Anda di halaman 1dari 17

PENYUSUTAN BERDASARKAN

PERATURAN PERPAJAKAN DAN SAK

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
EVA JULIANA BUTAR BUTAR (17510257)
LIA LASMAIDA BETO ITO (18510261)
REBECCA TARISHA SIMANGUNSONG (18510262)
ELSA IRAWATI LAMTIUR SIANTURI (18510280)
SULASTRI (18510299)
KEVIN TRIPUTRA SITUMEANG (18510315)

GRUP : AD2

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-

Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “PENYUSUTAN

BERDASARKAN PERATURAN PERPAJAKAN DAN SAK”, yang mana makalah ini disusun

untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah perencanaan perpajakan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh

karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi

kesempurnaan makalah kami ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan dapat menambah

pengetahuan pembaca.

Demikianlah makalah ini kami perbuat, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan,

kami mohon maaf.

Medan, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Masalah 2

BAB II

PEMBAHASAN........................................................................................................................................................

2.1 Pengertian Penyusutan.......................................................................................................................................

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Penyusutan............................................................................................

2.3 Dasar Penyusutan...............................................................................................................................................

2.4 Harta Yang Disusutkan......................................................................................................................................

2.5 Penggolongan Harta Tetap Yang Disusutkan..................................................................................................

2.6 Metode dan Tarif Penyusutan Berdasakan Peraturan Perpajakan Dan SAK.............................................

2.7 Ketentuan Tentang Penyusutan........................................................................................................................

iii
BAB III

PENUTUP..................................................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................................................

3.2 Saran....................................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang pajak penghasilan, penyusutan atau depresiasi merupakan konsep

alokasi harga perolehan harga tetap berwujud dan amortisasi merupakan konsep alokasi harga

perolehan harga tetap tidak berwujud dan harga perolehan harta sumber alam. Terkait dengan

perencanaan pajak (tax planning), penyusutan juga merupakan salah satu bagian yang dilaporkan

oleh pihak akuntansi yang juga berpengaruh pada Penghasilan Kena Pajak suatu perusahaan,

karena penyusutan adalah salah satu jenis biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan.

Perlu dilakukan upaya untuk meminimalisasi beban pajak dari penyusutan tersebut melalui

perencanaan dalam pemilihan metode penyusutan. Pemilihan metode penyusutan menurut

perpajakan bahwa, ada dua metode yang diperkenankan dalam penggunaan metode antara lain:

metode garis lurus dan metode saldo menurun ganda. Wajib pajak diperkenankan untuk memilih

salah satu metode untuk melakukan penyusutan. Metode garis lurus dipergunakan untuk semua

kelompok harta tetap terwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan

digunakan untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja dan dilakukan secara taat asas.

v
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan penyusutan?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi beban penyusutan?

3. Apa saja yang termasuk penggolongan harta tetap yang disusutkan?

4. Apa metode dan berapa tarif penyusutan?

5. Bagaimana ketentuan penyusutan?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari penyusutan

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi beban penyusutan

3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk penggolongan harta tetap yang disusutkan

4. Mengetahui metode dan berapa tarif penyusutan

5. Mengetahui ketentuan penyusutan

vi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Penyusutan

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan, penyusutan atau depresiasi merupakan konsep

alokasi harga perolehan harta tetap berwujud. Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang

dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi (PSAK 17). Penyusutan perlu

dilakukan karena manfaat yang diberikan dan nilai dari aset tersebut semakin berkurang.

Pengurangam nilai aset di bebankan secara bertahap. Penyusutan adalah penurunan nilai (daya

guna) dari suatu aktiva tetap berwujud misal gedung, mesin, peralatan, kendaraan yang harus

dialokasikan biayanya pada setiap periode pembiayaan suatu perusahaan.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Penyusutan

Untuk memperoleh besarnya beban penyusutan periodik secara tepat dari pemakaian suatu

aktiva, ada 4 faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1. Harga perolehan (Acquisition Cost) adalah harga barang ditambah biaya-biaya yang

menyertainya (mis : dalam impor dikenal dengan Nilai Impor yaitu (CIF dan Bea

Masuk).

2. Harga Buku aktiva tetap adalah harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan aktiva

tetap.

3. Nilai residu (Salvage Value) adalah perkiraan nilai aktiva tetap setelah digunakan sesuai

umur ekonomis, nilai residu disebut juga nilai sisa (nilai residu tidak selalu ada, ada
vii
kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada

masa penarikannya).

4. Umur ekonomis (Economical Life Time) adalah perkiraan usia barang atau batas waktu

penggunaan barang.

2.3 Dasar Penyusutan

Dasar penyusutan antara SAK adalah harga perolehan aktiva tetap, ditambah dengan beban

yang dapat dikapitalisasi pada perolehan tersebut.

Menurut Pasal 10 dan 11 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, dasar penyusutan adalah harga

perolehan yakni pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau

perubahan harta berwujud kecuali tanah, yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan,

menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Sedangkan yang termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan

dalam rangka memperoleh harta tersebut seperti: bea masuk, biaya pengangkutan, dan biaya

pemasangan.

2.4 Harta Yang Disusutkan

Berdasarkan ketentuan Standar Akuntansi keuangan, untuk dapat disusutkan harta tersebut

harus memenuhi kriteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain:

1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntasi

2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas

viii
3. Ditahan oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa,

untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

Menurut Pasal 11 UU No.36 Tahun 2008, harta yang dapat disusutkan adalah semua harta

yang berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk

memperoleh penghasilan, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, kecuali tanah. Dengan

demikian menurut pajak harta yang dapat disusutkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Harta berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan untuk memperoleh

penghasilan.

2. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Dalam penjelasan UU juga dinyatakan bahwa harta berwujud berupa tanah tidak boleh

disusutkan, kecuali apabila tanah yang digunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk

memperoleh penghasilan berkurang nilanya karena penggunaan, misalnya tanah digunakan untuk

membuat genteng, keramik atau batu bata.

2.5 Penggolongan Harta Tetap Yang Dapat Disusutkan

Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua

golongan,yaitu:

1. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan

2. Harta berwujud yang berupa bangunan

Golongan harta berwujud bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu :

1. Kelompok 1:

Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.

2. Kelompok 2:

ix
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 8 tahun.

3. Kelompok 3:

Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16 tahun.

4. Kelompok 4:

Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20 tahun.

golongan harta berwujud berupa bangunan terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu :

1. Kelompok bangunan permanen yang mempunyai masa manfaat 20 (dua puluh) tahun.

2. Kelompok bangunan tidak permanen yang mempunyai masa manfaat 10 (sepuluh) tahun.

2.6 Metode Dan Tarif Penyusutan

Metode penyusutan menurut ketentuan peundang-undangan perpajakan sebagaimana telah diatur

dalam pasal 11 UU PPh :

1. Metode garis lurus

Penyusutan dengan metode ini dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama

masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tetap yang bersangkutan.

2. Metode saldo menurun

Penyusutan harta tetap berwujud dengan metode saldo menurun dilakukan dalam bagian-

bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas dasar nilai buku harta.

x
Kelompok harta Masa Tarif depresiasi
Garis lurus Saldo menurun
Berwujud Manfaat
1. Bukan bangunan

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12.5% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6.25% 12.5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%


2. Bangunan

Permanen 20 tahun 5% -

Tidak permanen 10 tahun 10% -

Contoh:

PT Agri Jaya pada bulan Juli 2001 membeli sebuah alat pertanian yang   mempunyai masa

manfaat 4 tahun seharga Rp. 1.000.000.000,00.       

Penghitungan penyusutan atas harta tersebut adalah sebagai berikut:

Alternatif I : Metode Garis Lurus

Penyusutan tahun 2001:

6/12 x 25% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 125.000,00

Penyusutan tahun 2002:

25% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 250.000,00

Penyusutan tahun 2003:

25% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 250.000,00

Penyusutan tahun 2004:

25% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 250.000,00

xi
Alternatif II : Metode Saldo Menurun

Penyusutan tahun 2001:

6/12 x 50% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp. 250.000,00

Penyusutan tahun 2002:

50% x (Rp. 1.000.000.000,00 – Rp. 250.000,00) =

50% x Rp. 750.000,00 = Rp. 375.000,00

Penyusutan tahun 2003:

50% x (Rp. 750.000,00 – Rp. 375.000,00) =

50% x Rp. 375.000,00 = Rp. 187.500,00

Ada beberapa perbedaan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan dan menurut

Undang-undang pajak. Menurut SAK metode penyusutan yang diperbolehkan pada dasarnya

dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu :

1. Berdasarkan waktu.

a. Metode garis lurus (straight-line)

b. Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance)

2. Berdasarkan penggunan.

a. Metode jam-jasa (service-hours)

b. Metode jumlah unit produksi (productive-output)

Pemilihan metode yang digunakan untuk menyusutkan harta harus dilakukan secara konsisten.

2.7 Ketentuan Tentang Penyusutan

Pembiayaan Penyusutan

xii
Dalam Undang Undang nomor 7 tahun 1983 Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan (UU PPh), beberapa hal tentang penyusutan diatur dalam :

1. Pasal 6 ayat (1)b dikatakan “Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam

negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya

untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk penyusutan atas

pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk

memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)

tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Penyusutan) dan Pasal 11A (Amortisasi)”.

2. Pasal 9 ayat (2) dikatakan “Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan

untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A”.

Harga Perolehan Aktiva Tetap

Penentuan harga perolehan aktiva tetap sangat penting karena harga perolehan menjadi dasar

untuk menghitung besarnya biaya penyusutan tiap-tiap tahun, sesuai dengan ketentuan pasal 10

Undang Undang nomor 7 tahun 1983 stdtd Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan (UU PPh) dikatakan :

1. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak

dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah

jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan

istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.

xiii
2. Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah

yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.

3. Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,

penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah

jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali

ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

4. Apabila terjadi pengalihan harta :

a) yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf

b, maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku

dari pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur

Jenderal Pajak;

b) yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a,

maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari

harta tersebut.

5. Apabila terjadi pengalihan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c,

maka dasar penilaian harta bagi badan yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar

dari harta tersebut.

Saat Penyusutan Dilakukan

Sering saya temui bahwa beberapa wajib pajak masih saja bingung tentang penentuan saat kapan

penyusutan dimulai, sesuai dengan ketentuan pasal 11 ayat (3, 4) Undang Undang nomor 7 tahun

1983 stdtd Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) dikatakan

bahwa saat penyusutan dimulai pada :

xiv
1. bulan dilakukannya pengeluaran,

2. untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan

selesainya pengerjaan harta tersebut.

3. dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, pada bulan harta tersebut digunakan untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

4. dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan

yakni saat mulai berproduksi dan bukan saat diterima atau diperolehnya penghasilan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat

yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dari aset tersebut

semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap. Semua bentuk aset tetap

dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari

depresiasi atau penyusutan artinya nilai aktiva tetap selain tanah.

Perbedaan perhitungan menurut SAK maupun peraturan perpajakan disebabkan penggunaan

metode penyusutan dan ketentuan yang berlaku. Misalnya dalam hal penentuan masa manfaat

suatu aset tetap, perusahaan menentukan sendiri berdasarkan pengalaman masa lalu. Namun

untuk keperluan perpajakan perusahaan harus mengikuti Peraturan Menteri Keuangan Nomor

96/PMK.03/2009 baik penggolongan aktiva tetapnya maupun penentuan tarif penyusutan dan

masa manfaat suatu aset tetap perusahaan. Metode penyusutan menurut SAK digunakan untuk

xv
menilai kinerja perusahaan dan keadaan finansial. Metoden penyusutan berdasarkan peraturan

perpajakan digunakan untuk kepentingan pajak.

3.2 Saran

Berdasarkan uraian makalah mengenai penyusutan berdasarkan peraturan perpajakan dan

SAK penulis berharap kepada pembaca untuk lebih mengerti dan memahami mengenai

pengertian dan sistem perhitungan dalam penyusutan. Sehingga kedepannya kita dapat

menerapkan segala ilmu yang terkandung dalam penulisan Makala ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.pajak.go.id/id/penyusutan-dan-amortisasi/

https://nusahati.com/2013/04/sekilas-tentang-penyusutan-dalam-perpajakan

https://www.wibowopajak.com/2012/03/masa-manfaat-dan-tarif-penyusutan-atas.html/

https://sadarpajak.com/penyusutan-kelompok-harta-berwujud/

https://nasikhudinisme.com/2017/09/16/psak-16-aset-tetap-aspek-akuntansi-dan-aspek-pajaknya/

https://www.neliti.com/id/publications/2529/perhitungan-penyusutan-aset-tetap-menurut-

standart-akuntansi-keuangan-dan-peratur

xvi
xvii

Anda mungkin juga menyukai