obligasi secara langsung. Saat itu,
kata Lana, perekonomian Indonesia mulai terarah kembali. Meski tak ada lagi
repelita seperti di era Soeharto, namun ekonomi Indonesia bisa lebih mandiri
dengan tumbuhnya pelaku-pelaku ekonomi.
2.3.4 Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Dibawah kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)
pertumbuhan ekonomi Indonesia relative stabil . Pertumbuhan Indonesia cukup
menggembirakan di awal pemerintahannya, yakni 5,69 persen pada 2005.
Pada 2006, pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat jadi 5,5 persen. Di
tahun berikutnya, ekonomi Indonesia tumbuh di atas 6 persen, tepatnya 6,35
persen. Lalu, pada 2008, pertumbuhan ekonomi masih di atas 6 persen meski
turun tipis ke angka 6,01 persen. Saat itu, impor Indonesia terbilang tinggi.
Namun, angka ekspor juga tinggi sehingga neraca perdagangan lumayan
berimbang.
Pada 2009, di akhir periode pertama sekaligus awal periode kedua
kepemimpinan SBY, ekonomi Indonesia tumbuh melambat di angka 4,63 persen.
Perlambatan tersebut merupakan dampak krisis finansial global yang tak hanya
dirasakan Indonesia tetapi juga ke negara lain. Pada tahun itu, Bank Sentral
Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga yang membuat harga
komoditas global naik.
Lalu, pada 2010, ekonomi Indonesia kembali tumbuh dengan capaian 6,22
persen. Pemerintah juga mulai merancang rencana percepatan pembangunan
ekonomi Indonesia jangka panjang. Pada 2011, ekonomi Indonesia tumbuh 6,49
persen, berlanjut dengan pertumbuhan di atas 6 persen pada 2012 yaitu di level
6,23 persen. Namun, perlambatan kembali terjadi setelah itu, dengan capaian 5,56
persen pada 2013 dan 5,01 persen pada 2014.

2.3.5 Pada masa pemerintahan Joko Widodo


Pada masa pemerintahannya, Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa
Jokowi merombak struktur APBN dengan lebih mendorong investasi,
pembangunan infrastruktur, dan melakukan efisiensi agar Indonesia lebih berdaya
saing. Namun, grafik pertumbuhan ekonomi Indonesia selama empat tahun masa
pemerintahan Jokowi terus berada di bawah pertumbuhan pada era SBY.
Pada 2015, perekonomian Indonesia kembali terlihat rapuh. Rupiah terus
menerus melemah terhadap dollar AS. Saat itu, ekonomi Indonesia tumbuh 4,88
persen. . Di era Jokowi kata Lana, arah perekonomian Indonesia tak terlihat jelas.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) seolah hanya
sebagai dokumen tanpa pengawasan dalam implementasinya. Dalam kondisi itu,
tak diketahui sejauh mana RPJMN terealisasi. Ini tidak seperti repelita yang lebih
fokus dan pengawasannya dilakukan dengan baik sehingga bisa dijaga.
Pada 2016, ekonomi Indonesia mulai terdongkrak tumbuh 5,03 persen.
Dilanjutkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,17. Berdasarkan
asumsi makro dalam APBN 2018, pemerintah memprediksi pertumbuhan
ekonomis 2018 secara keseluruhan mencapai 5,4 persen. Namun, pertumbuhan
ekonomi di kuartal I-2018 ternyata tak cukup menggembirakan, hanya 5,06
persen.
Sementara pada kuartal II-2018, ekonomi tumbuh 5,27 persen dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Hanya ada sedikit perbaikan dibandingkan kuartal
sebelumnya.
Pada Senin (5/11/2018), BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada kuartal III-2018 sebesar 5,17 persen, malah melambat lagi
dibandingkan kuartal sebelumnya. Untuk kuartal IV-2018, pertumbuhan ekonomi
diprediksi meleset dari asumsi APBN. Bank Indonesia, misalnya, memprediksi
pertumbuhan Indonesia secara keseluruhan pada 2018 akan berada di batas bawah
5 persen.

Dalam sejumlah kesempatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang


kali menyampaikan bahwa kunci pertumbuhan ekonomi adalah pemerataan
kesejahteraan. Oleh karena itu, ia ingin memperluas jangkauan untuk
pertumbuhan di kawasan timur Indonesia, kawasan perbatasan, dan daerah-daerah
lain yang masih tertinggal.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perekonomian Indonesia sejak pemerintahan masa orde lama hingga masa


reformasi masih mengalami beberapa gejolak. Perekonomian Indonesia masih
jatuh bangun. Hal itu dapat dilihat dari kemiskinan yang masih mengalami
peningkata dari tahun ke tahun, pengangguran berada pada tingkat tinggi
dikarenakan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan
jumlah angkatan kerja yang ada, maraknya para koruptor karena hukuman yang
berlaku di negeri ini kurang tegas, masih terlihatnya kesenjangan ekonomi antara
penduduk yang miskin dan yang kaya, nilai tukar rupiah sudah menembus angka
sekitar Rp 14.000,- , dan masih memiliki hutang ke luar negeri.

Agen social of change ataupun agen social of control, selama ini sangat
baik melekat pada mahasiswa. Sebutan tersebut diberikan kepada mahasiswa atas
jasa dan pengorbanannya dalam perjuangan merespon balik segala bentuk
kegelisahan masyarakat yang datang dari para elite penguasa. Jika kita melihat
sejenak ke belakang dalam runtutan sejarah gerakan mahasiswa, maka bisa kita
simpulkan bahwa tanpa peran mahasiswa, maka negara ini tidak akan utuh berdiri
dalam persaingan global. Tercetusnya sumpah pemuda menjadi cikal bakal
perjuangan para mahasiswa untuk membangun kompetensi diri dan meningkatkan
kualitas diri. Sebagai mahasiswa yang dituntut dalam persaingan di era globalisasi
ini, sejarah merupakan bahan untuk perenungan dan pembelajaran para mahasiswa
kearah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://hafizasmenta.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-pada-masa-
orde.html

http://ressa-ressapratama.blogspot.com/2012/04/sejarah-perekonomian-indonesia-
orde.html

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/perekonomian-indonesia-di-era-
reformasi/

Subandi, (2016). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.

Yustika, Ahmad Erani. 2002. Pembangunan dan Krisis, Memetakan Perekonomian


Indonesia. Jakarta: PT.Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai