PENDAHULUAN
Kenaikan populasi jumlah penduduk dan meningkatnya jumlah pengangguran
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi merupakan satu-satunya mekanisme yang berkelanjutan
untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Investasi adalah salah satu faktor yang mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi. Kegiatan investasi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta, baik berbentuk badan usaha, badan hukum, maupun usaha perorangan. Investor selaku
penanam modal dibedakan menjadi investor dalam negeri dan investor asing.
Terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden secara langsung pada tahun 2004 membawa
harapan baru bagi bangsa Indonesia. Dalam pidato pertama 30 hari pemerintahannya, Susilo
Bambang Yudhoyono menjelaskan tiga strategi dalam bidang ekonomi yang disebut triple
strategy, yaitu mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5 persen per tahun, menggerakkan kembali
sektor riil, serta revitalisasi pertanian dan perekonomian pedesaan.
Namun, selewat dua tahun pemerintahannya, pemerintah mengakui iklim dunia usaha,
yang mampu menggerakkan sektor riil dan meningkatkan investasi, belum kondusif seperti yang
diharapkan. Tidak mengherankan banyak kalangan mulai mempertanyakan seberapa jauh
keseriusan pemerintah dalam mengubah iklim dunia usaha maupun keberpihakan kepada rakyat
banyak. Lebih dua tahun berlalu, namun dunia usaha merasa upaya pemerintah masih belum
tuntas dan serius menekan ekonomi biaya tinggi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Berbagai kebijakan – seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang rata-rata lebih
dari 120 persen, kenaikan suku bunga, kenaikan upah minimum, dan segera menyusul kenaikan
tarif dasar listrik dan gas – telah memukul dunia usaha, baik besar maupun kecil. Jangankan
bicara daya saing, untuk bertahan hidup saja banyak perusahaan yang mengaku cukup sulit.
Pertanyaan yang sering muncul adalah apa yang dimaksud iklim investasi? (Stern, 2002
dalam Kuncoro, 2006) mendefinisikan iklim investasi sebagai semua kebijakan, kelembagaan,
dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa
mendatang, yang bisa mempengaruhi tingkat pengembalian dan risiko suatu investasi.
Lingkungan bisnis yang sehat diperlukan tidak hanya untuk menarik investor dari dalam dan luar
negeri, tetapi juga agar perusahaan yang sudah ada tetap memilih lokasi di Indonesia. Alasan
utama mengapa investor masih khawatir untuk melakukan bisnis di Indonesia adalah
ketidakstabilan ekonomi makro, ketidakpastian kebijakan, korupsi (oleh oleh pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat), perizinan usaha, dan regulasi pasar tenaga kerja (Bank Dunia, 2004
dalam Kuncoro, 2006).
Pertumbuhan ekonomi pasca krisis yang cenderung lambat, di bawah 5 persen per tahun,
terbukti tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang memadai dan menurunkan jumlah orang
miskin. Tantangan terbesarnya, mengubah sumber pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh
konsumsi menjadi digerakkan oleh investasi dan ekspor. Untuk itu diperlukan perbaikan iklim
investasi dan mengembalikan kepercayaan dunia bisnis. Lemahnya perencanaan dan koordinasi
peraturan perundangan baik tingkat vertikal (antara pemerintah pusat-provinsi-kabupaten/kota)
dan pada tingkat horizontal (antara kementerian dan badan lainnya) terus terjadi.
Apa rahasia Cina sehingga begitu berhasil dalam mendorong pertumbuhan ekonomi?
Dalam programnya, Pemerintah Cina sangat mendukung terbentuknya simbiosis mutualisme
antara pengusaha kecil dan menengah dengan pebisnis besar. Melakukan liberalisasi
perdagangan dan investasi secara sangat berhati-hati dan bertahap dengan menciptakan zona
ekonomi khusus. Selain itu peran institusional (kelembagaan) seperti penegakan hukum menjadi
faktor yang krusial dalam menjalankan perekonomian. Cina telah membuat komitmen untuk
melakukan perlindungan atas berbagai hal yang menyangkut aktivitas perdagangan dan investasi.
Perlindungan Hak Atas Karya Intelektual (HAKI) merupakan wujud dari komitmen tersebut.
Demi impian untuk tumbuh sebagai bangsa yang berbasis pengetahuan (knowledge based-
nation). Pemerintah Cina selain mendirikan lembaga Intelectual Property Office pada tahun
2001. Cina dan Uni Eropa juga telah mengadakan serangkaian pelatihan yang diikuti oleh 200
hakim untuk memperoleh keahlian dalam penegakannya. Ini mencerminkan kepercayaan Cina
bahwa penghormatan terhadap karya intelektual merupakan stimulus bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Upaya Pemerintah Cina akhirnya tidak sia-sia. Cina yang pada awalnya merupakan
pengekspor terbesar barang-barang tiruan ke negara-negara berkembang, kini telah dinilai
membuat kemajuan yang luar biasa dalam hal perlindungan atas merek dagang, paten, dan
copyright. Cina meyakini hukum, norma, dan aturan yang telah dibuat harus dilaksanakan
sehingga akan menciptakan pembentukan kelembagaan yang kuat dan berkredibilitas yang tinggi
agar memampukan berlangsungnya proses alih teknologi yang diikuti oleh peningkatan
produktivitas dan pada akhirnya menarik investasi serta pengembangan ekspor bisnis yang
mempengaruhi ekspor negara dan penambahan devisa. Hal ini sejalan dengan keyakinan para
ekonom bahwa kebijakan ekonomi yang sehat, ditambah pembangunan institusi yang kuat dan
berkualitas, dapat memberikan pengaruh sangat positif bagi prospek pertumbuhan jangka
panjang sebuah negara (Thalo, 2004).
Peran kelembagaan yang kuat telah membantu terciptanya ekspansi sektor swasta
(investor) yang berperan sangat besar dalam dinamika perekonomian. Bahkan lebih dari itu, jika
liberalisasi terjadi, perangkat hukum dan penegakannyalah yang menjadi andalan dan harapan
bagi pasar dalam menjalankan roda perekonomian.
Ketersedia Ketersedia
Kepastian Keaman Potensi
an an
Hukum an Ekonomi
Tenaga K Tenaga K
Aparatur & Struktur Kualitas Kualitas
Politik
Pelayanan Ekonomi Tenaga K Tenaga K
Biaya
Kebijakan
Budaya Tenaga
Daerah
Kerja
Kepemimpin
an Lokal
REGULASI DALAM INVESTASI
Akuntansi Investasi
PENUTUP