Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdulillah wasyukrulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehinggga kita masih dapat melakukan aktivitas
sebagai hamba-Nya dalam berfikir dan berkarya demi kemauan bangsa, negara, dan agama.

Penulis di sini akan membahas tentang Pemikiran Ekonomi Indonesia. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Pemikiran Ekonomi, dengan harapan
makalah ini dapat memberikan pembelajaran langsung kepada mahasiswa dan dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca utamanya sebagai salah satu bekal dan evaluasi
mengenai pendidikan yang ada di Indonesia.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi perbaikan dan penyempurnaan. Semoga apa yang telah penulis susun dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Yogyakarta, 20 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3

A. Sejarah Masalah Ekonomi Indonesia .......................................................................... 3

B. Upaya Menjaga Stabilitas dan Menangani Krisis Ekonomi di Indonesia ................... 10

C. Gagasan Beberapa Tokoh Mengenai Ekonomi di Indonesia ...................................... 13

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 22

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 22

B. Saran ........................................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Inequality di Emerging Market Dunia .................................................................. 4


Gambar 2. Pembagian Era Perekonomian Indonesia .............................................................. 5
Gambar 3. Gross savings Tiap Negara Terhadap % GDP ...................................................... 6
Gambar 4. GDP Growth Tiap Negara .................................................................................... 7
Gambar 5. Indonesia Unemployment Rate (% of total labor force) ........................................ 7
Gambar 6. Indonesia New Bussiness Registered (number) .................................................... 8
Gambar 7. Indonesia Government Expenditure (%GDP) ....................................................... 8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa-masa pasca proklamasi kemerdekaan, ekonomi Indonesia masih belum
tertata. Pada awal kemerdekaan itu, ekonomi Indonesia dapat dikatakan sangat kacau. Hal
ini disebabkan oleh pengaruh ekonomi kolonial yang ditandai dengan beredar luasnya
mata uang Jepang sehingga menyebabkan inflasi, pengangguran, blokade ekonomi dari
Belanda melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting sehingga perdagangan RI
dengan negara lain tidak bisa terlaksana, dan kekosongan kas negara karena pajak dan bea
masuk belum ada sedangkan pengeluaran negara terus bertambah dan pemerintah hanya
bergantung pada hasil tani. Kondisi Indonesia pada awal kemerdekaan belum stabil, selain
di bidang ekonomi, Indonesia juga mengalami kerusakan infrastruktur akibat agresi
militer, alat kelengkapan negara belum terisi, beberapa perlawanan masih terjadi sehingga
di awal kemerdekaan ini fokus negara adalah untuk membuat Indonesia benar-benar
merdeka dan kemerdekaannya diakui.
Dengan melihat kondisi ekonomi Indonesia terpuruk yang mengakibatkan rendahnya
kesejahteraan dan meluasnya kesengsaraan pada rakyat, ahli ekonomi Indonesia
berkeinginan menghapus pengaruh ekonomi kolonial dari tanah Indonesia dan menggeser
dominasi perusahaan asing dalam perekonomian dengan tujuan ekonomi Indonesia
mampu berdiri dan menyejahterakan rakyat. Hal tersebut melatarbelakangi munculnya
pemikiran ekonomi nasional. Pemikiran ekonomi pada 1950-an merupakan upaya
mengubah struktur perekonomian kolonial menjadi perekonomian nasional. Hambatan
yang dihadapi dalam mewujudkan hal tersebut adalah sudah berakarnya sistem
perekonomian kolonial yang cukup lama. Warisan ekonomi kolonial membawa dampak
perekonomian Indonesia banyak didominasi oleh perusahaan asing dan ditopang oleh
kelompok etnis Cina sebagai penggerak perekonomian Indonesia. Kondisi inilah yang
ingin diubah oleh para pemikir ekonomi nasional di setiap kabinet di era demokrasi
parlementer.
Pemikiran ekonomi Indonesia berupaya menangani masalah-masalah ekonomi yang
muncul pasca proklamasi Indonesia. Beberapa masalah ekonomi yang terjadi membentuk
suatu krisis perekonomian kala itu. Pemikiran ekonomi Indonesia diharapkan mampu

1
menangani permasalahan-permasalahan tersebut dan menciptakan stabilitas ekonomi
nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masalah ekonomi Indonesia?
2. Bagaimana upaya menjaga stabilitas dan menangani krisis ekonomi di Indonesia?
3. Bagaimana gagasan Sumitro Djoyohadikusumo, Prof. Boediono, dan Faisal Basri
mengenai ekonomi Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah masalah ekonomi Indonesia.
2. Mengetahui upaya menjaga stabilitas dan menangani krisis ekonomi di Indonesia.
3. Mengetahui gagasan Sumitro Djoyohadikusumo, Prof. Boediono, dan Faisal Basri
mengenai ekonomi Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Masalah Ekonomi Indonesia


Indonesia yang merupakan negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki
lebih dari 17 ribu lautan 7,6 km2 dan daratan 1,9 juta km2 tentunya memiliki implikasi
terhadap perkembangan ekonomi seperti pentingnya laut sebagai suatu penghubung antar
pulau dan sumberdaya alam dan variasi ekonomi antar daerah yang besar. Belum lagi
kekayaan sumber daya alam yang luar biasa. Namun tidak dipungkiri bahwa Indonesia
juga memiliki beberapa kelemahan seperti kurangnya capital (invite foreign investor &
foreign debt), struktur ekonominya masih primary sector based, industrialisasi yang
lamban, menganut sistem ekonomi campuran, adanya dualisme ekonomi (precapitalist
and capitalist/socialist) dan perekonomian dikuasai unit-unit usaha besar (managed by
conglomerats). Masalah kependudukan juga belum teratasi secara optimal sepertihalnya
dengan jumlah penduduk di Indonesia yang besar, laju pertambahan penduduk yang masih
tinggi, penyebaran penduduk yang kurang merata, pengangguran dan kemiskinan, kualitas
dan produktivitas yang masih rendah. Semua itu menjadi dasar pengambila kebijakan
ekonomi agar optimalisasi ekonomi dapat tercapai dengan memanfaatkan yang menjadi
kelebihan dan meminimalisasi dan meningkatkan berbagai kelemahan yang ada.

Sebelum Indonesia merdeka, Indonesia mengalami masa penjajahan yang terbagi


dalam beberapa periode. Terdapat empat negara yang pernah menduduki wilayah
nusantara yang sekarang terkenal dengan nama Indonesia, yaitu Portugis, Belanda, Inggris,
dan Jepang. Portugis menduduki Indonesia tidak terlalu lama karena harus terusi oleh
Belanda, kemudian Belanda berkuaa di Indonesia selama 350 tahun dengan menerapkan
berbagai sistem ekonomi yang masih terasa sampai sekarang ini. Untuk menganalisa
sejarah perekonomian Indonesia, perlu membagi masa pendudukan Belanda menjadi
beberapa periode, berdasarkan perubahan-perubahan kebijakan yang mereka lakukan di
indonesia (Hindia Belanda pada saat itu).

Belanda yang pada saat itu menganut sistem Markantilis dan mencapkan kukunya di
Indonesia. VOC menjadi tangan kanan Belanda dan dilimpahkan wewenang untuk
mengatur Indonesia, sebuah perusahaan yang sengaja dibuat dengan tujuan untuk

3
menghindari persaingan antara sesama pedagang dari negeri Belanda, sekaligus bertujuan
menyaingi perusahaan imperalisasi lain seperti EIC (Inggris).

Dalam pelaksanaan perekonomian Indonesia, Indonesia sendiri telah mengalami


berbagai macam sistem perekonomian mulai dari era sebelum kemerdekaan hingga pasca
reformasi. Dan implikasinya sangat besar terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia,
secara garis besar, secara teoritis Indonesia telah mengalami fenomena critical juncture
sebanyak tiga kali. Dan semakin lama semakin kearah ekonomi yang inklusif seperti yang
diberitahukan oleh Daron Ace Moglu. Dan beberapa diantaranya menyebabkan efek yang
signifikan bagi perekonomian Indonesia.

Gambar 1. Inequality di Emerging Market Dunia

Dari data diatas, dapat kita lihat ketimpangan pendapatan yang ada di beberapa
wilayah di emerging market. Ketika kita melihat lebih lanjut lagi, sistem perekonomian
Indonesia dapat dibagi menjadi empat era yaitu:

Era sebelum kemerdekaan (<1945) yaitu era dimana Indonesia masih dijajah oleh
penguasaan Jepang dan Belanda. Bisa dilihat dari kisaran tahun 1920 hingga pertengahan
antara tahun 1930-1940 Indonesia mengalami peningkatan jumlah ketimpangan
pendapatan yang sangat besar. Masih maraknya perbudakan pada tahun 1920 menjadi
salah satu penyebab adanya ketimpangan pendapatan yang besar antara kaum pribumi dan
kaum non-pribumi. Disamping itu, kondisi diperparah dengan adanya “The Great

4
Depression” pada tahun 1929 hingga 1939. Dalam jangka waktu 10 tahun ini, gerakan
nasionalis Indonesia juga mengalami kemunduran di bidang politis, karena kekuatan
politis kaum pribumi terpaksa diperketat oleh penguasa Belanda untuk mendorong
produktifitas yang lebih baik.

Era orde lama (1945-1967) yaitu era dimana pemikiran Ace Moglu terlihat di
Indonesia. Pada kali ini dengan deklarasi kemerdekaannya, Indonesia telah mengalami
proses critical juncture untuk pertama kalinya. Pada kali ini negara yang baru lahir masih
memerlukan sebuah sistem pemerintahan yang baik dan stabil guna menunjang
perekonomian negaranya. Meskipun telah melalui proses critical juncture namun,
masyarakat belum seutuhnya mendapat institusi ekonomi yang Inklusif, dan cenderung
masih bersifat Ekstraktif.

Era orde baru (1967-1998) pada era ini juga masih berhaluan pada Institusi yang
ekstraktif dan kekuatan politik masih dipegang oleh segelintir orang yang ada di Indonesia.
Pada masa ekstraktif ini, ketimpangan pendapatan justru menurun drastis terhitung mulai
dari era orde lama. Era ini berakhir ketika terjadi krisis ekonomi di asia pada tahun 1998
mendorng terjadinya critical juncture yang ketiga kalinya menyebabkan sistem institusi
pemerintahan berubah dari ekstraktif menjadi institusi yang inklusif.

Era Reformasi (1998-Sekarang) pada era inilah institusi yang tercipta benar-benar
institusi yang “inklusif” dan partisipasi dari tiap masyarakat ada dalam berpolitik. Namun,
nyatanya, adanya instusi yang inklusif ini justru meningkatkan ketimpangan pendapatan
yang lebih nyata daripada era-era ekstraktif sebelumnya.

Gambar 2. Pembagian Era Perekonomian Indonesia

5
Dari data diatas dan pembagian beberapa era prekonomian Indonesia, ternyata
pernyataan Ace Moglu tentang bagaimana kurang inovatifnya negara ketika negara
tersebut memiliki sistem institusi yang ekstraktif, tidak sepenuhnya benar, melihat
ternyata, kasusnya di Indonesia sendiri, keberadaan institusi yang bersifat ekstraktif tidak
hanya menurunkan ketimpangan pendapatan, namun juga meningkatkan gdp growth
secara rata-rata relative terhadap era reformasi. Meskipun penulis tidak menyertakan
faktor shock serta faktor faktor yang tak kasat mata lainya, namun pada nyatanya kejadian
di Indonesia tidak sama dengan negara ekstraktif lainnya.

Meskipun Indonesia bukan salah satu negara miskin, namun Indonesia dapat dikatan
negara yang rentan untuk mengalami perlambatan dalam perekonomian. Seperti hal yang
dikatakan oleh Sachs bahwa suatu perekonomian negara akan tergerak atas dasar savings
yang dilakukannya, semakin besar savings yang ada semakin besar pembangunan
infrastrukturnya serta meningkatkan perekonomian secara keseluruhan.

Gambar 3. Gross savings Tiap Negara Terhadap % GDP

Data diatas menunjukkan seberapa besar tabungan yang disisihkan terhadap proporsi
persen GDP yang ada di tiap negara. Pada gambar diatas, dapat kita lihat bahwa Indonesia
menempati posisi di tengah diantara negara-negara yang historis perkeonomian
Indonesianya mirip dengan Indonesia (kecuali USA, hanya sebagai pembanding).

6
Gambar 4. GDP Growth Tiap Negara

Sedangkan melihat dari perkembangan GDP growth yang ada, ternyata pemikiran yang
disampaikan oleh Sachs terbukti, dan ternyata adanya korelasi positif antara gross savings
dengan GDP growth. Pada grafik diatas, terbukti China masih menempati urutan pertama
dalam rangka GDP growth rate, sedangkan Indonesia menempati posisi kedua dan Thailand
menempati posisi ketiga. Namun perlu diketahui bahwa Thailand mengalami fluktuasi yang
paling tidak stabil daripada negara lainnya, sedangkan Indonesia menempati posisi pertama
dalam angka kestabilan GDP growth pada periode 2006-2013.

Gambar 5. Indonesia Unemployment Rate (% of total labor force)

7
Gambar 6. Indonesia New Bussiness Registered (number)

Gambar 7. Indonesia Government Expenditure (%GDP)

Dari data grafik diatas, pada (gambar 3.7) terjadi penurunan tingkat belanja
pemerintahan dari tahun 2006-2007 dan dari tahun 2008-2009, dengan adanya data
tersebut, teori Keynes mengatakan bahwa terjadinya peningkatan pada tingkat belanja
pemerintahan akan mendorong roda perekonomian, pada kali ini, penulis akan
membandingkannya dengan tingkat perusahaan yang terdaftar, dan ternyata terjadi
korelasi yang positif diantara keduanya. Pada kasus kali ini, adanya dukungan pemerintah
dalam pemerataan infrastruktur dapat mendorong roda perekonomian di suatu negara,
sehingga negara tersebut dapat meningkatkan produktifitasnya.

8
Selain itu, dengan adanya peningkatan jumlah perusahaan yang terdaftar juga dapat
menurunkan tingkat pengangguran secara signifikan. Angka pengangguran semakin
menurun seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang terdaftar, dengan adanya
data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa teori Scumpeter adalah benar dan perlu
diterapkan.

Dari pembahasan yang dibuat oleh penulis, dan berfokus pada studi empiris tentang
pemikiran ekonomi masa kini dan mempelajari tentang sejarah perekonomian Indonesia,
hal-hal yang perlu di dorong guna memperkuat industry manufaktur di Indonesia agar
tidak terjadi gagal “take off” adalah salah satunya dengan cara memperbesar jumlah
wirausaha di Indonesia. Penulis pada esai ini hanya berfokus pada bidang industri, adapun
faktor lainnya yang juga dapat menuntaskan tantangan ekonomi global diantaranya di
bidang pendidikan.Namun, untuk dibidang Industri sendiri penulis ingin memberikan
beberapa kesimpulan atas hasil analisis dari pembahasan diatas :

1. Peningkatan konsumsi pemerintah yang lebih baik lagi, diiringi dengan peningkatan
kualitas ekspor yang dilakukan oleh wirausaha domestik, sehingga dapat menurunkan
unemployment rate, dan sebagai last resort ketika angka partisipasi pendidikan di
Indonesia rendah, guna membendungi tenaga kerja asing yang tak terkendali
kedepannya. Pada statement ini, penulis berpendapat bahwa ketika angka partisipasi
pendidikan di Indonesia rendah, setidaknya angka wirausaha domestic Indonesia dapat
ditingkatkan lebih banyak lagi daripada sebelumnya. Dengan cara memberdayakan
UMKM sebagai basis ekonomi kreatif yang tidak semua tenaga asing memiliki
keahlian tersebut. Ekonomi berbasis industri kreatif masih perlu ditingkatkan,
mengingat ketika minat rata-rata penduduk usia muda di Indonesia di bidang
pendidikan yang masih rendah, mungkin industri kreatif dapat menjadi alternative
solusi bagi Indonesia kedepannya.
2. Institusi yang inklusif disertai dengan adanya peningkatan Rule of Law. Karena institusi
inklusif di Indonesia belum menemui titik yang lebih baik dari ekonomi ekstraktif, hal
ini mungkin dikarenakan belum adanya peningkatan di dalam penegakan hokum.
Lemahnya penegakan hukum di Indonesia menjadikan perekonomian di Indonesia
menjadi tidak kondusif dan cenderung menyusahkan, yang membuat seakan akan
masih adanya institusi “ekstraktif” di dalam institusi yang seharusnya “inklusif”.

9
Kedepannya diharapkan Indonesia dapat menegakkan hokum yang lebih baik dari pada
sebelumnya.

Dari kedua kesimpulan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas


perekonomian di bidang industri khususnya manufaktur atau industri kreatif yang
selanjutnya dapat mengatasi masalah-masalah yang ada dalam perekonomian global
sekarang ini. Tentunya dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk membangun
suasana industry yang baik dan aman, serta adanya peningkatan di bidang pendidikan juga
diperlukan dalam mengatasi masalah perekonomian global tersebut. Dengan begitu, bonus
demografi di Indonesia dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi Indonesia kedepannya.

B. Upaya Menjaga Stabilitas dan Menangani Krisis Ekonomi di Indonesia


Pemikiran ekonomi Indonesia berupaya menangani masalah-masalah ekonomi yang
muncul pasca proklamasi Indonesia. Beberapa masalah ekonomi yang terjadi membentuk
suatu krisis perekonomian kala itu. Pemikiran ekonomi Indonesia diharapkan mampu
menangani permasalahan-permasalahan tersebut dan menciptakan stabilitas ekonomi
nasional. Berikut adalah upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan menangani krisis ekonomi di Indonesia.
1. Gerakan Benteng
Gerakan Benteng dipelopori oleh Soemitro Djojohadikusumo Menteri Perdagangan
pada masa Kabinet Natsir yang berpendapat bahwa pembangunan ekonomi Indonesia
pada hakekatnya adalah pembangunan ekonomi baru. Gagasan Soemitro kemudian
dituangkan dalam program Kabinet Natsir dalam wujud pencanangan Rencana Urgensi
Perekonomian (RUP) yang sering disebut juga dengan Plan Soemitro. Wujud dari RUP
tersebut kemudian dicanangkan Program Benteng. Program Benteng merupakan usaha
pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi
struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Istilah ‘Benteng’ dari
ide Sumitro ini diberikan karena program tersebut berusaha membangun kewirausahaan
pribumi agar mampu membentengi perekonomian negara yang baru merdeka seperti
Indonesia. Tujuan dari program Gerakan Benteng antara lain sebagai berikut:
i. Menumbuhkan dan membina wiraswasta Indonesia sambil menumbuhkan ekonomi
nasional.
ii. Mendorong importir-importir nasional hingga mampu bersaing dengan perusahaan-
perusahaan impor asing (Belanda dan China).

10
iii. Membatasi impor barang-barang agar memberikan lisensi impor hanya kepada
importir Indonesia
iv. Memberikan bantuan dalam bentuk kredit kepada importir Indonesia.
Dalam pelaksanaan muncul masalah karena dalam pelaksanaan Program Benteng,
pemberian lisensi impor banyak yang disalahgunakan. Penyebab masalah dalam Program
benteng antara lain sebagai berikut.
i. Mereka yang menerima lisensi adalah orang-orang yang mempunyai hubungan
khusus dengan kalangan birokrat yang berwenang mendistribusikan lisensi dan
kredit. Pengusaha-pengusaha yang masuk dalam Program Benteng bahkan ada yang
menyalahgunakan untuk mencari keuntungan yang cepat dengan menjual lisensi
impor yang dimilikinya kepada pengusaha impor yang sesungguhnya, yang
kebanyakan berasal dari keturunan Cina.
ii. Penyelewengan lainnya adalah dengan cara mendaftarkan perusahaan yang
sesungguhnya merupakan milik keturunan Cina dengan menggunakan nama orang
Indonesia pribumi
Program Benteng akhirnya secara resmi dihentikan pada tahun 1957 oleh Menteri
Perekonomian, Ir. Rooseno Surjohadikusumo, atas dasar menghilangkan diskriminasi
rasial dalam praktik perekonomian negara.
2. Gerakan Ekonomi Ali Baba
Pada masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo I (Agustus 1954 - Agustus
1955), menteri prekonomian Mr. Iskaq Cokrohadisuryo memperkenalkan sistem
ekonomi baru yang dikenal dengan sistem Ali-Baba. Bentuk kerjasama ekonomi antara
pengusaha pribumi yang diidentikkan dengan Ali dan pengusaha Tionghoa yang
diidentikkan dengan Baba. Tujuan dari program ini adalah:
i. Untuk memajukan pengusaha pribumi.
ii. Agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
iii. Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka
merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Memajukan ekonomi
Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi.
Kebijakan ini digambarkan Ali sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba
digambarkan sebagai pengusaha non pribumi khususnya Cina. Pemerintah menyediakan
kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Pemerintah memberikan
perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada.
Berikut adalah penyebab program ini tidak berjalan dengan baik.

11
i. Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi
lebih berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit.
ii. Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan
bebas.
iii. Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.
3. Gerakan Asaat
Usaha lain yang pernah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pengusaha
pribumi dilakukan melalui “Gerakan Asaat”. Gerakan Assat merupkan suatu gerakan
ekonomi yang diprakarsai Mr. Asaat yang merupakan Menteri Dalam Negeri pada
Kabinet Natsir. Gerakan Asaat memberikan perlindungan khusus bagi warga negara
Indonesia Asli dalam segala aktivitas usaha di bidang perekonomian dari persaingan
dengan pengusaha asing pada terhadap gerakan ini terlihat dari pernyataan yang
dikeluarkan pemerintah pada Oktober 1956 bahwa pemerintah akan memberikan lisensi
khusus pada pengusaha pribumi. Ternyata kebijakan pemerintah ini memunculkan reaksi
negatif yaitu muncul golongan yang membenci kalangan Cina. Bahkan reaksi ini sampai
menimbulkan permusuhan dan pengrusakan terhadap toko-toko dan harta benda milik
masyarakat Cina serta munculnya perkelahian antara masyarakat Cina dan masyarakat
pribumi.
4. Gunting Syafrudin
Pemerintah, selain melakukan upaya perbaikan jangka panjang, juga melakukan
upaya perbaikan jangka pendek untuk menguatkan perekonomian. Salah satunya yang
dikenal dengan istilah Gunting Syafrudin. Gunting Sjafruddin adalah kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh Syafruddin Prawiranegara, Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta
II, yang mulai berlaku pada jam 20.00 tanggal 10 Maret 1950. Menteri Keuangan,
Syafrudin Prawiranegara, mengambil kebijakan memotong uang dengan memberlakukan
nilai setengahnya. Menurut kebijakan tersebut, uang NICA dan uang De Javasche Bank
dari pecahan Rp 5 ke atas digunting menjadi dua.
Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai
setengah dari nilai semula, bagian kiri itu harus ditukarkan dengan uang kertas baru di
bank dan tempat-tempat yang telah ditunjuk. Guntingan kanan dapat ditukar dengan
obligasi Pemerintah. Pecahan Rp 2,50 ke bawah tidak mengalami pengguntingan,
demikian pula uang ORI (Oeang Republik Indonesia). Kebijakan ini dibuat untuk
mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang terpuruk—utang menumpuk,

12
inflasi tinggi, dan harga melambung. Dengan kebijaksanaan yang kontroversial itu,
Sjafruddin bermaksud sekali pukul menembak beberapa sasaran: penggantian mata uang
yang bermacam-macam dengan mata uang baru, mengurangi jumlah uang yang beredar
untuk menekan inflasi dan dengan demikian menurunkan harga barang, dan mengisi kas
pemerintah.
5. Rencana Program Lima Tahun (Repelita)
Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara (BPN). Tugas
biro ini merancang pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri
perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun
(RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR
pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui
Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Program Pembangunan Rencana Lima
Tahun berbeda dengan RUP yang lebih umum sifatnya. Program Rencana Lima Tahun
lebih bersifat teknis dan terinci serta mencakup prioritas-prioritas proyek yang paling
rendah. Tujuan dari Rencana Lima Tahun adalah mendorong munculnya industri besar,
munculnya perusahaan-perusahaan yang melayani kepentingan umum dan jasa pada
sektor publik yang hasilnya diharapkan mampu mendorong penanaman modal dalam
sektor swasta. RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :
i. Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957
dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
ii. Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-
perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
iii. Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang
melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.
Lima upaya di atas adalah upaya-upaya pemerintah untuk mengubah perekonomian
Indonesia menuju ke arah yang lebih baik pada awal kemerdekaan. Program tersebut
diadakan dalam tujuan mengatasi krisis dan menjaga stabilitas ekonomi nasional kala itu.
C. Gagasan Beberapa Tokoh Mengenai Ekonomi di Indonesia
A. Gagasan ekonomi menurut Sumitro Djoyohadikusumo

Sumitro Djojohadikusumo merupakan ayah dari Menteri Pertahanan Indonesia


Prabowo Subianto. Beliau sering disebut sebagai arsitek ekonomi Indonesia modern.
Berbagai program lembaga untuk meningkatkan kerjasama Indonesia dan AS. Di

13
antaranya melakukan studi dan rekomendasi di bidang keamanan, teknologi, politik dan
ekonomi. Ada juga tukar menukar kunjungan antara DPR dan Senat AS. Selain itu
memberikan bantuan dana untuk peneliti Indonesia dan AS. Lalu studi tentang integrasi
ekonomi ASEAN, perdagangan regional dan arsitektur keamanan dan jalur untuk
kerjasama perdagangan yang menyambung ASEAN ke pasar global.

Pemikiran Sumitro Djojohadikusumo (1991) Tokoh ekonomi indonesia saat itu,


menegaskan bahwa sistem yang dicita-citakan adalah ekonomi semacam campuran
tetapi dalam proses perkembanganya telah disepakati suatu bentuk ekonomi baru yang
dinamakan sebagai Sistem Ekonomi Pancasila yang didalamnya mengandung unsur
penting yang disebut Demokrasi Ekonomi. Sistem Demokrasi Ekonomi dipilih karena
memiliki manfaat yang positif bagi Indonesia, diantaranya adalah :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.


2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendakinya
serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
4. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan masyarakat.
5. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya
dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
6. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Pemikiran Sumitro Djoyohadikusumo Pemikiran Sumitro yang lainnya adalah


ikhtiarnya untuk ikut meletakkan dasar yang kuat, berdasarkan pertimbangan yang
rasional. Pokok perhatian harus pada kehidupan manusianya. Salah satu jalur
pendobrak kemiskinan ialah masalah kesempatan kerja. Ia lantas memperkirakan, rasio
beban ketergantungan sejumlah penduduk Indonesia saat ini 4:1. Artinya, 1 tenaga
produktif memikul kebutuhan 4 jiwa, yang seharusnya cuma 2,5. Untuk
menguranginya, perlu meningkatkan sektor industri, dan pengembangan wilayah. Ini
menyangkut pola penggunaan dana, daya, dan efisiensi sistem perekonomian di
Indonesia. Tiga pemikiran mengenai industrialisasi. Yakni, yang memiliki keunggulan
komparatif, memprioritaskan industri hulu masa depan, dan membangun dalam
keterkaitan antara industri hulu dan hilir. Ketiga konsep ini bukan dogma. Kebijakan

14
ini dikenal dengan Rencana Soemitro. Sasaran kebijakan ini pada industri dasar, seperti
: pabrik semen, pabrik pemintalan, pabrik karung, peningkatan produksi pangan,
perbaikan sarana prasarana pertanian dan penanaman modal asing. Pemikiran Sumitro
Djojohadikusumo :

1. Ikhtiar untuk senantiasa hidup dekat dengan Tuhan YME


2. Ikhtiar untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran dalam penataan
perekonomian masyarakat.
3. Pola kebijakan ekonomi & cara penyelenggaraannya tidak menimbulkan kekuatan
yang mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.

Program Gerakan Benteng Program Benteng mengawali gelombang transformasi


ekonomi yang dipaksakan untuk menghadirkan kelas pengusaha pribumi. Program
Benteng digagas pada tahun 1950 oleh Menteri Perdagangan dan Perindustrian ketika
itu, Sumitro Djojohadikusumo. Sumitro yang kala itu merupakan wakil Partai Sosialis
Indonesia dalam kabinet Natsir (Masyumi), melihat menumpuknya beban
pemerintahan RI karena utang warisan penjajah Belanda sebesar Rp 4,3 Milyar sungguh
sangat membebani republik muda usia itu. Beban utang itu adalah ibarat harga
kemerdekaan RI yang mesti ditebus oleh Indonesia kepada pemerintah kolonial
Belanda yang tertuang dalam Konferensi Meja Bundar 1949 di Den Haag, Belanda.
Sumitro hadir membawa solusi revolusioner; memberi kredit impor seluas-luasnya
hanya kepada pengusaha pribumi sehingga diharapkan bisa memicu pertumbuhan
ekonomi nasional. Istilah ‘Benteng’ terhadap ide Sumitro ini diberikan karena pada
dasarnya program tersebut berusaha membangun kewirausahaan pribumi agar mampu
membentengi perekonomian negara yang baru merdeka seperti Indonesia. Selain itu,
juga untuk meningkatkan daya saing di luar negeri, bukan saja dengan bisnis Barat
(Belanda), tetapi juga dengan jaringan bisnis etnis Cina di seluruh dunia.

Program Gerakan Benteng Program ini bertujuan untuk mengubah struktur


ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi
Indonesia). Program tersebut antara lain:

1. Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.


2. Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.

15
3. Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan
bantuan kredit.
4. Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi
maju.

Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program
Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih
kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini.
Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan
pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :

1. Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal.
2. Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
3. Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
4. Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
5. Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara
hidup mewah.
6. Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara
cepat dari kredit yang mereka peroleh.

Program Gerakan Benteng Program Benteng telah membuka peluang kegiatan


memburu rente (rent seeking), dan kurang berhasil mengembangkan wirausahawan
pribumi yang tangguh dan mandiri. Dampaknya adalah program ini menjadi salah satu
sumber defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar
rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah.
Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya
pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih
terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa
dengan mengurangi volume impor.
Program Benteng dikatakan mengalami kegagalan, penyebabnya bersumber pada
pemberian hak eksklusif impor barang yang tidak didasarkan atas keterampilan atau
pengalaman, tetapi lebih didasarkan atas kedekatan atau hubungan pribadi. Kondisi ini
disadari oleh Sumitro dan mengatakan bahwa dari sepuluh orang penerima program
benteng hanya tiga orang pengusaha sejati, sedangkan sisanya adalah benalu.

16
B. Gagasan ekonomi menurut Prof.Dr.Boediono

Prof.Dr.Boediono merupakan Wakil Presiden Republik Indonesia ke-11 yang


menjabar sejak 20 Oktober 2009 – 20 Oktober 2014. Beliau juga guru besar Universitas
Gadjah Mada. Prof.Dr.Boediono (2016) memberikan gagasan pada masa sebelum dan
setelah kemerdekaan. Pada awalnya VOC dan negara-negara Eropa datang ke
Nusantara untuk berdagang. Mereka begitu menyukai rempah-rempah, tetapi rasa
tamak menjadikan mereka ingin menjarah dan merampas hasil-hasil produksi. Dengan
menguasai daerah produksi, maka mereka akan mendapatkan keuntungan yang luar
biasa. Apalagi dalam pembagian manfaat perdagangan sangat dipengaruhi oleh
kekuatan tawar menawar masing-masing pihak. VOC unggul mutlak karena memiliki
kekuatan dari sisi kekuasaan ekonomi maupun politik. Hal tersebut membuat manfaat
pertumbuhan ekonomi dengan nyaman dinikmati oleh VOC, lalu para penguasa lokal
dan jajarannya, sedangkan mayoritas penduduk hidup dalam keadaan memprihatinkan.

Ekonomi dan politik adalah dua sisi dari satu mata uang yang saling berkaitan satu
sama lain. Biasanya politik yang mendikte dan mengendalikan ekonomi. Pandangan
serta sasaran politik akan menentukan sasaran dan corak kebijakan ekonomi yang
digunakan untuk meraih sasaran tersebut. Hal ini berulang dari masa ke masa. Ekonomi
liberal memang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatkan
pendapatan mayoritas penduduk Hindia Belanda. Tetapi pembagian antar kelompok
sosial tidak merata. Pendapat rata-rata semua kelompok sosial meningkat, tetapi
ketimpangan meningkat pula.

Hampir semua sasaran politik ditentukan untuk dicapai tanpa adanya perhitungan
yang matang mengenai biaya ekonominya. Karena sasaran politik itu memiliki bobot
emosional yang besar di benak orang sehingga cenderung menumpulkan semangat
untuk melakukan cost-benefit objektif. Tapi kenyataannya memang tidak mudah
menghitung biaya ekonomi yang tepat terkait suatu sasaran politik. Keadaan ekonomi
bisa menuntut perubahan politik. Masalah memperkirakan biaya ekonomi dari sebuah
tujuan politik perlu direnungkan dengan jernih karena akan terus berulang terjadi pada
perjalanan bangsa ini. Barangkali perlu untuk belajar dari sejarah, agar masalah ini tidak
berulang dan bangsa ini semakin bijak, cerdas dalam mengambil keputusan.

Pemerintahan yang baik sebagai landasan kemajuan suatu sistem kenegaraan. Suatu
negara bisa hancur akibat mengabaikan tata pemerintahan yang baik atau membiarkan

17
pemerintahan yang ada mengalami keterpurukan. Hal itu dikarenakan berubah dan
membiarkan pengaruh buruk terus merajalela. VOC bangkrut disebabkan para
pemegang sahamnya berpikir jangka pendek, inginkan keuntungan besar sesaat, serta
menutup mata pada praktik-praktik korupsi yang terjadi. Kemudian VOC diambil alih
oleh pemerintahan Belanda yang pandai melihat jangka panjang.

Pada tahun 1996, Indonesia mengalami kondisi ekonomi, sosial dan politik yang
berat. Setelah terjadinya G-30-S, kehidupan sosial dan politik tanah air diliputi suasana
konflik, guncangan trauma mendalam, ketidakpastian politik, serta roda pemerintahan
yang berhenti. Bahkan perekonomian kala itu berada pada puncak hiperinflasi dan
stagnasi. Pemerintah bekerja cepat dengan menetapkan prioritas memerangi inflasi dan
berusaha menggerakkan kembali roda perekonomian. Dalam pelaksanaannya, terdapat
berbagai tantangan seperti penghematan anggaran, aparat birokrasi yang berhenti,
konflik antara sasaran menghentikan inflasi dan menggerakkan roda ekonomi. Namun
karena adanya komitmen politik dan dedikasi, kurun waktu 2 tahun program stabilisasi
mencapai sasarannya.

Setelah stabilitas ekonomi membaik dan roda ekonomi berputar kembali, fokus
pemerintah bergeser pada masalah-masalah ekonomi dan pembangunan jangka
panjang. Pada tahun 1970-an pembangunan bukan hanya melalui kebijakan tapi juga
dana anggaran yang terus meningkat akibat minyak berlimpah. Sinergi politik dan
ekonomi menjadikan program pembangunan jangka panjang dapat terlaksana.
Pertumbuhan ekonomi tinggi dapat dicapai dengan industri dan pertanian pangan
sebagai poros penggerak. Tetapi bidang lain seperti kesejahteraan rakyat juga
menunjukkan kemajuan yang mengesankan.

Memasuki tahun 1980-an harga minyak berbalik arah. Strategi pembangunan


semasa kejayaan minyak tak dapat dipungkiri lagi dan harus berubah. Pemerintah
mencari poros penggerak alternatif ekonomi selain dana minyak dan anggaran negara
agar ekonomi senantiasa bertumbuh. Ketergantungan APBN dan transaksi berjalan
pada minyak bumi mulai berkurang, sumber pertumbuhan ekonomi bergeser pada
ekspor non-migas, dan sumber pembiayaan investasi bergerser pada sumber-sumber di
luar anggaran pemerintah (perbankan, pasar modal, serta PMA dan PMDN).

Krisis Keuangan Asia membawa musibah besar bagi Indonesia yang selama tiga
dasawarsa sebelumnya mengalami pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan

18
yang mengesankan. Dampak krisis tidak hanya sebatas pada sektor keuangan, tapi
merambat hingga ke sektor riil menyebabkan PHK dan kebangkrutan massal. Tidak
hanya itu, diikuti juga dengan bencana alam, kekeringan, mengakibatkan harga beras
melipat hampir 3 kali selama 1998. Hal itu memicu gejolak sosial dan politik.

Ekonomi Indonesia digambarkan dengan begitu jelas dan baik sekali. Sejarah
ekonomi bangsa yang krusial ini, setidaknya dapat diketahui bagaimana Indonesia
mulai berjalan hingga kini. Dan ekonomi politik seperti dua hal yang saling
berhubungan. Belajar dari sejarah memungkinkan agar kesalahan sama tidak berulang.
Pemerintah seharusnya bukan hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, lalu
mengabaikan kesejahteraan rakyat. Tetapi keduanya harus berjalan beriringan.

C. Gagasan ekonomi menurut Faisal Basri


Faisal Basri merupakan ekonom dan politikus asal Indonesia. Beliau salah seorang
keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI, Adam Malik. Pada tahun 2000, Faisal
Basri diangkat menjadi anggota Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU). Beliau
mendirikan organisasi politik Pergerakan Indonesia (PI) dan menjadi Ketua Umum
Dewan Pimpinan Nasional sejak Kongres I tahun 2004 sampai 2010. Kini ia dipercaya
sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Nasional.
Faisal Basri selalu menjadi pengamat ekonomi di Indonesia. Pada tahun 2018,
Indonesia mengalami defisit kembar, yakni defisit transaksi berjalan dan defisit
perdagangan. Bahkan defisit perdagangan 2018 mencapai yang terburuk dalam sejarah.
Hal tersebut terjadi karena transformasi ekonomi yang tidak lazim. Kalau kita liat
pertumbuhan ekonomi kita rata rata 5%. Ini tidak buruk dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya 3%. Namun kalau dilihat dari strukturnya, kan
ada 17 sektor dalam pertumbuhan ekonomi, yakni 14 sektor jasa, dan 3 sektor penghasil
barang, yakni pertanian, pertambangan dan manufaktur. Jika dilihat dari transaksi
dagang, ketiga sektor itu akan melakukan ekspor. Sementara jasa kita defisit terus.
Pertumbuhan sektor jasa, yang tidak memberikan kontribusi positif kepada ekspor
bahkan defisit itu, pertumbuhannya hampir dua kali lipat dari barang. Jadi barang
tumbuh 3%, sementara jasa yang 14 sektor itu tumbuh 6%-an. Artinya, sektor yang
tumbuh cepat adalah sektor yang tidak menghasilkan ekspor pada umumnya. Berikut
ini adalah faktor yang mempengaruhi Indonesia mengalami defisit perdagangan:
1. Struktur pertumbuhan Indonesia tidak mengarah ke ekspor.

19
2. Jika dilihat dari sektor penghasil barang, dulu Indonesia surplus. Namun, mulai
dari tahun 2008, produk pertanian lebih banyak impor daripada ekspor, hal itu
menunjukan bahwa sudah defisit. Lalu tambang migas dan nonmigas digabung, ya,
defisit. Manufaktur sejak 2009 Indonesia defisit. Yang surplus tinggal
pertambangan nonmigas. Indonesia ekspor batubara, timah, nikel, bauksit, dan
lain-lain yang harganya fluktuatif.
3. Masalah investasi atau lebih tepatnya pembentukan modal tetap bruto. Investasi
terbagi menjadi dua jenis, ada investasi dalam bentuk fisik, ada juga yang di pasar
modal. Pada tahun 2017, pembentukan modal tetap bruto terdiri dari konstruksi
bangunan, mesin dan peralatan, kendaraan, peralatan lainnya. Dari total investasi
fisik itu, sebesar 75,12% dalam bentuk bangunan. Sedangkan mesin dan peralatan
sebesar 9,3%. Mesin inilah yang menghasilkan barang untuk ekspor Indonesia.

Tiga faktor ini dapat disimpulkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak mengarahkan pada peningkatan kapasitas mengekspor, malah meningkatkan
kapasitas Indonesia mengimpor. Bayangkan, Indonesia sudah merdeka 74 tahun,
Indonesia defisit 7 kali, dan terparah tahun lalu. Data Januari-November 2018,
Indonesia defisit perdagangan US$ 7,5 miliar naik dibanding periode sebelumnya yang
hanya US$ 4 miliar. Ini karena struktur pertumbuhan Indonesia lebih ke arah impor.

Tahun 2019, Faisal menanggapi Revisi UU (RUU) KPK yang telah disahkan DPR
dianggap dapat melemahkan lembaga antirasuah tersebut. Jika KPK dilemahkan, maka
dapat berpengaruh terhadap perekonomian RI. Faisal Basri mengungkapkan, dampak
negatifnya terhadap perekonomian Indonesia jika KPK menjadi lemah, salah satunya
dalam hal anggaran negara (APBN). Bahkan, dampaknya bisa merembet ke BUMN, di
mana perusahaan milik negara akan dijarah, dikerdilkan, dan diisi oleh pejabat tinggi
yang tidak kompeten karena BUMN adalah sarang uang yang berlimpah. Kebijakan
negara yang dibuat mungkin tidak akan lagi memprioritaskan kepentingan publik.

Korupsi membuat alokasi sumber daya jauh dari kepentingan publik, kepentingan
bersama, dan kepentingan rakyat. Kekayaan sumber daya ekonomi termasuk sumber
daya alam tidak akan mampu mensejahterakan rakyat bahkan sebaliknya malah
memarginalkan rakyat. Dampak lemahnya KPK membuat pembangunan tidak
berkelanjutan atau rapuh. Itu karena praktik korupsi tidak akan membuat pembangunan
menjadi sehat, berkualitas dan berkelanjutan. Karena itu, menurutnya, RPJMN yang

20
telah diukur sedemikian rupa tidak menjadi perhatian bagi koruptor. Yang mereka
inginkan adalah merebut semua sumber daya secepat mungkin dan sebanyak mungkin
untuk memperkuat cengkeraman politik mereka.

Faisal Basri juga menilai, saat ini penerimaan pajak jalan bukan karena potensi
pajak Indonesia yang rendah, tetapi karena penggelapan pajak masih merajalela,
koruptor mengamankan uang mereka di luar negeri. Tidak berhenti sampai di situ,
dampak rapuh KPK akan membuat investasi cukup banyak tetapi hasilnya tidak akan
signifikan untuk pertumbuhan ekonomi yang saat ini hanya sekitar 5 persen. Sementara
itu, pemerintah, bisnis, dan sektor keuangan khususnya untuk menggerakkan
perekonomian tidak begitu baik. Terpaksa untuk memacu pertumbuhan, tidak ada
pilihan lain selain berutang atau mengandalkan dana asing.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Indonesia sendiri telah mengalami berbagai macam sistem perekonomian mulai dari
era sebelum kemerdekaan hingga pasca reformasi. Dan implikasinya sangat besar
terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia, secara garis besar, secara teoritis
Indonesia telah mengalami fenomena critical juncture sebanyak tiga kali. Dan semakin
lama semakin kearah ekonomi yang inklusif seperti yang diberitahukan oleh Daron
Ace Moglu. Dan beberapa diantaranya menyebabkan efek yang signifikan bagi
perekonomian Indonesia.
2. Pemikiran ekonomi berusaha untuk menangani masalah-masalah ekonomi yang
muncul setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Upaya yang sudah dilakukan oleh
pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menangani krisis ekonomi di
Indonesia antara lain dengan pertama, Gerakan Benteng dipelopori oleh Soemitro
Djojohadikusumo. Kedua, Gerakan Ekonomi Ali Baba diperkenalkan oleh Mr. Iskaq
Cokrohadisuryo. Ketiga, Gerakan Asaat diprakarsai oleh Mr. Asaat. Keempat, Gunting
Syafrudin dipelopori oleh Syafruddin Prawiranegara. Kelima, Rencana Program Lima
Tahun (Repelita) dibentuk pada masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamijoyo II.
3. Menurut Sumitro Djoyohadikusumo, beliau memberikan gagasan bahwa sumber daya
manusia yang produktif akan sangat membantu dalam pembangunan Perekonomian
Indonesia. Sebagai pakar ekonomi, beliau ingin sekali mendobrak dan memberantas
kemiskinan di Indonesia, dengan cara mengembangkan sumber daya manusia yang
produktif , sehingga dapat bersama memikul beban bangsa ini kehidupan yang lebih
baik.
4. Menurut Prof.Dr.Boediono, beliau memberikan gagasan pada masa sebelum dan
setelah kemerdekaan. Pada awalnya VOC dan negara-negara Eropa datang ke
Nusantara untuk berdagang. Mereka begitu menyukai rempah-rempah, tetapi rasa
tamak menjadikan mereka ingin menjarah dan merampas hasil-hasil produksi. Hal
tersebut membuat kehidupan masyarakat Indonesia pada masa itu sangat
memprihatinkan. Ekonomi Indonesia digambarkan dengan begitu jelas dan baik sekali.

22
Sejarah ekonomi bangsa yang krusial ini, setidaknya dapat diketahui bagaimana
Indonesia mulai berjalan hingga kini.
5. Menurut Faisal Basri, beliau memberikan gagasan bahwa perekonomian Indonesia
belum berjalan dengan baik sampai saat ini. Karena pada tahun 2018, Indonesia
mengalami defisit kembar, yakni defisit transaksi berjalan dan defisit perdagangan.
Selanjutnya, pada tahun 2019, apabila KPK dilemahkan maka dapat berpengaruh
terhadap perekonomian RI salah satunya dalam hal anggaran negara (APBN).

B. Saran
Dari kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah untuk membangun
perekonomian di Indonesia yang lebih maju yaitu dengan mengembangkan sektor industri
dan pengembangan wilayah yang sangat menyangkut dengan pola penggunaan dana, daya,
dan efisiensi sehingga masalah sumber daya manusia yang produktif akan berperan aktif.

Pemerintah seharusnya mampu merajut potensi-potensi yang dimiliki oleh negara


kita, yang tidak cenderung melakukan sesuatu yang hasilnya harus bisa dilihat saat ia
berkuasa, secara jangka pendek. Jadi, sebisa mungkin kita manfaatkan peluang dan
potensi untuk maju. Apapun targetnya, kalau kita tidak membenahi sektor produksi, maka
apapun kebijakan kita hanya akan meningkatkan angka impor.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ajim, N. Pemikiran Ekonomi Nasional. Mikirbae.Com.

Djojohadikusumo, S. (1991). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. In Buku 1 Dasar Teori


dalam Ekonomi Umum.

Ekelund Jr, Robert B., and Robert F. Hébert. A history of economic theory and method.
Waveland Press, 2013.

Kano, Hiroyoshi. Indonesian Exports, Peasant Agriculture and the World Economy, 1850-
2000: Economic Structures in a Southeast Asian State. NUS Press, 2008.

Keynes, John Maynard. General theory of employment, interest and money. Atlantic Publishers
& Dist, 2006.

Prabowo, G. (2020). Sejarah Pemikiran Ekonomi Nasional Indonesia. Kompas.Com.


https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/31/133027169/sejarah-pemikiran-
ekonomi-nasional-indonesia?page=all

Prof.Dr.Boediono. (2016). Ekonomi Indonesia: Dalam Lintasan Sejarah. Mizan.

Rahayu, Y. A. (2019). Dampak Pelemahan KPK Terhadap Sektor Ekonomi versi Faisal
Basri. Merdeka.Com. https://m.merdeka.com/uang/dampak-pelemahan-kpk-terhadap-
sektor-ekonomi-versi-faisal-basri.html

Robinson, A. D., and R. Acemoglu. “Why nations fail.” The Origins of Power, Prosperity and
Poverty, Nueva Y ork (2012).

Sachs, Jeffrey D. The age of sustainable development. Columbia University Press, 2015.

Sachs, Jeffrey. The end of poverty: economic possibilities for our time. Penguin, 2006.

The New Yorker. http://www.newyorker.com.

The World Bank. http://www.data.worldbank.org.

24

Anda mungkin juga menyukai