Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah satu

fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan untuk mencapai

kesejahteraan. Pembangunan pada hakikatnya adalah proses perubahan yang terus

menerus menuju ke arah perbaikan cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu bangsa,

atau pembangunan ekonomi suatu bangsa ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan hidup rakyat.


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan bagian yang

sangat penting bagi sistem perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan

UMKM memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia,

dapat dilihat dari jumlah unit UMKM yang sangat banyak dan berbanding lurus

pada penyerapan jumlah tenaga kerja.


Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha
Besar (UB)
Perkembangan
Tahun 2012**) Tahun 2013***)
Tahun 2012-2013
Indikator
Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah
(%)
(unit) (%) (unit) (%) (unit)
Unit Usaha 56.539.560 99,99 57.900.787 99,99 1.361.227 2,41
(A+B)
a. UMKM 56.534.592 98,79 57.895.721 98,77 1.361.129 2,41
b. Usaha 4.968 0,01 5.066 0,01 98 1,97
Besar
Sumber : depkop.go.id (2015)
Keterangan : **) Angka sangat sementara, ***) Angka sangat-sangat sementara

UMKM mampu bertahan dan cenderung bertambah dibandingkan dengan

usaha besar yg cenderung mengalami keterpurukan atau bahkan tumbang oleh


1
krisis. Dengan UMKM pengangguran akibat tenaga kerja yang tidak terserap
2

dalam dunia kerja menjadi berkurang dan UMKM mampu menopang peningkatan

taraf hidup masyarakat. Mengetahui pentingnya UMKM dalam perekonomian

Indonesia, pengembangan UKM harus diperhatikan agar dapat bertahan, bersaing,

dan dapat memunculkan banyaknya UKM baru. Perkembangan jumlah tenaga

kerja menurut skala usaha tahun 2010-2012 disajikan pada Tabel 2.


Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2010-2012
Tenaga Kerja Satuan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
UMKM (Orang) 99.401.775 101.722.458 107.657.509
Usaha Besar (Orang) 2.839.711 2.891.224 3.150.645
Sumber : depkop.go.id (2015)
Usaha Kecil dan Menengah di Kabupaten Jepara yang bergerak di bidang

industri minuman dan makanan, baik yang berupa industri kecil formal maupun

nonformal, mengalami peningkatan dari segi jumlah unit usaha dan tenaga kerja.

UMKM merupakan usaha yang fleksibel dengan penerapan jiwa wirausaha

sehingga memiliki ketahanan yang relatif tinggi dalam menghadapi krisis global

yang melanda Indonesia. Perkembangan kafe dan rumah makan di Indonesia

khususnya Kabupaten Jepara semakin berkembang dengan pesat. Jumlah

kafe/rumah makan/kedai yang ada di Kabupaten Jepara mencapai 43 kafe pada

tahun 2010, data yang diambil bersumber dari Tourism Information Center Jepara

(TIC, 2015).
Banyak kafe/rumah makan dengan berbagai macam konsep atau ide-ide

ditawarkan untuk memikat pelanggan, baik dari kalangan muda maupun kalangan

orang tua dari segi ekonomi menengah keatas. Kafe/rumah makan yang sudah

lama berdiri maupun yang baru dibuka berusaha untuk mengenalkan atau

menawarkan menu-menu baru agar dapat diterima dengan baik oleh para

konsumen. Kondisi tersebut akan menimbulkan persaingan antar rumah makan

yang semakin ketat untuk menarik pembeli sebanyak-banyaknya agar datang


3

mengunjungi serta menikmati apa yang telah disediakan. Salah satunya UKM

kuliner yang ada di Kabupaten Jepara adalah Kafe Taman Kopi yang berada di

Komplek SPBU Sengon Bugel, Kecamatan Mayong.


Kafe Taman Kopi yang berlokasi di Kecamatan Mayong ini menyajikan

Indonesian Food, Chinese Food dan Western Food dan sudah berjalan sekitar 5

tahun. Hal yang melatar belakangi pemilihan Kafe Taman Kopi adalah karena

terus berkembangnya sektor UKM dan usaha restoran merupakan usaha yang

memiliki prospek yang menjanjikan dari waktu ke waktu, hal ini dikarenakan

makanan merupakan kebutuhan dasar yang bersifat kontinu bagi manusia dan

sudah merupakan gaya hidup. Pemilik usaha Kafe Taman Kopi juga memiliki

rencana untuk mengembangkan usahanya, alasan yang melatar belakangi pelaku

usaha ini mengembangkan usahanya adalah karena terus meningkatnya

permintaan di Kafe Taman Kopi.


Oleh karenanya pengembangan usaha Kafe Taman Kopi perlu dilakukan

suatu analisis awal mengenai kelayakan pengembangan usaha tersebut dilihat dari

berbagai macam aspek non finansial dan aspek finansial. Dari studi kelayakan

tersebut dapat dilihat dari awal bagaimana prospek pemasarannya hingga

perhitungan matematis mengenai modal awal dan proyeksi penerimaan, sehingga

pemilik dapat mengetahui bagaimana prospek pengembangan usaha kedepannya

apakah pengembangan dengan membuka cabang baru dapat mendatangkan

income atau profit bagi pemilik usaha dan perluasan pasar dapat membuat Kafe

Taman Kopi banyak dikenal sehingga pengembangan usaha tersebut dapat

dijalankan serta mampu bersaing dan bertahan menghadapi para kompetitornya.


1.2 Batasan Masalah
4

Penelitian ini dilakukan di Kafe Taman Kopi yang berlokasi di Komplek

SPBU Sengon Bugel, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Pemilihan Kafe

Taman Kopi dikarenakan Taman Kopi merupakan salah satu Kafe kuliner yang

ada di Kabupaten Jepara yang ingin dan memiliki peluang untuk mengembangkan

usahanya. Penelitian ini berfokus pada aspek non finansial (aspek pasar dan

pemasaran, aspek manajemen dan hukum, aspek teknis dan teknologi, aspek sosial

ekonomi, dan aspek lingkungan) dan aspek finansial. Kriteria kelayakan yang

digunakan adalah NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio),

IRR (Internal Rate Return), PP (Payback Period), dan Analisis Sensitivitas

(Switching Value). Produk yang dijadikan sample dalam penelitian ini adalah

produk andalan Kafe Taman Kopi, yakni gurami bumbu rujak dan Beef Grill

(daging sapi cincang). Studi kelayakan ini akan mencoba untuk memproyeksikan

pengembangannya di masa yang akan datang dengan menggunakan asumsi-

asumsi penelitian yang telah ditetapkan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahannya

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran usaha Kafe Taman Kopi selama ini serta

kemungkinan pengembangan usaha Kafe Taman Kopi dilihat dari aspek

finansial dan non finansial ?

2. Bagaimana kelayakan rencana pengembangan usaha Kafe Taman Kopi

apabila terjadi perubahan pada beberapa variabel yang dianggap paling

berpengaruh, seperti kenaikan harga bahan baku dan penurunan

permintaan ?
5

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengkaji kelayakan pengembangan usaha Kafe Taman Kopi dilihat dari

aspek finansial dan non finansial.

2. Menganalisis sensitivitas kelayakan Kafe Taman Kopi terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan permintaan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat

kepada pihak-pihak yang bekepentingan:

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi keberlangsungan usaha

Kafe Taman Kopi sebagai bahan pertimbangan terutama dalam

pengembangan usaha Kafe Taman Kopi.

2. Bagi Investor

Dapat dijadikan pedoman bagi pengusaha kecil atau investor yang baru

akan memulai usaha.

3. Bagi Akademisi

Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, diharapkan hasil dari penelitian

ini dapat menjadi referensi atau bahan masukan dan informasi.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pengertian usaha mikro, kecil dan menengah menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2008, yaitu: usaha mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Usaha kecil adalah usaha ekonomi


7

produktif yangberdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha

kecil sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang.

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang.

Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2008:

a. Usaha mikro:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga


7
ratus juta rupiah).

b. Usaha kecil:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.


8

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

c. Usaha Menengah:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memilik hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.2 Pengembangan Usaha

Menurut Umar (2009) sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya

dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan komperhensif untuk

mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak.

Mengembangkan usaha caranya bermacam-macam, misalnya :

1. Membuat perusahaan baru yang secara umum dikenal sebagai anak

perusahaan atau secara akademis dikenal sebagai Strategic Business

Unit (SBU) dimana produk baru yang akan dibuat berada dibawah

perusahaan yang baru ini;

2. Hanya membuat produk baru tetapi tidak membuat perusahaan baru.

2.3 Definisi Studi Kelayakan Bisnis

Studi Kelayakan Bisnis (SKB) adalah suatu kegiatan yang mempelajari

secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam
9

rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Menurut Umar

(2005), bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang

yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen,

dan industry dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta

kualitas hidup mereka. Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap

rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak suatu bisnis

dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian

keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.

Studi kelayakan bisnis akan memperhitungkan hal-hal yang akan

menghambat atau peluang dari investasi yang akan dijalankan. Studi kelayakan

bisnis minimal dapat memberikan pedoman dan arahan kepada usaha yang akan

dijalankan nantinya (Kasmir dan Jakfar, 2012). Untuk menentukan layak atau

tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian masing-masing

aspek nantinya harus dinilai secara keseluruhan bukan berdiri sendiri-sendiri.

Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek hukum,

aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis/operasional, aspek

manajemen dan organisasi, aspek ekonomi dan sosial, serta aspek dampak

lingkungan.

2.4 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Manfaat studi kelayakan dapat dibedakan karena dua pihak yang

berkepentingan atas studi kelayakan itu sendiri (Subagyo, 2007):

1. Pihak Pertama (bagi analisis)


10

a. Memberikan pengetahuan tentang cara berpikir yang sistematis (runtut)

dalam menghadapi suatu masalah (problem) dan mencari jawabannya

(solusi).

b. Menerapkan berbagai disiplin ilmu yang telah dipelajari sebelumnya dan

menjadikannya sebagai alat bantu dalam penghitungan/pengukuran,

penilaian dan pengambilan keputusan.

c. Mengerjakan studi kelayakan berarti mempelajari suatu objek bisnis secara

komprehensif sehingga penyusunannya akan mendapatkan pembelajaran

dan pengalaman yang sangat berharga.

2. Pihak Kedua (bagi masyarakat)

a. Calon Investor

Dalam menilai SKB, calon investor lebih terkonsentrasi pada aspek

ekonomis dan keuangan karena pada aspek inilah mereka dapat

menentukan tingkat pengembalian modal, keuntungan yang akan

dihasilkan proyek, aliran kas dan tentunya proyeksi laba-rugi. Disini

mereka juga dapat memperhitungkan return dan resiko yang mungkin

dihadapi.

b. Mitra penyerta modal

Calon investor biasanya membutuhkan mitra penyerta modal baik

perseorangan maupun perusahaan. Hasil studi kelayakan ini akan

membantu calon investor dalam meyakinkan mitranya.

c. Perbankan
11

Dalam proses persetujuan perkreditan dari bank diperlukan rekomendasi

yang menyatakan bahwa proyek tersebut layak, maka diperlukan SKB.

d. Pemerintah

Penilaian pemerintah terhadap studi kelayakan adalah biasanya yang

menyangkut pada aspek legalitas dan perizinan (izin prinsip dan izin

operasional proyek).

e. Manajemen perusahaan

SKB untuk pengembangan bisnis baru akan berhubungan dengan pihak

manajemen terutama direksi.

f. Masyarakat

Acuan penilaian masyarakat terhadap suatu proyek atau bisnis biasanya

yang menyangkut AMDAL (dampak lingkungan) dan AMDAL ini

biasanya untuk proyek-proyek besar.

2.5 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Umar (2005), studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang

menyangkut berbagai aspek, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian

studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah

suatu bisnis dapat dikerjakan atau ditunda atau bahkan tidak dapat dijalankan.

Beberapa aspek yang perlu diteliti adalah :

2.5.1 Aspek Manajemen dan Hukum

Menurut Umar (2009), tujuan studi aspek manajemen adalah untuk

mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan,

dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak,


12

atau sebaliknya. Studi aspek manajemen meneliti tentang manajemen pada saat

pembangunan proyek bisnis dan juga manajemen pada saat bisnis

dioperasionalkan secara rutin. Studi aspek manajemen meliputi penyusunan

rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi

pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan, pelatihan, struktur organisasi dan

pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan.

Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek hukum mempelajari tentang bentuk

badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan

konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila

akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, serta

sertifikat, dan izin. Selain itu, aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan

dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin

jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain.

2.5.2 Aspek Pasar dan Pemasaran

Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis

yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan proyek

tersebut. Pada dasarnya, analisis aspek pasar bertujuan antara lain untuk

mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market-share

dari produk bersangkutan. Pembahasan aspek-aspek studi kelayakan diawali

dengan aspek pasar dan pemasaran. Alasannya mengapa aspek ini diletakkan pada

awal pembahasan sistematika studi kelayakan, antara lain:

a. Produk yang dihasilkan perusahaan harus marketable. Jika tidak,

sebaiknya kegiatan analisis studi kelayakan dihentikan.


13

b. Kecenderungan permintaan atas produk yang akan dihasilkan harus

menunjukkan adanya kenaikan. Jika menurun, sebaiknya proses studi

kelayakan untuk pendirian dihentikan, kecuali jika tujuan objek studi

adalah pengembangan.

c. Kandungan material produk tidak mengandung unsur yang dilarang negara

ataupun agama. Jika ada ditinjau dari aspek hukum, tidak akan

direkomendasikan dan harus dihentikan.

d. Aspek teknis dan kronologis sangat ditentukan oleh hasil rekomendasi

aspek pasar, terutama yang berkaitan dengan pemilihan alat dan mesin.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu

dan kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada

pihak lain. Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran,

pengembangan strategi pemasaran, perencanaan program pemasaran dan

pengelolaan usaha pemasaran (Kotler, 2004). Hal-hal yang dipelajari dalam aspek

pasar dan pemasaran adalah :

a. Permintaan

Permintaan adalah kegiatan yang didukung kemampuan untuk membeli,

dengan kata lain permintaan akan terjadi jika didukung oleh kemampuan

konsumen membeli atau memperoleh suatu barang dan jasa pada suatu

harga dan waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat


14

permintaan, antara lain perilaku atau selera konsumen, harga barang dan

jasa itu sendiri, pendapatan konsumen dan kebutuhan konsumen.

b. Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang tersedia dan dapat dijual

oleh penjual pada berbagai tingkat harga dan pada waktu tertentu. Faktor

yang mempengaruhi tingkat penawaran adalah biaya produksi, teknologi

yang digunakan, tujuan perusahaan, pajak, ketersediaan dan harga barang

atau jasa itu sendiri.

c. Pemasaran

Mencakup strategi pemasaran yang akan digunakan, yakni STP

(Segmentasi, Targeting, Positioning) dan bauran pemasaran (marketing

mix) yang terdiri dari 7P, yaitu Product, Price, Place, Promotion, People,

Process, Physical Evidence.

2.5.3 Aspek Teknis dan Tekhnologi

Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan pengoperasian dan

proses pembangunan proyek secara teknis setelah bisnis tersebut selesai dibangun

atau didirikan. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal

penaksiran biaya investasi termasuk pra operasional bisnis yang akan

dilaksanakan.

Studi aspek teknis dan teknologi akan mengungkapkan kebutuhan apa yang

diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Perlu

dikaji mengenai kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian

peralatan dan mesin, lokasi pabrik, dan tata-letak atau layout bangunan dan pabrik
15

yang paling menguntungkan, lalu dari kesimpulan itu, dapat dibuat rencana

jumlah biaya pengadaan harta tetapnya (Nurmalinaet et al., 2009).

2.5.4 Aspek Sosial dan Ekonomi

Pada aspek sosial yang diperhatikan adalah penambahan kesempatan kerja

atau pengurangan pengangguran di sekitar lokasi dimana bisnis dijalankan. Lebih

jauh lagi, bagaimana pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh

bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis, seperti semakin ramainya

daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik,

telepon, dan sarana lainnya (Nurmalina et al., 2009).

Sedangkan dari aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang

peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan

dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi.

2.5.5 Aspek Lingkungan

Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap

lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik

atau sebaliknya. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan

dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu

sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat

dengan lingkungan (Nurmalina et al., 2009)

2.5.6 Aspek Keuangan

Menurut Rangkuti (2012), analisis kelayakan aspek keuangan dalam bisnis

bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan aliran kas serta

sumber dana dan proyeksi keuangan, baik pemasukan atau pengeluaran yang
16

mungkin terjadi selama masa produksi dan operasional proyek yang direncanakan.

Dengan begitu para investor yang menanamkan modalnya pada suatu proyek

dapat mengetahui rencana biaya yang dibutuhkan serta proyeksi hasil yang akan

diperolehnya dengan investasi yang akan ditanamkan.

Menurut Umar (2009), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi

kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan

biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran

dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek

untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan

menilai apakah proyek akan dapat terus berkembang. Aspek finansial mencakup

kebutuhan investasi, asumsiasumsi, kebutuhan modal kerja, proyeksi arus kas

serta proyeksi laba rugi. Metode yang biasa digunakan untuk kriteria evaluasi

finansial, meliputi :

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value, yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan

nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas

operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. NPV

merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara (benefit)

manfaat dengan biaya (cost) pada tingkat diskonto (bunga) tertentu.

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai Discount Rate (suku bunga) yang membuat NPV dari

suatu proyek sama dengan nol. Proyek dapat dikatakan memiliki prospek

yang baik apabila nilai IRR > tingkat discount rate yang ditentukan,
17

namun jika IRR < tingkat discount rate maka proyek tidak memiliki

prospek yang baik. Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga

yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa

datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif

dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat

bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu

satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al., 2009).

d. Payback Period (PP)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutupi

kembali pengeluaran investasi (initial cash invesment) dengan

menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio

antara initial cash invesment dengan cash flow yang hasilnya merupakan

satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum

payback period yang dapat diterima.

e. Analisis Sensitivitas

Menurut Rangkuti (2012), analisis kepekaan (Sensitivity Analysis)

digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian produksi yang peka dan

memerlukan pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang

diharapkan dan menguntungkan secara ekonomis. Tujuan dilakukan

analisis kepekaan adalah untuk mengetahui kemungkinan yang akan


18

terjadi terhadap hasil analisis proyek bila ada suatu kesalahan atau

perubahan terjadi dalam dasar asumsi perhitungan. Faktor yang dapat

menyebabkan perubahan pada suatu bisnis adalah kenaikan biaya

produksi, penurunan harga produk dan penurunan jumlah permintaan.

Menurut Umar (2009) Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa

yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada kesalahan atau

perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat, didasarkan

kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung unsur ketidakpastian tentang

apa yang terjadi di masa yang akan datang. Ketidakpastian itu dapat

menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam

beroperasi untuk menghasilkan laba perusahaan. Salah satu variasi dalam

analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (Switching Value).

Gittinger dalam Nurmalina et al. (2009) menyatakan bahwa suatu variasi

pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value).

Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan

maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga

output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow

(peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat

ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu, perubahan tidak

boleh melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak

layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar

perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).

2.6 Penelitian Yang Relevan


19

Dalam upaya memperkuat dasar penelitian ini, diperlukan beberapa

penelitian terdahulu yang relevan sesuai dengan bidang penelitian ini. Adapun

penelitian sebelumnya sebagai berikut:

Tabel 3. Penelitian Terdahulu


No. Nama Judul Alat Hasil
Peneliti Analisis
1. Ngamel Analisis Finansial - Revenue - Berdasarkan nilai R/C >
(2012) Usaha Budidaya Cost Ratio, 1 yaitu 1,9 menunjukkan
Rumput Laut dan - BEP bahwa usaha tani layak
Nilai Tambah harga, dijalankan
Tepung - BEP - Pabrik pengolahan
Karaginan di produk rumput laut menjadi
Kecamatan Kei - Analisis tepung karaginan memiliki
Kecil, Kabupaten nilai nilai tambah sebesar Rp.
Maluku Tenggara tambah. 9.362/kg bahan baku atau
sebesar 48,01 % dari nilai
produksi.
2. Kusuma Analisa - NPV - Nilai NPV bernilai positif
dan Kelayakan - IRR sebesar Rp 34.668.709.
Mayasti Finansial - Payback - Internal Rate of Return
(2014) Pengembangan Period sebesar 59,19 %,
Usaha Produksi - Rasio - Payback Periode selama
Komoditas Lokal: B/C 13 bulan,
Mie Berbasis - Analisis - Rasio B/C sebesar 1,3
Jagung Sensitivitas apabila asumsi yang
direncanakan terpenuhi.
- Analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa
penurunan pendapatan 5%
dan kenaikan biaya
operasional 5%
berpengaruh terhadap
kelayakan proyek
3. Lazuardi et Analisis - Payback - Payback Period untuk
al. (2014) Kelayakan Usaha Period usaha Mobile Carwash ini
Mobile Carwash - NPV adalah 2 tahun 11 bulan.
di Kota Bandung - IRR - Nilai Net Present Value
- Minimum adalah positif sebesar Rp.
Attractive 103,817,577
Rate of - Nilai Internal Rate of
Return Return adalah sebesar
21,85% dimana nilai
tersebut lebih besar dari
20

nilai Minimum Attractive


Rate Of Return yaitu 9,71
%
- Analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa usaha
Car Wash layak dijalankan

2.7 Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran penelitian mengenai rencana pengembangan usaha ini

diawali dengan melihat kemampuan usaha Kafe Taman Kopi untuk memiliki lebih

banyak konsumen potensial, seiring dengan adanya perkembangan zaman yang

mengubah pola atau gaya hidup masyarakat yang senang bersosialisasi di tempat

makan sehingga permintaan di Kafe Taman Kopi terus meningkat, namun

karena fasilitas dan sumber daya yang sudah ada kurang memadai dan adanya

keinginan untuk terus meningkatkan profitabilitas yang didapat maka timbul

pemikiran akan peluang mengembangkan usaha Kafe Taman Kopi.

Pengembangan usaha kafe ini dilakukan dengan cara membuka outlet baru

tetapi masih berada di Kabupaten Jepara agar rencana pengembangan usaha ini

dapat berjalan efektif dan efisien maka diperlukan studi awal berupa analisis

kelayakan pengembangan usaha. Studi kelayakan pengembangan usaha akan

menganalisis rencana pengembangan dari berbagai aspek, yaitu aspek non

finansial (aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek

manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, dan aspek lingkungan) dan

aspek finansial. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Studi kelayakan usaha dimulai dengan mengumpulkan data-data yang

relevan dan kemudian data-data tersebut dianalisis aspek finansial dan aspek non
21

finansialnya. Aspek non finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek

teknik dan teknologi, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi dan

aspek lingkungan. Aspek finansial dilakukan analisis mengenai NPV (Net Present

Value), IRR (Internal Rate of Returns), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP

(Payback Period) dan Analisis sensitivitas (Switching Value). Penggunaan aspek-

aspek tersebut merupakan bagian dari studi kelayakan bisnis untuk menentukan

apakah suatu usaha dapat dikatakan layak atau tidak. Setiap penilaiain memiliki

standar nilai yang berbeda dan penilaian harus mencakup seluruh aspek yang ada.

Karakteritik Usaha Kafe Taman Kopi

Rencana Pengembangan Usaha

Analisis Kelayakan Pengembangan


Usaha

Aspek Non Finansial:

Aspek Manajemen Aspek Finansial:


dan Hukum
NPV
Aspek Pemasaran
Net B/C
Aspek Teknis dan
IRR
Teknologi
Payback Period
Aspek Sosial
Ekonomi Analisis Sensitivitas
Aspek Lingkungan

Hasil Penelitian

Usaha Layak Usaha Tidak Layak

Implementasi
22

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Dipilihnya

pendekatan kualitatif karena pada penelitian ini dalam proses memperoleh data
23

diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif

melalui pendekatan konsep-konsep manajemen strategis, sehingga mampu

menjelaskan mengenai kelayakan usaha Kafe Taman Kopi. Analisis kualitatif

dianalisis untuk mengkaji aspek pasar dan pemasaran, teknis dan produksi,

manajemen dan hukum, sosial ekonomi, dan aspek lingkungan. Sehingga hasil

dari pengkajian data ini dapat diinterpretasikan secara deskriptif untuk

menggambarkan kelayakan usaha bisnis secara non finansial. Sedangkan analisis

kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial usaha Kafe

Taman Kopi melalui analisis kriteria evaluasi kelayakan, yaitu NPV (Net Present

Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP

(Payback Period), dan Analisis Sensitivitas (Switching Value) yang diolah dengan

Microsoft Office Excel 2010.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Pencarian data primer dilakukan melalui wawancara dengan pihak internal

perusahaan. Penentuan responden dilakukan menggunakan teknik purposive

sampling. Purposive sampling merupakan metode penentuan responden yang

memilih sampel dengan maksud dan tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu

diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu
23
tersebut memiliki informasiyang diperlukan bagi penelitiannya. Responden yang

terpilih dari pihak internal perusahaan adalah pemilik Kafe Taman Kopi dan

manajer pelaksana perusahaan.

3.3 Jenis dan Sumber Data


24

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Data primer merupakan data yang diperoleh dengan menggunakan observasi dan

wawancara langsung dengan pemilik dan manager pelaksana, seperti harga bahan

baku, peralatan, penerimaan, biaya operasional perusahaan, jumlah produksi dan

lain-lain.

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan

dengan masalah yang diteliti agar dapat diperoleh data sebagai penunjang

analisis. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang terstruktur

yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan

sebelumnya kepada pemilik Kafe Taman Kopi.

b. Observasi

Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan

langsung mengenai seluruh kegiatan atau aktivitas perusahaan dan gambaran

umum perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil observasi meliputi

kegiatan proses produksi yang terjadi di perusahaan.

Data sekunder adalah data yang berasal dari literatur-literatur dan laporan

yang dimiliki oleh perusahaan, pustaka literatur, buku yang relevan dengan

penelitian ini, buku cetak, skripsi maupun instansi lain.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diolah serta dianalisis dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan

kuantitatif dan meliputi transfer data, pengolahan, editing dan intepretasi data

secara deskriptif. Data kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek pasar dan
25

pemasaran, teknis dan produksi, manajemen dan hukum, sosial ekonomi, dan

aspek lingkungan. Sehingga hasil dari pengkajian data ini dapat diinterpretasikan

secara deskriptif untuk menggambarkan kelayakan usaha bisnis secara non

finansial. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan

aspek finansial usaha Kafe Taman Kopi melalui analisis kriteria evaluasi

kelayakan, yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C

(Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period), dan Analisis Sensitivitas

(Switching Value) yang diolah dengan Microsoft Office Excel 2010.

Analisis rencana bisnis yang dilakukan diarahkan kepada Kafe Taman Kopi

yang sudah berjalan selama 5 tahun. Biaya-biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, upah tenaga kerja dan

sebagainya sedangkan biayavariabel meliputi biaya bahan baku. Penyusunan

aliran kas (cash flow) dilakukan untuk mengetahui nilai manfaat bersih dan nilai

manfaat bersih tambahan. Komponen manfaat dan biaya dilakukan melalui

penyusunan cash flow ini, dengan mengelompokkan komponen-komponen

terlebih dahulu mana yang masuk ke dalam manfaat dan mana yang biaya.

Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

pemilik dan manager pelaksana usaha Kafe Taman Kopi.

2. Mengkaji kelayakan usaha Kafe Taman Kopi dilihat dari aspek finansial dan

non finansial.

3.4.1 Aspek Non Finasial


26

Aspek non finansial meliputi aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologi,

aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, dan aspek lingkungan,

berikut penjelasannya:

a. Aspek pemasaran

Aspek-aspek yang dikaji di dalam rencana pemasaran meliputi potensi pasar,

strategi pemasaran yang meliputi STP (Segmentation, Targeting,

Positioning) dan bauran pemasaran (marketing mix). Aspek pasar dikatakan

layak jika terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih pelaku

usaha dalam melakukan pengembangan usaha atas produk yang dijual.

Melalui analisis aspek ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi dan dapat

diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi, yang nantinya dapat

memperkirakan anggaran usaha.

b. Aspek teknis dan teknologi

Penilaian dalam aspek ini dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi

pembangunan usaha dan segi implementasinya dapat di laksanakan. Hal-hal

yang akan dianalisis adalah tata letak, tata kelola, pemilihan lokasi usaha,

kebutuhan bahan baku, proses produksi, fasilitas transportasi, kemudian

mesin dan peralatan, dan sebagainya. Secara keseluruhan rencana atau aspek

teknis ini akan dinilai apakah sudah bekerja secara efisien atau tidak, karena

pada akhirnya efisiensi yang akan menentukan salah satu faktor besar

kecilnya laba yang akan diperoleh perusahaan.

c. Aspek manajemen dan hukum


27

Dalam aspek ini yang dipelajari adalah bentuk organisasi/badan usaha yang

dipilih, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan kebutuhan pelatihan

untuk para tenaga kerja. Analisis berdasarkan aspek hukum dikatakan layak

apabila usaha telah memenuhi legalitas yang diperlukan dalam pelaksanaan

kegiatan produksi. Tujuan dari analisis aspek manajemen ini adalah untuk

mengetahui apakah proses perencanaan dan pengelolaan bisnis yang ada

sudah efektif dan efisien, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Aspek sosial dan ekonomi

Tujuan dari analisis aspek ini adalah untuk melihat manfaat dari bisnis Kafe

Taman Kopi terhadap lingkungan sekitarnya baik bagi masyarakat maupun

pemerintah. Faktor yang menjadi tolak ukur adalah peningkatan kesempatan

kerja warga sekitar, peningkatan pendapatan masyarakat, dan pajak bagi

pemerintah setempat.

e. Aspek lingkungan

Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat pengaruh bisnis Kafe Taman

Kopi terhadap lingkungannya apakah sisa limbah dari proses produksi kafe

memberikan dampak positif atau justru berdampak negatif terhadap

lingkungan sehingga dapat merusak kelestarian lingkungan.

3.4.2 Aspek Finansial

Secara umum dalam aspek finansial mencakup rencana kebutuhan fisik,

rencana anggaran biaya, biaya penyusutan, modal, dan rencana penerimaan, biaya

operasional, analisis kriteria evaluasi kelayakan, dan analisis kepekaan

(sensitivitas). Analisis kriteria evaluasi kelayakan, meliputi :


28

a. NPV (Net Present Value)

Net Present Value (NPV) adalah suatu alat analisis untuk menguji kelayakan

dari suatu investasi. NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang

ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu atau dapat dikatakan

sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun

kegiatan usaha. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV menurut

Kadariah et. al (1999) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Bt = penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t

Ct = biaya (cost) bruto tahun ke-t

N = umur ekonomis usaha

t = tahun

i = tingkat suku bunga (discount rate)

Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV

suatu usaha lebih besar dari nol (NPV> 0) berarti usaha tersebut layak

dilakukan atau dilanjutkan karena memiliki arti bahwa manfaat yang

diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, apabila NPV

usaha kurang dari nol (NPV< 0), maka usaha tersebut tidak layakdilakukan

atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat

yang diperoleh. Apabila NPV sama dengan nol (NPV=0) maka manfaat

yang diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan artinya
29

proyek mengembalikan persis sebesar modal sosial. Dengan demikian,

usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi. Namun, pada penelitian ini

perhitungan NPV tidak dilakukan secara manual. Perhitungan NPV

dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software

Microsoft Excel 2010.

b. IRR (Internal Rate of Return)

IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi perusahaan

yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR

mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek

untuk sumberdaya yang digunakan. IRR juga merupakan nilai discount rate

yang menjadikan NPV proyek sama dengan nol. Suatu investasi dianggap

layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

Apabila nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka

proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Menurut Nurmalina et al.

(2009) rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai

berikut:

Keterangan :

IRR = Tingkat internal hasil (%)

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif (%)

i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif (%)

NPV1 = Nilai bersih sekarang bernilai positif (Rupiah)


30

NPV2 = Nilai bersih sekarang bernilai negatif (Rupiah)

Kerangka keputusan :

1) Apabila IRR = tingkat diskonto maka usaha tidak mendapat keuntungan

maupun kerugian.

2) Apabila IRR < tingkat diskonto maka usaha tidak layak untuk dilakukan.

3) Apabila IRR > tingkat diskonto maka usaha layak untuk dilakukan.

c. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)

(Net B/C) merupakan perbandingan NPV total dari manfaat bersih

terhadap total dari biaya bersih atau dapat dikatakan sebagai perbandingan

antara jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai

bersih yang bernilai negatif sebagai penyebut. Analisis ini akan menguji

seberapa jauh setiap nilai rupiah yang akan dipakai dapat memberikan

sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Net B/C merupakan angka

perbandingan antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan

jumlah nilai sekarang yang bernilai negatif. Rumus untuk menghitung Net

B/C adalah :

Dimana,

Keterangan :

Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun


31

Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun

n = jumlah tahun

i = tingkat suku bunga (discount rate)

Kerangka keputusan :

1) Jika Net B/C > 1 maka proyek layak untuk dilakukan karena setiap

pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari

pengeluaran tersebut.

2) Jika Net B/C < 1 maka proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena

setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari

pengeluaran tersebut.

d. PP (Payback Period)

Metode ini mengukur seberapa cepat investasi dapat kembali. Semakin cepat

Payback Periode suatu bisnis maka semakin baik bisnis tersebut dijalankan.

Berikut adalah rumusan dari Payback Period :

e. Analisis sensitivitas

Analisis switching value merupakan variasi dari analisis sensitivitas.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan

yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah

untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas

ekonomi. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam kegiatan

investasi perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung

ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu mendatang.


32

Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar perubahan pada biaya dan manfaat yang akan menghasilkan

keuntungan normal yaitu NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau sama

dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu. Pada analisis

switching value secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai

tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting

pada analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan

tersebut terhadap daya tarik proyek.

Variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan

terhadap usaha yaitu kenaikan harga input dan penurunan penjualan. Dengan

analisis ini, akan dicari jumlah maksimum kenaikan biaya usaha yang

dominan dan jumlah maksimum penurunan penjualan gurami bumbu rujak

yang membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan.

3.5 Asumsi Dasar

1. Seluruh modal usaha berasal dari modal sendiri, karena pemilik tidak

ingin menggunakan dana yang bersifat pinjaman baik dari perseorangan

maupun dari bank.

2. Tahun ke nol merupakan tahun investasi dan persiapan yang dilakukan

selama setahun. Pada tahun pertama perusahaan sudah dapat menjual

produknya.

3. Dasar penentuan harga awal produk dan investasi adalah harga yang

berlaku pada saat pengambilan data bulan November-Desember 2015.


33

4. Penetapan umur proyek 5 tahun disesuaikan dengan umur ekonomis

peralatan yang digunakan (2015-2019)

5. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 7% berdasarkan

tingkat suku bunga deposito per November 2015.

6. Metode penyusutan menggunakan metode Garis Lurus

7. Penetapan umur ekonomis peralatan yang digunakan adalah 5 tahun.

8. Produk yang dijadikan bahan penelitian adalah Gurami Bumbu Rujak

dan Beef Grill.

9. Harga jual produk kontstan, dimana harga jual yang digunakan adalah

harga jual pada bulan November-Desember 2015 dengan harga jual

Gurami Bumbu Rujak adalah Rp 9.000/ons, dan untuk Beef Grill adalah

Rp 30.000.

10. 1 kg ikan gurami

11. 1 kg daging sapi menjadi 10 porsi Beef Grill

12. Inflow berasal dari pendapatan penjualan, dan nilai sisa.

13. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan undang-undang Republik

Indonesia tentang Perpajakan No. 3 Tahun 2015 melalui Perda

Kabupaten Jepara Nomer 8 tahun 2011 yang isinya adalah :

a) Tidak dikenakan pajak jika pendapatan kurang dari Rp. 3.000.000,-.

b) Dikenakan pajak 2 persen apabila perusahaan memperoleh

pendapatan Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,-

c) Dikenakan pajak 10 persen apabila perusahaan memperoleh

pendapatan lebih dari lebih dari Rp. 5.000.000,-.


34

DAFTAR PUSTAKA

[Depkop] Departemen Koperasi. 2015. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Skala


Usaha Tahun 2010-2012. Jakarta : Kementrian Koperasi dan UKM [diakses
pada tanggal 05 November 2015]
[Depkop] Departemen Koperasi. 2015. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil,
Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB). Jakarta : Kementrian Koperasi
dan UKM [diakses pada tanggal 05 November 2015]
Kadariah, L. Kahlien dan G. Clive. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. FEM UI,
Jakarta.
35

Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta (ID):
Kencana.
Kotler, P. 2004. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi Kedua. Jakarta (ID): Indeks.
Kusuma, PTWW. dan Mayasti, NKI. 2014. Analisa Kelayakan Finansial
Pengembangan Usaha Produksi Komoditas Lokal: Mie Berbasis Jagung.
Jurnal Agritech Vol. 34 No. 2
Lazuardi, RF. Fitria, L. dan Bakar, A. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Mobile
Carwash di Kota Bandung. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Vol.01
No. 03
Ngamel, AK. 2012. Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut dan Nilai
Tambah Tepung Karaginan di Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku
Tenggara. Jurnal Sains Terapan Edisi II Vol. 2, No. 1
Nurmalina. R., Sarianti, T., Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor:
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Peraturan Perundang-undangan. 2008. No.20/UU/2008 tentang Definisi dan
Kriteria UKM. Jakarta
Rangkuti, F. 2012. Studi Kelayakan Bisnis dan Investasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
[TIC] Tourism Information Center. 2015.
www.tic.com/informasipelayananwisatajepara. Jepara : Tourism Information
Center [diakses pada tanggal 05 November 2015]
Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Umar, H. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
36

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara kepada pemilik Kafe Taman Kopi

PERTANYAAN WAWANCARA KAFE TAMAN KOPI

I. Pertanyaan mengenai gambaran umum perusahaan

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kafe Taman Kopi?

2. Apa visi dan misi Kafe Taman Kopi?

3. Produk-produk apa saja yang ditawarkan Kafe Taman Kopi?


37

4. Apakah menu andalan Kafe Taman Kopi?

5. Hal-hal apa saja yang melatar belakangi rencana pengembangan usaha?

6. Komentar apa saja yang sering kali dikeluhkan konsumen terhadap Kafe

Taman Kopi?

II. Pertanyaan mengenai aspek pasar dan pemasaran

1. Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh Kafe Taman Kopi?

2. Segmentasi pasar seperti apa yang direncanakan Kafe Taman Kopi?

3. Bagaimana penentuan target pasar yang direncanakan Kafe Taman

Kopi?

4. Bagaimana rencana pemasaran yang akan Kafe Taman Kopi terkait

dengan positioning?

III. Pertanyaan mengenai aspek teknis dan teknologi

1. Bagaimana pemilihan lokasi yang direncanakan Kafe Taman Kopi?

2. Bahan baku apa saja yang digunakan Kafe Taman Kopi?

3. Bagaimana proses produksinya?

4. Peralatan dan perlengkapan apa saja yang digunakan Kafe Taman Kopi?

5. Sarana penunjang apa saja yang dibutuhkan Kafe Taman Kopi?

IV. Pertanyaan mengenai aspek manajemen dan hukum

1. Bagaimana penentuan karyawan yang dibutuhkan Kafe Taman Kopi?

2. Apakah diperlukan pelatihan bagi para karyawan?

3. Bagaimana struktur organisasi dan tugas masing-masing bagian?

V. Pertanyaan mengenai aspek keuangan

1. Berapa rata-rata pendapatan Kafe Taman Kopi?


38

2. Berapa rata-rata total produksi yang bisa dihasilkan dalam satu minggu?

3. Berapa harga dari setiap komponen biaya investasi (tanah dan bangunan,

peralatan dan perlengkapan, serta kendaraan)?

4. Berapa input bahan baku untuk satu kali produksi?

5. Berapa harga produk yang dijual Kafe Taman Kopi?

6. Berapa upah tenaga kerja?

7. Berapa harga dari setiap bahan baku?

8. Biaya apa saja selain bahan baku yang terdapat dalam proses produksi?

Anda mungkin juga menyukai