Anda di halaman 1dari 25

KERANGKA INSTITUSIONAL

UNTUK LAPORAN KEUANGAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu : Winner Aan Suranta Putra Ginting, S.E.,M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Adil Intisari Halawa (2104091002)


Ester Satnasari Halawa (2104091012)
Yurika Elmayanti Halawa (2104091017)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS AUDI INDONESIA

T/A. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yan Maha Esa, atas Rahmat dan Hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kerangka
Institusional untuk Laporan Keuangan” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan
Keuangan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bagaimana kerangka institusional untuk laporan keuangan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Winner Aan Suranta Putra
Ginting, S.E.,M.Si selaku dosen mata kuliah Analisis Laporan Keuangan. Kami
juga ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritikan yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Medan, 13 Oktober 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan ... 4


B. Analisis Penjualan ............................................................................. 6
C. Analisis Biaya ................................................................................... 10
D. Studi kasus ........................................................................................ 16

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 21

A. Kesimpulan ....................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 22


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi bagi stakeholder


dalam menilai kinerja manajemen perusahaan. Tujuan pelaporan keuangan
menurut PSAK No.1 Tahun 2013 adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Laba merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja


operasional perusahaan. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja manajemen
perusahaan, dapat dilakukan dengan melihat dan mengevaluasi jumlah laba yang
dihasilkan perusahaan sehingga bisa memperkirakan return yang diperoleh
investor atas investasinya di suatu perusahaan. Informasi laba yang merupakan
komponen dari laporan keuangan memiliki potensi yang sangat penting baik bagi
pihak internal maupun eksternal, sehingga perhatian utama dalam mengukur
keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang telah
ditetapkan (Siallagan dan Machfoeds, 2006).

Laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan
informasi komparatif mengenai periode sebelumnya yang disusun berdasarkan
dasar akrual. Dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam
mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil. Di sisi lain, penggunaan
dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam
memilih metode akuntansi. Keputusan manajer untuk memilih kebijakan
akuntansi tertentu yang dianggap bisa mencapai tujuan yang di inginkan, baik itu
untuk meningkatkan laba atau mengurangi kerugian yang dilaporkan disebut
dengan manajemen laba (Scott, 2009:403).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Bagaimana kerangka institusional untuk laporan keuangan?


2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan?
3. Bagaimana analisis penjualan dan analisis biaya?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana kerangka institusional untuk laporan


keuangan
2. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan
keuangan
3. Untuk mengetahui bagaimana analisis penjualan dan analisis biaya
BAB II

PEMBAHASAN

Kerangka Institusional Untuk Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi


keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (IAI, 2016). Beberapa informasi
keuangan hanya dapat atau lebih baik disajikan melalui pelaporan keuangan
(financial reporting), bukan melalui laporan keuangan formal (Kieso, Weygandt,
& Warfield, 2014). Pelaporan perusahaan mengalami evolusi menurut Lako
(2013), (1) Pelaporan Keuangan (Financial Reporting), keterbatasannya terletak
dalam menyajikan informasi item-item keuangan meliputi posisi dan kinerja
keuangan dan indikator-indikator keuangan. Sedangkan informasi lain yang
mendasari informasi keuangan meliputi sosial, lingkungan, tata kelola, risiko dan
prospek, keberlanjutan bisnis serta lain-lain diabaikan dalam pelaporan keuangan.
(2) Pelaporan Manajemen (Management Reporting), keterbatasannya tidak
menyajikan bagaimana komitmen, kepedulian dan tanggung jawab perusahaan
terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang menjadi pilar dasar bisnis. (3)
Pelaporan Lingkungan (Green Reporting), keterbatasannya, minimalnya integrasi
antara pelaporan keuangan dan pelaporan lingkungan serta pengelolaan
perusahaan, (4) Pelaporan Keberlanjutan (Sustainability Reporting),
keterbatasannya tidak menyajikan informasi tentang strategi, tata kelola dan
remunerasi, kinerja dan prospek suatu organisasi yang dapat menimbulkan
penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. (5)
Pelaporan Terintegrasi (Integrated Reporting), menyederhanakan pelaporan
eksternal yaitu financial reporting, management reporting, dan sustainability
reporting.

Entitas di Indonesia menyusun laporan sustainability reporting secara


terpisah dari laporan tahunan (Martani et al, 2012), lebih ditujukan kepada para
pemangku kepentingan, diatur sesuai dengan pedoman yang disusun oleh GRI
(Searcy & Buslovich, 2014) dan bersifat sukarela (voluntary). Praktik di
Indonesia, penyajian sustainability reporting tahun 2009 sampai dengan tahun
2012 menggunakan pedoman GRI G 3.1, sedangkan mulai tahun 2013
menggunakan pedoman GRI G 4.0. Penyajian sustainability reporting yang
terpisah dengan annual report (Simnett & Huggins, 2015) memunculkan
pengusulan pelaporan perusahaan menjadi pelaporan tunggal (Azam, Warraich, &
Awan; 2011). Pengusulan tersebut tidak hanya di Malaysia, tetapi di beberapa
negara di dunia. Kemudian, adanya Integrated Reporting (IR), mengintegrasikan
financial reporting dengan sustainability reporting dalam annual report (Melloni,
et al 2015; Wulf, 2014), penyederhanaan pelaporan eksternal (Cho, Michelon, &
Patten, 2012).

IR merupakan pelaporan terintegrasi yang banyak diterapkan oleh


berbagai perusahaan di berbagai negara saat ini termasuk Indonesia. IR
merupakan mekanisme dalam menyajikan informasi mengenai strategi, tata
kelola, kinerja dan prospek yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya
dalam satu laporan tunggal (IIRC 2011). IIRC merupakan lembaga yang dibentuk
pada tahun 2010 dengan tujuan untuk mengembangkan suatu pedoman mengenai
IR yang sesuai dengan kompleksitas bisnis, sehingga dapat memenuhi aspirasi
dari para stakeholders (IIRC, 2011). Urgensi IR adalah perusahaan dapat
meninjau kembali dan mengevaluasi ulang aktivitas bisnisnya dalam rangka
penciptaan nilai secara berkelanjutan, IR memiliki kontribusi dalam peningkatan
kualitas informasi yang disajikan perusahaan (IIRC 2013).

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan

Yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan manajemen memiliki nilai factor loading terbesar yang


berpengaruh dalam kualitas laporan keuangan. Seorang manajer harus
memiliki kemampuan dalam mengelola sumber daya organisasi sehingga
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan juga dapat menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas. Kemampuan manajemen menjadi
salah satu kunci utama dalam keberhasilan usahanya, karena setiap
organisasi sangat terpengaruh dari peran atasan menjadi pemimpin
sekaligus manager.
2) Pengetahuan akuntansi adalah faktor penting dalam pelaporan keuangan.
Dimana jika seorang pemimpin/manajer memiliki pengetahuan akuntansi
yang tinggi maka penggunaan informasi akuntansi akan semakin tinggi
sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan pada
organisasinya.
3) Pelatihan akuntansi berkaitan dengan pengetahuan akuntansi dan kinerja,
dengan mengikuti pelatihan maka pemilik /manajer diharapkan dapat
menambah pengetahuan akuntansinya dan dapat mengimplementasikan
pada perusahaan erusahaan yang sering mengikuti. Pelatihan akuntansi
cenderung memiliki pengetahuan akuntansi yang memadai, dan memiliki
persepsi mengenai kualitas laporan keuangan yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang jarang atau bahkan tidak pernah
mengikuti pelatihan akuntansi.
4) Sumber daya manusia merupakan faktor penting bagi perusahaan. Sumber
daya manusia adalah kemampuan pemilik/manajer dalam melaksanakan
fungsi manajerialnya secara efisien.
5) Pengalaman dapat menambah tingkat pemahaman akuntansi, sehingga
semakin berpengalaman seorang pemilik/manajer dalam informasi
akuntansi maka pemanfaatan informasi akuntansi juga semakin tinggi dan
laporan keuangan yang dihasilkan semakin berkualitas.
6) Sistem pengendalian intern ini berkaitan dengan kebijakan dan prosedur
yang telah ditetapkan oleh pemilik/manajer untuk mengendalikan kegiatan
usaha.
7) Teknologi Informasi (TI) merupakan gambaran dari setiap teknologi yang
membantu manusia dalam berkomunikasi, menyimpan, memanipulasi,
menghasilkan, dan menyebarkan informasi.
B. Analisis Penjualan

Setiap perusahaan tentu mengandalkan angka penjualan untuk menilai


performa strategi mereka. Salah satu cara melihat angka-angka tersebut adalah
dengan analisis penjualan atau sales analysis. Perlu kamu tahu bahwa melihat
bagus atau tidaknya performa dari seberapa besar pendapatan yang didapat
tidaklah cukup. Karena itu, sales analysis diperlukan untuk membantumu dalam
membuat keputusan yang tepat dan data-driven. Sehingga, dapat
menguntungkanmu di saat ini dan masa depan.

Analisis penjualan adalah laporan mendetail yang memberikan penjelasan


mengenai performa sales perusahaan, data konsumen, dan pendapatan. Dengan
melakukan ini analisis ini, kamu bisa mengevaluasi performa penjualan
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

Jenis-Jenis Analisis Penjualan

1. Riset pasar/market research

Dalam market research, kita melakukan survei terhadap konsumen untuk


mengetahui kebutuhan mereka dan juga kondisi pasar. Dengan melakukan ini, kita
bisa mengevaluasi performa perusahaan dan kelemahan dari strategi sales yang
sedang dijalankan.

Selain itu, kita juga bisa mempelajari kompetitor dan statistik penjualan secara
umum. Kita juga bisa mengetahui kesempatan bisnis yang ada dan memahami
kebutuhan konsumen lebih baik lagi. Sehingga, dapat meningkatkan efektivitas
penjualan.

2. Prescriptive analysis

Dalam teknik analisis penjualan ini, kita menggunakan pola, informasi, dan
data-data untuk mempelajari konsumen serta prospek atau incaran. Sehingga, kita
bisa mengetahui konsumen dan prospek mana saja yang “pantas” dikejar dan
mana yang dapat “ditinggalkan”. Dengan melakukan ini, pekerjaan sales
representative akan semakin mudah dan efektif.
3. Diagnostic analysis

Dalam diagnostic analysis, kita akan me-review dan mengobservasi tren


penjualan di masa kini serta masa lalu. Sebagai contoh, angka penjualan produk
baru tidak seperti yang diharapkan karena diluncurkan ketika masa pandemi.

Dengan teknik ini, kita melakukan analisis internal dan mencari apa pokok
permasalahannya yang kemudian akan diselesaikan melalui brainstorming. Teknik
ini pun membuat kita mengetahui sehat atau tidaknya penjualan perusahaan
dengan memberikan insight yang detail dalam berbagai aspek operasional sales.

4. Sales effectiveness analysis

Seperti namanya, teknik analisis penjualan ini memonitor sales representative


mana yang bekerja secara efektif dan mana yang sedang kesulitan. Kita dapat
meningkatkan kualitas dari keputusan bisnis yang dipilih dan melakukan
pengotomatisan beragam proses bisnis. Sehingga, sales representative-mu dapat
memfokuskan waktunya untuk menjual produk, sehingga memperkuat sales force
perusahaan.

5. Product sales analysis

Teknik sales analysis ini memberikan insight tentang produk apa saja yang
sukses di pasaran. Ada baiknya kita melakukan analisis ini secara berkala
terhadap seluruh produk yang dijual.

Dengan teknik ini, kita bisa melihat data penjualan produk dari
berbagai angle seperti demografis, popularitas produk, dan lain-lain. Teknik ini
juga memungkinkan kita melihat produk apa yang sudah tidak mendatangkan
profit, sehingga produksinya bisa dihentikan.

6. Sales pipeline analysis

Dalam teknik analisis penjualan ini, kita bisa mendapatkan konteks dalam
sebuah deal.
Beberapa contoh konteks yang bisa dilihat adalah sebagai berikut.

• berapa banyak leads yang bisa dikonversi menjadi konsumen


• berapa lama mereka menjadi konsumenmu
• siapa saja MQL (marketing qualified leads) yang paling baik
• apa saja potensi money-making mereka
• anggota tim sales mana yang bekerja dengan mereka

7. Predictive sales analysis

Predictive sales analysis memberikan sales forecasting dengan memprediksi


risiko dan kesempatan yang ada di masa depan. Teknik ini juga menganalisis
penjualan yang telah terjadi di masa lalu. Sehingga, kita bisa memprediksi besar
kecilnya kemungkinan perubahan prospek menjadi konsumen.

Kita juga bisa meningkatkan lifetime value dari konsumen yang sudah ada
dengan mengidentifikasi kesempatan up-selling dan cross-selling terhadap
perilaku konsumen.

Manfaat Analisis Penjualan

1) Membantu membuat data-driven decision

Sales analysis yang efektif dan dilakukan secara berkala membantu membuat
keputusan yang berdasarkan data. Sehingga, bisa membuat keputusan yang dapat
menguntungkan perusahaan. Kita bisa melihat bagaimana sales plan berjalan dan
mengukur performa setiap anggota sales representative.

2) Memahami konsumen lebih baik lagi


Dengan analisis penjualan, kita bisa melihat produk atau pelayanan apa yang
disukai konsumen, melihat sales pipeline dan me-review seberapa banyak
konsumen yang dapat kamu raih dan konversi.

Selain itu, kita juga bisa menemukan konsumen yang paling profitable dan
bisa melayani konsumen dengan lebih optimal, sehingga membangun hubungan
baik dengan mereka.

3) Memahami tren yang berlaku

Dengan sales analysis, kita akan mendapatkan data tentang tren yang sedang
berlaku, sehingga bisa sadar, paham, dan mengidentifikasi berbagai kesempatan
yang bisa dilakukan dari tren tersebut. Terlebih jika ingin merilis produk baru.

Dengan melakukan sales analysis, kita bisa mengetahui seberapa besar


audiens akan menerima produk baru tersebut. Selain itu, dengan memanfaatkan
tren yang berlaku, kita bisa merancang marketing campaign yang dapat
menyenangkan konsumen, sehingga bisa meningkatkan penjualan.

4) Memperluas jangkauan pasar

Dengan melakukan analisis penjualan dan menginterpretasi data yang ada, kita
bisa mendapatkan informasi mengenai orang-orang yang bukan konsumen.
Informasi ini sangat berharga untuk memperbagus sales pitch dan juga membuat
kita bisa menyiapkan rencana marketing di kemudian hari demi menggaet
konsumen baru.
C. Analisis Biaya

Analisis biaya adalah proses sistematis yang digunakan bisnis untuk


menganalisis keputusan mana yang harus diambil dan mana yang harus diabaikan.
Analis biaya menjumlahkan potensi imbalan yang diharapkan dari suatu situasi
atau tindakan dan kemudian mengurangi total biaya yang terkait dengan
pengambilan tindakan tersebut. Beberapa konsultan atau analis juga membuat
model untuk menetapkan nilai dolar pada item yang tidak berwujud, seperti
manfaat dan biaya yang terkait dengan tinggal di kota tertentu.

Analisis biaya adalah proses yang digunakan untuk mengukur manfaat dari
suatu keputusan atau pengambilan tindakan dikurangi biaya yang terkait dengan
pengambilan tindakan tersebut. Analisis biaya melibatkan metrik keuangan yang
dapat diukur seperti pendapatan yang diperoleh atau penghematan biaya sebagai
hasil dari keputusan untuk melaksanakan suatu proyek.

Analisis biaya juga dapat mencakup manfaat dan biaya tidak berwujud atau
dampak dari suatu keputusan seperti semangat kerja karyawan dan kepuasan
pelanggan. Analisis biaya yang lebih kompleks dapat mencakup analisis
sensitivitas, diskonto arus kas, dan analisis skenario bagaimana-jika untuk
berbagai pilihan. Jika semua hal lainnya sama, analisis yang menghasilkan lebih
banyak manfaat daripada biaya umumnya akan menjadi proyek yang
menguntungkan bagi perusahaan untuk dilakukan.

Sebelum membangun pabrik baru atau mengambil proyek baru, manajer yang
bijaksana melakukan analisis biaya-manfaat untuk mengevaluasi semua potensi
biaya dan pendapatan yang mungkin dihasilkan perusahaan dari proyek tersebut.
Hasil analisis akan menentukan apakah proyek tersebut layak secara finansial atau
apakah perusahaan harus melanjutkan proyek lain.

Dalam banyak model, analisis biaya juga akan memperhitungkan biaya


peluang dalam proses pengambilan keputusan. Biaya peluang (opportunity cost)
adalah manfaat alternatif yang dapat direalisasikan ketika memilih satu alternatif
dibandingkan yang lain. Dengan kata lain, biaya peluang adalah peluang yang
hilang atau hilang sebagai akibat dari suatu pilihan atau keputusan.

Mempertimbangkan biaya peluang memungkinkan manajer proyek untuk


mempertimbangkan manfaat dari tindakan alternatif dan bukan hanya jalur atau
pilihan saat ini yang dipertimbangkan dalam analisis biaya. Dengan
mempertimbangkan semua opsi dan potensi peluang yang terlewatkan, analisis
biaya-manfaat menjadi lebih menyeluruh dan memungkinkan pengambilan
keputusan yang lebih baik.

Proses Analisis Biaya

Tidak ada satu pun metode yang diterima secara universal dalam
melakukan analisis biaya. Namun, setiap proses biasanya memiliki beberapa
variasi dari lima langkah berikut.

1. Identifikasi Ruang Lingkup Proyek

Langkah pertama dalam analisis biaya adalah memahami situasi,


mengidentifikasi tujuan, dan membuat kerangka kerja untuk membentuk ruang
lingkup proyek. Ruang lingkup proyek dimulai dengan mengidentifikasi tujuan
analisis biaya. Contoh tujuan analisis biaya dapat berupa "untuk menentukan
apakah akan melakukan ekspansi untuk meningkatkan pangsa pasar " atau "untuk
memutuskan apakah akan merenovasi situs web perusahaan".

Tahap awal ini adalah tempat berlangsungnya perencanaan proyek, termasuk


jadwal, sumber daya yang dibutuhkan, batasan, personel yang dibutuhkan, atau
teknik evaluasi. Pada titik inilah perusahaan harus menilai apakah perusahaan
tersebut mampu melakukan analisis. Misalnya, sebuah perusahaan mungkin
menyadari bahwa mereka tidak memiliki staf teknis yang diperlukan untuk
melakukan analisis yang memadai.

Selama fase pengembangan lingkup proyek, pemangku kepentingan utama


harus diidentifikasi, diberitahu, dan diberi kesempatan untuk memberikan
masukan selama proses berlangsung. Mungkin bijaksana untuk memasukkan
mereka yang paling terkena dampak dari hasil analisis tergantung pada temuannya
(misalnya jika hasilnya adalah merenovasi situs web perusahaan, TI mungkin
perlu mempekerjakan beberapa staf tambahan dan harus diajak berkonsultasi).

2. Tentukan Biayanya

Dengan kerangka kerja yang ada, sekarang saatnya untuk mulai melihat
angka-angka. Langkah kedua dari analisis biaya adalah menentukan biaya proyek.
Biaya mungkin termasuk yang berikut ini.

• Biaya langsung adalah tenaga kerja langsung yang terlibat dalam produksi,
inventaris, bahan mentah, biaya produksi.
• Biaya tidak langsung mungkin termasuk listrik, biaya overhead dari
manajemen, sewa, utilitas.
• Biaya keputusan yang tidak berwujud, seperti dampaknya terhadap
pelanggan, karyawan, atau waktu pengiriman.
• Biaya peluang seperti investasi alternatif, atau membeli pabrik versus
membangun pabrik.
• Biaya potensi risiko seperti risiko peraturan, persaingan, dan dampak
lingkungan.

Saat menentukan biaya, penting untuk mempertimbangkan apakah biaya


tersebut berulang atau biaya satu kali saja. Penting juga untuk mengevaluasi
apakah biaya bersifat variabel atau tetap; jika biaya tersebut tetap, pertimbangkan
biaya bertahap dan kisaran relevan apa yang akan berdampak pada biaya tersebut.

3. Tentukan Manfaatnya

Setiap proyek memiliki prinsip dasar yang berbeda; manfaatnya mungkin


termasuk yang berikut:

• Pendapatan dan penjualan yang lebih tinggi dari peningkatan produksi atau
produk baru.
• Manfaat tidak berwujud, seperti peningkatan keselamatan dan moral
karyawan, serta kepuasan pelanggan karena peningkatan penawaran
produk atau pengiriman yang lebih cepat.
• Keunggulan kompetitif atau pangsa pasar yang diperoleh sebagai akibat
dari keputusan tersebut.

Seorang analis atau manajer proyek harus menerapkan pengukuran moneter


terhadap semua item dalam daftar biaya-manfaat, dengan sangat berhati-hati agar
tidak meremehkan biaya atau melebih-lebihkan manfaat. Pendekatan konservatif
dengan upaya sadar untuk menghindari kecenderungan subjektif ketika
menghitung perkiraan paling cocok ketika menetapkan nilai biaya dan manfaat
untuk analisis biaya.

Analis juga harus menyadari tantangan dalam menentukan manfaat eksplisit


dan implisit. Manfaat eksplisit memerlukan asumsi masa depan tentang kondisi
pasar, jumlah penjualan, permintaan pelanggan, dan ekspektasi produk.
Sebaliknya, biaya implisit mungkin sulit dihitung karena tidak ada rumus
sederhana. Misalnya saja contoh di atas tentang meningkatkan kepuasan
karyawan; tidak ada rumus untuk menghitung dampak finansial dari pekerja yang
lebih bahagia.

4. Perhitungan Analisis Komputasi

Dengan angka biaya dan manfaat yang sudah diketahui, sekarang saatnya
melakukan analisis. Tergantung pada jangka waktu proyek, hal ini mungkin
sesederhana mengurangi satu sama lain; jika manfaatnya lebih tinggi daripada
biayanya, proyek tersebut mempunyai manfaat bersih bagi perusahaan.

Beberapa analisis biaya memerlukan kritik yang lebih mendalam. Ini mungkin
termasuk:

• Menerapkan tingkat diskonto untuk menentukan nilai sekarang bersih arus


kas.
• Memanfaatkan berbagai tingkat diskon tergantung pada berbagai situasi.
• Menghitung analisis biaya-manfaat untuk beberapa pilihan. Setiap opsi
mungkin memiliki biaya dan manfaat berbeda.
• Menetapkan tingkat pilihan yang berbeda dengan menghitung rasio biaya-
manfaat.
• Melakukan analisis sensitivitas untuk memahami seberapa kecil perubahan
dalam estimasi dapat berdampak pada hasil.

5. Membuat Rekomendasi dan Implementasi

Analis yang melakukan analisis biaya sering kali harus mensintesis temuan-
temuan untuk dipresentasikan kepada manajemen. Hal ini mencakup ringkasan
singkat mengenai biaya, manfaat, dampak bersih, dan bagaimana temuan tersebut
pada akhirnya mendukung tujuan awal analisis.

Secara umum, jika analisis biaya positif, maka proyek mempunyai lebih
banyak manfaat daripada biaya. Perusahaan harus mewaspadai sumber daya yang
terbatas yang mungkin menghasilkan keputusan yang saling eksklusif. Misalnya,
suatu perusahaan mungkin memiliki jumlah modal yang terbatas untuk
diinvestasikan; Meskipun analisis biaya-manfaat dari peningkatan gudang, situs
web, dan peralatan semuanya positif, perusahaan mungkin tidak memiliki cukup
uang untuk ketiganya.

Keuntungan Analisis Biaya-Manfaat

Ada banyak alasan untuk melakukan analisis biaya. Teknik ini bergantung
pada pengambilan keputusan berdasarkan data; setiap hasil yang
direkomendasikan bergantung pada informasi terukur yang telah dikumpulkan
secara spesifik untuk satu masalah.

Analisis biaya memerlukan penelitian substansial terhadap semua jenis


biaya. Ini berarti mempertimbangkan biaya yang tidak dapat diprediksi dan
memahami jenis dan karakteristik biaya. Tingkat analisis ini hanya memperkuat
temuan-temuan tersebut karena lebih banyak penelitian dilakukan mengenai hasil
proyek yang memberikan dukungan lebih baik bagi upaya perencanaan strategis.
Analisis biaya juga memerlukan pengukuran metrik non-finansial (yaitu
apa manfaat finansial dari peningkatan kepuasan karyawan?). Meskipun hal ini
mungkin sulit untuk dinilai, hal ini memaksa analis untuk mempertimbangkan
aspek-aspek proyek yang lebih sulit diukur. Hasil akhir dari analisis biaya adalah
menghasilkan laporan sederhana yang memudahkan pengambilan keputusan.

Keterbatasan Analisis Biaya-Manfaat

Untuk proyek-proyek yang memerlukan belanja modal skala kecil hingga


menengah dan jangka waktu penyelesaiannya pendek hingga menengah, analisis
biaya-manfaat yang mendalam mungkin cukup untuk membuat keputusan yang
tepat dan rasional. Untuk proyek-proyek yang sangat besar dengan jangka waktu
yang panjang, analisis biaya mungkin gagal memperhitungkan permasalahan
keuangan yang penting seperti inflasi, suku bunga, arus kas yang bervariasi, dan
nilai uang saat ini.

Salah satu manfaat penggunaan nilai sekarang bersih untuk memutuskan


suatu proyek adalah menggunakan tingkat pengembalian alternatif yang dapat
diperoleh jika proyek tersebut belum pernah dilaksanakan. Pengembalian itu
didiskontokan dari hasilnya. Dengan kata lain, proyek tersebut perlu
menghasilkan setidaknya lebih dari tingkat pengembalian yang dapat diperoleh di
tempat lain atau tingkat diskonto.

Namun, dengan jenis model apa pun yang digunakan dalam melakukan
analisis biaya, terdapat sejumlah besar prakiraan yang dimasukkan ke dalam
model tersebut. Perkiraan yang digunakan dalam analisis biaya mungkin
mencakup pendapatan atau penjualan di masa depan, tingkat pengembalian
alternatif, biaya yang diharapkan, dan arus kas masa depan yang diharapkan. Jika
satu atau dua prakiraan meleset, hasil analisis biaya kemungkinan besar akan
dipertanyakan, sehingga menyoroti keterbatasan dalam melakukan analisis biaya.
STUDI KASUS

PENGARUH KEPEMILIKIAN INSTITUSIONAL TERHADAP


KETEPATAN WAKTU PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Ketepatwaktuan Penyajian Laporan Keuangan

Ketepatwaktuan adalah rentang waktu antara tanggal laporan keuangan dengan


pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada publik atau
lamanya hari yang dibutuhkan untuk mengumumkan laporan keuangan yang telah
diaudit kepublik sejak tanggal tutup tahun buku (Murtini dan Tirtaningrum, 2013).

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki


oleh institusi. Pemegang saham institusional biasanya berbentuk entitas seperti
reksa dana, asuransi, dana pensiun, perbankan dan institusi lain. Kepemilikan
institusional dapat mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring
secara efektif. Semakin besar tingkat kepemilikan saham institusional pada
perusahaan maka pengawasan yang dapat dilakukan oleh pemegang saham untuk
menghalangi perilaku oportunistik manajer juga semakin besar (Mulianingsih dan
Sukartha, 2018).

Hipotesis

Kepemilikan institusional dapat meningkatkan ketepatwaktuan dalam penyajian


laporan keuangan, hal ini dikarenakan adanya kepemilikan institusional dalam
perusahaan akan meningkatkan pengawasan dalam perusahaan tersebut.
Kepemilikan Institusional yang tinggi dalam sebuah perusahaan membuat
manajemen akan merasa tertekan dan akan bekerja secara profesional sehingga
setiap sistem dan internal kontrol dalam perusahaan akan semakin baik. Swami
dan Latrini (2013), Murtini dan Tirtaningrum (2013), Putra dan Ramantha (2015)
serta Bulo, Arafat dan Anggraini (2016), menjelaskan bahwa kepemilikan
institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu laporan
keuangan. Semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka
perusahaan semakin tepat waktu dalam menyajikan laporan keuangan.
Berdasarkan pernyataan diatas, hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagi berikut:
H1: Kepemilikan Institusional Berpengaruh terhadap Ketepatwaktuan Penyajian
Laporan Keuangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015-2107. Pemilihan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Penentuan sampel disajikan pada tabel di
bawah ini.

Tabel 1 Pemilihan Sampel Penelitian

Kriteria Jumlah
Perusahaan yang tercatat di BEL secara berturut-turut selama 151
periode2015-2017
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan auditan (36)
secara berturut-turut selama periode 2015-2017
Perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan bukan (29)
dengan satuan mata uang rupiah
Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan variabel penelitian (8)
Jumlah sampel Perusahaan 82
Jumlah tahun pemerintahaan 3
Jumlah sampel selama periode penelitin 246
Data sampel yang terkena outlier (16)
Jumlah sampel akhir 230
Berdasarkan hasil olahan regresi berganda diperoleh hasil analisis data sebagai
berikut

2. Hasil analisis

VARIABEL KOEFISIEN P.VALUE


Kepemilikan institusional 9,707 0,019
Kompleksitas usaha -4,247 0,287
Ukuran perusahaan 1,956 0,001
Leverage -0,008 0,162
Adjusted R Squera 0,108
F=7,910 dengan P.VALUE 0,000

Nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,108 yang berarti bahwa
10,8% perubahan pada ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan
dipengaruhi oleh kepemilikan institusional, kompleksitas usaha, ukuran
perusahaan dan leverage, sedangkan sebesar 89,2% dijelaskan oleh faktor lainnya
yang tidak termasuk dalam model regresi ini. Nilai signifikansi F sebesar 0,000
yang berarti kurang dari 0,05 variabel kepemilikan institusional, kompleksitas
usaha, ukuran perusahaan dan leverage secara simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Dalam tabel
2 hasil analisis menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara
signifikan terhadap ketepatwaktuan penyajian laporan keuangan. Hasil uji
hipotesis dari kepemilikan institusional menunjukkan nilai signifikansi pada 0.019
(< 0.05) dan koefisien regresi sebesar 9,707. Semakin besar persentase
kepemilikan saham Institusional dalam perusahaan maka semakin cepat
perusahaan menyampaikan laporan keuangannya atau tepat waktu (Bulo dkk
2016). Kompleksitas Usaha tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan penyajian
laporan keuangan, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,287
(>0,05). Perusahaan yang memiliki anak perusahaan penyampaian laporan
keuangannya lebih terlambat dibanding dengan perusahaan yang tidak
mempunyai perusahaan anak. Perusahaan dapat mengupayakan adanya
penambahan tenaga kerja internal yang lebih baik untuk setiap anak perusahaan
(Darmiari dan Ulupui, 2014). Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
ketepatwaktuan penyajian laporan keuangan karena memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,001 (<0.05). Semakin besar perusahaan, sumber daya serta sistem
informasi yang dimiliki lebih banyak. Perusahaan besar juga memperoleh
pengawasan baik dari investor, regulator maupun masyarakat, sehingga akan
menyebabkan perusahaan besar semakin cepat dalam penyelesaian laporan
keuangannya (Darmiari dan Ulupui, 2014). Leverage tidak berpengaruh terhadap
ketepatwaktuan penyajian laporan keuangan dengan nilai signifikansi sebesar
0,162 (>0.05). Tidak ada pengaruh rasio leverage di dalam pelaporan keuangan
yang tepat waktu (Dewi dan Wirakusuma, 2014). Hal ini disebabkan karena
belum tentu saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan secara langsung akan
mempengaruhi reaksi pasar, hal ini tidak menjadi hambatan bagi perusahaan
untuk menyajikan laporan keuangannya secara tepat waktu.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:


Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap ketepatwaktuan penyajian
laporan keuangan. Kompleksitas usaha tidak terbukti sebagai variabel kontrol
antara peran kepemilikan institusional terhadap ketepatwaktuan penyajian laporan
keuangan.

- Ukuran perusahaan terbukti sebagai variabel kontrol antara peran kepemilikan


institusional terhadap ketepatwaktuan penyajian laporan keuangan

- Kompleksitas usaha tidak terbukti sebagai variabel kontrol antara peran


kepemilikan) institusional terhadap ketepatwaktuan penyajian laporan keuangan.

Hasil penelitian ini masih memiliki keterbatasan penelitian yaitu pengukuran


variabel kompleksitas usaha hanya menggunakan ada atau tidaknya anak
perusahaan yang dimiliki perusahaan sampel. Maka saran bagi penelitian
selanjutnya yaitu mencari pengukuran lain untuk variabel kompleksitas usaha
seperti diukur dengan jumlah diversifikasi segmen operasi dan segmen geografis.

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur serta memberikan kontribusi


bagi penelitian selanjutnya dengan mengakomodir keterbatasan pada penelitian
ini. Bagi lingkungan praktik, khususnya bagi perusahaan yang telah listing
diharapkan agar menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi


keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (IAI, 2016). Beberapa informasi
keuangan hanya dapat atau lebih baik disajikan melalui pelaporan keuangan
(financial reporting), bukan melalui laporan keuangan formal (Kieso, Weygandt,
& Warfield, 2014). Pelaporan perusahaan mengalami evolusi menurut Lako
(2013), (1) Pelaporan Keuangan (Financial Reporting), keterbatasannya terletak
dalam menyajikan informasi item-item keuangan meliputi posisi dan kinerja
keuangan dan indikator-indikator keuangan.

Analisis penjualan adalah laporan mendetail yang memberikan penjelasan


mengenai performa sales perusahaan, data konsumen, dan pendapatan. Dengan
melakukan ini analisis ini, kamu bisa mengevaluasi performa penjualan
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

Analisis biaya adalah proses yang digunakan untuk mengukur manfaat dari
suatu keputusan atau pengambilan tindakan dikurangi biaya yang terkait dengan
pengambilan tindakan tersebut. Analisis biaya melibatkan metrik keuangan yang
dapat diukur seperti pendapatan yang diperoleh atau penghematan biaya sebagai
hasil dari keputusan untuk melaksanakan suatu proyek.
DAFTAR PUSTAKA

https://e-journal.trisakti.ac.id/index.php/semnas/article/download/3407/2887/8776

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jaakfe/article/download/39059/75676584999

https://glints.com/id/lowongan/analisis-penjualan-adalah/

Anda mungkin juga menyukai