Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIK AKUNTANSI DI MASA REVOLUSI ONDUSTRI 4.

0 DAN PANDEMIK
COVID 19

MAKALAH ILMIAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi


Dosen Pengampu : Dr. Heni Nurani H, SE., M.Si., Ak., CA

Disusun oleh:
Wida Nurul Aeni (5211181189)

Kelas : D-Akuntansi

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
PRAKATA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tak terhingga, saya bisa
menulis makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada
Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW semoga kita selalu mendapat syafa’at darinya.

Dengan dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Praktik Akuntansi dimasa Revolusi
Industri 4.0 dan Pandemik COVID 19”. Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah “Praktik Akuntansi dimasa Revolusi Industri 4.0
dan Pandemik COVID 19”. dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamualikum Wr. Wb.

Majalengka, 16 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0. atau revolusi
industri dunia ke-empat dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan
manusia. Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat perkembangan
internet dan teknologi digital. Era ini telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan
baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni, dan bahkan sampai ke dunia
pendidikan.
Menghadapi era industri termutakhir masa kini,
perkembangan ekonomi digital telah membuka berbagai kemungkinan baru sekaligus
meningkatkan resiko secara bersamaan. Perubahan tersebut  memberikan dampak
signifikan dalam perkembangan akuntansi. Di era ini, perkembangan teknologi dan
inovasi seolah berkejaran dengan waktu. Inovasi-inovasi baru mendorong terciptanya
pasar baru dan menggeser keberadaan pasar lama. Mesin dan robot pintar kini banyak
mengambil peran dan seakan menguasai dunia.
Di era digital dan perkembangan teknologi seperti sekarang, arus informasi
berjalan begitu cepat, teknologi internet telah mengubah pandangan seseorang dalam
mendapatkan informasi, termasuk dalam dunia akuntansi bisnis. Perkembangan
teknologi mengubah bisnis, menjadikan tidak banyaknya sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam bisnis termasuk staf akuntansi. Hal ini mengakibatkan Profesi
akuntan underestimate terkait dampak teknologi terhadap pekerjaan akuntan. Ini
menjadikan tantangan berat yang harus dijawab.
Potensi teknologi menggantikan peran profesi akuntan hanya menunggu
waktu. Peran akuntan akan bersifat strategis dan konsultatif. Maka dari itu akuntan
perlu memiliki sertifikasi misalnya fasih berteknologi, supaya mampu bertahan dalam
bersaing. Seorang akuntan juga harus memiliki strategi, diantaranya penguasaan soft
skill baik interpersonal skills maupun intra-personal skills, Business understanding
skills dan technical skills agar mampu menjawab tantangan diera digital ini.
Seorang akuntan harus aware terhadap perkembangan revolusi industri 4.0
dengan melihat kesempatan yang ada. Menurut Eko Suwandi M.sc., PhD, Dekan FEB
UGM bahwa suatu hal dapat punah akibat dari ketidak mampuan dalam beradaptasi
dengan perubahan. Perusahaan-perusahaan dapat kehilangan daya saingnya apabila
tidak menghiraukan perubahan-perubahan ini ke dalam strategi bisnis dan strategi
kepemimpinan mereka. 
Maka dari itu diharapkan semua orang dapat menjadi bagian dari perubahan
tersebut. Hal ini juga merupakan tekanan untuk institusi pendidikan agar membuat
kurikulum yang relevan bagi mahasiswa akuntansi untuk menyesuaikan dengan
konektivitas digital sehingga diharapkan para lulusan yang akan menjadi akuntan
mampu beradaptasi di era digital saat ini.
Pada akhir tahun 2019, dunia dikejutkan dengan wabah coronavirus (COVID-
19) yang ditemukan di Wuhan, China. Di Indonesia, Presiden Joko Widodo
mengumumkan 2 kasus positif coronavirus pada tanggal 2 Maret 2020. Dua pekan
setelahnya, bisnis-bisnis menginstruksikan karyawannya untuk bekerja dari rumah,
tidak terkecuali kantor akuntan publik.
Pandemi saat ini dapat diibaratkan sebagai “the great paralysis”, yaitu ketika
perekonomian dunia berhenti berfungsi secara harfiah karena manusia tidak dapat
melakukan kegiatan perdagangan secara langsung. Selain krisis kesehatan, pandemic
Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap ekonomi dunia. Perusahaan
mengalami penurunan penjualan, arus kas perusahaan bermasalah, dan perusahaan
menghadapi risiko gagal bayar hutang untuk periode 12 bulan kedepan (prinsip going
concern).
Adanya wabah covid-19 memberikan beberapa dampak. Baik dalam
kehidupan, perekonomian, dan lain sebagainya. Dampak yang terlihat jelas dalam
kehidupan yaitu dalam bidang akuntansi. Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran,
atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer,
investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber
daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi non-profit, dan lembaga pemerintah.
Proses dalam akuntansi berkaitan dengan keuangan apa pun yang terjadi
dalam bisnis atau organisasi. Namun, hal yang paling terlihat jelas adalah dalam
bidang bisnis. Hal tersebut banyak dirasakan oleh pembisnis dalam golongan kecil
yang tidak mampu mengoperasikan sosial media (gaptek).
Sehingga berdampak pula pada penghasilan yang didapatkan, karena dimasa
pandemi ini diharuskan untuk Stay at home ( Dirumah saja) dalam melakukan
berbagai aktivitas. Mulai dari belajar dari rumah, kerja dari rumah, sampai belanja
dari rumah cukup dengan memesan secara online menggunakan aplikasi. Selain dari
golongan bisnis kecil ada juga bisnis dalam golongan besar contohnya perusahaan dan
mall. Selama pandemi covid-19 banyak mall yang ditutup sehingga omset menurun
dan mengakibatkan banyak karyawan yang diphk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana praktik akuntansi dimasa revolusi industri 4.0 ?
2. Bagaimana praktik akuntansi dimasa pandemi Covid-19 ?
3. Apakah Profesi akuntan tetap relevan diera disrupsi dan krisis ini ?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui praktik akuntansi dimasa revolusi industri 4.0
2. Mengetahui praktik akuntansi dimasa pandemi Covid-19
3. Mengetahui Di Era Disrupsi dan Krisis, Profesi Akuntansi Tetap Relevan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Menghadapi era industri termutakhir masa kini, perkembangan ekonomi
digital telah membuka berbagai kemungkinan baru sekaligus meningkatkan resiko
secara bersamaan. Perubahan tersebut memberikan dampak signifikan dalam
perkembangan akuntansi. Di era ini, perkembangan teknologi dan inovasi seolah
berkejaran dengan waktu. Inovasi-inovasi baru mendorong terciptanya pasar baru dan
menggeser keberadaan pasar lama. Mesin dan robot pintar kini banyak mengambil
peran dan seakan menguasai dunia.
Di era digital dan perkembangan teknologi seperti sekarang, arus informasi
berjalan begitu cepat, teknologi internet telah mengubah pandangan seseorang dalam
mendapatkan informasi, termasuk dalam dunia akuntansi bisnis. Perkembangan
teknologi mengubah bisnis, menjadikan tidak banyaknya sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam bisnis termasuk staf akuntansi. Hal ini mengakibatkan Profesi
akuntan underestimate terkait dampak teknologi terhadap pekerjaan akuntan. Ini
menjadikan tantangan berat yang harus dijawab.
Niken Savitri Primasari, SE.,MM – Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Bisnis Menarik apabila kita melihat apa yang terjadi belakangan ini. Dunia begitu
cepat berubah akibat dari perkembangan teknologi yang massif. Hal tersebut
menunjukan bahwa manusia bersama-sama dengan teknologi berkembang begitu
pesat. Perkembangan teknologi dan inovasi seolah berkejaran dengan waktu.
Disruptive innovation, augmented intelligence, dan berkembangnya mesin mutakhir
seakan berlomba untuk meningkatkan efisiensi dunia industri.
Inovasi-inovasi baru mendorong terciptanya pasar baru dan menggeser
keberadaan pasar lama. Apakah mesin dan robot pintar kini mengambil alih peran
kita? Seberapa besar inovasi-inovasi tersebut memengaruhi hidup kita? Akankah
perubahan ini menjadi ketakutan tersendiri ataukah menjadi tantangan yang harus
dihadapi?
Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Sekertariat Jendral Kementrian
Keuangan Republik Indonesia, Langgeng Subur Ak., M.B.A, CA., CPA., FRICS.,
menginformasikn bahwa besarnya kemungkinan profesi akuntan tergantikan oleh
robot adalah 95 persen. Besaran prosentase tersebut dikarenakan perkembangan
Robotics and Data Analytics (Big Data) yang mengambil alih pekerjaan dasar yang
dilakukan oleh akuntan (mencatat transaksi, mengolah transaksi, memilah transaksi).
Oleh sebab itu, Chief Executive Officer (CEO) Data Briven Asia, Muhammad Imran
menyarankan para akuntan untuk mulai mempelajari programming dan algoritma
serta harus mengembangkan kompetensi yang penting bagi seorang akuntansi yaitu
data analysis, information technology development and leadership skills.
Potensi teknologi menggantikan peran profesi akuntan hanya menunggu
waktu. Peran akuntan akan bersifat strategis dan konsultatif. Maka dari itu akuntan
perlu memiliki sertifikasi misalnya fasih berteknologi, supaya mampu bertahan dalam
bersaing. Seorang akuntan juga harus memiliki strategi, diantaranya penguasaan soft
skill baik interpersonal skills maupun intra-personal skills, Business understanding
skills dan technical skills agar mampu menjawab tantangan diera digital ini.
Seorang akuntan harus aware terhadap perkembangan revolusi industri 4.0
dengan melihat kesempatan yang ada. Menurut Eko Suwandi M.sc., PhD, Dekan FEB
UGM bahwa suatu hal dapat punah akibat dari ketidak mampuan dalam beradaptasi
dengan perubahan. Perusahaan-perusahaan dapat kehilangan daya saingnya apabila
tidak menghiraukan perubahan-perubahan ini ke dalam strategi bisnis dan strategi
kepemimpinan mereka. 
Maka dari itu diharapkan semua orang dapat menjadi bagian dari perubahan
tersebut. Hal ini juga merupakan tekanan untuk institusi pendidikan agar membuat
kurikulum yang relevan bagi mahasiswa akuntansi untuk menyesuaikan dengan
konektivitas digital sehingga diharapkan para lulusan yang akan menjadi akuntan
mampu beradaptasi di era digital saat ini.
Perubahan era memang tidak bisa dihindari, maka dari itu harus selalu bisa
mengontrol reaksi dan sikap terhadap perubahan tersebut agar bisa ikut maju
mengikuti perkembangan zaman. Dalam sektor akuntansi, berbagai tantangan yang
hadir seiring datangnya era digital tak bisa dibiarkan begitu saja, harus dipelajari
dengan baik agar dapat menentukan sikap untuk mengatasinya. Fasih berteknologi
merupakan salah satu kunci menghadapi tantangan di era ini.
Pada akhir tahun 2019, dunia dikejutkan dengan wabah coronavirus (COVID-
19) yang ditemukan di Wuhan, China. Di Indonesia, Presiden Joko Widodo
mengumumkan 2 kasus positif coronavirus pada tanggal 2 Maret 2020. Dua pekan
setelahnya, bisnis-bisnis menginstruksikan karyawannya untuk bekerja dari rumah,
tidak terkecuali kantor akuntan publik. Pandemi Covid-19 membawa dampak
signifikan terutama dari banyaknya perubahan aspek regulasi dan kebijakan, sampai
tantangan terhadap perubahan sektor akuntansi dan pendidikan.
Prof. Dr. Ainun Na’im. Ia menyampaikan bahwa Pandemi Covid-19 ini
membawa dampak pada meningkatnya ketidakpastian, juga memberi dampak pada
banyak perubahan, baik dari aspek regulasi dan kebijakan, sampai pada perubahan
ekonomi. Ia bahkan menyebut pandemi telah menyebabkan disrupsi pada berbagai
lembaga, organisasi, atau perusahaan, sehingga sektor tertentu banyak yang
mengalami penurunan yang sangat tajam. Tentu keadaan ini menjadi tantangan
sendiri di dunia Pendidikan, khususnya akuntansi. Menurutnya, saat ini kita
dihadapkan pada dua tantangan besar, revolusi industri 4.0 dan pandemi covid-19
yang selesainya belum diketahui kapan akan berakhir.
Prof. Ainun menyampaikan bahwa seluruh negara terdampak oleh pandemi
ini, dari segi ekonomi, pertumbuhan ekonomi menurun bahkan sampai negatif,
demikian juga aspek sosial, banyak orang kehilangan perkerjaan, perubahan interaksi
antar individu, dan sebagainya. Oleh karenanya perlu melakukan manajemen konflik
antara sektor kesehatan dan ekonomi.
"Penutupan kegiatan mengakibatkan terjadinya konflik antara kesehatan dan
ekonomi. Membuka kegiatan secara fisik, kesehatan akan menjadi ancaman, disisi
lain ekonomi akan bergerak. Perlu memanage kedua hal tersebut agar bisa bergerak
bersama. Contohnya di lingkungan Pendidikan, kategori hijau dan kuning bisa dibuka
secara fisik, bisa mengajar secara konvensional. Daerah yang masih berwarna orange
dan merah tidak dibuka”, ungkap Prof. Ainun.
"Dampaknya pada perubahan ekonomi, pandemi berpengaruh pada proses
penyediaan data dan informasi, terutma untuk policy makers, data dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah sosial yang terjadi secepatnya", tambahnya.
Dalam dunia akuntansi, ia berpendapat bahwa Pandemi Covid-19 sangat
berpengaruh pada financial reporting. "Yang terpengaruh tentu saja laba, lalu ada
subsequent events, going concern, masalah risiko, impairment, maka dari itu OJK dan
otoritas terkait memberikan regulasi untuk menanggulangi dampak Covid-19 pada
perusahaan", tegasnya
Dosen FEB UGM, Dr. Singgih Wijayana yang menyampaikan isu kenormalan
baru dari perspektif pendidikan. Dr. Singgih menyampaikan kenormalan terdapat
pemahaman yang lebih luas, sebab banyak sekali topik dan pengembangan. Dari sisi
pengajaran, ia menyoroti bagaimana cara menyampaikan materi, sebab akuntansi
berubah dalam satu dekade terakhir, khususnya terkait teknologi, internet of things
dan Revolusi Industri 4.0. Tak hanya itu, ia juga menyoroti akuntansi lingkungan,
corporate sustainability dan triple bottom line, serta integrated reporting yang juga
tak bisa terlepas dalam perkembangan teknologi dan internet. Juga dalam hal isu yang
terus bergulir di dunia pendidikan, bahwa profesi akuntansi menjadi profesi yang
tidak menarik karena akibat teknologi profesi akuntansi disalah-persepsikan akan
hilang akibat adanya otomatisasi teknologi.
Menristek/BRIN mengatakan, akuntan di masa kini akan lebih berperan pada
analisis bisnis dan tugas-tugas yang bernilai tinggi. Analisis data
dan advisory menuntut spesialisasi yang tinggi, serta adanya peluang pemberian jasa
akuntansi secara efisien dan mobile. Akuntan juga akan lebih berperan dalam
mengatasi terjadinya underground economy. Melalui pemanfaatan big data,
pemeriksaan yang dilakukan akuntan tidak lagi mengandalkan sampling data,
sehingga fraud akibat financial engineering dapat diminimalkan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Praktik Akuntansi Dimasa Revolusi Industri 4.0


Dari penjelasan posisi akuntan diatas, maka akan muncul tantangan dan
pengaruh terhadap profesi akuntan antara lain dimana perkembangan teknologi
mengubah bisnis secara signifikan seperti banyak aset yang berupa “teknologi” dan
tidak berwujud secara fisik, tidak banyak membutuhkan sumber daya manusia
termasuk didalamnya staf akuntansi, perusahaan tidak memiliki konsep “tempat” atau
“premises” karena dikendalikan melalui “virtual office” dan yang terakhir mengenai
cara memasarkan dan cara berjualan melalui “market place” atau “online store” yang
kesemuanya tadi akan menuju kepada titik keseimbangan atau equilibrium baru yang
nantinya membentuk standarnya sendiri.
Dalam masa 5 tahun kedepan dimana teknologi 5G dalam perangkat
telekomunikasi sudah diadopsi secara penuh, akses internet dalam kecepatan Gigabit
per detik dan perangkat keras juga manusia sudah terhubung satu sama lain baik
secara IoT atau IoP, akan mengubah peran akuntan yang digantikan oleh teknologi AI
(Artificial Intelligence) dan robotik dalam melakukan pekerjaan dasar akuntan yaitu
mencatat transaksi, mengolah transaksi, memilah transaksi, melakukan otomatisasi
pembuatan laporan keuangan sekaligus menganalisa laporan keuangan tersebut secara
mandiri tanpa campur tangan manusia. Pola swakelola fungsi dasar akuntan inilah
yang tentunya meningkatkan efisiensi dan efektifitas pekerjaan dan hasilnya langsung
diketahui saat itu juga (real time). Banyak perusahaan yang sudah mengembangkan
hal ini karena sudah didukung adanya standarisasi proses pengelolaan keuangan dan
standarisasi arsitektur sistem informasi yang memadai dan sesuai tuntutan industri
generasi keempat sehingga kompetensi krusial yang dibutuhkan bagi akuntan
selanjutnya adalah kemampuan analisa data, mengikuti perkembangan teknologi
informasi dan memperbaharui gaya kepemimpinan.
Lebih jauh lagi dampaknya adalah akuntan dan kantor akuntan akan “dipaksa”
mengembangkan aplikasi bergerak (mobile) untuk dapat mengakses data secara
langsung dari perangkat telepon genggam, tablet dan virtual reality (VR). Audit
laporan keuangan dilakukan berbasis real-time dimana regulator dan auditor menarik
data yang dibutuhkan secara otomatis langsung dari sistem dan sensor yang melekat
pada kegiatan operasional sehingga transparansi dan keakuratan data yang dihasilkan
dapat dipertanggung jawabkan. Apabila akuntan tidak memiliki keahlian yang
memadai didalam teknologi informasi maka profesi lain dapat mengambil alih fungsi
akuntan, sehingga dapat dikatakan teknologi informasi adalah kebutuhan pokok yang
harus dipenuhi untuk dipelajari dan dimengerti oleh akuntan itu sendiri.
Dikutip dari International Edition of Accounting and Business Magazine edisi
Desember 2016, Roger Leonard Burrit dan Katherine Christ menyebutkan empat
langkah yang harus diambil akuntan didalam menghadapi revolusi industry 4.0 yaitu
a. Kesadaran (Awareness) bahwa dengan revolusi industri melahirkan peluang
atau kesempatan baru. Kesempatan yang muncul ini menumbuhkan bisnis
baru yang belum pernah ada sebelumnya, sebagai contoh Jerman sebagai
negara pencetus memiliki 80% perusahaan yang siap mengimplementasikan
revolusi industri 4.0 atau Cina yang menyadari bahwa diperlukan
pembangunan pada aspek pengetahuan dan menargetkan 60% investasi pada
sektor ini. Bukan hanya dua negara ini saja akan tetapi banyak negara sudah
berada dalam tahap awal diseminasi informasi yang selanjutnya akan
berkembang lebih dalam untuk menjalankan secara total revolusi 4.0
b. Pendidikan (Education). Regulator atau pemerintah dan praktisi pendidikan
dituntut untuk dapat membuat kurikulum yang relevan disesuaikan dengan
perkembangan konektifitas digital, seperti contohnya pelatihan koding,
manajemen informasi antar beberapa program dan platform yang berbeda atau
implementasi real-time accounting yang ditujukan kepada seluruh departemen
dan organisasi perusahaan termasuk pemegang saham.
c. Pengembangan profesi (Professional Development). Meningkatkan kinerja
profesi akuntan beserta program - program yang mendukung
pengembangannya dengan cara melakukan latihan presentasi online maupun
tatap muka secara langsung (face to face discussion) dan mengevaluasi
dampaknya terhadap kapabilitas profesi akuntan pada masa depan.
d. Penerapan standar tinggi (Reaching Out). Sebagai akuntan dituntut harus
memiliki kontrol maksimal terhadap data yang dihasilkan, dimana data atau
informasi fisik biasanya diperoleh dibawah tanggung jawab para insinyur
(engineer) sehingga hubungan kerja antara akuntan dan insinyur harus berjalan
harmonis agar data dan informasi akuntansi dijaga dengan baik.

Jadi jelas bahwa tantangan revolusi industri era 4.0 dapat mengubah secara
keseluruhan peran dan standar akuntan saat ini. Perubahan peran akuntan tersebut
antara lain:
 Menyediakan pandangan atau pendapat mengenai data. Akuntan dituntut
untuk mampu mengidentifikasikan pertanyaan atas data, analisis statistik,
pengecekan kualitas data dan interpretasi hasil olah data.
 Berlaku sebagai penasihat, baik sebagai penasihat bisnis, spesialis atau
berperan sebagai partner bisnis.
 Mampu bekerjasama dalam penguasaan teknologi yang meliputi manipulasi
data, bekerja dengan robot atau sejenisnya dan sebagai trainer dalam bidang
kecerdasan buatan (artificial intelligence)
 Profesi akuntan berkembang tidak hanya dalam aspek finansial akan tetapi
akan meluas kepada aspek laporan non finansial (non-financial reporting) dan
keamanan data di dunia maya (cyber security).

Akuntan dalam perspektif revolusi industri sudah bukan lagi sebagai “book
keeper” tetapi meluas menjadi hal yang baru yang bisa jadi tidak menyentuh sama
sekali aspek finansial. Eksplorasi hal baru tentunya juga menimbulkan spesialisasi
yang belum ada pada saat sekarang. Spesialisasi disini apabila melihat kepada
penjelasan diatas akan bertambah menjadi bidang pekerjaan baru yang menuntut
kapabilitas dan kapasitas yang berbeda pula karena diperlukan untuk mampu melihat
potensi perubahan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Celah antara
dunia kerja riil dan dunia akademis patut dijembatani untuk kemudian dilakukan riset
dan penelitian lebih dalam dimana hasil penelitian dapat digunakan untuk
memberikan solusi yang membangun dan informatif untuk kemudian dapat
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar di lingkungan universitas, perguruan
tinggi dan profesi akuntan.

3.2 Praktik Akuntansi Dimasa Pandemi Covid-19


Pada tahun 2020, Dunia dihadapkan pada suatu event disruptif yang sangat
jarang terjadi: pandemic akibat Virus Corona (COVID 19). Bencana kesehatan pada
skala yang menyamai tingkat saat ini terjadi lebih dari 100 tahun yang lalu yakni Flu
Spanyol ditahun 1918. Aktivitas pembatasan sosial masif yang digunakan sebagai
instrumen penanggulangan pandemic oleh berbagai negara memberikan dampak
negatif yang dashyat terhadap perekonomian. IMF pada rilis update proyeksi pada
bulan April 2020 me”reverse” pertumbuhan ekonomi global dari +3.3% menjadi
-3.0%.
Dampak negatif pandemi melanda seluruh aspek kehidupan; tidak terkecuali
profesi akuntan. Akuntan memiliki peran kunci dalam melakukan pengolahan data-
data aktivitas bisnis menjadi informasi strategis manajerial dan keuanganan. Tentu
saja dengan terjadinya pandemi; prinsip-prinsip akuntansi untuk bisnis dalam keadaan
normal perlu dilakukan modifikasi yang substansial.
Pandemi saat ini dapat diibaratkan sebagai “the great paralysis”, yaitu ketika
perekonomian dunia berhenti berfungsi secara harfiah karena manusia tidak dapat
melakukan kegiatan perdagangan secara langsung. Selain krisis kesehatan, pandemic
Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap ekonomi dunia. Perusahaan
mengalami penurunan penjualan, arus kas perusahaan bermasalah, dan perusahaan
menghadapi risiko gagal bayar hutang untuk periode 12 bulan kedepan (prinsip going
concern).
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) juga menerbitkan Press Release mengenai
dampak pandemi terhadap penerapan beberapa PSAK, yaitu PSAK 8 mengenai
peristiwa setelah periode pelaporan, PSAK 71 mengenai instrumen keuangan, dan
PSAK 68 mengenai pengukuran nilai wajar. Otoritas Jasa Keuangan selaku regulator
memberikan kelonggaran batas waktu penyampaian laporan keuangan dan RUPS bagi
pelaku industri di pasar modal, yaitu diperpanjang selama dua bulan dari batas waktu
berakhirnya kewajiban penyampaian laporan (OJK, 2020).
DSAK IAI memutuskan untuk menerbitkan publikasi ini sebagai petunjuk
(guidance), khususnya bagi entitas bisnis dalam mengaplikasikan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang berbasis prinsip untuk penyusunan laporan keuangannya. SAK
yang berbasis prinsip tersebut memberikan ruang bagi entitas dalam menggunakan
pertimbangannya untuk menyelesaikan permasalahan akuntansi yang timbul akibat
pandemi Covid-19. Namun kemungkinan penggunaan pertimbangan tersebut tidak
dapat disalahgunakan oleh entitas untuk pada akhirnya menghasilkan laporan
keuangan yang tidak merepresentasikan secara tepat posisi dan kinerja keuangan
entitas yang sebenarnya. 
Demi menjaga konsistensi penerapan SAK, DSAK IAI memutuskan untuk
memberikan petunjuk mengenai penerapan standar-standar tertentu yang relevan
dengan dampak dari pandemi Covid-19. DSAK IAI juga telah mempertimbangkan
publikasi serupa yang diterbitkan oleh dewan standar akuntansi lainnya, misalnya
International Accounting Standards Board (IASB) dan Malaysian Accounting
Standards Board (MASB).   
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan pedoman yang bisa dijadikan
rujukan oleh entitas bisnis, dalam menyusun laporan keuangan ditengah masa
pandemik Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Pedoman ini dikeluarkan untuk
memastikan bahwa entitas dapat menjaga konsistensi penerapan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK).
Menurut IAI, setidaknya ada beberapa penerapan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang harus diperhatikan, di masa pendemik.
1) penerapan PSAK 8 mengenai Peristiwa Setelah Periode Pelaporan. 
IAI berpendapat, Covid-19 tidak bisa dijadikan dasar peristiwa yang
mengharuskan entitas bisnis melakukan penyesuaian atau adjusment atas
Laporan Keuangan 2019. Mengingat, penyebaran Covid-19 di Indonesia baru
diumumkan terjadi pada tanggal 2 Maret dan bukan informasi yang dapat
mempengaruhi penyajian laporan keuangan 2019.
Namun demikian, PSAK 8 paragraf 14 juga meminta entitas
mempertimbangkan asumsi kelangsungan usaha dalam penyusunan laporan
keuangan jika entitas meyakini bahwa terdapat peristiwa setelah periode
pelaporan yang sangat signifikan sehingga dapat mengancam kelangsungan
usaha di masa depan. Entitas harus menggunakan pertimbangannya apakah
pandemi Covid-19 dapat memengaruhi kelangsungan usaha entitas dengan
mempertimbangkan semua fakta dan informasi yang relevan, termasuk
program-program relaksasi yang diberikan pemerintah. 

2) PSAK 71 Instrumen Keuangan


Publikasi ini juga bertujuan memberikan klarifikasi dan panduan dalam
mempertimbangkan apakah pandemi Covid-19 dapat memengaruhi
penghitungan kerugian kredit ekspektasian (KKE) atau expected credit loss
(ECL) pada tanggal penerapan awal PSAK 71 pada 1 Januari 2020.
Konsisten dengan prinsip umum dalam PSAK 8 yang dijelaskan
sebelumnya, pengukuran KKE dalam PSAK 71 paragraf 5.5.17(c)
mensyaratkan entitas mengukur KKE dengan cara yang mencerminkan
informasi yang wajar dan terdukung (reasonable and supportable information)
yang tersedia tanpa biaya atau upaya berlebihan (without undue cost or effort)
pada tanggal pelaporan mengenai peristiwa masa lalu, kondisi kini dan
perkiraan kondisi ekonomi masa depan.
Mempertimbangkan fakta bahwa pengetahuan dan informasi mengenai
pandemi Covid-19 di Indonesia tidak tersedia pada tanggal 31 Desember
2019, maka entitas tidak dapat menggunakan informasi ini dalam mengukur
KKE, termasuk memasukkan informasi tersebut ke dalam skenario pemodelan
sesuai estimasi probabilitas tertimbang pada tanggal penerapan awal PSAK 71
(yaitu 1 Januari 2020).

3) PSAK 71 Instrumen Keuangan – Kerugian Kredit Ekspektasian (KKE)


Publikasi DSAK IAI ini memberikan petunjuk bagaimana dampak dari
pandemi Covid-19 terhadap penghitungan KKE pada tahun 2020, terutama
dikaitkan dengan beberapa kebijakan relaksasi yang dikeluarkan oleh
otoritas/pemerintah.
PSAK 71 menjabarkan kerangka kerja dalam penentuan jumlah KKE
yang harus diakui. Dengan pendekatan yang umumnya digunakan, pada setiap
tanggal pelaporan keuangan, entitas mengukur:
a. penyisihan KKE 12 bulan (yang dalam praktiknya sering disebut
sebagai berada dalam stage 1) untuk suatu instrumen keuangan, yakni
risiko kerugian selama 12 bulan ke depan jika risiko kredit instrumen
keuangan tidak meningkat secara signifikan sejak pengakuan awal
[PSAK 71 paragraf 5.5.5]; atau
b. penyisihan KKE sepanjang umur (lifetime), yakni risiko kerugian
sepanjang sisa umur ekspektasian instrumen keuangan, jika risiko
kredit instrumen keuangan tersebut meningkat secara signifikan sejak
pengakuan awal [PSAK 71 paragraf 5.5.3].

Dengan demikian, PSAK 71 mensyaratkan bahwa KKE sepanjang


umur diakui jika terdapat peningkatan signifikan dalam risiko kredit (PSRK)
atau significant increase in credit risk (SICR) pada suatu instrumen keuangan.
Penilaian atas PSRK mensyaratkan entitas untuk menilai perubahan risiko
gagal bayar (risk of default) yang timbul selama umur ekspektasian dari suatu
instrumen keuangan [PSAK 71 paragraf 5.5.9].

3.3 Di Era Disrupsi dan Krisis, Profesi Akuntansi Tetap Relevan


Disrupsi teknologi di era industri 4.0 mengancam beberapa ilmu dan profesi
yang ada saat ini. Meski demikian bukan berarti semua bisa digantikan oleh mesin
dan teknologi, seperti ilmu akuntansi dan profesi akuntan yang akan tetap relevan di
era industri 4.0 terutama di Indonesia.
Kebutuhan akan profesi akuntan dibuktikan melalui terpilihnya Association of
Chartered Certified Accountant (ACCA) menjadi 'The Professional Global Body of
The Year' dalam Digital Accountancy Forum and Awards (DAF Awards) 2020 oleh
The Accountant. Terpilihnya ACCA dalamDAF Awards 2020 ini mencakup dampak
global asosiasi melalui kepemimpinan pemikiran, acara, dan aktivitas yang
berkelanjutan.
Salah satu yang disoroti adalah hasil kerjaprofessional insight (PI) team
ACCAyaitu mengenai Global Covid-19 Survey, dengan 1 juta responden yang
berkontribusi mengisi survei tersebut. Hal ini membuktikan di tengah disrupsi dan
pandemi Covid-19, pemulihan dan pergerakan ekonomi tetap membutuhkan ilmu
akuntasi dan profesi Akuntan.
“ACCA berhasil memimpin profesi akuntansi secara global dengan
menciptakan peluang. Tujuannya menetapkan nilai yang kami ciptakan untuk
masyarakat. Salah satu tujuan kami adalah membuka peluang lebih banyak untuk
profesi, melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dan lebih baik, dan kami tidak
pernah melupakan kepentingan publik yang menjadi DNA dari ACCA,” kata Head of
ACCA Indonesia Hani Karunia.
Dari hasil Global Covid-19 Survey yang dilakukan ACCA, dapat terlihat
kekhawatiran utama di tengah pandemi ini dialami oleh pemilik perusahaan, dari
skala kecil hingga besar.Hampir 60% responden menyebutkan penurunan
produktivitas karyawan menjadi salah satu kekhawatiran, karena perubahan drastis
pada operasional perusahaan.
Apalagi di beberapa daerah sempat melakukan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB), sehingga sebagian besar masyarakat harus bekerja dari rumah.
Sebagian besar responden juga mengalami penurunan permintaan, gangguan rantai
pasok, menunda meluncurkan produk dan layanan baru, hingga menunda rencana
investasi.
Selain itu, hampir 40% responden juga mengalami masalah keuangan seperti
ketatnya arus kas. Tantangan ini sangat berat bagi pengusaha dengan skala kecil dan
menengah, terutama karena kekhawatiran kewajiban utang yang berpotensi
meningkat.
Untuk itu, dalam menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya ini,
ACCA menilai semua organisasi perlu menanggapi dengan cepat dan efektif. Dengan
begitu perusahaan dapat memastikan kelangsungan dan ketahanan usahanya dalam
jangka pendek,serta pemulihan untuk jangka panjang.
Global Covid-19 Survey juga mencakup bagaimana krisis ini berkembang, dan
beberapa strategi yang dapat dilakukan menghadapi situasi ini. Survei tersebut
menyebutkan, ada beberapa langkah dan peta jalan yang bisa dilakukan di masa krisis
ini dalam upaya pemulihan.
1. bertindak dan fokus pada kelangsungan jangka pendek dan respon awal
terhadap krisis. Langkah ini sangat penting untuk memastikan kondisi krisis
ini dikelola dengan baik dan rencana yang berkesinambungan dapat
diterapkan, sertamelindungi kesejahteraan pekerja.
2. menganalisis dan menggeser fokus jangka pendek menjadi fokus jangka
menengah yang fokus pada pemulihan usaha. Pada tahap ini, perusahaan dapat
melanjutkan operasional bisnisnya perencanaan yang dapat dikelola dengan
baik.
3. antisipasi dengan fokus pada rencana jangka panjang, terutama pada inovasi
dan pemahaman bagaimana seharusnya berkembang ke depannya. Dalam
tahap ini model dan strategi bisnis perusahaandapat berkembang.
Hasil riset tersebut menunjukan, pemulihan ekonomi membutuhkan profesi
dan ilmu akuntan. Apalagi dunia juga merasakan perubahan karena kemajuan
teknologi yang mengubah ekspektasi individu, tempat kerja dan pergeseran nilai dan
norma sosial, hingga konektivitas, dan demografi.
Tren karier di bidang akuntasi pun mengalami perubahan meski tetap
dibutuhkan. Profesi Akuntan juga menjadi pusat perhatian dalam membangun usaha
yang berkelanjutan untuk masa depan.
“Kemampuan ACCA untuk memimpin profesi global yang tepercaya dan
inklusif bergantung pada nilai yang kita ciptakan melalui komunitas untuk bisnis dan
masyarakat. Komunitas yang dibangun ACCA pun lebih dari sekadar jaringan,
melainkan inklusif, terbuka dan global, dengan anggota ACCA sebagai intinya,” tutup
Hani.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Akuntan dan kantor akuntan akan “dipaksa” mengembangkan aplikasi
bergerak (mobile) untuk dapat mengakses data secara langsung dari perangkat telepon
genggam, tablet dan virtual reality (VR). Audit laporan keuangan dilakukan berbasis
real-time dimana regulator dan auditor menarik data yang dibutuhkan secara otomatis
langsung dari sistem dan sensor yang melekat pada kegiatan operasional sehingga
transparansi dan keakuratan data yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan.
Apabila akuntan tidak memiliki keahlian yang memadai didalam teknologi informasi
maka profesi lain dapat mengambil alih fungsi akuntan, sehingga dapat dikatakan
teknologi informasi adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dipelajari dan
dimengerti oleh akuntan itu sendiri.
Dimasa Pandemi Covid-19 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan Press
Release mengenai dampak pandemi terhadap penerapan beberapa PSAK, yaitu PSAK
8 mengenai peristiwa setelah periode pelaporan, PSAK 71 mengenai instrumen
keuangan, dan PSAK 68 mengenai pengukuran nilai wajar. Otoritas Jasa Keuangan
selaku regulator memberikan kelonggaran batas waktu penyampaian laporan
keuangan dan RUPS bagi pelaku industri di pasar modal, yaitu diperpanjang selama
dua bulan dari batas waktu berakhirnya kewajiban penyampaian laporan (OJK, 2020).

4.2 Saran
Dimasa Revolusi Industri 4.0 seorang akuntan harus :
 Akuntan dituntut untuk mampu mengidentifikasikan pertanyaan atas data,
analisis statistik, pengecekan kualitas data dan interpretasi hasil olah data.
 Berlaku sebagai penasihat, baik sebagai penasihat bisnis, spesialis atau
berperan sebagai partner bisnis.
 Mampu bekerjasama dalam penguasaan teknologi yang meliputi manipulasi
data, bekerja dengan robot atau sejenisnya dan sebagai trainer dalam bidang
kecerdasan buatan (artificial intelligence)
 Profesi akuntan berkembang tidak hanya dalam aspek finansial akan tetapi
akan meluas kepada aspek laporan non finansial (non-financial reporting) dan
keamanan data di dunia maya (cyber security).

Sedangkan dimasa Pandemi covid-19 seorang akuntan harus :


 Bertindak dan fokus pada kelangsungan jangka pendek dan respon awal
terhadap krisis.
 Antisipasi dengan fokus pada rencana jangka panjang, terutama pada inovasi
dan pemahaman bagaimana seharusnya berkembang ke depannya.
 Penyusunan dan praktik akuntansi harus menyesuaikan dengan kebijakan
akuntansi yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

https://halojambi.id/index.php/opini/4945-apakah-covid-19-berdampak-pada-akuntansi

https://id.investing.com/news/economy/tantangan-akuntan-dalam-pemulihan-ekonomi-
nasional-pasca-pandemi-covid19-2026058

https://etw-accountant.com/2020/10/10/dosen-akuntansi-universitas-padjadjaran-bandung/

https://www.wartaekonomi.co.id/read310949/di-era-disrupsi-dan-krisis-profesi-akuntansi-
tetap-relevan

http://iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-1231-press-release-%E2%80%93-
dampak-pandemi-covid19-terhadap-penerapan-psak-8-peristiwa-setelah-periode-pelaporan-
dan-psak-71-instrumen-keuangan

https://mucglobal.com/id/news/2016/ini-catatan-iai-terkait-dampak-covid-19-terhadap-
penyusunan-laporan-keuangan

https://feb.ugm.ac.id/id/berita/3079-tantangan-pendidikan-akuntansi-dan-profesi-akuntan-
dalam-era-kenormalan-baru

http://amikjtc.com/jurnal/index.php/jurnal/article/viewFile/162/140

http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/7875/Cover%20-%20Bab1%20-
%201315068sc-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://www.kompasiana.com/lizazu/5c2c296c12ae940f8754b280/akuntansi-di-era-revolusi-
industri-4-0

http://repository.unpas.ac.id/36486/4/10.%20BAB%20I%20%281%29.pdf

http://repository.wima.ac.id/16996/2/BAB%201.pdf

http://iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-1309=peluang-dan-tantangan-indonesia-
di-era-revolusi-industri-40

https://duta.co/peran-akuntan-di-era-revolusi-industri-4-0

Anda mungkin juga menyukai