DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
EVA JULIANA BUTAR BUTAR (17510257)
LIA LASMAIDA BETO ITO (18510261)
REBECCA TARISHA SIMANGUNSONG (18510262)
ELSA IRAWATI LAMTIUR SIANTURI (18510280)
SULASTRI (18510299)
KEVIN TRIPUTRA SITUMEANG (18510315)
GRUP : AD2
Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-
BERDASARKAN PERATURAN PERPAJAKAN DAN SAK”, yang mana makalah ini disusun
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi
kesempurnaan makalah kami ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan dapat menambah
pengetahuan pembaca.
Demikianlah makalah ini kami perbuat, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................................................
2.6 Metode dan Tarif Penyusutan Berdasakan Peraturan Perpajakan Dan SAK.............................................
iii
BAB III
PENUTUP..................................................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PEDAHULUAN
alokasi harga perolehan harga tetap berwujud dan amortisasi merupakan konsep alokasi harga
perolehan harga tetap tidak berwujud dan harga perolehan harta sumber alam. Terkait dengan
perencanaan pajak (tax planning), penyusutan juga merupakan salah satu bagian yang dilaporkan
oleh pihak akuntansi yang juga berpengaruh pada Penghasilan Kena Pajak suatu perusahaan,
karena penyusutan adalah salah satu jenis biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan.
Perlu dilakukan upaya untuk meminimalisasi beban pajak dari penyusutan tersebut melalui
perpajakan bahwa, ada dua metode yang diperkenankan dalam penggunaan metode antara lain:
metode garis lurus dan metode saldo menurun ganda. Wajib pajak diperkenankan untuk memilih
salah satu metode untuk melakukan penyusutan. Metode garis lurus dipergunakan untuk semua
kelompok harta tetap terwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan
digunakan untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja dan dilakukan secara taat asas.
v
1.2 Rumusan Masalah
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk penggolongan harta tetap yang disusutkan
vi
BAB II
PEMBAHASAN
alokasi harga perolehan harta tetap berwujud. Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang
dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi (PSAK 17). Penyusutan perlu
dilakukan karena manfaat yang diberikan dan nilai dari aset tersebut semakin berkurang.
Pengurangam nilai aset di bebankan secara bertahap. Penyusutan adalah penurunan nilai (daya
guna) dari suatu aktiva tetap berwujud misal gedung, mesin, peralatan, kendaraan yang harus
Untuk memperoleh besarnya beban penyusutan periodik secara tepat dari pemakaian suatu
1. Harga perolehan (Acquisition Cost) adalah harga barang ditambah biaya-biaya yang
menyertainya (mis : dalam impor dikenal dengan Nilai Impor yaitu (CIF dan Bea
Masuk).
2. Harga Buku aktiva tetap adalah harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan aktiva
tetap.
3. Nilai residu (Salvage Value) adalah perkiraan nilai aktiva tetap setelah digunakan sesuai
umur ekonomis, nilai residu disebut juga nilai sisa (nilai residu tidak selalu ada, ada
vii
kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada
masa penarikannya).
4. Umur ekonomis (Economical Life Time) adalah perkiraan usia barang atau batas waktu
penggunaan barang.
Dasar penyusutan antara SAK adalah harga perolehan aktiva tetap, ditambah dengan beban
Menurut Pasal 10 dan 11 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
perubahan harta berwujud kecuali tanah, yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Sedangkan yang termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan
dalam rangka memperoleh harta tersebut seperti: bea masuk, biaya pengangkutan, dan biaya
pemasangan.
Berdasarkan ketentuan Standar Akuntansi keuangan, untuk dapat disusutkan harta tersebut
viii
3. Ditahan oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa,
Menurut Pasal 11 UU No.36 Tahun 2008, harta yang dapat disusutkan adalah semua harta
yang berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk
memperoleh penghasilan, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, kecuali tanah. Dengan
demikian menurut pajak harta yang dapat disusutkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Harta berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan untuk memperoleh
penghasilan.
Dalam penjelasan UU juga dinyatakan bahwa harta berwujud berupa tanah tidak boleh
disusutkan, kecuali apabila tanah yang digunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk
memperoleh penghasilan berkurang nilanya karena penggunaan, misalnya tanah digunakan untuk
Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua
golongan,yaitu:
Golongan harta berwujud bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu :
1. Kelompok 1:
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.
2. Kelompok 2:
ix
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 8 tahun.
3. Kelompok 3:
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16 tahun.
4. Kelompok 4:
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20 tahun.
golongan harta berwujud berupa bangunan terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu :
1. Kelompok bangunan permanen yang mempunyai masa manfaat 20 (dua puluh) tahun.
2. Kelompok bangunan tidak permanen yang mempunyai masa manfaat 10 (sepuluh) tahun.
Penyusutan dengan metode ini dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama
Penyusutan harta tetap berwujud dengan metode saldo menurun dilakukan dalam bagian-
bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas dasar nilai buku harta.
x
Kelompok harta Masa Tarif depresiasi
Garis lurus Saldo menurun
Berwujud Manfaat
1. Bukan bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Contoh:
PT Agri Jaya pada bulan Juli 2001 membeli sebuah alat pertanian yang mempunyai masa
xi
Alternatif II : Metode Saldo Menurun
Ada beberapa perbedaan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan dan menurut
Undang-undang pajak. Menurut SAK metode penyusutan yang diperbolehkan pada dasarnya
1. Berdasarkan waktu.
2. Berdasarkan penggunan.
Pemilihan metode yang digunakan untuk menyusutkan harta harus dilakukan secara konsisten.
Pembiayaan Penyusutan
xii
Dalam Undang Undang nomor 7 tahun 1983 Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
1. Pasal 6 ayat (1)b dikatakan “Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya
pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Penyusutan) dan Pasal 11A (Amortisasi)”.
2. Pasal 9 ayat (2) dikatakan “Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan
Penentuan harga perolehan aktiva tetap sangat penting karena harga perolehan menjadi dasar
untuk menghitung besarnya biaya penyusutan tiap-tiap tahun, sesuai dengan ketentuan pasal 10
Undang Undang nomor 7 tahun 1983 stdtd Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
1. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan
xiii
2. Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah
3. Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali
a) yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b, maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku
dari pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak;
b) yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a,
maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari
harta tersebut.
5. Apabila terjadi pengalihan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c,
maka dasar penilaian harta bagi badan yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar
Sering saya temui bahwa beberapa wajib pajak masih saja bingung tentang penentuan saat kapan
penyusutan dimulai, sesuai dengan ketentuan pasal 11 ayat (3, 4) Undang Undang nomor 7 tahun
1983 stdtd Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) dikatakan
xiv
1. bulan dilakukannya pengeluaran,
2. untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
3. dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, pada bulan harta tersebut digunakan untuk
4. dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan
yakni saat mulai berproduksi dan bukan saat diterima atau diperolehnya penghasilan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dari aset tersebut
semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap. Semua bentuk aset tetap
dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari
metode penyusutan dan ketentuan yang berlaku. Misalnya dalam hal penentuan masa manfaat
suatu aset tetap, perusahaan menentukan sendiri berdasarkan pengalaman masa lalu. Namun
untuk keperluan perpajakan perusahaan harus mengikuti Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.03/2009 baik penggolongan aktiva tetapnya maupun penentuan tarif penyusutan dan
masa manfaat suatu aset tetap perusahaan. Metode penyusutan menurut SAK digunakan untuk
xv
menilai kinerja perusahaan dan keadaan finansial. Metoden penyusutan berdasarkan peraturan
3.2 Saran
SAK penulis berharap kepada pembaca untuk lebih mengerti dan memahami mengenai
pengertian dan sistem perhitungan dalam penyusutan. Sehingga kedepannya kita dapat
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pajak.go.id/id/penyusutan-dan-amortisasi/
https://nusahati.com/2013/04/sekilas-tentang-penyusutan-dalam-perpajakan
https://www.wibowopajak.com/2012/03/masa-manfaat-dan-tarif-penyusutan-atas.html/
https://sadarpajak.com/penyusutan-kelompok-harta-berwujud/
https://nasikhudinisme.com/2017/09/16/psak-16-aset-tetap-aspek-akuntansi-dan-aspek-pajaknya/
https://www.neliti.com/id/publications/2529/perhitungan-penyusutan-aset-tetap-menurut-
standart-akuntansi-keuangan-dan-peratur
xvi
xvii