Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN

KEUANGAN DAERAH
MANAJEMEN BELANJA DAERAH
KELOMPOK 8

MEIEFLIANA
ANGGINI A. Y. KOA WEHELMINCE
(1823754913)
(1823754938)

NICO O. LOMI SELLA A. ZACHARYA


(1823754942) (1823754951)
PRINSIP & KEBIJAKAN
MANAJEMEN BELANJA
DAERAH

I 8 KLASIFIKASI & KONSEP


E R BEBAN & BELANJA
AT
M
MANAJEMEN BELANJA DAERAH

Manajemen Belanja Daerah memiliki tiga tujuan pokok yang hendak dicapai
yaitu :
 Menjamin dilakukannya disiplin fiskal melalui pengendalian belanja
 Dilakukannya alokasi anggaran sesuai dengan kebijakan dan prioritas anggaran
 Menjamin efisiensi dan efektivitas alokasi anggaran
PRINSIP
MANAJEMEN
BELANJA DAERAH
Perencanaan belanja

Pengendalian belanja

Akuntabilitas belanja

Auditabilitas belanja
KEBIJAKAN
MANAJEMEN
BELANJA DAERAH

• Kebijakan Umum APBD


1

• Prioritas dan Plafon Anggaran


2

• Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)


3
• Rencana Pembangunan Jangka Menengah
4 Daerah (RPJMD)
KLASIFIKASI
BEBAN & BELANJA
DEFINISI
BELANJA & BEBAN

Semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Belanja


Negara/Bendahara Umum Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih (SAL)
dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Penurunan manfaat ekonomi atau Beban


potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan
ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset
atau timbulnya kewajiban.
1
KLASIFIKASI
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah BELANJA &
daerah BEBAN
2

Klasifikasi ekonomi pada pemerintah


daerah
3

Klasifikasi beban dan belanja


berdasarkan organisasi
KONSEP
BEBAN & BELANJA
PENGAKUAN

Belanja diakui
Pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah. Dalam hal badan
layanan umum, belanja diakui dengan mengacu
pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.

Beban diakui
Pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya
konsumsi aset, atau terjadinya penurunan
manfaat ekonomi atau potensi jasa.
PENGUKURAN
Belanja Berdasarkan besaran kas yang dikeluarkan di
diukur
rekening Kas Umum Daerah yang digunakan
untuk keperluan belanja.

Beban Senilai :
diukur
(1)Besaran terjadinya konsumsi suatu aset (barang/jasa);
(2)Besaran timbulnya kewajiban; dan
(3)Taksiran yang handal atas penurunan manfaat
ekonomi dari suatu aset atau potensi jasa.
PENCATATAN

Digunakan untuk tujuan pembuatan


Belanj
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
a sehingga belanja menggunakan basis kas
sebagai basis pencatatan akuntansinya.

Beban Digunakan untuk tujuan pembuatan


Laporan Operasional (LO) sehingga
beban menggunakan basis akrual sebagai
basis pencatatan akuntansinya.
PENILAIAN
Dinilai sebesar akumulasi beban yang
terjadi selama satu periode pelaporan
Beban dan disajikan pada laporan
operasional sesuai dengan klasifikasi
ekonomi (line item).

Dinilai sebesar nilai


tercatat dan disajikan
Belanj pada laporan realisasi
a anggaran berdasarkan
belanja langsung dan
belanja tidak langsung.
STUDI KASUS
(BELANJA
URAIAN DAERAH : BELANJA PEGAWAI KABUPATEN
REALISASI NGAWI)
TAHUN 2009   2010   2011
B. BELANJA DAERAH 803.673.798.000 1.041.015.546.100 1.078.529.104.903
1. BELANJA TIDAK
605.657.206   728.460.676.550   750.351.128.595
LANGSUNG
a. Belanja Pegawai 479.018.719 689.575.003.250 692.120.049.191
b. Belanja Bunga 109.714   56.840.250   58.075.780
c. Belanja Hibah 77.959.156 11.567.000.000 18.638.102.000
d. Belanja Bantuan Sosial 5.588.807   6.399.000.000   4.204.750.000

e. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi, Kabupaten/Kota


Dan 1.549.040 - 664.807.000
Pemerintahan Desa

f. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi,


Kabupaten/Kota 41.431.770   20.691.273.150   34.207.344.625
Dan Pemerintah an Desa

g. Belanja Tidak Terduga - 171.559.900 458.000.000


2. BELANJA LANGSUNG 198.016.592   312.554.869.550   328.177.976.308
a. Belanja Pegawai 28.353.286 22.550.451.700 26.458.369.650
b. Belanja Barang Dan
67.991.864   121.967.561.900   145.991.701.876
Jasa
c. Belanja Modal 101.671.442 168.036.855.950 155.727.904.782

Surplus (Defisit) 803.673.798   (58.679.457.100)   51.990.989.609

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Ngawi
Daerah dengan Alokasi Belanja Pegawai di Atas 65% Tahun 2012
Daerah Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal
Kab. Simalungun 74,3% 11% 10%
Kota Ambon 73,3% 12% 13%
Kab. Karanganyar 71,7% 10% 9%
Kab. Klaten 69,9% 11% 11%
Kota Langsa 69,4% 16% 10%
Kab. Minahasa 69,4% 12% 15%
Kab. Kuningan 68,9% 11% 15%
Kab. Sragen 68,6% 14% 7%
Kab. Purworejo 68,3% 11% 13%
Kab. Aceh Barat 68,3% 12% 18%
Kota Kupang 68,3% 14% 13%
Kab. Pidie 68,1% 14% 10%
Kab. Ponorogo 68,1% 16% 9%
Kab. Kulon Progo 67,8% 13% 13%
Kab. Wonogiri 67,4% 12% 13%
Kab. Padang Pariaman 67,2% 14% 15%
Kab. Bireuen 66,9% 13% 15%
Kab. Ngawi 66,9% 14% 13%
Kab. Bantul 66,5% 15% 11%
Kab. Pacitan 66,5% 13% 11%
Kab. Sumedang 66,0% 14% 13%
Kab. Aceh Besar 66,0% 16% 12%
Kab. Aceh Timur 66,0% 18% 13%
Terimakasih ….

Anda mungkin juga menyukai