Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diampu


oleh Edy Sofyan, S.E., M.Pd

oleh:
Wida Nurul Aeni (5211181189)
Nova Pebriana Sucila (5211181190)
Selenia
Kelompok 5

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
dengan judul “Pancasila Sebagai Filsafat”.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi.
Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala tersebut dapat teratasi.
Penyusunan makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari buku maupun
internet. Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan penyusun demi
penyempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca dan bermanfaat bagi pendidik serta
rekan-rekan dalam mengembangkan ilmu pendidikan pancasila.

Cimahi, Februari 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat) tertentu
yang menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan
pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini
kebenarannnya dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat yang mendiami negara
tersebut. Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa.
Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu
konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang
atau masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu ukuran
atau standar yang memiliki kelestarian yang secara umum digunakan untuk
mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu masyarakat.
Sistem nilai (filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat
budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, filsafat
berfungsi dalam menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi
suatu masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika
dan tata krama pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia
dengan manusia lainnya.
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti
bangsabangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama Pancasila
yang terdiri dari lima sila. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa
tokoh ynag merumuskan pancasila ialah Mr.Moh.yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat pancasila?
2. Apa dan bagaimana kedudukan pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara?
3. Apa fungsi utama filsafat pancasila bagi bangsa dan Negara?
4. Apa dan bagaimana pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat pancasila
2. Mengetahui kedudukan pancasila sebagai ideologi Negara
3. Memahami fungsi utama filsafat pancasila
4. Mengetahui bagaimana pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pancasila


Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philoshopia.
Istilah ini merupakan bentukan dari kata asal philo (philein) yang berarti cinta, dan
Sophos yang artinya hikmah/kebijaksanaan. Jadi, filsafat artinya mencintai hal-hal yang
bersifat bijaksana. Filsafat merupakan ilmu pengetahuan mengenai hakekat dari segala
sesuatu yang mencari sebab-sebabnya yang terdalam dengan menggunakan rasio/akal
budi manusia.
Menurut D. runes, filsafat berarti ilmu yang paling umum yang mengandung usaha
mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan. Filsafat tidak hanya menyelidiki struktur
obyeknya sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, melainkan selalu menyelidiki
hakekat obyeknya, mencari inti hakekatnya, dengan berpikir yang sedalam-dalamnya
secara mendasar sampai pada akar-akarnya yang terakhir.
Filsafat bukan agama, karena dalam agama manusia bertitik tolak dari wahyu Ilahi,
dari ungkapan Tuhan kepada hamba-Nya. Filsafat sama sekali tifak bertitik tolak dari
wahyu Ilahi, melainkan senantiasa tetap mempergunakan rasio/akal budi murninya.
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu :
1. Keheranan, sebagai filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal
dan filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan
menuntun pada kesadaran. Sikap ini snagat berguna untuk menemukan titik
pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
3. Kesadarn akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa
dirinya sanagat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam
sekelilingnya. Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang
terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa objek kajian filsafat meliputi:
1) Objek Material, yaitu kajian filsafat yang meliputi sesuatu baik berupa material
konkret seperti manusia, alam, benda, binatang, dan sebagainya, maupun sesuatu
yang bersifat abstrak seperti, nilai-nilai, ide-ide, ideology, moral, pandangan
hidup, dan sebaginya.
2) Objek formal, yaitu cara pandang seseorang terhadap objek material tersebut.
Misalnya, dari sudut pandang nilai (bidang aksiologi), dari sudut pandang
pengetahuan (bidang epistemology), dari sudut pandang keberadaan (bidang
ontologi), dari sudut pandang tingkah laku baik dan buruk (bidang etika), dari
sudut pandang keindahan (bidang estetika), dan sebagainya. Filsafat khusus
misalnya filsafat social, filsafat hokum, filsafat pancasila, filsafat bahasa, dan
lainnya yang membicarakan hal-hal yang bersifat khusus.
Dari pengertian tentang filsafat diatas dapat diketahui cara berpikir filsafat, antara lain:

1. Kritis, yaitu selalu mempertanyakan segala sesuatu, problema-problema, dan


hal-hal yang dihadapi manusia.
2. Radikal, yaitu hanya sampai pada fakta-fakta yang sifatnya khusus dan
empiris belaka, namun sampai pada intinya yang terdalam yaitu hakekat dari
sesuatu objek.
3. Konseptual, yaitu tidak hanya sampai pada persepsi manusia saja, tapi
merupakan kegiatan akal budi dan mental manusia yang berusaha menyususn
konsep-konsep yang berasal dari generalisasi serta abstraksi dari hal-hal yang
sifatnya khusus.
4. Koheren(runtut), yaitu berfikir secara sistematis, runtut, unsur-unsurnya tidak
saling terpisah, yidak saling bertentangan, tidak acak-acakan, kacau, dan
fragmentaris.
5. Rasional, yaitu pemikiran-pemikirannya dapat diterima oleh akal sehat
manusia(logis).
6. Komprehensif(menyeluruh), yaitu kesempulan diambil berdasrkan banyak
pertembangan dari berbagai sudut pandang, berbeda dengan ilmu
pengetahuan.
7. Universal, yaitu bersifat umum bagi selurh umat manusia, tidak terbatas oleh
tuang dan waktu, misalnya keadilan, kebenaran, dan kebaikan.
8. Spekulatif, yaitu menduga-duga atau memprediksi dengan kekuatanakal
manusia untuk menemukan jawaban dari fakta yang dihadapi.
9. Bebas, yaitu berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terikat pada
kekangan-kangan social, politik, tradisi, agama, dan moral.
10. Implikatif, yaitu jawaban dari suatu permasalahan tidak pernah tuntas, tetapi
menimbulkan pertanyaan baru lagi.
11. Reflektif, yaitu dalam melihat(berkaca) pada kehidupan di masyarakat, apa
yang sebaiknya dilakukan agar hidup menjadi lebih baik dan bermakna.
B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara
1. Kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dapat dirinci sebagai berikut:
a. Pancasila sebagai dasar merupakan sumber dari segalasumber hokum(sumber
tertib hokum) indonesia. Dengan demikian pancasila merupakan asas kerohanian
tertib hokum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 dijelmakan lebih
lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
b. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945
c. Mewujudkan cita-cita hokum bagi hokum dasar Negara(baik hokum dasar tertulis
maupun tidak tertulis)
d. Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah penyelenggara Negara (termasuk para penyelenggara partai dan
golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
e. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi penyelenggara Negara, para
pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara partai dan golongan
fungsional). Hal ini dapat dipahami karena semanga adalah penting bagi
pelaksana dan penelenggaraan Negara, karena masyarkat dan Negara Indonesia
senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan
dinamika masyarakat. Dengan semangat yang bersumber pada asas kerohanian
Negara sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat dan Negara
akan tetap diliputi dan diarahkan asas kerohanian Negara.

Sebagai mana telah ditentukan oleh pembentukan Negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya pancasila adalah sebagai dasar Negara republic Indonesia. Oleh
karena itu, fungsi pokok pancasila adalah sebagai dasar Negara RI. Hal ini sesuai
dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, pernah
ditetapkan dalam ketetapan No.XX/MPRS/1996 demikian juga dalam ketetapan No.
V/MPR/1973. Dijelaskan bahwa pancasila sebagai sumber dari segala sumber hokum
serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari bangsa
Indonesia. Selanjutnya dikatakan bahwa tersebut meliputi cita-cita mengenai
kemerdekaan individu, kemerdekaan angsa, perikemanusiaan, keadilan social,
perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan
Negara, cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai
pengejawantahan dari budi muarami manusia.

Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui siding istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan pancasila sebagai dasar Negara RI yang tertuang dalam
Tap.No.XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam proses reformasi,
meliputi berbagai bidang selain mendasarkan pada kenyataan aspirasi rakyat(sila IV)
juga harus mendasar pada nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Reformasi
tidak mungkin menyimpang dari nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
serta keadilan, bahkan bersumber kepadanya.

2. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara


Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan harkat dan
martabatnya, dalam kenyataannya senantiasa membutuhkan orang lain. Oleh karena
itu, manusia membutuhkan suatu lembaga bersama untuk melindungi haknya, dan
dalam pengertian ilmiah manusia membentuk suatu Negara. Negara sebagai lembaga
kemasyarakatan, sebagai organisasi hidup manusia senantiasa memiliki cita-cita
harapan, ide-ide serta pemikiran-pemikiran yang secara bersama merupakan suatu
orientasi yang bersifat dasariah bagi semua tindakan dalam hidup kenegaraan.
Kompleks pengetahuan yang berupa ide-ide, pemikiran-pemikiran, gagasan-gagasan,
harapan serta cita-cita tersebut merupakan suatu nilai yang dianggap benar dan
derajat yang tertinggi dalam suatau Negara. Hal ini merupakan suatu landasan bagi
seluruh warga Negara untuk memahami alam serta menentukan sikap dasar untuk
bertindak dalam hidupnya. Pada hakikatnya idiologi merupakan hasil refleksi
manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya.
Maka terdapat suatu yang bersifat dialektis antara ididologi dengan masyarakat
Negara. Disatu pihak membuat idiologi semakin realistis dan dipihak lain mendorong
masyarakat makin mendekati bentuk yang ideal. Ideology mencerminkan cara
berpikir masyarakat,bangsa maupun Negara, namun juga membentuk masyarakat
menuju cita-citanya(poespowardojo, 1991). Dengan demikian idiologi sangat
menentukan ekstensi suatu bangsa dan Negara untuk mencapai tujuannya melalui
berbagai realisasi pembangunan. Hal ini disebabkan dalam ideology terkandung suatu
orientasi praksis. Selain sebagai sumber motivaasi idiologi juga merupakan sumber
semangat dalam berbagai kehidupan bernegara. Ideology akan menjdai realistis
manakala terjadi orientasi yang bersifat dinamis antara masyarakat bangsa dengan
ideology, dengan demikian ideology akan bersifat terbuka antisipatif bahkan bersifat
reformatis dalam arti senantiasa mampu mengadaptasi peubahan-perubahan sesuai
dengan aspirasi bangsanya. Namun jika ideology diletakkan sebagai nilai sacral
bahkan diletakan sebagai alat legitimasi kekuasaan maka dapat dipastikan idiologi
akan menjadi tertutup, kaku, beku, dogmatis, dan menguasaai kehidupan bangsanya.
Oleh karena itu agar idiologi benar-benar mampu menampung aspirasi para
pendukungnya untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat dan bernegara maka
idiologi haruslah bersifat dinamis, terbuka, aspiratif yang senantiasa mampu
mengadaptasikan dirinya dengan perkembangan zaman. Inilah peran peting ideology
bagi bangsa dapat mempertahankan ekstensinya.
C. Tujuan Filsafat
Berfilsafat mengandung tujuan filsafat ini dapat dibedakan kedalam 2 macam, yaitu:
1. Tujuan yang teoritis
Dalam hal ini filsafat berusaha untuk mencapai kenyataan, atau untuk mencapai hal
yang nyata.
2. Tujuan praktis
Dalam hal ini mempergunakan hasil daripada filsafat yang teoritis tersebut untuk
memperoleh pedoman-pedoman hidup, guna dipraktikan dan dijadikan pedoman
dalam praktik kehidupan. Tujuan yang praktis inilah yang umumnya dianut oleh
dunia timur, termasuk oleh Negara Indonesia.
D. Pengamalan Nilai-nilai Pancasila
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama anatar pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda tehadap Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Membina kerukunan hidup di antara sesame umat beragama dan kepercayaan
terhadap tuhan Yang Maha Esa.
3) Agama dan keprcayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
4) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
5) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
1) Mengembangkan sikap saling mencintai sesame manusia.
2) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
3) Mengembangkan sikap saling tidak semena-mena terhadap orang lain.
4) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
5) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.
3. Sila Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan Negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Mengembangkan rasa cinta kepada tanha air dan bangsa.
3) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
4) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan social.
5) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
1) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
2) Mengutmakana musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
3) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
4) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
5) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hari nurani yang
luhur.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1) Mengembangkan sikap adil terhadap sesame.
2) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3) Menghormati hak orang lain.
4) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
5) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
E. Macam-macam Cara Pengamalan Pancasila
1. Dilihat dari segi jalurnya
1) Jalur pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengamalan
pancasila, baik pendidikan formal (sekolah-sekolah s.d perguruan tinggi) maupun
pendidikan nonformal (di keluarga dan lingkungan masyarakat), keduanya sangat
erat kaitannya dengan kehidupan.
Dalam pendidikan formal semua tindak perbuatannya haruslah
mencerminkan nilai-nilai luhur pancasila. Dalam pendidikan, keluarga
pengamalan pancasila harus ditanamkan dan dikembangkn sejak mahasiswa
masih kecil, sehingga proses pendarah-dagingan nilai-nilai pancasia degan baik
dan menuntut suasana keluarga yang mendukung. Lingkungan masyarakat juga
turut menentukan sehingga harus dibina dengan sungguh-sungguh supaya menjadi
tempat yang subur bagi pelaksanaan pengamalan Pancasila.
Melalui pendidikan inilah mahasiswa menyerap nilai-nilai moral
pancasila. Penyerapan nilai-nilai moral pancasila diarahkan berjalan melalui
pemahaman dari pemikiran dan pengamalan secara pribadi. Sasaran pelaksanakan
pedoman pengmalan pancasila adalah perorangan, keluarga, masyarakat, baik
dilingungan tempat tinggal masing-masing, maupun di lingkungan tempat
menuntut ilmu.
2) Jalur organisasi
Pengamalan Pacansila harus diterapkan dalam setiap elemen kampus.
Organisasi sosial pada kampus adalah wadah pemimpin-pemimpin muda dalam
bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung
jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi seperti para anggota
hmj, atau dpemf, atau bem, dan sebagainya harus mengikuti pedoman
pengamalan Pancasila agar berkepribadian Pancasila tertanam. Sehingga
organisasi dalam kampus unswagati berjalan dengan baik sesuai prosedur yang
ada.
2. Pengamalan Pancasila secara Subjektif dan Objektif
1) Pengamalan Pancasila secara Objektif
Pengamalan pancasila yang obyektif adalah pelaksanaan dalam bentuk
realisasi dalam setiap penyelengaraan kampus, baik di bidang organisasi maupun
non organisasi. Dan semua bidang kampus unswagati terutama realisasinya dalam
bentuk peraturan kampus itu tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Tujuan, misi dan visi kampus harus memiliki beberapa arti yang tercantum
dalam nilai-nilai pancasila.
b. Aturan yang terdapat dalam kampus maupun dalam organisasi kampus harus
mengandung makna nilai-nilai pancasila.
2) Pengamalan Pancasila secara Subjektif
Pengamalan pancasila pengamalan pancasila yang subyektif adalah
pelaksanaan dalam pribadi seseorang, warga negara, individu, penduduk,
penguasa, dan orang Indonesia. Pengamalan pancasila yang subyektif ini justru
lebih penting dari pengamalan yang karena pengamalan yang subyektif
merupakan syarat pengamalan pancasila yang obyektif(Notonegoro,1974;44).
Dengan demikian pelaksanaan pancasila yang subyektif ini berkaitan
dengan kesadaran, ketaatan, serta kesiapan individu tiap mahasiswa unswagati
untuk mengamalkan pancasila. Dalam pengertian inilah akan terwujud jika suatu
keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana
kesadaran wajib taat aturan kampus unswagati telah berpadu menjadi kesadaran
wajib moral. Sehingga dengan demikian suatu perbuatan yang tidak memenuhi
wajib melaksanakan pancasila.
Dalam pengamalan pancasila yang subyektif ini bilamana nilai-nilai
pancasila telah dipahami, diresapi, dan dihayati oleh seseorang mahasiswa maka
orang itu telah memiliki moral pancasila dan jika berlansung terus menerus
sehingga melekat dalam hati maka disebut dengan kepribadian pancasila.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat negara indonesia sebaga i
landasan. Pancasila sebagai filsafat negara indonesia yaitu hasil pemikiran
mendalam dari bangsa indonesia, yang dianggap, diyakini sebagai kenyataan nilai dan
norma yang paling benar, dan adil untuk melakukan kegiatan hidup berbangsa
dan  bernegara di manapun mereka berada. keseluruhan ciri-ciri khas bangsa indonesia,
yang membedakan dengan bangsa-bangsa lainnya. keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuha n dan perkembangan
bangsa -ndonesia sepanjang masa
Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum,
meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum
dasar negara, mengandung norma dan merupakan sumber semangat bagi UUD 1945.
Sedangkan pancasila sebagai idiologi bangsa merupaka landasan bagi seluruh warga
negara, menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara, sumber motivasi, mampu
menampung aspirasi para pendukungnya. Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan membiasakan diri bemusyawarah. Diawali
dalam lingkup keluaarga kemudian menuju ke sekolah dan lingkungan sekitar.
B. Saran
Warga negara indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di negara
indonesia. oleh karena itu, sebaiknya warga negara indonesia harus lebih
meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai, menjaga, memahami
dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan
khususnya dalam  pemahaman bahwa filsafat Pancasila adalah sebagai dasar filsafat
negara indonesia.

Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/36272881/MAKALAH_PANCASILA_SEBAGAI_FILSAFAT

http://mangihot.blogspot.com/2016/12/pengertian-filsafat-pancasila.html

https://www.academia.edu/37582826/Makalah_Pengamalan_Pancasila_Dalam_Kehidupan
_Sehari_Hari

Anda mungkin juga menyukai