Anda di halaman 1dari 119

Perekonomian Indonesia 1

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan selalu kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat, Taufiq, dan Hidayah yang diberikan kami bisa menyelesaikan buku ajar untuk
materi perekonomian indonesia . Tujuan dari penulisan buku ini tidak lain adalah untuk
membantu para mahasiswa di dalam memahami apa saja materi yang harus mereka pelajari
dan pahami tentang mata kuliah perekonomian indonesia.
Buku ini juga akan memberikan informasi secara lengkap mengenai materi apa saja
yang akan mereka pelajari yang berasal dari berbagai sumber terpercaya yang berguna
sebagai tambahan wawasan mengenai bab-bab yang dipelajari tersebut.
Kami sadar bahwa penulisan buku ini bukan merupakan buah hasil kerja keras kami
sendiri. Ada banyak pihak yang sudah berjasa dalam membantu kami di dalam
menyelesaikan buku ini, seperti pengambilan data, pemilihan materi, soal, dan lain-lain.
Maka dari itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan wawasan dan bimbingan kepada kami sebelum maupun ketika
menulis buku panduan ini.
Kami juga sadar bahwa buku yang kami buat masih tidak belum bisa dikatakan
sempurna. Maka dari itu, kami meminta dukungan dan masukan dari para pembaca, agar
kedepannya kami bisa lebih baik lagi di dalam menulis sebuah buku.

Pare-pare , 17 juni 2021

Tim Penulis

Perekonomian Indonesia ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB 1 SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
A. Perekonomian Indonesia Dari Masa Ke Masa ............................................ 1
B. Prospek Perekonomian Indonesia ............................................................... 18
BAB 2 SISTEM PEREKONOMIAN INDONESA DAN GLOBAL
A. Pengertian Sistem Ekonomi ........................................................................ 22
B. Sejarah Perkembangan Ekonomi Di Indonesia ........................................... 29
C. Perangkat Sistem Ekonomi Dalam UUD 1945 ........................................... 31
D. Sistem Ekonomi Indonesia Dewasa Ini ...................................................... 31
BAB 3 PENDAPATAN NASIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
A. Pengertian Dan Konsep Pendapatan Nasional ............................................. 34
B. Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi ...................................... 39
BAB 4 INDEK PEMBANGUNA MANUSIA(HUMAN DEVELOPMENT
INDEX)
A. Hubungan Sumber Daya Manusia Dan Ekonomi Pembangunan ................. 42
B. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dan Penduduk ......................................... 45
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN
A. Konsep Tenaga ............................................................................................. 48
B. Konsep Pengagguran .................................................................................... 50
C. Teori Pengangguran .................................................................................... 53
BAB 6 PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DAN
PENGELUARAN PEMERINTAH
A. Pengeluaran Konsumsi Masyarakat ............................................................ 57
B. Pengeluaran Pemerintah .............................................................................. 64
BAB 7 INVESTASI
A. Pengertian Investasi .................................................................................... 67
B. Tujuan Investasi .......................................................................................... 68

Perekonomian Indonesia iii


C. Proses Investasi ........................................................................................... 69
BAB 8 PERDAGANGAN LUAR NEGERI (EKSPOR & IMPOR)
A. Alasan Perdagangan Luar Negeri ............................................................... 72
B. Perdagangan Internasional Dalam Ekonomi Makro ................................... 74
C. Pertumbuhan Produksi Dan Perdagangan Internasional ............................. 75
D. Distribuasi Perdagangan Internasional ........................................................ 76
BAB 9 GLOBALISASI EKONOMI DAN DEMOKRASI EKONOMI
A. Globalisasi Ekonomi ................................................................................... 79
B. Demokrasi Ekonomi ................................................................................... 84
BAB 10 PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERTANIAN
A. Menyeimbangkan Struktur Prekonomian Indonesia Di Bidang
Industri Dan Pertanian ................................................................................ 86
B. Upaya Pemerintah Meningkatkan Perekonomian Di Sektor
Industri Dan Pertanian .............................................................................. 92
BAB 11 NERACA PEMBAYARAN DAN MODAL ASING
A. Neraca Pembayaran ..................................................................................... 99
B. Modal Asing ................................................................................................ 103
C. Uang Luar Negeri ....................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 108

Perekonomian Indonesia iv
BAB
SEJARAH PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN INDONESIA
1

Sejarah perekonomian Indoensia merupakan suatu catatan penting untuk melihat


bagaimana perkembangan Indonesia dalam perjalanan waktunya. Kondisi perekonomian
Indonesia mengalami berbagai dinamika seiring perputaran waktu. Hal ini relevan
diungkapkan sebagai bagian untuk mengetahui realita perekonomian Indonesia.

A. Perekonomian Indonesia Dari Masa Ke Masa


Melihat dinamika perjalanan perekonomian Indonesia, maka pendekatan historis
layak dikedepankan. Pedekatan ini tentu saja sejalan dengan rekap jejak perjalanan
Bangsa Indonesia. Dengan demikian, aspek sejarah Indonesia sedikit banyak menjadi
acuan bagi derap langkah perjalan perekonomian Indoenesia.
1. Masa sebelum penjajahan (Sebelum tahun 1600)
Dinamika perekonomian Indonesia pada masa sebelum penjajahan dimulai
dari jaman pra-sejarah sampai dengan masuknya kolonialisme di Indonesia, yaitu
kerika Portugis masuk ke Indonesia (Maluku) pada abad 16. Atas dasar hal itu,
maka dinamika perekonomian Indonesia sejalan dengan perkembangan kehidupan
bangsa Indonesia yang diwujudkan melalui keberadaan kerajaan yang ada di
nusantara. Beberapa kerajaan dalam perjalanan sejarah kehidupan Bangsa
Indonesia di antaranya adalah Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan
Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuna, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari,
Kerajaan Majapahit, Kerajaan Sunda, Kerajaan bali (Listiani, 2009). Posisi
geografis dimana pusat kerajaan berada ternyata beragam. Ada yang dipesisir
pantai, ada yang di tepi laut. Hal itu berakibat pada keragaman corak aktivitas
perekonomiannya.

Perekonomian Indonesia 1
Kerajaan Kutai terletak pada jalur perdagangan dan pelayaran antara Barat
dan Timur, maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian utama,
sehingga rakyat Kutai sudah mengenal perdagangan Internasional. Kerajaan
Tarumanegara berada di daerah agraris, sehingga kehidupan perekonomian
masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Kerajaan Sriwijaya
berada di pesisir utara Pulau Sumatera dan berada pada urat nadi perdagangan di
Asia Tenggara sehingga masyarakat Sriwijaya menguasai perdagangan.
Kerajaan Mataram berada di bagian tengah Pulau Jawa. Posisi ini membuat
masyarakat Mataram bertumpu pada sektor pertanian. Namun karena kondisi
bumi mataram tertutup dari dunia luar berakibat pada sulitnya untuk
mengembangkan aktivitas perekonomian. Beberapa kerajaan yang berada di Jawa
bagian Timur, juga menandakan aktivitasnya.
Kehidupan ekonomi masyarakat pada jaman Kerajaan Singasari berbasis pada
pertanian, pelayaran, dan perdagangan. Kerajaan Majapahit hidup dari pertanian
dan perdagangan.
Kerajaan Sunda berfokus pada kegiatan perdagangan dan pertanian yang
merupakan kegiatan mayoritas rakyat Sunda. Selain Bertani, kehidupan
masyarakat kerjaan Sunda juga berdagang. Kehidupan perekonomian masyarakat
Kerajaan Bali Kuno bertumpu pada pertanian. Beberapa istilah yang berkaitan
dengan bercocok tanam, anatara lain sawah, parlak (sawah kering), gaga (ladang),
kebwan (kebun), dan kasuwakan (irigasi). Selain bercocok tanam, ada yang
beberapa bekerja sektor di kerajinan.
Singkatnya, dalam masa sebelum penjajahan, perekonomian Indonesia
bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Munculnya sektor perdagangan
dalam aktivitas masyarakat pada jaman tersebut, menunjukkan bahwa
perekonomian Indonesia tidak hanya berbasis pada sektor primer saja. Dengan
demikian, cikal bakal sektor perekonomian yang lebih baik, sebenarnya telah
dimulai pada masa tersebut.
a. Masa Penjajahan Portugis (1509-1659)
Perjalanan historis. Portugis dalam menjajah Indonesia dimulai dengan
ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru ditaklukan dalam
tahun 1512. Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di
kepulauan yang sekarang rempah-rempah yang berharga dan untuk
memperluas usaha misionaris Katolik Roma. Upaya pertama Portugis untuk

Perekonomian Indonesia 2
menguasai kepulauan Indonesia adalah dengan menyambut tawaran
kerjasama dari Kerajaan Sunda.
Bangsa Portugis adalah bangsa yang mempunyai keahlian dalam
navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan. Hal ini memungkinakan mereka
untuk melakukan ekspedisi dan ekspansi jauh ke negara-negara di dunia.
Selain itu, bangsa Portugis adalah salah satu bangsa yang menjadikan
perdagangan (khususnya rempah-rempah) menjadi komoditi ekonomi
negaranya. Hal ini membuat perdagangan menjadi fokus bagi Portugis untuk
membangun perekonomian. Banyak perjanjian-perjanjian dengan kerajaan-
kerajaan di Indonesia dilakukan untuk mendapatkan komoditi perdagangan
rempah-rempah.
Masa penjajahan Portugis memberikan pelajaran berharga bagi bangsa
Indonesia. Pada masa penjajahan Portugis, kondisi perekonomian Indonesia
lebih banyak diwarnai adanya perlawanan dari rakyat terhadap Portugis,
karena komoditi rempah-rempah yang menjadi andalan rakyat Indonesia
dijarah begitu saja. Dengan demikian, kondisi perekonomian Indonesia
berada dalam bayang- bayang Portugis. Sumber daya yang menjadi tumpuan
kehidupan masyarakat, menjadi bagian dari ekspolitasi Portugis.

b. Masa Penjajahan Belanda (1602-1942)


Belanda masuk ke Indonesia kira-kira pada tahun 1602. Belanda secara
perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia. Hal itu
dilakukan dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan
kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak
terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975
ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur.
Penjajahan Belanda berlangsung kurang lebih selama 350 tahun, atau
3,5 abad. Masa yang sangat Panjang bagi Bangsa Indonesia dalam
cengkeraman Belanda. Dalam rentang waktu tersebut berbagai kebijakan
ekonomi dilakukan oleh Belanda. Dibentuknya Vereenigde Oost-Indische
Compagnie (VOC) adalah salah satu kebijakan dalam bidang ekonomi
yang dilakukan Belanda. Dengan VOC tersebut sega;a otoritas perdagangan
dikuasi Belanda. VOC benar-benar dibuat dalam rangka menguasai
perdagangan, sehingga beberapa kewenangan dimiliknya, seperti mencetak

Perekonomian Indonesia 3
uang, menyatakan perang dan damai, membuat Angkatan bersenjata
sendiri, dan membuat perjanjian dengan raja-raja. Di sini terlihat bertapa
VOC mempunya kekuasaaan yang besar. Kewenangan itu seolah melegalkan
keberadaan VOC sebagai penguasa Hindia Belanda.
Pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena dianggap gagal dalam
mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda (Indonesia). Kegagalan itu
Nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh : 1)
Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya
besar, 2) Penggunaan tantara sewaan membutuhkan biaya besar, 3) Korupsi
yang dilakukan pegawai VOC sendiri, 4) Pembagian dividen kepada para
pemegang saham, walaupun kas deficit.
Bubarnya VOC bukan berarti Belanda kehilangan akal untuk
mempertahankan dominasi penjajahannya. Justru muncul kebijakan baru
yang disebut dengan cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Kebijakan ini
diberlakukan mulai tahun 1836 yang diinisiasi oleh Van Den Bosch.
Sistem tanam paksa berlangsung melalui aturan yang keras dan ketat.
Tidak jarang masyarakat pribumi harus memeras keringat bahkan dengan
cucuran darah mereka. Anehnya sistem ini juga ada sisi positifnya, yaitu
masyarakat pribumi mulai mengenal tata cara menanam tanaman komiditas
ekspor yang ada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya
ekonomi uang di pedesaan pula membangkitkan perekonomian desa.
Setelah melakukan sistem tanam paksa, kemudian Belanda menerapkan
Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal). Kebijakan ini dilakukan karena
desakkan kaum Humanis

c. Masa Penjahan Jepang (1942-1945)


Kronologi penjajahan Jepang di Indonesia diawali pada bulan Juli 1942.
Saat itu, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye
public dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban
terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para
Kyai memperoleh penghormatan dan Kaisar Jepang pada tahun 1943. Bulan
Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan

Perekonomian Indonesia 4
Mei, Soepomo membicarakan integrase nasional dan melawan indivisualisme
perorangan. Sementara itu, Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara
baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis
Timur, dan seluruh wilayah Hindia Belanda sebelum perang. Perjalanan
waktu terus berputar, sehingga pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan
Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal
Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24
Agustus.
Kebijakan ekonomi pada jaman penjajagan Jepang, terdiri atas; 1)
Perluasan Areal Persawahan, 2) Pengawasan Pertanian dan Perkebunan.
Perluasan Areal Persawahan. Setelah menduduki Indonesia, lepang
melihat bahwa produksi beras tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan perluasan areal persawahan guna meningkatkan
produksi beras. Meskipun demikian produksi pangan antara tahun 1941-1944
terus menurun.
Pengawasan Pertanian dan Perkebunan. Pelaksanaan pertanian
diawasi secara ketat dengan tujuan untuk mengendalikan harga barang,
terutama beras. Hasil pertanian diatur sebagai berikut: 40% untuk petani, 30%
harus dijual kepada pemerintah Jepang dengan harga yang sangat murah, dan
30% harus diserahkan ke lumbung desa. pelanggaran akan dihukum berat.
Badan yang menangani masalah Ketentuan itu sangat merugikan petani dan
yang berani melakukan pelanggaran disebut Kempetai (Korps Polisi Militer),
suatu badan yang sangat ditakuti rakyat.
Pengawasan terhadap produksi perkebunan dilakukan secara Kelat.
Jepang hanya mengizinkan dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan
kina. Kedua jenis tanaman itu berhubungan langsung dengan Repentingan
perang. Sedangkan tembakau, teh, kopi harus dihentikan penanamannya
karena hanya berhubungan dengan kenikmatan. Padahal, ketiga jenis tanaman
itu sangat laku di pasaran dunia. Dengan demikian, kebijakan pemerintah
Jepang di bidang ekonomi sangat merugikan rakyat.
Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang di bidang ekonomi telah
mengakibatkan kehidupan rakyat Indonesia menjadi sengsara dan penuh
penderitaan. Kondisi rakyat Indonesia selama pendudukan Jepang, jika

Perekonomian Indonesia 5
dibandingkan dengan kondisi rakyat Indonesia ketika dijajah Belanda malah
lebih buruk. Padahal Jepang menduduki Indonesia hanya tiga setengah tahun,
sedangkan Belanda menjajah Indonesia selama tiga setengah abad.

2. Masa Order Lama (1945-1967)


Dinamika perekonomian Indonesia pada masa Orde Lama menarik untuk
dicermati. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut, Indonesia adalah negara yang
baru saja merdeka. Ibaratnya, sebagai negara yang baru merdeka maka berbagai
fenomena muncul seiring dengan berlangsungnya kehidupan politik yang
berlangsung pada saat itu. Dalam masa ini, perkembangan perekonomian dibagai
dalam 3 (tiga) masa, yaitu: 1). Masa Kemerdekaan (1945-1950), 2). Masa
Demokrasi Liberal (1950-1957), 3). Masa Demokrasi Terpimpin.
a. Masa Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi pada masa awal kemerdekaan sangat tidak
menggembirakan. Hal itu terjadi karena adanya inflasi yang disebabkan oleh
beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Bulan Oktober
1946 Pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Namun adanya blockade ekonomi oleh Belanda
dengan menutup pintu perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan
kas negara. Akibatnya negara berapa dalam kondisi krisis keuangan. Kondisi
tentu membahayakan bagi keberlangsungan perekonomian Indonesia pada
masa itu.
Menghadapi krisis tersebut, tidak ada jalan lain bagi pemerintah, kecuali
harus segera menempuh beberapa kebijakan, yaitu pinjaman nasional,
memenuhi kebutuhan rakyat, melakukan konferensi ekonomi, membuat
rencana pembangunan, membangun partisipasi swasta dalam pembangunan
ekonomi, dan nasionalisasi Bank Indonesia.
Pinjaman Nasional dilakukan oleh Menteri keuangan (kala itu Ir.
Soerachman) dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia
Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjamannasional yang akan dikembalikan
dalam jangka waktu 40 tahun. Pinjaman ini dimaksudkan agar tersedia dana
segar bagi operasionalisasi penyelenggaraan negara. Untuk memenuhi
kebetuhan rakyat, dilakukan dengan mendatangkan Kapal Martin Behrman di

Perekonomian Indonesia 6
pelabuhan Ciberon yang mengangkut kebutuhan rakyat.
Pembahasan mengenai peningkatan hasil produksi pangan distribusi
bahan makanan, sandang, serta status administrasi perkebunan asing
dilakukan melalui konferensi ekonomi. Kemudian untuk melengkapinya
dibuat Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), dimana dalam dokumen itu
meliputi anjuran memperbanyak kebun bibit dan padi unggul, mencegah
penyembelihan hewan-hewan yang membantu dalam pertanian, menanami
tanah terlantar di Sumatra dan mengadakan transmigrasi.
Pada masa tersebut, pemerintah telah menyadari bahwa jika hanya
pemerintah sendiri yang bekerja, maka pekerjaan pemerintah akan menjadi
lebih berat. Untuk itu pemerintah berusaha menggandeng swasta dalam
membangun perekonomian, dengan mengaktifkan dan mengajak partisipasi
swasta dalam upaya menegakkan ekonomi pada awal kemerdekaan.
Kemudian dilanjutkan dengan Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank
Negara Indonesia, yang hingga sekarang ini menjadi Bank Indonesia.
Selain kebijakan di atas, muncul pula kebijakan yang dikenal dengan
sebutan Sistem Ekonomi Gerakan Benteng dan Sistem Ekonomi Ali-Baba.
Sistem Ekonomi Gerakan Banteng merupakan kebijakan yang digagas
oleh Soemitro Djojohadikusumo". Sistem ini dimaksudkan untuk perbaikan
dan perubahan struktur ekonomi peninggalan Belanda ke arah ekonomi
nasional melalui gerakan konfrontasi ekonomi. Tujuannya melindungi para
pengusaha pribumi dari persaingan non pribumi. Setelah kabinet Natsir jatuh,
sistem ini dilanjutkan oleh Kabinet Sukiman melalui menteri keuangannya
Jusuf Wibisono dengan kebijakannya pemberian kredit pada pengusaha
pribumi. Namun kebijakan ini akhirnya gagal. Sistem Ekonomi Ali Baba
merupakan penggalangan kerjasama antara pengusaha Cina dan pengusaha
pribumi. Pengusaha nonpribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan
kepada pengusaha pribumi. Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi
pengusaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman sehingga hanya dijadikan alat
untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Sistem ini berlaku pada
kabinet Ali Sastroamijoyo-l.
Kondisi perekonomian pada masa ini lebih banyak berkutat pada
bagaimana menyelesaikan persoalan ekonomi dasar. Namun hal inipun juga

Perekonomian Indonesia 7
tidak bisa berjalan dengan baik, akibat situasi politik yang tidak stabil.
Beberapa kebijakan sebenarnya telah didisain dengan baik, namun ketika
diimplementasikan tidak jalan. Tentu saja tidak bisa memperbaiki kondisi
perekonomian pada masa itu.

b. Masa Demokrasi Liberal (1959-1957)


Masa ini, paham liberaslisme mulai masuk dalam kebijakan
perekonomian Indonesia. Ciri utama masa Demokrasi Liberal adalah sering
bergantinya cabinet. Hal ini disebabkan karena jumlah partai yang cukup
banyak, tetapi tidak ada partai yang memiliki mayoritas mutlak. Hal ini
kemudian membuat pada masa ini perekomian diserahkan sepenuhnya pada
pasar. Kebijakan ini sebenarnya belum tepat benar, karena pengusaha pribumi
masih belum mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Namun akibat
pengaruh eksternal, masa kebijakan ini tetap berjalan. Dampak dari kebijakan
ini akhirnya hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia.
Pada masa itu pemerintah terkesan memaksakan sistem pasar dalam
perekonomian. Anehnya pemerinyah juga sudah mengetahui dampaknya,
maka pemerintah juga melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kondisi
perekonomian. Usaha-usaha tersebut adalah melalui pemotongan nilai uang,
melanjutnya program Benteng, dan memutuskan hasil Konferensi Meja
Bundar (KMB).
Pemotongan nilai uang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar, agar tingkat harga turun. Program ini dikenal dengan sebutan
Gunting Syarifuddin. Pemerintah juga melanjutkan program Benteng
(Kabinet Natsir) dengan maksud untuk menumbuhkan wiraswasta pribudi
agar bisa berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Serta
pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda.

c. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)


Demokrasi terpimpim tidak lepas dari sosok Presiden Soekarno, sehingga
pemikiran Soekarno menjadi dasar bagi pelaksanaan demokrasi si pemimpin.

Perekonomian Indonesia 8
Pemikiran Soekarno tentang demokrasi terpimpin muncul pertama kali pada
pidato yang berdulu Kembali ke Rel Revolusi (1959). Dalam pidatonya
tersebut Soekarno menyatakan bahwa kita dapat mempergunakan sistem yang
sudah-sudah dan alat-alat yang sudah-sudah. Sistem Liberalisme harus
dibuang jauh-jauh, demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin harus
ditempatkan sebagai gantinya.
Akhirnya demokrasi terpimpin benar-benar terjadi setelah muncul Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Mulai saat itulah Indonesia menjalankan sistem
domokrasi terpimpin. Konsekuensi dari sistem ini berdampak pada perubahan
struktur ekonomi Indonesia yang akhirnya cenderung berjalan melalui
sistem etatisme, dimana dalam sistem ini negara dan aparatur ekonomi
negara bersifat dominan serta memastikan potensi dan kreasi unit-unit
ekonomi di luar sektor negara.
Masa ini tidak menunjukkan kondisi perekonomian yang baik, justru
berdampak pada adanya devaluasi, perlunya membentuk Lembaga ekonomi,
dan kegagalan dalam bidang moneter. Devaluasi berarti menurunkan nilai
uang. Tujuannya guna membendung inflasi yang tetap tinggi, mengurangi
jumlah uang yang beredar di masyarakat, serta agar dapat meningkatkan nilai
rupiah, sehingga rakyat kecil tidak dirugikan. Pada saat itu mata uang Rp
1.000,00 dan Rp 1.500,00 menjadi Rp 50,00. Pada saat itu dibentuk pula apa
yang disebut dengan Deklarasi Ekonomi, yang bertujuan untuk mencapai
tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.

3. Masa Orde Baru (1967-2008)


Masa Orde Baru identik dengan masa pemerintahan Presiden Suharto. Pada
masa ini dikenal dengan beberapa tahapan pembangunan yang menjadi
agendanya. Namun proses perjalanan Orde Baru juga penuh dengan dinamika,
sehingga kondisi perjalanan perekonomian juga seiring dengannya.
Order baru mengawali rezimnya dengan menekankan pada otoritas stabilitas
ekonomi dan politik. Program pemerintah berorintasi pada pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.
Berkaca pada masa sebelumnya, dimana ketika sistem ekonomi liberal diterapkan
ternyata berdampak pada kegagalan pengusaha pribumi dalam bersaing dengan
pengusaha non pribumi, maka pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi yang

Perekonomian Indonesia 9
beru melalui pendeketan demokrasi Pancasila, dan secara perlahan campur tangan
pemerintah dalam perekonomian mulai masuk. Nampak ajaran Keynes mulai
merasuki pemikiran pengambil kebijakan Negara.
Pentingnya aspek pemerataan, tampaknya disadari betul dalam masa itu,
sehingga muncul istilah 8 (delapan) jalur pemerataan sebagai basis kebijakan
ekonominya. Kedelapan jalur tersebut adalah: 1) Kebutuhan pokok, 2) Pendidikan
dan kesehatan, 3) Pembagian pendapatan, 4) Kesempatan kerja, 5) Kesempatan
berusaha, 6) Pertisipasi wanita dan generasi muda, 7) Penyebaran pembangunan,
8) Peradilan.
Pelita menunjukkan hasil yang signifikan dalam proses pembangunan
ekonomi, terbukti pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras,
menurunkan angka kemiskinan, meningkatkan partisipasi pendidikan, penurunan
angka kematian bayi, dan peningkatan sektor industri. Selain itu, terdapat pula
keberhasilan dalam mengendalikan jumlah penduduk melalui program Keluarga
Berencana (KB).
Akan tetapi, apa yang telah menjadi capaian di atas, ternyata muncul sisi
negatif yang menjadi fakta untuk dicermati. Kerusakan serta pencemaran
lingkungan hidup, kerusakan sumber daya alam, ketimpangan pertumbuhan
ekonomi antar daerah, ketimpangan antar golongan pekerjaan, serta akumulasi
utang luar negeri yang semakin menumpuk. Muncul pula konglomerasi dan bisnis
yang sarat korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Meskipun Order Baru berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi
fundamental ekonomi justru rapuh. Hal ini terbukti, ketika dunia dilanda krisis
global pada tahun 1998, Indonesia merasakan dampak yang luar biasa. Harga-
harga meningkat secara drastis dan sulit dikendalikan, rupiah tidak berharga
dalam perdagangan internasional, dan banyak perusahaan berskala besar bangkrut.
Titik kulminasi keterpurukan Orde Baru, akhirnya berujung pada mundurnya
Soeharto dari kursi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.

4. Masa Reformasi (1998-sekarang)


Masa Reformasi dianggap sebagai tonggak baru perjalanan kehidupan bangsa
Indoensia, baik dari sisi sosial dan politik. Pada masa ini muncul beberapa
kebijakan yang kemudian menjadi landasan bagi perjalanan bangsa Indonesia
kedepan. Kebijakan yang paling menonjol adalah adanya pergeseran pengelolaan

Perekonomian Indonesia 10
pemerintahan dan yang semua sentralistis, menjadi desentralistis. Kebijakan dengan
Otonomi daerah, yang diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian
disempurnakan menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004.

a. Masa Presiden BJ. Habibie (21 Mei 1998 s/d 20 Oktober 1999)
Habibie adalah Wakil Presiden ketika Soeharto terpilih kembali menjadi
Presiden ke- tujuh. Namun ketika Soeharto lengser konstitusi Habibie yang
menggantikannya. Habibie inilah boleh dikata sebagai awal Orde Reformasi,
meski masih sebagai bagian dari Soeharto. Perdebatan tentang siapa
sebenarnya yang mengawali reformasi masih ada hingga sekarang. Namun jika
kita mengaca pada perjalanan sejarah awal bergulirnya reformasi, Nampak
bahwa reformasi yang dimaksud adalah lengsernya SPeharto dari kursi
presiden. Nah ketika Soeharto telah benar-benar turun, maka tentu saja
penggantinya layak disebut sebagai pemimpin baru yang reformis.
Habibie mewarisi kondisi kekacauan pasca pengunduran diri Soeharto
akibat salah urus pada masa Order Baru, sehingga menimbulkan maraknya
kerusuhan dan disintegrasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah
memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah cabinet.
Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari
Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk
program pemulihan ekonomi.
Habibie melakukan beberapa kebijakan, baik dalam bidang politik, sosial,
maupun keamanan, di bidang ekonomi, Habibie berhasil memotong nilai tukar
rupiah terhadap dollar dalam kisaran antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun
pada akhir pemerinyahannya terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak
MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada lebel Rp 6.500 perdolar AS nilai
yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu
ia juga memulai menerapkan independsi Bank Indonesia agar lebih fokus
mengurusi perekonomian.

b. Masa Presiden Abdurrahman Wahid/Gus Dur (20 Oktober 1999 s/d 23 Juli
2001)
Perekonomian kala itu buruh perhatian serius dalam penangannya,
salah satunya sektor moneter. Menyadari berapa beratnya mengelola sektor

Perekonomian Indonesia 11
moneter, maka untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi
Indonesia, dibentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk
memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia yang belum pulih dari krisis
ekonomi yang berkepanjangan. Dewan Ekonomi Nasional diketuai oleh Prof.
Dr. Emil Salim, wakilnya Subiyakto Tjakrawerdaya dan sekretarisnya Dr. Sri
Mulyani Indrawati.
Kondisi perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan Presiden
Abudraahman Wahid memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Dibadingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi perekonomian Indoensia
mulai mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang
mulai positif, laju inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah, sehingga
kondisi moneter dalam negeri juga sudah mulai stabil.
2) Hubungan pemerintahan dibawah pimpinan Abdurahman Wahid dengan
IMF juga kurang baik, yang dikarenakan masalah, seperti Amandemen UU
No. 23 Tahun 1999 mengenai Bank Indonesia penerapan otonomi daerah
(kebebasan daerah untuk pinjam uang dari luar negeri) dan revisi APBN
2001 yang terus tertunda.
3) Politik dan sosial yang tidak stabil semakin parah yang membuat investor
asing menjadi enggan untuk menanamkan modal Indonesia
4) Makin rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung negatif, bahkan
merosot hingga 300 poin, dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan
daripada kegiatan pembelian dalam perdagangan saham di dalam negeri.

c. Masa Presiden Megawati Soekarnoputri (23 Juli 2001 s/d 20 Oktober 2004)
Pemerintah Megawati mewarisi kondisi perekonomian Indonesia yang
jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan Gus Dur. Hal itu ditunjukkan
dengan adanya inflasi dan rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang
berkembangnya investor swasta, baik dalam negeri maupun swasta. Selain itu,
nilai tukar rupiah yang masih fluktuatif, dan indeks harga saham gabungan
yang cenderung menurun.
Salah satu masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan
ekonomi. Untuk mengatasi masalah ini, kebijakan yang dilakukan adalah
meminta penundaan utang sebesar US$ 5,8 Milyar pada pertemuan paris Club

Perekonomian Indonesia 12
ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negari sebesar 116,3
Trilliun. Megawati juga berhasil memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun
2002 nilai ekspor mencapai US$ 57,158 miliar dan import tercatat US$
31,229 miliyar. Pada tahun 2003 ekspor juga menanjak ke angka
US$61,02 milyar dan import meningkat ke angka US$32,39 miliar. Untuk
krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan pendapatan per kapita sebesar
US$ 930, dan menurunkan kurs mata uang rupiah menjadi Rp 8.500,00.
Untuk mengatasi korupsi, dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pada masa kepemimpinan Presiden Megawati, perekonomian Indonesia
mulai mengalami kemajuan. Pemerintah dapat menaikkan pertumbuhan
ekonomi mejadi 4,1%, karena pasa saat itu pemerintah membuat kebijakan
privatisasi BUMN, yaitu menjual perusahaan negara di dalam periode krisis
dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-
kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Namun kebijakan ini memicu
banyak kontrovensi karena BUMN yang diprivatisasi dijual kepada
perusahaan asing.

d. Masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004 s/d 2014)
Susilo Bambang Yudhoyono, atau lebih dikenal dengan sebutan SBY,
merupakan presiden pertama yang dipilih oleh rakyat melalui Pemilu tahun
2004 dan tahun 2009. Periode pertama dilantik pada 20 Oktober 2004
bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, sedangkan pada periode kedua dilantik
pada 20 Oktober 2009 dengan Wakil Presiden Boediono. Pada masa
jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam seperti gelombong
tsunami, gempa bumi, banjir, dan tanah longsong. Semua ini merupakan
tantangan tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya
memulihkan kehidupan ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat. Terdapat
dua kebijakan yang dianggap kontroversial, yaitu : 1) Kebijakan mengurangi
subsidi BBM, 2) Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Kebijakan mengurangi subsidi BBM, dilatarbelakangi oleh naiknya harga
minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor
Pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sementara kebijakan BLT bantuan
langsung tunai bagi masyakarat miskin. Namun kebanyakan BLT tidak

Perekonomian Indonesia 13
sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya juga banyak menimbulkan
masalah sosial.Perkembangan dalam sektor utang luar negeri juga
menggembirakan. Pada pertengan bulan Oktober 2006 Indonesia melunasi
seluruh sisa hutang pada IMF sebesar 3,2 Miliar dollar AS. Harapan
kedepannya adalah Indonesia tidak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
menentukan kebijakan dalam negeri. Dengan sudah tidak berada dalam
“cengkeraman” IMF, makan Indonesia akan lebih leluasa dalam menentukkan
kebijakannya.
Masa ini juga ditandai dengan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang
signifikan. Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4%, angka
mendekati target 6,6%. Namun, tingkat inflasi mencapai 8,7% yang
merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama tahun 2005, dan akhirnya
ditutup dengan angka 17,1% per Desember 2005. Inflasi yang mencapai dua
digit ini jauh melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005 sebesar
8,6%.
Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh signifikan
seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang
2008 hingga 2009. Terbukti, perekonomian Indonesia mampu bertahan dari
ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona Eropa.
Korupsi dan kemiskinan tetap menjadi masalah di Indonesia. Namun setelah
beberapa tahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu,
SBY telah berhasil menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia.
Masih ada kebijakan-kebijakan lain dalam bidang ekonomi, seperti:
pembayaran utang secara bertahap kepada badan PBB, pembelian kembali
saham BUMN, pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil,
memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, meningkatkan
sektor pariwisata dengan mencanangkan Visit Indonesia 2008, pemberian
bibit unggul pada petani.Era SBY meninggalkan beberapa masalah yaitu
implementasi pembangunan ekonomi terkesan seadanya, karena tidak (atau
barangkali belum) muncul strategi yang bisa membuat perekonomian
Indonesia kembali bergairah. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya
pengangguran dan kemiskinan yang sampai sekarang masih menjadi
perdebatan.

Perekonomian Indonesia 14
e. Masa Pemerintahan Jokowi Dodo ( 20 Oktober 2014 S/D Sekrang)
Selama lima tahun memimpin, sejak Oktober 2014, penting untuk dikaji
apa saja program-program pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla yang telah
dicapai selama ini.Dalam buku bertajuk Lima Tahun Maju Bersama yang
dirilis Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, secara gamblang publik dapat
melihat pencapaian-pencapaian pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla dalam
berbagai bidang.
Publik tentu membandingkan pencapaian-pencapaian tersebut, dengan
sembilan agenda Nawacita yang menjadi janji politik Jokowi-Jusuf Kalla di
awal masa pemerintahannya, sebagai salah satu ukuran keberhasilan
pemerintah dalam merealisasikan janji politiknya.
Berdasarkan catatan, intisari sembilan agenda Nawacita Jokowi-Jusuf
Kalla yang disampaikan pada awal masa kepemimpinannya yaitu:
1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.
2) Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8) Melakukan revolusi karakter bangsa.
9) Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
melalui kebijakan memperkuat pendidikan.

Empat poin pertama dari sembilan agenda Nawacita itu pada dasarnya
mencerminkan kebijakan politik pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla selama lima

Perekonomian Indonesia 15
tahun. Artinya, kebijakan politik yang ditempuh pemerintahan Jokowi-Jusuf
Kalla salah satunya didasari upaya-upaya untuk mewujudkan empat poin awal
Nawacita tersebut.Dalam buku Lima Tahun Maju Bersama yang dirilis Kantor
Staf Presiden Republik Indonesia diketahui, selama lima tahun Pemerintahan
Jokowi-Jusuf Kalla telah memastikan perlindungan dan rasa aman,
pemerintahan yang bersih, kemajuan desa dan daerah-daerah pinggiran serta
tegaknya sistem hukum sebagai prioritas dalam pembangunan di bidang
politik.
Dalam hal stabilitas politik dalam negeri, pemerintahan Jokowi-Jusuf
Kalla terus menjaga dengan mewujudkan rasa aman serta memastikan ruang
dialog untuk terus meningkatkan kualitas demokrasi. Berdasarkan data yang
dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS), kehidupan demokrasi Indonesia yang
diukur dengan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) berdasarkan kebebasan sipil,
hak-hak politik, dan lembaga demokrasi terus berada di titik stabil.
Pada tahun 2014 Indeks Demokrasi Indonesia tercatat berada pada 73,04
poin. Sementara pada 2015 berada pada 72,82 poin. Pada 2016 IDI ada pada
70,09 poin, 2017 pada 72,11 poin dan 2018 berada pada 72,39 poin. Menurut
pemerintah, fluktuasi Indeks Demokrasi Indonesia ini berada di titik stabil.
Sebagai sebuah gambaran, penting dilihat salah satu indikator kualitas
demokrasi yakni partisipasi publik dalam pemilihan umum.
Sejarah mencatat Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilu serentak
yang paling kompleks di dunia, dengan tingkat partisipasi yang tinggi dan
perselisihan yang rendah. Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) RI, partisipasi pemilih meningkat cukup drastis selama lima tahun
terakhir.
Jika pada 2014 lalu partisipasi pemilih sebesar 70 persen, maka pada
2019 partisipasi pemilih melonjak menjadi 80 persen.Meningkatnya partisipasi
pemilih dalam pemilu, diiringi menurunnya jumlah perselisihan terhadap hasil
pemilu. Ada 2014 perselisihan hasil pemilu berjumlah 903 buah, sedangkan
pada 2019 jumlah perselisihan hasil pemilu hanya 260 buah.
Ada pun langkah memperkuat dan meningkatkan marwah wilayah
perbatasan juga menjadi salah satu kebijakan politik dalam negeri
pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
1) PLBN

Perekonomian Indonesia 16
Selama lima tahun, pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla telah melakukan
pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang menyeluruh di
semua titik perbatasan. Pembangunan PLBN ini diakui banyak pihak telah
meningkatkan marwah Indonesia sebagai negara yang bermartabat dan
berdaulat. Berbagai testimoni masyarakat perbatasan yang dikutip dari
berbagai media juga menunjukkan adanya rasa bangga masyarakat
kawasan perbatasan atas megahnya PBLN sebagai gerbang terluar
Indonesia, setelah pembangunan. Data Badan Nasional Pengelola
Perbatasan (BNPP) menyebutkan PLBN yang telah dibangun mencakup
tiga provinsi, tujuh kabupaten/kota dan tujuh lokasi.
Sementara itu dalam hal penanggulangan bencana, pemerintahan
Jokowi-Jusuf Kalla juga membawa Indonesia kian tangguh dalam
menghadapi bencana. Cara yang ditempuh adalah dengan membuka
selebar-lebarnya informasi terkait potensi kebencanaan kepada publik
secara lebih dini. Selain itu, penanggulangan kebencanaan juga ditangani
lebih sigap.

2) Membangun dari pinggiran


Pembangunan dari pinggiran juga menjadi salah satu kebijakan politik
dalam negeri pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla selama lima tahun terakhir.
Hal tersebut direalisasikan salah satunya dengan membangun Bumi
Cenderawasih, Papua. Menurut pemerintah, percepatan pembangunan
kesejahteraan di tanah Papua telah berdampak pada peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia dan penurunan tingkat kemiskinan di wilayah
tersebut. Data BPS menunjukkan pembangunan manusia di Papua dan
Papua Barat sebagai program prioritas nasional, berhasil meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia di sana. Indeks Pembangunan Manusia di
Papua dan Papua Barat terus mengalami kenaikan sejak 2014 hingga di
penghujung masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
Pada 2014, Indeks Pembangunan Manusia di Papua Barat sebesar 61
poin. Angka ini terus naik, atau tidak pernah mengalami penurunan hingga
menjadi 64 poin pada 2019.Sementara di Papua, Indeks Pembangunan
Manusia pada 2014 sebesar 57 poin. Angkanya juga tidak pernah turun,
hingga pada 2019 menjadi 60 poin.

Perekonomian Indonesia 17
B. Prospek Perekonomian Indonesia
Melihat rekaman kondisi perekonomian tersebut, kita tentu bertanya, bagaimana
prospek perekonomian Indonesia kedepan?, pertanyaan ini muncul di tengah situasi
ekonomi dunia yang masih belum stabil.
Menurut Ratnawaty (2012)26, pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan masih
akan diuntungkan oleh konsumsi domestik yang cukup besar. Dalam sektor investasi,
menurut Wirjawan (2010)7, prospek pertumbuhan investasi Indonesia pada 2010
dinilai cukup positif, karena Indonesia akan menerapkan kebijakan yang memudahkan
dan memberikan kenyamanan investor dalam melakukan investasi. Hal senada
disampaikan oleh Dapice (2012)", prospek perekonomian Indonesia dinilai masih yang
terbaik di kawasan Asia Tenggara, persentase investasi asing terhadap PDB Indonesia
paling kecil, yakni hanya sekitar 7 persen. Vietnam mendekati 10 persen, Thailand 12
persen, serta Malaysia dan Filipina di atas 15 persen. Investasi asing karena Tangsung
dan portofolio kapital sangat membantu pertumbuhan negara-negara ASEAN. Tapi,
saat krisis seperti arus investasl langsung akan melambat.
Kondisi moneter dan beberapa sektoral Indonesia juga menjadi modal
perekonomian. Menurut Juoro dan Sugema (2011)", hal ini terlihat dari stabilitas
ekonomi terjaga baik dalam jangka menengah, inflasi rendah, suku bunga dapat
diturunkan, dan nilai rupiah cenderung menguat. Pada perekonomian jangka menengah
secara sektoral pertumbuhan tinggi pada sektor non-tarded seperti telekomunikasi,
perumahan, dan keuangan. Sementara, sektor traded seperti industri manufaktur,
pertanian, dan pertambangan butuh revitalisasi.
Bab ini menuntun kita untuk menyadari bahwa waktu dapat mempengaruhi
perjalanan kondisi perekonomian. Perjalanan waktu yang diiringi dengan perubahan
dinamika, baik sosial dan politik, ternyata memberikan kontribusi pada kebijakan yang
dihasilkan pada periode masing-masing pemerintah. Ada kesan belum ada
keberlanjutan secara menyeluruh terhadap kebijakan dari periode pemerintahan
sebelumnya. Namun di tengah realita seperti terurai di bab ini, ternyata Indonesia
masih mempunyai harapan terhadap kondisi perekonomian. Prospek ekonomi
Indonesia ternyata didukung oleh kondisi yang signifikan, baik dari sisi mikro dan
makro, serta sektoral, Hal ini membawa opitmisme bagi perkembangan ekonomi

Perekonomian Indonesia 18
Indonesia yang lebih baik.
Membahas gambaran perekonomian Indonesia, kita dapat memilah perjalanan
perekonomian bangsa ini ke dalam tiga ruang: Orde Lama, Orde Baru, dan Orde
Reformasi. Pembangunan ekonomi di masa Orde Baru, memang meninggalkan prestasi
yang tidak dapat dilupakan. Dari negara yang dihantam krisis politik, kesenjangan
sosial, dan hiperinflasi pada era Orde Lama, menjadi salah satu negara yang masuk
East Asian Miracle, karena pertumbuhan ekonominya yang luar biasa. Sayangnya,
krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 – 1998, dengan begitu mudahnya memporak-
porandakan sendi perekonomian yang telah dibangun era Orde Baru selama 32 tahun.1
Banyak argumen yang muncul untuk menjelaskan keadaan ini. Misalnya, akibat
kelemahan pengawasan sistem keuangan dan manajemen utang negara. Namun secara
prinsip, akar masalah ini ialah akibat pola pembangunan era Orde Baru yang terlampau
sentralistik, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi (highofgrowth), tanpa
menghiraukan sisi equity (pemerataan).2 Dengan harapan bahwa hasil pertumbuhan
ekonomi tersebut akan secara otomatis mengalir pada daerah di sekitarnya hingga
lapisan masyarakat di bawahnya (trickledowneffect). Sehingga seluruh lapisan
masyarakat secara bertahap akan mendapatkan manfaat dari efek pertumbuhan
ekonomi tersebut.
Pola demikian justru memunculkan ketidakmerataan pembangunan di Indonesia
yang merupakan negara kepulauan (NKRI). Pulau Jawa, sebagai pusat bisnis dan
pemerintahan, menjadi jauh lebih maju dibandingkan dengan daerah-daerah lain di
Indonesia. Padahal daerahdaerah yang tertinggal, seperti Papua dan Kalimantan,
mempunyai kekayaan sumber daya alam yang cukup melimpah yang selama ini
berperan penting menyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar bagi negara.
Inilah yang melemahkan fondasi ekonomi. Lebih dari 30 tahun proses pembangunan
berlangsung (1967 – 1997), sejak Pelita I dilaksanakan, efek menetes
(trickledowneffect) yang diimani itu sangat kecil dirasakan. Bahkan, hingga tahun 1980
sampai dengan krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997, Indonesia memang menikmati
laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi tingkat ketimpangan ekonomi dan
kemiskinan pada akhirnya juga semakin luar biasa. Papua Barat dan Papua misalnya,
hingga tahun 2010 ini, masih merupakan daerah dengan persentase kemiskinan terbesar
di Indonesia yaitu 34,88 % dan 36,8 % (Data Strategis BPS, 2010).
Dampak negatif dari sentralisasi ini juga menimbulkan praktik pengelolaan negara
yang lambat laun membudayakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di level

Perekonomian Indonesia 19
pemerintahan dan bisnis. Hal inilah yang membuat proses pembangunan dan kegiatan
perekonomian menjadi semakin tidak sehat. Penetrasi kekuasaan dalam pengelolaan
negara pada akhirnya berkembang menjadi suatu kolaborasi kolusif antara elit pejabat
dan pemodal, yang melahirkan banyak kebijakan atau regulasi yang merugikan negara
dan rakyat3.
Pengalaman di masa lalu, pada era Orde Baru, memberikan banyak hikmah bagi
pemerintah dan masyarakat dalam menyukseskan pembangunan negaranya. Usai
transisi kekuasaan Orde Baru ke reformasi pada Mei 1998, yang merupakan efek
turbulensi politik akibat krisis ekonomi tahun 1997 – 1998, perekonomian Indonesia
kini berangsur membaik.

Sementara jika kita lihat variabel ekonomi makro lainnya seperti laju inflasi,
pengangguran terbuka, dan penduduk di bawah garis kemiskinan menunjukkan angka
yang semakin menurun. Indonesia rupanya telah berguru dari krisis ekonomi yang
terjadi di masa lalu.

Kita bisa melihat, ketika krisis keuangan melanda Amerika Serikat (AS) dan
menghantam perekonomian dunia pada pertengahan tahun 2008, perekonomian
Indonesia tetap tumbuh pada tren yang positif 6,1 %. Ini menjadi suatu hal yang
ajaib, sekaligus aneh, mengingat negara tetangga di wilayah Asia Tenggara seperti
Vietnam, Filipina, Malaysia, dan negara semaju Singapura, justru mengalami

Perekonomian Indonesia 20
pertumbuhan negatif. Apakah negara kita sudah memiliki sistem yang menjamin
keamanan dari dampak eksternal asing? Apa yang membuat Indonesia bisa sebaik itu
pertumbuhannya? Mengapa dampak krisis global di Indonesia paling minimal?
Jawabannya ternyata sederhana. Karena ketergantungan ekonomi kita kepada pasar
dunia terbilang belum begitu besar. Ekspor misalnya, porsinya masih kecil.
Sehingga dampaknya terhadap perekonomian juga kecil. Tentu saja ini juga
lebih akibat faktor keberuntungan (luck). Kita sebenarnya ingin meningkatkan
ekspor, akan tetapi jika dilihat dari volume perdagangan, sebenarnya ekspor kita cukup
kuat, yang jatuh sebetulnya adalah harga barang-barang (komoditas) ekspor kita
di pasar internasional. Dalam hal ini daya saing barang produk kita kalah dengan
produk sejenis dari negara tetangga. Sehingga penetrasi produk kita tidak terlampau
banyak ke luar negeri dilihat secara volume.

Dalam Laporan Doing Business 2012 disebutkan tiga hal yang berkontribusi
memperburuk kualitas berbisnis dan produktivitas produksi di Indonesia yaitu: (i)
akses listrik yang sulit didapatkan; (ii) perizinan lahan (properti); (iii) dan
kemudahan mendapatkan pembiayaan (kredit). Sektor perbankan di Indonesia lebih
cenderung mengutamakan pembiayaan kredit konsumtif dibandingkan kredit produktif,
seperti kredit untuk proyek infrastruktur yang bersifat jangka panjang. Kredit konsumtif
dipandang lebih memberi banyak keuntungan dengan resiko kecil. Pada akhirnya
kesemua permasalahan ini bermuara pada bagaimana keseriusan pemerintah dapat
menyelesaikan problem infrastruktur, baik infrastruktur fisik (jalan, listrik, pelabuhan),
maupun infrastruktur non-fisik (aspek kelembagaan: perbankan, lembaga perizinan
pemerintah). Kata kuncinya: percepatan pembangunan dan pembenahan infrastruktur.
Ini penting dalam rangka menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi dan
menunjang aktivitas ekonomi berjalan lebih efisien. Indonesia tidak bisa bergantung
hanya pada konsumsi domestik dan pengeluaran pemerintah (stimulus fiskal). Kita

Perekonomian Indonesia 21
membutuhkan infrastruktur yang baik, sehingga daya saing produk kita semakin
meningkat dan kontribusi ekspor ke depan semakin besar.

BAB
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
2 DAN GLOBAL

A. PENGERTIAN SISTEM EKONOMI


Setiap kelompok masyarakat (pada tataran yang lebih kompleks membentuk
negara bangsa) pasti memiliki sebuah sistem ekonomi untuk mengatasi beberapa
persoalan, seperti; 1) barang apa yang seharusnya dihasilkan; 2) bagaimana cara
menghasilkan barang itu; dan 3) untuk siapa barang tersebut dihasilkan atau
bagaimana barang tersebut didistribusikan kepada masyarakat. Jawaban atas ketiga
pertanyaan tersebut akan menentukan sistem ekonomi sebuah negara (Hudiyanto,
2002).
Penentuan sistem ekonomi tidak dapat dilepaskan dari ideologi yang diyakini oleh
negara. Ideologi tertentu akan melahirkan sistem ekonomi tertentu pula karena pada
dasarnya, negara melalui ideologinya telah memiliki cara pandang tertentu untuk
memandang dan menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. setiap sistem ekonomi
membutuhkan sekumpulan peraturan, ideologi yang mendasarinya, menjelaskan
peraturan tersebut dan keyakinan individu yang akan membuatnya terus dijalankan
(Robinson, 1962:18)
Ada berbagai sistem ekonomi yang berkembang di dunia. Namun, pada dasarnya
kita dapat membaginya menjadi dua titik ekstrim, yaitu Sistem Ekonomi Kapitalis dan
Sistem Ekonomi Sosialis. Pada perkembangannya, ketika banyak negara merasa kedua
sistem tersebut tidak dapat menjawab persoalan-persoalan mereka, maka muncul
Sistem Ekonomi Campuran yang menggabungkan kedua sistem ekonomi sebelumnya.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas ketiga sistem ekonomi tersebut satu per
satu.

Perekonomian Indonesia 22
1. Sistem Ekonomi Kapitalis
Sistem Ekonomi Kapitalis muncul pada abad ke-17 ketika dominasi gereja di
Eropa mulai runtuh. Dominasi gereja, yang mendoktrinkan kepentingan gereja di
atas segala kepentingan, diruntuhkan oleh pandangan yang menekankan pada
liberalisme, individualisme, rasionalisme atau intelektulisme, materialisme dan
humanisme. Pemikiranpemikiran tersebut menjadi dasar Sistem Ekonomi
Kapitalis. Pemikiran liberalisme meletakkan kebebasan individu sebagai hal yang
paling utama. Rasionalisme mengajarkan bahwa peranan rasio (pikiran) lebih
penting daripada perasaan. Materialisme adalah paham yang menyatakan bahwa
hakikat kebenaran adalah sesuatu yang dapat dibuktikan secara empiris, yaitu
diraba, didengar, dan dirasa. Sementara itu humanisme adalah paham yang
menyatakan bahwa bagi manusia yang penting adalah kehidupan di dunia ini,
hidup sesudahnya di luar jangkauan manusia sehingga tidak perlu dipikirkan
(Hudiyanto, 2002). Jika sebelumnya gereja dengan doktrin-doktrinnya
menghalang-halangi umat Kristen untuk mengumpulkan kekayaan karena
kekayaan sepenuhnya milik gereja, maka setelah keruntuhannya masyarakat
Eropa pada zaman itu mulai benar-benar memikirkan penimbunan kekayaan. Pada
saat yang sama terjadi perubahan fokus mendapatkan kekayaan. Jika sebelumnya,
mereka sangat tergantung dengan perdagangan maka setelah kemunculan
penemuan teknologi baru seperti mesin uap, mereka beralih pada industri. Modal
yang semula dialokasikan pada perdagangan dialihkan pada pembangunan
industri. Pada masa itulah muncul Adam Smith (1776) yang menjadi peletak
ideologi kapitalisme.
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Kapitalis:
a. Penjaminan atas hak milik perseorangan
Hak milik pribadi adalah hal yang paling penting dalam kapitalisme.
Setiap orang berhak menimbun kekayaan pribadi sebesar-besarnya tanpa
mengindahkan posisi orang lain yang tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan hal yang sama.
b. Mementingkan diri sendiri (selfinterest)
Karena menekankan individualisme, maka dalam Sistem Ekonomi
Kapitalis setiap individu sepenuhnya dibebaskan berorientasi pada diri
sendiri. Segala aktivitas ekonomi dan sosial yang dilakukan sepenuhnya
Perekonomian Indonesia 23
untuk kepentingan diri sendiri. Para kapitalis mempercayai kehadiran
“tangan-tangan gaib” (invisiblehands) yang akan mempertemukan setiap
kepentingan individu tersebut dalam sebuah titik keseimbangan
(equilibrium).
c. Pemberian kebebasan penuh
Paham liberalisme yang menjadi dasar pemikiran kapitalisme
memungkinkan setiap pihak memiliki kebebasan penuh untuk melakukan
aktivitas ekonomi. Campur tangan negara dalam aktivitas ekonomi dibatasi
hanya sebagai penyedia fasilitas dan pengatur lalu lintas sehingga semua
orang dapat melakukan aktivitas ekonominya dengan lancar. Para kapitalis
percaya jika setiap individu mendapatkan kepuasan maka akan tercipta
kemakmuran dalam masyarakat (harmonyofinterest). Pemberian kebebasan
kepada para pelaku ekonomi ini diyakini dapat diikuti dengan ketertiban
dalam kehidupan karena ada “tangan-tangan gaib” yang membawa pada titik
keseimbangan.
d. Persaingan bebas (freecompetition)
Dalam sistem kapitalis, persaingan antarpelaku ekonomi di masyarakat
dimungkinkan. Persaingan dapat terjadi antarpenjual yang dapat
memberikan kualitas terbaik kepada pembeli. Sebaliknya beberapa pembeli
dapat saling bersaing untuk memberikan harga terbaik. Secara umum pasar
diibaratkan sebagai pasar persaingan sempurna, yaitu situasi ketika posisi
tawar masing- masing produsen dan konsumen seimbang, sehingga pembeli
dan penjual tidak dapat menjadi penentu harga (pricesetter) tetapi hanya
bertindak sebagai pengambil harga (pricetaker). Harga yang disepakati
adalah harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
e. Harga sebagai penentu (pricesystem)
Para kapitalis sangat percaya pada mekanisme pasar yang bekerja
menentukan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang
dan jasa. Dalam kondisi apapun negara tidak boleh melakukan intervensi
terhadap pasar. Jika pada satu waktu penawaran berlebihan sehingga
mengakibatkan merosotnya harga, maka negara diminta diam saja karena
mekanisme pasar dengan sendirinya akan menentukan harga keseimbangan
baru.

Perekonomian Indonesia 24
f. Peran negara minimal
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada Sistem Ekonomi
kapitalis mekanisme pasarlah yang satu-satunya diyakini baik dan boleh
bekerja di pasar. Oleh karena itu negara memiliki peran yang sangat minim.
Negara hanya menjaga keamanan dan ketertiban, menetapkan hak-hak
kekayaan pribadi, menjamin perjanjian kedua belah pihak ditaati, menjaga
persaingan tanpa hambatan, mengeluarkan mata uang, dan menyelesaikan
persengketaan pihak buruh dan pemilik modal.

Sistem Ekonomi Kapitalis memberikan kebebasan individu untuk berusaha


mendapatkan kekayaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Kebebasan tersebut mendorong individu melakukan berbagai inovasi ekonomi
dan teknologi yang mendorong kemajuan. Namun, kapitalisme membuat pihak
yang tidak memiliki posisi tawar (modal) yang sama dengan pihak lain secara
struktural tidak akan dapat bekerja dalam pasar, sehingga ia tidak dapat
mencapai kemakmuran. Padahal posisi tawar yang tidak seimbang inilah yang
banyak terjadi dalam kehidupan nyata. Akibatnya terjadi monopoli, pasar hanya
dikuasai oleh sekelompok orang saja. Apabila monopoli terjadi maka terjadi
ketimpangan kemakmuran. Pihak yang dapat bekerja di pasar akan mendapatkan
kemakmuran yang besar sedangkan sebaliknya pihak yang “tersingkir” dari
pasar tidak akan sejahtera. Jika semua orang berorientasi pada diri mereka
sendiri, maka kepentingan publik akan terabaikan, misalnya pembangunan
jembatan umum, rumah sakit, dan jalan raya tidak akan dilakukan karena
dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi.
Seperti telah dijelaskan bahwa kapitalis murni sebagai sebuah sistem yang
mengatur perekonomian masyarakat atau bahkan negara sudah banyak
ditinggalkan. Ketidakmampuannya dalam memberikan jaminan berupa
kesejahteraan bagi seluruh pihak menjadi alasan utama. Bahkan yang lebih
ekstrem, beberapa produk sistem kapitalis diharamkan diterapkan seperti
monopoli, monopsoni, oligopoli yang merugikan masyarakat dan lain
sebagainya. Negara dengan regulasinya melarang segala praktik-praktik tersebut
diterapkan di pasar.

Perekonomian Indonesia 25
Namun demikian, pelanggaran atas regulasi yang melarang praktek- praktek
kapitalis seperti yang telah disebutkan tetap ada. Di pasar muncul pihak-pihak
yang mampu mencipkan sistem tersebut tanpa sepengetahuan publik melalui
strategistrategi yang diterapkan. Bahkan lebih parah lagi mereka dapat
mempengaruhi keputusan pemerintah untuk membuat regulasi yang
menguntungkan bagi mereka. Hal ini dapat dilihat dari kasus-kasus suap yang
marak terjadi di berbagai negara, tidak terkecuali di Indonesia, untuk
menggoalkanketentuan yang mereka inginkan.
Bukti lain sistem kapitalis murni ditinggalkan adalah pemerintahan yang
banyak mengatur pelaku bisnis melalui kebijakan pajak dan subsidi. Pemerintah
akan mengambil pajak dari pihak-pihak yang disebut wajib pajak untuk
memberikan subsidi kepada pihak yang memang berhak atas subsidi tersebut.
Praktik semacam ini merupakan praktek yang melanggar ciri atau karakteristik
sistem kapitalis murni.

2. Sistem Ekonomi Sosialis


Pemikiran Sistem Ekonomi Sosialis sesungguhnya telah muncul sejak abad
ke-16 yang disebut sebagai Sosialisme Utopis. Polarisasi yang tajam antara si
kaya dan si miskin dalam struktur sosial-ekonomi masyarakat Inggris pada abad
ke-16 memunculkan berbagai kritik, yang konsepnya disebut sebagai
“Sosialisme Utopia”. Gagasan ini merupakan tanggapan langsung pada tahap
awal perkembangan kapitalisme, termasuk yang sebelum dikonsepsikan secara
sistematis oleh Adam Smith pada tahun 1776. Tokoh-tokoh penganjur
Sosialisme Utopia di antaranya adalah Thomas More (14781535),
TomassoCampanella (1568-1639), FranscisBacon (1560- 1626), dan
dikembangkan oleh Robert Owen (1771-1858), Charles Fourer (1772-1837), dan
Louis Blanc (1811-1882).
Sistem Ekonomi Kapitalis yang diterapkan di Eropa membawa kemakmuran
bagi masyarakat, walaupun kemakmuran tersebut tidak bertahan lama. Pada awal
abad ke20, terjadi kondisi kelesuan ekonomi (malaises). Mekanisme pasar yang
diharapkan menyelesaikan depresi ekonomi tersebut ternyata tidak kunjung
terjadi. Maka kemudian muncul Sistem Ekonomi Sosialis yang pada abad ke-16
telah dipikirkan dan diyakini dapat menjawab masalah ekonomi saat itu.

Perekonomian Indonesia 26
Sistem Ekonomi Sosialis dilandasi oleh falsafah kolektivisme dan organisme.
Kolektivisme adalah ajaran yang menyatakan bahwa setiap orang adalah warga
masyarakat. Oleh karena masyarakat adalah sebuah kesatuan tersendiri maka
kepentingan masyarakat harus lebih dahulu diutamakan daripada kepentingan
pribadi. Organisme adalah pandangan bahwa selain kepentingan dan kebutuhan
masyarakat, negara sebagai sebuah kesatuan juga memiliki kepentingan dan
kebutuhan. Oleh karena itu, negara sebaiknya berperan besar dalam sistem
ekonomi untuk menjamin pemenuhan kepentingan dan kebutuhan setiap warga
negara (Hudiyanto, 2002).
Dalam Sistem Ekonomi Sosialis ini, pemerintah sangat berperan untuk
menentukan jalannya perekonomian, atau umum dikenal sebagai perencanaan
terpusat atau centralizedplanning sehingga hak milik dan inisiatif ekonomis
individu kurang mendapat tempat yang layak (Hamid, 2005).

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialis adalah:


a. Negara sangat berkuasa dalam pemilikan bersama (kolektivitas) semua
faktor produksi. Pemilikan bersama ini dimaksudkan agar semua faktor
produksi diarahkan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan bersama
bukan berorientasi terhadap keuntungan pribadi.
b. Produksi dilakukan sesuai dengan kebutuhan (productionforneeds). Negara
akan mengatur semua produksi barang-barang yang dibutuhkan oleh
masyarakat, bukan hanya barang dan jasa yang bernilai ekonomi saja karena
seluruh kegiatan ekonomi tidak diarahkan untuk menimbun kekayaan
individu tetapi kesejahteraan bersama.
c. Perencanaan ekonomi (economicplanning). Negara melakukan perencanaan
yang ketat untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam sistem ini mekanisme pasar tidak lagi
berlaku karena negara yang menentukan semua harga (pricesetter).

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, sistem ini ingin melindungi semua


pihak, terutama kelompok marjinal yang tidak memiliki faktor produksi.
Perlindungan tersebut dimaksudkan agar semua masyarakat mendapatkan
kesejahteraan yang setara. Namun, secara umum sistem ini menghambat ekspresi
Perekonomian Indonesia 27
dan mengurangi semangat orang untuk bekerja dan berprestasi, yang pada
akhirnya makin menurunkan kreativitas dan produktivitas masyarakat. Negara
dan perencanaan ekonomi yang sentralistik tidak dapat menjamin bahwa
produksi dan distribusi barang dan jasa sesuai kebutuhan masyarakat karena pada
tingkatan tertentu negara tidak memiliki kemampuan produksi dan distribusi
sebesar kebutuhan masyarakat.
Sosialis murni (sebagaimana kapitalis murni) juga sudah banyak
ditinggalkan oleh masyarakat ataupun negara sebagai dasar tata kelola
ekonominya. Alasan yang sama menjadi latar belakang mengapa sistem sosialis
murni ditinggalkan yaitu ketidakmampuannya dalam memberikan jaminan
berupa kesejahteraan seluruh pihak. Sistem sosialis yang saat ini berkembang
adalah sistem ekonomi yang banyak/cenderung berpihak pada kepentingan kaum
marjinal dan membiarkan kaum elit berusaha sendiri karena dianggap memiliki
kemampuan untuk mencapai kesejahteraan. Bahkan beberapa negara
memberikan tekanan yang berlebihan kepada kaum elit untuk membantu
kepentingan negara terkait kewajibannya untuk menjamin kesejahteraan
masyarakatnya.
Berbagai program pemerintah yang diterapkan dan sesuai dengan semangat
sosialis seperti subsidi, dukungan terhadap organisasi buruh, maraknya
pembangunan fasilitas publik dan lain sebagainya. Pada titik jenuh, kebijakan
yang berlebihan terkadang membawa dampak merugikan bagi kaum elit
sehingga banyak diantara mereka kemudian berpindah ke wilayah lain dalam
menjalankan aktivitas ekonominya. Hal ini juga terjadi di banyak negara
termasuk Indonesia.

3. Sistem Ekonomi Campuran


Kemunculan Sistem Ekonomi Sosialis dianggap terlalu ekstrim karena
mengharuskan pengambilalihan kekayaan individu menjadi kekayaan negara.
Oleh karena itu ditempuh jalan tengah yang menyatukan kebaikan Sistem
Ekonomi Kapitalis dan Sistem Ekonomi Sosialis. John MaynardKeynes
memunculkan pemikiran bahwa selain mendatangkan manfaat, Kapitalisme juga
memunculkan ekses yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, negara berfungsi
mengatasi ekses berupa pengangguran dan ketidakmerataan distribusi
pendapatan. Sistem ekonomi gagasan Keynes, yang dikenal sebagai Sistem

Perekonomian Indonesia 28
Ekonomi Campuran, telah melahirkan negara kesejahteraan (Welfare State)
seperti yang dipraktikkan negara-negara Eropa Barat saat ini.
Welfare State adalah suatu negara yang ingin menciptakan demokrasi seluas-
luasnya seperti kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan, penguasaan
teknologi, pendidikan dan sebagainya. Negara memiliki kewajiban
menanggulangi penyebab kemiskinan struktural yang menghalangi kelompok-
kelompok tertentu masuk ke dalam pasar. Tindakan yang dilakukan negara dapat
dikelompokkan menjadi tiga hal:
a. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa yang digunakan
untuk operasional negara. Dalam hal-hal tertentu, tindakan ini dilakukan
untuk mendistribusikan pendapatan.
b. Penarikan pajak, biasanya yang dikenakan pajak progresif sehingga semakin
besar kekayaan seseorang maka semakin besar pula harta yang diberikan
kepada negara. Pajak ini digunakan untuk melakukan tindakan yang ketiga.
c. Subsidi diberikan kepada para pihak yang membutuhkan sehingga kemiskinan
struktural dapat diselesaikan dan distribusi pendapatan dapat terjadi.

B. Sejarah Perkembangan Ekonomi Di Indonesia


Sistem Perekonomian Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh Sistem Ekonomi
Kolonial Belanda yang selama 350 tahun berkuasa atas ekonomi Indonesia. Pada awal
kedatangannya di Indonesia, kolonial tidak datang sebagai penjajah fisik namun
penjajah ekonomi. Dengan organisasi perdagangannya bernama VOC, mereka
memonopoli pasar rempah-rempah yang pada masa itu merupakan komoditi andalan
Nusantara. Mereka menggunakan kekerasan senjata untuk menguasai rempah-rempah.
Ketika tahun 1799 VOC bangkrut dan bubar, pemerintah Belanda melaksanakan
sistem tanam paksa (culturestelsel) untuk menutup defisit anggaran kerajaan akibat
perang melawan berbagai perlawanan di Nusantara. Sistem tanam paksa yang
berlangsung selama lebih dari satu abad ini mendatangkan banyak keuntungan di pihak
kerajaan Belanda tetapi mendatangkan kesengsaraan bagi rakyat Nusantara. Namun,
saat mulai berkembang liberalisme di Eropa, kebijakan tanam paksa ini menuai banyak
kritik, sehingga pemerintah Belanda mengubahnya menjadi Sistem Ekonomi Kapitalis-
Liberal.
Melalui Undang-Undang Agraria tahun 1870, pemerintah Belanda mengundang
sektor swasta untuk menyewa lahan perkebunan dalam jangka waktu yang lama.
Perekonomian Indonesia 29
Lahan perkebunan yang semula dikendalikan pemerintah Belanda diambil alih oleh
swasta, sedangkan pemerintah mendapatkan keuntungan dari pajak perseroan dan
pajak pendapatan sektor swasta. Persoalan baru muncul ketika perkebunan swasta dan
perkebunan rakyat menanam jenis tanaman yang sama akibatnya perkebunan rakyat
sulit bersaing karena memiliki modal yang lebih kecil dibandingkan sektor swasta
(Mubyarto, 2002).
Setelah Indonesia merdeka, para pemimpin bangsa berusaha merumuskan kembali
Sistem Ekonomi Indonesia yang dianggap ideal dengan kondisi bangsa. Muhammad
Hatta mengemukakan sebuah konsep tentang Sistem Ekonomi Indonesia, yaitu Sistem
Ekonomi Kerakyatan. Dalam Sistem Ekonomi Kerakyatan, semua aktivitas ekonomi
harus disatukan dalam organisasi koperasi sebagai bangun usaha yang sesuai dengan
asas kekeluargaan. Hanya dalam asas kekeluargaan dapat diwujudkan prinsip
demokrasi ekonomi, yaitu produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, sedangkan
pengelolaannya dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat sendiri (Mubyarto,
2002). Konsep Sistem Ekonomi Kerakyatan inilah yang kemudian dituangkan dalam
UUD 1945 sebagai dasar sistem perekonomian nasional.
Sistem ekonomi seperti yang dikonsepkan oleh Muhammad Hatta tersebut,
ternyata tidak langsung berhasil dijalankan oleh pemerintahan Indonesia. Beberapa
waktu setelah kemerdekaan, Indonesia mengalami masa-masa sulit hingga pada
puncaknya terjadi perpecahan pemimpin nasional ditandai dengan mundurnya
Muhammad Hatta pada tahun 1956. Sejak saat itu Sukarno memegang kekuasaan yang
sangat besar, sehingga Sistem Ekonomi Etatisme berjalan di Indonesia. Negara
mengendalikan sistem produksi dan distribusi. Hiperinflasi hingga 650 persen yang
terjadi pada tahun 1966 menghentikan sistem tersebut. Kekacauan sosial politik yang
kemudian terjadi membuat Sukarno praktis tidak mampu melakukan kebijakan apapun
untuk memperbaiki keadaan.
Setelah rejim Orde Lama ditumbangkan oleh peristiwa berdarah 1966, rejim Orde
Baru muncul dengan membawa sistem ekonomi yang baru yang ternyata juga tidak
sepenuhnya sesuai dengan dasar sistem ekonomi yang termuat dalam UUD 1945.
Sistem Ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru bersandar pada “Trilogi
Pembangunan“, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas ekonomi, dan
pemerataan. Meskipun pemerintah selalu mengklaim dirinya tidak menerapkan Sistem
Ekonomi Kapitalis, tetapi pada praktiknya Indonesia telah melakukan berbagai
liberalisasi ekonomi yang semakin memarjinalisasi peranan ekonomi rakyat.

Perekonomian Indonesia 30
C. Perangkat sistem Ekonomi Dalam UUD 1945
Seperti yang telah disebutkan di atas, Muhammad Hatta telah mengagas Sistem
Ekonomi Indonesia yang dituangkan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1-3, yang
kemudian di amandemen oleh MPR dengan menambah ayat 4 dan 5:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.

Berdasarkan pasal tersebut, tercantum dasar demokrasi ekonomi, di mana


produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan
kemakmuran perorang. Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bentuk usaha yang sesuai dengan prinsip
tersebut adalah koperasi. Konsep Sistem Ekonomi yang berdasarkan pasal tersebut
menempatkan negara pada pelindung dan pembangun perekonomian yang dikuasai
dan mampu dikendalikan oleh rakyat.

D. Sistem Ekonomi Indonesia Dewassa Ini


Dasar negara Indonesia menyatakan bahwa sistem ekonomi yang dikonsepkan
adalah Ekonomi Kerakyatan (ekonomi yang dikuasai oleh rakyat), tetapi kenyataannya
aktivitas ekonomi yang berlangsung saat ini mencerminkan Sistem Ekonomi Kapitalis,
sehingga saat ini yang terjadi adalah dualisme ekonomi.
Dualisme ekonomi mengacu pada pemikiran J.H. Boeke yang menggambarkan
adanya dua keadaan yang amat berbeda dalam suatu masyarakat, yang hidup

Perekonomian Indonesia 31
berkembang secara berdampingan. Keadaan pertama bersifat “superior”, sedangkan
yang lainnya bersifat “inferior”, seperti halnya adanya cara produksi modern
berdampingan dengan cara produksi tradisional, antara orang kaya dengan orang
miskin tak berpendidikan, dan keadaan lain yang kontras dalam satu masa dan tempat
(Hudiyanto, 2002). Mengacu pada pengertian tersebut, kiranya tidak sulit mengamati
bekerjanya dualisme ekonomi dalam Sistem Ekonomi Indonesia saat ini. Dualisme
ekonomi di Indonesia tidak hanya mewujud sebagai akibat perbedaan taraf
pengembangan teknologi, melainkan tampak sebagai perbedaan konsep nilai
(falsafah), ideologi, dan sosialbudaya, yang mempengaruhi bekerjanya sistem
ekonomi.
Di desa-desa (pedalaman) dan di sebagian masyarakat kota yang masih menganut
kolektivisme banyak dijumpai tradisi yang memunculkan sistem ekonomi tertentu,
yang tidak selalu sejalan dengan sistem ekonomi yang dominan. Ada sistem arisan,
“sambatan” (kerja bakti), “nyumbang”, dan sistem pertukaran lokal (sebagian
subsistem), yang masih berkembang meskipun sistem-sistem produksi dan keuangan
modern makin berkembang pesat. Di sisi lain, perkembangan sektor ekonomi formal
di pusat-pusat perkotaan tetap saja tidak mampu menampung banyaknya tenaga kerja,
yang akhirnya berusaha di sektor informal. Dalam struktur ekonomi nasional pun
perbedaan (konfigurasi) antara pelaku ekonomi konglomerat dan pelaku ekonomi
rakyat masih terlihat jelas. Masing-masing menganut sistem nilai yang berbeda, yang
memunculkan perbedaan sistem ekonomi yang terbentuk. Derajat hubungan
(ketergantungan) antara kedua sistem (pelaku) umumnya terjadi dalam pola yang tidak
seimbang. Dalam hal ini, sistem (pelaku) ekonomi superior (dominan) cenderung
mensubordinasi sistem (pelaku) ekonomi inferior karena kekuatan ilmu pengetahuan,
teknologi, modal, dan SDM yang dikuasai pelaku ekonomi di sektor modern tersebut.
Namun, tetap saja ada resistensi dari pelaku ekonomi tradisional di pedesaan yang
berupaya mengembangkan tatanan sosial-ekonomi yang sesuai dengan sistem nilai dan
sistem sosial-budaya mereka. Teori dualisme ekonomi dalam konteks Indonesia saat
ini membantu untuk menganalisis dialektik hubungan ekonomi antarpelaku ekonomi.
Dalam perkembangannya, antara dua keadaan yang kontras tersebut tidak lagi dapat
berdampingan secara sejajar, melainkan satu sistem tersubordinasi oleh sistem yang
dominan.
Kenyataan model dualisme ekonomi ini berpengaruh dalam pengambilan
kebijakan ekonomi dan penyusunan strategi pembangunan. Dalam struktur dualistik

Perekonomian Indonesia 32
yang timpang, pengaruh kebijakan ekonomi dapat berbeda (trade- off), sehingga
dibutuhkan kebijakan afirmatif (pemihakan) kepada pelaku ekonomi yang kecil,
rentan, dan miskin. Jika tidak, kebijakan yang didesain secara makro-deduktif
cenderung selalu menguntungkan (makin memakmurkan) pelaku ekonomi besar
(sektor modern), yang membawa korban pada kemerosotan kesejahteraan pelaku
ekonomi rakyat yang umumnya bergerak di sektor informal, pertanian, dan di wilayah
pedesaan (Hamid,2005).
Situasi dualisme ekonomi tersebut tidak dapat dibiarkan terjadi terus- menerus.
Bangsa Indonesia harus segera mengambil langkah konkret dengan mengembangkan
sistem ekonomi yang sesuai dengan kondisi sosial dan kultural bangsa untuk
menyelesaikan masalah ekonomi yang saat ini mendera. Dalam sejarah, Indonesia
telah beberapa kali mengalami perubahan sistem ekonominya, yang terkadang
cenderung ke kapitalis ataupun sosialis. Hal ini terjadi karena adanya dinamika politik
dalam pemerintahan, disamping tuntutan normatif untuk menemukan suatu sistem
yang benar- benar sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia dan demi menjamin
tercapainya kesejahteraan rakyat. Sistem ekonomi cenderung ke liberalis, misalnya,
pernah diterapkan di Indonesia pada awal kemerdekaan, dimana rakyat diberikan
wewenang yang cukup luas untuk melakukan kegiatan ekonomi. Kemudian, Indonesia
juga pernah menggunakan sistem ekonomi cenderung ke sosialis dimana peran
pemerintah dalam perekonomian cukup dominan. Indonesia menggunakan sistem
ekonomi yang berbeda dari sebelum-sebelumnya yaitu menggunakan sistem yang
disebut demokrasi ekonomi ketika kepemimpinan Presiden Soeharto.
Tuntutan rakyat yang merasa sistem demokrasi ekonomi ternyata tidak dijalankan
dengan benar dan tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, sehingga muncul tuntutan
adanya perombakan sistem ekonomi yang dikenal dengan masa reformasi. Pasca
reformasi, muncul pandangan untuk mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan, yang
diharapkan bisa melibatkan sebagian besar rakyat dalam aktivitas ekonomi. Namun,
dalam realitasnya ini belum mewujud.

Perekonomian Indonesia 33
b

BAB
PENDAPATAN NASIONAL DAN
3 PERTUMBUHAN EKONOMI

A. Pengertian dan Konsep Pendapatan Nasional


Produksi Nasional atau Pendapatan Nasional adalah nilai yang menggambarkan
dari kegiatan (aktivitas) ekonomi secara nasional pada periode tertentu.
Konsep Pendapatan Nasional :
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestic Bruto (GrossDomesticProduct/GDP) adalah seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan seluruh warga masyarakat (termasuk warga
asing) suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun.
2. Produk Nasional Bruto (PNB)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product/GNP) adalah seluruh barang
dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara dalam periode tertentu,
biasanya satu tahun, termasuk di dalamnya barang dan jasa yang dihasilkan
warga negara tersebut yang berada/bekerja di luar negeri. Barang dan jasa yang
dihasilkan warga negara asing yang bekerja di dalam negeri, tidak termasuk
GNP. c.Produk Nasional Netto (PNN)
Produk Nasional Netto (Net National Product/NNP) atau produk nasional
bersih adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara
dalam periode tertentu, biasanya satu tahun setelah dikurangi penyusutan
(depresiasi) dan barang pengganti modal.
NNP = GNP – (Penyusutan + Barang pengganti modal)

Perekonomian Indonesia 34
3. Pendapatan Nasional Netto (bersih)
Pendapatan Nasional Bersih (Net National Income/NNI) adalah nilai dari
produk nasional bersih (net nationalincome) dikurangi dengan pajak tidak
langsung.
NNI = NNP – Pajak Tidak Langsung
4. Pendapatan Perseorangan
Pendapatan Perseorangan (Personal Income) adalah jumlah seluruh
penerimaan yang diterima perseorangan sebagai balas jasa dalam proses
produksi. Pendapatan perseorangan ini dapat juga disebut pendapatan kotor,
karena tidak semua pendapatan perseorangan netto jatuh ke tangan pemilik
faktor produksi, sebab masih harus dikurangi laba yang tidak dibagi, pajak
penghasilan, iuran jaminan sosial dan lain-lainnya.
5. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan pembangunan
ekonomi.Dalam makalah pendapatan nasioanl dan pertumbuhan ekonomi
ini,penulis ingin menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi hanyalah merupakan
salah satu aspek saja dari pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada
peningkatan output agregat khususnya output agregat per kapita.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang
lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga
sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa
riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar
daripada tahun sebelumnya.
6. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Apakah alat yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya pertumbuhan
ekonomi suatu negara? Menurut M. Suparko dan Maria R. Suparko ada beberapa
macam alat yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :
a. Produk Domestik Bruto
PDB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam harga
pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah
sifatnya yang global dan tidak mencerminkan kesejahteraan penduduk.

Perekonomian Indonesia 35
b. PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita
PDB per kapita merupakan ukuran yang lebih tepat karena telah
memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatan perkapita dapat
diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk.
c. Pendapatan Per jam Kerja
Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain bila
mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi
daripada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama.
7. Model – Model Pertumbuhan Ekonomi
Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar adalah model pertumbuhan
yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi negara-negara maju, model itu
merupakan perkembangan langsung teori ekonomi makro Keynes yang
merupakan teori jangka pendek yang menjadi teori jangka panjang.
Pada model Harrod-Domar investasi diberikan peranan yang sangat penting.
Dalam jangka panjang investasi mempunyai pengaruh kembar. Di satu sisi
investasi mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain investasi mempengaruhi
kapasitas produksi nasional dengan menambah stok modal yang tersedia.
Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu tumbuh dengan
kapasitas produksi penuh (kesempatan kerja penuh) yang disebutnya sebagai “
Pertumbuhan ekonomi yang mantap(steady-stategrowth) “efek permintaan yang
ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu diimbangi oleh efek
penawarannya tanpa terkecuali. Tetapi investasi dilakukan oleh pengusaha yang
mempunyai pengharapan yang tidak selalu sama dari waktu ke waktu, karena itu
keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara
mantap pula apabila pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan
terjadinya hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson
(goldenage).
Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu tumbuh dengan
kapasitas produksi penuh (kesempatan kerja penuh) yang disebutnya sebagai “
Pertumbuhan ekonomi yang mantap(steady-stategrowth) “efek permintaan yang
ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu diimbangi oleh efek
penawarannya tanpa terkecuali. Tetapi investasi dilakukan oleh pengusaha yang
mempunyai pengharapan yang tidak selalu sama dari waktu ke waktu, karena itu
keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara

Perekonomian Indonesia 36
mantap pula apabila pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan
terjadinya hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson
(goldenage).
Di samping itu Harrod mengemukakan bahwa sekali keseimbangan itu
terganggu, maka gangguan itu akan mendorong ekonomi nasional menuju ke
arah depresi atau inflasi sekular. Karena itu Harrod melambangkan
keseimbangan ekonomi tersebut sebagai keseimbangan mata pisau, mudah sekali
tergelincir dan sekali tergelincir semuanya akan menjadi hancur (jadi
keseimbangan yang tidak stabil).
Model pertumbuhan ekonomi Domar hampir mirip dengan model Harrod
walaupun ada beberapa perbedaan yang esensial pula antara kedua model itu.
Perbedaan itu khususnya menyangkut mengenai tiadanya fungsi investasi pada
model Domar, sehingga investasi yang sebenarnya tidak ditentukan di dalam
modelnya. Karena itu kesulitan pencapaian keseimbangan ekonomi jangka
panjang yang mantap bagi Harrod, disebabkan oleh sulitnya kesamaan v dan vr
atau laju pertumbuhan yang disyaratkan dengan laju pertumbuhan natural,
sedang bagi Domar kesulitan itu timbul karena adanya kecenderungan
masyarakat untuk melakukan investasi yang relatif terlalu rendah
(underinvestment).
Model Neo-Klasik sebagaimana dikemukakan oleh Solow (juga Swan)
mencoba memperbaiki kelemahan model Harrod-Domar dengan mengolah
asumsi yang mengenai fungsi produksi yang digunakan, dari fungsi produksi
dengan proporsi tetap, menjadi fungsi produksi dengan proporsi yang variabel.
Berbeda dengan visi Harrod-Domar yang suram dan menakutkan visi teori
NeoKlasik adalah visi yang menggembirakan dan serasi dengan proses ekonomi
yang otomatik dan mekanistik. Kelemahan pokok teori Neo-Klasik adalah
dihilangkannya peranan pengharapan para pengusaha yang dalam teori Keynes
menduduki peranan sentral.
8. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) Tingkat Pertumbuhan PNB
(Produk Nasional Bruto) Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang
lebih populer dipakai adalah PDB, karena angka PDB hanya melihat batas
wilayah,terbatas pada negara yang bersangkutan

Perekonomian Indonesia 37
9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
a. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan
tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek
pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
proses pembangunan.
b. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam
dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber
daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi,
apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam
mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang
dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja
yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas
serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada
akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
d. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau
pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya
sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun
budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

Perekonomian Indonesia 38
e. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.

B. Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Badan Pusat Statistik (BPS) resmi merilis angka pertumbuhan ekonomi
Indonesia 2016 sebesar 5,02 %. Angka ini sesuai dengan prediksi Menteri Keuangan,
Sri Mulyani.
Hampir semua sektor tumbuh positif. Lima besar pertumbuhan tertinggi
sepanjang 2016 dicatat oleh sektor jasa perusahaan yang tumbuh 7,36%, sektor
transportasi dan pergudangan yang tumbuh 7,74%, sektor jasa di luar jasa keuangan,
pendidikan, kesehatan, dan perusahaan yang tumbuh 7,80%, sektor informasi dan
konsumsi yang tumbuh 8,87%, serta sektor jasa keuangan dan asuransi yang tumbuh
8,90%. Kelima sektor tersebut berkontribusi pada 64,7% pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Struktur ekonomi Indonesia menurut pengeluaran didominasi oleh
komponen Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar 56,50% diikuti oleh Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) sebesar 32,57%, dan komponen ekspor barang dan jasa sebesar
19,08%.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi ini masih tinggi, meski berbeda dengan
asumsi yang ditetapkan di dalam APBN-P 2016 sebesar 5,2%. Pertumbuhan ekonomi
di kuartal IV 2016 memang lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi kuartal IV Hal ini
disebabkan oleh adanya pemangkasan anggaran belanja pemerintah. Pemangkasan
terjadi karena perencanaan anggaran yang tidak begitu matang. Belanja tidak mampu
diimbangi oleh kerja penerimaan negara, khususnya pajak. Ketimbang mengalami
risiko defisit yang melebihi 3%, pemerintah memilih memangkas belanja dengan
prinsip efektivitas dan efisiensi.
BPS juga mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku
mencapai Rp12.406,8 triliun, sementara PDB per kapita mencapai Rp47,96 juta/tahun.
Capaian ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp45,14 juta/tahun.

Perekonomian Indonesia 39
Angka ini menunjukkan daya beli masyarakat yang meningkat. Meski secara nasional,
angka pendapatan per kapita ini naik, kenyataannya terjadi ketimpangan pendapatan
yang ada di kota besar dan kota kecil. Tingginya ketimpangan pendapatan memang
kerap menimpa negara-negara yang perekonomiannya banyak mengandalkan sumber
daya alam. misalnya saja Brazil. fenomena ini juga ada kaitannya dengan
dutchdisease, yakni fenomena di bidang perekonomian yang merujuk pada akibat
yang biasanya ditimbulkan oleh melimpahnya sumber daya alam di suatu negara.
Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara punya kaitan yang erat,
yang secara teori seharusnya menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Namun,
kenyataannya, hal ini justru mempengaruhi kestabilan ekonomi sosial suatu negara
sehingga lebih rendah. Negara yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung tidak
memiliki teknologi yang, ditambah dengan masalah korupsi, lemahnya birokrasi dan
demokrasi.
Index gini yang paling rendah dimiliki oleh negara-negara yang pertumbuhan
ekonominya mengandalkan sektor jasa. Indonesia sebenarnya banyak memiliki sektor
jasa, namun sumber-sumbernya masih begitu terbatas sehingga pemerintah seharusnya
berkonsentrasi pada program ekonomi yang mengarah ke sektor jasa. Risiko yang
berasal dari faktor eksternal adalah pemulihan ekonomi global yang belum stabil.
Ketidakpastian dari arah kebijakan pemerintah US ditambah dengan rencana kenaikan
suku bunga The Fed sebanyak tiga kali pada tahun ini juga berpotensi menimbulkan
tekanan pada 1arus modal dan nilai tukar.
Rebalancing yang terjadi di China juga berpotensi menimbulkan tambahan risiko.
Bappenas mengungkapkan bahwa perekonomian China sangat mempengaruhi
Indonesia. Jika China mengalami perlambatan 1%, maka ekonomi Indonesia akan
tergerus 0,72%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pengaruh ekonomi US yang
diprediksi jika ekonomi US melambat 1%, ekonomi Indonesia akan menurun 0,41%.
Risiko perlambatan pada perekonomian China itu ada, selain karena pengaruh
sentiment dari US, utang China sekarang makin naik dan cadangan devisa mereka
turun menyebabkan tren depresiasi Yuan.
Seiring dengan hal tersebut, IMF juga melaporkan hasil penilaian perekonomian
Indonesia tahun IMF menganggap Indonesia berhasil dalam menjaga stabilitas
makroekonomi dan beradaptasi terhadap dinamika perubahan perekonomian global.
Meski menghadapi sejumlah risiko, outlook perekonomian Indonesia positif. Hal ini
1

Perekonomian Indonesia 40
terjadi, salah satunya karena tepatnya bauran kebijakan makroekonomi yang didukung
oleh reformasi structural sehingga Indonesia mampu menghadapi beberapa tantangan
seperti siklus harga komoditas dunia yang naik turun, lambatnya pertumbuhan
ekonomi global, serta beberapa keadaan yang berpotensi menimbulkan gejolak
keuangan ke negara emergingmarkets.
Senada dengan hal itu, kesimpulan yang diambil oleh KSSK juga menyebutkan
kondisi stabilitas sistem keuangan kita normal. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil
pemantauan dan asesmen terhadap perkembangan moneter, fiskal, makroprudensial,
sistem pembayaran, pasar modal, pasar surat berharga negara, perbankan, lembaga
keuangan non-bank dan penjaminan simpanan. KSS memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi tahun 2017 akan lebih baik dan stabilitas sistem keuangan pun terkendali.
Tahun 2017, pemerintah menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar
5,1% dengan asumsi defisit 2,41%. Namun, masih ada beberapa risiko yang patut
dicermati, baik itu risiko eksternal maupun internal/ domestik yang dapat
mempengaruhi sistem keuangan.

Perekonomian Indonesia 41
b

BAB INDEK PEMBANGUNAN


MANUSIA
4 (HUMAN DEVELOPMENT INDEX)

A. Hubungan Ekonomi Sumber Daya Manusia Dana Ekonomi Pembangunan


Tenaga kerja dalam masyarakat merupakan salah satu faktor yang potensial
untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Jumlah penduduk yang besar,
seperti Indonesia, Amerika, India, Brazil, China, dan lain sebagainya akan
menentukan percepatan laju pertumbuhan ekonomi dunia, baik melalui pengukuran
produktivitas maupun melalui pengukuran pendapatan per kapita. Selain itu,
kesempatan kerja yang tersedia dan kualitas tenaga kerja yang digunakan akan
menentukan proses pembangunan ekonomi. Dengan demikian, tenaga kerja
merupakan sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan juga distribusi
barang dan jasa.
Adanya kebutuhan tenaga kerja oleh perusahaan di satu pihak dan adanya
persediaan atau penawaran tenaga kerja di pihak yang lain, mengakibatkan timbulnya
pasar tenaga kerja yang merupakan tempat di mana permintaan dan penawaran
tenaga kerja bertemu. Ekonomi pembangunan sendiri mempunyai sejarah yang unik
untuk disimak, pada awalnya makna pembangunan lebih menitikberatkan kepada
aspek ekonomi, yaitu kemiskinan. Seiring berjalannya waktu makna tersebut meluas
menjadi peningkatan kualitas kehidupan (seringkali pengukuran kualitas ini
menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)). Setidaknya terdapat tiga nilai
inti pembangunan yang dapat digunakan untuk memahami nilai pembangunan
(Todaro, Hal 25:2012 ), yaitu kecukupan, jati diri, dan kebebasan. Kecukupan di sini
tidak hanya merujuk pada makanan saja namun lebih luas daripada itu. Kecukupan
dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana tercukupinya semua kebutuhan dasar
untuk setiap individu. Apabila kebutuhan dasar ini tidak dapat tercukupi salah
satunya maka muncullah kondisi ‘keterbelakangan absolut’. Kecukupan tersebut
dipenuhi oleh fungsi dasar perekonomian, yaitu penyediaan perangkat dan sarana

Perekonomian Indonesia 42
untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Atas dasar itu, dapat
dinyatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi merupakan prasyarat bagi
membaiknya kualitas kehidupan.
Sebagai bagian dari sebuah gugusan masyarakat yang universal, sebuah negara
atau bangsa memerlukan sikap untuk menghargai diri sendiri, mampu dan perlu
untuk mengejar suatu tujuan serta bentuk pernyataan diri yang lain. Pernyataan
tersebut dapat dinyatakan dalam sebuah istilah, yaitu ‘jati diri’. Pencarian jati diri
bagi sebuah negara yang sedang berkembang sangat diperlukan karena proses
masuknya informasi dari negara-nagara maju akan membuat sebuah negara sedang
berkembang kehilangan makna keberadaannya. Bagi sebuah negara kehilangan jati
diri merupakan masalah yang sangat besar. Tujuan pembangunan serta arah yang
telah ditetapkan akan berubah apabila sebuah negara kehilangan jati diri. Ekses
negatif dari kehilangan itu adalah semakin tingginya sifat dan sikap konsumerisme
pada setiap individu dari sebuah negara.
Kehilangan makna atau jati diri juga akan menyebabkan ketergantungan yang
tinggi terhadap pihak lain dengan kata lain kebebasan sebuah negara menjadi hilang.
Kebebasan yang dapat diartikan sebagai kemerdekaan individu (negara) dari semua
jenis perbudakan maupun penghambaan kepada individu (negara) lain. Kebebasan
untuk memilih model atau tujuan pembangunan yang sesuai bagi negaranya. Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index) atau yang sering kita sebut IPM
adalah indikator pengukuran pencapiansosioekonomi suatu negara dengan
mengkombinasikan pencapaian dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan pendapatan
riil per kapita yang disesuaikan (Todaro, 2012: 25). Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) adalah indeks yang mengukur pembangunan manusia dari tiga aspek dasar,
yaitu: a long andhealthylife (umur panjang dan hidup sehat), knowledge
(pengetahuan), dan a decentstandardofliving (standar hidup layak) (BPS, 2015). IPM
memeringkatkan negara atau daerah dengan skala 0 (pembangunan manusia rendah)
sampai 1 (pembangunan manusia tinggi) berdasarkan pada tiga tujuan pembangunan,
yaitu masa hidup (longetivity) yang diukur dengan harapan hidup setelah lahir,
pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan bobot rata rata tingkat melek huruf
orang dewasa dan rasio partisipasi sekolah bruto, serta standar hidup yang diukur
dengan Produk Domestik Bruto per kapita (PDRB per kapita) yang disesuaikan
dengan kemampuan daya beli masyarakat di setiap negara.

Perekonomian Indonesia 43
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015
Gambar 1.1
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 1996 – 2015

Kondisi Indeks Pembangunan Manusia Indonesia selama 1996 – 2015 memiliki


tren peningkatan positif yang signifikan, di mana hasil estimasi IPM Indonesia
menunjukan terjadi peningkatan 0.69% setiap tahunnya. Dua digit angka IPM
Indonesia dikarenakan standar penulisan IPM di Indonesia adalah 2 digit sehingga
untuk menginterpretasikan nilai IPM perlu disesuaikan dengan membagi 100 pada
angka IPM, misalnya saja IPM tahun 2015 yang sebesar 75.65 disesuaikan menjadi
0.7565 (Gambar 1.1).
Secara umum kondisi pendidikan, kesehatan, dan perekonomian Indonesia cukup
baik atau bisa dikatakan pembangunan manusia Indonesia tinggi hal ini dikarenakan
angka IPM yang terus meningkat dan nilainya mendekati 1. Namun demikian,
ketimpangan IPM di berbagai daerah di Indonesia juga semakin meningkat dari
waktu ke waktu. Selama kurun waktu 19 tahun, DKI Jakarta selalu berada di posisi
IPM paling tinggi (0.7859), sedangkan Papua selalu berada di posisi IPM paling
rendah (0.6625) sehingga meskipun secara keseluruhan IPM Indonesia baik, namun
jika dilihat secara parsial akan terlihat ketimpangan antara daerah yang dekat dan
jauh dengan Pemerintahan Pusat (lihat Gambar 1.2). Selain itu juga, kita dapat
melihat bahwa IPM Indonesia turun di tahun 1999, hal ini diindikasikan karena
pengaruh setelah terjadinya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia di tahun 1998.

Perekonomian Indonesia 44
B. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dan Penduduk
Pasar tenaga kerja adalah bagian dari pasar faktor produksi. Setiap unsur
pembentuk dalam pasar faktor-faktor produksi tersebut sebagian besar berasal dari
rumah tangga (tanah, keahlian (skill), kemampuan manajerial serta modal).
Perekonomian merupakan sistem yang dibentuk oleh manusia sehingga perilaku
manusia dicerminkan melalui perekonomiannya. Dalam perekonomian terjadi
interaksi antarindividu (manusia) yang berupa aktivitas ekonomi, antara lain
konsumsi, investasi, penawaran tenaga kerja, dan lain sebagainya. Besar kecilnya
perekonomian ini tergantung kepada kemampuan individu-individu dalam
perekonomian untuk berproduksi (produksi tidak hanya merupakan proses
pengolahan bahan baku menjadi barang akhir saja, lebih dari itu produksi merupakan
proses pembentukan nilai tambah bagi setiap individu).
Salah satu ukuran penilaian kemampuan produksi menggunakan produktivitas.
Secara sederhana, makna produktivitas ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
kemampuan setiap individu untuk melakukan produksi secara optimal. Melalui sudut
pandang makroekonomi, produktivitas diukur menggunakan pendekatan
kependudukan. Pengukuran ini melibatkan banyak unsur dalam penduduk (antara
lain: agama, budaya, unsur geografis, politik, keamanan). Oleh karena itu, seringkali
pengukuran produktivitas secara makro menggunakan pendapatan per kapita.
Dengan kata lain, semakin tinggi pendapatan per kapita dari penduduk sebuah
negara dapat dikatakan bahwa produktivitas penduduk negara tersebut meningkat.
Penduduk merupakan sumber tenaga kerja manusia. Tenaga kerja ini pada umumnya
tersedia di pasar kerja dan biasanya siap untuk digunakan dalam proses produksi dan
penerima tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar kerja. Apabila tenaga kerja
bekerja maka ia akan memperoleh upah atau gaji yang merupakan imbalan atas
jasanya. Tenaga kerja akan menghasilkan barang dan jasa yang selanjutnya akan
dilempar ke pasar barang dan jasa. Di pasar barang dan jasa, timbul permintaan
barang dan jasa oleh penduduk. Untuk memperoleh barang dan jasa, penduduk harus
membayar harga barang atau jasa tersebut. Pembayaran (dalam bentuk uang) oleh
penduduk pada umumnya diperoleh dari pendapatannya atas kontribusinya di dalam
proses produksi sehingga terjadilah arus putar balik dari aliran barang dan jasa serta
aliran uang di masyarakat. Pada dasarnya, aliran siklus tersebut akan menyebabkan
terjadinya keseimbangan di dalam perekonomian. Namun demikian, suatu saat

Perekonomian Indonesia 45
keseimbangan itu bisa terganggu, yaitu apabila terjadi kejutan (gangguan/shock) dari
luar (faktor eksogen) sehingga keseimbangan dalam siklus perekonomian berubah.

Pasar Faktor-faktor
Produksi

e
c Pasar Uang

f h g

Rumah
b Pemerintah Perusahaan
Tangg

Pasar untuk d
a Barang dan Jasa

Sumber: Mankiw, 2007


Gambar 1.3
Siklus dalam Perekonomian Keterangan gambar:
a) konsumsi rumah tangga
b) pajak yang dibayarkan oleh rumah tangga
c) tabungan rumah tangga
d) pendapatan yang diperoleh perusahaan
e) pembayaran faktor produksi
f) pendapatan yang diperoleh rumah tangga
g) investasi
h) tabungan masyarakat (publicsaving)
i) belanja pemerintah

Gambar 1.3 mencoba menjelaskan aliran uang dalam perekonomian. Meskipun


urutan keterangan gambar menunjukkan sebuah pola yang urut, namun hal itu tidak
berarti bahwa perekonomian berawal dari konsumsi (a) dan diakhiri oleh belanja
pemerintah (i). Dalam sebuah perekonomian terdapat tiga pelaku ekonomi, yaitu:
rumah tangga (households), swasta (private), dan pemerintah (government). Pelaku

Perekonomian Indonesia 46
ekonomi tersebut mempunyai cara yang spesifik dalam memenuhi kebutuhannya
(need). Rumah tangga membutuhkan konsumsi akan barang dan jasa yang bisa
didapatkan dari pasar untuk barang dan jasa, di mana penawaran atas produk barang
dan jasa tersebut disediakan oleh swasta (perusahaan). Perusahaan sendiri
membutuhkan faktor-faktor produksi dalam menjalankan usahanya dan penawaran
faktor produksi tersebut disediakan oleh rumah tangga. Sementara itu, pemerintah
sebagai fasilitator membutuhkan pendapatan untuk memfasilitasi setiap aktivitas
ekonomi maupun nonekonomi. Pendapatan itu diperoleh dari pajak yang dibayarkan
oleh rumah tangga, meskipun perusahaan merupakan pelaku ekonomi yang paling
“terlihat” aktivitas ekonominya perlu disadari pula bahwa sebenarnya individu di
dalam perusahaan merupakan komponen dari rumah tangga. Pajak kemudian
disalurkan kepada pasar uang dan pasar untuk barang dan jasa.

Perekonomian Indonesia 47
b

BAB KETENAGAKERJAAN DAN


PENGANGGURAN
5

A. Konsep Tenaga Kerja


Konsep tenaga kerja di tiap negara berbeda-beda. Di Indonesia, tenaga kerja
mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan
dan yang melakukan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Tiga golongan yang disebut terakhir, yakni pencari kerja, bersekolah, dan mengurus
rumah tangga. Walaupun sedang tidak bekerja, tetapi dianggap secara fisik mampu
dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.
Tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 didefinisikan
sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Definisi ini berbeda dengan perspektif definisi praktis, pengertian tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur.
Setiap negara memberikan batas umur yang berbeda. India misalnya,
menggunakan batasan umur dari 14 tahun sampai dengan 60 tahun. Selain dari umur
itu (di bawah 14 tahun dan di atas usia 60 tahun), tidak digolongkan tenaga kerja.
Amerika Serikat, mulamula menggunakan batas umur minimal 14 tahun tanpa batas
umur maksimum. Kemudian, sejak tahun 1967, batas umur dinaikkan menjadi 16
tahun. Di Indonesia sendiri, semula dipilih batas umur minimal 10 tahun tanpa batas
umur maksimum. Dengan demikian, tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai
penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur
didasari oleh kenyataan bahwa dalam umur tersebut, sudah banyak penduduk
terutama di desa-desa yang sudah bekerja di ladang atau sedang mencari pekerjaan.
Seiring dengan meningkatnya dunia pendidikan maka jumlah penduduk dalam
usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi berkurang. Sekarang wajib sekolah 9
tahun telah diberlakukan maka anak-anak sampai dengan usia 14 tahun akan berada

Perekonomian Indonesia 48
di sekolah sehingga lebih tepat batas umur dinaikkan menjadi 15 tahun. Atas
pertimbangan tersebut, UndangUndang Nomor 25 Tahun 1997 tentang
Ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. Dengan kata
lain, sesuai dengan mulai berlakunya undang-undang ini, mulai tanggal 1 Oktober
1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun atau lebih,
namun hal ini tidak berlaku sekarang. Batas usia tenaga kerja terakhir yang
diterapkan di Indonesia adalah 18 tahun, hal ini mengacu pada UU Nomor 13 Tahun
2003, hal itu disarikan dari larangan mempekerjakan pekerja anak (setiap orang yang
berusia di bawah 18 tahun) namun ada pengecualian dalam peraturan tersebut, yaitu
bagi anak yang berusia 13-15 tahun untuk diperbolehkan melakukan pekerjaan ringan
yang tidak mengganggu masa perkembangan serta untuk pengembangan bakat dan
minat anak tersebut.
Indonesia tidak menganut batas usia maksimum. Alasannya adalah Indonesia
belum mempunyai sistem jaminan nasional. Hanya sebagian kecil penduduk
Indonesia yang menerima tunjangan di hari tua, yaitu pegawai negeri dan sebagian
kecil pegawai swasta. Namun demikian, pendapatan yang diterima pun masih jauh
dari cukup. Oleh sebab itu, bagi mereka yang menginjak masa pensiun tetap harus
bekerja sehingga mereka digolongkan sebagai tenaga kerja, hal ini juga didukung
dengan UU Nomor 13 Tahun 2003 yang secara pasti tidak mengatur dan memuat usia
pensiun bagi tenaga kerja.

Sumber: BPS, 2015


Gambar 1.4
Diagram Pembagian Konsep Tenaga Kerja

Tenaga kerja itu sendiri, terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja atau laborforce, terdiri dari (1) golongan yang bekerja dan (2)
golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja

Perekonomian Indonesia 49
terdiri dari (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan yang mengurus rumah
tangga, dan (3) golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam
angkatan kerja ini sewaktuwaktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh
sebab itu, kelompok ini sering disebut juga angkatan kerja yang potensial
(potentiallaborforce).

B. Konsep Pengangguran
Menurut definisi yang diperoleh dari Sensus Penduduk tahun 1971,
pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan
(namun sensus penduduk tahun 1971 tidak memberikan batasan mengenai jumlah
jam kerja per hari atau per minggu). Definisi pengangguran ini sama dengan definisi
pada sensus penduduk pada tahun 2001. Secara fundamental, fenomena
pengangguran di Indonesia pada saat sebelum krisis berbeda dengan negara
berkembang lainnya. Di Indonesia, pengangguran yang terjadi pada saat itu adalah
angkatan kerja yang mencari pekerjaan (searchunemployment), sedangkan di negara
lainnya pengangguran yang terjadi cenderung disebabkan oleh perekonomian
(structuralunemployment).
International LaborOrganization atau ILO dalam mendefinisikan pengangguran
terbuka, yaitu mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan, mereka yang
tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha, mereka yang tak punya pekerjaan
dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja (Hussmanns, dkk,
1992: Hal 36).
Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan menjadi empat jenis,
yaitu pengangguran friksional, musiman, struktural, dan siklikal.
1. Pengangguran Friksional
Pasar tenaga kerja yang mencerminkan permintaan dan penawaran tenaga
kerja sesungguhnya bersifat tetap di mana ada pekerja yang diberhentikan ada
juga yang bekerja. Perusahaan pun demikian, ada perusahaan yang mengurangi
kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja ada juga yang mengurangi
kapasitas produksinya dan mengurangi tenaga kerja. Idealnya ketika pekerja
mencari pekerjaan dan perusahaan mencari pekerja bertemu maka tidak akan
tercipta pengangguran.

Perekonomian Indonesia 50
Pengangguran friksional muncul karena pekerja dan perusahaan tidak
bertemu pada satu waktu yang tepat (Borjas, 2013: Hal 506). Pengangguran
friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam
mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer
ini dapat berbentuk waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan
seleksi, bisa terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi. Di satu pihak
pencari kerja tidak hanya sekedar mencari pekerjaan yang dapat memberikan
penghasilan tertinggi, tetapi juga kondisi kerja terbaik. Proses pemilihan seperti
itu memerlukan waktu. Di lain pihak, pengusaha tidak begitu saja mengisi
lowongan kerja yang ada dengan orang yang pertama kali datang melamar.
Untuk mengisi satu lowongan tertentu, pengusaha cenderung untuk memilih
seseorang yang dianggap terbaik di antara calon-calon yang ada. Pengisian
lowongan seperti memerlukan waktu untuk proses seleksi. Selama proses yang
demikian, seorang pelamar yang menunggu panggilan untuk seleksi atau ujian
masuk (yang belum pasti diterima) adalah tergolong penganggur friksional.
Pengangguran jenis ini juga bisa terjadi karena kurangnya mobilitas pencari
kerja di mana lowongan pekerjaan justru bukan terdapat di sekitar tempat tinggal
pencari kerja. Misalnya, pencari kerja tinggal di Surabaya, sementara lowongan
pekerjaan berada di luar Surabaya. Bentuk yang terakhir adalah pencari kerja
tidak mengetahui di mana tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai.
Kebijakan untuk mengurangi pengangguran friksional dilakukan dengan
menyediakan informasi lowongan pekerjaan untuk pekerja yang menganggur dan
informasi pekerja untuk perusahaan yang ingin mencari pekerja.

2. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman terjadi karena pergantian musim. Di luar musim
panen, para petani banyak yang tidak turun ke sawah. Pada masa ini, banyak
orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar
menunggu musim yang baru. Selama masa menunggu tersebut, mereka
digolongkan sebagai penganggur musiman. Namun, dalam sensus penduduk
yakni Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) dan Survei Angkatan Kerja
Nasional (SAKERNAS), hal ini tidak terlihat jelas karena mereka menurut
definisi digolongkan bekerja.

Perekonomian Indonesia 51
Perubahan musim bisa juga disebabkan oleh perubahan model pada suatu
industri, munculnya model baru membuat pekerja akan berhenti sejenak karena
keterampilan mereka tidak sesuai dengan model baru tersebut. Sebenarnya
pengangguran musiman ini tidak menimbulkan masalah berarti karena setelah
musim tersebut kembali pada musim awal maka pekerja yang menganggur
tersebut akan kembali ke perusahaan awal (Borjas, 2013: Hal 507).

3. Pengangguran Struktural
Pengangguran Struktural terjadi karena adanya perubahan struktural dalam
struktur atau komposisi perekonomian. Pengangguran struktural yang demikian
memerlukan perubahan dalam keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan,
sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan dengan keterampilan
tersebut. Misalnya, terjadi pergeseran dari perekonomian yang agraris menuju
perekonomian yang industrial. Di satu pihak, terjadi pengurangan tenaga di
sektor pertanian dan di pihak lain bertambahnya tenaga kerja di sektor industri.
Akan tetapi, tenaga kerja yang berlebih di sektor pertanian tadi tidak begitu saja
dapat terserap di sektor industri karena sektor industri memerlukan tenaga yang
memiliki keterampilan tertentu. Akibatnya, tenaga yang berlebih dari sektor
pertanian tadi merupakan penganggur struktural.
Bentuk pengangguran struktural yang lain adalah terjadinya pengurangan
pekerja akibat penggunaan alat-alat dan teknologi maju. Penggunaan traktor
misalnya, dapat menimbulkan pengangguran di kalangan petani. Penganggur
sebagai akibat struktur perekonomian pada dasarnya memerlukan tambahan
latihan untuk memperoleh keterampilan baru yang sesuai dengan permintaan dan
teknologi baru. Lamanya pengangguran struktural pada umumnya lebih panjang
dari lamanya pengangguran friksional.
Pengangguran struktural akan tetap tumbuh meskipun pekerja dan
perusahaan sudah mengetahui informasi, hal ini dikarenakan informasi yang
didapatkan tidak sesuai dengan pekerja ataupun perusahaan (Borjas, 2013: Hal
507). Kebijakan untuk mengurangi pengangguran ini adalah menyediakan
pelatihan keterampilan baru untuk pekerja sehingga keterampilan pekerja sesuai
dengan kebutuhan struktur ekonomi baru.

Perekonomian Indonesia 52
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal atau konjungtural terjadi karena adanya siklus
ekonomi yang melamban. Meskipun pekerja dan perusahaan bertemu dan
keterampilan pekerja sesuai dengan kebutuhan, pengangguran masih dapat
tercipta karena ekonomi di suatu negara tersebut mengalami pemerosotan
ekonomi (resesi). Kondisi ekonomi yang merosot menyebabkan tingkat
konsumsi menurun sehingga perusahaan hanya membutuhkan tenaga kerja yang
lebih sedikit sehingga terjadi pemberhentian banyak pekerja dan terciptalah
pengangguran siklikal. Ada kelebihan stok tenaga kerja baru yang dibutuhkan,
namun permintaannya hanya sedikit.
Kebijakan dalam menyelesaikan pengangguran ini adalah dengan
mendorong permintaan agregat sehingga perekonomian tumbuh dan tingkat
produksi meningkat. Peningkatan tersebut dapat menyerap tenaga kerja lebih
banyak sehingga pengangguran siklikal akan berkurang (Borjas, 2013: Hal 507).

C. Teori Pengangguran
Beberapa hipotesis atau dugaan terkait konsep pengangguran telah dipaparkan
oleh beberapa ahli, salah satunya adalah George Borjas dalam bukunya
LaborEconomics. Beberapa hipotesis terkait teori pengangguran ini adalah “The
IntertemporalSubstitutionHypothesis” atau “Hipotesis Substitusi Antarwaktu”, dan
“The SectoralShiftsHypothesis” atau “Hipotesis Pergeseran Sektor.” Selain itu, dalam
materi ini juga akan dibahas terkait efisiensi upah dan pengangguran.
1. The IntertemporalSubstitutionHypothesis
Hipotesis ini menjelaskan terkait masalah yang ada pada pengangguran
friksional, model pencari kerja dapat memberikan penjelasan penting terkait
pengangguran friksional. Pada materi penawaran tenaga kerja akan dijelaskan
bahwa tenaga kerja akan mengalokasikan waktu yang banyak untuk menganggur
atau rekreasi ketika tingkat upahnya rendah dan akan bekerja penuh ketika
tingkat upah tinggi. Upah tinggi atau rendah dapat dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi, misalnya saja kondisi perekonomian sedang mengalami ekspansi maka
tingkat upah riil akan naik, sebaliknya jika perekonomian mengalami penurunan
atau kontraksi maka tingkat upah riil akan menurun.

Perekonomian Indonesia 53
Asumsi pada hipotesis ini ada dua, yaitu upah riil adalah procyclical dan
penawaran tenaga kerja akan merespon untuk menggeser upah riil. Sifat
procyclical merupakan sifat yang menunjukkan keterkaitan atau korelasi positif
sesuai dengan prinsip ekonomi yang berlaku, dalam konteks ini maka upah riil
berkaitan erat dengan siklus bisnis. Meskipun sudah ada konsensus yang
menyatakan upah adalah procyclical namun masih diragukan. (Borjas, 2013: Hal
525).
Perubahan upah riil selama siklus bisnis sulit dihitung karena dalam siklus
bisnis terjadi perubahan komposisi angkatan kerja. Pada hipotesis substitusi
antarwaktu dinyatakan pergeseran besar persediaan tenaga kerja dalam siklus
bisnis dikarenakan oleh realokasi waktu oleh pekerja. Di mana persediaan tenaga
kerja akan meningkat pada waktu upah rendah karena pekerja lebih memilih
menganggur ketika upah rendah dan berlaku sebaliknya, yaitu persediaan tenaga
kerja akan berkurang ketika upah tinggi karena pekerja akan mengoptimalkan
pekerjaannya pada upah tinggi.

2. The Sectoral Shifts Hypothesis


Hipotesis pergeseran sektor menyatakan bahwa pengangguran struktural
akan meningkat karena keterampilan yang dimiliki oleh pekerja tidak sesuai
dengan keterampilan kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Hipotesis ini juga
menyatakan bahwa pengangguran struktural meningkat karena keterampilan
tenaga kerja tidak mudah disesuaikan dengan sektor yang mengalami perubahan
(Borjas, 2013: Hal 526).
Pergeseran permintaan tenaga kerja tidak terjadi pada seluruh sektor
perekonomian. Pada kondisi tertentu satu sektor ekonomi akan tumbuh namun di
sektor lainnya juga akan turun, sebagai contohnya adalah ketika kemajuan
teknologi terjadi maka industri komputer akan berkembang, sedangkan industri
mesin ketik akan semakin melemah. Perkembangan industri komputer otomatis
akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja untuk memperbaiki
komputer sementara tenaga kerja yang mampu memperbaiki mesin ketik akan
banyak yang menganggur karena industri mesin ketik mengalami penurunan
kapasitas produksi, pengangguran dari tenaga kerja yang mampu memperbaiki
mesin ketik tidak secara langsung mendapatkan pekerjaan karena mereka harus

Perekonomian Indonesia 54
menyesuaikan keterampilan mereka dengan kebutuhan saat itu (perbaikan
komputer).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan telah membuktikan bahwa ternyata
di Amerika Serikat dan beberapa negara maju, hipotesis pergeseran sektoral yang
berkontribusi menyebabkan pengangguran tidak berlaku. Pada hipotesis ini juga
dikatakan bahwa tingkat pengangguran akan meningkat ketika ada banyak
perpindahan pada saat pertumbuhan tenaga kerja ketika industri tumbuh dan
merosot. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Abraham dan Katz (1986) yang
menyatakan adanya korelasi positif antara perpindahan saat pertumbuhan tenaga
kerja dan peningkatan tingkat pengangguran.

3. Efisiensi Upah dan Pengangguran


Seperti yang sudah kita ketahui bahwa ketika output dari industri itu mahal
maka perusahaan akan mencoba untuk menerapkan upah efisien karena
perusahaan membayar upah di atas upah pasar maka dengan diterapkannya upah
efisien maka secara tidak langsung akan menghasilkan pengangguran sukarela.
Teori efisiensi upah menyatakan bahwa semakin tinggi upah maka semakin
tinggi produktivitas. Peningkatan produktivitas mengindikasikan upah yang
dibayarkan di atas upah ekuilibrium, ketika upah berada di atas upah ekuilibrium
maka akan tercipta pengangguran (lihat Gambar 1.6).
Upah minimum merupakan contoh kasus di mana upah yang dibayarkan
perusahaan berada di atas upah ekuilibrium sehingga pada kondisi penerapan
upah minimum maka perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga kerja dan
nantinya akan banyak tercipta pengangguran usia muda sehingga upah kaku
kurang responsif terhadap perubahan permintaan dibandingkan upah kompetitif.

Sumber: Borjas, (2013: 528)

Perekonomian Indonesia 55
Gambar 1.6
Pengangguran dan Upah Riil Kaku

Beberapa penelitian terbaru mengungkap bahwa efisiensi upah dapat


memainkan peran penting dalam menghasilkan pengangguran di banyak negara,
lebih khususnya penelitian ini menampilkan kurva miring ke bawah yang
menggambarkan hubungan negatif antara upah dan tingkat pengangguran.
Ternyata pada setiap negara yang memiliki upah tinggi terletak pada negara yang
memiliki tingkat pengangguran rendah dan upah cenderung rendah di mana
tingkat pengangguran itu tinggi, keterkaitan upah dan pengangguran tersebut
diilustrasikan oleh kurva upah (Gambar 1.7).

Pada suatu negara, misalnya negara B di mana tingkat upah yang tinggi juga
memiliki kecenderungan tingkat pengangguran yang rendah. Sumber: Borjas.
(2013: 530) Gambar 1.7 Kurva Upah.

Perekonomian Indonesia 56
b

PENGELUARAN
BAB
KONSUMSI MASYARAKAT DAN
6 PENGELUARAN PEMERINTAH

A. Pengeluaran Konsumsi Masyarakat


1. Pengertian Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel
makroekonomi dalam identitas pendapatan nasional. menurut pendekatan
pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan denganhurup C
(Consumption). Pengeluran konsumsi seseorang adalah bagian dari
pendapatannya yang dibelanjakan. Bagian dari pendapatan yang tidak
dibelanjakan disebut tabungan lazim dilambangkan dengan hurup S (Saving).
Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara
dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara
yang bersangkutan. Dilain pihak jika tabungan semua orang dalam suatu negara
dijumlahkan hasilnya adalah tabungan masyarakat negara tersebut. Selanjutnya,
tabungan masyarakat bersama-sama dengan tabungan pemerintah membentuk
tabungan nasional. Dan tabungan nasional merupakan sumber dana investasi.
Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Secara
pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional.
Semakin besar pendapatan, makin besar pula pengeluaran konsumsi. Perilaku
tabungan juga begitu.
Jadi bila pendapatan bertambah, baik konsumsi maupun tabungan akan
sama-sama bertambah. Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi
terhadap tambahan pendapatan disebut kecenderungan untuk mengkonsumsi
(Marginal PropensitytoConsume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan
pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan disebut kecenderungan
untuk menabung (Marginal Propensityto Save, MPS). Pada masyarakat yang
kehidupan ekonominya relatif belum mapan, biasanya angka MPC mereka relatif

Perekonomian Indonesia 57
besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil. Artinya jika mereka
memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar tambahan
pendapatannya itu akan teralokasikan untuk konsumsi. Hal sebaliknya berlaku
pada masyarakat yang kehidupan ekonominya sudah relatif lebih mapan.
Perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan
antara negara maju dan negara berkembang bukan hanya terletak dalam atau
dicerminkan oleh perbandingan relatif besar kecilnya MPC dan MPS, akan tetapi
juga dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola konsumsi masyarakat yang belum
mapan biasanya lebih didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok
atau primer. Sedangkan pengeluaran konsumsi masyarakat yang sudah mapan
cenderung lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau bahkan
tersier.

2. Perilaku Konsumsi Masyarakat


Beberapa pandangan ahli mengenai perilaku konsumen antara lain:
a. Perilaku yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka
(Schiffman dan Kanuk Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku
yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa 1994)
b. Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dam menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. (Engel,
Blackweel, dan Miniard; 1993)
c. Perilaku konsumen merupakan proses pengambilan keputusan dan aktivitas
fisik dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan dan menghabiskan
barang atau jasa. (Loudon dan Della-Bitta; 1984)
d. Perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli,
dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa, disebut perilaku
konsumen. (Winardi,1991)
e. Perilaku yang dikaitkan dengan preferences dan possibilities adalah perilaku
konsumen. (Deaton dan Muellbawer, 1986)
f. Perilaku konsumen merupakan pengkajian dari perilaku manusia sehari-hari
(Mullen dan Johnson, 1990)

Perekonomian Indonesia 58
Dari beberapa pandangan di atas dapat ditarik satu kesimpulan yaitu Perilaku
Konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang
mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas
atau kegiatan mengevaluasi.
Alokasi PDB dewasa ini semakin besar tergunakan untuk keperluan
pembentukan modal atau investasi serta ekspor dan impor. Kenyataan ini tentu
saja menggembirakan karena menandakan secara umum pendapatan masyarakat
sudah mencukupi kebutuhan konsumsinya, sehinnga terdapat kelebihan yang
bisa ditabung untuk menjadi sumber dana investasi. Adalah beralasan untuk
menyatakan bahwa harapan untuk menumbuhkan perekonomian cukup
prospektif. Persoalannya kemudian ialah seberapa besar tabungan masyarakat
kita telah mencukupi sasaran pertumbuhan perekonomian yangdiinginkan.
Pertumbuhan pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia rata-rata 6,5
persen per tahun selama dasawarsa 1970-an. Angka ini satu persen lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan rata-rata pengeluaran konsumsi masyarakat Malaysia
untuk kurun waktu yang sama. Akan tetapi, lebih tinggi daripada pertumbuhan
rata-rata tahunan pengeluaran konsumsi masyarakat India dan Republik Rakyat
Cina, masing-masing 2,9 dan 4,9 persen; bahkan juga dibandingkan dengan
pertumbuhan konsumsi masyarakat Amerika Serikat (3,1%) dan jepang (4,7%).
Dalam periode 1980-1993, pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia tumbuh
setingkat satu ata-rata 4,4 persen per tahun, lebih rendah daripada india (4,7%)
dan cina (7,9%) serta Malaysia (5,5%); namun lebih tinggi daripada amerika dan
jepang. Angka-angka perbandingan ini beralasan untuk menjelaskan bahwa,
sebagai Negara berkembang, Indonesia memiliki bekal kemandirian yang cukup
mantap dalam menumbuhkan perekonomiannya. Hasil-hasil pembangunannya
selama ini teralokasikan ke penggunaan yang produktif.
Kemantapan bekal kemandirian dalam pembangunan tersebut apat
dikonfirmasikan melalui tinjauan pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan
proporsinya dalam pembentukan permintaan agregat
(aggregatedemand).Proporsi pengeluaran konsumsi masyarakat dalam
membentuk permintaan agregat menyiratkan dua hal. Pertama, peran tabungan
masyarakat terahdap pendapatan nasional semakin besar. Kedua, peran
sectorsektor penggunaan lain dalam membentuk permintaan agregat semakin

Perekonomian Indonesia 59
besar, khususnya sector pembentukan modal atau investasi dan sector ekspor-
impor.
Dalam perekonomian ada beberapa pendekatan yang mempelajari perilaku
konsumen, antara lain pendekatan tradisional dan pendekatan modern.
Penjelasan masingmasing sebagai berikut:
a. Pendekatan Tradisional
Menurut pendekatan ini, setiap barang mempunyai dayaguna atau utilitas,
oleh karena barang tersebut pasti mempunyai kemampuan untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen yang menggunakan barang
tersebut. Jadi bila orang meminta suatu jenis barang, pada dasarnya yang
diminta adalah dayaguna barang tersebut.
b. Pendekatan Modern
Pendekatan ini menggunakan analisa regresi yang secara praktis digunakan
untuk memperkirakan permintaan

3. Pola Konsumsi Masyarakat


Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Untuk
keperluan analisis, secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi masyarakat
digolongkan dalam dua kelompok penggunaan, yaitu pengeluaran untuk
makanan dan pengeluaran untuk nonmakanan.Perbandingan besar pengeluaran
per kapita penduduk perkotaan terhadap penduduk pedesaan cenderung konstan
tahun demi tahun. Pengeluaran rata-rata orang kota selalu dua kali lipat
pengeluaran orang desa. Perbandingan pola pengeluarannya juga demikian.
Alokasi pengeluaran untuk makanan di kalangan orang desa lebih besar
dibandingkan orang kota.
Walaupun demikian, selama kurun waktu 1984-1993, alokasi pengeluaran
untuk makanan di kedua kelompok penduduk ini sama-sama berkurang.
Disamping itu semua, kenaikan pengeluaran orang kota sedikit lebih cepat tinggi
dibandingkan kenaikan pengeluaran orang desa. Diukur atas dasar harga yang
berlaku atau secara nominal, sepanjang periode 1984-1993 pengeluaran
penduduk perkotaan naik rata-rata 36,63% per tahun. Angka sejenis untuk
penduduk perdesaan adalah 35,76%. Apabila diyakini pendapat umum bahwa
tingkat harga di perkotaan biasanya naik lebih cepat daripada di daerah
perdesaan, maka secara riil sesungguhnya kenaikan pengeluaran orang desa

Perekonomian Indonesia 60
justru lebih tinggi daripada orang kota. lebih tingginya kenaikan pengeluaran
penduduk perdesaan dibandingkan penduduk perkotaan harus dipahami secara
hati-hati. hal ini tidak berarti bahwa dibandingkan orang kota, orang desa
menjadi lebih boros, kian konsumtif, atau semakin makmur.
Mengingat jumlah pengeluaran yang menjadi basis pehitungan nilainya jauh
lebih rendah untuk penduduk perdesaan, kenaikan pengeluaran yang lebih tinggi
itu sesungguhnya arulah sekedar menggambarkancapaian orang-orang desa
dalam upayanya untuk dapat hidup lebih baik. Capaian itu sendiri belum mampu
mensejajarkandenganposisi kemakmuran orang kota.
Penafsiran semacam ini masih tergolong sebagai penafsiran yang bernada
optimistis. Kenaikan lebih tinggi pengeluaran penduduk perdesaan tadi dapat
pula ditafsirkan dengan nada pesimistis. Yakni bahwa hal itu disebabkan karena
orang-orang desa harus mengeluarkan lebih besar untuk mempertahankan tingkat
hidup subsistennya, berkenaan dengan suku niaga (termsoftrade) yang semakin
buruk yang menimpa produk-produk primer dari desa (hasil bumi) dibandingkan
dengan produk-produk sekunder dari kota (hasil industri).
Di dalam pengeluaran untuk kelompok non-makanan, bagian terbesar
dibelanjakan untuk keperluan subkelompok perumahan dan bahan bakar. Sekitar
44% pengeluaran nonmakanan dibelanjakan untuk keperluan perumahan, itu
berarti hampir 17%dari seluruh pengeluaran. Itu berarti pula, tanpa
memperhatikan kelompok, belanja terbesar masyarakat Indonesia adalah untuk
keperluan perumahan dan bahan bakar.

4. Dimensi Ketimpangan Pengeluaran Konsumsi


Perbandingan-perandingan perilaku dan pola konsumsi masyarakat, telah
disingkap adanya kesenjangan antara masyarakat perdesaan dan masyarakat
perkotaan. Pengeluaran konsumsi masyarakat dapat pula difungsikan untuk
mendeteksi ketimpangan kemakmuran antar lapisan masyarakat, sebab
sebagaimana diketahui kesenjangan kemakmuran dapat diukur baik dengan
pendekatan pendapatan maupun pendekatan
pengeluaran.Denganmengelompokan distribusi pengeluaran masyarakat ke
dalam persepuluhan atau desil (decile) dapat diketahui ketimpangan pengeluaran
penduduk. Selanjutnya, bisa pula dihitung indeks atau rasio gini masyarakat yang
bersangkutan secara keseluruhan sebagai satu totalitas.

Perekonomian Indonesia 61
Disamping, berdimensi spasial atau antar daerah yakni antara daerah
perdesaan dan daerah perkotaan, perbedaan atau ketimpangan pengeluaran
konsumsi masyarakat juga terjadi dalam dimensi antar lapisan pengeluaran itu
sendiri. Terdapat pula diskrepansi pengeluaran konsumsi yang berdimensi
regional atau antar wilayah, yakni antara propinsi yang satu dan propinsi lain di
tanah air.
Pola konsumsi masyarakat berbeda antarlapisan pengeluaran. Terdapat
kecenderungan umum bahwa semakin rendah kelas pengeluaran masyarakat
semakin dominan alokasi belanjanya untuk pangan. Di lain pihak, kian tinggi
kelas pengeluarannya kian tinggi besar pula proporsi belanjanya untuk konsumsi
bukan makanan. Jenis makanan yang dikonsumsi juga berbeda. Semakin rendah
kelas pengeluaran, cenderung semakin dominan jenis padi-padian umbi-umbian
yang dikonsumsi.
Dalam kelompok pengeluaran untuk non-makanan, terjadi gejala sebaliknya.
Semakin tinggi pengeluarannya semakin besar proporsinya secara umum, dan
secara spesifik untuk berbagai jenis pengeluaran non-makanan tertentu.

5. Tabungan Masyarakat
Tabungan adalah bagian dari pendapatan dapat dibelanjakan
(disposableincome) yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Ini merupakan
tabungan masyarakat. Tabungan pemerintah adalah selisih positif antara
penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin. Kedua macam tabungan ini
membentuk tabungan nasional, merupakan sumber dana investasi.
Kendati pada dasarnya semua sisa pendapatan yang tidak dikonsumsi adalah
tabungan, namun tidak seluruhnya merupakan tabungan sebagaimana yang
dikonsepsikan dalam makro ekonomi. Hanya bagian yang dititipkan pada
lembaga perbankan sajalah yang dapat dinyatakan sebagai tabungan, karena
secara makro dapat disalurkan sebagai dana investasi. Sisa pendapatan tidak
dikonsumsi yang disimpan sendiri (istilah umumnya celengan) tidak tergolong
sebagai tabungan.
Perkiraan jumlah tabungan masyarakat Indonesia memang tidak ditaksir
melalui cara sebagaimana diusulkan tadi. Biro Pusat Statistik menaksirnya
melalui selisih antara tabungan nasional dan tabungan pemerintah. Yang terakhir
ini relative lebih gampang dihitung mengingat catatan administratifnya cukup

Perekonomian Indonesia 62
tersedia. Angka tabungan nasional sendiri merupakan hasil penaksiran pula,
yaitu PDB dikurangi Nilai Konsumsi Akhir Sektor Rumah Tangga dan Sektor
Pemerintah, ditambah Pendapatan Netto Faktor Produksi terhadap Luar Negeri.
Jadi, karena kesulitan teknis penafsiran, metodologi perhitungannya dibalik.
Bukannya tabungan masyarakat ditambah tabungan pemerintah menghasilkan
tabungan nasional, melainkan tabungan nasional dikurangi tabungan pemerintah
menghasilkan tabungan masyarakat.
Tabungan masyarakat bersama-sama tabungan pemerintah dan dana dari luar
negeri merupakan sumber pembiayaan investasi. Dalam rangka menggalakkan
peran serta masyarakat dalam pembangunan, tabungan masyarakat senantiasa
diupayakan untuk terus meningkat.

6. Fungsi Konsumsi Dan Fungsi Tabungan


Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi model fungsi
konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat lazim digunakan
dalam perhitungan-perhitungan makro ekonomi, yaitu fungsi konsumsi
Keynesian. John MaynardKeynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi
masyarakat tergantung pada (berbanding lurus dengan) tingkat pendapatannya.
James S. Duesenberry mengusulkan model lain. Berkaitan dengan hipotesisnya
tentang pendapatan relative, ia berpendapat tingkat pendapatan yang
mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat bukan tingkat pendapatan
efektif, maksudnya pendapatan rutin yang secara factual diterima, tapi oleh
tingkat pendapatan relative.
MiltonFriedman mengajukan model pendapatan yang menentukan besar
kecilnya konsumsi adalah tingkat pendapatan permanen. Tentu saja, selain
tingkat pendapatan sebagai variable pengaruh utama, terdapat kemungkinan
beberapa variable lain turut mempengaruhi besar kecil pengeluaran konsumsi
masyarakat.Dari sudut tinjauan kebaikan suai (goodnessof fit) model ini cukup
memadai. Model ini mengandung korelasi serial (otokorelasi) negative.Fungsi
tabungan dipengaruhi oleh empat factor atau variable. Keempat factor atau
variable tersebut yaitu pendapatan, suku bunga, inflasi, dan penerimaan ekspor.
Model ini tidak otokorelatif.

Perekonomian Indonesia 63
B. Pengeluaran Pemerintah
1. Pengertian Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan atas
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada
dasarnya berunsurkan pos-pos pengeluaran lancar dan pos pengeluaran kapital.
Sedangkan pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang sifatnya
menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik. Berikut ini adalah
penjelasannya :
a. Pengeluaran rutin pemerintah
Pengeluaran rutin adalah segala bentuk pengeluaran pemerintah untuk
membayar kebutuhan sehari-hari pemerintah. Pengeluaran rutin dimaksudkan
sebagai pengeluaranpengeluaran pemerintah yang dialokasikan untuk
membiayai kegiatan rutin pemerintahan. Tujuan pengeluaran rutin agar
pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran
penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan asset
negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga,
perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga
stabilitas perekonomian.
Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah
kebijakanyang ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan
negara dan stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur
pemerintah,penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi
agar lebih tepat sasaran.Contoh pengeluaran rutin pemerintah sebagai
berikut :
- Belanja pegawai, termasuk gaji pegawai negri dan TNI
- Belanja barang, seperti perlengkapan dan peralatan kantor
- Cicilan hutang, baik hutang luar dan dalam negri
- Subsidi daerah otonom
- Pengeluaran rutin lainnya adalah subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM),
Anggaran untuk pendidikan, kesehatan, dan pertahanan keamanan.
b. Pengeluaran Tidak Rutin Pemerintah
Pengeluaran pembangunan (pengeluaran tidak rutin) yaitu pengeluaran
yang bersifat modal masyarakat dalam bentuk pembangunan fisik dan non
fisik. Pos pengeluaran pembangunan diantaranya untuk bantuan rupiah,

Perekonomian Indonesia 64
seperti sumbangan bagi korban bencana alam dan bantuan biaya proyek
untuk pembangunan sarana fasilitas umum. Besar kecilnya anggaran
pengeluaran atau konsumsi pemerintah akan sangat bergantung pada sikap
dan keputusan-keputusan politik.

2. Aspek Positif dan Negatif Perilaku Konsumtif


Pada hakikatnya, tujuan konsumen melakukan kegiatan konsumsi, yaitu
memenuhi segala kebutuhannya sehingga memperoleh kepuasan maksimal.
Namun, untuk mencapai tujuan tersebut manusia dihadapkan pada keterbatasan
tertentu sehinggga diperlukan tindakan atau perilaku konsumsi yang lebih
baik,yaitu dengan menggunakan tindakan konsumsi yang berprinsip ekonomi.
Kegiatan mengkonsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan perilaku
konsumtif masyarakat. Perilaku konsumtif adalah perilaku manusia yang
melakukan kegiatan konsumsi yang berlebihan.
Semua tindakan konsumsi didasarkan pada prinsip dan tindakan ekonomi.
Artinya seorang konsumen dalam melakukan tindakan konsumsinya harus selalu
bertindak rasional dan ekonomis, selalu membeli atau mengonsumsi barang yang
benar-benar di butuhkan, membeli dan mengonsumsi barang dengan tujuan ideal,
serta setiap tindakan konsumsinya selalu berdasarkan skala prioritas.
a. Perilaku konsumtif ini bila dilihat dari sisi positif akan memberikan dampak:
- Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan
membutuhkan tenaga kerja lebih banyak untuk memproduksi barang
dalam jumlah besar.
- Meningkatkan motivasi konsumen untuk menambah jumlah
penghasilan, karena konsumen akan berusaha menambah penghasilan
agar bisa membeli barang yang diinginkan dalam jumlah dan jenis yang
beraneka ragam.
- Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang
yang dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-
pasar baru guna mempermudah memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
- Mendorong produsen untuk memproduksi barang dengan harga dan
kualitas yang lebih baik

Perekonomian Indonesia 65
b. Bila dilihat dari sisi negatifnya, maka perilaku konsumtif akan
menimbulkan dampak:
- Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial,
karena orang akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa
memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal, barang tersebut
diperlukan atau tidak, sehingga bagi orang yang tidak mampu mereka
tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan yang seperti itu.
- Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih
banyak membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk
ditabung.
- Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan
mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir
kebutuhannya di masa datang.

Perekonomian Indonesia 66
b

BAB INVESTASI
7

A. Pengertian Investasi
Investasi bisa didefinisikan sebagai komitmen sejumlah uang atau sumber daya
lainnya yang dilakukan saat ini (presenttime) dengan harapan memperoleh manfaat
(benefit) di kemudian hari (in future). Dalam tataran praktik, investasi biasanya
dikaitkan dengan berbagai aktivitas yang terkait dengan penanaman uang pada
berbagai macam alternatif aset baik yang tergolong sebagai aset real (real assets)
seperti tanah, emas, properti ataupun yang berbentuk aset finansial (financialassets),
misalnya berbagai bentuk surat berharga seperti saham, obligasi ataupun reksadana.
Bagi investor yang lebih pintar dan lebih berani menanggung risiko, aktivitas
investasi yang mereka lakukan juga bisa mencakup investasi pada aset-aset finansial
yang lebih berisiko lainnya yang lebih kompleks, seperti warrants, option, dan
futures maupun ekuitas internasional.
Pembahasan investasi dalam modul ini akan lebih banyak dikaitkan dengan
manajemen investasi pada jenis aset finansial khususnya sekuritas yang bisa
diperdagangkan (marketablesecurities). Aset finansial bisa diartikan sebagai klaim
berbentuk surat berharga atas sejumlah aset-aset pihak penerbit surat berharga
tersebut. Sedangkan sekuritas yang mudah diperdagangkan (marketablesecurities)
adalah aset-aset finansial yang dapat diperdagangkan dengan mudah dan dengan
biaya transaksi yang relatif murah pada pasar yang terorganisasi.
Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi biasanya disebut investor.
Investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual
(individual/retail investors) dan investor institusional (institutionalinvestors). Investor
individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi.
Misalkan, si Basir yang menginvestasikan dananya dalam bentuk saham akan disebut
sebagai investor individual. Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari

Perekonomian Indonesia 67
perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga
simpan-pinjam), lembaga dana pensiun maupun perusahaan investasi. Lembaga
seperti ini biasanya mengumpulkan uang dari para anggotanya (nasabahnya) dan
selanjutnya menggunakan uang tersebut sebagai modal untuk investasi pada
reksadana tertentu ataupun bisa juga dibelikan saham atau obligasi.
Investasi juga bisa dilihat sebagai salah satu cabang ilmu yang mempelajari
bagaimana mengelola kesejahteraan investor (investor’swealth). Dalam konteks
investasi, istilah kesejahteraan investor berarti kesejahteraan yang sifatnya moneter,
bukannya kesejahteraan rohaniah yang sering kali sulit diukur. Kesejahteraan
moneter bisa ditunjukkan oleh hasil penjumlahan pendapatan yang dimiliki saat ini
dan nilai saat ini (presentvalue) pendapatan diperoleh masa datang.

B. Tujuan Investasi
Apa tujuan investasi? Secara sederhana, tujuan orang melakukan investasi adalah
untuk ‘menghasilkan sejumlah uang’ di kemudian hari. Semua orang mungkin setuju
dengan pernyataan tersebut. Tetapi pernyataan tersebut tampaknya terlalu sederhana
sehingga kita perlu mencari jawaban yang lebih tepat tentang tujuan orang
berinvestasi. Seperti telah disinggung sebelumnya, tujuan investasi yang lebih luas
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini
adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat
ini ditambah nilai saat ini pendapatan yang diperoleh di masa datang. Secara lebih
khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan kegiatan investasi,
antara lain sebagai berikut ini.
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa datang
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana mening-katkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatan-nya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi dampak inflasi
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain,
seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau
hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

Perekonomian Indonesia 68
3. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong
tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan
kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

Dari mana seorang investor bisa mendapatkan sumber dana untuk melakukan
kegiatan investasi? Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari uang (sumber daya)
yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain ataupun dari tabungan. Ketika seorang
mempunyai sejumlah uang, kemungkinan besar dia akan berpikir untuk
menggunakan uang yang ia miliki tersebut untuk tujuan konsumsi, berjaga-jaga
maupun untuk ditabung atau diinvestasikan. Dengan demikian, apabila seseorang
mempunyai sisa uang setelah digunakan untuk konsumsi maka ia kemungkinan akan
mempunyai kelebihan dana yang bisa ditabung. Dana yang berasal dari tabungan
tersebut jika diinvestasikan akan memberikan harapan meningkatnya kemampuan
konsumsi investor di masa datang, yang diperoleh dari tujuan investasi, yaitu
meningkatnya kesejahteraan investor tersebut.

C. Proses Investasi
Pemahaman tentang proses investasi meliputi pemahaman tentang berbagai
tahaptahap yang biasanya dilakukan investor dalam membuat keputusan investasi.
Pemahaman tentang proses investasi terlebih dahulu memerlukan pemahaman dasar-
dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisasikan aktivitas-aktivitas
dalam proses keputusan investasi. Untuk memahami proses investasi, seorang
investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar investasi, yang
akan menjadi dasar pijakan dalam setiap tahap pembuatan keputusan investasi yang
akan dibuat.
Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman pola
hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu investasi. Secara umum,
hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan
hubungan yang searah dan linear. Artinya semakin besar risiko suatu investasi maka
semakin besar pula tingkat return yang diharapkan dari investasi tersebut dan
sebaliknya. Hubungan seperti itulah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak
semua investor hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan tingkat return yang

Perekonomian Indonesia 69
paling tinggi. Di samping memperhatikan return yang tinggi, investor juga harus
mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung.
1. Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat
risiko serta hubungan antara return dan risiko. Berikut ini akan dibahas masing-
masing dasar keputusan investasi tersebut.
a. Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan.
Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut
sebagai return. Adalah suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut
tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return yang
diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan
kompensasi atas biaya kesempatan (opportunitycost) dan risiko penurunan
daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.
Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang
diharapkan (expectedreturn) dan return yang terjadi (realizedreturn). Return
yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa
datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat
return yang telah benar-benar diperoleh investor. Ketika investor
menginvestasikan dananya, dia akan mensyaratkan tingkat
returntertentudan jika periode investasi telah berlalu, investor tersebut akan
dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya dia terima. Antara tingkat
return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari
investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang
diharapkan dengan return yang benar-benar diterima (return aktual)
merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi.
Dengan demikian, dalam berinvestasi di samping memperhatikan tingkat
return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi.

b. Risiko
Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-
tingginya dari investasi yang dilakukannya. Akan tetapi, ada hal penting
yang harus selalu dipertimbangkan, yaitu berapa besar risiko yang harus
ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin besar risiko maka

Perekonomian Indonesia 70
semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Penelitian terhadap
return saham dan obligasi di Amerika yang dilakukan oleh Jeremy J. Siegel
Tahun 1992, menemukan bahwa dalam periode 1802-1990, return saham
jauh melebihi return obligasi. Kelebihan return saham atas return obligasi
tersebut disebut juga sebagai equity premium. Salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya fenomena equity premium tersebut adalah adanya
fakta bahwa risiko saham lebih tinggi dari risiko obligasi. Risiko bisa
diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return
yang diharapkan. Dalam ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu investasi
pada khususnya terdapat asumsi bahwa investor adalah makhluk yang
rasional. Investor yang rasional tentunya tidak akan menyukai ketidakpastian
atau risiko. Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko seperti
ini disebut sebagai risk-averseinvestors. Investor seperti ini tidak akan mau
mengambil risiko suatu investasi jika investasi tersebut tidak memberikan
harapan return yang layak sebagai kompensasi terhadap risiko yang harus
ditanggung investor tersebut.
Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung kepada preferensi
investor tersebut terhadap risiko. Investor yang lebih berani akan memilih
risiko investasi yang lebih tinggi, yang diikuti oleh harapan tingkat return
yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor yang tidak mau
menanggung risiko yang terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa
mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi.

c. Hubungan tingkat risiko dan return yang diharapkan


Seperti telah dijelaskan di atas, hubungan antara risiko dan return yang
diharapkan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linear. Artinya,
semakin besar risiko suatu aset, semakin besar pula return yang diharapkan
atas aset tersebut, demikian sebaliknya.

Perekonomian Indonesia 71
b

BAB
PERDAGANGAN LUAR NEGERI
8 (EKSPOR DAN IMPOR)

A. Alasan Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional berbeda dengan perdagangan domestik (antardaerah)
terkait dengan perbedaan-perbedaan dalam bahasa, selera konsumen, matauang,
kebijakan pemerintah, institusi (hukum, adat istiadat dan politik) dan lain-lain.
Perdagangan internasional mungkin terkait dengan bahasa yang berbeda. Tulisan
dalam kemasan produk mungkin harus diterjemahkan dalam bahasa lain di mana
produk itu akan dipasarkan. Jika tidak, mungkin produk tersebut tidak akan dikenal
oleh konsumen di pasar asing tersebut. Sebagai contoh, tulisan menggunakan bahasa
Indonesia dalam kemasan sebuah produk Indonesia harus diterjemahkan dalam
bahasa Jepang dengan tulisan hiragana atau katakana untuk bisa dikenal dan laku di
pasar Jepang (lihat Gambar 1.3). Selera konsumen kemungkinan berbeda antar
bangsa, karena selera tersebut merupakan interaksi berbagai faktor-faktor lingkungan
yang mengelilingi konsumen tersebut, seperti: budaya, iklim, agama, kepercayaan,
dan lain-lain. Di daerah empat musim (panas, dingin, semi dan gugur), orang
membutuhkan alat pemanas (heater) dan selimut elektrik (electricblanket) pada
musim dingin untuk memanaskan suhu kamar atau kasur tempat tidur. Hal tersebut
tidak dikenal oleh orang yang tinggal di daerah tropis, seperti Indonesia.
Perdagangan luar negeri berhubungan dengan mata uang yang berbeda antara
dua negara yang berbeda. Sehingga dibutuhkan konversi antara suatu mata uang jika
dinyatakan dalam mata uang lainya. Konversi ini disebut dengan kurs atau nilai tukar
(exchangerate). Nilai tukar tersebut tergantung dari sistem kurs yang dipakai dua
negara tersebut, seperti: sistim kurs tetap (fixedexchangeratesystem), sistim kurs
bebas (flexible/floatingexchangeratesystem) atau sistim kurs mengambang terkendali
(manageablefloatingexchangeratesystem). Dalam sistem kurs tetap, kurs ditentukan
oleh nilainya ditentukan oleh pemerintah. Sebaliknya dalam sistim kurs bebas, kurs

Perekonomian Indonesia 72
ditentukan oleh pasar, atau interaksi antara permintaan dan penawaran mata uang.
Sementara dalam sistem kurs mengambang terkendali, sejauh kurs berfluktuasi dalam
batasan-batasan yang ditentukan, pemerintah tidak campur tangan dengan
menjual/membeli mata uang.
Saat ini, setiap negara di dunia terkait dengan perdagangan internasional karena
dua alasan utama. Alasan pertama adalah negara-negara melakukan perdagangan
disebabkan oleh perbedaan kepemilikan faktor (factorendowment) satu-sama lain
terkait dengan geografi, iklim dan lain-lain. Akibatnya, terdapat perbedaan
kemampuan memproduksi suatu barang antara negara satu dengan negara lain.
Padahal, manusia baik itu tinggal di suatu negara maupun di negara lain
membutuhkan barang tersebut.
Alasan kedua adalah negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai
skala ekonomis (economiesofscale) dalam produksi. Skala ekonomis ini adalah suatu
negara membatasi dalam menghasilkan produk tertentu dan memusatkan segala
sumber dayanya untuk memproduksi jenis produk tertentu dalam skala yang lebih
besar disebabkan lebih efisien dibandingkan negara tersebut memproduksi semua
jenis barang sekaligus. Kemudian dengan terjadinya perdagangan antarnegara maka
akan timbul keuntungan perdagangan (gainsfromtrade) di mana keuntungannya dapat
didapatkan oleh kedua pelah pihak yang berdagang. Perdagangan internasional dapat
memberikan manfaat lebih luas dari yang diperkirakan.

Gambar 1.4.
Skala Ekonomies dan Disekonomies

Perekonomian Indonesia 73
Skala ekonomis ditunjukkan oleh gambar 1.2. Sumbu tegak menunjukkan output
produksi (Q) dan sumbu vertikal menunjukkan biaya produksi rata rata (averagecost,
AC). Pada tingkat produksi yang masih rendah, perusahaan mau tidak mau
menghadapi biaya produksi per output yang masih tinggi. Seiring dengan
pertumbuhan output yang dihasilkan, kenaikan jumlah output yang dihasilkan
menyebabkan efisiensi yang meningkat (economiesofscale). Namun, hal ini ada
batasnya, ketika jumlah output melebihi kapasitas produksi dan jangkauan pasar yang
sudah terlalu luas sehingga menyebabkan biaya transportasi, promosi, agen yang
meningkat, misalnya; peningkatan output justru akan menaikan biaya rata- rata
(diseconomiesofscale).

B. Perdagangan Internasional Dalam Ekonomi Makro


Dalam setiap perekonomian terdapat empat pelaku ekonomi, yaitu: rumah tangga
(C), swasta (I), pemerintah (G) dan luar negeri (NX) (lihat Gambar 2.1). Rumah
tangga memiliki faktor produksi (tenaga kerja, modal dan lain-lain) yang digunakan
untuk proses produksi dan menghasilkan pendapatan. Dengan pendapatan tersebut,
rumah tangga melakukan kegiatan konsumsi (C) barang dan jasa yang dihasilkan
oleh perekonomian tersebut. Pelaku bisnis (swasta) memproduksi barang/jasa. Dalam
produksi, swasta meminta barang/jasa yang diproduksi oleh perekonomian untuk
kegiatan investasi (I).
Pemerintah juga meminta barang/jasa untuk mendukung aktivitas- aktivitasnya,
yang ditunjukkan oleh pengeluaran pemerintah (G). Barang- barang domestik
kemungkinan diminta oleh penduduk luar negeri, dalam wujud ekspor (X).
Sementara, penduduk domestik kemungkinan juga membeli barang-barang yang
diproduksi oleh luar negeri, dalam wujud impor (M). Sehingga, sektor luar negeri
berperan dalam perekonomian domestik melalui ekspor bersih (net-export, NX) yang
merupakan selisih antara ekspor dan impor (NX=X-M).

Gambar 1.5.
Perekonomian Makro
Perekonomian Indonesia 74
Jika total output domestik ditunjukkan oleh Y, maka total output tersebut diminta
oleh:
1. Rumah tangga, untuk konsumsi (consumption, C).
2. Swasta dalam bentuk investasi (investment, I).
3. Pemerintah, ditunjukkan oleh pengeluaran konsumsi (governmentspending, G).
4. Luar negeri dalam bentuk ekspor bersih (net-export, NX=X-M).

C. Pertumbuhan Produksi Dan Perdagangan Internasional


Perkembangan hubungan dan keterkaitan antarnegara dalam kegiatan ekonomi di
lingkup internasional dapat terjadi dari aktivitas perdagangan ekpor dan impor. Nilai
total barang/jasa-jasa akhir (final goods/services) yang diproduksi oleh suatu negara
dalam kurun waktu tertentu disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Output
yang diproduksi akan diminta tidak hanya oleh pasar domestik, tetapi juga untuk
diekspor.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Ekspor, Produksi dan PDB Dunia (%)

Produk sektoral dalam perekonomian biasa dikategorikan menjadi produk


pertanian, produk bahan bakar dan tambang, dan manufaktur. Tabel 1.1 menunjukkan
pertumbuhan produksi dan ekspor di dunia yang terjadi pada tahun 2000-2008.
Ekspor memiliki pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dibanding pertumbuhan
produksi. Selama tahun 2000-2008, ekspor dunia mencatat pertumbuhan sebesar 5
persen, jauh lebih tinggi, dua kali, dibanding pertumbuhan produksi dunia sebesar 2,5

Perekonomian Indonesia 75
persen. Sementara itu, baik ekspor maupun produksi, output manufaktur mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding output pertanian dan minyak dan tambang.
Perdebatan yang terjadi akibat disparitas perdagangan produk-produk pertanian,
minyak, dan tambang serta manufaktur tersebut timbul pertanyaan mengenai
perdagangan internasional itu menguntungkan semua pihak ataukah hanya pihak
tertentu. Sektor manufaktur memiliki produktivitas yang tinggi dibanding sektor
pertanian dan sektor minyak dan tambang. Oleh karena itu, sektor manufaktur
memiliki nilai tambah (valueadded) yang lebih tinggi. Negara sedang berkembang
mencoba mentransformasi perekonomiannya dari pertanian menjadi manufaktur
melalui industrialisasi yang dilakukan, dengan harapan akan memiliki pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan kemudian mampu menyerap tenaga kerja. Materi
ekonomika internasional berisikan persoalan-persoalan yang muncul sehubungan
dengan adanya masalah-masalah khusus yang terjadi karena interaksi ekonomi
antarnegara.

D. Distribusi Perdagangan Internasional


Pada era 1980an dan 1990an, regionalisasi merebak di dunia. Pembentukan blok-
blok perdagangan berdasarkan aspek regional bermunculan seperti Uni Eropa
(European Union, EU), Pasar Bebas Amerika Utara (North American Free Trade
Area, NAFTA), Pasar Bebas ASEAN (ASEAN-Free Trade Area, AFTA) dan lain-
lain. Tujuan pembentukan blok- blok tersebut adalah untuk meningkatkan
perdagangan antarnegara-negara anggota blok perdagangan. Akibatnya, perdagangan
antarnegara dalam satu blok mendominasi perdagangan dunia saat ini.

Sumber: www.wto.org
Gambar 1.7. Pemetaan Regional

Tabel 1.2 menunjukkan perdagangan dalam satu region (intra-regional trade) dan
perdagangan antarregion (inter-regional trade) pada tahun 2008. Dunia dibagi

Perekonomian Indonesia 76
menjadi 7 kawasan yaitu Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Selatan, Eropa,
ComonwealthIndependence State (CIS), Afrika, Timur Tengah dan Asia (lihat
Gambar 1.7). Aktivitas perdagangan paling besar terjadi di kawasan Eropa yaitu
sebesar US$ 4.695 milyar dollar atau memberikan kontribusi sebesar 42,9 persen dari
total aktivitas perdagangan dunia. Tingginya aktivitas perdagangan di kawasan Eropa
dapat disebabkan beberapa hal yang salah satunya adalah terintegrasinya kawasan
Eropa dengan dibentuknya Uni Eropa (European Union, EU) yang terdiri dari 27
negara Eropa dan menyepakati satu nilai mata uang transaksi yang dapat dilakukan di
27 negara Eropa, yaitu Euro1. Dari 42,9 persen, perdagangan dalam kawasan sendiri
(intra-regional trade) adalah sebesar 29,9 persen. Dengan terbentuknya Uni Eropa
dan satu mata uang yaitu euro mengakibatkan biaya transaksi perdagangan semakin
rendah. Hal ini memacu peningkatan aktivitas perdagangan sesama negara Eropa.
Tabel 1.2.
Distribusi Perdagangan Dunia
Tujuan
Amerik Erop
Amerik a a CIS Afrik Timu Asia Dunia
Origin
a Selan a r
Utara dan Tenga
Tengah h
Milyar
US $ 2.708 583 6.73 51 458 618 3.90 1571
6 7 3 7
Dunia % 17,2 3,7 42, 3,3 2,9 3,9 24,8 100,0
9
Mily
Amerik ar 1014, 164,9 369, 16 33,6 60,2 375, 2035,
a Utara US $ 5 1 5 7
% 6,5 1,0 2,3 0,1 0,2 0,4 2,4 13,0
Amerik Milyar
a US $ 169,2 158,6 121, 9 16,8 11,9 100, 599,7
Selatan 3 6
% 1,1 1,0 0,8 0,1 0,1 0,1 0,6 3,8
dan
Tengah
Erop Mily
a ar 475,4 96,4 4.69 24 185, 188,6 486, 6.446,

Perekonomian Indonesia 77
US $ 5 0 5 5 6
% 3,0 0,6 29, 1,5 1,2 1,2 3,1 41,0
9
CIS Milyar
US $ 36,1 10,1 405, 134, 10,5 25 76,8 702,8
6 7
% 0,2 0,1 2,6 0,9 0,1 0,2 0,5 4,5
Mily
Afrika ar 121,6 18,5 218, 1,5 53,4 14 113, 557,8
US $ 1 9
% 0,8 0,1 1,4 0,0 0,3 0,1 0,7 3,5
Milyar
Timur US $ 116,5 6,9 125, 7,2 36,6 122,1 568, 1.021,
Tengah 5 9 2
% 0,7 0,0 0,8 0,0 0,2 0,8 3,6 6,5
Asi Milyar
a US $ 775 127,3 80 108, 121, 196,4 2.181, 4.353
1 4 3 4
% 4,9 0,8 5,1 0,7 0,8 1,2 13,9 27,7
Sumber: www,wto.org

Pemain perdagangan regional terbesar kedua setelah Eropa adalah Asia yang
mencatat 24,8 persen dari total perdagangan internasional. Perdagangan dalam
kawasan Asia sendiri mengkontribusi 13,9 persen. Untuk posisi ketiga adalah
kawasan Amerika Utara yang mencatat 17,2 persen terhadap dunia dengan
perdagangan kawasan sebesar 6,5 persen. Ini berarti tiga kawasan yaitu Eropa, Asia,
dan Amerika Utara mendominasi perdagangan dunia sekitar 75 persen perdagangan
dunia. Perbedaan persentase mencolok yang terjadi dalam perdagangan antar
kawasan yang dikuasai oleh Eropa, Asia dan Amerika Utara menjadi topik yang
menarik dalam kajian perdagangan internasional.

Perekonomian Indonesia 78
b

BAB
GLOBALISASI EKONOMI DAN
9 DEMOKRASI EKONOMI

A. Globalisasi Ekonomi
Proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang
bersifatmendasar atau struktural dan proses ini akan berlangsung terus dengan laju
yang akansemakin cepat mengikuti perubahan teknologi yang juga akan semakin
cepat danpeningkatan serta perubahan pola kebutuhan masyarakat dunia.
Perkembangan ini telahmeningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan
ekonomi dan juga mempertajam persaingan antarnegara, tidak hanya dalam
perdagangan internasional tetapi juga dalam investasi, keuangan, dan produksi.
Globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin menipisnya batas-batas geografi dari
kegiatan ekonomi atau pasar secara nasional atau regional, tetapi semakin
mengglobal menjadi “satu” proses yang melibatkan banyak negara. Globalisasi
ekonomi biasanya dikaitkan dengan proses internasionalisasi produksi,2perdagangan
dan pasar uang. Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses yang berada diluar
pengaruh atau jangkauan kontrol pemerintah, karena proses tersebut terutama
digerakkan oleh kekuatan pasar global, bukan oleh kebijakan atau peraturan yang
dikeluarkan oleh sebuah pemerintah secara individu.
Sebenarnya proses globalisasi ekonomi telah terjadi sejak dahulu kala dan akan
berlangsung terus, walaupun prosesnya berbeda: dulu sangat lambat sedangkan
sekarang ini sangat pesat dan di masa depan akan jauh lebih cepat lagi. Perbedaan ini
disebabkan terutama oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
menghasilkan alat-alat komunikasi dan transportasi yang semakin canggih, aman dan
murah. Jadi dapat dikatakan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan faktor pendorong atau kekuatan utama dibalik proses globalisasi
ekonomi. Karena adanya satelit, handphone, fax, Internet dan email maka
komunikasi atau arus informasi antarnegara menjadi sangat lancar dan murah. Juga,

Perekonomian Indonesia 79
adanya pesawat terbang yang semakin cepat terbangnya dengan kapasitas penumpang
yang semakin besar membuat mobilisasi dari pelaku-pelaku ekonomi (konsumen,
produsen, investor, dan bankir) antarnegara menjadi semakin cepat dan murah. Ini
semua meningkatkan arus transaksi ekonomi antarnegara dalam laju yang semakin
pesat. Globalisasi telah memberi perubahan yang radikal dalam semua aspek
kehidupan, mulai dari sosial, budaya, politik, ekonomi, hingga gaya hidup sehari-
hari.

1. Dampak Globalisasi Terhadap Perekonomian Suatu Negara


Dampak dari globalisasi ekonomi terhadap perekonomian suatu negara bisa
positif atau negatif, tergantung pada kesiapan negara tersebut dalam menghadapi
peluang-peluang maupun tantangan-tantangan yang muncul dari proses tersebut.
Secara umum, ada empat (4) wilayah yang pasti akan terpengaruh, yakni :
a. Ekspor. Dampak positifnya adalah ekspor atau pangsa pasar dunia dari suatu
negara meningkat; sedangkan efek negatifnya adalah kebalikannya: suatu
negara kehilangan pangsa pasar dunianya yang selanjutnya berdampak negatif
terhadap volume produksi dalam negeri dan pertumbuhan produk domestiik
bruto (PDB) serta meningkatkan jumlah pengangguran dan tingkat
kemiskinan. Dalam beberapa tahun belakangan ini ada kecenderungan bahwa
peringkat Indonesia di pasar dunia untuk sejumlah produk tertentu yang
selama ini diunggulkan Indonesia, baik barang-barang manufaktur seperti
tekstil, pakaian jadi dan sepatu, maupun pertanian (termasuk perkebunan)
seperti kopi, cokelat dan biji-bijian, terus menurun relatif dibandingkan
misalnya Cina dan Vietnam. Ini tentu suatu pertanda buruk yang perlu segera
ditanggapi serius oleh dunia usaha dan pemerintah Indonesia. Jika tidak,
bukan suatu yang mustahil bahwa pada suatu saat di masa depan Indonesia
akan tersepak dari pasar dunia untuk produk-produk tersebut.
b. Impor. Dampak negatifnya adalah peningkatan impor yang apabila tidak dapat
dibendung karena daya saing yang rendah dari produk-produk serupa buatan
dalam negeri, maka tidak mustahil pada suatu saat pasar domestik sepenuhnya
akan dikuasai oleh produk-produk dari luar negeri. Dalam beberapa tahun
belakangan ini ekspansi dari produk-produk Cina ke pasar domestik
Indonesia, mulai dari kunci inggris, jam tangan tiruan hingga sepeda motor,
semakin besar. Ekspansi dari barangbarang Cina tersebut tidak hanya ke

Perekonomian Indonesia 80
pertokoan-pertokoan moderen tetapi juga sudah masuk ke pasar-pasar rakyat
dipingir jalan.
c. Investasi. Liberalisasi pasar uang dunia yang membuat bebasnya arus modal
antarnegara juga sangat berpengaruh terhadap arus investasi neto ke
Indonesia. Jika daya saing investasi Indonesia rendah, dalam arti iklim
berinvestasi di dalam negeri tidak kondusif dibandingkan di negara-negara
lain, maka bukan saja arus modal ke dalam negeri akan berkurang tetapi juga
modal investasi domestik akan lari dari Indonesia yang pada aknirnya
membuat saldo
d. Tenaga kerja. Dampak negatifnya adalah membanjirnya tenaga ahli dari luar
di Indonesia, dan kalau kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia tidak
segera ditingkatkan untuk dapat menyaingi kualitas SDM dari negara-negara
lain, tidak mustahil pada suatu ketika pasar tenaga kerja atau peluang
kesempatan kerja di dalam negeri sepenuhnya dikuasai oleh orang asing.
Sementara itu, tenaga kerja Indonesia (TKI) semakin kalah bersaing dengan
tenaga kerja dari negara-negara lain di luar negeri. Juga tidak mustahil pada
suatu ketika TKI tidak lagi diterima di Malaysia, Singapura atau Taiwan dan
digantikan oleh tenaga kerja dari negaranegara lain seperti Filipina, India dan
Vietnam yang memiliki keahlian lebih tinggi dan tingkat kedisiplinan serta
etos kerja yang lebih baik dibandingkan TKI.

Keempat jenis dampak tersebut secara bersamaan akan menciptakan suatu


efek yang sangat besar dari globalisasi ekonomi dunia terhadap perekonomian
dan kehidupan sosial di setiap negara yang ikut berpartisipasi di dalam
prosesnya, termasuk Indonesia. Lebih banyak pihak yang berpendapat bahwa
globalisasi ekonomi akan lebih merugikan daripada menguntungkan negara
sedang berkembang (NSB) seperti Indonesia.

2. Faktor Pendorong Globalisasi Ekonomi


Secara garis besar, Toffler dan Naisbitt mempunyai beberapa kesamaan
dalam meramal dunia di masa depan, diantaranya adalah bahwa kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahun merupakan motor penggerak utama proses
globalisasi ekonomi. Perubahan radikal pada teknologi juga telah menciptakan
perubahan pada politik, sosial dan budaya.Mereka juga sependapat bahwa

Perekonomian Indonesia 81
masyarakat dunia dewasa ini sedang memasuki era masyarakat informasi yang
beralih dari masyarakat industri.Artinya adalah bahwa masyarakat tidak bisa lagi
menutup diri dari luar karena teknologi informasi mampu menembus batas-batas
wilayah kekuatan negara Pengaruh radikal dari kemajuan teknologi terhadap
kehidupan masyarakat saat ini terutama sangat ketara sekali pada kegiatan bisnis
sehari-hari atau produk-produk yang dihasilkan.Misalnya, fiturhandphone (HP)
hampir setiap saat berganti sehingga HP menjelma menjadi alat bertukar
informasi melalui teknologi Internet ataupun SMS, berfungsi sebagai games,
kamera digital dan fungsi-fungsi lainnya.Kemampuan komputer beserta
program-programnya semakin canggih. Perubahan teknologi yang sangat pesat
sekarang ini juga telah mempengaruhi agro industri yang semakin tumbuh
kencang dengan varian-varian hasil produk, baik melalui rekayasa genetika
maupun akibat penemuan-penemuan varietas unggul. Demikian juga dalam
sektor kesehatan, produkproduknya juga mengalami revolusi dengan banyak
ditemukan jenis-jenis obat (supplement) baru yang memungkinkan manusia lebih
sehat atau lebih panjang usianya (Halwani, 2002).
Pada gilirannya, perubahan di sisi suplai (produksi) tersebut telah membuat
perubahan di sisi permintaan sesuai fenomena supplycreatesitsowndemand:
perilaku konsumen semakin bervariatif mengikuti pilihan produk yang semakin
kompetitif. Perubahan pola konsumen telah terjadi tidak hanya di negara-negara
maju tetapi juga di NSB; tidak hanya di daerah perkotaan tetapi juga di daerah
perdesaan atau pedalaman. Walaupun tidak ada data empiris yang bisa
mendukung, tetapi dapat diduga bahwa jumlah penduduk di perdesaan di
Indonesia yang sudah pernah minum cocacola sekarang ini jauh lebih banyak
dibandingkan pada awal tahun 1970an; demikian juga jumlah penduduk di
perdesaan yang memiliki HP saat ini jauh lebih banyak dibandingkan pada awal
tahun 1990-an. Bahkan banyak orang yang membeli HP atau rutin menggantinya
dengan seri baru bukan karena perlu tetapi karena mengikuti trendyang sangat
dipengaruhi oleh reklame dan pergaulan. Jadi benar apa yang dikatakan oleh
Anthony Giddens (2001) bahwa globalisasi saat ini telah menjadi wacana baru
yang menelusup ke seluruh wilayah kehidupan baik di perkotaan maupun
perdesaan. Globalisasi telah memberi perubahan yang radikal dalam semua
aspek kehidupan, mulai dari sosial, budaya, politik, ekonomi, hingga gaya hidup
sehari-hari.

Perekonomian Indonesia 82
Dalam komunikasi juga sangat nyata sekali pengaruh dari kemajuan
teknologi yang jangkauannya sudah menyebar dan melewati batas-batas negara
yang semakin mempersempit dunia.Seiring dengan kemajuan teknologi
komunikasi, semakin mudah pula masyarakat untuk mengaksesnya. Misalnya,
dapat diduga bahwa saat ini jumlah orang di Indonesia yang bisa akses ke siaran
CNN atau FOX jauh lebih banyak dibandingkan pada akhir dekade 80-an.
Jumlah orang yang bisa melihat siaran langsung perang Irak II pada pertengahan
tahun 2003 diperkirakan jauh lebih banyak dibandingkan pada saat perang Irak I
(Perang Teluk) pada awal tahun 1990-an. Contoh lainnya, menurut Giddens
(2001), sebelum ada teknologi Internet, diperlukan waktu 40 tahun bagi radio di
AS untuk mendapatkan 50 juta pendengar. Sedangkan dalam jumlah yang sama
diraih oleh komputer pribadi (PC) dalam 15 tahun. Setelah ada teknologi
Internet, hanya diperlukan waktu 4 tahun untuk menggaet 50 juta warga AS.
Faktor pendorong kedua yang membuat semakin kencangnya arus
globalisasi ekonomi adalah semakin terbukanya sistem perekonomian dari
negara-negara di dunia baik dalam perdagangan, produksi maupun
investasi/keuangan.Fukuyama (1999) menegaskan bahwa dewasa ini baik
negara-negara maju maupun NSB cenderung mengadopsi prinsip-prinsip liberal
dalam menata ekonomi dan politik domestik mereka. Seperti yang dapat dikutip
dari Friedman (2002), Ide dibelakang globalisasi yang mengendalikannya adalah
kapitalisme bebas – semakin Anda membiarkan kekuatan pasar berkuasa dan
semakin Anda membuka perekonomian Anda bagi perdagangan bebas dan
kompetisi, perekonomian Anda akan semakin efisien dan berkembang pesat.
Globalisasi berarti penyebaran kapitalisme pasar bebas ke setiap negara di
dunia.Karenanya globalisasi juga memiliki aturan perekonomian tersendiri –
peraturan yang bergulir seputar pembukaan, deregulasi, privatisasi perekonomian
Anda, guna membuatnya lebih kompetitif dan atraktif bagi investasi luar negeri.
(halaman 9). Menurut catatan dari Friedman (2002), pada tahun 1975, di puncak
Perang Dingin, hanya 8% dari negara di seluruh dunia yang mempunyai rezim
kapitalis pasar bebas. Sampai tahun 1997, jumlah negara dengan rezim
perekonomian liberal menjadi 28%.Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor
pendorong kedua ini dipicu, kalau tidak bisa dikatakan dipaksa oleh penerapan
liberalisasi perdagangan dunia dalam konteks WTO atau pada tingkat regional
seperti AFTA, UE dan NAFTA. Dalam kata lain, liberalisasi perdagangan dunia

Perekonomian Indonesia 83
mempercepat laju dari proses globalisasi ekonomi. Dapat diprediksi bahwa pada
tahun 2020 nanti, tahun di mana semua negara di dunia sudah harus menerapkan
kebijakan tarif impor dan subsidi ekspor nol, derajat dari globalisasi ekonomi
akan jauh lebih tinggi daripada saat ini.
Faktor pendorong ketiga adalah mengglobalnya pasar uang yang prosesnya
berlangsung berbarengan dengan keterbukaan ekonomi dari negara-negara di
dunia (penerapan sistem perdagangan bebas dunia). Sebenarnya faktor ketiga ini
dengan faktor kedua di atas saling terkait, atau tepatnya saling mendorong satu
sama lainnya: semakin mengglobal pasar finansial membuat semakin mudah dan
semakin besar volume kegiatan ekonomi antarnegara; sebaliknya semakin liberal
sistem perekonomian dunia semakin mempercepat proses globalisasi finansial
karena semakin besar kebutuhan pendanaan bagi kegiatankegiatan produksi dan
investasi

B. Demokrasi Ekonomi
Demokrasi ekonomi terkait erat dengan pengertian kedaulatan rakyat di bidang
ekonomi. Istilah kedaulatan rakyat itu sendiri biasa dikembangkan oleh para ilmuwan
sebagai konsep filsafat hukum dan filsafat politik. Sebagai istilah, kedaulatan rakyat
itu lebih sering digunakan dalam studi ilmu hukum daripada istilah demokrasi yang
biasa dipakai dalam ilmu politik. Namun, pengertian teknis keduanya sama saja, yaitu
samasamaberkaitan dengan prinsip kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat,
dan untukrakyat.
Gagasan demokrasi ekonomi tercantum eksplisit dalam konstitusi sebagai
hokum tertinggi di negara kita. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
memang mengandung gagasan demokrasi politik dan sekaligus demokrasi ekonomi.
Artinya, dalam pemegang kekuasaan tertinggi di negara kita adalah rakyat, baik di
bidang politik maupun ekonomi. Seluruh sumber daya politik dan ekonomi dikuasai
oleh rakyat yang berdaulat. Dalam sistim demokrasi yang dibangun tentu tidak
semuanya secara langsung dikuasai oleh rakyat. Beberapa bagian yang pokok
diwakilkan pengurusannya kepada negara, dalam hal ini kepada (i) MPR, DPR, DPD,
dan Presiden dalam urusan penyusunan haluan-haluan dan perumusan kebijakan-
kebijakan resmi bernegara, dan (ii) kepada Presiden dan lembaga-lembaga eksekutif-
pemerintahan lainnya dalam urusan-urusan melaksanakan haluan-haluan dan
kebijakan-kebijakan negara itu, serta (iii) secara tidak langsung kepada lembaga
Perekonomian Indonesia 84
peradilan dalam urusan mengadili pelanggaran terhadap haluan dan kebijakan-
kebijakan negara itu.
Namun, terlepas dari adanya pendelegasian kewenangan dari rakyat yang
berdaulat kepada para delegasi rakyat, baik di bidang legislatif, eksekutif, maupun
judikatif itu, makna kedaulatan rakyat sebagai kekuasaan tertinggi menurut system
demokrasi politik dan demokrasi ekonomi itu tidak dapat dikurangi dengan dalih
kewenganan rakyat sudah diserahkan kepada para pejabat. Dalam konteks bernegara,
kedaulatan rakyat itu bersifat ‘relatif mutlak’, meskipun harus diberi makna yang
terbatas sebagai perwujudan ke-MahaKuasaan Allah sebagaimana diakui dalam
Alinea Ketiga Pembukaan UUD 1945. Sebagai konsekwensi tauhid, yaitu keimanan
bangsa Indonesia kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa, maka setiap manusia
Indonesia dipahami sebagai Khalifah Tuhan di atas muka bumi yang diberi
kekuasaan untuk mengolah dan mengelola alam kehidupan untuk sebesarbesarnya
kemakmuran bersama berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi-berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuandan kesatuan ekonomi.

Perekonomian Indonesia 85
b

BAB PERKEMBANGAN
SEKTOR INDUSTRI DAN PERTANIAN
10

A. Menyeimbangkan Struktur Perekonomian Indonesia Dibidang Industri Dan


Pertanian
Pembangunan seimbang itu diartikan pula sebagai keseimbangan pembangunan
di berbagai sektor, misalnya industri dan sektor pertanian, sektor luar negeri dan
sektor domestik, dan antara sektor produktif dan sektor prasarana. Pembangunan
seimbang ini biasanya dilaksanakan dengan maksud untuk menjaga agar proses
pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam:
a. Memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumber daya energi dan fasilitas-fasilitas
untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar.
b. Memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan akan diproduksikan.

Sementara itu analisa Lewis (dalam Arsyad, 1992 : 257-259), menunjukkan


bahwa perlunya pembangunan seimbang yang ditekankan pada keuntungan yang
akan diperoleh dari adanya saling ketergantungan yang efisien antara berbagai sektor,
yaitu antara sektor pertanian dan sektor industri. Menurut Lewis, akan timbul banyak
masalah jika usaha pembangunan hanya dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa
adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sektor akan menimbulkan
adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi
sehingga proses pembangunan terhambat. Lewis, menggunakan gambaran dibawah
ini untuk menunjukkan pentingnya upaya pembangunan yang menjamin adanya
keseimbangan antara sektor industri dan sektor pertanian. Misalnya di sektor
pertanian terjadi inivasi dalam teknologi produksi bahan pangan untuk memenuhi
kebutuhan domestik, inplikasinya yang mungkin timbul adalah :

Perekonomian Indonesia 86
Terdapat surplus di sektor pertanian yang dapat dijual ke sektor non pertanian.
Produksi tidak bertambah berarti tenaga kerja yang digunakan bertambah sedikit dan
jumlah pengangguran tinggi. Kombinasi dari kedua keadaan tersebut:
a. Jika saja industri mengalami perkembangan yang pesat, maka sektor-sektor
tersebut akan dapat menyerap kelebihan produksi bahan pangan maupun
kelebihan tenaga kerja. Tetapi tanpa adanya perkembangan di sektor industri,
maka nilai tukar ( Term of Trade ) sektor pertanian akan memburuk sebagai
akibat dari kelebihan produksi tenaga kerja, dan akan menimbulkan akibat yang
depresifterhadap pendapatan di sektor pertanian. Oleh sebab itu di sektor
pertanian tidak terdapat lagi perangsang untuk mengadakan investasi baru dan
melakukan inovasi.
b. Jika pembangunan ekonomi ditekankan pada industrialisasi dan mengabaikan
sektor pertanian juga akan menimbulkan masalah yang pada akhirnya akan
menghambat proses pembangunan ekonomi. Masalah kekurangan barang
pertanian akan terjadi dan akan mengakibatkan kenaikan barang-barang tersebut.
Jika sektor pertanian tidak berkembang, maka sektor industri juga tidak
berkembang, dan keuntungan sektor industri hanya merupakan bagian yang kecil
saja dari pendapatan nasional.

Oleh karenanya tabungan maupun investasi tingkatnya akan tetap rendah.


Berdasarkan pada maslahmasalah yang mungkin akan timbul jika pembangunan
hanya ditekankan pada salah satu sektor pertanian saja, maka Lewis menyimpulkan
bahwa pembangunan haruslah dilakukan secara bersamaan di kedua sektor tersebut.
Hirschman dan Streeten (dalam Arsyad, 1992 : 262 - 270) mengemukakan teori
pembangunan tidak seimbang adalah pola pembangunan yang lebih cocok untuk
mempercepat proses pembangunan di negara sedang berkembang. Pola
peembangunan tidak seimbang ini, menurut Hirschman, berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut:
a. Secara historis pembangunan ekonomi yang terjadi coraknya tidak seimbang.
Untuk mempertinggi efisiensi penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia.
b. Pembangunan tidak seimbang akan menimbulkan kemacetan atau
gangguangangguan dalam proses pembangunan yang akan menjadi pendorong
bagi pembangunan selanjutnya.

Perekonomian Indonesia 87
Dengan demikian pembangunan tidak seimbang akan mempercepat
pembangunan ekonomi pada masa yang akan datang. Persoalan pokok yang
dianalisis Hirschman dalam teori pembangunan tidaak seimbang adalah bagaimana
untuk menentukan proyek yang harus didahulukan pembangunannya, dimana
proyek-proyek tersebut memerlukan modal dan sumber daya yang tersedia, agar
penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia tersebut bisa menyebabkan
pertumbuhan ekonomi yang maksimal.
Cara pengalokasian sumber daya tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu cara
pilihan pengganti (SubstitutionChoice) dan caraa pilihan penundaan
(PostponmentChoice). Cara yang pertama merupakan suatu cara pemilihan proyek
yang bertujuan untuk menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus
dilaksanakan. Sedangkan cara yang kedua merupakan suatu cara pemilihan yang
menentukan urutan proyek yang akaan dilaksanakan yaitu menentukan apakah
proyek A atau proyek B yang harus didahulukan. Berdasarkan prinsip pemilihan
proyek di atas, Hirschman menganalisis masalah alokasi sumber daya antara sektor
prasarana atau SocialOverhead Capital (SOC) dengan sektor produktif yang
langsung menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat atau
DirectlyProductiveActivities (DPA). Ada 3 (tiga) cara pendekatan yang mungkin
dilakukan dalam mengembangkan sektor prasarana dan sektor produktif, yaitu:
a. Pembangunan seimbang antara kedua sektor tersebut.
b. Pembangunan tidak seimbang, dimana pembangunan sektor prasarana lebih
ditekankan,
c. Pembangunan tidak seimbang, dimana sektor produktif lebih ditekankan.

Kegiatan ekonomi akan mencapai efisiensi yang optimal jika:


a. Sumber-sumber daya dialokasikan antara sektor DPA dan sektor SOC
sedemikian rupa sehingga dengan sumber daya seejumlah tertentu bisa dicapai
tingkat produksi yang maksimum.
b. Untuk suatu tingkat produksi tertentu, jumlah seluruh sumber daya yang
digunakan di sektor DPA dan sektor SOC jumlahnya minimum.
c. Di kebanyakan negara sedang berkembang, program pembangunan sering lebih
ditekankan pada pembangunan prasarana untuk mempercepat pembangunan
sektor produktif.

Perekonomian Indonesia 88
1. Perkembangkan Sektor Pertanian Di Indonesia
Pertanian dan perkebunan merupakan fundamentasi pokok ekonomi bangsa.
Pertanian harus dijadikan sector utama bagi pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Sektor pertanian yang menjadi andalan sebagian besar rakyat tidak mendapat
perhatian sepenuhnya. Demikian juga dalam pencairan kredit terdapat
ketidakmerataan untuk sector pertanian.
Sektor pertanian hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian
utama sebagian besar penduduk. Program pembangunan sector pertanian
meliputi program peningkatan produksi di kelima subsektornya, serta
peningkatan pendapatan petani, perkebun, peternak dan nelayan. Program
pembangunan tersebut ditunjang dengan program pembangunan sarana dan
prasarananya seperti pengadaan dan pelancaran factor produksi, pengembangan
jaringan irigasi dan jalan, kebijaksanaan tata niaga dan harga, serta penelitian.
Dalam era PJP I sector pertanian merupakan prioritas pembangunan ekonomi.
Pertumbuhannya rata-rata 3,6% per tahun. Kemajuan paling menonjol sector ini
selama PJP I adalah dalam bidang produksi pangan, yakni keberhasilan
mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Sebelumnya, bahan makanan
pokok ini masih harus selalu diimpor. Bahkan pada tahun-tahun 1970-an
Indonesia merupakan Negara pengimpor beras terbesar di dunia. Swasembada
beras ini berdampak penting pada meningkatnya kualitas gizi, pendapatan
masyarakat, dan stabilitas ekonomi nasional.
Sampai dengan tahun 1990 sektor pertanian masih merupakan
penyumbang utama dalam membentuk produk domestic bruto. Namun sesudah
itu posisi tersebut diambil alih oleh sectorindustry pengolahan. Hal ini
sesungguhnya memprihatinkan, bukan karena sector pertanian tidak
berkembang, melainkan mengingat masih demikian besarnya proporsi tenaga
kerja yang masih bekerja di sector tersebut. Sampai dengan tahun 1992 saja
tercatat lebih dari sebagian tenaga kerja kita bekerja pada sector ini. Tambahan
pula kualitas sumber daya manusia yang bekerja di sector pertanian pada
umumnya relative rendah, sehingga produktivitasnya rendah. Pada gilirannya,
pendapatan mereka juga rendah. Dalam skala makro rendahnya produktivitas
tenaga kerja suatu sector dapat diukur dengan membandingkan proporsi sector
itu dalam menyerap tenaga kerja dan dalam menyumbang produksi atau
pendapatan nasional. Pada tahun 1992, sector pertanian menyerap 53,69% tenaga

Perekonomian Indonesia 89
kerja, sementara sumbangannya dalam membentuk PDB menurut harga yang
berlaku sebesar 19,52%. Hal itu berarti setiap 1% tenaga kerja pertanian
Indonesia hanya menyumbang sekitar 0,36% PDB. Sebagai bandingan: sector
pertanian di negara- negara maju yang tergabung dalam G-7 hanya menyerap
sekitar 2% tenaga kerja dan menyumbang 3% PDB. Dengan kata lain, setiap 1%
tenaga kerja pertanian mereka menyumbang 1,5% PDB, atau hampir lima kali
lipat produktivitas tenaga kerja pertanian kita.
Di antara lima subsector yang ada di dalam sector pertanian, pemeran
terbesar dalam membentuk nilai tambah adalah subsector tanaman pangan (lihat
table 12.2). subsectorinilah yang menjadi sandaran nafkah utama sebagian besar
rakyat kita, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah perdesaan. Subsector ini
pula yang paling besar mendapatkan perhatian pemerintah. Sayangnya,
pertumbuhan sector ini tidak menggembirakan. Selama Pelita I hingga Pelita III
tumbuh selaju 4,0 persen rata-rata per tahun. Dalam Pelita IV laju tumbuh rata-
rata tersebut menurun menjadi 3,6%. Pertumbuhan sector ini dalam Pelita V
Menurunnya peranan sector pertanian di satu sisi dan meningkatnya
peranan sectorindustry di sisi lain, menyiratkan telah terjadinya perubahan
struktural dalam perekonomian Indonesia. Akan tetapi perubahan struktural itu
sebenarnya masih belum mantap karena baru merupakan perubahan dalam
struktur pendapatan, belum diiringi dengan perubahan dalam struktur
ketenagakerjaan. Akibatnya produktivitas antarsektor masih timpang. Demikian
pula halnya dengan pendapatnperkapitaantarsektor.
Perubahan struktural (yang masih timpang) itu sendiri terjadi karena
pembangunan ekonomi kita selama ini terlalu terfokus pada industrialisasi.
Padahal kerangka teori klasik dan hasil-hasil empiris oleh Bank Dunia
memunjukkan bahwa keberhasilan industrialisasi selalu seiring dengan
pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable) dan perbaikan produktivitas di
sector pertanian. Jadi, apabila produktivitas sector pertanian tidak mengalami
perbaikkan, maka bukan mustahil keberhasilan industrialisasi dalam
pembangunan kita selama ini akan mengalami titik balik. Tanpa dukungan sector
pertanian sebagai penyangga yang tangguh kemajuan sectorindustry akan mudah
tersendat.

Perekonomian Indonesia 90
2. Perkembangan Sektor Industri
Perkembangan Perindustrian Terhadap Perekonomian Arti penting
perindustrian terhadap perkembangan perekonomian dapat dilihat dari arah
kebijakan ekonomi yang tertuang dalam GBHN 2000-2004, yaitu
“Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan
teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan
komparatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk
unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan,
kelautan, pertambangan, pariwisata serta industri kecil dan kerajinan rakyat, serta
mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dalam rangka
meningkatkan daya saing global dengan membuka aksesbilitas yang sama
terhadap kesempatan kerja dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah
melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan SDA dan SDM
dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan”.
Selanjutnya disebutkan dalam Undang-UndangNo 25 tahun 2001 tentang
Program Pembangunan Ekonomi Nasional (Propenas) yang mengamanatkan
bahwa dalam rangka memacu penigkatan daya saing global dirumuskan lima
strategi utama, yaitu pengembangan ekspor, pengembangan industri, penguatan
institusi pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan kemampuan ilmu
Berdasarkan ketentuan pengetahuan tersebut di atas dan dapat teknologi.
diketahui bahwa perkembangan industri sangat penting untuk menghadapi
persaingan ketat, baik di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor dalam era
globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Hal tersebut kembali dipertegas
dalam konsiderans Undang-Undang Perindustrian (UndangUndang Nomor 5 Th.
1984) yang menyatakan bahwa untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang
ekonomi dalam pembangunan nasional
Industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu
lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan peran
serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal seluruh
sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia. Dari uraian tersebut di atas
dapat ditarik pengertian bahwa perkembangan industri membawa pengaruh yang
sangat besar sekali terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Industri
memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian
sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan perkembangannya.

Perekonomian Indonesia 91
B. Upaya Pemerintah Meningkatkan Perekonomian Di Sektor Industri Dan
Pertanian
Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Perindustrian Di Indonesia. Berbagai
kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya mendorong laju
perkembangan perindustrian di Indonesia. Baik kegiatan di bidang penyusunan
regulasi yang diperkirakan dapat mendorong laju perkembangan perindustrian,
maupun kebijakan riil melalui pemberdayaan departemen yang terkait. Sasaran
pembangunan sektor industri dan perdagangan pada tahun 2008 adalah sebagai
berikut :
a. Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai keunggulan kompetitif
berdasarkan keunggulan komparatif dengan mengacu kepada pengembangan
klaster industri, sehingga tercipta struktur industri yang kokoh dan seimbang;
b. Terwujudnya peningkatan daya saing nasional melalui peningkatan kemampuan
profesionalisme sumber daya manusia, penguasaan penggunaan teknologi dan
inovasi, serta pemenuhan ketentuan standar keamanan, kesehatan, dan lingkungan
baik nasional maupun internasional;
c. Terciptanya perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja secara merata di
sektor industri dan perdagangan;
d. Terciptanya peningkatan utilisasi kapasitas produksi, sehingga mampu.
Meningkatkan kinerja sektor industri dan perdagangan;
e. Tersedianya kebutuhan masyarakat luas dengan harga yang wajar dan mutu yang
bersaing melalui kelancaran distribusi barang dan peningkatan pelayanan
informasi
f. profesionalisme Terciptanya pasar yang pelaku usaha terintegrasi; dan
kelembagaan perdagangan, sehingga kegiatan perdagangan barang dan jasa di
dalam negeri semakin berkembang;
g. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dengan menerapkan mekanisme pasar
tanpa distorsi, serta terjaminnya perlindungan konsumen sehingga tercipta
pemahaman konsumen akan hak dan kewajibannya dalam upaya tertib mutu, tertib
usaha dan tertib ukur;
h. Terselenggaranya kegiatan Bursa Berjangka sebagai tempat lindung nilai
(hedging) dan tempat pembentukan harga (pricediscovery) secara efisien dan
memiliki daya saing yang kuat;

Perekonomian Indonesia 92
i. Terselenggaranya pengembangan Ware House Receipt System (WRS) yang
mendukung peningkatan efisiensi distribusi nasional dan memperlancar
pembiayaan dalam perdagangan komoditi (tradefinancing);
j. Terselenggaranya sistem Pasar Lelang Lokal (PLL) melalui mekanisme pasar
yang transparan dan efisien yang memungkinkan produsen/petani memperoleh
pendapatan yang proporsional dengan harga yang terjadi di tingkat nasional atau
internasional;
k. Terwujudnya peningkatan partisipasi Indonesia melalui peningkatan diplomasi
perdagangan, baik dalam kegiatan kerjasama bilateral, regional maupun
multilateral yaitu dalam forum negosiasi persetujuan-persetujuan WTO, ASEAN,
APEC, Kerjasama Komoditi Internasional, serta kerjasamaBadan-Badan Dunia
lainnya;
l. Terwujudnya peningkatan penyediaan dan penyebarluasan informasi pasar
mengenai peluang pasar internasional dan hasil-hasil kerjasama industri dan
perdagangan kepada dunia usaha, khususnya usaha kecil menengah;
m. Terwujudnya peningkatan penggunaan bahan baku dalam negeri;
n. Terwujudnya budaya organisasi yang lebih berorientasi pencapaian kepada
sasaran;
o. Terwujudnya keterpaduan peran pemerintah di sektor industri dan perdagangan;
p. Terwujudnya peningkatan sinergi dalam pemanfaatan sumber daya serta
peningkatan kinerja pelayanan sesuai dengan aspirasi masyarakat dalam era
otonomi daerah.

Di bidang regulasi, untuk mewujudkan sasaran di atas, diperlukan perangkat


hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan, pembinaan, dan
pengembangan dalam arti yang seluas-luasnya tatanan dan seluruh kegiatan industri.
Dalam rangka kebutuhan inilah sudah saatnya untuk melakukan pembaharuan
Undang-Undang Perindustrian yang berlaku, dimanaUndang-Undang tersebut sudah
sangat dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan perekonomian dan
perindustrian yang ada pada saat ini. Masalah ini menjadi semakin terasa penting,
terutama apabila dikaitkan dengan kenyataan yang ada hingga saat ini bahwa
peraturan-peraturan yang digunakan bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan
industri selama ini dirasakan kurang mencukupi kebutuhan karena hanya mengatur
beberapa segi tertentu saja dalam tatanan dan kegiatan industri, dan itupun

Perekonomian Indonesia 93
Selanjutnya seringkali di bidang tidak berkaitan birokrasi, satu optimalisasi dengan
atas yang lain. pemberdayaan departemen-departemen yang terkait sangat dibutuhkan
dalam rangka mewujudkan perkembangan perindustrian sebagaimana yang telah
digariskan dalam cita-cita pembangunan nasional.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan SDM, pemangkasan
birokrasi dalam perijinan usaha dan lain sebagainya yang tujuan utamanya adalah
meningkatkan perkembangan perindustrian. 3.3 Tahap Perkembangan Industri Pada
akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat kerajinan dan
perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga berjiwa bebas
menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka bersaing secara bebas untuk
kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui
beberapa tahapan, seperti berikut. ·
Sistem Domestik Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home
industri). Para pekerja bekerja di rumah masingmasing dengan alat yang mereka
miliki sendiri. Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah selesai
dikerjakan disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang yang
dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian, majikan yang memiliki usaha hanya
membayar tenaga kerja atas dasar prestasi atau hasil. Para majikan tidak direpotkan
soal tempat kerja dan gaji. ·
Manufaktur Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat
khusus untuk bekerja agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan
dan mutu produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja
didirikan dan biasanya berada di bagian belakang rumah majikan. Rumah bagian
tengah untuk tempat tinggal dan bagian depan sebagai toko untuk menjual
produknya. Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat
kerjanya jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat
kadang-kadang juga masih berdasarkan pesanan. ·
Sistem pabrik Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan
mesin. Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar
kota. Tempat tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat
lain. Demikian juga toko tempat pemasaran hasil industri diadakah di tempat lain.
Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah puluhan, bahkan ratusan. Barang-
barang produksinya dibuat untuk dipasarkan

Perekonomian Indonesia 94
Kebijakan Pemerintah di Bidang Industri:
a. Pembangunan industri diarahkan pada industri-industri yang berbasis pertanian
dan pertambangan, dan kelautan yang mampu memberikan nilaitambah yang
tinggi dan mampu bersaing dalam pasar lokal, regionalnasional, global dan
mampu menghasilkan nilai tambah tinggi.
b. Pengembangan IKM dan Industri Mikro (Industri Rumah Tangga),
perludidorong dan dibina, menjadi usaha yang makin berkembang
danmaju,sehingga mampu mandiri dan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
c. Menggalakkan iklim yang sehat dalam berusaha bagi pelaku ekonomi(koperasi,
usaha negara, usaha swasta) untuk menumbuhkan kegiatanusaha yang mampu
menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi.
d. Meningkatkan pertumbuhan usaha kecil informal menjadi pengusaha kecilformal
yang tangguh dan mandiri melalui bantuan pembangunaninfrastruktur, perijinan
dan bantuan teknis.
e. Meningkatkan dan mengoptimalkan perolehan devisa ekspor produk industri
kehutanan, pertambangan, pertanian, dalam arti luas berikutindustriturunannyan.

Kebijakan Pemerintah mengembangkan perekonomian di Indonesia berorientasi


global membangun keunggulan kompetitif dengan mengedepankan kebijakan
industri, perdagangan dan investasi dalam meningkatkan daya saing dengan
membuka akses yang sama terhadap kesempatan berusaha dan kesempatan kerja bagi
segenap rakyat dari seluruh daerah dengan menghapuskan seluruh perlakuan
diskriminatif dan hambatan. Pengembangan sektor industri pengolahan mengacu
kepada arahan pembangunan ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan
pembangunan sektor industri dan perdagangan.
Pemerintah juga melakukan pembangunan yang ditujukan untuk perluasan
kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor, peningkatan dan pemerataan
pendapatan. Hasil yang hendak dicapai dari pembangunan ini adalah usaha kecil
berperan maksimal dalam perkembangan dunia usaha, sehingga usaha kecil dapat
berkembang dan mampu bersaing dengan pengusaha-pengusaha lainnya sesuai
potensi dan bidang usaha yang ditekuninya selama ini.

Perekonomian Indonesia 95
Kebijakan ekonomi kerakyatan bertumpu pada mekanisme pasar yang adil,
persaingan sehat, berkelanjutan, mencegah struktur yang monopolistik dan distortif
dapat merugikan masyarakat. Melalui optimalisasi peran pemerintah untuk
melakukan koreksi pasar dengan menghilangkan berbagai hambatan melalui regulasi,
subsidi dan insentif. Pemberdayakan usaha kecil agar lebih efisien, produktif dan
berdaya saing dengan meningkatkan penguasaan IPTEK dan melakukan secara
proaktif negosiasi serta kerjasama ekonomi dalam upaya peningkatan ekspor.
Arah kebijakan adalah salah satu menata sistem hukum nasional
yangmenyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan
hukum adat serta memperaharui perundang-undangan warisan kolonial dan hukum
nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender dan ketidaksesuaiannya
dengan tuntutan reformasi melalu iprogram legislasi. Selanjutnya mengembangkan
peraturan perundangundangan yang mendukung kegiatan perekonomian dalam
menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikankepentingan nasional. Perioritas
kebijakan juga merupakan salah satu sasaranutama untuk dicapai dan langkah yang
terpenting yang dilakukan oleh pemerintahdalam mengambil atau memutuskan suatu
kebijakan.
Maka dalam ketentuan kebijaksanaan (policy) kebijakan adalah penggunaan
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjaminterhadap
terlaksananya suatu usaha, cita-cita/keinginan atau keadaan yangdikehendaki. Jadi
dalam arti kebijaksanaan, titik beratnya adalah adanya proses pertimbangan untuk
menjamin terlaksananya suatu usaha, pencapaian cita-citaatau keinginan yang dicapai
tersebut, sehingga menghasilkan suatu buktikebijakan untuk kepentingan umum yang
merobah keadaan untuk yang lebih baik.Untuk menentukan suksesnya percepatan
pembangunan saat ini juga masadepan terkait dengan penerapan perdagangan bebas
dalam kesepakatan regionalAFTA-China, maka salah satu arah dan prioritas
kebijakan yang akandilaksanakan adalah pemulihan (recovery) ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan rakyat. Mendorong dan memberi arahan kepada setiap
daerah untuk secara sungguh-sungguh dan sistematis melaksanakan pemulihan
ekonomi gunauntuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Perekonomian Indonesia 96
1. Kebijakan Pemerintah Melindungi Industri Dalam Negeri.
Salah satu langkah-langkah kebijakan yang diberikan pemerintah untuk
melindungi industri dalam negeri adalah melalui Tindakan pengamanan
(Safeguard) yaitu tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan
kerugianserius dan atau untuk mencegah ancaman kerugian serius dari industri
dalamnegeri sebagai akibat dari lonjakan impor barang sejenis atau barang yang
secaralangsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri dengan tujuan
agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius dan atau ancaman
kerugianserius tersebut dapat melakukan penyesuaian struktural.
Selanjutnya Tindakandumping adalah menjual barang diluar negeri lebih
murah dari pada harga didalam negeri, atau menjual barang di suatu Negara lebih
murah dari pada di Negara lain, atau menjual barang keluar negeri atau lebih
rendah dari biaya produksi dan tranformasi, di mana tindakan dumping ini baru
melanggar ketentuan perdagangan internasional apabila mengakibatkan injury
kepada produksi dalam negeri. Termasuk juga subsidi yaitu merupakan
kontribusikeuangan oleh pemerintah atau badan publik yang memberikan
keuntungan.
Selanjutnya tantangan adalah merupakan suatu usaha yang bersifat
menggugahkemampuan, untuk merebut dan meraih sesuatu yang ingin kita
dapatkan. Makatantangan terberat bagi Indonesia sebenarnya lebih kepada faktor
di dalam negeriyaitu, pembenahan sektor pendukung industri dan pertanian
seperti kesiapanenergi, kualitas tenaga kerja, sistem perbankan baik dari segi
suku bunga pinjaman, pembiayaan dan lain-lain agar dapatmendorong
pertumbuhan industrydan perlu untuk memperbaiki sistem logistik nasional yang
memungkinkan pergerakan barang, modal dan tenaga kerja agar semakin efesien
di berbagaisektor.
Kemudian peningkatan pengawasan di batas perdagangan
Indonesia,haliniuntuk menghindari serbuan produk illegal.Hal lain yang tidak
kalah pentingya adalah peningkatan pengamanan pasar, antara lain dengan
menerapkan Standart Nasional Indonesia (SNI) yang didukung kesiapan, baik
secara infrastruktur, laboratorium, maupun Sumber Daya Manusia yang
kompeten, serta bantuan atau program pembinaan dan peningkatan mutu produk
yang diharapkan dapatmengungguli kualitas produk luar negeri.

Perekonomian Indonesia 97
2. Upaya Membangun Pertanian Indonesia yang Tangguh.
Permasalahan Pokok yang dihadapi oleh sektor pertanian adalah berupa
akses modal atau investasi yang dimiliki oleh para petani. Masalah tersebut
menyebabkan petani tidak mampu memanfaatkan berbagai sarana produksi
unggul termasuk kemajuan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas dan
pendapatan mereka.
Investasi di bidang pertanian yang mesti diarahkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat petani adalah hal yang penting. Dengan demikian,
perlu dilakukan reorientasi kebijakan karena sampai saat ini pembangunan di
sektor pertanian masih banyak yang belum menjangkau khususnya petani kecil.
Kebijakan baik investasi maupun subsidi dan pembiayaan petani perlu
dirumuskan kembali agar lebih berpihak kepada petani kecil untuk dapat
meningkatkan kesejahteraannya. Subsidi yang diharapkan adalah yang mengarah
pada subsidi output, bukan pada subsidi input seperti sekarang yang dilakukan
oleh pemerintah.
Investasi mengandung arti suatu pengeluaran yang ditujukan untuk
meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal. Investasi disektor
pertanian memiliki peluang untuk ditingkatkan dengan berbagai alasan,
diantaranya adalah:
a. sektor pertanian akan terus tumbuh,
b. kekayaan SDA yang dimiliki,
c. pasar pertanian yang terus dan akan tumbuh baik domestik ataupun
internasional yang akan memberikan insentif bagi para pelaku ekonominya,
terutama jika dilihat Indonesia sebagai produsen produk 4 F (food, feed,
fuel, dan fiber).

Upaya peningkatan investasi di sektor pertanian terutama diarahkan pada


pembiayaan dan perbaikan/pembangunan infrastruktur untuk mendorong
peningkatan produksi dalam negeri, adalah suatu keharusan. Demikian pula
penyaluran subsidi hendaknya menjadi perhatian yang serius, karena subsidi ini
rentan terhadap penyelewengan-penyelewangan akibat tingginya moral hazard.

Perekonomian Indonesia 98
b

BAB
NERACA PEBAYARAN DAN
11 MODAL ASING

A. Neraca Pembayaran
1. Pengertian Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi
internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara
penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu
tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus pembayaran
(keluar dan masuk) untuk suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial
merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan
transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-
entrybookkeepingsystem), yaitu; tiap transaksi dicatat satu sebagai kredit dan
satu lagi sebagai debit.
Transaksi yang dicatat sebagai kredit adalah arus masuk valuta. arus masuk
valuta adalah transaksi-transaksi yang mendatangkan valuta asing, yang
merupakan suatu peningkatan daya beli eksternal atau sumber dana. Sedangkan
transaksi yang dicatat sebagai debit adalah arus keluar valuta. Arus keluar valuta
adalah transaksi-transaksi pengeluaran yang membutuhkan valuta asing, yang
merupakan suatu penurunan daya beli eksternal atau penggunaan dana.
Tiap-tiap creditentry (bertanda positif) harus diseimbangkan (balanced)
dengan debit entry (bertanda negatif) yang sama. Kedua entries tersebut
dikombinasikan untuk menghasilkan laporan sumber-sumber dan penggunaan
modal nasional (dari mana kita memperoleh dana-dana/ daya beli, dan
bagaimana kita mengunakannya). Jadi, total kredit dan debit dari
neracapembayaran suatu negara akan sama secara agregat; namun, dari
komponen-komponen neraca pembayaran, mungkin terdapat surplus dan defisit.

Perekonomian Indonesia 99
2. Manfaat neraca pembayaran
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil langkah di
bidang ekonomi.Data yang ada dijadikan dasar bagi pemerintah untuk
mengambil kebijakan di bidang ekonomi.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di
bidang moneter dan fiscal. Dari neraca pembayaran dapat dilihat berapa
saldo devisa.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengetahui pengaruh
hubungan ekonomi internasional terhadap pendapatan nasional.
d. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di
bidang politik perdagangan internasional.
e. Neraca pembayaran terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :
neraca perdagangan, neraca jasa, neraca modal dan neraca moneter
(lalulintas moneter).

3. Tujuan Neraca Pembayaran


a. Penyusunan neraca pembayaran mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
b. Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai posisi negara di
perdagangan internasional
c. Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai posisi pembayaran
internasional
d. Membantu pemerintah dalam menetapkan kebijakan fiskal dan moneter
e. Merupakan alat untuk mengukur berapa besar utang dan piutang negara
terhadap luar negeri
f. Merupakan alat untuk mengukur struktur dan komposisi transaksi ekonomi
suatu negara dengan dunia internasional
g. Mengukur keadaan perekonomian dan posisi keuangan internasional suatu
negara

4. Macam-macam Transaksi
Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam
transaksi, yaitu :
a. Transaksi debit, yaitu transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang
(devisa) dari dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut transaksi

Perekonomian Indonesia 100


negatif (-), yaitu transaksi yang menyebabkan berkurangnya posisi cadangan
devisa.
b. Transaksi kredit adalah transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang
(devisa) dari luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini disebut juga transaksi
positif (+), yaitu transaksi yang menyebabkan bertambahnya posisi
cadangan devisa negara.

5. Komponen Neraca Pembayaran


a. Pos Transaksi Dagang (Transactionof Trade)
Pos transaksi dagang mencatat seluruh transaksi, baik dalam kegiatan ekspor
maupun impor barang (berwujud) dan jasa (tidak berwujud). Transaksi
ekspor dicatat di sisi kredit (+) dan transaksi impor dicatat di sisi debet (-).
b. Pos Pendapatan Modal (IncomeonInvesment)
Dalam Pos ini dicatat seluruh penerimaan dan pendapatan seperti hasil
penanaman modal di luar negeri dan hasil penerimaan modal asing di dalam
negeri dalam bentuk keuntungan.
c. Pos Transaksi Unilateral (Unilateral Transaction)
Transaksi unilateral adalah transaksi searah. artinya, transaksi yang terjadi
tanpa ada kontrak transaksi lainnya. Misalnya, pengiriman hadiah,
pengiriman bantuan-bantuan bencana alam, pendidikan, dan sosial.
d. Pos Penanaman Modal Langsung
Pos ini mencatat transaksi modal yang langsung dilaksanakan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. contohnya penenman
modal penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. contohnya
penanaman modal penduduk di Indonesia dengan membiuka usaha properti
dan transaksi jual beli saham antara penduduk Indonesia dengn penduduk
Malaysia.
e. Pos Utang Piutang (Jangka Panjang/ Jangka Pendek)
Pada pos ini mencatat seluruh transaksi kredit (pinjaman) jangka panjang
yaitu transaksi kredit yang yang jangka waktunya lebih dari satu tahun dan
transaksi utangpiutang jangka pendek (kurang dari satu tahun).

Perekonomian Indonesia 101


f. Pos Sektor Moneter (Pos Lalu Lintas Moneter)
Pada pos ini mencaqtat semua transaksi pada saat terjadi pembayaran pada
transaksitransaksi di atas dari mulai transaksi dagang, pendapatan modal
sampai pada utangpiutang. Keadaan pos ini dapat menunjukan posisi
cadangan devisa suatu negara.

6. Macam-macam neraca pembayaran


Angka yang ada dalam neraca pembayaran akan menunjukan apakah Negara
mengalami deficit atau surplus. Terdapat 3 kemungkinan dari kinerja neraca
pembayaran, yaitu sebagai berikut:
a. Neraca Pembayaran defisit, terjadi apabila jumlah pembayaran lebih besar
daripada jumlah penerimaan (transaksi kredit < transaksi debet). Suatu
Negara jika mengalami kelebihan impor dan kelebihan tersebut ditutup
dengan menambah pinjaman akomodatif dan mengurangi cadangan (stok)
nasional maka Negara tersebut sedang mengalami defisit total.
b. Neraca pembayaran surplus, adalah apabila jumlah penerimaan lebih besar
daripada jumlah pembayaran/ utang (transaksi kredit> transaksi debet).
c. Neraca Pembayaran seimbang, adalah apabila jumlah pembayaran atau
utang sama dengan jumlah penerimaan (transaksi kredit = transaksi debet).

7. Dampak Neraca Pembayaran


a. Dampak Neraca Pembayaran Surplus
Secara ekonomi neraca pembayaran yang surplus akan berpengaruh terhadap
tingkat harga dalam negeri, yaitu mempunyai pengaruh inflatoir mendorong/
menjurus kearah kenaikan harga (inflasi). Hal ini disebabkan oleh adanya
penambahan permintaan efektif.
b. Dampak Neraca Pembayaran Defisit
Apabila neraca pembayaran suatu Negara mengalami deficit, maka dampak
yang akan terjadi sebagai berikut:
- Produsen dalam negeri tidak dapat bersaing dengan barang-barang impor
- Pendapatan Negara sedikit, sehingga utang Negara bertambah besar
- Perusahaan banyak yang gulung tikar, sehingga pengangguran meningkat
akibat dari PHKKetiga dampak di atas disebut pengaruh deflatoir yang
mendorong/ menjurus ke arah penurunan harga (deflasi).

Perekonomian Indonesia 102


c. Dampak Neraca Pembayaran Seimbang
Neraca pembayaran yang seimbang tidak terlalu berpengaruh terhadap
kegiatan ekonomi suatu Negara. Sehingga apabila suatu Negara tidak dapat
mencapai surplus dalam neraca pembayaran, maka minimal harus dalam
kondisi seimbang. Dengan demikian akan dapat menghindari neraca
pembayaran yang defisit.

B. Modal Asing
Pengertian Penanaman Modal Asing dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1967
ditegaskan bahwa Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini
hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut
atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini dan yang digunakan untuk
menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.
1. Sifat Modal Asing
Secara umum arus modal asing dapat bersifat hal berikut : (Hady, 2001:92-93)
a. Portofolio Investment, yaitu arus modal internasional dalam bentuk investasi
asetaset finansial, seperti saham (stock), obligasi (bond), dan
commercialpapers. Arus portofolio inilah yang saat ini paling banyak dan
cepat mengalir ke seluruh penjuru dunia melalui pasar uang dan pasar modal
di pusat-pusat keuangan internasional, seperti New York, London, Paris,
Frankfurt, Tokyo, Hongkong, Singapura.
b. Direct Investment, yaitu investasi riil dalam bentuk pendirian perusahaan,
pembangunan pabrik, pembelian barang modal, tanah, bahan baku, dan
persediaan di mana investor terlibat langsung dalam manajemen perusahaan
dan mengontrol penanaman modal tersebut. Directinvestment ini biasanya
dimulai dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari
suatu perusahaan. Dalam konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya
dilakukan oleh perusahaan multinasional (MNC) dengan operasi di bidang
manufaktur, industri pengolahan, ekstraksi sumber alam, industri jasa, dan
sebagainya.

Perekonomian Indonesia 103


2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Modal Asing
Pada umumnya faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya aliran
modal, skill dan teknologi dari negara maju ke negara berkembang, pada
dasarnya dipengaruhi oleh lima (5) Faktor-faktor utama. Adapun Faktor-faktor
yang dimaksud, yaitu meliputi :
a. Adanya iklim penanaman modal dinegara-negara penerima modal itu sendiri
yang mendukung keamanan berusaha (riskcountry), yang ditunjukkan oleh
stabilitas politik serta tingkat perkembangan ekonomi dinegara penerima
modal.
b. Prospek perkembangan usaha di negara penerima modal.
c. Tersedianya prasarana dan sarana yang diperlukan.
d. Tersedianya bahan baku, tenaga kerja yang relatif murah serta potensi pasar
dalam negara penerima modal.
e. Aliran modal pada umumnya cenderung mengalir kepada negara-negara
yang tingkat pendapatan nasionalnya per kapita relatif tinggi

Secara umum dapat dikatakan terdapat hubungan ketidakseimbangan antara


negara maju sebagai pembawa modal dengan negara berkembang sebagai penerima
modal. Hubungan tidak seimbang tersebut disebabkan oleh beberapa hal utama
(Streeten, 1980 : 251), yaitu :
a. Pemodal asing selalu mencari keuntungan (profit oriented), sedangkan negara
penerima modal mengharapkan bahwa modal asing tersebut dapat membantu
tujuan pembangunan ekonomi nasional atau sebagai pelengkap dana
pembangunan.
b. Pemodal asing memiliki posisi yang lebih kuat, sehingga mereka mempunyai
kemampuan berusaha dan kemampuan berunding yang lebih baik.
c. Pemodal asing biasanya memiliki jaringan usaha yang kuat dan luas, yaitu dalam
bentuk Multinasional Corporation. Perusahaan ini pada dasarnya lebih
mengutamakan melayani kepentingan negara dan pemilik saham di negara asal
daripada kepentingan negara penerima modal.
d. Tentunya ketidakseimbangan tersebut menjadi tantangan bagi negara-negara
penerima modal asing termasuk Indonesia, yaitu bagaimana mengatasi
ketidakseimbangan yang dimaksud dalam rangka usaha menarik investor asing.
Dalam menghadapi tantangan yang dimaksud negara penerima modal asing pada

Perekonomian Indonesia 104


umumnya dan Indonesia khususnya harus dapat mengupayakan melalui hal-hal
sebagai berikut :
e. Dapat mengakomodasi motif profit oriented dari pemodal asing dengan
sebaikbaiknya, sehingga filosofi sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
PMA yang mengatakan bahwa masuknya modal asing hanyalah bersifat
pelengkap dana pembangunan tidak menjadi suatu kendala yang menghambat
arus masuknya investasi modal asing tersebut.
f. Mengupayakan agar hubungan antara pemodal asing dengan penerima modal
tetap diarahkan pada kemitraan yang dapat saling membangun, sehingga sumber
luar negeri dari pinjaman luar negeri tetap dapat dimanfaatkan bagi
pembangunan ekonomi secara optimal.
g. Negara penerima modal harus dapat mengembangkan potensi ekonominya
secara akurat, serta mampu menjaring informasi mengenai kegiatan usaha
penanaman modal dalam rangka peningkatan kemampuan dan posisi bargaining-
nya dalam menghadapi pemilik modal asing.

C. Utang Luar Negeri


Utang luar negeri memainkan peranan yang sangat penting untuk mendorong
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, baik sebagai sumber dana pada saat
terjadinya laju pertumbuhan ekonomi, baik sebagai sumber dana pada saat terjadinya
pinjaman maupun Utang Luar Negeri (ULN). Hutang luar negeri pemerintah
Indonesia merupakan pinjaman dari pihak-pihak asing seperti negara sahabat,
lembaga internasional (IMF, World Bank, ADB), pihak lain yang bukan penduduk
Indonesia. Bentuk hutang yang diterima dapat berupa dana, barang atau jasa.
Berbentuk barang bila pemerintah membeli barang modal ataupun peralatan perang
yang dibayar secra kredit. Berbentuk jasa sebagian besar berupa kehadiran tenaga
ahli dari pihak kreditur untuk memberikan jasa konsultasi pada bidangbidang tertentu
yang lebih dikenal dengan TechnicalAssistance.
Karena bantuan luar negeri banyak harus dibayar kembali maka umumnya
disebut juga utang luar negeri. Bank dunia mengklasifikasikan total utang kredit IMF.
Utang jangka pendek adalah utang dengan jatuh tempo satu tahun atau kurang. Utang
jangka panjang umumnya berjangka waktu lebih dari satu tahun. Penggunaan kredit
IMF merupakan kewajiban yang dapat dibeli kembali (repurchaseobligations) atas
semua penggunaan fasilitas IMF.

Perekonomian Indonesia 105


Utang yang berjangka panjang dapat diperinci menurut jenis utangnya, yaitu
utang swasta yang tidak dijamin oleh pernerintah (publicandpubliclyguaranteeddebt).
Utang swasta yang non guaranteeddebt adalah utang yang dilakukan oleh debitur
swasta, di mana utang tersebut tidak dijamin oleh institusi pernerintah. Di lain pihak,
utang pernerintah adalah utang yang dilakukan oleh suatu institusi pemerintah,
termasuk pernerintah pusat, departemen, dan lembaga pernerintah yang otonom.
Utang yang publiclyguaranted merupakan utang yang dilakukan oleh debitur swasta
namun dijamin pembayaramiya oleh suatu lembaga pemerintah. Bagi kebanyakan
negara berkembang, jenis utang yang publicandpubliclyguaranteed yang perlu lebih
mendapat perhatian karena apabila negara berkembang tidak mampu membayar
kembali utang tersebut maka pemerintah negara tersebutlah yang menangung
akibatnya.

1. Asal Hutang Luar Negeri


Utang yang tergolong publicandpubliclyguaranted dapat diperinci menurut
krediturnya. Selama ini pihak kreditur (pihak yang memberikan utang) dapat
berasal dari sumber resmi maupun swasta. Utang luar negeri yang berasal dari
sumber resmi dibagi menjadi :
a. Bilateral
Pinjaman bilateral adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk
devisa maupun dalam bentuk barang atau jasa. yang diperoleh dari Pemberi
Pinjaman Luar Negeri yang berasal dari pemerintah suatu negara melalui
suatu lembaga/badan keuangan yang dibentuk oleh pemerintah negara yang
bersangkutan untuk melaksanakan pemberian pinjaman yang harus dibayar
kembali dengan persyaratan tertentu. Dari segi jenisnya, pinjaman/hibah
bilateral dapat dibedakan dalam :
- Hibah (grant), yaitu penerimaan negara baik dalam bentuk devisa
maupun barang/jasa yang tidak perlu dibayar kembali. Hibah digunakan
untuk pembiayaan proyek, namun khusus hibah dalam bentuk devisa
dapat digunakan untuk bantuan program. Hibah yang diterima
pemerintah saat ini berasal dari pemerintah Inggris, Australia, selandia
Baru dan Kanada.
- Pinjaman Lunak (softloan), yaitu pinjaman yang disetujui oleh negara
donor dengan persyaratan Grant Element minimum dengan bunga

Perekonomian Indonesia 106


pinjaman sebesar 3,5% atau kurang, jangka waktu pengembalian 25
tahun atau lebih, termasuk tenggang waktu 7 tahun lebih. Pinjaman ini
umumnya digunakan untuk pembiayaan proyek dan bantuan program.
Dalam praktiknya pinjaman lunak tersebut dapat diperoleh pula dari
gabungan antara pinjaman komersial atau fasilitas kredit ekspor dengan
pinjaman lunak. Yang terpenting gabungan dari sumber-sumber
pinjaman tersebut akan menghasilkan persyaratan pinjaman lunak sesuai
dengan Inpres No. 8/1984. Bentuk pinjaman ini disebut blending.

b. Multilateral
Pinjaman miiltilateral adalah setiap penerimaan negara baik dalam
bentuk devisa maupun dalam bentuk barang/jasa yang diperoleh dari
pemberian Pinjaman Luar Negeri yang berasal dari lembaga keuangan
internasional maupun regional dan biasanya Indonesia merupakan anggota
dari lembaga keuangan tersebut.
Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang persyaratannya lebih
mahal (lebih berat) dari pinjaman lunak tetapi masih lebih lunak dari
fasilitas kredit ekspor. Pinjaman bentuk ini pada umumna merupakan
gabungan dari pinjaman lunak dengan fasilitas :ekspor atau pinjaman
komersial. Bentuk pinjaman ini disebut Credit yang persyaratannya tidak
mengikuti ODA termsandwis.
Pinjaman (MixedCredit) ini yang pertama menawarkan Indonesia
adalah negara Perancis, kemudian diikuti oleh Negara Jerman (KFW) dan
kernudian oleh negara Inggris. Pinjaman ini dimanfaatkan Indonesia saat ini
karena sejak Indonesia naik peringkatnya dari non industrializedcountry
menjadi semi industri country, pada akhir Repelita III sudah agak sukar
memperoleh pinjaman bersyarat lunak (ODA termsandConditions).

Perekonomian Indonesia 107


Apridar. 2009. Ekonomi Internasional : Sejarah, Teori, Konsep, Permasalahan
DAFTAR
Dalam Aplikasinya. PUSTAKA
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Alisjahbana, Armida.2008.Educations and skill mismatch, World bank Office


Jakarta.Mimeo

Arif, Sritua. 1998. Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan, CIDES .

Arsyad, Lincolin, (1999). Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN,Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: STIE YKPN.

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN

Aziz Abdul. “Manajemen Investasi Syari’ah”. Bandung: Alfabeta, 2010. Hal 29

Baridwan, zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. Jogjkarta: Fakultas Ekonomi


UGM
Basri, Zainal. Yuswan Subri Mulyadi, (2003). Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan
Utang Luar Negeri, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta..

Bishop, C. E. dan W. D. Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Jakarta:


Penerbit Mutiara

Boediono. (2009). Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE,Yogyakarta.

Boediono.( 2002). Ekonomi Makro Edisi 4. BPFE UGM, Yogyakarta.

Budiantara, M. (2012). Pengaruh tingkat suku bunga, nilai kurs, dan inflasiterhadap indeks
harga saham gabungan di bursa efek Indonesia periode tahun2005-2010.

Case, karl E dan Fair, Ray C. (2004). Prinsip – Prinsip Ekonomi Makro, Erlangga, Jakarta.

Chapra, M. Umer. 1992. Islam and The Economic Challenge , Leicester, UK.:, The Islamic
Foundation.

Perekonomian Indonesia 108


Clements, Kevin P. 1999. Teori Pembangunan dari Kiri ke Kanan, terj. Endi Haryono,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djojohadikusuma S, (1993), Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi


Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, LP3ES, Jakarta.

Dumairy (2005). Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta.

Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta, 1996

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga

Eachern. MA. Ekonomi Makro Pendekatan  Kontemporer, PT. Salemba Empat Jakarta.
2000.

Ekhsan, M., & Taopik, M. (2020). Peran Mediasi Employee Engagement pada Pengaruh
Talent Management Terhadap Employee Retention.

Faedlulloh, Dodi. 2015. Homo Cooperativus: Redefinisi Makna Manusia Indonesia.


Proceeding Masa Depan Manusia Indonesia: Prospek dan Pemberdayaan.

Friedman, M. 1970. Foreign Economic Aid : Means and Objective, dalam T Baghwati dan
R. Eckans (Ed), Foreign Aid, London: Penguin.

George, Susan. 2000.”A Short History of neoliberalism”,dalam Walden Bello, Nicola


Bullard, Kamal Malhotra (ed.), Global Finance: New Thinking on Regulating
Speculative Capital Markets, Zed Books.

Ghozali, imam, (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS,
Universitas Diponegoro,Yogyakarta

Gujarati, Damodar. (1997). Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.

Guntur, agus, 2004. Sambutan kepala dinas tenaga kerja provinsi jawa timur dalam laporan
pelaksanaan lokakarya kebijakan pasar tenaga kerja dan hubungan industrial untuk
memperluas kesempatan kerja, Lembaga Penelitian SMERU

Hatta, Moh. 1967. Ekonomi Terpimpin. Jakarta: Djambatan.

Hendrojogi, 2004, Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik. Jakarta: PT Raja Grasindo


Persada.

Perekonomian Indonesia 109


http://deliserdangkab.bps.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=55:peranan-sektor-pertanian&catid=1:latest-
news

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/05/16/melihat-investasi-dalam-pertanian-
457620.html

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/02/15/keterkaitan-pertanian-dengan-industri-
manufaktur-439256.html

http://fauziatripurnama.blogspot.com/2013/03/makalah-ekonomi-pengeluaran-
pemerintah.html

http://graziabrigita.blogspot.com/2013/10/pengeluaran-konsumsi-masyarakat.html

http://hafizasmenta.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-pada-masa-orde.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat_Jenderal_Bea_dan_Cukai_Kementerian_Keuanga
n_Indonesia/

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_perekonomian

http://labtani.wordpress.com/2008/11/07/sejarah-perekonomian-indonesia/

http://mcisl.swollege.com

http://metabinasabila-meta.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-
perkembangan.html

http://nuriasukma93.blogspot.com/2012/06/pengeluaran-konsumsi-masyarakat-dan.html

http://nuryana26.wordpress.com/2011/02/17/sejarah-dan-sistem-perekonomian-indonesia/

http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/forum-agro-ekonomi/411-forum-
agro-ekonomi-vol-31-no-2-2013/2581-nilai-tukar-petani-konsep-pengukuran-dan-
relevansinya-sebagai-indikator-kesejahteraan-petani

http://sanmaula.blogspot.com/2012/03/perkembangan-sistem-ekonomi-global.html?m=1

http://shesaskia.blogspot.com/2015/03/sistem-ekonomi-di-dunia-dan.html?m=1

Perekonomian Indonesia 110


http://sosiologis.com/sistem-ekonomi

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/sejarah-perekonomian-indonesia-8/

http://www.agushalim.com/export-import/barang-barang-indonesia-yang-diekspor-ke-
luar-negeri/

http://www.beacukai.go.id/index.html?page=faq/impor.html

http://www.brook.edu/pol/review/oldtoc.htm.

http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/tan/EIS-R3/padi-nasional.htm

http://www.koran-sindo.com/read/947091/150/investasi-di-sektor-pertanian-melambat-
1420599429

http://zonaekis.com/search/sejarah-perkembangan-sistem-perekonomian-indonesia

https://agrma.wordpress.com/2011/03/03/pengeluaran-konsumsi-masyarakat-dan-
pemerintah/

https://dasalukman21.blogspot.com/2017/01/contoh-makalah-sistem-ekonomi.html

https://harryhidayat.wordpress.com/2013/03/31/perkembangan-sistem-ekonomi/

https://tryyulianty88.wordpress.com/2015/03/17/jenis-sistem-ekonomi-dunia-
perkembangan-sistem-perekonomian-di-indonesia/

https://www.academia.edu/9655359/DAMPAK_INVESTASI_SEKTOR_PERTANIAN_T
ERHADAP_PEREKONOMIAN_SUMATERA_UTARA_PENDEKATAN_ANALI
SIS_INPUT_-OUTPUT

https://www.dbs.com/indonesia-bh/blog/live-smart/yuk-ketahui-seperti-apa-sistem-
ekonomi-indonesia-di-2018.page

https://www.onlenpedia.com/2017/01/seperti-apakah-perkembangan-sistem.html

Hutabarat, Roselyn, 1989, Transaksi Ekspor Impor, Edisi Kedua, Jakarta, Erlangga

Islamy, M. Irfan. 1988. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta : PT.


Bina Aksara.

Perekonomian Indonesia 111


Jawa Pos. Kamis 27 Maret, 2008.Atasi pengangguran, Butuh Sinergi, Hlm. 9.

Jhingan, M.L, (2007). Ekonomi pembangunan Dan Perencanaan, PT.Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.

Khor, Martin. 2002. “globalisasi perangkap perangkap negara barat”, seri kajian
global,Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.

KPPOD, 2013. Kesejahteraan buruh dan daya saing perusahaan, KPPOD Brief Edisi
maretApril2013

Kunarjo.(2002). Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan, Universitas Indonesia,


Jakarta.

Kuncoro, M. 2007. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Lewis, Athur. 2003. The Theory of Economic Growth. London: Taylor and Francis.

Liestyowati.2009. Modul Perkuliahan Semester Ganjil Tahun Akademik 2009/2010.


Universitas Mercu Buana.
M.S, Amir, 1995, Pengetahuan Bisnis Ekspor Impor, Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo

M.S, Amir, 1997, Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor, Cetakan Kedua, Jakarta,
Pustaka Binaman Pressindo

Mahyuni , (2013) .Pengaruh Pengeluaran Pemerintah,Investasi Swasta dan Ekspor


terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan periode tahun 2000-2010.
Skripsi,Universitas Hasanudin, Makasar.

Manan H. Abdul. “Hukum Ekonomi Syari’ah (Dalam Perspektif KewenanganPeradilan


Agama)”. Jakarta: Kencana Prenadamedia Grop, 2012. Hal 155-159.

Manan H. Abdul. “Hukum Ekonomi Syari’ah(Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan


Agama)”.  Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012. Hal 152-153

Perekonomian Indonesia 112


Mangkusuwondo, Suhadi. 1987. “Teori dan Kebijaksanaan Ekonomi Makro: Perspektif
Indonesia”, dalam Hendra Esmara (ed), Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan
Pembangunan, Jakarta: Gramedia

Mc. Eachern, Ekonomi Makro. Hlm. 177.

Mubyarto. 1983. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Penerbit Sinar


Harapan

Nainggolan, H.L. Pertanian Indonesia Dalam Perspektif Industrialisasi dan Perdagangan


Bebas, suatu pendekatan teoritis, Jurnal Ekonomi Rakyat, edisi Juli 2008.

Nayyar, D. 1997. Globalization: The Past in Our Future, Penang, Malaysia, Third World
Network.

Nopirin, Ekonomi Internasional, hlm. 97.

Nopirin. (2006) . Ekonomi Moneter Buku I. Yogyakarta : BPFE UGM.

Permenakerstrans No.14 Tahun 2015. Rencanan Strategis Kementrian Ketenagakerjaan


2015-2019

Pohan,Aulia.2008.Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta:Rajawali pers.

Prayitno, Soediyono, Ekonomi Makro, BPFE. Yogyakarta. 2000.

Qutb, Sayyid. 1994. Keadilan Sosial dalam Islam, alih bahasa Afif Muhamad, Bandung:
Pustaka.

Raharjo, Dawam. 2004. Ekonomi Pancasila. Yogyakarta: Aditya Media

Reksoprayitno, Soediyono.(2000), Ekonomi Makro (Pengantar Analisis Pendapatan


Nasional), Edisi Kelima, Liberty, Yogyakarta.

Rosa, A. 2006. Analisis Keterkaitan dan Kinerja Agroindustri Indonesia, Perpustakaan


Bank Indonesia.

Sadono Sukarno. Pengantar Teori Makro Eknomi, hlm. 362.

Sadono sukirno, Pengantar Makro Ekonomi, hlm.17.

Perekonomian Indonesia 113


Sentika, Maulana.(2009). Dasar Pemikiran Teori Permintaan dan Penawaran
Perdagangan Internasional. http.www.google.com.

Subandi, (2016). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.

Sugiono, Muhadi. 1999. Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia Ketiga,
terj. Cholish, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono, (2012). Metode pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &


D,Alfabeta CV, Bandung.

Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Makroekonomi, ed. 2. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.2001.

Sukirno, Sadono. (2006). Pengantar Teori Mikroekonomi, PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Suparmoko, M. (2006). Keuangan Negara Dalam Teori Dan Praktek Edisi Ke-3. BPFE,
Yogyakarta.

Supriyati dan Ema S. 2006. Peranan, Peluang dan Kendala Pengembangan Agroindustri di
Indonesia, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Suroso, P C. 1994. Perekonomian Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Suryana et al. 1998. Kebijakan Peningkatan Produktivitas dan Pertumbuhan Agroindustri


Pedesaan, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.

Swasono, Sri Edi. 1985. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta: Universitas
Indonesia(UI-Press)

Syahril,  Ekonomi Internasional. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1996.

T. Gilarso. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi, Bagian Makro, Yogyakarta : Kanisius. Todaro,
MP. 1977. Economic for Developing World, London : Longman.

Tandelilin, E. (2010). Dasar-dasar Manajemen Investasi. Manajemen Investasi

Perekonomian Indonesia 114


Tjokroamidjojo, Bintoro. M.A. 1976. Analisa Kebijaksanaan Dalam Proses Perencanaan
Pembangunan Nasional. Majalah Administrator.

Todaro, M. dan Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta.

Todaro, M.P. (2006). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, terjemahan cetakan


keempat, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Undang Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan World Bank IFC 2012.
Doing Bussines di Indonesia 2012. Membandingkan kebijakan usaha di 20 kota dan
183 perekonomian

Wahid, Hasyim, dkk. 1999. Telikungan Kapitalisme Global dalam Sejarah Kebangsaan
Indonesia, Yogyakarta LKiS.

www.slideshare.com

Yushita, Amanita Novi. 2010. Earnings Management dalamHubungan  Keagenan. Jurnal


Pendidikan Akuntansi Indonesia. Jakarta

Yustika, Ahmad Erani,2006. Ekonomi kelembagaan defisi, teori dan strategi. Malang;
Bayu Media

Yustika, Ahmad Erani. 2002. Pembangunan dan Krisis, Memetakan Perekonomian


Indonesia.Jakarta: PT.Grasindo.

Zulhanto Aan.Dkk (2014) Under utilization di Indonesia dan Problematika


ketenagakerjaan lainnya di Indonesia, FEB.UNPAD

Perekonomian Indonesia 115

Anda mungkin juga menyukai