Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN ATAS PERSEDIAAN

BARANG DAGANG PADA PT. SAMAS MUSI SEJAHTERA


PALEMBANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat


Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Diajukan Oleh :
NAMA : FETRI WAHYUNI
NPM : 11.12.11.0007.P

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRIDINANTI
PALEMBANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara umum, perusahaan dagang dapat didefinisikan sebagai organisasi
yang melakukan kegiatan usaha dengan membeli barang dari pihak atau
perusahaan lain kemudian menjualnya kembali kepada masyarakat. Setiap
perusahaan pasti bertujuan untuk menghasilkan laba optimal agar dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya, memajukan, serta mengembangkan
usahanya ketingkat yang lebih tinggi.
Salah satu unsur yang paling aktif dalam perusahaan dagang adalah
persediaan. Tujuan akuntansi persediaan adalah untuk :
1. Menentukan laba rugi periodik (income determination) yaitu melalui proses
mempertemukan antara harga pokok barang dijual dengan hasil penjualan
dalam suatu periode akuntansi.
2. Menentukan jumlah persediaan yang akan disajikan dalam neraca.
Persediaan merupakan barang dagangan yang dibeli kemudian disimpan
untuk dijual dalam operasi normal perusahaan sehingga perusahaan senantiasa
memberikan perhatian yang besar dalam persediaan. Persediaan mempunyai arti
yang sangat strategis bagi perusahaan baik perusahaan dagang maupun
perusahaan industri.
Modal yang tertanam dalam persediaan sering kali merupakan harta lancar
yang paling besar dalam perusahaan, dan juga merupakan bagian yang paling
besar dalam perusahaan. Penjualan akan menurun jika barang tidak tersedia dalam
bentuk, jenis, mutu, dan jumlah yang diinginkan pelanggan. Prosedur pembelian
yang tidak efisien atau upaya penjualan yang tidak memadai dapat membebani
suatu perusahaan dengan persediaan yang berlebihan dan tidak terjual. Jadi,
penting bagi perusahaan untuk mengendalikan persediaan secara cermat untuk
membatasi biaya penyimpanan yang terlalu besar.
Kerusakan, pemasukan yang tidak benar, lalai untuk mencatat permintaan,
barang yang dikeluarkan tidak sesuai pesanan, dan semua kemungkinan lainnya

dapat menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan persedian yang


sebenarnya ada di gudang. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan persediaan secara
periodik atas catatan persediaan dengan perhitungan yang sebenarnya.
Kebanyakan perusahaan melakukan perhitungan fisik setahun sekali. Namun ada
juga yang melakukannya sebulan sekali dan sehari sekali.
PT. Samas Musi Sejahtera adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak
dibidang

distributor

bahan

bangunan.

Produk

bahan

bangunan

yang

didistribusikan oleh PT. Samas Musi Sejahtera dibagi atas beberapa divisi,
diantaranya ada divisi produk closet, divisi produk cat, divisi produk karpet
talang, divisi produk keramik, divisi produk selang, divisi produk sanitary dan
valve, divisi produk kereta sorong, divisi produk zinc, divisi produk thiner dan
divisi produk rooster. Karena cukup banyak jenis produk dan mobilitas keluar
masuk barang sehingga dikhawatirkan akan terjadi kehilangan ataupun pencurian
stock barang , mengingat kondisi gudang yang menjadi tempat keluar masuk
karyawaan dan selalu terjadi selisih antara pencatatan dan fisik barang setiap kali
opname, akibatnya diperlukan pengendalian intern persediaan yang baik agar
tidak terjadi penyelewengan dalam menjalankan tugas.
Mengingat bahwa pengendalian intern persediaan sangat penting bagi
perusahaan dalam mencapai efisiensi dan efektivitas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat hal tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi
dengan judul Analisis Pengendalian Intern Atas Persediaan Barang Dagang
Pada PT. Samas Musi Sejahtera Palembang.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian mengenai latar belakang yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah, dalam bentuk
pertanyaan yaitu, bagaimana penerapan pengendalian intern atas persediaan
barang dagang pada PT. Samas Musi Sejahtera Palembang ?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai aplikasi dari
pengendalian intern persediaan barang dagang yang diterapkan oleh PT.
Samas Musi Sejahtera.
2. Untuk mengetahui apakah pengendalian intern persediaan barang dagang
yang diterapkan sudah cukup efektif bagi perusahaan.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat teoritis yaitu
memperkaya ilmu akuntansi khususnya mata kuliah Sistem Informasi
Akuntansi.
b. Sebagai masukan empiris untuk pengembangan ilmu akuntansi
khususnya kajian Sistem Informasi Akuntansi yang berkaitan dengan
pengendalian intern.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi manajemen, hasil penelitian ini diharapkan memberikan
sumbangan pemikiran untuk penilaian terhadap pengendalian intern
atas persediaan barang dagang yang terjadi pada PT. Samas Musi
Sejahtera Palembang.
b. Bagi penulis, penelitian ini merupakan kesempatan untuk menerapkan
teori-teori yang pernah diperoleh di bangku kuliah khususnya Sistem
Informasi Akuntansi ke dalam praktek yang sesungguhnya.
c. Bagi peneliti selanjutnya, semoga bisa bermanfaat dalam menambah
wawasan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut tentang sistem
pengendalian intern atas persediaan barang dagang dalam suatu
perusahaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis


2.1.1. Pengertian Persediaan
Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahan kecil, menengah, maupun
perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya.
Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan juga
tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya yang akan
dikeluarkan untuk persediaan tersebut.
Persediaan memiliki beberapa fungsi yang penting bagi perusahaan, yaitu :
a) Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi,
b) Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi,
c) Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli
dalam jumlah yang banyak ada diskon,
d) Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga,
e) Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan pengiriman,
f) Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.
Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung
maupun yang tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian, persiapan,
dan penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku atau
barang yang diperoleh untuk dijual kembali, biaya termasuk harga pembelian,
pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang terjadi sampai
barang siap untuk dijual.
Masalah

penentuan

besarnya

persediaan

sangatlah

penting

bagi

perusahaan, karena persediaan memiliki efek langsung terhadap keuntungan


perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi (yang ditanamkan)
dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan.

2.1.2. Jenis-Jenis Persediaan


Jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau kegiatan
normal usaha perusahaan tersebut. Berdasarkan bidang usaha perusahaan dapat
terbentuk perusahaan industri (manufacture), perusahaan dagang, ataupun
perusahaan jasa. Untuk perusahaan industri maka jenis persediaan yang dimiliki
adalah persediaan bahan baku (raw material), barang dalam proses (goods in
process), persediaan barang jadi (finished goods), serta bahan pembantu yang
akan digunakan dalam proses produksi. Dan perusahaan dagang maka
persediaanya hanya satu yaitu barang dagang.
Untuk dapat memahami perbedaan serta keberadaan dari tiap-tiap jenis
persediaan tersebut maka dapat dilihat dari penggolongan persediaan secara garis
besar yaitu :
1) Persediaan bahan baku (raw material), merupakan barang-barang yang
diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi. Beberapa bahan baku
diperoleh dari sumber-sumber alam. Akan tetapi lebih sering bahan baku
diperoleh dari perusahaan lain yang merupakan bahan baku dari perusahaan
lain yang merupakan produk akhir pemasok bahan baku. Sebagai contoh kertas
cetak merupakan bahan baku dari perusahaan percetakan. Meskipun istilah
bahan baku dapat digunakan secara luas untuk mencukupi seluruh bahan baku
yang digunakan dalam produksi, namun sebutan ini sering kali dibatasi untuk
barang-barang yang secara fisik dimasukkan dalam produk yang dihasilkan.
Istilah bahan penolong atau pembantu (factory supplies) digunakan untuk
menyebut bahan tambahan yaitu bahan baku yang diperlukan dalam proses
produksi tetapi tidak secara langsung dimasukan dalam produk.
2) Barang dalam proses (goods in process), yang juga disebut pekerjaan dalam
proses (work in process) terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses
dan perlu dikerjakan lebih lanjut sebelum dijual.
3) Barang Jadi (finished goods), merupakan produk / barang yang telah selesai
diproduksi dan menjadi persediaan perusahaan untuk dijual.
Untuk persediaan barang setengah jadi atau barang jadi harus dipahami
bahwa mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu perusahaan merupakan

barang jadi bagi perusahaan lain karena proses produksi bagi perusahaan tersebut
hanya sampai disitu. Namun dapat saja terjadi barang setengah jadi atau barang
jadi bagi suatu perusahaan merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya. Jadi,
untuk menentukan apakah persediaan tersebut merupakan bahan baku barang
setengah jadi, ataupun barang jadi bagi perusahaan. Harus dilihat apakah
persediaan tersebut sebagai input atau output dari perusahaan atau hasil dari
bagian yang mana dari proses perusahaan tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan barang
dagang tidak berhubungan dengan tingkat penyelesaian seperti perusahaan
industri, sebab persediaan barang dagang dapat berupa persediaan bahan baku,
barang setengah jadi, ataupun barang jadi.
Selain jenis-jenis persediaan yang telah dijelaskan di atas berdasarkan
jenis, untuk perusahaan jasa persediaannya secara eksplisit sulit didefinisikan,
namun persediaannya dapat diartikan sebagai besarnya biaya jasa yang meliputi
upah dan biaya personalia lainnya yang secara langsung belum dikeluarkan dalam
menangani pemberian jasa.
2.1.3. Sistem Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan ada dua yaitu, metode perpetual dan metode
periodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap jenis
persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodik disebut juga
metode fisik. Dikatakan demikian karena pada akhir periode dihitung fisik barang
untuk mengetahui persediaan akhir yang nantinya akan dibuat jurnal penyesuaian.
2.1.4. Pengertian Pengendalian Intern
Pengendalian intern harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam suatu
perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan,
dan penyelewengan. Di perusahaan kecil, pengendalian masih dapat dilakukan
langsung oleh pimpinan perusahaan. Namun semakin besar perusahaan, dimana
ruang gerak dan tugas-tugas yang harus dilakukan semakin kompleks,
menyebabkan pimpinan perusahaan tidak mungkin lagi melakukan pengendalian

secara langsung. maka dibutuhkan suatu pengendalian intern yang dapat


memberikan keyakinan kepada pimpinan bahwa tujuan perusahaan telah tercapai.
Menurut tujuannya, sistem pengendalian intern tersebut dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu :
a. Pengendalian intern akuntansi (Internal accounting control)
b. Pengendalian intern administrasi (Internal administrative control)
Pengendalian intern akuntansi, yang merupakan bagian dari sistem
pengendalian intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern akuntansi yang baik
akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditor yang ditanamkan
dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya.
Pengendalian intern administrasi meliputi struktur organisasi, metode,
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan
dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.1.5. Unsur-unsur Pengendalian Intern
Menurut AICPA (American Institute Of Certified Public Accountants)
dalam SAS (Statement on Auditing Standars) No.78 yang terdapat dalam Standar
Profesi Akuntan Publik menyatakan bahwa komponen pengendalian internal
terdiri dari :
a. Lingkungan pengendalian,
b. Penilaian risiko,
c. Informasi dan komunikasi,
d. Aktivitas pengendalian,
e. Pemantauan (monitoring).

2.2. Penelitian Relevan


Skripsi ini mengacu pada penelitian terdahulu yang ditulis mengenai analisis
aktivitas pengendalian intern dan perencanaan dan pengawasan persediaan bahan
baku.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian
Judul

Hasil Penelitian

Persamaan

Perbedaan

Analisis
Aktivitas
Pengendalian
Intern
Pada
PT.
Cemara
Cahaya Cemerlang
(Santy : 2005)

(a) PT. Cemara Cahaya Cemerlang


memiliki struktur organisasi garis
lurus, (b) prosedur pengambilan
barang gudang sudah cukup efektif,
(c) sistem otorisasi telah dilakukan
oleh masing-masing kepala bagian,
namun pada prosedur pengeluaran
barang tidak memiliki otorisasi bagian
gudang, (d) persediaan dicatat dengan
metode perpetual dan melakukan
program inventory control sehingga
semua bagian dapat mengetahui
informasi tentang persediaan, (e)
perusahaan ini telah menggunakan
formulir bernomor urut cetak pada
setiap transaksi, (f) tidak ada internal
cek pada prosedur penerimaan dan
pengeluaran barang, (g) karyawan
yang bekerja di perusahaan ini telah
ditempatkan sesuai dengan keahlian
masing-masing.

Sama-sama
membahas
pengendalian intern

Peneliti terdahulu membahas


mengenai pengendalian intern
terhadap seluruh aktiviats
perusahaan,
sedangkan
penulis
membahas
pengendalian
intern
atas
persediaan barang dagang

Perencanaan dan
Pengawasan Persediaan
Bahan Baku Pada PT.
Serasi Jaya Tebing
Tinggi Deli
(Indrayani: 2005)

Perencanaan persediaan pada PT.


Serasi Jaya Tebing Tinggi belum
efektif karena tidak adanya anggaran
pembelian, pemakaian bahan baku.
Sementara
pengawasan
atas
persediaan sudah efektif karena PT.
Serasi Jaya Tebing telah melakukan
pengawasan
fisik,
pengawasan
akuntansi dan jumlah bahan baku
yang dibutuhkan.

Sama-sama
membahas
persediaan

Peneliti terdahulu membahas


mengenai perencanaan dan
pengawasan persediaan bahan
baku, sedangkan
penulis
membahas
pengendalian
intern atas persediaan barang
dagang.

Peranan
Pengendalian
Internal
Persediaan
Barang Dagangan Dalam
Menunjang Efektivitas
Pengelolaan Persediaan
Barang Dagangan Pada
Toserba Yogya (Dian
Radiani : 2004)

Pengendalian internal pada Toserba


Yogya
telah
berperan
dalam
meningkatkan efektivitas pengelolaan
persediaan
barang
dagang.
Kesimpulan ini juga didukung dari
pengujian yang diperoleh 83,3%
untuk kuesioner variabel independen
(peranan
pengendalian
internal
persediaan barang dagang) dan
78,75% untuk kuesioner variabel
dependen (efektivitas pengelolaan
persediaan barang dagangan) yang
artinya bahwa pengendalian internal
persediaan barang dagangan berperan
dalam
menunjang
efektivitas
pengelolaan
persediaan
barang
dagangan.

Sama-sama
membahas
persediaan
dagang

Peneliti terdahulu membahas


mengenai
peranan
pengendalian
internal
persediaan barang dagangan
dalam menunjang efektivitas
pengelolaan
persediaan
barang dagangan, sedangkan
penulis
membahas
pengendalian
intern
atas
persediaan barang dagang.

barang

2.3. Kerangka Berpikir


Persediaan adalah salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan.
Karena persediaan merupakan suatu aktiva maka harus dilakukan pengendalian
intern yang baik untuk menjaga persediaan tersebut dari hal-hal yang buruk yang
mungkin terjadi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
pengendalian intern yang dilakukan guna mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai pengendalian intern persediaan barang dagangan yang diterapkan.

Gambar 2.1
Karangka Berpikir

PT. SAMAS MUSI SEJAHTERA

PERSEDIAAN BARANG
DAGANG

PENGENDALIAN
INTERN
ANALISIS
EFEKTIF /
TIDAK EFEKTIF
Menurut AICPA (American Institute Of Certified Public Accountants)
dalam SAS (Statement on Auditing Standars) No. 78 yang terdapat dalam buku
Hall Singleton (2007 : 28) menyatakan bahwa komponen pengendalian internal
terdiri dari:
a. Lingkungan pengendalian,
b. Penilaian risiko,
c. Informasi dan komunikasi,
d. Aktivitas pengendalian ,
e. Pemantauan (monitoring).

Komponen pengendalian intern menurut AICPA ini merupakan variabel


yang akan digunakan oleh penulis untuk meneliti mengenai sistem pengendalian
intern. Selanjutnya, konsep tersebut akan dikombinasikan dengan persediaan
barang dagangan pada PT. Samas Musi Sejahtera untuk dianalisis yang pada
akhirnya dapat diketahui apakah pengendalian intern pada PT. Samas Musi
Sejahtera sudah cukup efektif atau tidak.

10

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dan penulisan ini dilaksanakan dari bulan Mei 2013 sampai
dengan selesai. Adapun objek penelitian ini dilakukan pada PT. Samas Musi
Sejahtera Palembang yang beralamat Jl. Perintis Kemerdekaan No.189H
Kelurahan Lawang Kidul Kecamatan Ilir Timur II, Palembang.

3.2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2006 : 129) bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder,
yaitu:
a) Sumber data Primer (Primary data)
Adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data, sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai perusahaan
tersebut.
Adapun data tersebut penulis kumpulkan dengan cara sebagai berikut :
1. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian
dengan cara mencatat secara sistematis data dan informasi yang
dibutuhkan.
2. Interview
Yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara dengan
pimpinan atau perusahaan yang dapat memberikan informasi dan data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data-data tertulis berupa catatan-catatan,
laporan-laporan dan dokumen-dokumen yang relevan.

11

b) Sumber data sekunder (secondary data)


Adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder.

3.3. Populasi, Sampel dan Sampling


3.3.1. Populasi
Pengertian populasi menurut Edizal (2006 : 57) adalah satu obyek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini
populasinya adalah sistem pengendalian intern atas persediaan barang dagang
pada PT. Samas Musi Sejahtera Palembang sejak berdiri hingga tahun 2013.
3.3.2. Sampel
Pengertian sampel menurut Edizal (2006 : 58) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut. Adapun penelitian
ini sampelnya adalah sistem pengendalian intern atas persediaan barang dagang
pada PT. Samas Musi Sejahtera Palembang tahun 2013.
3.3.3. Sampling
Pengertian sampling menurut Edizal (2006 : 59) sampling adalah teknik
pengambilan sampel. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah metode
penarikan systematic, yaitu penulis menganalisis pengendalian intern atas
persediaan barang dagang secara sistematis.
3.4. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu
metode analisis dengan menggunakan kalimat yang logis, untuk memberikan
gambaran yang mendalam dan menyeluruh terhadap masalah yang diteliti.

12

3.5. Variabel dan Definisi Operasional


Variabel dalam penelitian ini adalah pengendalian intern atas persediaan
barang dagang yang dilakukan oleh PT. Samas Musi Sejahtera Palembang.
Sedangkan definisi operasional adalah konsep secara teoritis yang digunakan oleh
peneliti untuk menggambarkan variabel yang diteliti.
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
Tabel 3.1
Operasional variabel
No.

Variabel

1.

Persediaan

2.

Pengendalian Intern

Definisi
Persediaan adalah suatu aktiva yang
meliputi
barang-barang
milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual
dalam satu periode usaha yang normal,
termasuk barang dalam pengerjaan /
proses produksi menunggu masa
penggunaannya pada proses produksi.
(Prasetyo : 2006)
Pengendalian intern meliputi struktur
organisasi, metode, ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan
untuk
menjaga
kekayaan
organisasi,
mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen.
(Mulyadi : 2008)

Indikator
-

Persediaan
barang dagang
Jenis-jenis
persediaan
Sistem
pencatatan

- Lingkungan
pengendalian
- Penilaian risiko
- Informasi
dan
komunikasi
- Aktivitas
pengendalian
- Pemantauan
(monitoring)

3.6. Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dokumendokumen serta buku catatan yang diambil dari data-data yang diperoleh pada PT.
Samas Musi Sejahtera, baik berupa tanya jawab maupun dari dokumentasi tempat
penelitian.

3.7. Teknik Analisis


Teknik analisis adalah suatu teknik yang digunakan sebagai alat bantu bagi
peneliti untuk mengambil suatu keputusan atas sejumlah data penelitian yang

13

telah terkumpul. Menurut Husien Umar (2003:65), menyatakan bahwa untuk


menafsirkan dan menganalisis data dapat digunakan dua metode analisis, yaitu :
1) Analisis Kualitatif
Adalah suatu metode yang menganalisis data yang bukan berupa
angka-angka atau data yang berbentuk penjelasan yang tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
2) Analisis Kuantitatif
Adalah analisis yang dilakukan terhadap data dalam bentuk angka
untuk menerapkan suatu penjelasan dari angka-angka tersebut.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menganalisis variabel-variabel
yang relevan pada objek yang diteliti dengan data yang diperoleh dari PT. Samas
Musi Sejahtera Palembang.

14

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Samas

Musi Sejahtera, yang berkedudukan di jalan Perintis

Kemerdekaan No.189H Palembang, didirikan pada tanggal 8 Mei 2011. PT.


Samas Musi Sejahtera terdiri dari bagian Keuangan dan Administrasi, bagian
Logistik, dan bagian Marketing. PT. Samas Musi Sejahtera mempunyai kantor
pusat di Medan yang dihimpun oleh grup perusahaan yang memiliki empat kantor
cabang, termasuk didalamnya PT. Samas Musi Sejahtera.
PT. Samas Musi Sejahtera adalah perusahaan swasta yang bergerak di
bidang distributor bahan-bahan bangunan. Produk bahan bangunan yang di
distribusikan oleh PT. Samas Musi Sejahtera dibagi atas beberapa divisi, yaitu :
a) Divisi Produk Closet
b) Divisi Produk Cat
c) Divisi Produk Karpet Talang
d) Divisi Produk Keramik
e) Divisi Produk Selang
f) Divisi Produk Sanitary dan Valve
g) Divisi Produk Kereta Sorong
h) Divisi Produk Zinc
i) Divisi Produk Thiner
j) Divisi Produk Rooster

4.1.2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas


Struktur organisasi PT. Samas Musi Sejahtera didasarkan pada fungsifungsi yang telah ada, yang terdiri dari tiga bagian besar, yaitu bagian Keuangan,
bagian Administrasi, bagian Logistik dan bagian Marketing. Wewenang dan
tanggung jawab berjalan dari pimpinan tertinggi sampai karyawan, menurut garis
lurus vertikal.

15

Berdasarkan tingkatnya dalam organisasi, manajemen dapat dibedakan


atas tiga tingkatan, yaitu manajer lini pertama, menengah dan puncak. Manajer
tingkat pertama hanya membawahi pekerja operasional dan tidak membawahi
manajer lainnya. Manajer menengah bertanggung jawab terutama dalam
mengarahkan kegiatan pelaksanaan kebijakan organisasi menyelarasi tuntutan
atasan dengan kecakapan bawahan. Manajer puncak bertanggung jawab atas
keseluruhan manajer organisasi. Ia menetapkan kebijakan operasional serta
bimbingan organisasi dengan lingkungannya.
Adapun struktur organisasi yang terdapat pada perusahaan ini adalah
bentuk organisasi garis/line. Hal ini dapat dilihat dari garis wewenang yang
menghubungkan atasan dengan bawahan. Tipe organisasi ini menggambarkan
adanya tanggung jawab langsung terhadap atasan seperti garis.
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian pada
bagan organisasi PT. Samas Musi Sejahtera Palembang adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Manajemen Puncak
Manajer puncak yang ada pada PT. Samas Musi Sejahtera adalah branch
manager atau kepala cabang yang mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :


Mengepalai seluruh bagian yang ada dicabang tersebut,

Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perusahaan (sales), logistik, dan


keuangan,

Mempertanggung jawabkan seluruh kegiatan cabang ke pusat.

b. Tingkat Manajemen Menengah


Manajer menengah di PT. Samas Musi Sejahtera bertanggung jawab atas suatu
fungsi yang ada diperusahaan, seperti fungsi marketing, fungsi logistik, dan
fungsi keuangan dan administrasi, yang akan diuraikan sebagai berikut :
1) Sales Supervisior (SS)
Sales supervisior mengepalai sales department, yang bertanggung jawab
atas sales target. Sales supervisior berhubungan dengan beberapa bagian,
seperti Office Sales and Sales Adminitration (OSSA) dan Salesman.

16

2) Kepala Bagian Logistik (Kabag Logistik)


Kepala Bagian Logistik (Kabag Logistik) bertanggung jawab atas
persediaan barang dagangan, pengeluaran barang dagangan ke langganan,
dan mempunyai RSL (Recommended Stock List) yang ditetapkan oleh
pusat.
3) Kepala Keuangan dan Administrasi (Kabag K & A)
Kepala K & A bertanggung jawab atas segala yang berhubungan dengan
keuangan perusahaan dan administrasi financial.
c. Tingkat Manajemen Lini Pertama
Manajemen lini pertama bertanggung jawab atas pekerjaan sub bagian yang
ada di PT. Samas Musi Sejahtera, yaitu :
1) Bagian Office Sales and Sales Adminitration (OSSA)
Fungsi bagian OSSA adalah sebagai tenaga penjual, dimana mereka harus
aktif menawarkan kepada langganan atau calon langganan yang datang
langsung ke kantor atau melalui telepon. Kegiatan ini juga disebut Office
Sales.
2) Salesman
Salesman adalah orang yang bertanggung jawab untuk menguasai wilayah
produk langganan. Namun jika dilihat dari cara kerjanya, cara belajar, dan
cara bertindaknya maka ia lebih pantas disebut Manajer Rayon, karena ada
beberapa alasan berikut ini :

Mereka harus bekerja atas dasar fungsi-fungsi manajemen, yaitu


planning, organizing, actuating, dan controlling.

Mereka harus menguasai wilayah, produk dan langganan

3) Koordinasi Akuntansi
Koordinasi akuntansi bertanggung jawab melaksanakan pengawasan dan
otorisasi untuk mengidentifikasi, menganalisa, mencatat, dan melaporkan
transaksi-transaksi

perusahaan

dan

jawaban atas aktiva yang besar.

17

menyelenggarakan

pertanggung

4) Kasir
Kasir adalah bagian yang melaksanakan penerimaan, pencatatan dan
penyetoran uang kas ke bank. Selain itu juga menyelenggarakan kas kecil
untuk biaya-biaya kecil yang timbul di perusahaan.
5) Komputer Keuangan dan Akuntansi, Komputer Logistik, dan Komputer
OSSA
Adalah bagian yang secara khusus menangani sistem komputer perusahaan
dengan menggunakan PDE (Pengolahan Data Elektronik), sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Jenis-Jenis Persediaan Barang Dagang
Persediaan yang dimiliki oleh PT. Samas Musi Sejahtera termasuk jenis
persediaan barang dagang yang dibeli untuk dijual kembali. Produk bahan
bangunan yang di distribusikan oleh PT. Samas Musi Sejahtera dibagi atas
beberapa divisi yaitu:
a) Divisi Produk Closet Jongkok Sun
b) Divisi Produk Cat
c) Divisi Produk Karpet Talang
d) Divisi Produk Keramik
e) Divisi Produk Selang Benang Junahose
f) Divisi Produk Sanitary dan Valve YUTA
g) Divisi Produk Kereta Sorong
h) Divisi Produk Zinc Zico & Sigma
i) Divisi Produk Thiner F7

4.2.2. Unsur-Unsur Pengendalian Intern Persediaan Barang Dagangan


a. Lingkungan Pengendalian Intern Persediaan Barang Dagangan
Pengendalian intern PT. Samas Musi Sejahtera terhadap persediaan
barang dagangan dapat dijelaskan berdasarkan faktor-faktor yang
menyusun lingkungan pengawasan dibawah ini :

18

1. Falsafah dan Gaya manajemen Operasi


2. Struktur Organisasi
3. Komite Audit
4. Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
5. Metode Pengendalian Manajemen
6. Fungsi Audit Intern
7. Praktek dan Kebijakan Karyawan
8. Pengaruh Ekstern
b. Penilaian Resiko Persediaan Barang Dagangan
c. Informasi dan Komunikasi Persediaan Barang Dagangan
d. Aktivitas Pengendalian Persediaan Barang Dagangan
e. Pemantauan Persediaan Barang Dagangan
4.2.3. Prosedur Pengendalian Intern Persediaan Barang Dagangan
Prosedur untuk penjualan tunai, penjualan kredit dan perhitungan
fisik persediaan barang dagangan pada PT. Samas Musi Sejahtera dapat
dijelaskan dibawah ini :
a. Penjualan Tunai
b. Penjualan Kredit
c. Perhitungan Fisik Persediaan Barang Dagangan

4.3. Analisis
4.3.1. Analisis Unsur-unsur Pengendalian Intern Persediaan
a.

Lingkungan Pengendalian Persediaan Barang Dagangan


Manajemen

PT.

Samas

Musi

Sejahtera

menganggap

bahwa

lingkungan pengendalian atas pengendalian atas persediaan barang


dagangan itu penting. Lingkungan pengendalian persediaan barang
dagangan pada PT. Samas Musi Sejahtera akan di analisa dan di evaluasi
berdasarkan faktor-faktor yang menyusun lingkungan pengendalian dari
perusahaan.

19

1. Falsafah dan Gaya Manajemen Operasi


2. Struktur Organisasi
3. Komite Audit
4. Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
5. Metode Pengendalian Manajemen
6. Fungsi Audit Intern
7. Praktek dan Kebijakan Karyawan
8. Pengaruh Ekstern
b. Penilaian Resiko
c.

Informasi dan Komunikasi

d. Aktivitas Pengendalian
e.

Pemantauan

20

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Penulisan terakhir pada bab V skripsi ini menyajikan tentang kesimpulan


yang dibuat serta memberikan berbagai saran kepada perusahaan sehubungan
dengan masalah yang dibahas dimaksudkan agar berguna bagi perusahaan dalam
pengambilan keputusan.
5.1. Kesimpulan
1. Lingkungan pengendalian yang meliputi struktur organisasi PT. Samas
Musi Sejahtera berbentuk fungsional, yang terdiri atas fungsi pemasaran,
fungsi keuangan dan administrasi, dan fungsi logistik. Pembagian tugastugas ke dalam setiap bagian didasarkan fungsi-fungsi utama yang
dilaksanakan perusahaan. Namun hal ini belum mencerminkan adanya
prinsip pemisahan fungsi yang baik, yaitu pemisahan fungsi operasi,
fungsi pencatatan, dan fungsi penyimpanan. PT. Samas Musi Sejahtera
belum memiliki fungsi audit internal control, yaitu bagian khusus yang
secara independen melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap
pelaksanaan prosedur dan pencatatan yang ada dalam perusahaan. Selama
ini peranan fungsi tersebut telah dirangkap oleh kepala Bagian Keuangan
dan Administrasi, yang pada dasarnya bertentangan dengan prinsip
pengendalian intern yang baik.
2. Penilaian resiko yang dilakukan oleh perusahaan atas persediaan barang
dagangan belum cukup memadai. Hal ini terlihat dari gudang yang masih
menjadi area tempat keluar masuk karyawan menuju kantor dan belum
tersedianya tabung gas pemadam kebakaran. Meskipun perusahaan telah
melakukan stock opname secara rutin setiap bulannya, tetapi hal tersebut
belumlah cukup untuk meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.
3. Pelaksanaan informasi dan komunikasi atas persediaan barang dagangan
secara umum masih memadai untuk mendukung pengendalian intern.
Fungsi-fungsi yang terlibat, prosedur-prosedur, dokumen dan catatan yang

21

diperlukan dibentuk dan dikoordinasikan sedemikian rupa agar informasi


persediaan barang dagangan wajar dapat dihasilkan dan dikomunikasikan
setiap hari.
4. Aktivitas pengendalian yang dilakukan terhadap pelaksanaan transaksi
penerimaan dan pengeluaran barang dagangan juga masih memadai.
Perusahaan telah melaksanakan pemisahan tugas yang jelas pada fungsifungsi terkait. Setiap transaksi dan aktivitas perusahaan juga telah
diotorisasi oleh pegawai yang berwenang, tetapi dokumen-dokumen yang
digunakan dalam setiap transaksi tersebut belum semuanya mempunyai
nomor urut tercetak sehingga masih kurang memadai dalam menciptakan
aktivitas pengendalian terhadap persediaan barang dagangan. Pengawasan
fisik atas persediaan dan catatan, serta pengecekan independen atas
pelaksanaan kinerja perusahaan juga telah memadai karena adanya
kejelasan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab.
5. Aktivitas pemantauan terhadap pengendalian intern persediaan barang
dagangan telah dilaksanakan oleh bagian logistik melalui kegiatan stock
opname secara periodik setiap bulannya. Hasil pemantauan yang dilakukan
oleh bagian logistik ini dilaporkan kepada pimpinan cabang untuk
dievaluasi kembali dan di follow up untuk lebih menciptakan pengendalian
intern yang memadai dalam perusahaan.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis berusaha memberikan saran
kepada PT. Samas Musi Sejahtera yang mungkin bermanfaat dalam
mengatasi kelemahan yang terdapat dalam sistem pengendalian intern atas
persediaan barang dagang. Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh
penulis adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas lingkungan pengendalian yang meliputi pemisahan fungsi
operasi, pencatatan, dan penyimpanan kas sebaiknya dilakukan dengan
memadai, dimana kasir hanya berfungsi sebagai penyimpan kas
perusahaan dan tidak boleh memiliki akses ke sistem komputer untuk

22

melakukan pencatatan terhadap penjualan barang dagangan. Untuk


menciptakan pengendalian intern yang memadai terhadap persediaan
perusahaan secara keseluruhan sebaiknya perusahaan membentuk bagian
auditor internal agar dapat menyelidiki dan menilai efektivitas pelaksanaan
unsur-unsur pengendalian intern persediaan yang telah ditetapkan oleh
manajemen.
2. Kebijakan perusahaan dalam menentukan resiko persediaan barang
dagangan telah memadai dan harus semakin ditingkatkan dengan lebih
tanggap terhadap perubahan teknologi dan informasi. Hal ini dilakukan
untuk menjaga kredibilitas PT. Samas Musi Sejahtera yang harus berpacu
dengan tingkat persaingan yang semakin ketat di era globalisasi ini.
3. Pelaksanaan informasi dan komunikasi atas persediaan barang dagangan
telah memadai dan semakin ditingkatkan dengan lebih mengefektifkan
pengkoordinasian

fungsi-fungsi

yang

terkait,

prosedur-prosedur,

dokumen-dokumen, dan catatan yang diperlukan dalam semua transaksi


persediaan barang dagangan. Disamping itu, perusahaan juga perlu
meningkatkan keefektifan penggunaan jaringan komputer sebagai sarana
pengolahan data elektronik perusahaan agar lebih akurat dan tepat waktu
dalam mengkomunikasikan informasi yang wajar mengenai persediaan
barang dagangan.
4. Aktivitas pengendalian terhadap persediaan barang dagangan yang
meliputi pemisahan tugas yang jelas pada setiap fungsi terkait dan
diotorisasi yang pantas atas setiap transaksi dan aktivitas agar
dipertahankan karena sangat berpengaruh terhadap pengecekan secara
independen atas pelaksanaan kinerja perusahaan. Namun perusahaan
sebaiknya membuat dokumen-dokumen yang bernomor urut tercetak agar
dapat menghindari resiko penggunaan formulir secara tidak bertanggung
jawab oleh karyawan dan menghindari kemungkinan adanya kesilapan
dalam pencatatan transaksi, sehingga mendukung terciptanya pengendalian
intern yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

23

5. Aktivitas pemantauan terhadap pengendalian persediaan barang dagangan


yang dilaksanakan oleh Kabag Logistik melalui opname secara periodik
adalah sudah cukup memadai, namun sebaiknya ditingkatkan lagi dengan
membentuk fungsi internal auditor agar lebih efektif dalam memantau
pelaksanaan pengendalian intern persediaan barang dagangan PT. Samas
Musi Sejahtera.

24

DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin., dan James K. Loebbecke, 2000, Auditing An Integrated
Approach, Eight, Prentice-Hall International : Inc New York.
Bodnar, George H., dan William S. Hopwood, 2003, Sistem Informasi
Akuntansi, Edisi Kedelapan, PT. Indeks Kelompok, Gramedia : Jakarta.
Boyton, William C., dan Walker G. Kell, 2002, Modern Auditing, Edisi Ketujuh,
Erlangga : Jakarta.
Daft L. Richard, 2007, Manajemen, Edisi Keenam, Salemba Empat : Jakarta.
Fakultas Ekonomi, 2010, Pedoman Penulisan Skripsi dan Laporan Akhir,
Cetakan Pertama : Fakultas Ekonomi UTP Palembang.
Hall, James A., 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Ketiga, Salemba Empat
: Jakarta.
Hansen, Don R dan Marynne M. Mowen, 2001, Akuntansi Manajemen, Edisi
Tujuh, Salemba Empat : Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba
Empat : Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001, Standar Profesi Akuntan Publik, Salemba
Empat : Jakarta.
Indrayani, 2005, Perencanaan dan Pengawasan Bahan Baku Pada PT. Serasi
Jaya Tebing Tinggi, Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi :
Medan.
Mulyadi, 2008, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat, Salemba
Empat : Jakarta.
Prasetyo, Hari dan Nugroho, Munajat Tri dan Pujiati, Asti, 2006, Pengembangan
Model Persediaan Dengan Mempertimbangkan Waktu Kadaluarsa dan
Faktor Unit Diskon, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Volume 4 No.3,
Universitas Muhammadiyah : Surakarta.
Santy, 2005, Analisis Aktivitas Pengendalian Intern Pada PT. Cemara Cahaya
Gemilang, Universita Sumatera Utara Fakultas Ekonomi : Medan.
Singleton, Hall, 2007, Information Technology Auditing and Assurance, Edisi
Kedua, Salemba Empat : Jakarta.
Stice dan Skousen, 2009, Akuntansi Intermediate, Edisi Keenam Belas, Buku 1,
Salemba Empat : Jakarta.
Sugiyono, 2006, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Sembilan, CV. Alfabeta :
Bandung.

25

Anda mungkin juga menyukai