Anda di halaman 1dari 9

Audit Sektor Publik

Audit Keuangan Prosedur Pemeriksaan


Siklus Pendapatan
Oleh: Kelompok 1
Andry Pratama

(201310170311066)

Aditya Khairulsani

(201310170311081)

Ahmad Zaki

(201310170311301)

Syaiful Ikhsan

(201310170311303)

Audit Keuangan Dalam Sektor Publik


Audit keuangan, secara tradisional adalah pemeriksaan keuangan dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
(compliance test), dengan tujuan berikut:
1. Menilai kewajaran laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
anggaran negara (budget accountability report) setiap manajemen
instansi pemerintah atau instansi pemerintah sebagai satu kesatuan.
2. Menilai dan memberikan pernyataan pendapat akuntan (opini) atas
kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen entitas
bisnis sector publik.

A. Tujuan Audit Siklus Pendapatan


Tujuan adanya siklus pendapatan adalah untuk mengungkapkan
ada atau tidaknya salah saji material dalam Pos Pendapatan
Daerah, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

Pemahaman Atas Pengendalian Internal Pendapatan

Pemahaman atas struktur pengendalian siklus pendapatan daerah


meliputi pertimbangan lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan
prosedur pengendalian.

B. Proses Audit
Proses pemeriksaan atas siklus pendapatan mencangkup pemeriksaan
atas:

Pendapatan Daerah, meliputi; pos jejak daerah, retribusi laba, bagian


laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah.

Dana Perimbangan, mencakup; bagi hasil pajak, bukan pajak, DAU, DAK,
dana perimbangan dari pusat.

Lain-lain pendapatan yang sah.

C. Materialitas dan Resiko Audit


Transaksi-transaksi dalam siklus pendapatan sangat berpengaruh
terhadap laporan keuangan. Kesalahan dalam membedakan antara
pendapatan yang diterima secara tunai dangan pendapatan yang diterima
secara kredit (piutang) akan menimbulkan salah saji dalam laporan
keuangan. Resiko bawaan dari siklus bawaan dapat disebabkan oleh
tingkat volume transaksi.
Setelah tujuan audit ditetapkan dan berbagai bidang yang diaudit
dianalisis dalam prosedur analitis awal, tingkat materialitas untuk angkaangka yang diaudit harus ditetapkan. Dikarenakan, auditor tidak mungkin
memeriksa semua hal untuk memastikan bahwa semuanya telah
dilaporkan dengan benar.

Faktor-factor yang menyebabkan auditor tidak dapat memeriksa semua


hal, seperti:

Jangka waktu audit.

Sifat audit dan kapasitas sumber daya yang ada.

Keterbatasan anggaran, dan suatu opini audit memiliki probabilitas


untuk dikatakan benar atau tidak benar 100%.

Materialitas

Materialitas adalah besaran jumlah nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi, dimana salah saji dapat dikatakan material jika
pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan
para pengguna laporan keuangan.

Definisi tersebut mensyaratkan auditor untuk mempertimbangkan:


1. Situasi yang berkenaan dengan entitas dan;
2. Informasi yang dibutuhkan oleh pihak yang akan meletakkan
kepercayaan atas laporan keuangan yang diaudit.

Risiko (Risk)
Risiko dalam audit berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat
ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Risiko adalah penilaian auditor
akan kemungkinan terjadi kesalahan dalam simpulan-simpulannya yang
dinyatakan dalam laporan audit.
Risiko (risk) penerimaan auditor bahwa terdapat beberapa tingkat
ketidakpastian dalam menjalankan fungsi audit. Auditor menangani risiko dalam
perencanaan bukti audit umumnya dengan menggunakan model risiko audit,
antara lain:

Risiko Deteksi yang Direncanakan

Risiko Bawaan

Risiko Pengendalian

Risiko Audit yang Dapat Diterima

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Audit

Tingkat ketergantungan Penggunaan Ekternal Laporan


Keuangan

Faktor-faktor yang merupakan indicator yang baik untuk menilai tingkat


ketergantungan para pengguna terhadap laporan keuangan:
1.

Ukuran Klien

2. Distribusi kepemilikan
3. Sifat dan jumlah liabilitas
Kemungkinan Klien Akan Mengalami Kesulitan Keuangan
Setelah Laporan Audit Diterbitkan

Anda mungkin juga menyukai