Anda di halaman 1dari 23

KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN ( FINANCIAL QUALITYS )

Dosen Pengampu : Dr.E.Hamonangan Siallagan,SE,MSi

Nama-nama Kelompok 9 :

1. Uni Grasella Sinaga (18510127)


2. Elma Febrianty Sihombing (18510126)
3. Wika Putry Situmeang (18510289)

SEMINAR AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kualitas Pelaporan Keuangan (Financial
Qualitys)“. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada matakuliah
Seminar Akuntansi yang dibina oleh dosen pengampu bapak Dr.E.Hamonangan
Siallagan,SE,MSi di Universitas HKBP Nomensen Medan.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun,
kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat menghargai apabila terdapat saran maupun
kritik yang membangun dari semua pihak. kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan bagi para pembacanya untuk memperluas Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang terus berkembang mengikuti kemajuan zaman,
khususnya untuk matakuliah Seminar Akuntansi, dan semoga makalah ini dapat
bermanfat bagi pembaca.

Medan, 25 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5
2.1 Laporan Keuangan...............................................................................................5
2.1.1 Kualitas Laporan Keuangan..............................................................................5
2.1.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan......................................................6
2.1.3 Indikator Kualitas Pelaporan Keuangan............................................................9
2.2 Pengertian Dividen...............................................................................................9
2.2.1 Jenis-Jenis Dividen............................................................................................9
2.2.2 Prosedur Standar Pembagian Dividen...............................................................10
2.2.3 Kebijakan Dividen............................................................................................11
2.3 Kualitas Laba.......................................................................................................11
2.3.1 Pengertian Kualitas Laba..................................................................................11
2.3.2 Manfaat Laba Yang Berkualitas........................................................................11
2.3.3 Pengukuran Kualitas Laba................................................................................12
2.4 Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan.......................................................13
2.4.1 Manfaat dan Tujuan Standar Akuntansi............................................................14
2.5 Pengertian Pengetahuan Pengelolaan Anggaran..................................................15
2.5.1 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Anggaran Pemerintahan......................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................17
3.2 Saran.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Permasalahan mengenai kualitas laporan keuangan kini semakin hangat untuk
diperbincangkan, banyaknya kasus-kasus buruknya kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah di Indonesia masih menjadi isu hangat yang perlu dikaji lebih
dalam. Hal ini merupakan bukti dari kurangnya pemahaman standar akuntansi
pemerintah dan buruknya sistem pengelolaan keuangan daerah, kurangnya kompetisi
yang dimiliki staf akuntansi serta buruknya sistem pengendalian intern sehingga dapat
memberikan pengaruh negatif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Permasalahan ini dibuktikan dengan diperolehnya opini disclaimer dibeberapa instansi
pemerintah daerah yang ada di Indonesia. Opini disclaimer diberikan terhadap laporan
keuangan mengalami kesulitan dalam menerapkan prosedur audit pada beberapa pos
yang disajikan. Rendahnya kualitas laporan keuangan, secara umum disebabkan
penyusunan laporan keuangan yang belum memenuhi standar akuntansi pemerintahan,
pengelolaan keuangan daerah, penyelenggaraan sistem pengendalian internal yang
belum memadai dan kurangnya kompetensi staf akuntansi yang ada. Standar Akuntansi
Pemerintah merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Tujuan diberlakukannya hal tersebut agar
laporan keuangan yang dihasilkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan
pemerintah pusat maupun daerah.
Kompetensi staf akuntansi merupakan salah satu faktor terpenting dalam
penyusunan laporan keuangan agar terciptanya laporan keuangan yang memiliki
kualitas nilai informasi yang baik sehingga dapat digunakan oleh pengguna informasi
laporan keuangan. Seperti yang kita ketahui, proses terpenting dari suatu organisasi
untuk mengetahui bagaimana kinerja atau existensi suatu organisasi dalam suatu
periode, maka dari itu jika tidak didukung dengan kompetensi yang dimiliki staf
akuntansi sendiri maka penerapan standar akuntansi pemerintahan dan sistem
pengendalian internal tidak dapat berjalan dengan efektif dan tidak bisa menghasilkan
laporan keuangan yang memiliki kualitas informasi yang dapat dipakai oleh pengguna
informasi tersebut. Pelaporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban

1
perusahaan terhadap pihak yang terkait dengan perusahaan selama periode tertentu.
Laporan keuangan merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk menyampaikan
informasi mengenai gambaran kinerja ekonomi dan keuangan perusahaan bagi
pengguna laporan keuangan baik pihak internal maupun pihak eksternal. Laporan laba
rugi merupakan bagian dari laporan keuangan yang menyajikan laba yang diperoleh
perusahaan selama periode tertentu. Informasi mengenai laba mempunyai peran
penting bagi pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laba tidak hanya
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan tetapi juga sebagai informasi pembagian
laba dan penentuan kebijakan investasi. Laporan keuangan berisi tentang segala
informasi keuangan yang digunakan oleh perusahaan untuk berbagai keputusan seperti
penilaian kinerja manajemen, penentuan kompensasi manajemen, pemberian deviden
kepada pemegang saham dan lain-lain. Selain itu informasi yang terkandung
didalamnya juga memperlihatkan kondisi dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Agar informasi keuangan bermanfaat untuk pedoman membuat keputusan
investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis maka informasi tersebut harus
memenuhi persyaratan relevan dan dapat dipercaya. Laba merupakan salah satu aspek
penting bagi perusahaan, karena merupakan salah satu tujuan utama suatu usaha
didirikan. Perusahaan tentunya mengharapkan laba yang tinggi, berkelanjutan dan
kosisten demi menjaga kesehatan perusahaan. Namun, adanya laba yang tinggi saja
tidaklah cukup. Perusahaan tentu juga mengharapkan laba yang menunjukkan keadaan
perusahaan yang sebenarnya dan dapat menjadi acuan untuk memprediksi laba pada
periode yang akan datang. Dengan kata lain laba yang persisten merupakan laba yang
diharapkan dan penting bagi perusahaan (Suwandika dan Astika, 2013). Salah satu
bagian terpenting dari laporan keuangan yang sering menjadi prioritas utama para
pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan adalah laba. Laba memiliki arti
penting bagi pengambil keputusan. Tujuan laba itu sendiri adalah untuk memberikan
informasi yang tepat guna dalam pengambilan keputusan bisnis. Agar dapat
memberikan informasi yang handal maka laba tersebut haruslah persisten.Menurut
Statement Financial of Accounting Concepts (SFAC) No.1 terdapat dua tujuan utama
pelaporan keuangan yaitu : pertama, memberikan informasi yang bermanfaat bagi para
investor, investor potensial, kreditur, dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan.
Kedua, memberikan informasi tentang prospek arus kas untuk membantu investor dan

2
kreditur dalam menilai prospek arus kas bersih perusahaan. Sedangkan menurut
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia, tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan
dalam mengambil keputusan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
laba, yakni: risiko sistematik atau beta, ukuran perusahaan, persistensi laba,
pertumbuhan laba, struktur modal, kualitas auditor, likuiditas, dan kualitas akrual.
Tidak semua perusahaan dapat menyajikan pelaporan keuangan yang berkualitas
bagi investor, hal ini dikarenakan perusahaan perlu mempertimbangkan bahwa manfaat
lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Perusahaan yang besar cenderung
memiliki banyak pemegang kepentingan seperti investor, kreditor, dan publik sehingga
pelaporan keuangan yang diterbitkan harus berkualitas dan relevan. Sedangkan
perusahaan yang besar diharapkan dapat menyajikan pelaporan keuangan yang
berkualitas. Dengan pelaporan keuangan yang berkualitas, maka para pengguna
pelaporan keuangan tersebut menggunakan sumber yang tepat dalam dasar
pengambilan keputusan karena pelaporan keuangan yang berkualitas mengambarkan
informasi yang ada pada perusahaan dengan lebih baik kepada para investor.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah Kompentensi Staf Akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan di suatu perusahaan ?
2. Apakah Pengelolaan laba yang berkualitas berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan ?
3. Apakah Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan ?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laba?

3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh Kompentensi Staf Akuntansi terhadap kualitas
laporan keuangan.
2. Untuk menganalisis pengaruh Pengelolaan laba terhadap kualitas laporan
keuangan.
3. Untuk menganalisis pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
terhadap kualitas laporan keuangan.
4. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh dari ukuran perusahaan
terhadap kualitas laba.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
Untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang menggunakan pelaporan
keuangan, seperti investor dan kreditor mengenai adanya asimetri informasi dalam
pelaporan keuangan, agar analisis yang dilakukan tidak menyesatkan dalam membuat
keputusan dan menekankan pentingnya pelaporan keuangan yang berkualitas kepada
pemegang saham atau investor. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah mengkaji
faktor-faktor yang menentukan kualitas laba melalui pendekatan dengan menggunakan
pendekatan persistensi laba sebagai ukurannya.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca serta dapat digunakan sebagaimana mestinya.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Laporan Keuangan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, laporan keuangan
merupakan laporan berstruktur mengenai laporan posisi keuangan dan transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh suatu pelaporan. Menurut peraturan pemerintah No 8
Tahun 2006, tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah, menyatakan
bahwa laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
negara dan daerah selama satu periode. Sedangkan menurut Bastian (2010, h; 9)
laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Menurut Mahmudi (2011, h; 143) laporan keuangan merupakan ouput dari sistem
akuntansi yang bermanfaat untuk pemberian informasi bagi pihak-pihak yang akan
menjadikan informasi keuangan tersebut sebagai dasar pembuatan keputusan. Dari
pengertian-pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa laporan keuangan yaitu suatu
proses akuntansi yang berstruktur mengenai laporan posisi keuangan dalam suatu
periode akuntansi, laporan keuangan harus berdasarkan standar akuntansi yang berlaku
dan berguna bagi pihak-pihak berkepentingan dalam pengambilan keputusan.

2.1.1 Kualitas Laporan Keuangan


Definisi kualitas menurut Mulyana, (2010) dalam susilawati dan riana, (2014)
kualitas diartikan sebagai kesesuaian dengan standar, diukur berbasis kadar kesesuaian,
serta dicapai melalui pemeriksaan. Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai
informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk pengambilan
keputusan. Laporan keuangan yang berkualitas apabila informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan tersebut disusun dengan baik, benar sesuai dengan prinsip akuntansi
juga dapat dipahami oleh pemakai informasi. Dari pengertian-pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa kualitas laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses
kegiatan akuntansi yang mampu memberikan suatu informasi keuangan yang dapat
dipahami oleh pemakai dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dimasa
yang akan datang. Adapun jenis laporan keuangan yang dikenal adalah Neraca,
Laporan Laba/Rugi, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Modal dan Catatan atas

5
Laporan Keuangan. Menurut Fahmi (2013: 2) laporan keuangan adalah alat yang
sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan
hasil-hasil yang telah dicapai oleh instansi yang bersangkutan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012: 5) mengemukakan bahwa: “Pengertian
laporan keuangan adalah struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja
keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk
kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial
position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow), dari
entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para
penggunanya”. Laporan keuangan pemerintah harus menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan
baik, keputusan ekonomi, sosial, maupun politik. Laporan keuangan pemerintah yang
berguna (useful) memiliki makna laporan keuangan tersebut memuat isi informasi
(information content). Laporan keuangan akan berguna (useful) apabila laporan
keuangan tersebut memenuhi standar kualitatif (Suhardjo, 2013:97).

2.1.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 karakteristik kualitatif laporan
keuangan merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu:
1) Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan, apabila informasi yang termuat
didalamnya dapat memengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan,
serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
2) Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan yang material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikal.
3) Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan

6
entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara
internal dan eksternal.
4) Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna
dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
pemahaman para pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksut.

Pernyatan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Nomor 1 paragraf 9


sebagaimana terdapat di Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan laporan
yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksitransaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan. Laporan keuangan pemerintah sangat berperan sebagai wujud
akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara, dalam rangka memenuhi seluruh informasi
yang diperlukan dalam mewujudkan kualitas pelaporan keuangan pemerintah yang
dikehendaki diperlukannya ukuran normatif. Kualitas pelaporan keuangan dapat diukur
dengan beberapa indikator (Darwanis, 2016: 60) antara lain:
a. Manfaat dari pelaporan keuangan yang dihasilkan, yaitu merupakan salah satu
unsur prasyarat normatife pelaporan keuangan, yaitu relevan. Laporan keuangan
dikatakan relevan apabila memiliki manfaat umpan balik (feedback value), yakni
informasi dalam laporan keuangan memungkinkan pengguna untuk menegaskan
atau memperbaiki harapan yang telah dibuat sebelumnya dan memiliki manfaat
prediktif (prediktif value), yakni informasi dapat membantu pengguna untuk
memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian
masa kini.
b. Ketepatan waktu pelaporan keuangan, yaitu penyajian laporan keuangan secara
tepat waktu merupakan aspek penting untuk memperoleh keunggulan dalam
pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan bermanfaat jika disampaikan
secara tepat waktu kepada pemakainya, informasi yang tepat waktu akan memiliki
nilai dan dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
c. Kelengkapan informasi yang disajikan, yaitu informasi akuntansi keuangan
pemerintah harus disajikan selengkap mungkin, serta mencakup semua informasi
akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi utama

7
termuat dengan jelas agar mencegah kekeliruan dalam penggunaan informasi.
Informasi yang tidak lengkap bisa menimbulkan kesulitan karena bagian informasi
yang tidak dicantumkan bisa saja merupakan unsur penting dalam pengambilan
keputusan itu sendiri.
d. Penyajian secara jujur, yaitu informasi akuntasni pemerintah harus disajikan secara
jujur, yaitu menggambarkan dengan jujur setiap transaksi serta peristiwa lainnya
sehingga menciptakan transparansi dan akuntabilitas. Semakin jujur dalam
penyajian laporan keuangan, maka akan meningkatkan terwujudnya akuntabilitas
pengelolaan keuangan Negara.
e. Isi laporan keuangan dapat diverifikasi, yaitu informasi yang disajikan laporan
keuangan harus dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh
pihak yang berbeda hasilnya tetap menunjukan simpulan yang tidak berbeda jauh.
Ada dua cara untuk memverifikasi laporan keuangan, secara langsung dan tidak
langsung. Verifikasi langsung terhadap laporan keuangan dilakukan melalui
observasi, perhitungan, dan pengukuran, sedangkan verifikasi tidak langsung
adalah
f. Isi laporan keuangan dapat dibandingkan, yaitu infromasi yang termuat dalam
laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
g. keakuratan dan kejelasan informasi yang disajikan Informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan harus akurat dan jelas, sehingga mudah dipahami dan dimengerti
oleh para pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, pengguna harus memiliki
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas akuntansi
dan pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk memperlajari informasi
yang dimaksud.

Hal ini sesuai dengan unsur – unsur yang terkandung dalam empat prasyarat
normatif kualitatif laporan keuangan, yaitu: relevan, andal, dapat dibandingkan, dan
dapat dipahami (PP 71 Tahun 2010).

8
2.1.3 Indikator Kualitas Pelaporan Keuangan
Dari pengertian mengenai pelaporan keuangan (Financial reporting), menurut
Soemarso (2004:21) dapat di sebutkan dimensi beserta indikator yang terkait dengan
kualitas Pelaporan keuangan, yaitu sebagai berikut :
1. Proses Pelaporan
a. Pencatatan Pencatatan transaksi berarti mengumpulkan data secara
kronologis.
b. Penggolongan Penggolongan transaksi untuk penyajian dapat diringkas.
c. Pengiktisaran Menyajikan informasi yang telah digolongkan ke dalam
bentuk laporanlaporan yang diinginkan.

2.2 Pengertian Dividen


Dividen merupakan pendistribusian laba kepada pemegang saham secara pro rata
menurut kelas atau kelompok surat berharga (Sugiarto, 2009: 73). Pembagian dividen
bukan merupakan kewajiban bagi perusahaan terhadap pemegang saham, berbeda
dengan bunga yang dibayar perusahaan kepada kreditur yang merupakan suatu
kewajiban. Hal ini menyebabkan tidak semua perusahaan konsisten membayar dividen
dalam bentuk kas. Emiten yang membukukan laba bersih belum tentu melakukan
pembayaran dividen. Terdapat berbagai alasan yang menyebabkan hal tersebut terjadi,
antara lain emiten ingin memperkuat struktur pemodalan, melakukan ekspansi, atau
alasan-alasan lainnya demi masa depan perusahaan (SWA, 2010).

2.2.1 Jenis - Jenis Dividen


Dividen dapat diberikan dalam beberapa bentuk. Menurut Kieso dan Weygandt
(2002), dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham,
dividen dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu:
1. Dividen kas/tunai (cash dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham dalam bentuk kas (tunai).
2. Dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibagi bukan dalam
bentuk tunai, melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut, sehingga
jumlah saham perusahaan menjadi bertambah. Jumlah dividen saham
dibagikan sebanding dengan proporsi saham yang dimilikinya.

9
3. Dividen properti (property dividend), yaitu dividen yang dibagikan dalam
bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-
surat berharga.
4. Dividen likuidasi (liquiditing dividend), yaitu dividen yang diberikan
kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen
yang dibagikan adalah sebesar selisih antara nilai realisasi aset perusahaan
dikurangi semua kewajiban perusahaan.
5. Dividen hutang, yaitu dividen yang timbul ketika saldo laba yang dibagi
tidak mencukupi untuk pembagian dividen sehingga perusahaan akan
mengeluarkan scrip dividend yaitu janji tertulis untuk membayar dividen
dalam jumlah tertentu diwaktu yang akan datang.

2.2.2 Prosedur Standar Pembagian Dividen


Pada waktu perusahaan mengumumkan pembagian dividen, ada beberapa jenis
tanggal penting yang perlu diperhatikan ataupun prosedur standar pembagian dividen
tunai yaitu sebagai berikut:
1. Declaration Date
Tanggal dimana Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan untuk membagikan
dividen. Dalam keputusan tersebut disebutkan sejumlah pemegang saham yang
namanya tercantum didalam Daftar Pemegang Saham, berhak mendapatkan dividen
dan tanggal tersebut disebut dengan date of record.
2. Ex-Dividend
Tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk
memperoleh dividen karena itu pada tanggal ini atau setelahnya, pembeli saham tidak
berhak untuk memperoleh dividen yang akan dibagikan. Tanggal dimana lima hari
kerja sebelum date of record.
3. Cum-Dividend
Tanggal cum-dividend merupakan tanggal dimana pendaftaran penerima dividen
ditutup. Hanya pemegang saham yang terdaftar pada tanggal ini yang berhak untuk
menerima dividen.

10
4. Payment Date
Tanggal pembayaran dividen merupakan tanggal dimana dividen yang telah
dideklarasikan akan dibayarkan. Dalam RUPS akan disebutkan tanggal dimana dividen
akan dibayarkan dan bagaimana cara pembayarannya.

2.2.3 Kebijakan Dividen


Kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan sehubungan dengan penentuan
besarnya proporsi laba bersih yang dibagikan sebagai dividen dan laba yang akan
diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Keputusan yang tepat
diperlukan agar dapat menghasilkan kebijakan dividen yang optimal, yaitu kebijakan
yang mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di
masa mendatang sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan (Rosdini, 2009).

2.3 Kualitas Laba


2.3.1 Pengertian Kualitas Laba
Dechow dan Schrand (2004) dalam Sirait (2012) mendefinisikan laba yang
berkualitas setidaknya mengandung karakteristik dasar, yakni merefleksikan kinerja
operasi perusahaan saat ini dan menjadi indikator yang baik atas persistensi kinerja
operasi perusahaan dimasa yang akan datang. Givoly et al. (2010) mendefinisikan
kualitas laba sebagai kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan
dan membantu memprediksi laba dimasa mendatang, dimana terdapat 4 ukuran untuk
memproksikan kualitas laba, yaitu accrual persistence, estimation error in the accruals
process, absence of earnings management, dan conservatism.

2.3.2 Manfaat Laba yang Berkualitas


Laba merupakan indikator penting yang digunakan untuk mengukur kinerja
operasional perusahaan, dan dapat digunakan oleh penggunanya sebagai alat untuk
memprediksi earning power perusahaan di masa yang akan datang (SFAC Nomor 1).
Oleh karena itu, perusahaan akan melakukan berbagai tindakan untuk mengusahakan
peningkatan laba. Hal ini mendorong adanya perilaku manajamen perusahaan untuk
melaporkan laba yang tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya
(manajemen laba), yang akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya

11
kualitas laba akan membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh para
pengguna laporan keuangan, seperti investor dan kreditor. Dengan demikian, laba dapat
dikatakan berkualitas tinggi jika laba yang dilaporkan tersebut dapat digunakan oleh
pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan yang terbaik.

2.3.3 Pengukuran Kualitas Laba


Selama ini, tidak ada ukuran yang pasti atau tepat untuk mengukur kualitas laba
dari satu laporan keuangan. Namun, terdapat beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk memproksi laba yang berkualitas. Schipper dan Vincent (2003),
mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara
menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan sifat runtun-waktu dari laba, karakteristik
kualitatif dalam rerangka konseptual, hubungan laba-kas-akrual, dan keputusan
implementasi. Berdasarkan sifat runtun-waktu laba, kualitas laba meliputi: persistensi,
prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. Dari segi persistensi, laba yang
berkualitas adalah laba yang persisten, yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat
permanen dan tidak bersifat transitori. Dari segi prediktabilitas, laba yang berkualitas
adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba di masa
datang. Dari segi variabilitas, laba yang berkualitas adalah laba yang mempunyai
variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth. Berdasarkan karakteristik kualitatif
dalam rerangka konseptual, laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan
komparabilitas atau konsistensi. Kualitas laba yang didasarkan pada hubungan laba-
kas-akrual, dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba,
perubahan akrual total, dan estimasi abnormal/discretionary accruals (akrual
abnormal/DA). Dengan ukuran rasio kas operasi dengan laba, kualitas laba ditunjukkan
oleh kedekatan laba dengan aliran kas operasi. Laba yang semakin dekat dengan aliran
kas operasi mengindikasikan laba yang semakin berkualitas.
Dengan menggunakan ukuran perubahan akrual total, laba yang berkualitas adalah
laba yang mempunyai perubahan akrual total kecil. Pengukuran ini mengasumsikan
bahwa perubahan total akrual disebabkan oleh perubahan discretionary accruals.
Semakin kecil discretionary accruals, semakin tinggi kualitas laba. Kualitas laba
berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua pendekatan. Dalam pendekatan

12
pertama, kualitas laba berhubungan negatif dengan banyaknya pertimbangan, estimasi,
dan prediksi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan. Semakin banyak
estimasi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan dalam
mengimplementasikan standar pelaporan, semakin rendah kualitas laba, dan sebaliknya.
Dalam pendekatan kedua, kualitas laba berhubungan negatif dengan besarnya
keuntungan yang diambil oleh manajemen dalam menggunakan pertimbangan agar
menyimpang dari tujuan standar. Givoly et al. (2010) mengukur kualitas laba
menggunakan 4 ukuran, yakni persistensi akrual, estimasi kesalahan dalam proses
akrual, ketiadaan manajemen laba, dan konservatisme. Dalam pengukuran pertama,
kualitas laba didasarkan pada perbedaan relatif persistensi akrual terhadap arus kas.
Dalam pengukuran kedua, kualitas laba didasarkan pada proses akrual yang bebas dari
kesalahan estimasi. Ukuran akrual yang digunakan mengacu pada model Dechow dan
Dichev (2002) yang telah dimodifikasi oleh McNichols (2002) dan Francis et al.
(2005). Dalam pengukuran ketiga, manajemen laba diidentifikasi dengan menggunakan
manajemen laba berbasis akrual, yaitu menggunakan non discretionary accruals sebagai
ukuran kualitas laba. Pengukuran non discretionary accruals diperoleh dari model
regresi modifikasi model Jones. Dalam pengukuran keempat, konservatisme
didefinisikan sebagai perbedaan ketepatan waktu dalam mengakui keuntungan dan
kerugian berdasarkan pada hubungan antara akrual dan arus kas.

2.4 Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan


Standar akuntansi pemerintah merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan
untuk meningkatkan kualitas tata kelola keuangan negara dan pelaporan keuangan
pemerintahan (Mahmudi, 2016:271). Penerapan Standar Akuntansi (SAP) diyakini
akan berdampak pada peningkatan kualitas laporan keuangan dipemerintah yang akan
menjadi dasar pengambilan keputusan untuk mewujudkan pemerintahan yang
transparansi serta akuntabilitas (Nordiawan, 2012:23). Menurut Suwanda (2015:8)
standar akuntansi pemerintah adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Menurut Bastian (2013:138)
standar akuntansi pemerintahan merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan
hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah. Standar
Akuntansi Pemerintah berlaku untuk pemerintah pusat dan daerah diperlukan dalam

13
rangka memenuhi transparasi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi
pemerintahan, serta peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah pusat dan
daerah. Sejalan dengan hal tersebut, Pasal 22 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara mengatur perlunya Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
sebagai pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan pertanggungjawaban
keaungan pemerintah pusat dan daerah (Windyaningrum, 2010) Standar akuntansi
berguna bagi penyusun laporan keuangan dalam menentukan informasi yang harus
disajikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Terdapat banyak pihak yang
berkepentingan dengan standar akuntansi pemerintahan antara lain penyaji laporan
keuangan, auditor, organisasi profesi akuntansi, akademisi, dan pemerintah (Mahmudi,
2016:271).
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) akan digunakan sebagai pedoman dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat/daerah (Ubaidah, 2017)
berupa:
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
3. Neraca
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Operasional
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan

2.4.1 Manfaat dan Tujuan Standar Akuntansi


Standar akuntansi pemerintahan berisi prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pada organisasi pemerintahan.
Menurut Mahmudi (2011:271) beberapa manfaat standar akuntansi pemerintahan
adalah sebagai berikut:
a. Standar akuntansi digunakan oleh akuntan keuangan di pemerintahan
sebagai pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah.
b. Standar akuntansi digunakan oleh auditor sebagai kriteria untuk
menentukan baik buruknya laporan keuangan yang disajikan.

14
c. Standar akuntansi digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk
memahami laporan keuangan dan menghindari kesalahan dalam
menginterpretasikan informasi yang ada didalam laporan keuangan.
d. Standar akuntansi diperlukan untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan yaitu meningkatkan konsistensi, daya banding, keterpahaman,
relevansi, dan keandalah laporan keuangan.
e. Standar akuntansi menjadi acuan dalam penyusunan sistem akuntansi sebab
keluaran sistem akuntansi harus sesuai dengan standar akuntansi.

2.5 Pengertian Pengetahuan Pengelolaan Anggaran


Pengaturan pengelolaan anggaran yang dapat mengacu pada ketentuan perundang-
undangan pada UU Nomor 71 Tahun 2003 tentang keuangan Negara menjelaskan
bahwa Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada perundang-undangan, efesien,
ekonomis, efektif, transparan, dan tanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan
dan kepatuhan. Ketentuan perundang-undangan tersebut secara limitatif telah
menjelaskan siklus pengelolaan keuangan Negara/daerah yang dimulai dari:
Perencanaan, Pembahasan, Pengesahan, Penatausahan, Pengawasan dan
Pertanggungjawaban.
Menurut Sartika (2015: 4) seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka
yang tidak mempunyai pengetahuan cukup atas tugasnya, dengan maksud tersebut
laporan keuangan yang disusun dan dikelola oleh pengelola yang berpengetahuan akan
menghasilkan kualitas laporan keuangan yang baik. Pengetahuan pengelola merupakan
kemampuan, kompetensi, ilmu dan pengetahuan yang didapatkan baik secara formal,
yaitu pendidikan maupun melalui pelatihan yang pernah diikuti oleh suatu instansi
untuk mengelola dan melaksanakan kegiatannya. Pengetahuan pengelola dibidang
akuntansi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam organisasi maupun
pemerintah untuk mencapai tujuannya. Pengetahuan pengelola yang cukup memadai
akan memberikan keyakinan yang memadai atas atau keandalan laporan keuangan,
serta akan meningkatkan kepercayaan stakeholders (Sartika, 2015: 5).

15
2.5.1 Prinsip-prinsip Pengelolaan Anggaran Pemerintahan
Prinsip penganggaran pada umumnya dikenal dengan ekonomis, efesien, dan
efektif. Dijelaskan bahwa ekonomis hanya berkaitan dengan input; efektivitas berkaitan
dengan output; sedangkan efesiensi adalah kaitan antara output dengan input. Dengan
demikian, prinsip penganggaran terlihat sangat terkait dengan prinsip akuntansi sector
publik (Bastian, 2010: 230) Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip penganggaran
bersifat sangat dinamis. Munculnya konsep ‘good governance’ sangat menekankan
pada prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi (Bastian, 2010:231)
Menurut Bastian (2010:231) sejumlah prinsip sistem penganggaran sudah mengacu
pada perkembangan terakhir dalam masyarakat, yaitu:
1. Demokratis, yaitu mengandung makna bahwa anggaran, baik yang
berkaitan dengan pendapatan maupun yang berkaitan dengan pengeluaran,
harus diterapkan melalui suatu proses yang mengikutsertakan sebanyak
mungkin unsur masyarakat, selain harus dibahas dan mendapatkan
persetujuan dari legislative.
2. Adil, yaitu anggaran Negara harus diarahkan secara optimal bagi
kepentingan orang banyak dan secara proporsional dialokasikan ke semua
kelompok dalam masyarakat sesuai dengan kebutuhan.
3. Transparan, yaitu proses perencanaan, pelaksanaan, serta
pertanggungjawaban penganggaran negara harus diketahui tidak saja oleh
wakil rakyat, tetapi juga masyarakat umum.
4. Bermoral tinggi, yaitu pengelolaan anggaran negara berpegang pada
peraturan perundangan yang berlaku, serta senantiasa mengacu pada etika
dan moral yang tinggi.
5. Berhati-hati, yaitu pengelolaan anggaran negara juga harus dilakukan
secara berhati-hati, karena posisi sumber daya jumlah terbatas dan mahal
harganya. Hal ini semakin terasa penting jika dikaitkan dengan unsur hutang
organisasi.
6. Akuntabel, yaitu pengelolaan keuangan organisasi harus dapat
dipertanggungjawabkan setiap saat secara internal maupun eksternal kepada
rakyat.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Ada lima laporan dalam proses akuntansi yang terdiri
dari laporan posisi keuangan, laporan laba Komprehensif, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Para pemaka ilaporan keuangan,
terutama investor dan kreditor yang punya kepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada
bab-bab sebelumnya, dengan menggunakan rasio keuangan maka dapat kita ketahui
bahwa dari segi likuiditas perusahaan yang diukur dengan current rasio kinerja
keuangan perusahaan masih kurang baik walau pun pada tahun 2009 – 2010
perusahaan likud. Namun tahun seterusnya perusahaan tidak mampu menekan nilai
aktiva lancar. begitu juga diukur dengan quick ratio selama lima tahun terahir
mengalami fluktuasi setiap tahunya. Oleh karena itu peneliti menarik kesimpulan
bahwa kinerja perusahaan dari segi likuiditas masih kurang baik. Karena belum bisa
sepenuhnya menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi hutang lancar. Dilihat dari segi solvabilitas perusahaan yang diukur dengan
debt to equity ratio, debt to asset ratio, time interest earned kinerja keuangan
perusahaan bisa dikatakan kurang baik. Rasio solvabilitas merupakan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya
yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya
perusahaan dilikuidasi. Dilihat dari aktivitas perusahaan yang diukur dengan perputaran
aktiva, perputaran aktiva tetap secara garis besar kinerja keuangan perusahaan sudah
baik. Karena volume penjualannya sudah bisa mencapai rata – rata industri. Dilihat dari
segi kualitas laba secara garis besar kinerja keuangan kurang baik. Karena belum
mampu menggunakan modal dengan baik dan pengendalian harga pokok yang kurang
efisien sehingga mempengaruhi kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan laba.

17
3.2 Saran
Berdasarkan keterbatasan yang melekat pada penelitian ini, maka saran dari
penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan emiten hendaknya perusahaan meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi
padaperusahaan tersebut. Dan perusahaan juga harus lebih memperhatikan
kegiatan operasional perusahaan lebih cermat lagi terutama dalam penggunaan
modal, pemakain aktiva lancar. Selain dari itu perusahaan juga harus efisien dalam
pengendalian harga pokok penjualan supaya perusahaan bisa memperoleh laba
yang maksimum.
2. Bagi investor, dalam memberikan penilaian terhadap suatu perusahaan
sebaiknya juga memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi nilai suatu
perusahaan selain kualitas laba, aktivitas perusahaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, D, Kartika & Yohanes. S 2013. “Pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan &
Kualitas Aparatur Pemerintah Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi
Kasus pada Pemerintaha Kota Tual)”. Jurnal STIE Semarang, Vol. 5, No. 3,
Oktober 2013, ISSN 2252-7826
Azhar. 2007. “Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Keberhasilan Penerapan
Permendagri No. 13 pada Pemerintahan Kota Banda Aceh”. Tesis pada
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Dwiyanti, A. & Hidayati, S. 2016. “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap
KualitasLaporan Keuangan Pemerintah Daerah” (Survey Pada SKPD Kota
Bandung). Jurnal: Bandung.
Firman, G, D. 2017. “Pengaruh Penerapan Standar Pemerintahan Indonesia dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Keterandalan Laporan Keuangan”
(Survey pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung).
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan, Bandung.
Hariyanto, A. 2012. “Penggunaan Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintahan di
Indonesia”. Jurnal Ekonomi. Dharma Ekonomi. Vol. 19, No. 36, Oktober 2012
Herawati, Tuti. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan (Survei pada Organisasi Perangkat Daerah Pemda Cianjur).
STIE STEMBI-Bandung Business School, ISSN : 1693-4482. (diakses tanggal
29 Maret 2016)
Amin Widjaja Tunggal. (2013). Pokok Pokok Auditing dan Jasa Asuransi. Jakarta :
Harvindo.
Arif, Bachtiar dkk. 2002. Akuntansi Pemerintahan Edisi Pertama. Jakarta: Salemba
Empat.
Azhar Susanto. 2013. Sistem Informasi Akuntansi: Struktur Pengendalian Resiko
Pengembangan. Bandung: Lingga Jaya.
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba
Empat.
Deddi Nordiawan. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

19
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba
Empat.
Husein, Umar. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Rajawali Pers

Sumber Lainnya :
Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah.
Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Permendagri No 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan


Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

http://bandung.bpk.go.id/?page_id=9863

https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-3036450/bpk-temukan-15000-
masalah-di-laporan-keuangan-pemerintah

http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/01/31/ada-yang-tak-sesuai-dalam-
lhp-pemprov-jabar-laporan-keuangan-harus-dikoreksi

https://m.detik.com/news/berita-jawa-barat/3227193/laporan-keuangan-kota-bandung-
masih-raih-opini-wajar-dengan-pengecualian

http://pemerintah.net/sistem-pengendalian-intern-pemerintah/

20

Anda mungkin juga menyukai