Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT.ABC


TAHUN 2016-2021
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan

Disusun Oleh
YULI NOORWANTI (201010550366)
WAHYU BUDI UTOMO (201010550688)

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pamulang

Tangerang Selatan

2022
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wahyu Budi Utomo


NIM : 201010550688
Fakultas/ Program : Ekonomi dan Bisnis / Manajemen S-1
Studi
Konsentrasi : Manajemen Keuangan
Judul Makalah : Analisis Laporan Keuangan PT. ABC

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Penelitian saya tulis sebagaimana judul diatas, benar-benar hasil
pemikiran saya sendiri dengan berdasarkan pada referensi dan
buku-buku mata kuliah, literatur serta hasil observasi di lapangan.
2. Penelitian saya bukan hasil plagiat dari skripsi orang lain.
3. Saya ijinkan untuk dikelola oleh Universitas Pamulang sesuai
dengan norma hukum dan etika yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia
menerima konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Pamulang, 28 Desember 2021
Penulis

Wahyu Budi Utomo


201010550688
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi
perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan
utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal. Namun berhasil tidaknya perusahaan dalam mencari keuntungan dan
mempertahankan perusahaannya tergantung pada manajemen keuangan.
Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk
mendapatkan keuntungan atau laba. Oleh sebab itu, kinerja keuangan merupakan
hal yang penting bagi setiap perusahaan didalam persaingan bisnis untuk
mempertahankan perusahaannya. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan adalah kunci keberhasilan perusahaan untuk dapat dikatakan
mempunyai kinerja perusahaan yang baik, karena keuntungan merupakan
komponen laporan keuangan yang digunakan sebagai alat untuk menilai baik
tidaknya kinerja perusahaan. Hal ini akan mempengaruhi keberlangsungan
perusahaan untuk maju dan kerjasama antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain.
Salah satu faktor yang dapat menunjukkan bagaimana kinerja perusahaan itu baik
atau tidak yaitu dengan analisis laporan keuangan. Perusahaan perlu melakukan
analisis laporan keuangan karena laporan keuangan digunakan untuk menilai
kinerja perusahaan, dan digunakan untuk membandingkan kondisi persusahaan
dari tahun sebelumnya dengan tahun sekarang apakah perusahaan tersebut
meningkat atau tidak sehingga perusahaan mempertimbangkan keputusan yang
akan diambil untuk tahun yang akan datang sesuai dengan kinerja perusahaannya.
Kinerja adalah sesuatu yang ingin dicapai, untuk melakukan sesuatu yang ingin
dicapai oleh seseorang. Jadi kinerja perusahaan adalah proses pengkajian secara
kritis terhadap keuangan perusahaan untuk memberikan solusi dalam pengambilan
suatu keputusan yang tepat pada suatu periode tertentu.
Analisis laporan keuangan menggunakan perhitungan rasio-rasio dengan
metode time series analisys agar dapat mengevaluasi keadaan finansial perusahaan
dimasa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
Rasio dapat dihitung berdasarkan sumber datanya yang terdiri dari rasiorasio
neraca yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, rasio-rasio
laporan laba-rugi yang disusun dari data yang berasal dari perhitungan laba-rugi,
dan rasio-rasio antar laporan yang disusun berasal dari data neraca dan laporan
laba-rugi.
Laporan keuangan perlu disusun untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan
tersebut meningkat atau bahkan menurun dan didalam menganalisis laporan
keuangan diperlukan alat analisis keuangan, salah satunya adalah dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut meliputi rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas.
PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk.tidak
lepas dari usaha yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam
menghasilkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan keuangan PT ULTRAJAYA
MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk dalam mengetahui kondisi
keuangan perusahaannya perlu adanya penilaian kinerja keuangan dengan
menggunakan berbagai macam rasio. Disini saya hanya akan menganalisis laporan
keuangan menggunakan 3 rasio keuangan yaitu rasio likuiditas,rasio solvabilitas,
rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk masa yang akan datang. Dari latar belakang masalah tersebut
maka penulis menyusun Tugas dengan judul :
“Analisis Laporan Keuangan PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY &
TRADING COMPANY Tbk.2015-2019

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang didapatkan adalah
“Bagaimana kinerja keuangan pada PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY &
TRADING COMPANY Tbk. Tahun 2015-2019 di tinjau dari rasio keuangan yaitu
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rsio aktivitas ?”

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana laporan keuangan perusahaan pada PT
ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk. Tahun 2015-
2019 ditinjau dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rsaio
aktivitas.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan untuk mengaplikasikan teori yang di dapat selama ini.
2. Bagi Perusahaan
Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan sehingga
memberikan gambaran dan pertimbangan bagi PT ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk. mengambil keputusan di masa
yang akan datang dan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam penilaian Kinerja Keuangan instansi dan
membantu dalam pengambilan keputusan untuk masalah keuangan yang
dihadapi.
3. Bagi Akademis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat ditambahkan di perpustakaan
dan menjadi bahan referensi untuk penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil
dari proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan
informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Laporan keuangan adalah
laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam
suatu periode tertentu (Kasmir, 2016:7).
Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba
rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan atau menggambarkan
jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
Sedangkan laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang telah dicapai oleh
perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan
perubahan
ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang
menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan (Munawir,2016:5). Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan-
laporan yang berisi informasi keuangan perusahaan yang melaporkan posisi
keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, dalam bentuk neraca, laporan laba
rugi, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.

2. Tujuan Laporan Keuangan


Secara umum laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk menyampaikan
informasi tentang kondisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu kepada
para pemangku kepentingan. Para pemakai laporan selanjutnya dapat menggukan
informasi tersebut sebagai dasar dalam memilih alternatif penggunaan sumber daya
perusahaan yang terbatas.
Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu:
1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah asset (harta) yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
2) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
3) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu.
4) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah biaya dan jenis biaya
yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5) Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi terhadap asset,
liabilitas dan ekuitas perusahaan.
6) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode.
7) Memberikan informasi tentang catatan atas laporan keuangan serta
informasi keuangan lainnya.
3. Rasio Keuangan
Rasio keuangan atau financial ratio sangat penting gunanya untuk
melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka
pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi
keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden
yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara lebih sederhana
yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan sesuai dengan keinginan. Secara
jangka panjang rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan dalam
menganalisa kondisi kinerja suatu perusahaan, misalnya kondisi kinerja perusahaan
selama 12 tahun untuk kemudian diprediksi selama s.d 12 tahun kedepan, namun
analisa seperti itu jarangdilakukan. Alasanya belum tentu kondisi stabilitas selama
10 s.d 12 tahun kedepan sama dengan seperti 12 tahun yang lalu. Rasio keuangan
merupakan suatu teknik anlisis dalam bidang manajemen keuangan yang
dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan suatu perusahaan dalam
periode tertentu, ataupun hasil-hasil usaha dari suatu peusahaan pada satu periode
tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan
keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathetatical
relationship) antar suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan
tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta derajat keuntungan suatu
perusahaaan (profitability perusahaan). Untuk dapat menentukan/mengukur hal-hal
tersebut diperlukan alat pembanding dan rasio dalam industri sebagai keseluruhan
yang sejenis dimana perusahaan menjadi anggotanya dapat digunakan sebagai alat
pembanding dari angka rasio suatu perusahaan, angka rasio dari industri sebagai
keseluruhan ini disebut standar rasio (rasio rata-rata).
Manfaat analisis rasio keuangan adalah pihak intern (manajemen) mengantisipasi
keadaan dimasa mendatang, dan sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang
akan mempengaruhi jalanya kejadian dimasa mendatang. Pihak ekstern (investor)
untuk meramalkan masa depan perusahaan, atau dengan kata lain dari sudut
pandang pihak ekstern manfaat analisis rasio keuangan yaitu untuk menentukan
prediksi apakah perusahaan tersebut bias berkembang dalam arti dapat melakukan
operasionalnya kembali atau malah perusahaan terebut gulung tikar. Sehingga akan
mempengaruhi keberadaan pihak ekstern didalam perusahaan tersebut.
Pembaca laporan keuangan harus memahami batasan-batasan dasar yang terkait
dengan analisis rasio. Sebagai alat analitis, rasio sangat menarik karena
kesederhanaan dan kemudahannya. Namun, seringkali keputusan yang diambil
hanya didasarkan pada perhitungan sederhana tersebut. Rasiorasio hanyalah sebaik
data yang mendasarinya dan informasi pembandinganya.
Salah satu batasan penting dari rasio-rasio ini adalah bahwa hal itu didasarkan pada
biaya historis yang dapat menyebabkan distori dalam mengukur kinerja. Tanpa
meneyertakan informasi perubahan harga, banyak pihak yang yakin akan penilaian
yang tidak akurat atas kondisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan.
Rasio-rasio yang akan diinterpretasikan diperoleh dari pengukuran yang diadakan
terhadap keuangan suatu perusahaan. Sedangankan dalam analisis laporan
keuangan untuk mengadakan analisis rasio keuangan perusahaan dilakuakan
dengan dua cara pembandingan:
a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio pada
waktu-waktu yang lalu (histories ratios) dari perusahaan yang lama. Mislanya:
current ratio tahun 2008 dibandingkan dengan current ratiotahun 2009. Jika hasil
dari perhitungan analisis keuangan perusahaan menunjukan ada peningkatan
berarti kondisi perusahaan menunjukan ada peningkatan berarti kondisi perusahaan
tersebut baik. Dan para investor juga akan tertarik untuk melakukan investasi.
b. Membandingkan rasio-rasio suatu perusahaan dengan rasio-rasio
kelompok perusahaan yang sejenis (rasio industry). Misalnya : current ratio
perusahaan tahun 2009 sebesar 250% sedangkan current ratio industry tahun 2008
sebesar 259%, maka kesimpulan yang dapat diambil dari perbandingan tersebut
adalah bahwa kondisi likuiditas perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan
perusahaan yang sejenis pada umunya. Dengan mengadakan perbandingan
tersebut, bila rasio yang diambil dibawah rasio industry. Langkah yang diambil
pihak manjemen bias segera mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi penyebab
rendahnya kondisi likuiditas perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis
sehingga bisa segera diambil kebijakan untuk memperbaiki dan mengantisipasi
terjadinya kembali kondisi likuiditas yang rendah pada periode yang akan datang
agar lebih baik.

Untuk memenuhi informasi tersebut jenis rasio keuangan yang lazim digunakan
terdiri dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio laverage dan rasio lain.
Pemakai informasi keuangan selanjutnya bebas memilih jenisrasio yang ingin
digunakan sesuai dengan kepentingannya terhadap sebuah perusahaan.
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban
jangka pendek pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan mampu melakukan
pembayaran artinya keadaan perusahaan dalam keadaan likuid, tetapi jika tidak
mampu maka perusahaan dikatakan dalam keadaan likuid.
Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka
pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, bias
dikarenakan memang perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau
kedua, mungkin saja perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo
perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus
menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan asset lainnya seperti menagih
piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual sediaan atau asset lainnya.
Dalam praktiknya, tidak jarang pula perusahaan mengalami hal sebaliknya, yaitu
kelebihan dana. Artinya jumlah dana tunai dan dana yang segera dapat dicairkan
melipah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik karena ada aktivitas yang
tidak dilakukan secara optimal.
Manajemen kurang mampu menjalankan kegiatan operasional perusahaan,
terutama dalam menggunakan dana yang dimiliki. Sudah pasti hal ini akan
berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba seperti yang diinginkan.
Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidak mampuan perusahaan untuk
membayar kewajibannya tersebut sebenarnya adalahakibat kelalaian manajemen
perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab lainnya adalah
sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangannya
yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan
sedang dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai utangnya lebih tinggi dari
harta
lainnya. Seandainya perusahaan sudah menganalisis rasio yang berhubungan
dengan hal itu, perusahaan dapat mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi
perusahaan sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan
jalan keluarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan
untuk membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio
likuiditas.
Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang)
jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu
memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo,
baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun
didalam perusahaan (likuiditas perusahaan) dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.
Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila
perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam
keadaan likuid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban
tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan likuid.
Secara umum tujuan utama rasio keuangan adalah untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Dalam praktiknya, untuk mengukur
rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakkan jenis-jenis rasio likuiditas
yang ada. Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
menyelenggarakan proses produksi perusahaan. Pengukuran rasio likuiditas
dengan menggunakan rumus terdiri dari:
1) Rasio lancar (Current Ratio)
Rasio ini disebut rasio lancar. Rasio yang membandingkan antara akiva lancar
dengan hutang lancar. Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana tagihan-tagihan
jangka pendek dari kreditur dapat dipenuhi (Kasmir, 2014:134). Jika angka rasio
lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 (100%) kali, maka perusahaan tersebut
punya kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya. Karena perbandingan
aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki. Namun jika ratio lancar
yang dimiliki perusahaan nilainya di bawah 1,0 kali, maka kemampuannya dalam
melunasi utang masih dipertanyakan.

2) Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar tanpa menghitung persedian
(Kasmir, 2014:136).. persediaan merupakan point dari aktiva lancar, akan tetapi
untuk menghitung rasio cepat, persediaan tidak dihitung karena persediaan
dianggap sebagai aktiva lancar yang sulit untuk diubah menjadi kas. Hasil
penghitungan pada quick ratio jika lebih dari 1,0 (100%) maka menunjukkan
kemampuan perusahaan yang baik dalam memenuhi kewajibannya. Namun, jika
nilainya di atas 3,0 (300%) maka bukan berarti keadaan likuiditas perusahaan
sedang baik. Boleh jadi kas perusahaan jumlahnya besar karena tidak dialokasikan
kemana pun sehingga tidak produktif. Sebab lain adalah karena tingginya piutang
perusahaan tersebut.

b. Rasio Solvabilitas (Solvance Ratio)


Rasio ini disebut juga ratio average yaitu rasio yang mengukur berapa besar
penggunaan utang dalam pembelanjaan perusahaan. Semakin kecil rasio ini berarti
kondisi perusahaan semakin baik dengan batas terendah persentase rasio adalah
100 % atau 1:1 yang artinya setiap Rp 1 hutang bias dijamin oleh Rp 1 aktiva atau
ekuitas dan maksimal nilai perentase rasio adalah 200 %.
1) Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Debt Ratio To Asset)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin
hutang dengan sejumlah aktiva yang dimiliki (Kasmir, 2014:156).. Semakin tinggi
rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman (hutang) yang digunakan
dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan aktiva yang dimiliki. Rasio hutang
menggambarkan seberapa jauh utang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin rendah
debit rasio, maka tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik.

2) Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity ratio )


Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang yang
diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan, guna mengetahui financial leverage perusahaan (Kasmir, 2014:157).
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar hutang jangka panjang perusahaan
dibanding dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin kecil rasio ini
maka akan memperbaiki keadaan perusahaan, artinya semakin kecil utang yang
dimiliki maka semakin aman.

b. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)


Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva,
modal, atau penjualan perusahaan. Dengan catatan, Semakin tinggi nilai persentase
rasio profitabilitas maka kondisi perusahaan semakin baik. Nilai yang tinggi
melambangkan tingkat laba dan efisiensi perusahaan tinggi yang bisa dilihat dari
tingkat pendapatan dan arus kas.
1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa besar laba kotor yang dihasilkan
dibanding dengan total nilai penjualan bersih perusahaan (Kasmir, 2014:199)..
Semakin besar rasio ini maka semakin baik (efisien) bagi kegiatan operasional
perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan menekankan kenaikan harga
pokok penjualan pada presentase dibawah kenaikan penjualan.

2) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


Rasio laba bersih digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dicapai
dari sejumlah penjualan tertentu (Kasmir, 2014:200). Rasio ini yang umumnya
digunakan dan dibandingkan dengan rasio terdahulu mengingat laba yang
dihasilkan merupakan laba bersih perusahaan. Dengan catatan semakin tinggi rasio
ini maka semakin baik operasi suatu perusahaan.

3) Rasio Pengembalian Asset (Return On Asset Ratio)


Return On Asset Ratio (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau
total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola assetnya bias
terlihat dari persentase rasio ini. Dengan rata-rata persentase rasio industry sejenis
adalah 9%. Artinya apabila ROA diatas rata- rata standar menandakan perusahaan
memiliki kinerja yang baik. Sedangkan apabila ROA dibawah atau tidak sesuai
standar menandakan bahwa kinerja perusahaan dalam keadaan yang tidak baik.

4) Rasio Pengembalian Ekuitas (Return On Equity Ratio)


Return On Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan
tersebut. ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang
diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan
pemegang saham preferen). ROE menunjukkan seberapa berhasil perusahaan
mengelola modalnya (net worth), sehingga tingkat keuntungan diukur dari
investasi pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. Dimana ekuitas
pemegang saham adalah terdiri dari laba ditahan, saham biasa dan tambahan modal
disetor.

c. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)


Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumberdaya yang ada dalam perusahaan. Menurut Kasmir
(2014:114) rasio aktifitas adalah rasio yang dipakai untuk melihat ukuran tingkat
efektivitas perusahaan dalam mempergunakan aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut.
1) Rasio Perputaran Aktiva (Total Assets Turn Over)
Rasio Perputaran Aktiva merupakan perbandingan antara penjualan degan total
akiva suatu perusahaan diamana rasio ini menggambarkan kecepatan perputaran
dari total aktiva dalam suatu periode tertentu (Kasmir 2014 :184). Rasio Perputaran
Aktiva merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
volume penjualan. Jadi apabila persentase rasio ini setiap tahunnya meningkat
berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan
semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva alam menghasilkan penjualan.

2) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)


Rasio perputaran aktiva tetap merupakan perbandingan antara penjualan dengan
aktiva tetap. Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada
harta atau aktiva tetap. Rasio ini cukup penting bagi industry yang memiliki aktiva
tetap yang tinggi. Sedangkan untuk industry yang memiliki aktiva tetap yang kecil
mejadi tidak terlalu penting. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan
perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan
pendapatan. Dimana semakin tinggi nilai dari rasio ini setiap tahunnya
menandakan semakin efektifnya penggunaan asset tetap. Sedangkan apabila nilai
dari rasio ini menurun maka menandakan penggunaan aktiva tetap yang kurang
efektif.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.


Deskriptif kuantitatif merupakan suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka-angka sebagai alat menganalisis keterangan
mengenai apa yang ingin diketahui.
Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang cukup jelas bedasarkan
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti hanya mendeskripsikan dan
menilai bagaimana kinerja keuangan PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY &
TRADING COMPANY Tbk yang dilihat dari rasio keuangan.

B. Populasi dan Sampel


Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
pada PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk pada
tahun 2015-2019.
BAB IV
HASIL PENELIATIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian


1. Sejarah Singkat Perusahaan
Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) didirikan tanggal
2 Nopember 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974.
Kantor pusat dan pabrik Ultrajaya berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang,
Bandung 40552 – Indonesia. Telp: (62-22) 8670-0700 (Hunting), Fax: (62-22)
8670-0777.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Ultrajaya Milk
Industry & Trading Company Tbk, yaitu: Tuan Sabana Prawirawidjaja (44,20%)
dan PT Prawirawidjaja Prakarsa (21,40%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Ultrajaya
bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Di bidang minuman
Ultrajaya memproduksi minuman seperti susu cair, sari buah, teh, minuman
tradisional dan minuman kesehatan, yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra
High Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton aseptik. Di bidang
makanan Ultrajaya memproduksi susu kental manis, susu bubuk dan konsentrat
buah-buahan tropis. Perusahaan memasarkan produknya dengan penjualan
langsung, penjualan tidak langsung dan melalui pasar modern.
Merek utama dari produk-produk Ultrajaya, antara lain: susu cair (Ultra
Milk, Ultra Mimi, Susu Sehat, Low Fat Hi Cal), susu kental manis (Cap Sapi), teh
(Teh Kotak dan Teh Bunga), minuman kesehatan dan lainnya (Sari Asam dan Sari
Kacang Ijo), susu bubuk (Morinaga, diproduksi untuk PT Sanghiang Perkasa yang
merupakan anak usaha dari Kalbe Farma Tbk (KLBF)) dan perjanjian produksi
dengan Unilever Indonesia Tbk (UNVR) untuk memproduksi dan mengemas
minuman UHT dengan merk dagang Buavita dan Go-Go.
Pada tanggal 15 Mei 1990, ULTJ memperoleh ijin Menteri Keuangan Republik
Indonesia untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ULTJ (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 6.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp7.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 2 Juli 1990.
2. Visi dan Misi
 VISI
Menjadi perusahaan industri makanan dan minuman yang terbaik dan
terbesar di Indonesia, dengan senantiasa mengutamakan kepuasan
konsumen, serta menjunjung tinggi kepercayaan para pemegang saham dan
mitra kerja perusahaan.
 MISI
Menjalankan usaha dengan dilandasi kepekaan yang tinggi untuk senantiasa
berorientasi kepada pasar/konsumen, dan kepekaan serta kepedulian untuk
senantiasa memperhatikan lingkungan, yang dilakukan secara optimal agar
dapat memberikan nilai tambah sebagai wujud pertanggung-jawaban kepada
para pemegang saham.

3.Lokasi Perusahaan.
PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk
terletak di Jln. Raya Cimareme 131, Padalarang - 40552, Kab. Bandung Barat P.O.
Box 1230 – Bandung 40012 Telepon (022) 86700700 Hunting Faksimil Fax (022)
86700777.
4.Struktur Organisasi PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY &
TRADING COMPANY Tbk
A. Hasil Penelitian
Menyajikan hasil (output) olah data berupa pengujian statistik bagi penelitian
kuantitatif yang disertai penjelasan maknanya. Sedangkan untuk penelitian
kualitatifdapat mengemukakan deskripsi hasil penelitian baik berupa tabel
(quetioner form) maupun ringkasan wawancara. (Hasil dari perhitungan current
ratio quick ratio dan cash ratio selama 5 periode)
B. Pembahasan Penelitian
Pada bagian ini dilakukan pembahasan (interpretasi) dari hasil penelitian yang
dibangun dalam model argumentasi ilmiah (berlandaskan pada teori dan penelitian
terdahulu), dan bukan pengulangan dari hasil penelitian.
 Rasio Likuiditas ( Liquidity Ratio )
- Current Ratio

Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Current Ratio


2015 2,103,565,054,627 561,628,179,393 374.55%
2016 2,874,821,874,013 593,525,591,694 484.36%
2017 3,439,990 820,625 419.19%
2018 2,793,521 635,161 439.81%
2019 3,716,641 836,314 444.41%
- Quick Ratio
Tahun Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar Quick Ratio
2015 2,103,565,054,627 738,803,692,770 561,628,179,393 243.00%
2016 2,874,821,874,013 760,534,170,292 593,525,591,694 356.23%
2017 3,439,990 682,624 820,625 336.01%
2018 2,793,521 708,773 635,161 328.22%
2019 3,716,641 987,927 836,314 326.28%

 Rasio Solvabilitas
- Debt Ratio
Tahun Total Utang Total Aset Rasio Hutang
2015 561,628,179,393 3,539,995,910,248 15.87%
2016 593,525,591,694 2,874,821,874,013 20.65%
2017 978,185 5,186,940 18.86%
2018 780,915 5,555,871 14.06%
2019 780,915 6,608,422 11.82%
- Debt to Equity Ratio
Tahun Total Utang Total Ekuitas Total Debt to Equity Ratio
2015 561,628,179,393 2,797,505,693,922 20.08%
2016 593,525,591,694 3,489,233,494,783 17.01%
2017 978,185 4,208,755 23.24%
2018 780,915 4,774,956 16.35%
2019 780,915 5,655,139 13.81%

 Rasio Profitabilitas
- Gross Profit Margin
Tahun Laba bruto Penjualan bersih Gross profit margin
2015 1,382,489,122,282 4,393,932,684,171 31.46%
2016 1,633,104,908,233 4,685,987,917,355 34.85%
2017 1,822,878 4,879,559 37.36%
2018 1,956,276 5,472,882 35.74%
2019 2,349,718 6,241,419 37.65%
- Net Profit Margin
Tahun Laba bersih setelah pajak Penjualan bersih Net profit margin
2015 523,100,215,029 4,393,932,684,171 11.91%
2016 709,825,635,742 4,685,987,917,355 15.15%
2017 711,681 4,879,559 14.58%
2018 701,607 5,472,882 12.82%
2019 1,035,865 6,241,419 16.60%

- Return of Investement
Tahun Laba bersih setelah pajak Total Aset Return on investment (ROI)
2015 523,100,215,029 3,539,995,910,248 14.78%
2016 709,825,635,742 4,239,199,641,365 16.74%
2017 711,681 5,186,940 13.72%
2018 701,607 5,555,871 12.63%
2019 1,035,865 6,608,422 15.67%
- Return on Equity
Tahun Laba bersih setelah pajak Total Ekuitas Return on equity (ROE)
2015 523,100,215,029 2,797,505,693,922 18.70%
2016 709,825,635,742 3,489,233,494,783 20.34%
2017 711,681 4,208,755 16.91%
2018 701,607 4,774,956 14.69%
2019 1,035,865 5,655,139 18.32%

 Rasio Aktivitas
- Perputaran Aset Usaha
Tahun Penjualan bersih Total Aset Perputaran Aset usaha
2015 4,393,932,684,171 3,539,995,910,248 124.12%
2016 4,685,987,917,355 4,239,199,641,365 110.54%
2017 4,879,559 5,186,940 94.07%
2018 5,472,882 5,555,871 98.51%
2019 6,241,419 6,608,422 94.45%
- Perputaran Aktiva Tetap
Tahun Penjualan bersih Aset Tetap Perputaran Aktiva Tetap
2015 4,393,932,684,171 1,160,712,905,883 378.55%
2016 4,685,987,917,355 1,042,072,476,333 449.68%
2017 4,879,559 1,336,398 365.13%
2018 5,472,882 1,453,136 376.63%
2019 6,241,419 1,556,666 400.95%
BAB V
KESIMPULAN

Rasio secara umum digunakan untuk mengukur peringkat atau posisi keuangan
suatu perusahaan dan analisis untuk pemberian kredit nisbah. Sebagai Indikator
evaluasi perusahaan tentang produk, sebagai alat penilaian investor ketika ingin
berinvestasi, menilai tingkat efektivitas pada suatu perusahaan, dan analisis
keunggulan dan daya saing perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai