Anda di halaman 1dari 13

Makalah Perpajakan

Penyusutan, Amortisasi dan Revaluasi

OLEH :
Kelompok 3

Nama Anggota : Ayu E. D Ningrum


Giska K. Ndun
Maya S. Nubatonis
Nina P. Lakapu

Kelas : IIIA – ASP (D4)

Prodi Akuntansi Sektor Publik


Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Kupang
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Perpajakan .
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua
terkait materi “Penyusutan, Amortisasi dan Revaluasi”. Kami membuat makalah ini
berdasarkan referensi dari buku dan internet sebagai pedoman membuat makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya dan masih jauh
dari kata sempuran, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun kami harapkan
demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Kupang, 9 Oktober 2019

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Penyusutan ...................................................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian penyusutan ............................................................................................... 2
2.1.2 Metode Penyusutan.................................................................................................... 3
2.1.3 Contoh Perhitungan Penyusutan ................................................................................ 3
2.2 Amortisasi ....................................................................................................................... 4
2.2.1 Pengertian Amortisasi................................................................................................ 4
2.2.2 Metode dan Tarif Amortisasi ..................................................................................... 4
2.2.3 Contoh perhitungan Amortisasi ................................................................................. 5
2.3 Revaluasi ........................................................................................................................ 6
2.3.1 Pengertian Revaluasi ................................................................................................. 6
2.3.2 Aktiva tetap yang dapat direvaluasi, yaitu: ............................................................... 6
2.3.3 Revaluasi Aktiva Tetap Berdasarkan Undang-Undang Pajak ................................... 7
2.3.4 Contoh Revaluasi Aset Tetap .................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................................. 9
Daftar Pustaka .................................................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang pajak penghasilan, penyusutan atau depresiasi merupakan
konsep alokasi harga perolehan harga tetap berwujud dan amortisasi merupakan konsep
alokasi harga perolehan harga tetap tidak berwujud dan harga perolehan harta sumber alam.
Jadi, UU PPh pengertian amortisasi mencakup juga pengertian depresi seperti yang dikenal
dalam dunia akuntansi keuangan. Masalah penyusutan menjadi penting karena secara
langsung menyangkut bidang investasi maupun sector industry manufacturing (manufaktur
sektor industri) yang sangat berpengaruh dalam penentuan laba perusahaan.
Suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan
didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar tercapainya tujuan itu, setiap
perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset) tertentu guna memperlancar kegiatan yang
dilaksanakan perusahaan.
Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian lebih dari satu tahun, sehingga diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lama. Namun,
manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun manfaatnya
secara terus menerus, dan menyebabkan terjadi penyusutan (depreciation).
Seiring dengan berlalunya waktu, aktiva tetap akan mengalami penyusutan (kecuali tanah).
Faktor yang mempengaruhi menurun kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan
jasa/manfaaat yaitu : Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena
penggunaan yang berlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh ketidakcukupan
kapasitas yang tersedia dengan yang diminta (misal kemajuan teknologi). Sehingga
penurunan kemampuan aktiva tetap tersebut dapat dialokasikan sebagai biaya.

Menurut PSAK 16 revisi 2007, revaluasi merupakan salah satu metode penilaian asset
tetap. Penilaian asset tetap lebih menekankan pada aspek relevansi laporan keuangan untuk
pengambilan keputusan. Penggunaan nilai historis (harga perolehan) menjadikan nilai aset
tetap kehilangan relevansi karena tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya, sehingga perlu dilakukan revaluasi agar nilai asset tetap suatu perusahaan
menggambarkan kondisi sesungguhnya.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud Penyusutan , Amortisasi dan Revaluasi ?


2) Apa saja Metode serta Tarif dari penyusutan dan amortisasi ?
3) Bagaimana contoh perhitungan Penyusutan, Amortisasi, dan Revaluasi?
4) Apa saja aktiva tetap yang dapat di revaluasi?
5) Menurut UU, siapa saja yang bisa melakukan revaluasi?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyusutan

2.1.1 Pengertian penyusutan


Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu harga perolehan harta tetap berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan
pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan.
Dalam konsep ini, menurut ketentuan perpajakan atas pembelian harta berwujud yang masa
manfaat lebih dari satu tahun tidak dapat dibebankan sekaligus. Jika perusahaan
membebankan pembelian harta berwujud tersebut di laporan rugi laba maka akan dilakukan
koreksi fiscal dalam menghitung pajak penghasilan badan. Penyusutan perlu dilakukan
karena manfaat yang diberikan dan nilai dari aktiva tersebut semakin berkurang. Pengurangan
nilai aktiva dibebankan secara bertahap.
Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan,
atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan,
hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan
bagi harta tersebut.

Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva, maka dasar penyusutan atas harta
adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut.
Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan
sebagai berikut:

1. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan, terdiri dari empat kelompok, yaitu:
 Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4
tahun
 Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 8
tahun
 Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16
tahun
 Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20
tahun

2. Harta berwujud yang berupa bangunan, dibagi menjadi dua, yaitu :


 Permanen : masa manfaat 20 tahun
 Tidak permanen adalah bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan
yang tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan : Masa
manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.

2
2.1.2 Metode Penyusutan

Aset tetap, kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan
jasa bersamaan dengan berlakunya waktu. Jumlah yang dapat disusutkan, dialokasikan ke
setiap periode akuntansi selama masa manfaat aset dengan berbagai metode yang sistematis
dan diterapkan secara konsisten atau taat asas.

Metode Penyusutan Aktiva Tetap (Pasal 11 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000) :


1. Untuk aktiva kelompok I s.d. kelompok IV disusutkan dengan memakai metode garis
lurus (straight line methode) atau metode saldo menurun (decline balance methode).
2. Untuk aktiva kelompok bangunan harus disusutkan dengan metode garis lurus.
3. Penggunaan metode penyusutan tersebut harus dilakukan secara taat asas.
4. Masa manfaat dan tarif penyusutan aktiva untuk masing-masing kelompok telah
ditetapkan sebagai berikut :

Tarif Tarif
Kelompok Harta Penyusutan Penyusutan
Masa Manfaat
Berwujud Metode Garis Metode Saldo
Lurus Menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok I 4 Tahun 25% 50%
Kelompok II 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok III 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%
II. Bangunan :
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak Permanen 10 Tahun 10%

Saat penyusutan dapat dimulai pada:


1. Bulan dilakukan pengeluaran.
2. Untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
pengerjaan harta tersebut selesai.
3. Dengan ijin Direktur Jenderal pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan harta
berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan.

2.1.3 Contoh Perhitungan Penyusutan


PT Jaya Abadi pada bulan Juli 2009 membeli sebuah alat pertanian yang
mempunyai masa manfaat 4 tahun seharga sebesar Rp 1.000.000. Penghitungan
penyusutan atas harta tersebut adalah sebagai berikut:

3
 Alternatif I: Metode Garis Lurus :
Penyusutan tahun 2009 : 7/12 x 25% Rp 1.000.000 = Rp 125.000
Penyusutan tahun 2010 : 25% x Rp 1.000.000 = Rp 250.000
Penyusutan tahun 2011 : 25% x Rp 1.000.000 = Rp 250.000
Penyusutan tahun 2012 : 25% x Rp 1.000.000 = Rp 250.000
Penyusutan tahun 2013 : Sisanya disusutkan sekaligus = Rp 125.000

 Alternatif II: Metode Saldo Menurun:


Penyusutan tahun 2009 : 7/12 x 50% Rp 1.000.000 = Rp 250.000
Penyusutan tahun 2010 : 50% x (Rp 1.000.000 – Rp 250.000) = 50% x Rp 750.000 = Rp
375.000
Penyusutan tahun 2011 : 50% x (Rp 750.000 – Rp 375.000) = 50% x Rp 375.000 = Rp
187.500
Penyusutan tahun 2012 : 50% x (Rp 375.000 – Rp 187.500) = 50% x Rp 187.500 = Rp
93.750
Penyusutan tahun 2013 : Sisanya disusutkan sekaligus = Rp 93.750

2.2 Amortisasi

2.2.1 Pengertian Amortisasi


Amortisasi adalah suatu penurunan atau pengurangan nilai suatu Aktiva tidak
berwujud secara bertahap dalam rentang jangka waktu tertentu disetiap periode akuntansi.
Pengurangan nilai aktiva tak berwujud ini dilakukan dengan cara mendebit akun beban
amortisasi dan mengkredit akun aktiva tak berwujud.
Aktiva tidak berwujud merupakan harta yang tidak memiliki fisik nyata yang dapat
disentuh namun memiliki manfaat untuk kegitan operasional perusahaan. Aktiva tidak
berwujud masa manfaatnya tidak terbatas, contohnya merek dagang dan goodwill, sedangkan
aktiva tidak berwujud dengan masa manfaat yang dibatasi oleh undang-undang, peraturan
atau persetujuan contohnya hak paten, hak cipta dan franchise. Amortisasi dilakukan pada
tahun pembelian aktiva tidak berwujud.

2.2.2 Metode dan Tarif Amortisasi


Secara umum metode yang digunakan dalam amortisasi aset tidak berwujud menurut
akuntansi ada dua jenis, yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun. Jika mengacu
pada Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang – Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, metode dan
penilaian amortisasi aset tak berwujud dikelompokan menurut masa manfaatnya.

1) Metode garis lurus

Metode penyusutan garis lurus merupakan suatu metode pengalokasian pembebanan


biaya, dimana jumlah biaya yang dialokasikan setiap tahunnya adalah sama. Dengan kata
lain, untuk metode garis lurus, nilai biaya penyusutannya konstan untuk setiap tahunnya,
dari tahun perolehan sampai dengan tahun akhir masa manfaatnya.

4
2) Metode saldo menurun

Metode penyusutan saldo menurun, merupakan suatu metode pengalokasian


pembebanan biaya, dimana jumlah biaya yang dialokasikan semakin menurun tiap
tahunnya seiring bertambahnya masa manfaatnya, dan pada tahun dimana merupakan
akhir masa manfaatnya, dilakukan penyusutan sekaligus atas nilai sisa buku yang ada.
Dalam metode saldo menurun, pada tahun perolehan, biaya penyusutan akan lebih besar,
dan untuk tahun berikutnya biaya penyusutan akan semakin kecil.

Tabel Pengelompokkan harta tak berwujud, metode, serta tarif amortisasinya

Kelompok Harta Tarif Amortisasi


Masa Manfaat
Tidak Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 Tahun 12.5% 25%

Kelompok 3 16 Tahun 6.25% 12.5%

Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%

2.2.3 Contoh perhitungan Amortisasi


1) Metode Garis Lurus

Perusahaan anda membeli lisensi IKEA untuk produksi furnitur rumah tangga dengan
masa manfaat selama 4 tahun sebesar Rp 100.000.000,-. Maka perhitungan amortisasi
pertahunnya adalah sebagai berikut

Beban amortisasi tahunan:


¼ x Rp 100.000.000,- = Rp 25.000.000,-

Dari perhitungan di atas, maka setiap tahun perusahaan anda harus melakukan
amortisasi lisensi IKEA sebesar Rp 25.000.000,-. Sehingga perhitungan akuntansinya
ketika tutup buku akhir tahun adalah sebagai berikut

Beban Amortisasi Rp 25.000.000,-


Aset tak Berwujud Rp 25.000.000,-

2) Metode Saldo menurun

Jika mengikuti contoh kasus di atas, maka perhitungan amortisasinya adalah sebagai
berikut

a) Amortisasi lisensi IKEA tahun pertama


50% x Rp 100.000.000 = Rp 50.000.000,-

5
b) Amortisasi lisensi IKEA tahun ke-2
50% x (Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000) = Rp 25.000.000,-

c) Amortisasi lisensi IKEA tahun ke-3


50% x (Rp 50.000.000 – Rp 25.000.000) = Rp 12.500.000,-

d) Amortisasi lisensi IKEA tahun ke-4


Tahun keempat adalah akhir masa manfaat lisensi. Maka pada pembukuannya adalah
dengan cara mendebet sisa nilai ke dalam akun beban amortisasi dan mengkreditkan
akun aset tak berwujud atau akun lisensi. Dari perhitungan di atas, maka sisa nilai
lisensi yang harus bukukan adalah sebesar Rp 12.500.000,-

2.3 Revaluasi

2.3.1 Pengertian Revaluasi


Revaluasi adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan. Hal ini dilakukan akibat
adanya kenaikan nilai aset tetap di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam
laporan keuangan perusahaan. Tujuan utama dari revaluasi aset adalah agar perusahaan dapat
melakukan penghitungan penghasilan dan biaya secara lebih wajar. Dengan begitu, hasil
revaluasi aset bisa mencerminkan nilai dan kemampuan perusahaan yang sebenarnya.

Aset yang dapat direvaluasi adalah aset tetap berwujud yang terletak di Indonesia,
serta dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak. Contohnya adalah aset properti. Yang jelas, revaluasi aset harus
dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut.
Peraturan mengenai revaluasi aset bahkan memiliki dasar hukum, yakni Pasal 19 Ayat (1)
Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Peraturan tersebut mengatakan bahwa Menteri
Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aset dan faktor
penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan
karena perkembangan harga. Namun, lebih dari sekadar kewajiban, revaluasi aset tetap
sebenarnya membawa keuntungan tersendiri bagi perusahaan.

2.3.2 Aktiva tetap yang dapat direvaluasi, yaitu:

1. Aktiva tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan
yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual.
2. Aktiva tersebut terletak atau berada di wilayah Indonesia
3. Penilaian kembali dapat dilakukan terhadap seluruh aktiva tetap (revaluasi total) atau
terhadap sebagian aktiva tetap (revaluasi parsial) yang dimiliki perusahaan.
4. Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar
aktiva tetap pada saat penilaian dilakukan, yang ditetapkan oleh perusahaan penilai
atau penilai yang diakui oleh pemerintah.
5. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau
penilai yang diakui oleh pemerintah ternyata kemudian tidak mencerminkan keadaan
yang sebenarnya, Dirjen Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar
yang bersangkutan.
6
6. Selisih antara nilai pasar atau nilai wajar dengan nilai buku fiskal aktiva tetap yang
dinilai kembali wajib dikompensasikan terlebih dahulu dengan kerugian fiskal tahun
berjalan dan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat
dikompensasikan.
7. Selisih lebih karena penilaian kembali setelah dilakukan kompensasi kerugian
dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final, sesebesar 10%.
8. Bagi WP yang melakukan penggabungan usaha, pajak penghasilan yang terhutang
sebesatr 10% di atas, dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5 tahun terhitung
sejak tahun dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan.
9. Pajak penghasilan yang harus dilunasi untuk setiap tahun paling sedikit sebesar 20%
dari jumlah pajak yang terutang, kecuali pelunasan untuk tahun terakhir.
10. Apabila WP melakukan penilaian kembali aktiva tetap sebelum akhir tahun pajak,
maka kerugian fiskal pada tahun buku yang bersangkutan, diperhitungkan sampai
dengan dilakukannya revaluasi aktiva tetap tersebut.
11. Nilai pasar atau nilai wajar merupakan dasar penyusutan aktiva mulai tahun pajak
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap tersebut penyusutan dilakukan sesuai
dengan Pasal 11 UU Pajak Penghasilan.
12. Aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali dan telah dikenakan Pajak
Penghasilan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain sebelum lewat jangka waktu 5
tahun setelah dilakukannya penilaian kembali.
13. Apabila WP mengalihkan aktiva tetap tersebut sebelum lewat jangka waktu 5 tahun,
maka atas selisih penilaian aktiva tetap tersebut tetap dikenakan Pajak Penghasian
yang terutang sebesar 10% dan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebesar 15%.
14. Dikecualikan dari jangka waktu 5 tahun jika aktiva tetap tersebut dialihkan kepada
pemerintah atau dialihkan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran
usaha.

2.3.3 Revaluasi Aktiva Tetap Berdasarkan Undang-Undang Pajak


Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 384/KMK.04/1998 tanggal 14 Agustus
1998 dan Surat Edaran Dirjen Pajak No. 29/Pj.42/1998, menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1. Wajib Pajak yang dapat melakukan revaluasi adalah WP Badan dalam negeri yang
terletak atau berada di Indonesia. Wajib Pajak Badan dalam negeri adalah sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, dana persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang
sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
2. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir
sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Kewajiban pajak yang
dimaksud terdiri dari:
 Pajak Penghasilan (PPh)
 Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

7
2.3.4 Contoh Revaluasi Aset Tetap
Pada tahun 2015, PT Jaya melakukan penilaian kembali aktiva tetapnya. Nilai buku fiskal
aktiva yang dinilai kembali (Revaluasi) per 31 Desember 2015 adalah Rp. 200.000.000. nilai
wajar aktiva tersebut adalah Rp. 350.000.000. Besarnya PPh atau selisih lebih penilaian
kembali (revaluasi) aktiva adalah sebesar :
Nilai wajar aktiva Rp. 350.000.000
Nilai buku fiskal aktiva RP. 200.000.000
Selisih lebih penilaian kembali aktiva Rp. 150.000.000
PPh = Rp. 150.000.000 x 10%
= Rp. 15.000.000 (Bersifat Final)

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dari aset
tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap.
Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali tanah atau lahan,
aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan artinya nilai aktiva tetap selain
tanah, misalnya mobil, berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya,
sampai ketika masa guna itu habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah nol.
Depresiasi juga dapat didifinisikan yaitu sebagian dari Harga perolehan suatu aktiva
berwujud yang dialokasikan atau diakui sebagai biaya baik setiap tahun atau setiap bulan
setiap periode akuntansi.
Secara umum perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan
beberapa metode penetapan nilai penyusutan yaitu; Metode Garis Lurus, Metode jam jasa,
Metode Saldo Menurun, Metode Jumlah Angka‐Angka Tahun dan Metode Nilai Produksi.
Tetapi secara umum biasanya perusahaan menggunakan salah 1 dari banyak metode yang
ada, biasanya yang digunakan adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun karena
dalam perpajakan, pajak penghasilan pasal 11, metode yang boleh dalam pelaporan pajak
adalah metode garis lurus dan saldo menurun. (untik lebih jelasnya lihat peraturan atau UU
pajak penghasilan pasal 11 dan penggolongan jenis – jenis harta dalam Kep. Men. Keu. No.
138/KMK.03/2002). Dalam menentukan suatu keputusan untuk menyusutkan aktiva tetapnya
tentu didasari dengan alasan kenapa aktiva tetap disusutkan dan faktor – factor yang
mempengaruhi biaya depresiasi.

3.2 Saran
Penulis berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan –
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca pada umumnya.

9
Daftar Pustaka

Perpajakan Edisi Revisi 20018, Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak.


https://www.pajak.go.id/id/penyusutan-dan-amortisasi
https://keuanganlsm.com/penyusutan-depresiasi-menurut-perpajakan/
http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=267
https://www.akuntansionline.id/metode-dan-pencatatan-amortisasi-aset-tak-berwujud/
https://klikpajak.id/blog/berita-pajak/revaluasi-aktiva-tetap-2/
http://rizal-fathoni-pemasaran.blogspot.com/2016/04/makalah-penyusutan-dan-
amortisasi.html
https://lookforscience.wordpress.com/2012/05/03/penyusutan-amortisasi-dan-revaluasi/

10

Anda mungkin juga menyukai