Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal merupakan suatu kebutuhan bagi setiap negara, pesatnya aliran

modal merupakan kesempatan guna memperoleh dana pembiayaan bagi

pembangunan ekonomi. Kebijakan perekonomian terbuka yang diberlakukan akan

membentuk suatu pasar menjadi bebas. Pasar modal mempunyai peranan yang

penting dalam kehidupan ekonomi, terutama dalam proses alokasi dana

masyarakat. Pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari

pihak yang mempunyai kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana.

Keputusan investasi oleh investor ditentukan oleh pengharapan mereka atas

kesuksesan suatu usaha di masa yang akan datang. Mereka bersedia menanamkan

dana jika mereka menganggap prospek suatu investasi menguntungkan.

Pasar modal sebagai salah satu instrumen ekonomi tidak lepas dari berbagai

pengaruh lingkungan. Semakin penting peran pasar modal dalam perekonomian

suatu negara, semakin sensitif pasar modal itu terhadap berbagai peristiwa di

sekitarnya (Suryawijaya dan Setiawan, 1998). Disamping lingkungan ekonomi

mikro, perubahan lingkungan yang dimotori oleh kebijakan-kebijakan makro

ekonomi, kebijakan moneter, kebijakan fiskal maupun regulasi pemerintah dalam

sektor riil dan keuangan, akan pula mempengaruhi gejolak di pasar modal.

1
2

Tidak hanya faktor ekonomi mikro dan makro yang menjadi tingkat

kepekaan dinamika pasar modal melainkan ada faktor-faktor non ekonomi, seperti

penegakan hak asasi manusia, kepedulian pada lingkungan hidup serta peristiwa-

peristiwa ketatanegaraan yang sarat dengan nuansa politik telah pula

mempengaruhi pergerakan pasar modal (Indarti dan Purba 2013).

Salah satu peristiwa yang berdampak secara makro adalah pergantian

Menteri Keuangan (Kabinet Kerja Jilid II) yang terjadi Indonesia pada tanggal 27

Juli 2016. Menteri Keuangan sebelumnya Bambang Brodjonegoro digantikan oleh

Sri Mulyani yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.

Peristiwa pergantian Menteri Keuangan tentunya selalu membawa harapan

masyarakat untuk perubahan ekonomi Indonesia menuju arah yang lebih baik dari

sebelumnya. Terkait dengan tujuan kemajuan perekonomian Indonesia, apabila

stabilitas politik dan ekonomi dapat tercipta maka akan membuat investor merasa

aman menanamkan modalnya dipasar modal, namun apabila stabilitas ekonomi

dan politik tidak dapat dijaga maka para investor akan ragu untuk menanamkan

modalnya dipasar modal. Selain menjaga kestabilan politik dan ekonomi dalam

negeri, mempersiapkan diri dalam menghadapi untuk persaingan global juga

penting, siapapun pemimpin negara ini akan mengemban tugas berat karena

pemerintah harus mempersiapkan pasar global ASEAN yang sudah dijalani saat

ini. Untuk bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya Indonesia harus

memperkuat fundamental perekonomian, memperbaiki sektor pertanian dan

perikanan agar dapat tercapai swasembada pangan, dan mempersiapkan sumber

daya manusia agar siap bersaing dengan industri-industri dari negara lain.
3

Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar

terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi

dari suatu peristiwa. Pada umumnya, informasi yang dibutuhkan investor dapat

berasal dari kondisi internal maupun eksternal perusahaan (emiten). Dalam pasar

modal yang efisien, pasar akan bereaksi secara cepat terhadap semua informasi

yang relevan. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan harga saham melebihi kondisi

normal, sehingga menimbulkan abnormal return (Zaqi, 2006). Informasi yang

dimiliki oleh investor akan tertransformasi dalam bentuk naik-turunnya volume

transaksi harian dan frekuensi transaksinya. Volatilitas terjadi karena ada sebagian

informasi privat yang terungkap melalui proses transaksi dan bukan karena

peningkatan penyebaran informasi publik (Wibowo, 2004).

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari

suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, pasar diharapkan

akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar

tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga sekuritas yang bersangkutan

dimana reaksi ini dapat diukur dengan abnormal return (Jogiyanto, 2005).

Budiarto dan Baridwan (1999), menyatakan bahwa reaksi pasar sebagai

suatu sinyal terhadap informasi adanya suatu peristiwa tertentu dapat

mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan volume

perdagangan saham yang terjadi. Para`investor juga dapat melakukan pengamatan

tentang informasi volume perdagangan dikaitkan dengan harga saham. Saham


4

dengan volume perdagangan tinggi akan menghasilkan return saham yang tinggi

(Chordia, 2000).

Dari beberapa peristiwa politik yang terjadi di Indonesia, salah satu

peristiwa politik terbaru yang hendak diuji kandungan informasinya terhadap

aktivitas bursa efek adalah peristiwa pergantian menteri kabinet kerja jilid II pada

umumnya dan khususnya pergantian Menteri Keuangan Indonesia yang

dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2016.

Pelaksanaan pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja Jilid II yang

diumumkan dan dilantik secara langsung oleh Presiden RI Joko Widodo atau yang

kerap disebut Jokowi. Pada kesempatan ini sejumlah 12 menteri diganti jelang

kepemimpinan dua tahun Jokowi. Utamanya yang menjadi sorotan adalah

Presiden Jokowi melantik Menteri Keuangan Sri Mulyani yang kembali mengisi

jabatan Menkeu setelah sebelumnya menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia pada

tahun 2010. Alasan utama yang disampaikan Presiden Jokowi sebelum

melaksanakan Reshuffle Kabinet Kerja Jilid II tidak lain adalah untuk

mengentaskan masalah kemiskinan dan kesenjangan ekonomi antar wilayah.

Selain itu juga, Presiden Jokowi menyebutkan bahwa Indonesia harus mulai dari

dini untuk memperkuat ekonomi nasional untuk menghadapi tantangan ekonomi

global yang ganas.

Pada prinsipnya, jika pengumuman diharapkan mengandung informasi,

maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima

oleh pasar (Jogiyanto, 2003). Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian ini

berupaya melakukan event study mengenai kaitan antara abnormal return dan
5

aktivitas volume perdagangan dengan peristiwa pergantian Menteri Keuangan

Kabinet Kerja Jilid II tahun 2016 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan

untuk menguji kekuatan muatan informasi (information content) dari suatu

peristiwa terhadap aktivitas di bursa, atau dengan kata lain akan mengamati reaksi

pasar modal terhadap suatu event berupa intervensi dari stakeholder menyangkut

kebijakan yang harus diambil dalam mengurangi kepanikan yang terjadi di bursa.

Penelitian ini dilakukan dengan menguji pengaruh pergantian Menteri

Keuangan Indonesia tahun 2016 terhadap abnormal return dan trading volume

activity setelah pengumuman dan pelantikan Menteri Keuangan pada bulan Juli

2016 dan menguji perbedaan abnormal return dan trading volume activity

sebelum dan sesudah dilakukan pergantian Menteri Keunagan terhadap saham-

saham anggota indeks LQ-45. Alasan pemilihan Indeks LQ-45 sebagai objek

penelitian karena Indeks LQ-45 merupakan salah satu indeks saham unggulan di

bursa efek indonesia proses pemilihan 45 saham yang masuk dalam indeks ini

dibentuk hanya dari 45 saham-saham yang paling aktif diperdagangkan.

Berdasarkan uraian tersebut maka judul penelitian mengenai pengaruh

pergantian Menteri Keuangan tanggal 27 Juli 2016 terhadap pasar modal adalah :

”Analisa Abnormal Return dan Trading Volume Activity pada Peristiwa

Pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja Jilid II (Studi pada Saham

Angota LQ-45 di Bursa Efek Indonesia 2016).


6

1.2 Rumusan Masalah

Peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja Jilid II di Indonesia

tanggal 27 Juli 2016 merupakan salah satu peristiwa yang membuat Bursa Efek

Indonesia di Jakarta mengalami fluktuasi penurunan dan kenaikan. Sebelum

pergantian Menteri Keuangan tahun 2016 BEI merespon informasi yang negatif,

sedangkan setelah pergantian Menteri Keuangan merespon informasi yang positif.

Informasi positif menyebabkan harga saham naik dan informasi negatif

menyebabkan harga saham turun dan menguji muatan informasi terhadap

abnormal return dan trading volume activity. Naiknya indeks harga saham LQ-45

setelah pergantian Menkeu menunjukkan rentannya saham LQ-45 di Bursa Efek

Indonesia, akan tetapi seberapa jauh reaksi yang ditimbulkan dari peristiwa

tersebut perlu pembuktian yang lebih mendalam baik dari segi abnormal return

maupun volume perdagangan, sehingga dengan demikian perumusan masalah

yang diajukan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return pada saham LQ-45

sebelum dan setelah pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja Jilid II

pada Periode 20 Juli – 3 Agustus 2016?

2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata Trading Volume Activity (TVA)

pada saham LQ-45 sebelum dan setelah pergantian Menteri Keuangan

Kabinet Kerja Jilid II pada Periode 20 Juli – 3 Agustus 2016?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan yaitu sebagai berikut:


7

1. Menganalisis perbedaan rata-rata abnormal return pada saham LQ-45

sebelum dan setelah pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja Jilid II

pada Periode 20 Juli – 3 Agustus 2016.

2. Menganalisis perbedaan rata-rata Trading Volume Activity (TVA) pada

saham LQ-45 sebelum dan setelah pergantian Menteri Keuangan

Kabinet Kerja Jilid II pada Periode 20 Juli – 3 Agustus 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi praktisi, emiten, investor, penelitian ini dapat menjadi bahan

pertimbangan dan masukan dalam pengambilan keputusan pada saat

melakukan pembelian atau penjualan saham ketika terjadi peristiwa

politik atau non ekonomi.

2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam

melakukan penelitian selanjutnya serta perluasan teori dan penelitian

terdahulu mengenai event study yang diimplementasikan untuk

mengetahui reaksi pasar modal terhadap peristiwa politik atau non

ekonomi.

3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah kepekaan

penulis terhadap berbagai studi pada bidang akuntansi keuangan serta

meningkatkan keterampilan penulis dalam melakukan penelitian secara

komprehensif.
8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian kali ini untuk mendapatkan hasil yang terbaik penulis melakukan

suatu pembatasan masalah dengan tujuan agar penelitian dapat dilakukan secara

terarah dan hasil yang diperoleh dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada dampak sebelum dan sesudah

peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja Jilid II Republik Indonesia

yang di umumkan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 27

Juli 2016 pada perusahaan yang tergabung dalam LQ 45 yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode H-5 hingga H+5 dari hari pengumuman pergantian

Menteri Keuangan.

BAB II
9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Signaling Theory

Signalling theory dalam penelitian ini terkait dengan adanya informasi yang

menjadi sinyal atau indikasi dari abnormal return dan trading volume activity dari

saham suatu perusahaan terhadap investor dan pelaku pasar lainnya. Dengan

adanya indikasi ini, maka investor dan pelaku pasar akan dapat menentukan

sikapnya sebelum dan setelah adanya pengumuman terhadap suatu event.

Signaling theory berakar dalam gagasan informasi asimetris, yang

mengatakan bahwa dalam beberapa transaksi ekonomi, ketidaksetaraan dalam

akses ke informasi pasar normal untuk pertukaran barang dan jasa. Menurut

Pramastuti (2007), mengusulkan agar kedua pihak bisa mendapatkan sekitar

masalah informasi asimetris dengan memiliki salah satu pihak mengirimkan

sinyal yang akan mengungkapkan beberapa bagian informasi yang relevan kepada

pihak lain.

Prinsip signaling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung

informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric information. Asymmetric

information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih

banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki

informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal.

Tingkat asymetric information ini bervariasi


9 dari sangat tinggi ke sangat rendah
10

(Pramastuti, 2007). Oleh sebab itu, faktor keadaan dan posisi perusahaan harus

dimasukkan ke dalam tahapan berupa siklus hidup perusahaan, sehingga dengan

lebih memahami posisi tahap siklus hidup perusahaan, pengguna laporan

keuangan dapat menentukan informasi akuntansi yang selayaknya dipakai.

2.1.2 Pasar Modal

UU Pasar modal RI No. 8 Tahun 1995 pasar modal didefinisikan sebagai

kegiatan yang bersangkutam dengan penawaran umum dan perdagangan efek,

perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkanya, suatu lembaga

profesi yang berkaitan dengan efek. Pengertian pasar modal menurut Tandelilin

(2001) Pasar modal merupakan suatu tempat dimana pihak yang kelebihan dana

(lender/investor) dan pihak yang kekurangan dana (brower/emiten) dengan cara

memperjualbelikan sekuritas. Selain itu pasar modal juga berfungsi sebagai

lembaga perantara (intermediaries). Pasar modal adalah salah satu penggerak

perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari

perekonomian negara tersebut (Lawrence, 2013).

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam perekonomian terutama

dalam pengalokasian dana masyarakat. Menurut Jogiyanto (2008), pasar modal

merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka

panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal

berfungsi sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana

dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika
11

individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu

lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana.

2.1.3 Efisiensi Pasar

Menurut Fama (1970) dalam Jogiyanto (2008), menyajikan tiga macam

bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari

informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang

dipublikasikan dan informasi privat, sebagai berikut:

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form).

Pasar dikatakan efisiensi dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas

tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa

lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi.

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form).

Pasar dikatakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) jika

harga-haga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua

informasi yang dipublikasikan (all publicly available information), termasuk

informasi yang berada dalam laporan-laporan keuangan perusahaan emiten.

3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form).

Pasar dikatakan efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), jika harga-harga

sekuritas secara penuh (fully reflect) mencerminkan semua informasi yang

tersedia termasuk informasi privat.

Dalam penelitian ini melakukan pengujian efisiensi bentuk setengah kuat,

dimana jika terdapat abnormal return maka pasar harus bereaksi secara cepat
12

untuk menyerap abnormal return dan menuju ke harga keseimbangan yang baru.

Efisiensi pasar bentuk setengah kuat hanya ditinjau dari informasi yang

dipublikasikan yang disebut dengan efesiensi pasar secara informasi

(informationally efficient market) (Jogiyanto, 2008).

2.1.4 Saham LQ-45

Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya

tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian besar sekuritasnya kurang

aktif diperdagangkan. IHSG yang mencakup semua saham yang tercatat (sebagian

besar saham tidak aktif) dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan pasar

modal. Oleh karena itu, pada tanggal 24 Februari 1997 dikenalkan alternative

indeks yang lain, yaitu Indeks Likuid-45 (ILQ-45).

Indeks LQ-45 dimulai pada tanggal 13 Juli 1994 dan tanggal ini merupakan

hari dasar indeks dengan nilai awal 100. Indeks ini dibentuk hanya dari 45 saham-

saham yang paling aktif diperdagangkan. Pertimbangan pertimbangan yang

mendasari pemilihan saham yang masuk di ILQ-45 adalah likuiditas dan

kapitalisasi pasar dengan kriteria sebagai berikut (Jogiyanto, 2008):

1. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi saham masuk dalam urutan 60

terbesar dari total transaksi saham di pasar regular.


2. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam

urutan 60 terbesar di pasar reguler.


3. Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan.

Pembobotan dalam perhitungan Indeks LQ-45 sama dengan perhitungan

pada IHSG dan Indeks sektoral, yaitu sebagai berikut (Jogiyanto, 2008):
13

Keterangan:
Indeks LQ-45t = x 100
Indeks LQ-45t : indeks LQ-45 hari ke-t

Nilai Pasar : rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat di

bursa dikalikan dengan harga pasar perlembarnya) dari

saham umum dan saham preferen pada hari ke-t

Nilai Dasar : sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari tanggal 13 Juli

1994

Bursa Efek Indonesia (BEI) secara rutin memantau perkembangan kinerja

komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ-45. Setiap 3 bulan

review pergerakan ranking saham akan digunakan dalam kalkulasi indeks LQ-45,

sedangkan pergantian saham akan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yaitu pada

bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria

seleksi indeks LQ-45, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks

dan diganti dengan saham lain yang lebih memenuhi kriteria (Prabawanti, 2003

dalam Andreas, 2004).

2.1.5 Studi Peristiwa (Event Study)

Event Study merupakan suatu metode penelitian untuk mengamati dampak

suatu peristiwa (event) pada harga saham di pasar modal. Pengamatan itu biasanya

dilakukan dengan melihat perilaku pendapatan (return) saham di sekitar kejadian

yang diamati. Menurut Jogiyanto (2008) menyebutkan bahwa event study


14

merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap peristiwa yang

informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman.

Tujuan event study adalah untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa

dengan tingkat pengembalian (return) dari suatu surat berharga. Selain itu event

study dapat juga digunakan untuk mengukur dampak suatu peristiwa ekonomi

terhadap nilai perusahaan. Menurut Lamasigi (2002) menyebutkan bahwa dari

beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa event study dikembangkan

untuk menganalisis reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya

dipublikasikan. Peristiwa tersebut meliputi peristiwa ekonomi maupun peristiwa

non ekonomi untuk mengetahui ada tidaknya abnormal return yang diperoleh

pemegang saham. Selain itu event study dapat juga digunakan menguji kandungan

informasi dari suatu peristiwa atau pengumumam. Jika suatu peristiwa atau

pengumuman mengandung informasi maka diharapkan akan bereaksi pada waktu

pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan

adanya perubahan harga sekuritas. Reaksi ini biasanya diukur dengan

menggunakan konsep abnormal return.

Banyak peristiwa yang dapat mempengaruhi harga saham di pasar begitu

peristiwa itu terjadi. Peristiwa corporate action, seperti split, right issue,

mempunyai pengaruh terhadap harga saham tetapi lamban. Peristiwa insidental

yang tidak terulang kembali setiap tahun tahun tetapi dapat terjadi sewaktu-waktu

yang berdampak seketika dan drastis terhadap harga saham. Setiap hari terdapat

aliran informasi masuk ke dalam pasar modal dan jika informasi-informasi ini
15

relevan dengan penilaian saham maka informasi-informasi tersebut akan

mempengaruhi harga saham.

2.1.6 Abnormal Return

Menurut Jogiyanto (2008), studi peristiwa menganalisis return tidak normal

dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa.

Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang

sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa

abnormal return terjadi karena dipicu oleh adanya kejadian atau peristiwa

tertentu, misalnya hari libur nasional, suasana politik, kejadian-kejadian luar

biasa, stock split, penawaran perdana, suspend dan lain-lain.

Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi

dengan return ekspektasi. Formulasinya adalah, sebagai berikut (Jogiyanto, 2008):

ARi,t = Ri,t – E [Ri,t]

Keterangan:

ARi,t : abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.

Ri,t : return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada

periode peristiwa ke-t.

E [Ri,t] : return ekspektasi (Expected return) sekuritas ke-i untuk periode

peristiwa ke-t.

2.1.7 Return Saham

Menurut Jogiyanto (2008), return saham adalah hasil yang diperoleh dari

suatu investasi. Return merupakan salah satu faktor membuat investor termotivasi
16

untuk terus berinvestasi dan sekaligus sebagai imbalan atas segala keberanian

dalam berinvestasi dan menanggung risiko. Hubungan antara return dan risiko

yang diharapkan adalah hubungan yang searah atau linier, artinya semakin tinggi

risiko yang ditanggung semakin tinggi pula return yang mungkin akan diperoleh

dari suatu aset, hal ini juga terjasi sebaliknya. Dalam karakteristik suatu investasi

terdapat suatu aset investasi tertentu dimana terdapat returnyang tetap (biasanya

cenderung kecil) namun bebas risiko, titik ini disebut titik risk free.

Sumber-sumber return dari investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu

yield dan capital gain/loss. Yield merupakan komponen return yang

mencerminkan aliran kas ataupendapatan yang diperoleh suatu investasi secara

periodik. Dalam instrumen saham kita mengenalnya sebagai deviden yang hanya

akan berupa angka nol atau positif. Sedangkan capital gain/loss merupakan

kenaikan atau penurunan nilai dari suatu surat berharga dapat berupa minus,

angka nol dan positif. Return dapat berupa realized return (return realisasi/

sesungguhnya) yaitu return yang sudah terjadi dan expected return yaitu return

yang belum terjadi tetapi diharapkan terjadi di masa mendatang.

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung

berdasarkan data historis dan dapat digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja

dari perusahaan, dan sebagai dasar penentu return ekspektasi serta risiko di masa

mendatang (Jogiyanto, 2008). Return sesungguhnya merupakan return yang

terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap

harga sebelumnya. Return saham (Ri,t) sesungguhnya diperoleh dari harga saham

harian sekuritas i pada periode t (Pi,t) dikurangi harga saham harian sekuritas i
17

pada periode t-1 (Pi,t-1), dibagi harga saham harian sekuritas i pada periode t-1

(Pi,t-1), lebih jelasnya dapat diformulasikan, sebagai berikut (Jogiyanto, 2008):

Ri,t = Pi,t – Pi,t-1


Pi,t-1

Keterangan :

Ri,t = Return saham harian skuritas i pada periode t

Pi,t = Harga saham harian sekuritas i pada periode t

Pi,t-1 = Harga saham harian sekuritas i pada periode t-1

2.1.8 Aktivitas Volume Perdagangan (Trading Volume Activity/TVA)

Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis,

teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa

akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan volume

perdagangan saham dibarengi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang

semakin kuat akan kondisi yang bullish (Neni dan Mahendra, 2004).

Volume perdagangan saham dapat digunakan oleh investor untuk melihat

apakah saham yang dibeli tersebut merupakan saham yang aktif diperdagangkan

di pasar (Neni dan Mahendra, 2004). Saham yang aktif perdagangannya sudah

pasti memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume yang

besar akan menghasilkan return saham yang tinggi (Chordia, 2000).

Ditinjau dari fungsinya Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu

variasi event study, Hasil perhitungan TVA mencerminkan perbandingan antara


18

jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar dalam

suatu periode tertentu. TVA diukur dengan formulasi sebagai berikut:

TVA=

Pendekatan TVA ini juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar

efisiensi bentuk lemah (weak-form efficiency). Hal ini dikarenakan pada pasar

yang belum efisien atau efisien dalam bentuk lemah, perubahan harga belum

dengan segera mencerminkan informasi yang ada sehingga investor hanya dapat

mengamati reaksi pasar modal melalui pergerakan volume perdagangan pasar

modal yang diteliti. Menurut Neni dan Mahendra (2004), kecepatan reaksi antara

kejadian dan pengaruhnya terhadap harga saham di bursa tergantung pada

kekuatan pasar. Semakin efisien suatu pasar maka semakin cepat pula informasi

tersebut terefleksikan dalam harga yang sama.

2.2 Hubungan Logis antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

2.2.1 Hubungan Pergantian Menteri Keuangan dengan Abnormal Return

Berdasarkan signaling theory, prinsip signaling ini mengajarkan bahwa

setiap tindakan mengandung informasi, sehingga berakar dalam gagasan informasi

asimetris, yang mengatakan bahwa dalam beberapa transaksi ekonomi,

ketidaksetaraan dalam akses ke informasi pasar normal untuk pertukaran barang

dan jasa. Dalam konteks event study, yang suatu pengamatan mengenai harga

saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang
19

diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu, signaling theory

ini memberikan penjelasan bahwa setiap event akan memiliki kandungan

informasi yang akan mempengaruhi pasar.

Pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja Jilid II sebagai sebuah event

diduga memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi reaksi pasar.

Reaksi pasar tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham

perusahaan bersangkutan yang diukur dengan abnormal return. Jika digunakan

abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang

mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada

pasar. Sebaliknya, suatu pemilihan umum yang tidak mengandung informasi tidak

memberikan abnormal return kepada pasar.

Teori ini sesuai dengan penelitian Sirait et. al (2012) yang menyatakan

terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah event. Namun

hasil tersebut berentangan dengan penelitian Ningsih (2014), Hartawan et. al

(2015), dan Chandra et. al (2015) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan

rata-rata abnormal return sebelum dan setelah event. Berdasarkan uraian di atas,

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Hipotesis 1 (H1) : Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return pada saham LQ-

45 sebelum dan sesudah pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja Jilid II.

2.2.2 Hubungan Pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja Jilid II

dengan Trading Volume Activity


20

Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis

teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa

akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik.

Reaksi pasar tidak hanya ditunjukkan dengan adanya perubahan harga

saham yang tercermin dari abnormal return, tetapi juga ditunjukkan dengan

adanya perubahan aktivitas perdagangan yang tercermin dari volume perdagangan

saham perusahaan yang bersangkutan. Menurut Ang (1997) dalam Laksitafresti

(2012) Volume perdagangan dapat diukur dengan adanya perubahan volume

perdagangan saham diakibatkan oleh penawaran dan permintaan yang dilakukan

oleh investor terhadap saham entitas dibursa. Semakin meningkat volume

penawaran dan permintaan saham, maka semakin besar pengaruhnya terhadap

fluktuasi volume perdagangan dibursa, dan semakin meningkatnya volume

perdagangan saham dan frekuensi perdagangan, menunjukan semakin diminati

saham tersebut oleh investor.

Teori ini sesuai dengan penelitian Ningsih (2014) yang menyatakan terdapat

perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan setelah event. Namun

hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Hartawan et. al (2015) dan Chandra

et. al (2015) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata trading volume

activity sebelum dan setelah event. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Hipotesis 2 (H2) : Terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity (TVA) pada

saham LQ-45 sebelum dan setelah pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja

Jilid II.
21

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Peneliti (Tahun Variabel dan
Peristiwa Hasil Penelitian
Penelitian) Metode Penelitian
Hartawan et. al Pemilu legislatif Volume Perdagangan Tidak terdapat
(2015) 2014 pada tanggal Saham, Abnormal perbedaan yang
4 April sampai Return, signifikan rata- rata
dengan 14 April aktifitas volume
2014 perdagangan saham,
rata-rata abnormal
Metode analisis : return sebelum dan
Event Study sesudah peristiwa
pemilu legislatif
Chandra et. al Pemilihan presiden Avarage Abnormal Tidak terdapat
(2015) di indonesia tahun Return, Avarage perbedaan average
2004 dan 2009 Trading Volume abnormal return dan
Activity, average trading volume
activity secara
signifikan sebelum dan
Metode analisis : sesudah peristiwa
Event Study pemilihan presiden di
Indonesia tahun 2004
dan 2009
Sirait et. al Pergantian Menteri Avarage Abnormal Terdapat perbedaan
(2012) Keuangan 2010 Return, avarage abnormal
return yang signifikan
sebelum dan saat
Metode analisis: pergantian Menteri
Event Study Keuangan tahun 2010
Ningsih, ER. Pengumuman Abnormal Return, Rata-rata terhadap
(2014) Kenaikan Harga Volume abnormal return pada
BBM 22 Juni 2013 Perdagangan, periode sebelum dan
sesudah pengumuman
menunjukan tidak
adanya perbedaan yang
signifikan, sedangkan
Metode analisis: rata-rata trading volume
Event Study activity (TVA)
22

menunjukan adanya
perbedaan yang
signifikan pada periode
sebelum dan sesudah
peristiwa pengumuman.

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam penelitian ini menggunakan Event pergantian Menteri Keuangan

Kabinet Kerja Jilid II yang berlangsung pada tanggal 27 Juli 2016 mengakibatkan

penuruanan nilai indeks LQ-45 pada saat sebelum peristiwa pergantian Menteri

Keuangan. Diduga peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja Jilid II

ini mempengaruhi abnormal return dan aktivitas volume perdagangan pada saham

LQ-45, sehingga ada perbedaan abnormal return dan aktivitas volume

perdagangan pada saham LQ-45 sebelum dan setelah pergantian Menteri

Keuangan Kabinet Kerja Jilid II pada tanggal 27 Juli 2016.

Sebelum
Pergantian
Menkeu
Rata-Rata Uji Beda
Abnormal (t-test)
Return Setelah
Pergantian
Menkeu
Pergantian Saham
Menkeu LQ-45
Sebelum
Pergantian
Rata-Rata Menkeu
Trading Uji Beda
(t-test)
Volume
Setelah
Pergantian
Menkeu
23

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian

Untuk menguji apakah terjadi perbedaan abnormal return dan aktivitas

volume perdagangan pada saham LQ-45 sebelum dan setelah Pergantian Menkeu

Kabinet Kerja Jilid II tanggal 27 Juli 2016, maka dilakukan uji beda T-test.

Berdasarkan telah teoritis yang berkaitan dengan reaksi pasar atas event study

berupa pergantian Menteri Keuangan terhadap abnormal return dan aktivitas

volume perdagangan pada saham LQ-45, maka dapat dikembangkan kerangka

pemikiran teoritis seperti tampak pada Gambar 2.4.

2.4.1 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran pada Gambar 2.1, maka hipotesis yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis 1 (H1) : Terdapat perbedaan rata-rata Abnormal Return pada

saham LQ-45 sebelum dan setelah pergantian Menteri Keuangan

Kabinet Kerja Jilid II.

2. Hipotesis 2 (H2) : Terdapat perbedaan rata-rata Trading Volume Activity

(TVA) pada saham LQ-45 sebelum dan setelah pergantian Menteri

Keuangan Kabinet Kerja Jilid II.


24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakana pada penelitian ini adalah:

1. Abnormal Return

Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya

terjadi terhadap normal return yang merupakan return yang diharapkan

oleh investor (expected return) (Jogiyanto, 2008).

2. Trading Volume Activity (TVA)

Hasil perhitungan TVA mencerminkan perbandingan antara jumlah

saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar dalam

suatu periode tertentu (Mahesa, 2013).

3.1.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi :

1. Abnormal Return
25

Menurut Jogiyanto (2008), abnormal return merupakan kelebihan dari

return yang sesungguhnya terjadi terhadap normal return yang

merupakan return yang diharapkan oleh investor (expected return).

ARi,t = Ri,t – E [Ri,t]

Keterangan:
24
ARi,t : abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.

Ri,t : return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada

periode peristiwa ke-t.

E [Ri,t] : return ekspektasi (Expected return) sekuritas ke-i untuk periode

peristiwa ke-t.

Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang

merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya.

Keterangan:

Ri,t = return saham harian sekuritas i pada periode t

Pi, t = Harga saham harian sekuritas i pada periode t

Pi,t-1 = harga saham harian sekuritas i pada periode t-1

Expected Return adalah return yang diharapkan investor yang akan

diperoleh di masa yang akan datang dimana sifatnya belum terjadi.

E[Ri,t] = RMit

Keterangan:

E[Ri,t] = Expected Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

RMi,t = return pasar dari sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
26

2. Trading Volume Activity (TVA)

Hasil perhitungan TVA mencerminkan perbandingan antara jumlah

saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar dalam

suatu periode tertentu. Jadi, TVA diukur dengan formulasi sebagai

berikut (Mahesa, 2013):

TVA=

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan / individu

individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Ferdinand, 2006). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh data keuangan perusahaan yang masuk dalam indeks

LQ-45 di BEI pada bulan Juli 2016. Adapun alasannya sebagaimana dikutip dari

Lamasigi (2002) adalah karena penelitian yang berbasis event study terutama

untuk periode harian, memerlukan emiten-emiten yang bersifat liquid dengan

kapitalisasi terbesar sehingga pengaruh suatu event dapat diukur dengan segera

dan relatif lebih akurat. Selain itu, saham LQ-45 merupakan saham-saham yang

aktif diperdagangkan di bursa.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sejumlah individu yang merupakan perwakilan dari populasi

(Ferdinand, 2006). Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria atau


27

pertimbangan tertentu (Ferdinand, 2006). Adapun kriteria sampel yang akan

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Saham-saham teraktif yang masuk dalam perhitungan LQ-45 selama

tahun 2016 mulai Januari hingga Agustus 2016.

2. Saham LQ-45 yang tidak disuspend selama periode pengamatan ±5 hari

(20 Juli sampai dengan 03 Agustus 2016).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi

dan studi pustaka, yaitu dengan mencatat dan penelahaan terhadap aspek-aspek

atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek dalam penelitian ini.

Data yang digunakan merupakan data yang dapat diperoleh dari Bursa Efek

Indonesia.

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam regresi, variabel

dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk

menghindari terjadinya bias, data yang digunakan harus terdistribusi dengan

normal. Model regresi yang baik adalah memiliki data normal atau mendekati

normal (Ghozali, 2011). Jika asumsi ini dilanggar maka uji statitik menjadi tidak

valid untuk jumlah sampel kecil.

Pengujian normalitas dalam penelitian ini denga menggunakan one sample

kolmogorov-smirnov test dan analisis grafik histrogram dan P-P plot. Dalam uji
28

one sample Kolmogorov-Smirnov test variabel-variabel yang mempunyai asymp.

Sig (2-tailed) di bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan bahwa

variabelvariabel tersebut memilki distribusi normal dan sebaliknya (Ghozali,

2011).

3.4.2 Teknik Analisis Data Event Study

Analisis statistik deskriptif mempunyai tujuan untuk mengetahui gambaran

umum dari semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, dengan cara

melihat tabel statistik deskriptif yang menunjukan hasil pengukuran mean, nilai

minimal dan maksimal, serta standar deviasi semua variabel tersebut.

Analisis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis event study untuk

mengolah dan membahas data yang diperoleh. Metodologi untuk Event Study

umumnya mengikuti prosedur sebagai berikut (Elton dan Gruber, 2005) :

1. Mengumpulkan sampel perusahaan yang mempunyai suatu peristiwa

yang ingin diteiliti.

2. Menentukan dengan tepat hari atau tanggal pengumuman dan

menentukan sebagai hari 0

3. Menentukan periode penelitian atau event window

4. Untuk setiap sampel perusahaan dilihat return dan ativitas volume

perdagangan pada masing-masing satuan periode (hari, minggu atau

bulan).
29

5. Menghitung abnormal return dari return yang sudah didapatkan untuk

setiap perusahaan.

6. Menghitung Trading Volume Activity untuk setiap perusahaan.

7. Menghitung rata-rata abnormal return dan Trading Volume Activity

untuk masing-masing satuan periode (hari, minggu, atau bulan) untuk

keseluruhan sampel.

Model yang digunakan untuk mengestimasi Expected Return adalah dengan

menggunakan model disesuaikan pasar (market-adjusted model) yang

menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu

sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan

model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk

model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return

indeks pasar.

E[Ri,t] = RMit

Keterangan:

E[Ri,t] = Expected Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-

RMi,t = return pasar dari sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

3.4.3 Periode Pengamatan

Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama 11 hari,

terdiri dari t-5 (prevent, 5 hari sebelum peristiwa), t-0 (event-date, hari terjadinya

peristiwa), t+5 (post-event, 5 hari setelah peristiwa). Penentuan jendela peristiwa


30

selama 5 hari sebelum dan setelah pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja

Jilid II dilakukan untuk menghindari efek dari peristiwa lain yang dapat

mempengaruhi peristiwa yang diamati. Selain itu juga didasarkan pada hari bursa

selama 5 hari dalam 1 minggu dan pergantian Menteri Keuangan Kabinet Kerja

Jilid II pada hari Rabu, 27 Juli 2016.

3.4.4 Pengujian Hipotesis

3.4.4.1 Pengujian Hipotesis 1

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata

abnormal return pada saham LQ-45 sebelum dan setelah pergantian Menteri

Keuangan.

Perhitungan dilakukan sebagai berikut :

a. Perhitungan Actual return

Keterangan:

Ri,t = Return saham harian sekuritas i pada periode t

Pi,t = Harga saham harian sekuritas i pada periode t

Pi,t-1 = Harga saham harian sekuritas i pada periode t-1


31

b. Perhitungan Return pasar

Keterangan:
Indeks LQ45t = Indeks LQ-45 periode t
Indeks LQ45t-1 = Indeks LQ-45 pada periode t-1
Rmt = Return pasar pada periode t

c. Perhitungan Expected teturn


E[Ri,t] = RMit
Keterangan:
E[Ri,t] = Expected Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
RMi,t = Return pasar dari sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
d. Perhitungan Abnormal Return
Ari,t = Ri,t – E [Ri,t]
Keterangan :
Ari,t = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada
periode peristiwa ke-t
E [Ri,t] = return ekspetasi (Expected return) sekuritas ke-i untuk

periode
peristiwa ke-t
e. Perhitungan rata-rata abnormal return
Perhitungan standardized abnormal return untuk masing-masing

perusahaan.

Keterangan:
SARit = standardized abnormal return saham i pada waktu t
ARit = abnorml return saham i pada waktu t
σit = standar deviasi perusahaan i
f. Perhitungan standar deviasi untuk masing-masing perusahaan selama

periode pengamatan.

Keterangan :
σie = standar deviasi perusahaan i
ARit = abnormal return saham i pada waktu t
ARit = arat-rata abnormal return
32

g. Perhitungan analisa uji signifikan terhadap abnormal return dengan

uji-t (t-test).

Keterangan :
∑ ARit = total atandardized abnormal return saham i pada waktu t
n = total saham yang dijadikan sampel
Perhitungan nilai cumulative abnormal return.
Keterangan :
CAR = Cumulative Abnormal Return
∑ ARit = total abnormal return saham i pada waktu t
h. Perhitungan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pergantian

Menteri Keuangan.

Keterangan :
ARsebelum = rata-rata abnornmal return sebelum peristiwa
ARsetelah = rata-rata abnormal return setelah peristiwa
ARsebelum = abnormal return sebelum peristiwa
ARsetelah = abnormal return setelah peristiwa
t = periode waktu
i. Perhitungan standar deviasi rata-rata abnormal return.

Keterangan :
σsebelum = standar deviasi abnormal return sebelum peristiwa
σsetelah = standar deviasi abnormal return setelah peristiwa
t = periode waktu
j. Perhitungan uji statistic dengan uji beda (T-test).
33

Keterangan :
n = total saham yang dijadikan sampel

Dalam penelitian ini untuk membuktikan hipotesis pertama menggunakan

uji beda (T-test) dengan sampel berhubungan, yang bertujuan untuk menguji

apakah ada perbedaan rata-rata dua sampel yang berhubungan (Ghozali, 2011).

Untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini pertimbangan yang dilakukan,

sebagai berikut :

a. Jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan

variance.
b. Jika Probabilitas > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak artinya kesamaan

variance.

3.4.4.2 Pengujian Hipotesis 2

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata

trading volume activity (TVA) pada saham LQ-45 sebelum dan setelah pergantian

Menteri Keuangan. Perhitungan data sebagai berikut :

a. Perhitungan rata-rata trading volume activity (TVA) pada saham LQ-

45 sebelum dan setelah pergantian Menteri Keuangan.

Keterangan :
TVAsebelum = rata-rata trading volume activity sebelum peristiwa
TVAsetelah = rata-rata trading volume activity setelah peristiwa
TVAsebelum = trading volume activity sebelum peristiwa
TVAsetelah = trading volume activity setelah peristiwa
t = periode waktu
b. Perhitunga standar deviasi rata-rata trading volume activity (TVA)
34

Keterangan :
σsebelum = standar deviasi trading volume activity sebelum peristiwa
σsetelah = standar deviasi trading volume activity sebelum peristiwa
t = periode waktu
c. Perhitungan uji statistic dengan uji beda (T-test).

Keterangan :
n = Total saham yang dijadikan sampel

Dalam penelitian ini untuk membuktikan hipotesis kedua menggunakan uji

beda (T-test) dengan sampel berhubungan, yang bertujuan untuk menguji apakah

ada perbedaan rata-rata dua sampel yang berhubungan (Ghozali, 2011). Untuk

pengambilan keputusan dalam penelitian ini pertimbangan yang dilakukan,

sebagai berikut :

a. Jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan

variance.
b. Jika Probabilitas > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak artinya terdapat

kesamaan variance.

Dalam menggunakan uji beda (T-test), standar error perbedaan dalam nilai

rata-rata harus terdistribusi normal (Ghozali, 2011). Berdasarkan hal tersebut,

maka penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov Test


35

(Ghozali, 2011). Apabila data tidak terdistribusi normal maka digunakan uji non

parametic yaitu Rank Wilcoxon (Santoso, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Andreas N, 2004, Analisis Pengukuran Portofolio Optimal Saham LQ-45 di BEJ,


Tesis, Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang
Budiarto, A., Baridwan, 1999, Pengaruh Pengumuman Right Issue terhadap
Tingkat Keuntungan dan Likuiditas Saham Periode 1994-1996, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia,Vol.2 No.1
36

Chandra, Chan et. al, 2015, Perbedaan Average Abnormal Return, Average
Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Pemilu di Indonesia, Jurnal
FINESTA, Vol. 2, No. 1:114-118
Chordia, Bhaskaran, 2000, Trading Volume and Cross Autocorrelation In Stock
Return,The Journal of Finance, vol .4
Elton. E.J dan M. Gruber, 1995, Modern Portfolio Theory and Investment
Analysis, Ed.5, John Willy and Sons Inc, Toronto.
Ferdinand, A., 2006, Metodologi Penelitian Manajemen, Edisi 2, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, I., 2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hartawan, Made et. al, 2015, Analisis Perubahan Volume Perdagangan Saham
dan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pemilu Legislatif 9 April 2014
(Event Study pada Sektor-Sektor Industri di Bursa Efek Indonesia), Jurnal
Pendidikan SI Ak Ganesha, Vol. 3, No. 1
[IDX] Indonesia Stock Exchange, Daftar Saham Perusahaan Tercatat yang
Masuk Dalam Penghitungan Indeks LQ-45 Periode Januari 2016 s/d
Agustus 2016, www.idx.co.id [diakses pada tanggal 13 Januari 2017]
Indarti, I., dan Purba, D.M., 2011, Analisis Perbandingan Harga Saham dan
Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split, Jurnal
ASET, Vol. 13, No.1, Hal 57-63
Jogiyanto, H., 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Jogiyanto, H., 2005, Pasar Efisien secara Keputusan, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Jogiyanto, H., 2008, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFEYogyakarta,
Edisi Kelima, Yogyakarta.
Laksitafresti, A., 2012, Pengaruh Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan
Paragraf Penjelas (WTP-PP) dan Opini Wajar dengan Pengecualian
(WDP) Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
37

Lamasigi, T.A., 2002, Reaksi Pasar Modal Terhadap Peristiwa Pergantian


Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001: Kajian Terhadap Return Saham
LQ-45 di PT. Bursa efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi IV:5-6
September, Semarang.
Lawrence, N., 2013, Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, Eds.7, Penerjemah: Edina T. Sofia. Jakarta: PT.Indeks.
Mahesa, P.P., 2013, Analisis Reaksi Pasar atas Pengumuman Stock Split oleh PT.
PP London Sumatra Indonesia Tbk. Tahun 2011, [Skripsi] Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.
Neni, Mahendra, H., 2004, Pengaruh Pemilihan Umum Legislatif Indonesia
Tahun 2004 Terhadap Return Saham dan Volume Perdagangan Saham LQ-
45 di PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Sinergi Kajian Bisnis dan
Manajemen, Vol. 7, No. 1, hal. 89-101
Ningsih, E.R., 2014, Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Pengumuman
Kenaikan Harga BBM 22 Juni 2013, Management Analisys Journal, Vol 1,
No. 3
Pramastuti, S., 2007, Analisis Kebijakan Dividen: Pengujian Dividen Signalling
Theory dan Rent Extraction Hypothesis, Tesis, Yogyakarta: Program
Pascasarjana Jurusan Manajemen Universitas Gadjah Mada.
Sirait, Rica S. et. al, 2012, Dampak Pergantian Menteri Keuangan RI Tahun 2010
Terhadap Abnormal Return Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI,
Jurnal BINAR AKUNTANSI, Vol. 1, No. 1
Suryawijaya, M.A., Setiawan, F.A., 1998, Reaksi Pasar Modal Indonesia
Terhadap Peristiwa Politik dalam Negeri (Event Study pada Peristiwa 27
Juli 1996), Jurnal Kelola, No. 18/VII
Tandelilin, E., 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Yogyakarta
Wibowo, B., 2004, Analisis dampak Informasi Antar-hari serta Pola Antar-hari
Return dan Volatilitas Saham-saham Dual Listing di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan NYSE, Jurnal Usahawan
Zaqi, M., 2006, Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa-Peristiwa
Ekonomi dan Peristiwa-peristiwa Sosial-Politik Dalam Negeri (Studi Kasus
38

Saham LQ-45 di Bursa Efek Jakarta Periode 1999-2003), [Tesis] (tidak


dipublikasikan), Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai