Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN KEDAI KOPI

(COFFEE SHOP) DI KOTA PALANGKA RAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Ekonomi Pembangunan

Bidang Konsentrasi Ekonomi Industri dan UMKM

Oleh
Adam Puja Mahendra
BAA 117 014

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan manusia akan makanan dan minuman merupakan kebutuhan
yang tidak dapat tergantikan dengan kebutuhan yang lainnya. Hal inilah yang
meyebabkan Prof. Dr Sjamsoe menempatkan kebutuhan ini sebagai dasar
kebutuhan manusia. Kebutuhan yang cukup besar ini merupakan peluang yang
sangat besar dapat ditangkap oleh para pelaku bisnis untuk meraup keuntungan
yang sangat besar.
Sekalipun dalam situasi krisis ekonomi dan politik yang masih melanda
negeri ini, kebutuhan manusia akan makanan dan minuman harus tetap dipenuhi.
Sehingga bisnis makanan dan minuman tidak akan mati bahkan terus
berkembang. Ini dapat dilihat dari industri makanan dan minuman yang sangat
berkembang saat ini. Mulai dari industri penyedia bahan baku hingga industri
penyedia dan penyaji makanan, dari warung pinggiran jalan hingga restoran
mahal dan hotel yang menyediakan jasa makanan dan minuman.
Coffee shop atau Kedai Kopi adalah suatu tempat atau pasar yang bergerak
dalam bidang penjualan minuman berbahan dasar kopi. Tujuan utama dari bisnis
ini adalah mendapatkan keuntungan. Satu-satunya pihak yang bisa memberikan
keuntungan adalah pelanggan (costumer, dengan mengorbankan sejumlah uang
untuk membeli produk berbahan kopi, oleh karena itulah saran pokok dalam
pengelolannya adalah memebrikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada
pelanggan. Karena pelanggan merupakan pendapatan pokok dari pada usaha jasa
penyediaan makanan dan minuman. Disinilah peranan Coffee Shop sebagai ujung
tombak dari perusahaan untuk memenuhi kepuasan costumer dari penyedia
produk, pelayanan, dan kenyamanan.
Dalam dunia ekonomi, semakin ketatnya persaingan antar Coffee Shop dari
tahun ke tahun menuntut Coffee Shop harus mampu bertahan dan berkompetisi
dengan Coffee Shop lain. Salah satu hal yang dapat ditempuh Coffee Shop agar
mampu bertahan dalam persaingan yang ketat yaitu denan meningkatkan
produktivitas kerja. Kerena produktivitas kerja merupakan efisiensi yang berupa
modal, material, peralatan, dan keahlian yang dapat mengoptimalkan untuk
mengerjakan produktifitas barang dan jasa selanjutnya dapat mendongkrak
pendapatan pada Coffee Shop tersebut.
Salah satu yang menjadi peluang untuk bisnis sektor UKM adalah bisnis
pengolahan kopi, di beberapa kota di Indonesia sedang trend minuman berbahan
dasar kopi yang disediakan oleh Coffee Shop. Tercatat pada tahun 2019 data
Coffee Devolopment Report indonesia menduduki tingkat keempat dengan jumlah
produksi kopi sebanyak 12 Juta Karung per tahun, sedangkan yang menduduki
tingkat pertama adalah Brazil dengan total produksi 53 juta Karung (ukuran per
karung 60 Kg) itu membuktikan bahwa sektor ini mempunyai peranan penting
dalam memajukan pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi semua kopi yang
dihasilkan masih belum sepenuhnya dimanfaatkan mengingat jumlah penduduk
indonesia yang menjapai 268 Juta-an, artinya potensi bisnis untuk pasar domestik
masih sangat besar. Selain dengan cara memproduksi kopi intan dalam bentuk
sachet ataupun membuka salah satu bisnis Coffee Shop yang saat ini kian
menjanjikan.
Di kota Palangka Raya terdapat banyak Coffee Shop dengan konsep yang
beragam dalam mengembangkan usahanya, konsep-konsep tersebut memberikan
karakter atau ciri khas dari kedai kopi tersebut, selain itu konsep yang bagus dapat
menarik minat pembeli untuk dapat membeli produk yang ditawarkan.
Perkembangan Coffee Shop di kota Palangka Raya mengalami perkembangan
yang cukup pesat terbukti dengan adanya banyak industi pengolah kopi yang baru
berdiri dan dapat memberikan kesempatan kerja sekaligus mengurangi jumlah
pengangguran di kota Palangka Raya.
Dalam segala usaha yang dijalankan setiap coffee shop tentu mempunyai
tujuan tentang apa yang ingin dicapai secara efisien yaitu dengan sejumlah biaya
operasional tertentu yang bisa menghasilkan laba yang maksimal untuk
melangsungkan hidup dan pengembangan kedai kopi tersebut. Segala usaha yang
dilakukan untuk mencapai tujuan diantaranya dengan menggunakan Sumber Daya
Manusia (SDM) atau tenaga kerja yang handal dan profesional yang ahli sesuai
bidang yang diperlukan, sehingga timbul suatu semangat yang maksimal untuk
mencapai produktivitas kerja yang maksimal juga. Hal ini perlu dipahami bahwa
sumber daya manusia akan menentukan sukses atau gagalnya suatu organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
permasalahan diatas, yang penulis tuangkan dalam sebuah proposal skripsi yang
berjudul : “ANALIS TINGKAT PENDAPATAN KEDAI KOPI (COFFEE
SHOP) DI KOTA PALANGKA RAYA”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian-uraian diatas maka masalah pokok yang akan diangkat dalam
skripsi ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh Modal terhadap Pendapatan Kedai Kopi (Coffee Shop)
di kota Palangka Raya ?
2. Bagaimana Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Kedai
Kopi (Coffee Shop) di kota Palangka Raya ?
3. Bagaimana pengaruh Promosi terhadap Pendapatan Kedai Kopi (Coffee
Shop) di kota Palangka Raya ?
4. Bagaimana pengaruh Jam Kerja Operasional terhadap Pendapatan Kedai
Kopi (Coffee Shop) di kota Palangka Raya ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh Modal terhadap Pendapatan Kedai Kopi (Coffee
Shop) di kota Palangka Raya.
2. Untuk menganalisis Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja terhadap Pendapatan
Kedai Kopi (Coffee Shop) di kota Palangka Raya.
3. Untuk menganalisis pengaruh Promosi terhadap Pendapatan Kedai Kopi
(Coffee Shop) di kota Palangka Raya.
4. Untuk menganalisis pengaruh Jam Kerja Operasional terhadap Pendapatan
Kedai Kopi (Coffee Shop) di kota Palangka Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah :
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui fakto-
faktor yang mempengaruhi Pendapatan Kedai Kopi (Coffee Shop) di kota
Palangka Raya pada tahun-tahun berikutnya
2. Sebagai masukan bagi pemilik usaha Kedai Kopi (Coffee Shop) dalam
mengambil keputusan mengenai Rencana Pengembangan Kedai Kopi (Coffee
Shop) kedepan agar dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal.
BAB II
KAJIAN PUTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Definisi Pendapatan
Pendapatan (income) adalahan uang yang diterima oleh seseorang dan
perusahaan dalam bentuk Gaji (Wages), Upah (salaries), Sewa (Rent), Bunga
(Interest), Laba (profit), dan lain sebagainya, bersama-sama dengan tunjangan
pengtannguran, uang pensiunan dan lain sebagainya. Dalam analisis
mikroekonomi, istilah pendapatan khususnya dipakai berkenaan dengan aliran
penghasilan dalam suatu periode waktu yang berasal dari penyedian faktor-faktor
produksi SDM, Tenaga Kerja (Labour), dan Modal (Capital) masing-masing
dalam bentuk sewa, upah, bunga dan laba secara berurutan (Chistoper Pass,
2000;287)
Dalam sebuah bisnis, pendapatan merupakan jumlah uang yang didapat
atau diterima oleh perusahaan dari suatu aktivitasnya, hampir semua penjualan
produk ataupun jasa kepada pelanggan. Untuk investor, pendapatan tidak seberapa
penting dibandingkan dengan keuntungan yang merupakan jumlah uang yang
diperoleh atau diterima setelah dikurangi pengeluaran. Secara singkat pendapatan
warga masyarakat ditentukan oleh :
a. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber pada :
1. Hasil-hasil tabungan di tahun-tahun yang lalu
2. Warisan atau pemberian
b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktr produksi.
Paul A. Samuelson (2002;258) mendefinisikan pendapatan itu menunjukan
jumlah uang yang diterima oleh seorang atau rumah tangga selama jangka waktu
tertentu (dalam satu bulan), pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga
kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga deviden seta pembayaran
transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransu
pengangguran sedangkan kekayaan terdiri dari nilai minimal rasio asset yang
dimiliki pada waktu tertentu.
Muhammad Tohar (2000; 15) pendapatan adalah jumlah penghasilan dari
perorangan dalam keluarga berupa uang yang diperoleh dari jasa setiap bulan atau
dapat juga diartikan sebagai suatu hasil yang sedikit dalam keberhasilan usaha,
maka jumlah tersebut akan menjadi besar dan meningkat.
Samuelson dan Nordhaus (2002) pendapatan dalam ilmu ekonomi
didefinisisikan sebagai hasil berupa uanga taua hal materi lainnya yang dicapai
dari penggunaan kekayaan atau jasa munisa bebas. Sedangkan pendapatan rumah
tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga atau sumber lain.
Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang
menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga
selama janka waktu tertentu.
Dalam hal ini pendapatan juga diartikan sebagai pendapatan bersih
seseorang baik berupa uang atau natura. Secara umum pendapatan dapat
digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Gaji dan upah suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan
suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah.
2. Pendapatan dari kekayaan, pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai total
produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang
dan lainnya, tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk sendiri tidak
diperhitungkan.
3. Pendapatan dari sumber lain. Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa
mencurahkan tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerrintah, asuransi
pengangguran, menyewa asset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk
lain. Tingkat pendapatan (income level) adalah tingkat hidup yang dapat
dinikmati oleh seseorang individu atau keluarga yang didasarkan atas
penghasilan mereka atau sumber-sumber pendapatan lain. (Samuelson dan
Nordhous, 2002)

2.1.2 Konsep Tabungan dan Investasi


Jhingan (2007) mengatakan tabungan sebagai sifat sosial yang buruk
kerena kelebihan tabungan menyebabkan berkurangnya permintaan agregat.
Sekali lagi, gagasan ini tidak dapat diterapkan pada negara terbelakang karena
tabungan merupakan obat mujarab bagi keterbelakangan ekonomi mereka.
Pembentukan modal adalah kursi pembangunan ekonomi, dan pembentukan
modal dimungkinkan melalu tabungan masyarakat yang meningkat. Berbeda
dengan pandangan keynes, negara terbelakan dapat berkembang dengan cara
membatasi konsumsi dan meningkatkan tabungan. Bagi negara terbelakang,
tabungan tidak merupakan hal yang buruk, tetapi merupakan sesuatu yang baik.
Investasi membutuhkan suatu jumlah tertentu tabungan. Jumlah tabungan
ini tidak mudah dicapai oleh negara keterbelakang yang miskin karena sangat
rendahnya tingkat pendapatan. Untuk mengatasi hal ini, maka ketika npendapatan
meningkat sebagai peningkatan investasi, tingkat tabungan marrginal diusahakan
agar lebih tinggi dari pada tingkat rata-rata tabungan. Tetapi tidak ada satu negara
pun yang mempunyai tabungan marginal yang lebih tinggi dari pada tingkat rata-
rata tabungan sebelumnya (Jhingan, 2007).
2.1.3 Konsep Modal
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung
maupun tidak langsung dalam suatu produksi untuk menambah output. Lebih
khusunya dapat dikatakan bahwa modal adalah terdiri dari barang yang dibuat
untuk penggunaan produksi pada masa yang akan datang (Irawan dan Suparmoko,
2002;65).
Pengertian modal secara klasik adalah sebagai hasil produksi yang
digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Namun dalam perkembangannya
pengertian modal mulai ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuatan memakai
atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal. ada bebrapa
macam arti modal dalam teori ekonomi antara lain sebagai berikut :
a. Capital dapat digunakan untuk maksud benda-benda modal yaitu alat-alat
produksi.
b. Uang yang telah tersedia untuk investasi yang telah di investasikan.
Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk
tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal
baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada. Aktiva tetap berwujud adalah
aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu ) tahun yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan
dalam operasi perusahaan, tidak dimaksud untuk diperjual belikan atau dipindah
tangankan. Dalam membiayai kegiatan operasinya, perusahaan membutuhkan
modal yang terdiri atas modal asing dan modal sendiri. Pengertian modal adalah
hak atau bagian yang dimiliki perusahaan yang ditunjukan modal saham. Modal
asing merupakan modal yang berasal dari pinjaman para kreditur, supplier, dan
perbankan. Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak
perusahaan dari pemilik perusahan (pemegang saham) maupun laba yang tidak
bagi (laba ditahan). Didalam memenuhi modal yang dibutuhkan tersebut
perusahaan dapat menerbitkan dan menjual surat berharga berupa obligasi ( modal
pinjaman) dan saham (modal sendiri). Surat berharga tersebut dijual kepada para
investor yang menginginkan dimana perusahaan berkwajiban memberikan hasil
(return) yang dikehendaki oleh investor tersebut.
Modal pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu modal aktif
dan modal pasif. Modal aktif menunjukan penggunaan dana yang tertera di sisi
aktiva (aktiva lancar dan aktiva tetap) yaitu yang menggambarkan bentuk-bentuk
dalam sebelah mana dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Sedangkan
modal pasif menunjukan sumber dana yang tertera disis pasiva yang
menggambarkan sumber-sumber dana dari mana diperoleh atau asal dana
diperoleh. Modal pasif terdiri atas hutang jangka pendek, hutang jangka panjang
dan modal sendiri.
Sawir (2001) mendefinisikan modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan dana yang harus tersedia
untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Gitusudarmo
(2002) mengatakan besarnya modal kerja adalah sejumlah dana yang bertanam
dalam aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan atau sesudah dikurangi besarnya hutang lancar.

2.1.4 Produksi dan Tingkat Pendapatan


Sukirno (2002) mengatakan setiap faktor produksi yang terdapat dalam
suatu perekonomian ada dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor
produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan
memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan upah, tanah
memperoleh sewa, modal memperoleh bungan dan keahlian kewirausahaan
memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing faktor
produksi yang digunakan. Jumalah pendapatan yang diperoleh sebagai faktor
produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang adalah sama dengan
harga barang tersebut.
Menurut Pyndick (Salvatore, 2006) menjelaskan bahwa hubungan antara
masukan pada proses produsi dan hasil keluaran dapat digambarkan melalui
fungsi produksi. Fungsi ini menunjukan keluaran Q yang dihasilakan suatu unit
usaha untuk setiap kombinasi masukan tertentu. Untuk menyederhanakan fungsi
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = f{K,L} ............................................................................................ 2.1
Persamaan ini menghubungkan jumlah keluaran dari jumlah kedua masukan yakni
modal dan tenaga kerja.
Cobb-douglas adalah salah stu fungsi produksi yang paling sering
digunakan dalam penilitian empiris. Fungsi ini juga meletakan jumlah hasil
produksi sebagai fungsi dan modal (capital) dengan faktor tenaga kerja (Labour.).
Dengan demikian dapat pula dijelaskan bahwa hasil produksi dengan kuantitas
atau jumlah tertentu akan menghasilkan traf pendapatan tertentu pula. Secara
sederhana fungsi produksi cobb-douglas tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = ALa Kb ............................................................................................ 2.2
Dimaka Q adalah output dan Ldan K masing masing adalah tenaga Kerja
dan barang Modal. A, a (alpha) dan b (beta) adalah parameter-parametrer positif
yang dalam setiap khasusnya ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang
teknologi semakin maju. Prameter a mengukur persentase kenaikanj Q aakibat
adanya kenaikan satu persen L sementara K dipertahankan konstan. Demikian
pula parameter b, mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu
persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi, a dan b mesing-masing
merupakan elastisitas output dari modal dan tenaga kerja. Jika a + b = 1, maka
terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi; jika a + b > 1 terdapat
tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi dan jika a + b < 1 aka artinya
terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi. Pada fungsi produksi
cobb-douglas (Salvatore, 2006).
Berdasarkan penjelasan fungsi produksi Cobb-Douglas diatas, dapat
dirumuskan bahwa faktor-faktor penentu seperti tenaga kerja dan modal
merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama dalam upaya
mendapatkan cerminan tingkat pendapatan suatu usaha produksi seperti industri
kecil. Ini berarti bahwa jumlah tenaga kerja serta modal peralatan yang
mkerupakan input dalam kegiatan produksi perusahaan industri kecil dapat
memberikan bebrapa kemungkinan tentang tingkat pendaptan yang diperoleh.
Selanjutnya Widayat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada
umumnya membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalkan tenaga kerja,
modal dan berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor
produksi tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu. Misalkan dari faktor
produksi yang digunakan itu input X1, penggunaan terus ditambah sedangkan
input lainnya tetap, maka fungsi produksi dianggap tunduk pada hukum yang di
sebut The Law of Diminishing Return. Hukum ini mengatakan: bila satu macam
input penggunaannya ditambah sedangkan input-input yang lain penggunaanya
tidak berubah, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu
unit input yang tadi mula-mula menaik akan tetapi kemudian menurut bila input
tersebut ditambah. Untuk selanjutnya, input yang berubah dinamakan input
variabel. Tambahan output yang diperoleh karena adanya tambahan satu unit
input tersebut dinamakan Marginal Physical Product (MPP), dari input tersebut
dapat ditulis :

MPPxn 1

Kalau hubngan antara output dan input variabel digambarkan dalam suatu
grafik maka akan didapat suatu kurva yang dinamakan kurva Total Physical
Product (TPP). Kurva TPP ini didefinisikan sebagai kurva yang menunjukan
tingkat produksi total (Q) pada bagian tingkat penggunaan input variabel dan
input lainnya dianggap tetap sehingga :
TPP = f (X1 X2 .... Xn)
Kurva lain yang dapat diturunkan dari kurva TPP adalah kurva Marginal
Physical Product (MPP) dan Avarage Physical Product (APP). Kurva MPP
adalah kurva yang menunjukan tambahan TPP kerena adanya tambahan
penggunaan satu input variabel. Secara sistematis dapat ditulis :
MPP = = =

Kurva APP adalah kurva yang mununjukan hasil rata-rata per unit input
variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut, dan ditulis secara
matematis :

APP = = =

Hubungan antara MPP dan APP diatas selanjutnya dapat menjelaskan


elastisitas produksi. Mubyarto (2000) menyatakan bahwa dengan elastisitas
produksi yang berbeda-beda, maka dapat diketahui apakah pendapatan tersebut
dalam keadaan increasing atau decreasing. Apabila nilai elastisitas produksi lebih
besar dari satu, bila produksi total menaik maka pendapatan ada pada daerah
increasing, dan sebaliknua bila nilai elastisitas produksi lebih besar dari nol tetapi
lebih kecil dari satu, maka pendapatan tersebut ada pada daerah decreasing.
Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output ssebagai akibat
dari persentase perubahan dari input. Ep ini dapat dituliskan melalui rumus
sebagai berikut (Soekartawi, 2003) :

Ep = / atau Ep = /

Dimana :
Y adalah hasil produksi (output)
X adalah faktor produksi (input)
Karena =MPP, dan Y/X = APP maka Ep = MPP/APP
Akan tetapi besarnya koefisien elastisitas produksi dapat diketahui dari
hasil fungsi produksi cobb-douglash (hasil analisis OLS) dan besarnya APP dapat
dihitung berdasarkan data yang tersedia, maka MPP juga dapat dihitung dengan
menggunaja koefisien elastisitas produksi sebagai berikut :
MPPxi = Ep (Y/Xi)
= ai (Y/Xi)
= ai. APP

2.1.5 Konsep Tenaga Kerja


Soeroto (1986) tenaga kerja adalah setiap orang mampu melakukian
pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Winardi (2000) mendefinisikan
tenaga kerja terbagi menjadi dua , pertama tenaga kerja adalah energi manusia
yang dikerahkan tujuan yang ingin dicapai secara sadar. Kedua, tenaga kerja
adalah elemen dari penduduk yang memebantu mempertahankan
keberlangsungannya suatu perekonomian dengan jalan menyediakan suatu
kombinasi dari pada energi fisik dan intelegensia manusia kepada proses
produktif.
Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah mencakup
semua orang yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan ataupun
walupun sedang tidak bekerja dianggap secara fisik dan mampu sewaktu-waktu
dapat ikut bekerja.
Soemitro (1995) dalam bukunya Ekonomi Pembangunan mendefinisikan
tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja. Golongan ini
meliputi mereka yang bekerja untuk dirinya sendiri atau keluarga yang tidak
menerima bayaran upah serta merka bekerja yang untuk gajih dan upah.
Tenaga kerja menurut BPS (2007) adalah mereka yang melakukan
pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan
atau keuntungan dan lamanya kerja satu jam secara kontinyu dalam seminggu
yang lalu (termasuk pekerjaan keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu
usaha/kegiatan ekonomi).
Tenaga kerja (manpower) dipilih pula dalam dua kelompok yaitu angkatan
kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah
tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekrja, atau mempunyai
pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari
pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja (bukan termasuk
angkatan kerja) ialah tenaga kerja atau penduduki dalam usia kerja yang tidak
bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedanga tidak mencari pekerjaan: yakni
orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar,mahasiswa), mengurus rumah
tangga (maksudnya ibu-ibu yang bukan wanita karir), serta menerima pendapatan
tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita
cacat yang dependen) (Dumairy 2002;74).
Tenaga kerja sebagai salah satu fator produksi dituli oleh Tulus T.H
Tambunan (2001;64) salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
besarnya dampak keterbatasan teknologi dan SDM terhadap kinerja sektor
industri manufaktur adalah tingkat produktivitas, baik secara parsial dari masing-
masing faktor produksi yang digunakan seperti tenaga kerja dan barang modal
maupun secara keseluruhan, yang disebut total factor productifity (TFT).
Menurut pasal 1 Undang-undang nomor 14 tahun 1969 yang dimaksud
tenaga kerja adalah tiap orang yang mempu melaksanakan pekerjaan baik didalam
maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa guna memnuhi
kebutuhan masyarakat. Dari definisi tersebut menjelaskan bahwa tenaga kerja
menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam maupun diluar
hubungan kerja, dengan alat produksi utamanya dalam proses produksinya adalah
tenaga nya sendiri baik tenaga fisik maupun tenaga pikiran.
Dari rumusan diatas dapat diambil bebrapa kesimpulan, yaitu antara lain
sebagai berikut :
1. Tenaga kerja meliputi penduduk berusia 15 tahun – 65 tahun baik yang sudah
bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan
2. Dalam pengertian tenaga kerja diatas yang dimaksud dengan kelompok
penduduk yang sedang mencari pekerjaan adalah orang yang menempuh
pendidikan dan yang mengurus rumah tangga tetapi merka juga disebut tenaga
kerja jika suatu saaat mereka meilih untuk bekerja. Batas usia kerja ini suatu
saat bisa berubah tergantung kedepannya apabila dilakukan perubahan.

Dengan demikian dari penjelasan diatas akan lebih muda dipahami dengan
memperhatikan rumus berikut ini :

TK = AK + BAK

Dimana :

TK = Tenaga Kerja

AK = Angkatan Kerja

BAK = Bukan Angkatan kerja


Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau
berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan
jasa. Sedangkan pengangguaran adalah mereka yang tidak bekerja sama sekali
atau bekerja kurang dari satu jam selama seminggu sebelum pencecahan, dan
berusaha mencari pekerjaan. Manulang (2000) menyebutkan tenaga kerja terdiri
dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari :
golongan yang bekerja dan menganggur atau sedang mencari pekerjaan.
Sedangkan kelompok yang bukan merupakan angkatan kerja adalah : golongan
yang bersekolah, mengurusi rumah tangga dan golongan lain-lain tau penerima
upah/pendapatan.
2.1.6 Konsep Jam Kerja
Dalam Menghasilkan barang dan jasa diperlukan waktu atau curahan jjam
kerja. Lamanya orang bekerja dalam sehari atau sebulan, tiap tiap negara memiliki
batasan tersendiri. Menurut pasal 77 dalam UU Cipta Kerja menyatakan 8
(delapan) jam dalam 1(satu) hari dan 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu
untuk 5 (hari) Kerja. Jadi batas kerja penuh adalah orang yang bekerja 40 jam
dalam seminggu dan apabila tidak mencapai batasan yg telah ditetapkan disebut
batas kerja tak penuh atau disebut setengah pengangguran kentara. Ada beberapa
alasan antara laian :
a. Setengah menganggur karena mampu mencari pekerjaan tambahan atau
pekerjaan penuh.
b. Ada juga orang yang menghendaki pekerjaan tak penuh dengan alasan
sekolah, mengurus rumah tangga, atau merasa tak perlu bekerja.
Perhitungan hari orang kerja oleh Hermanto (1994) yaitu satu HOK (Hari
Orang Kerja) sama dengan satu orang bekerja selama delapan jam perhari.
Adapun kriteria-kriteria adalah sebagai berikut :
 Pria = 1 HKP
 Wanita = 0,7 HKP
 Anak = 0,5 HKP
Yang dimaksud dengan jam kerja tauitu waktu dimana setiap orang
melakukan pekerjaan dalam sektor informal. Dalam melakukan pekerjaan tidak
semua orang bekerja dalam waktu yang sama tetapi ada juga yang waktu
bekerjanya sama-sama.

2.2 Penelitian Terdahulu


1. Judul Penelitian “ ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN USAHA JASA
WARTEL DI KOTA PALANGKA RAYA “ ( M. Yasin Suryana, 2001)
Dalam penelitian tersebut ada tiga variabel yang mempengaruhi tingkat
pendapatan buruh yaitu jam kerja yang digunakan oleh tenaga kerja,
modal awal yang dibutuhkan untuk membangun usaha dan tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk menjalakan usaha tersebut. Dari penelitian ini
terdapat persamaan variabel yang mempengaruhi tingkat pendapatan yaitu
jam kerja yang digunakan oleh tenaga kerja untuk bekerja serta modal.
sedangkan perbedaan yaitu bahwa variabel tenaga kerja tidak termasuk
variabel yang mempengaruhi tingkat pendapatan yang lain yaitu lokasi dan
jenis usaha yang dilakukan.
2. Judul Penelitian “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA MIKRO
(Studi Kasus Penjahit Pakaian di Kecamatan Pahandut Kota Palangka
Raya)“ (Sisilius Holong Siregar, 2017).
Dalam penelitian tersebut ada dua variabel yang mempengaruhi atau
signifikan terhadap tingkat pendapatan penjahit yaitu modal yang
digunakan untuk mendirikan dan mengelola usaha dan tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk menjalakna usaha tersebut. Dan dalam penelitian ini
juga Lokasi sebagai Variabel bebas tidak mempengaruhi atau signifikan
terhadap pendapatan penjahit.
3. Judul Penelitian “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN COFFEE SHOP DI SURAKARTA
“ (Dhaneswara, 2010).
Penelitian ini merupakan penelitian yang deskriptip dengan menggunakan
metode survei dengan kuesioner. Penelitian ini mengambil seluruh
populasi coffee shop di Surakarta yaitu berjumlah 21 coffee shop. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis regersi linier berganda dan uji
statistik. Dalam penelitian ini hasil variabel yang mempengaruhi atau
siginifikan terhadap pendapatan coffee shop yaitu tenaga kerja dan
fasilitias dengan tingkat keyakinan mencapai 95% terhadap besarnya
keuntungan yang diperoleh. Sedangkan varibel independen lain seperti
modal, jam kerja dan promosi tidak mempunyai pengaruh atau tidak
siginifikan.

2.3 Karangka Pemikiran

Modal

Jumlah Tenaga Kerja


Pendapatan Industri Kecil
Promosi

Jam Kerja

Gambar 2.1 Karangka Pemikiran Penelitian Analisis Tingkat Pendapatan Kedai


Kopi (Coffee Shop) di Kota Palangka Raya

2.4 Hipotesis Penelitian


Bedasarkan perumusan masalah, tujuan kepustakaan dan dari berbagai
hasil kasian empiris yang telah dilakukan penelit-peniliti sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1. Modal berpengaruh positif terhadap Pendapatan Kedai Kopi (Coffee Shop) di
Kota Palangka Raya, Ceteris Paribus.
2. Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap Pendapatan Kedai Kopi
(Coffee Shop) di Kota Palangka Raya, Ceteris Paribus.
3. Promosi berpengaruh positif terhadap Pendapatan Kedai Kopi (Coffee Shop)
di Kota Palangka Raya, Ceteris Paribus.
4. Jam Kerja berpengaruh positif terhadap Pendapatan Kedai Kopi (Coffee
Shop) di Kota Palangka Raya, Ceteris Paribus.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian tentang analisis tingkat pendapatan kedai kopi (Coffee Shop) ini
dilakukan di Kota Palangka Raya. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan karakter
Kedai Kopi di Kota Palangka Raya yang cukup banyak dan beragam jenisnya.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi adalah kumpulan seluruh sampel atau elemen yang sejenis
(homogen) akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain (J. Suranto, 1983) atau
populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
ditetapkan. Tetapi dalam prakteknya sering dijumpai populasi yang tidak
homogen. Makin homogen populasi makin besar pula perbedaan sifat antara
lapisan-lapisan tersebut. Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai
sifat-sifat pupulasi yang homogen tersebut maka digunakan metde penetapan
sempel.
Untuk pedoman umum dikatakan bahwa populasi dibawah 100 orang
digunakan sempel sebesar 50% dan jika ditas 100 maka dapat diambil 10-15%
tetapi ada kalanya masalah penarikan sempel ini ditiadakan sama sekali dengan
memasukan seluruh populasi sebagai sampelnya, yakni selama jumlah populasi
tersebut terbatas (Surachman, 1985; 100).
Untuk jenis usaha Kedai Kopi di Kota Palangka Raya jumlah populasinya
adalah ....... orang tenaga kerja/jenis usaha dari jumlah tersebut dapat diambil
sampel dalam penelitian ini. Berdasarkan ketentuan diatas apabila populasinya
dibawah 100 maka sampel nya adalah 50% dari jumlah populasi, sehingga jumlah
populasi tersebut dapat diambil ........ orang/jenis usaha yang dapat ditetapkan
sebagai sempel untuk mewakili seluruh populasi kedai kopi di kota Palangka
Raya.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam memperoleh data dari penelitian ini, maka
penulis mengunakan metode/teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu metode/teknik pengumpulan untuk mengetahui
kebenaran dari keterangan yang dimiliki oleh peneliti tentang masalah.
b. Interview, yaitu suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam
percakapan atau wawancara yang bertujuan untuk memperoleh
informasi.
c. Studi pustaka yang dilakukan untuk mengembangkan konsep-konsep
dan teori-teori yang mengacu pada buku-buku sebagai literatur peneliti
(Nasir,1998).
d. Daftar pertanyaan atau kuisioner adalah teknik pengambilan data
dengan cara membagi daftar pertanyaan kepaqda responden (Rintuh,
1994;26).
Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder .
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan
menggunakan studi ke lapangan terhada objek yang diteliti. Dalam
pengumpulan data dilapangan penulis menggunakan teknik-teknik
sebagai berikut :
a. Teknik observasi yaitu suatu cara mengumpulkan data dengan
jalan mengamati secara langsung mengenai kegiatan-kegiatan yang
mempunyai hubungan dengan masalah penelitian.
b. Teknik kuisioner yaitu suatu cara mamperoleh data dengan
memberikan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan kepada
responden untuk diisi dan dijawab sesuai dengan petunjuk.\
c. Teknik interview yaitu suatu cara mengumpulkan data dan
informasi dengan jalan melakukan tanya jawab atau komunikasi
langsung dengan responden.
2. Data skunder adalah data yang diperoleh dengan cara mampelajari
dokumen-dokumen yang ada seperti arsip, catatan, laporan dan
dokumen-dokumen yang lainnya yang mempunyai hubungan dengan
penelitian ini.
3.4 Model Analisis
Untuk mengidentifikasi analisis tingkat pendapatan kedai kopi (Coffee
Shop) di kota Palangka Raya digunakan persamaan regresi linier berganda
(multiple lenear regression). Variaber terkait (dependent variable) dalam
penelitian ini adalah pendapatan Kedai Kopi (Coffee Shop) dan sebagai variabel
bebas (independent variable) adalah modal, jumlah tenaga kerja, lama berusaha,
jam kerja. Untuk itu fungsi persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
:
Y=f{X1,X2,X3,X4 } ................................................................................................ 1)
Selanjutnya fungsi tersebut dispesifikasikan ke dalam model logaritma
sebagai berikut :
Y = b 0 + b 1 X1 + b 2 X2 + b 3 X3 + b 4 X4 + et ............................. 2)
Dimana :
Y = Pendapatan Pengusaha Industri Kecil ( Jutaan Rp/bln)
X1 = Modal (Jutaan Rp)
X2 = Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
X3 = Promosi
X4 = Jam Kerja (HOK)
et = Kesalahan Pengganggu

b 0 , b 1, b 2 , b 3 , b 4 = Koefisien Regresi

3.5 Defenisi Operasional Variabel Penelitian


Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah dan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasional sebagai
berikut:
1. Modal adalah sejumlah asset kekayaan, baik berupa barang-barang
maupun harta yang berada dilingkup pengusaha untuk mendirikan
industri tersebut (Rupiah).
2. Jumlah tenaga kerja adalah keseluruhan individu yang bekerja didalam
industri tersebut (dinyatakan dalam bentuk orang).
3. Promosi adalah Salah satu penciftaan diferensiasi produk yang
dilakukan perusahaan untuk mempromosikan produknya guna
mengenalkan produk selanjutnya meningkatkan penjualan. Diukur
dalam variabel dummy dengan satuan D=1 (ada promosi) dan D=0
(tidak ada Promosi).
4. Jam Kerja adalah jam atau waktu yang digunakan oleh tenaga kerja
untuk bekerja dalam waktu setiap harinya dinyatakan dalam bentuk
HOK (Hari Orang Kerja) / Jam.
5. Pendapatan Kedai Kopi (Coffee Shop) adalah jumlah seluruh uang
yang dihasilakn dari hasil atau aktivitas operasi pada industri nkecil
yang dijalankannya dinyatakan dalam bentuk rupiah.

3.6 Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adala dengan Metode
Ordinary least Square (OLS). Hal ini digunakan untuk melihat pengaruh Variabel
Independen terhadap Variabel Dependen dalam penelitian ini. Dan sebagai alat
analisis untuk mengolah data adalah dengan menggunakan program E-views versi
5.1 metode ini banyak digunakan karena :
1. Pengestimasian parameter dengan menggunakan metode ini akan
menghasilkan parameter yang bersipat optimum.
2. Penghitungan dengan menggunakan metode ini cukup muudah jika
dibandingkan dengan metode ekonometrika yang lain dan metode ini
tidak membutuhkan banyak data.
3. Metode kuadrat terkecil ini banyak digunakan secara luas dalam
hubungan ekonomi dan banyak menghasilkan keputusan ekonomi
yang baik. Dengan demikian metode ini banyak digunakan pada waktu
mengesatimasikan hubungan dalam metode ekonometrika dan metode
ini sangat mudah dipahami dan merupakan komponen penting dalam
ekonometrika.

3.7 Test Goodness of Fit


Estimasi terhadap model dilakukan dengan mengunakan program statistik
Eviews versi 5.1. Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi
berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat
signifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti.
Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik uji-t (t-test)
dan Uji-F (F-test). Uji – t dimaksukan untuk mengetahui signifikansi variiabel
secara partial, sedangkan Uji – F untuk mengetahui signifikansi statistik secara
serentak, Uji R2 bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan variabel
bebas menjalesakna variabel terkait.

3.8 Uji Asumsi Klasik


ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier,
yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah
dilakukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan
yang terbentuk. Pratomo (2008) maka perlu melakukan uji asumsi klasik yang
terdiri dari .

3.8.1 Uji Normalitas


Pengujian normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah suatu
variabel normal atau tidak. Normal disini artinya mempunyai distribusi data yang
normal. Normal atau tidaknya berdasarkan patokan distribusi normal dati data
dengan mean dan standar deviasi yang sama. Fata mempunyai distribusi yang
normal merupakan salah satu sarat dilakukannya parametric-test.
Untuk data yang tidak mempunyai ditribusi normal tentu saja analisisnya
harus menggunakan non parametric test . selain itu data yang mempunyai
distribusi secara normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan
profil data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi.
Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki normal atau tidak, secara kasat
mata kita bisa melihat histogram dari data yang dimaksud, apakah berbentuk
kurva normal atau tidak tentu saja cara ini sangat subyektif.
Uji normalitas data yang digunakan disiini adalah uji Jarque Bera. Tahap
uji Jarque Bera dengan menggunakan Eview secara ringkas adalah sebagai
berikut:
a. Formulasi hipotesis
H0 : distribusi ut Normal
HA : Distribusi Ut tidak normal
b. Menentukan tingkat signifikansi (a)]
c. Menentukan kriteria pengujian
H0 ditolak jika probabilitas JB £ a, H0 diterima jika probabilitas JB > a
d. Kesimpulan
3.8.2 Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar. Untuk menguji linearitas dalam penelitian ini digunakan
uji Ramsey Reset (Ramsey Test), yaitu dengan membandingkan nilai F-hitung
dengan F-tabel, dengan kriteria keputusan sebagai berikut:
1. Jika Fhitung > Ftabel, maka hipotesis menyatakan spesifikasi model yang
digunakan dalam bentuk fungsi linear adalah benar atau tidak ditolak.
2. Jika Fhitung < Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikas model
yang digunhakan dalam bentuk fungsi linear adalah tidak benar, ditolak.
3.8.3 Uji Multikolinearitas
Interpretasi persamaan regresi linier secara implisit bergantuk pada asumsi
bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi.
Jika didalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas akan menimbulkan
beberapa akibat, untuk itu perlu penngujian multikolinieritas dengan besaran-
besaran regresi yang didapat, yakni :
1. Variabel besar (dari taksianan OLS)
2. Intrval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error
besar sehingga inteval kepercayaan lebar )
3. Uji t (t-rasio) tidak signifikan, suatu variberl bebas yang signifikan
baik secara subtansi maupun secara statistik jika regresi sederhana,
tidak signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila standar
error terlalu besar maka besar pula kemungkinan taksiran koefisien
regresi (a1-a4) tidak signifikan
4. R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang sgnifikan dari uji t
5. Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai
yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat memnyesatkan
interpretasi.

3.8.4 Uji Heterokedastitas


Uji Heterokedasitas adalah variasi residual yang tidak sama untuk semua
pengamatan. Uji ini dimaksud untuk mengetrahui cterjadinya penyimpangan
model karena varian gangguan berbeda antara satu observasi ke observasi yang
lain. Dalam model regresi linier berganda juga harus bebas dan heteroskedasititas.
Dalam penelitian ini, digunakan metode uji white atau white’s general
heteroscedasticity test (Gujarti, 2003)
Daftar Pustaka

Christopher Pass dan Bryan Lowos, 2000, Kamus Ekonomi Indonesia, Erlangga,
Jakarta
Samuelson, Paul A dan Willem D. Noerdhous, 2002, Mikro Ekonomi, Erlangga,
Bandung
Muhammad Tohar, 2000, Sistem Ekonomi Indonesia, CV Pustaka Setia, Bandung
Jhingan L.M, 2007, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Irawan dan Suparmoko, 2002, Ekonomi Pembangunan, FE UGM, Yogyakarta.
Sawir, Agnes, 2001, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Sukirno, Sadono, 2002, Makroekonomi Modern, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Salvantore, Dominick, 2006, Theory and Problem Micro Economic Theory, 3rd
Edition, Alih Bahasa oleh Rudi Sitompul, Erlangga, Jakarta.
Widayat .W, 2001, Matematika Ekonomi, BPFE, Yogyakarta.
Mubyarto, 2000, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta.
Soekartawi, 2003, Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nutoatmodjo S, 2002, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cifta,
Jakarta.
Sunarto dan Sahedhy, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama
BPFE-UST, Yogyakarta.
Handoko T. H, 2000, Manajemen Personalis dan Sumber Daya Manusia Edisi
Kedua, BPFE, Yogyakarta.
Soeroto. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Tenaga Kerja. UGM Press.
Yogyakarta. 1986
Simanjuntak J. Payaman, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE UI,
1985
Sumitro, 1995, Ekonomi Pembangunan, Pustaka Ekonomi, Jakarta.
Dumairy, 2001, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta
Tambunan Tulus, Th, 2001, Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang,
Ghalia Indonesia, Jakarta
Manualang, 2000, Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai