Anda di halaman 1dari 22

Analisis Persediaan (Valuation of Inventories)

PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Akuntansi Keuangan I

Disusun Oleh:
FEBRYAN CAHAYA ( 120110120109)
TIFFANI ANNISA (120110120172)
MIRANDA ESTER P ( 120110120181)
VANESHA ANZANI (120110120184)
ASANGKI NINDYA S (120110120192)
NARENDRA BIMA SATRIA (120110120196)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
BANDUNG

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis Persediaan
(Valuation of Inventories) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Akuntasi Keuangan 1 Ibu Nyi Raden
Handiani Suciati, S.E., M.M., Ak. yang telah mengajar dan membimbing dalam pembuatan
makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa Universitas
Padjadjaran yang juga menunjang terselesaikannya makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat baik dalam bidang pembelajaran
maupun sebagai acuan dalam pengimplementasian di kehidupan nyata. Tak ada gading yang
tak retak, kami mengakui makalah kami jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan dari Saudara. Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas
perhatian Saudara.

Bandung, 15 November 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
Bisnis Proses Perusahaan........................................................................................... 4
Definisi Persediaan................................................................................................... 6
Fungsi Persediaan.................................................................................................... 7
Persediaan PT Semen Indonesia Tbk............................................................................. 8
Klasifikasi Persediaan............................................................................................... 9
Pengakuan Persediaan............................................................................................. 12
Pengukuran Persediaan............................................................................................ 13
Pengungkapan Persediaan........................................................................................ 18
Penyajian Persediaan.............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 22

PEMBAHASAN
Bisnis Proses Perusahaan
Dalam proses bisnis-nya, PT Semen Indonesia adalah perusahaan manufaktur, yang
dimaksud dalam hal ini adalah persediaan PT Semen Indonesia berupa bahan baku, barang
setengah jadi, dan barang jadi. Kegiatan Perseroan dan entitas anak terdiri atas 2 segmen
usaha, yakni Produksi Semen, dan Produksi Non Semen. Produksi semen adalah segmen
usaha utama dengan kontribusi pendapatan di atas 97% dari total pendapatan konsolidasi
Perseroan. Produksi non semen terdiri dari: kegiatan penambangan batu kapur dan tanah liat,
produksi kantong semen, dan pengembangan kawasan industri dan beton siap pakai. Kegiatan
penambangan batu kapur dan tanah liat serta kantong semen lebih ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan Perseroan akan bahan baku maupun kebutuhan packing semen produksi sendiri.
Sementara kegiatan pengembangan kawasan industri merupakan kegiatan ekonomi
dalam rangka mengelola lahan bekas areal penambangan bahan baku menjadi areal yang
dapat dimanfaatkan baik untuk fasilitas umum, penghijauan maupun areal komersial.
Gambaran distribusi pendapatan Perseroan menurut segmen usaha tahun 2013-2014
adalah sebagai berikut.

Dari tabel tersebut, tampak bahwa sepanjang periode tahun yang dilaporkan tidak ada
perubahan signifikan pada komposisi distribusi pendapatan Perseroan.
Pada segmen industri semen, perusahaan harus memproduksi semen sesuai dengan
kebutuhan karena semen memiliki bentuk fisik yang relatif berat dan tidak dapat disimpan
dalam jangka waktu lama (karena bisa membatu). Oleh karena sifat penggunaannya yang
spesifik, yakni untuk mendukung pembangunan infrastruktur fisik, baik perumahan, jalan,
jembatan maupun gedung-gedung perkantoran dan hunian, maka pabrik semen harus
didirikan pada jarak yang relatif dekat dengan kota-kota besar maupun kecil.

Pabrik semen juga membutuhkan pasokan bahan baku spesifik, yakni batu kapur dan
tanah liat. Proses produksi semen saat ini dilakukan dengan cara kering yakni pembakaran
campuran kapur dan tanah liat serta beberapa bahan lainnya, menjadi terak, untuk kemudian
digiling bersama-sama bahan lain menjadi semen. Oleh karenanya pabrik semen umumnya
didirikan pada daerah dekat pegunungan kapur, yang umumnya berada di areal relatif dekat
kawasan pantai, yang juga didukung dengan ketersediaan tanah liat.
Karena dua hal tersebut, yakni tidak bisa disimpan dan hanya digunakan untuk
aktifitas pembangunan fisik, maka semen harus diangkut dari pabrik dan dipasarkan dalam
rentang waktu yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan syarat tersebut, maka
kemampuan mendistribusikan produk semen menjadi salah satu kunci utama dalam bisnis
semen. Semakin jauh area pemasaran, maka ongkos transportasi menjadi semakin mahal.
Oleh karenanya setiap pelaku industri semen harus didukung dengan jaringan distribusi yang
handal, mampu menjangkau hingga ke konsumen akhir dengan efisien.
Dalam rangka membangun jaringan distribusi dan memastikan pengiriman produk
semen ke konsumen dengan efisien dan efektif, setiap pelaku industri semen, termasuk
Perseroan, harus aktif membangun jaringan distribusi, dengan pilihan moda transportasi
kereta api atau armada truk distribusi yang dikelola sendiri atau bekerja sama dengan pihak
lain. Sebagai bagian dari jaringan distribusi tersebut, maka harus dibuat gudang-gudang
penyangga atau packing plant lengkap dengan pelabuhan khusus.
Dalam rangka membangun jaringan distribusi yang handal tersebut, Perseroan sejak
beberapa tahun terakhir, aktif membangun packing plant di beberapa daerah potensial.
Perseroan meyakini kehadiran packing plant tersebut, akan mampu memberi benefit baik
kepada para pelanggan maupun bagi Perseroan.

Definisi Persediaan
Definisi Persediaan, dan poin-poin kaitannya sesuai PSAK 14 : Persediaan
Persediaan adalah aset:
(a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
(b) dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
(c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali, misalnya, barang
dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti
lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang diproduksi, atau
barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta
perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan
meliputi biaya jasa seperti diuraikan dalam paragraf 18, di mana entitas belum mengakui
pendapatan yang terkait.

Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi
estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.

Nilai realisasi neto mengacu kepada jumlah neto yang entitas berharap untuk direalisasi dari
penjualan persediaan dalam kegiatan usaha biasa. Nilai wajar mencerminkan suatu jumlah di
mana persediaan yang sama dapat dipertukarkan antara pembeli dan penjual yang
berpengetahuan dan berkeinginan di pasar. Nilai realisasi neto adalah nilai khusus entitas
sedangkan nilai wajar tidak tergantung pada nilai khusus entitas. Nilai realisasi neto untuk
persediaan bisa tidak sama dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.

Nilai wajar adalah jumlah di mana suatu aset dipertukarkan, atau kewajiban diselesaikan,
antara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan dalam suatu transaksi yang wajar.
Komoditi adalah barang dagangan yang menjadi subjek kontrak berjangka yang
diperdagangkan di bursa berjangka.

Nilai khusus-entitas adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan oleh suatu entitas yang
timbul dari penggunaan aset berkelanjutan dan dari pelepasannya pada akhir umur manfaat
atau yang diharapkan terjadi ketika penyelesaian kewajiban.

Fungsi Persediaan
Terdapat enam fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan
perusahaan, antara lain :
a) Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang
dibutuhkan perusahaan.
b) Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
c) Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.

d) Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan
tidak akan kesulitan bila bahan tersebut tidak tersedia di pasaran.
e) Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity
discount)
f) Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersedianya bahan yang diperlukan.

Persediaan PT Semen Indonesia Tbk


*) dalam ribuan Rupiah

Klasifikasi Persediaan
Bahan Baku dan Penolong (Raw Material)
Bahan baku pembuatan semen di PT semen Indonesia adalah tanah liat, batu kapur, pasir
besi, dan Ground Granulated Blast Furnace Slag (GGBFS) atau Slag Power.
Bahan baku penolong meliputi:

Gypsum dan bahan pozzolan (pada produk semen Portland Pozzolan Cement).
Gypsum dan satu atau lebih bahan anorganik (pada produk semen Portland Composite

Cement).
Aditif (pada Oil Well Cement Class G HRC).

Barang dalam Proses (Work in Process)

Terak

Barang Jadi (Finished Goods)


Semen

Semen LPORTLAND TIPE I


Dikenal pula sebagai Ordinary Portland Cement (OPC), merupakan semen hidrolis
yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum,
seperti konstruksi bangunan yang tidak memerlukan
persyaratan khusus, antara lain bangunan perumahan,
gedung-gedung bertingkat, landasan pacu, dan jalan
raya.

Semen PORTLAND II
Semen Portland II adalah semen yang mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang. Misalnya untuk bangunan di pinggir
laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton, massa
dan bendungan.

Semen PORTLAND TIPE III


Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses
pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin, seperti

pembuatan jalan raya bebas hambatan, bangunan tingkat tinggi


dan bandar udara.

Semen PORTLAND TIPE V


Semen Portland Tipe V dipakai untuk konstruksi bangunanbangunan

pada

tanah/air

yang

mengandung sulfat

tinggi dan sangat cocok untuk instalasi

pengolahan limbah

pabrik, konstruksi dalam air, jembatan,

terowongan,

pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.

SPECIAL BLENDED CEMENT (SBC)


Semen Blended Cement dalah semen khusus yang diciptakan untuk pembangunan
megaproyek jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) dan sesuai digunakan untuk
bangunan di lingkungan air laut, dikemas dalam bentuk curah.

SUPER MASONRY CEMENT (SMC)


Super Masonry Cement adalah semen yang dapat digunakan untuk konstruksi
perumahan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K225, dapat juga digunakan
untuk bahan baku pembuatan genteng beton hollow brick, paing block dan tegel.

PORTLANDT POZZOLAN CEMENT (PPC)


PPC adalah bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak, gypsum,
dan bahan pozzolan. Digunakan untuk bangunan umum dan
bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas
hidrasi sedang, seperti : jembatan, jalan raya, perumahan,
dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi, dan
fondasi pelat penuh.

PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC)


PCC adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak, gypsum,
dan satu atau lebih bahan anorganic. Kegunaan semen jenis ini
sesuai untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata,
plesetan bangunan khusus seperti beton para-cetak, beton paratekan dan paving block.

OIL WELL CEMENT (OWC) CLASS G HRC


OWC merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak
bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak di bawah permukaan laut dan

bumi. OWC yang telah diproduksi adalah Class G, High Sulfat


Resistant (HSR) disebut juga sebagai Basic OWC. Aditif
dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman
dan temperatur tertentu.

Semen THANG LONG PCB40


Portland cement blender (PCB40) sesuai dengan TCVN 6260:19979. Semen Thang
Long PCB40 dapat meningkatkan daya kerja concrete,
meningkatkan daya tahan terhadap penyerapan air, erosi
lingkungan dan bertahan lama, dan sangat cocok untuk iklim di
Vietnam.
Selain sifat-sifat yang unggul tersebut, semen Thang Long
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
o Sangat Halus.
o Berwarna abu-abu sesuai selera pelanggan.
o Setting Time: Initial Time:sekitar 120-170 menit. Final Time: setelah 3 4
jam. Cocok untuk pekerjaan konstruksi.
o Mutu yang stabil. Cement Strength

selalu melampaui standar untuk

menghemat jumlah pemakaian semen.


o Daya tahan tinggi terhadap sulfat untuk konstruksi bawah tanah dan bawa air.
Emisi panas yang rendah saat setting Time, bermanfaat untuk konstruksi yang
luas yang menggunakan bata ringan (concrete blocks).

Semen THANG LONG PC50


Semen jenis ini sesuai untuk bangunan berspesifikasi tinggi atau beton khusus yang
digunakan untuk proyek-proyek besar, sesuai dengan standar negara-negara
pengimpor semen di Asia, Eropa dan Amerika. Produk ini cocok diaplikasikan pada
jenis proyek konstruksi dengan persyaratan rumit, misalnya: jembatan, jalan, proyek
pembangkit listrik tenaga air, konstruksi beton bertulang, maupun konstruksi beton
dengan kuat tekan tinggi. Produk ini memiliki toleransi penyimpanan yang lebih
panjang, sehingga mendukung proyek yang jauh lokasinya meski dalam bentuk ready
mix concreate. PC50 memiliki tingkat resistensi yang tinggi terhadap sulfat sehingga
tepat jika diaplikasikan dalam bangunan yang ada di bawah tanah atau air. Kadar
kapur dan suhu panas rendah sehingga mampu mengurangi kemungkinan retak atau
pecah pada blok beton besar atau konstruksi beton.

Non-Semen

Batubara
Beton
Kantong semen

Pengakuan Persediaan
PSAK 14 : Persediaan, paragraf 33-34 Pengakuan sebagai Beban.
Paragraf 33.
Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat persediaan tersebut diakui sebagai beban pada
periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di
bawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kegiatan persediaan diakui
sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kegiatan tersebut. Setiap pemulihan
kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, diakui
sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan
tersebut.

Paragraf 34.
Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke pos aset lainnya, misalnya, persediaan yang
digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun sendiri. Persediaan yang dialokasikan
ke aset lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa manfaat aset tersebut.

Pada PT Semen Indonesia Tbk, grup langsung membebankan beban pokok penjualan semen
dan beban pokok penjualan tanah kawasan industri dan lain-lain sebagai penambah untuk
perhitungan cost of revenue dalam Statement of Comprehensive Income.

Pengukuran Persediaan
Pengukuran persediaan dalam PT Semen Indonesia Tbk sudah mengacu pada PSAK
14 : Persediaan. Pada paragraf 9 dinyatakan bahwa persediaan diukur berdasarkan biaya
perolehan atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Dalam catatan atas laporan
keuangan PT Semen Indonesia, dijelaskan bahwa persediaan dinyatakan berdasarkan biaya
perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan
dengan metode rata-rata tertimbang untuk barang jadi dan barang dalam proses serta metode
rata-rata bergerak untuk bahan baku, penolong dan suku cadang. Harga perolehan barang jadi
dan barang dalam proses terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya-biaya
langsung lainnya dan biaya overhead yang dinyatakan sebesar nilai yang terkait dengan
produksi. Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga jual dalam kegiatan usaha normal
dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk melakukan
penjualan.

Sistem Pencatatan Biaya


Sistem pencatatan persediaan PT Semen Indonesia menggunakan dua sistem
pencatatan yaitu perpetual dan periodik. Hal ini dilihat dari cara PT Semen Indonesia

mengukur persediannya dengan menggunakan metode weighted average dan moving


average, dimana metode weighted average diberlakukan pada sistem pencatatan periodik dan
metode moving average diberlakukan pada sistem pencatatan perpetual.
Hal mengenai sistem pencatatan persediaan tidak dijelaskan lebih lanjut dalam PSAK
14 : Persedian. Penerapan sistem pencatatan persediaan bergantung pada situasi dan kondisi
perusahaan.
Perbedaan paling mencolok antara sistem periodik dengan sistem perpetual ada pada 2 hal:
(1) Penentuan Nilai Saldo Akhir Persediaan di Neraca
a. Sistem Periodik.
Jika perusahaan menerapkan sistem periodik, nilai saldo akhir persediaan di
laporan posisi keuangan ditentukan dengan cara melakukan penghitungan fisik
persediaan yang lumrah dikenal dengan istilah stock opname
sederhananya; di akhir periode, fisik barang bersediaan (bahan baku, bahan
penolong, barang dalam proses dan barang jadi) dihitung jumlahnya. Jumlah
fisik barang lalu dikalikan dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) satuan
barang.
b. Sistem Perpetual
Jika yang diterapkan adalah sistem perpetual, perusahan tidak perlu
melakukan penghitungan fisik untuk menentukan nilai saldo akhir persediaan.,
karena setiap transaksi terkait dengan persediaanbaik kenaikan maupun
penurunantelah

dicatat

melalui

penjurnalan.

Meskipun

demikian,

penghitungan fisik tetap dilakukan untuk kemudian dibandingkan dengan


saldo akhir yang ditunjukan oleh buku persediaan. Jika terjadi perbedaan
antara saldo akhir hasil penghitungan fisik dengan saldo akhir yang ditunjukan
oleh buku persediaan, maka dibuatkan rekonsiliasi persediaan dengan
memasukan jurnal penyesuaian persediaan (inventory adjustment entry).
(2) Penentuan Persediaan Digunakan (atau Terjual) dalam Harga Pokok Penjualan
a. Sistem Periodik
Jika perusahaan menggunakan sistem periodik, setiap kali ada penjualan maka
biaya yang dibebankan sebagai Harga Pokok Penjualan, dihitung dengan
cara menjumlahkan saldo awal persediaan dengan total pembelian (atau
persediaan masuk) lalu dikurangi dengan saldo akhir persediaan yang
diperoleh melalui penghitungan fisik.
b. Sistem Perpetual

Dengan sistem perpetual, perusahaan tidak perlu lagi membuat perhitungan


seperti pada sistim periodik karena penggunaan persediaan langsung diakui
setiap kali ada penjualan dengan mendebit akun Harga Pokok Penjualan dan
mengkredit Persediaan di sisi lainnya.

Biaya yang termasuk dalam Persediaan


PSAK 14 : Persediaan
Paragraf 10.
Persediaan, biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain
yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Paragraf 11. Biaya pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang
kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan,
biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada
perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa
dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
Paragraf 12. Biaya konversi
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang
diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead
produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi.
Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa
memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan
bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Overhead
produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau
hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung
dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Paragraf 15. Biaya lain

Biaya-biaya lain hanya dimasukkan sebagai biaya persediaan sepanjang sepanjang biaya
tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam
keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya
perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan.
Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam
periode terjadinya adalah :
(a) Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak
normal;
(b) Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum
dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya;
(c) Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini; dan
(d) Biaya penjualan.

PT Semen Indonesia Tbk.


Dalam Laporan Keuangan PT Semen Indonesia Tbk tidak dijelaskan secara rinci
mengenai nominal biaya pada biaya yang termasuk dalam persediaan, tetapi dijelaskan dalam
poin-poin berikut :

Harga beli persediaan baik bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
Biaya pengangkutan dalam memperoleh persediaan (seperti ada ongkos bahan baku
biaya fabrikasi lainnya, biaya pengangkutan batu bara dari daerah tambang sampai

dengan ke tempat penyerahan, biaya pengangkutan batu kapur dan tanah liat)
Biaya tenaga kerja langsung, biaya-biaya langsung lainnya dan biaya overhead.

Asumsi Arus Biaya


Asumsi arus biaya persediaan atau sering disebut metode penilaian persediaan
merupakan metode yang digunakan perusahaan untuk menentukan Harga Pokok Penjualan
(HPP). Dalam praktiknya, terdapat dua metode penilaian persediaan yang diperbolehkan
oleh PSAK 14 : Persediaan, yaitu metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau
First in First Out (FIFO) dan Metode Rata-rata Tertimbang (Average Cost). Perusahaan
boleh memilih salah satu dari dua metode tersebut namun harus secara konsisten diterapkan
dari tahun ke tahun.

PSAK 14 : Persediaan
Paragraf 24.
Biaya persediaan kecuali yang disebut oleh paragraf 22, harus dihitung dengan menggunakan
rumus biaya Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas
menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan
kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda,
rumus biaya yang berbeda diperkenankan.
Paragraf 22.
Biaya persediaan yang secara umun tidak dapat ditukar dengan persediaan lain dan barang
atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu diperhitungkan berdasarkan
identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing.
Paragraf 26.
Formula MPKP mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau
digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang
dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap unit
ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode
dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode. Perhitungan
rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman bergantung
pada keadaan entitas.
PT Semen Indonesia Tbk.

Barang jadi dan barang proses menggunakan metode rata-rata tertimbang.


Karena selling price dari semen memiliki yang relatif stabil, sehingga perusahaan
tidak mencatat penambahan dan pengurangan persediaan per transaksi.

Bahan baku, penolong, dan suku cadang menggunakan metode rata-rata bergerak.
Hal ini terjadi karena selling price dari bahan baku, penolong, dan suku cadang
memiliki nilai yang relative kurang stabil, sehingga perusahaan diharuskan untuk
mencatat penambahan dan pengurangan persediaan per transaksi.

Penyisihan atau Cadangan Persediaan Usang dan Bergerak Lambat

Persediaan merupakan aset yang memiliki risiko terjadinya keusangan dan terjadinya
pergerakan yang lambat. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap perusahaan untuk mencapai
tingkat penjualan yang diinginkan. Sehingga, hal tersebut yang mendasari perusahaan untuk
melakukan pencadangan atas persediaan usang dan bergerak lambat.
PT Semen Indonesia Tbk.
Perusahaan melakukan pencadangan atas persediaan usang dan bergerak lambat
dihitung setelah dikurangi persediaan pengaman perusahaan.

Pengungkapan Persediaan
PSAK 14 : Persediaan
35. Pengungkapan
Laporan keuangan mengungkapkan : (beberapa poin yang berkenaan dengan materi ini)

Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus

biaya yang digunakan;


Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai

bagi entitas;
Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;
Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas.

Notes to Financial Statement PT Semen Indonesia Tbk.


Notes no 2n
Persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana
yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang untuk
barang jadi dan barang dalam proses serta metode rata-rata bergerak untuk bahan baku,
penolong dan suku cadang. Harga perolehan barang jadi dan barang dalam proses terdiri dari
biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya-biaya langsung lainnya dan biaya overhead
yang dinyatakan sebesar nilai yang terkait dengan produksi. Nilai realisasi bersih adalah

taksiran harga jual dalam kegiatan usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan
taksiran biaya yang diperlukan untuk melakukan penjualan.
Cadangan persediaan usang dan bergerak lambat dihitung setelah dikurangi
persediaan pengaman.
Notes no 9

Manajemen Grup berkeyakinan bahwa cadangan persediaan usang dan bergerak


lambat telah mencukupi untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul dari persediaan
usang dan bergerak lambat. Persediaan tanah merupakan tanah siap jual yang dimiliki oleh
entitas anak (KIG). Mutasi cadangan persediaan usang dan bergerak lambat adalah sebagai
berikut:

Pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013, persediaan tertentu dijadikan jaminan atas
pinjaman tertentu. Pada tanggal 31 Desember 2014, persediaan Grup, kecuali persediaan
tanah, telah diasuransikan terhadap resiko kerugian yang disebabkan oleh bencana alam,
kebakaran, dan risiko kerugian lainnya dengan nilai pertanggungan sebesar Rp1.777.158.954.
Pada tanggal 31 Desember 2013, persediaan Grup, kecuali persediaan tanah, telah
diasuransikan terhadap resiko kerugian yang disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, dan
risiko kerugian lainnya dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp1.150.914.294

(tidak termasuk ST yang mengasuransikan persediaan dan aset tetapnya, kecuali tanah,
dengan nilai pertanggungan sebesar Rp7.840.254.359).
Pada tanggal 31 Desember 2013, seluruh aset tetap dan properti investasi, kecuali
tanah, telah diasuransikan dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp22.910.013.431 (tidak
termasuk

ST).

ST mengasuransikan persediaan dan aset tetapnya dengan nilai pertanggungan sebesar


Rp7.840.254.359.
Menurut pendapat manajemen Grup, nilai pertanggungan asuransi tersebut telah
memadai untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul dari risiko-risiko tersebut.

Notes no 33

Penyajian Persediaan
Persediaan disajikan dalam pos Persediaan (Inventory) dan digolongkan sebagai aset
lancar dalam Laporan Posisi Keuangan. Hal-hal yang berkaitan dengan persediaan juga
disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Implikasi persediaan bagi Laporan Keuangan :

Dalam laporan posisi keuangan, persediaan disajikan dalam kelompok Current


Asset, sehingga besar-kecilnya nilai saldo persediaan yang disajikan berpengaruh

terhadap besar kecilnya nilai aktiva (aset) secara keseluruhan.


Dalam laporan laba rugi, besar kecilnya penggunaan persediaan (bahan baku, bahan
penolong, barang dalam proses dan barang jadi) menentukan besar kecilnya Harga
Pokok Penjualan (HPP), yang pada akhirnya juga akan menentukan besar kecilnya
Net Income/Net Loss yang disajikan di dalam laporan laba-rugi. Pada akhirnya,
besar-kecilnya Net Income/Net Loss yang dibukukan pada suatu periode akuntansi
berimplikasi terhadap besar-kecilnya Retained Earning yang disajikan di laporan
posisi keuangan, kelompok Ekuitas.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Keuangan Konsolidasian PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. yang telah

diaudit.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 14 : Persediaan.

Anda mungkin juga menyukai