Anda di halaman 1dari 47

Pembebanan Biaya

Berdasarkan Aktivitas
Activity Based Costing (ABC)

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan


dan

teknologi

telah

mempengaruhi

perkembangan

industri dan juga pola perilaku masyarakat. Hal ini


semakin menjadikan kompetisi yang semakin sengit
dalam dunia usaha. Untuk itu diperlukan berbagai daya
dan upaya agar perusahaan dapat lebih fleksibel dan
dapat menghasilkan produk yang spesifik dan profitable
dengan

tetap

memperhatikan

kepuasan

pelanggan.

Namun hingga saat ini masih banyak pihak yang


menggunakan paradigma lama antara lain:

1. Untuk memperkecil beban biaya tetap (cost/unit),


maka proses produksi harus menghasilkan produk
dalam jumlah yang besar pula.
2. Pelanggan yang memesan/membeli produk dalam
jumlah yang besar adalah pelanggan yang
memberikan profit besar pula.
3. Pelanggan yang loyal juga merupakan pelanggan
yang memberikan profit. Dan profit akan mengikuti
kepuasan pelanggan.

Berdasarkan penelitian dan perkembangan industri


mengungkapkan bahwa paradigma tersebut tidaklah benar
sepenuhnya. Pola perilaku konsumen yang semakin
spesifik (yang menjadikan produk tidak dapat diproduksi
secara massal dan cenderung terbatas/limited), ketepatan
waktu pengiriman, dll menjadikan dunia usaha harus
mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan tetap
memiliki profit, walau menghasilkan produk dalam jumlah
yang lebih sedikit. Untuk dapat bertahan dalam persaingan
bisnis, maka pelaku usaha harus mampu menentukan
harga jual yang kompetitif berdasarkan analisa biaya
produksi yang tepat.

MENGAPA ABC SANGAT PENTING?


Setiap dunia usaha tidak akan dapat masuk ke dalam kompetisi

sekalipun

untuk

memulai

memperbandingkan

dengan

perusahaan lain sampai kita tahu bagaimana menghitung


beban biaya secara tepat. Dan untuk dapat memasuki
persaingan global, setiap perusahaan harus dapat lebih
fleksibel, terintegrasi dan terotomatisasi dalam meningkatkan
produktivitas dan menurunkan biaya. Akan tetapi, adalah suatu
hal yang mustahil untuk mendukung daya saing perusahaan
tanpa suatu mekanisme perhitungan biaya yang akurat.

Dalam perkembangan tersebut, beberapa permasalahan yang


cenderung dihadapi dalam perhitungan biaya produksi dan mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan adalah:
1. Peningkatan jumlah produksi dan penjualan tidak berarti secara otomatis
akan memberikan peningkatan profit.
2. Beberapa produk adalah produk yang memberikan keuntungan dan
beberapa merupakan produk kritis yang dapat menimbulkan kerugian
(Dalam meningkatkan daya saing, salah satu strategi pemasaran adalah
dengan melakukan subsidi silang/transfer price antara satu produk yang
profit dan yang tidak profit).
3. Produk yang dihasilkan harus dapat memenuhi persyaratan pelanggan yang
akan memberikan kepuasan pelanggan.
4. Tindakan penurunan cost pada satu bagian tertentu akan dapat mengurangi
biaya mereka, tetapi akan dapat menciptakan biaya-biaya tambahan di ke
arah muara bagian/departemen lain.

Salah satu metoda yang dapat memberikan analisa


perhitungan biaya produk secara akurat adalah dengan
menggunakan metoda ABC. ABC membebankan cost ke
produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas
dasar pemikiran: produk atau jasa yang dihasilkan
diperoleh melalui pelaksanaan
rangkaian aktivitas dan penggunaan sumberdaya, yang
dikonversikan

dalam

bentuk

cost.

Konsep

ABC

menganut sistem hubungan sebab akibat antara pemicu


biaya (cost driver) dan aktivitas/activity center (Gambar
2.2).

Waktu
perbaikan

Gambar 2.2. Perbandingan Pembiayaan Tradisional dan Konsep ABC

Penggunaan sistem ABC dalam melakukan perhitungan biaya


akan dapat mendefenisikan proses secara rinci, antara lain:
1. mengidentifikasikan biaya per unit dari berbagai jasa dan produk,
2. mengidentifikasikan bagian/section kritis pada inline proses (yang
sangat mempengaruhi peningkatan cost)
3. mengidentifikasikan integrasi proses secara utuh (keseimbangan pada
seluruh lini proses).
4. dll.
Suatu keuntungan yang utama dalam menggunakan ABC adalah
sistem ini akan dapat mengendalikan atau memperkecil penyimpangan
dalam penetapan biaya produk sebagai akibat dari alokasi yang tidak
tidak tepat (sewenang-wenang) terhadap biaya tak langsung. Hal inilah
yang merupakan perbedaan dari perhitungan biaya tradisional (Gambar
2.2).
(Pada sistem biaya tradisional, untuk mengalokasikan biaya tidak
langsung, dilakukan dengan pembebanan secara proporsional dengan
menggunakan suatu indikator atau faktor pembanding yang dianggap
sesuai, sedangkan unsur-unsur biaya yang lainnya dialokasikan secara
langsung, sesuai dengan perhitungan langsungnya masing-masing).

KENDALI WAKTU PADA ABC SYSTEM


(TIME-DRIVEN ACTIVITY BASED COSTING)
Waktu merupakan salah satu dimensi yang
membatasi seluruh rangkaian hidup (3 dimensi yang
membatasi: waktu, ruang dan gerak). Dalam sistem proses
produksi, seluruh aktivitas selalu dipengaruhi dan dibatasi
oleh waktu. Upah tenaga kerja, pemakaian utilitas,
depresiasi dan lain sebagainya, merupakan kompensasi
atas penggunaan waktu oleh manusia maupun oleh mesin
dan peralatan yang digunakan. Sehingga waktu merupakan
salah satu kendali yang dapat digunakan dalam melakukan
analisa dan implementasi sistem ABC.
Kendali waktu (Time Driven) adalah suatu pendekatan
yang dapat digunakan untuk menghindari berbagai
kesulitan dalam melakukan implementasi ABC. Metoda
Time-Driven Activity-Based Costing memiliki dua parameter,
yaitu:

1. Pembebanan biaya untuk setiap unit waktu yang


digunakan sumber daya yang tersedia dalam
memenuhi kapasitas yang tersedia sesuai dengan
aktivitas perusahaan/bisnis. (Total pengeluaran
Overhead dibagi dengan total jam kerja karyawan
yang digunakan/tersedia).
2. Penilaian dari unit waktu yang digunakan dalam
setiap aktivitas: berapa banyak waktu yang
digunakan dalam menyelesaikan satu unit produk/
WIP pada setiap aktivitas (hal ini didasarkan pada
hasil perkiraan atau pengamatan langsung).

Pendekatan waktu ini juga memberikan pengaruh yang cukup


signifikan terhadap permasalahan teknis yang dihadapi, ketika upaya
peningkatan hasil produksi dikaitkan secara otomatis dengan
penambahan waktu proses. Dengan pendekatan waktu, tindakan yang
pertama sekali harus dilakukan adalah mengan menghitung jumlah
waktu yang masih kosong (tidak terpakai) atau waktu mengganggur.
(Sebab, penambahan jumlah waktu dan jumlah tenaga kerja pasti
akan menambah jumlah produksi. Namun yang harus diperhatikan
adalah, apakah penambahan jumlah jam kerja dan tenaga kerja
tersebut sudah benar dan optimal?). Pada perkembangan selanjutnya
metoda ini akan sangat membantu dalam merancang proses dengan
varian

produk,

pelanggan

dan

karakteristik

aktivitas

yang

menyebabkan variasi di waktu proses. Hal ini pula yang menjadi cikal
bakal dari pelaksanaan proses tepat waktu (Just in time/JIT)

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING


Penerapan sistem Activity Based Costing dapat dilakukan melalui 4 tahapan
berikut:
1. Identifikasi aktivitas
Secara umum, proses (produksi) perusahaan terdiri atas:
a. Inbound logstic/penyediaan bahan baku: aktivitas yang terkait dengan
pemesanan dan pembelian seluruh bahan baku yang akan digunakan
untuk pekerjaan/proses produksi
b. Operation: aktivitas untuk melakukan konversi seluruh bahan baku yang
tersedia, dengan menggunakan seluruh sumber daya yang tersedia
menjadi produk jadi/finish product.
c. Outbond logistic: aktivitas untuk menyimpan dan memelihara produk yang
telah
jadi/finish
product
sebelum
produk
tersebut
didistribusikan/diserahkan kepada pelanggan.
d. Marketing dan sales: aktivitas untuk menyalurkan dan menjual produk jadi
kepada pelanggan ataupun jaringan distribusi, serta menerima masukan
dan saran dari pelanggan atas persyaratan yang ditetapkan ataupun yang
diinginkan oleh pelanggan.
e. Service: aktivitas untuk membangun hubungan dengan pelanggan dan
membina kesetiaan pelanggan (customer loyalty) terhadap penggunaan
produk perusahaan.

Untuk dapat menganalisa tahapan proses tersebut


maka setiap proses harus memiliki prosedur standar yang
akan

digunakan

sebagai

acuan

pelaksanaan

aktivitas

tersebut. Dan secara umum tahapan proses a c merupakan


satu kesatuan yang terintegrasi, dan memiliki dampak
langsung terhadap pembebanan biaya produk. Sedangkan
proses d e (Marketing hingga service), merupakan aktivitas
yang tidak langsung terhadap proses produksi, dan masuk ke
dalam kategori biaya tidak langsung (overhead cost). Dalam
melakukan identifikasi aktivitas, maka perusahaan sebaiknya
harus memiliki 2 (dua) jenis diagram alur proses, yaitu:

1. Diagram alur aktivitas setiap bagian (Gambar 2.3)


2. Diagram alur rincian proses produksi yang terinci untuk
setiap item produk mulai dari tahapan pembelian raw
material hingga penyimpanan produk jadi. (Gambar 2.4.).
Semakin rinci diagram alur tersebut, maka semakin akurat
pula analisa yang akan dihasilkan.
Beberapa

data

yang

dibutuhkan

dan

sebaiknya

dicantumkan pada setiap tahapan aktivitas antara lain


adalah:
2.1. Ukuran produk yang dibutuhkan untuk menghasilkan
setiap jenis produk jadi dapat juga secara kategorial
(besar, sedang, kecil) . Ukuran tersebut dapat berupa:
berat, jumlah, dimensi, standar mutu, dll.

2.2. Ukuran jumlah target kerja/kapasitas baku untuk


elemen produktif yang digunakan (tenaga kerja
langsung, mesin dan peralatan) pada setiap
aktivitas (jumlah unit (pcs, kg, dll.)/satuan
waktu).
2.3. Jumlah tenaga kerja tidak langsung yang baku
(yang harus tersedia) selama proses produksi
berlangsung, seperti: jumlah operator QC,
Foremen, dll.

2.4. Jumlah dan jenis bahan pendukung yang


digunakan
2.5. Standar jumlah buangan/waste yang
diijinkan (yield product).
Dalam perkembangan selanjutnya, datadata tersebut di atas merupakan dasar dalam
penyusunan daftar kebutuhan bahan baku (Bill
of material) dan penerapan metoda Just in
time/JIT.

2. Identifikasi elemen biaya pada setiap aktivitas


Tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap elemen-elemen
biaya pada setiap aktivitas. Secara umum, elemen biaya dapat dibagi atas 3
bagian besar, yaitu:
a. Biaya langsung/Direct cost: biaya yang secara langsung melekat pada
material/WIP yang dikerjakan pada masing-masing tahapan (Direct Labor &
Direct Materials). Contoh: Biaya RM, Ingredients, Packaging, Biaya Tenaga
kerja langsung/Target, konsumsi energi (mesin dan peralatan), dll. untuk
setiap item pekerjaan.
b. Biaya tidak langsung/Indirect cost: biaya yang secara tidak langsung
melekat pada material/WIP yang dikerjakan pada masing-masing tahapan.
Contoh: Biaya Pelayan, Mandor, Listrik (penerangan area kerja), Air (sanitasi,
dll.), Manufacturing Supplies, dll.

c. Biaya operasional lainnya/Factory overhead (FOH): biaya yang


secara tidak langsung secara keseluruhan organisasi yang tidak
termasuk biaya tidak langsung dan tidak langsung di atas Pengeluaran Rutin Perusahaan Contoh: Gaji Direksi, Administrasi
perkantoran (Telepon, Listrik, Air), Listrik penerangan pabrik,
depresiasi, pajak, dll.
Untuk lebih memudahkan analisa dan pengamatan, sebaiknya
elemen-elemen biaya langsung (a) dan biaya tidak langsung (b),
dicantumkan dalam diagram alur produk.

. Standar Upah/Jam = Rp 5.600,. Target Kerja = 10 kg/jam = Rp. 560,-/kg


. Biaya Pembekuan (Listrik) = Rp. 150.000/jam
. Kapasitas Freezer/jam = 1.500 Kg = 1.000 pack =
Rp 100/kg = Rp 150 /pack
. Gaji/Upah pelayan = Rp. ./jam
. Biaya material = Rp. ../unit
. Ingredients = Rp /unit
. Packaging = Rp ../ unit
. Manufacturing Supplies = Rp ..

3. Penentuan penyebab/pengendali (activity cost driver) dalam melakukan


pembebanan biaya aktivitas (cost of activities) Untuk dapat menerapkan
sistem ABC, tahapan yang teramat penting adalah menentukan basis
(activity cost driver) untuk pembebanan biaya aktivitas (cost of
activities). Basis ini yang akan digunakan sebagai dasar proporsi beban
biaya dalam melakukan perhitungan biaya per unit produk pada setiap
tahapan proses.
Faktor sebagai pengendali biaya pada setiap tahapan proses,
dapat didasarkan pada beban kerja setiap aktivitas hasil kerja (kg,
pcs), jam kerja (jam kerja orang dan jam operasional mesin), biaya (Rp),
dll. Untuk dapat melakukan analisa secara cepat dan tepat, maka
penggunaan

paramater

yang

seragam

antara

aktivitas

sangat

dianjurkan. Dalam hal ini pendekatan terhadap konsumsi waktu (labor


hour) yang digunakan merupakan salah satu cost driver yang dapat
digunakan di hampir seluruh aktivitas, sebab seluruh aktivitas dilakukan
dalam suatu rangkaian waktu.

Contoh dengan menggunakan Jam Kerja Orang:


. Konsep yang digunakan adalah Time and Motion
Study
. Seluruh aktivitas dikonversikan ke dalam bentuk jam
kerja orang dan mesin (untuk beban utility)
. Penentuan
standar cost menggunakan beberapa asumsi-asumsi
mendasar
. Perhitungan
actual
cost
berdasarkan
actual
penggunaan jam kerja orang
. Pembebanan FOH Costs dan Overhead Costs lainnya
dilakukan dengan proporsi waktu kerja orang yang
digunakan

Contoh perhitungan menggunakan jam kerja orang:


Asumsi Umum:
. Jumlah Jam kerja normal/bulan = 173 jam
. Incoming RM/bulan
= 600 ton
. Jumlah Tenaga Kerja Langsung = 3.000 orang
= 3.000 x 173 jam
= 519.000jam/orang bulan
. Factory Overhead
= Rp 6 Milyar
= Rp 6 Milyar / 519.000
= Rp 11.561/ jam orang

. UMR/bulan

= Rp 802.500
= Rp 802.500/173 jam
= Rp 4.639 / jam

Receiving Area (seluruh tenaga kerja adalah tenaga


kerja harian dan non target):
- Jumlah Tenaga Kerja = 10 orang (termasuk Mandor,
pelayan dan Quality Control)
- Jumlah Jam Kerja / bulan

= 10 x 173 jam
= 1.730 jam kerja orang

- Jumlah Incoming Material /bulan

= 600 ton
=

(1.730 jam * 60 menit) / 600 ton

=0,173 menit orang / kg

Deheading Area:
- Jumlah T. Kerja Non Target (Pelayan dan Mandor) = 20 orang
- Jumlah Jam Kerja / bulan

= 20 x 173 jam
= 3.460 jam kerja orang

- Beban jam kerja non target

= (3.460 x 60 menit) / 600 ton


= 0,346 menit org/ kg HO

- Target kerja size Besar = 20 kg/jam


= 3 menit org / kg
= 3,346 menit orang / kg
- Target kerja size Sedang

= 18 kg /jam
= 3,33 menit orang / kg
= 3,676 menit org / kg

- Target kerja size kecil

= 15 kg/jam
= 4 menit orang / kg
= 4,346 menit org / kg

Area/Bagian Lain:
. Penentuan jumlah karyawan non target adalah berdasarkan
jumlah minimum karyawan target yang harus dibutuhkan.
Penentuan kapasitas kerja pada setiap bagian yang tidak
menggunakan tenaga kerja non target, dapat dilakukan dengan
pendekatan Time and Motion Study
Mesin, Air, Listrik, dan Utility:
. Pembebanan dengan proporsi penggunaan utilitas tersebut.
Contoh:
. Kapasitas Mesin Freezer
= 500 kg/jam
= 15.000 watt/jam (Rp./watt/jam)
= 0,12 menit/kg WIP
= Rp..../menit = Rp /kg
. Penggunaan Penerangan di Ruang I
= 2.000 watt/jam
= Rp./menit
Untuk selanjutnya perhitungan ABC dilakukan pada setiap aktivitas/work
center dengan tetap memperhatikan faktor keseragaman alat ukur. Perhitungan
standar cost yang telah diperoleh, sebaiknya dicantumkan ke dalam Diagram alur
proses yang telah disusun (Gambar 2.5). Pada gambar 2.5, standar Upah/Jam
yang digunakan adalah Rp. 4.650,-

4. Perhitungan biaya per unit dari aktivitas

Pada tahapan akhir dari penerapan sistem ABC adalah


melakukan perhitungan total terhadap standar cost untuk setiap
unit

dari

seluruh

cost

yang

telah

diidentifikasikan

dan

ditetapkan pada aktivitas tersebut. Data-data yang telah


dikumpulkan disusun/dirangkai mulai dari tahapan awal hingga
tahap

akhir

untuk

masing-masing

produk,

satuan/unit (jam kerja org atau biaya/Rupiah).

berdasarkan

Contoh:
Total Biaya Pokok

= (RM + Pack + Labor + Utility) + FOH

(RM

= Biaya Raw Material/Unit;

Pack

= Biaya Packaging/Unit;

Labor

= Biaya Tenaga KerjaUnit;

Utility

= Biaya Utility/Unit;

FOH

= Assumsi Biaya

Factory Over Head/ jam org yg telah dikonversi menjadi Rp/unit).


RM, Pack, Labor,
Utility = Direct Cost, FOH=Overhead Cost

Asumsi:
Finish Goods

= 300 Cartons (Ctns)


= 10.800 pack
= 86.400 pcs
= 4.104 kg FP,
Yield
= 90%,
Cost RM
= Rp. 57.000,-/kg, Listrik
Penerangan = Rp. 750/menit,
Jumlah Karyawan 250 orang,
FOH
= Rp 11.561/jam kerja orang

Direct Cost:
. Raw Material : 4.104 kg F Goods : 90%
= 4.560 kg,
Cost RM
= Rp. 57.000 x 4.560 kg = Rp. 259.920.000,Cost RM/pack
= Rp 259.920.000 : 10.800 pack = Rp 24.067/pack
. Cost Packaging merupakan Direct Cost dan spesifik sehingga dapat
diasumsikan langsung Rp 15.000/Ctns = Rp 417/pack
. Cost Ingrediants merupakan Direct Cost dan spesifik sehingga dapat dihitung
langsung berdasarkan komposisi ingrediants yang digunakan, dan
diasumsikan = Rp 700/pack
. Tenaga Kerja: (Termasuk tenaga kerja target dan non target)
Rec. Area
= 4.560 kg HO x 0,173 menit/orang/kg HO
= 790 menit
= 14 jam kerja orang

Deheading & Distribusi = Asumsi target kerja (termasuk target


dan non target)
= 14 kg HO/labor/hour
= 4.560 kg HO:14 kg
HO/labor/hour
= 326 jam kerja orang
Forming
=Target kerja (perhitungan berdasarkan
penggunaan waktu seluruh karyawan
bagian forming)
= 58 pcs/labor/hour .
86.400 pcs : 58 pcs/labor/hour = 1.490 jam kerja orang
Finish Product Area

= Assumsi target kerja orang


= 0,18 jam kerja orang/Ctns
= 300 Ctns x 0,18 jam kerja orang/Ctns
= 54 jam kerja orang

Total Jam kerja orang untuk menghasilkan 300


Ctns:
= 14 jam + 326 jam + 1.490 jam + 54 jam
= 1.884 jam
= 1.884 jam : 10.800 pack
= 0,175 jam/pack
Total Cost Tenaga Kerja Langsung (Target dan
Non Target)
= 0,175 x Rp 4.639
= Rp 811,83/pack
= Rp 812 / pack

Mesin & Utility


Berdasarkan penjelasan di depan, seluruh utility yang
digunakan telah memiliki standar Rp/menit, sehingga jika asumsi
penerangan di ruang Rp. 750/menit dan asumsi jumlah karyawan di
ruang 250 orang.
= 1.490 jam kerja orang : 250 orang
= 6 jam.
Beban cost penerangan

= Rp 750 x 60 menit x 6 jam


= Rp 270.000 : 10.800 pack
= Rp 25 / pack

Langkah yang sama dilakukan untuk utility yang lain.


(Asumsi pada contoh ini, biaya utility dan mesin hanya Rp. 25/pack)

Factory Overhead = (lihat hasil jam kerja orang/pack = Direct Cost)


Total Cost FOH = 0,175 jam kerja orang/pack x Rp 11.561/jam kerja orang
= Rp 2.023,18/pack
= Rp 2.024 / pack
Total Biaya Pokok = (24.067/pack + Rp 700/pack) + Rp 417/pack +
Rp 812/pack + Rp 25/pack + Rp 2.024/pack
= Rp. 28.045/pack
= Rp 73.082/kg FG

MANFAAT DAN KARAKTERISTIK ACTIVITY BASED COSTING


Dalam perkembangan implementasi sistem Activity Based Costing,
berbagai pihak telah menyatakan akan besarnya manfaat yang telah diberikan
oleh sistem ini.
The ABCs of Profitability
Today, many organizations are using Activity Based Costing (ABC) to make
strategy changes and to cut costs, and the process may end up affecting a
broad range of operations: simple ones, like the way a truck delivery is
unloaded at a store, or major ones, such as whether to outsource direct
store deliveries. ABC shows the individual impact of each decision, and the
impact of one decision on another. A company may even discover that
changing the way deliveries are processed makes outsourcing them
uneconomical. ABC can produce results. Here are some examples:

A mining company needed to reduce logistics costs and to assess


the bottom-line impact of some proposed capital investments. It conducted
an ABC pilot project which focused on customer service and distribution.
The study found enough quick hit improvements to pay for the cost of the
pilot project. Management used the model to justify several strategic
initiatives, which led to even greater bottomline improvements. ABC was
then rolled out to the mining and
milling processes. Today, strategic planning, budgeting, and performance
measurement have all been upgraded.
A food processor and wholesale distribution company needed to
understand the economics of its processing and logistics activities.
Management suspected that some customer groups, products, and delivery
routes were losing money. As it turned out, all products contributed to the
bottom line, but some customers were indeed unprofitable. The
improvement opportunities that ABC discovered amounted to ten times the
cost of the pilot project.
Source: Henry Kolisnik, The ABCs of Profitability, Canadian
Transportation Logistics, March 1995, p. 50.

Sistem

ABC

dapat

merubah

berbagai

yang

selama

ini

dikategorikan sebagai biaya tidak langsung manufaktur menjadi biaya


langsung biaya tersebut diidentifikasikan secara khusus sebagai biaya
hasil produksi. Pemilihan aktivitas yang tepat dan faktor pemicu biaya
akan membantu manajemen dalam melakukan telusur terhadap biayabiaya overhed yang terkadang sulit untuk dikendalikan, menjadi biaya
objektif yang spesifik, sehingga dapat ditelusur sama seperti biaya
material langsung ataupun biaya tenaga kerja langsung. Hal ini dapat
terjadi, sebab ABC sistem dapat mengklasifikasikan lebih banyak item
biaya sebagai biaya langsung dibandingkan dengan sistem tradisional.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sistem ABC adalah:


1. Dengan menerapkan sistem ABC, maka manajemen akan dapat
merencanakan proses secara rinci dan akurat (waktu
penyelesaian produk dan harga pokok yang mengikutinya)
2. Analisa prediksi profit/loss proses pada bulan berjalan yang
lebih akurat, sehingga akan membantu manajemen untuk
segera mengambil tindakan strategis yang perlu.
3. Penelusuran penyebab loss/profit pada akhir bulan/periode
analisa yang akurat, berdasarkan jenis produk dan faktor
produksi (material, jam kerja yang digunakan dan bila
memungkinkan hari dan jam terjadinya kerugian, departemen
dan personil yang bertanggung jawab, dll.)

4. Sebagai dasar dalam menganalisa keseimbangan (line balancing) kapasitas


(tenaga kerja, mesin dan peralatan) yang tersedia, dengan minimisasi waktu
tunggu dan waktu menganggur.
5. Penerapan sistem ABC akan memberikan analisa atas standar dan
pencapaian penggunaan seluruh faktor-faktor produksi, antara lain: jam
kerja (standar dan yang digunakan), material langsung dan pendukung,
mesin dan peralatan, dll.
6. Dasar dalam menganalisa kembali struktur organisasi (Job Desc., Jumlah
tenaga kerja)
7. Dasar dalam melakuan tindakan perbaikan yang berkesinambungan
(Continual Improvement.). Implementasi sistem ABC akan membantu
seluruh karyawan untuk memahami beragam biaya yang mempengaruhi
kenaikan harga produk. Hal ini akan memberikan kesadaran kepada
karyawan

untuk

masingmasing

menganalisa

sehingga

struktur

mampu

untuk

biaya

produk

pada

mengidentifikasikan

aktivitas yang dapat dilakukan dan memberikan nilai tambah.

bagian
aktivitas-

Pada akhirnya, peningkatan dan perbaikan yang


berkesinambungan akan dapat diterapkan dalam
menganalisa biaya, untuk mengurangi ataupun
menghilangkan
aktivitas-aktivitas
yang
tidak
memberikan nilai tambah dan untuk mencapai target
efisiensi secara keseluruhan.
8. Dasar yang objektif dalam melakukan penilaian
kinerja (Performance Management System), melalui Key
Performance Indicator individu maupun tim.

Implementasi ABC tidaklah mudah, tidak semudah mengucapkan


ABC.

Bila implementasi ABC tidak mampu menelusur


penyebab profit/loss (produk apa? material yang mana?
bagian/departemen mana?, dan bila memungkinkan hari
apa? Dan jam berapa?), maka sesungguhnya sistem ABC
tersebut tidak benar dan perlu di tinjau kembali.
Catatan:
1. ABC adalah analisa kinerja proses dan bukanlah
perhitungan akuntansi/nerca keuangan organisasi,
sehingga data yang digunakan adalah data
penggunaan faktor produksi pada saat periode
pengamatan. Jadi sangat tidak dianjurkan untuk
menggunakan data-data untuk neraca keuangan dari
pihak accounting.
2. Hasil analisa ABC, digunakan untuk membantu
catatan/analisa hasil kinerja organisasi berdasarkan
laporan keuangan dari pihak accounting.

Anda mungkin juga menyukai