Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA MASA SEKARANG


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Perekonomian

Dosen Pengampu: Aurora Nandia Febrianti, S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh:

Cahyani Wiranti 21140001


Mariani Magdalena S. 21140015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
BANDAR LAMPUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Perekonomian Indonesia Masa Sekarang ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Sejarah Perekonomian yang berjudul Perekonomian Indonesia Masa Sekarang
ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Perekonomian
Indonesia Masa Sekarang ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Perekonomian Indonesia Masa Sekarang ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Bandar Lampung, Mei 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3.Tujuan Masalah.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Perekonomian Indonesia Masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo.........................3

2.2 Diplomasi Ekonomi Indonesia Saat Pandemi Covid-19...............................................4

2.3.Tantangan Pemerintah dalam Memulihkan Perekonomian Indonesia Akibat Terdampak


Pandemi Covid-19........................................................................................................6

2.4.Upaya Pemerintah dalam Memulihkan Perekonomian Indonesia Akubat Terdampak


Pandemi Covid-19........................................................................................................6

2.5 Kebijakan-kebijakan Ekonomi Indonesia Masa Pemerintahan Jokowi........................8

2.6.Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I...............................................................................12

2.7 Paket Kebijakan Ekonomi Tahap II..............................................................................17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................................................18
3.2 Saran Dan Kritik...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah ekonomi secara garis besar mempunyai pengertian sebagai kegiatan dan
keadaan perekonomian suatu masyarakat pada zaman dahulu. Sedangkan sejarah sosial
lebih mengarah kepermasalahan dan interaksi dari pelaku yakni sosial ekonomi sangat
berkaitan untuk dapat dikaji secara bersamaan, sebab tindakan ekonomi muncul akibat
adanya interaksi dari pelaku ekonomi, misalnya pada transaksi jual beli, dimana ada
interaksi antara penjual dan pembeli. Sepanjang sejarah perjalanan pertumbuhan bangsa-
bangsa di dunia, baik negara yang sudah maju maupun yang masih tergolong sebagai
negara berkembang atau yang masih terbelakang, selalu menghadapi dilema dalam
penentuan prioritas pembangunan ekonominya. Negara-negara berkembang dipandang
sebagai negara yang masih dalam proses menuju moderenisasi khususnya dalam proses
pertumbuhan ekonomi pertum-buhan ekonomi tersebut berjalan melalui tahap-tahap
tertentu.

Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu
menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara
(Todaro, 2005). Oleh karena itu identifikasi berbagai macam faktor yang mempeng-
aruhinya termasuk peran pemerintah menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam. Kebijakan
di Indonesia selalu terjadi dari tahun ke tahun dan dari presiden ke presiden tersebut terjadi
pada segala aspek kehidupan. Baik itu di bidang politik atau ekonomi. Banyak kebijakan-
kebijakan yang telah dilakukan oleh setiap presiden yang menjabat sebagai presiden pada
zaman itu sampai saat ini. Banyak faktor yang menuntut agar Indonesia dapat
pembangunan lebih pesat lagi. Salah satu faktornya adalah perkem-bangan dunia yang telah
memasuki era globalisasi. Hal ini menuntut negara-negara di dunia.

Selain itu juga ada beberapa perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia dan
selanjutnya mendukung pembangunan di Indonesia. Antara lain, Sistem Perencanaan
Terpusat pada masa Orde Baru telah menciptakan kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Privatisasi dan deregulasi masa itu juga digunakan untuk memindahkan hak milik negara
kepada kroni penguasa politik. Akibatnya, produktivitas dan efisiensi perekonomian
nasional kita menjadi semakin menurun dan baru berakhir pada krisis tahun 1997-1998.
Pasca reformasi, sistem pun berubah ke pola yang lebih demokratis dan adanya otonomi
daerah. Sistem politik yang demokratis dan sistem pemerintahan yang didasarkan pada
otonomi daerah juga menuntut adanya transparansi serta akuntabilitas keuangan Negara.
Namun, ada beberapa kebijakan-kebijakan dari presiden yang menimbulkan pro dan kontra
di kalangan masyarakat. Sesungguhnya, apapun kebijakan dari presiden harus sesuai
dengan aspirasi rakyat dan bertu-juan untuk menyejahterakan rakyat.

Pada Era Presiden Joko Widodo Pemerintah Indonesia pun gencar untuk terus
meningkatkan jumlah Investasi Asing atau PMA (Penanaman Modal Asing) di Indonesia.
1
Hal tersebut sejalan dengan lima Visi pemerintahan Presiden Joko Widodo kedepan
diantaranya, memepercepat pembangunan Infrastruktur, memperbaiki kualitas SDM
(Sumber daya Manusia), membuka Investasi asing seluas-luasnya demi meningkatkan
lapangan pekerjaan, Reformasi Birokrasi serta, mengeluarkan APBN yang fokus dan tepat
pada sasarannya (Yosepha Pusparisa, 2019), oleh karena hal tersebut Pemerintah Indonesia
diera Presiden Joko Widodo terus mengeluarkan beberapa kebijakan serta regulasi yang
ditujukan untuk mereformasi kebijakan Investasi yang ada agar dapat menarik minat para
Investor Asing untuk berinvestasi di Indonesia.

Makalah ini dibuat untuk membahas tentang perkembangan ekonomi, diplomasi


ekonomi dan kebijakan ekonomi bangsa “Indonesia” pada masa pemerintahan presiden
Joko Widodo dan Wakilnya yaitu Jusuf Kalla.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perekonomian Indonesia masa pemerintahan Presiden Joko Widodo ?

2. Jelaskan diplomasi perekonomian pada masa covid-19 ?

3. Apasajakah tantangan pemerintah dalam memulihkan perekonomian Indonesia


akibat terdampak pandemi Covid-19 ?

4. Bagaimana upaya pemerintah dalam memulihkan perekonomian Indonesia akibat


terdampak pandemi Covid-19 ?

1.3 Tujuan

1. Untuk menegetahui perekenomian Indonesia pada masa pemerintahan Presiden


Joko Widodo.

2. Untuk mengetahui diplomasi perekonomian pada masa covid 19.

3. Untuk mengetahui tantangan – tantangan pemerintah dalam memulihkan


perekonomian akibat terdampaknya pandemic covid 19.

4. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam memulihkan perekonomian Indonesia


akibat terdampaknya pandemic covid 19.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perekonomian Indonesia Masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo

Tantangan yang dihadapi Presiden terpilih Joko Widodo alias Jokowi di bidang
ekonomi tidak mudah. Jika pemerintahan Jokowi mau memenuhi janjinya kepada rakyat
Indonesia yang telah menaruh kepercayaan besar pada dirinya, maka dia harus membuat
terobosan penting. Sejumlah agenda reformasi di bidang ekonomi sudah menunggu.
Yang ditunggu oleh publik bukan sekedar apa daftar niat baik yang mau dilakukan
pemerintah Jokowi, tetapi bagaimana dia akan melakukannya. Dengan kata lain, bukan soal
“what” tetapi “how”. Sudah genap delapan tahun atau sewindu Joko Widodo atau Jokowi
menjabat sebagai Presiden Indonesia. Salah satu hal yang kerap menjadi sorotan selama
Jokowi memimpin Indonesia terkait dengan pertumbuhan ekonomi domestik. Pasalnya,
Jokowi sempat menargetkan ekonomi Indonesia mampu meroket hingga 7% saat
berkampanye silam. Lantas, bagaimana perkembangan ekonomi Indonesia selama delapan
tahun terakhir?

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
kuartal IV/2014 atau masa awal Presiden Jokowi menjabat sebesar 5,05%
(year-on-year/yoy). Kemudian, pertumbuhannya cenderung stabil di kisaran 5% hingga
kuartal IV/2019. Hanya saja, pandemi Covid-19 telah membuat ekonomi Indonesia
terkoreksi 2,97% (yoy) pada kuartal I/2020. Kondisi itu terus berlanjut hingga kuartal
I/2021. Adapun, kontraksi ekonomi terdalam dilaporkan mencapai 5,32% (yoy) pada
kuartal II/2020.

Ekonomi Indonesia mulai pulih setelahnya seiring dengan melandainya kasus Covid-
19 yang membuat aktivitas masyarakat kembali meningkat. Kondisi itu juga disokong oleh
windfall komoditas yang mendongkrak ekspor Indonesia. Bahkan, pertumbuhan ekonomi
Indonesia sempat melesat 7,07% (yoy) pada kuartal II/2021. Capaian ini mampu ditorehkan
di tengah perlambatan ekonomi dan meningkatnya risiko resesi di banyak negara. Namun,
laju pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat ke level 3,51% (yoy) pada kuartal III/2021.
Hal itu lantaran Indonesia dilanda gelombang kedua Covid-19. Pada kuartal IV/2021,
ekonomi Indonesia kembali naik menjadi sebesar 5,02% (yoy). Pertumbuhan ekonomi
tanah air meningkat lagi 5,44% (yoy) pada kuartal II/2022.

Adapun, Jokowi optimistis ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022 bisa di atas 5,4%
(yoy). Hal itu mengingat neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus selama
29 bulan beruntun. Selain itu, kredit masih tumbuh 10,7%. Kemudian, Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK) masih cukup kuat sebsesar 117,2 poin atau berada di zona optimistis.
"Semuanya masih dalam kondisi yang baik-baik, tapi sekali lagi di tengah kondisi sulit
seperti ini, kerja keras adalah kuncinya. Kita tidak bisa lagi kerja itu hanya makronya saja,
mikronya belum cukup, kerja sekarang harus lebih detail," kata Jokowi saat pembukaan
Trade Expo Indonesia ke-37 di ICE BSD, Tangerang, Rabu (19/10).
3
Demikian salah satu rangkuman diskusi tentang Ekonomi Indonesia di Era yang
diselenggarakan oleh Freedom Institute bersama Friedrich Naumann Stiftung fur die
Freiheit pada Senin, 1 September 2014. Dua ekonom muda tampil sebagai pembicara dalam
diskusi ini. Yang pertama, Dr. Ari A Perdana dari Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Dr. I Kadek Dian Sutisna Artha dari LPEM UI
dan yang dimoderatori oleh Ulil Abshar Abdalla. Perdana menyebut sejumlah tantangan
krusial yang dihadapi pemerintahan Jokowi, misalnya mengurangi subsidi BBM agar
tersedia ruang fiskal yang cukup bagi pemerintahan mendatang untuk membiayai sejumlah
rencana besar yang diniatkan Jokowi. Tapi, Perdana mengatakan bahwa tak cukup hanya
mengurangi BBM, tetapi pemerintahan Jokowi harus melakukan reformasi yang
komprehensif di bidang energi dan mengenai agenda yang kurang terpikirkan dengan serius
di era pemerintahan SBY. Perdana juga menyebut tentang pentingnya perhatian pemerintah
mendatang di bidang pembangunan infrastruktur. Saat ini, belanja negara di sektor
infrastruktur sekitar 2% dari GDP (bandingkan dengan Indonesia di tahun 1995 yang
membelanjakan 9,5% di sektor infrastrukur; China dan India sekitar 10%). Kondisi
ekonomi Indonesia di era SBY 2004-2014 tidak jelek dibandingkan dengan keadaan
ekonomi di kawasan Asia atau di dunia pada umumnya. Indonesia mencapai pertumbuhan
ekonomi yang tinggi selama sepuluh tahun berturut-turut. Tetapi kata Perdana, banyak
tantangan yang dihadapi ke depan, apalagi dengan situasi ekonomi dunia yang mengalami
pelambatan. Sementara Dr. I Kadek Dian Sutisna Artha mengemukakan asumsi
pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 2018.

Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan prediksi pertumbuhan ekonomi di


Indonesia berkisar antara 5,3% pada 2014 hingga 7,4% pada 2018. Sementara itu, lifting
minyak cenderung mengalami penurunan hingga 2018 pada angka 700-800 ribu barrel/hari,
turun dari 804 ribu barrel/hari saat ini. Tentu saja, ini makin menciptakan beban fiskal yang
besar jika tidak ada upaya untuk mengurangi subsidi minyak dan reformasi sektor energi
secara komprehensif. Apalagi jika dilihat bahwa konsumsi minyak terus meningkat dari
tahun ke tahun. Menurut Dr. Artha, memang ruang fiskal yang dimiliki Jokowi tidak cukup
besar, sementara harapan publik terhadap Jokowi cukup besar. Tantangan bagi Jokowi
adalah bagaimana melakukan terobosan yang cukup berani, walau tidak populer, di bulan-
bulan awal pemerintahannya saat kepercayaan publik masih cukup besar. Ternyata cukup
banyak masyarakat yang tertarik dengan tema ini. Buktinya peserta yang hadir dalam
diskusi ini cukup membludak memenuhi Ballroom. Beberapa peserta terpaksa berdiri atau
duduk di lantai karena tidak kebagian kursi, panitia menyediakan 115 kursi. Peserta yang
menanggapi pembicara pun antusias. Diskusi berlangsung dari jam 19.00 dan diakhiri jam
21.30.

2.2 Diplomasi Ekonomi Indonesia Saat Pandemi Covid-19

Menurut Peter van Bergeijk (2009), diplomasi ekonomi adalah serangkaian aktivitas,
baik menyangkut metode maupun proses dalam pengambilan keputusan internasional, yang

4
terkait dengan kegiatan ekonomi lintas batas (ekspor, impor, investasi, pinjaman, bantuan
dan migrasi) yang dilakukan oleh aktor negara dan non-negara di dunia nyata. Lebih jauh,
Bergeijk menyebut bahwa aktivitas diplomasi ekonomi setidaknya meliputi tiga hal, yaitu :

1. Penggunaan pengaruh politik dan relasi untuk mempromosikan dan atau mempe-
ngaruhi perdagangan serta investasi internasional, untuk meningkatkan
berfungsinya pasar dan atau untuk mengatasi kegagalan pasar serta untuk
mengurangi biaya dan risiko transaksi lintas batas.

2. Penggunaan aset ekonomi dan relasi untuk memperkuat kerjasama dan


mutualisme hubungan yang stabil secara politik sehingga tercapainya keamanan
ekonomi.

3. Konsolidasi iklim politik dan lingkungan ekonomi politik internasional yg tepat


untuk memfasilitasi dan melembagakan tujuan ekonomi. Diplomasi ekonomi
merupakan media yang paling dominan dan menjadi salah satu kunci utama
keberhasilan negara-negara berkembang dalam memanfaatkan peluang dari
globalisasi ekonomi. Perekonomian Global ditandai dengan makin tingginya
intensitas hubungan antar aktor-aktor hubungan international, baik state aktor
maupun nonstate aktor. Sebagaimana perluasan aktor dalam hubungan
international, aktifitas ekonomi juga mengalami perluasan pelaku dengan
semakin dominannya pelaku swasta.

Diplomasi ekonomi merupakan suatu proses diplomasi yang dikaitkan dengan faktor-
faktor ekonomi. Diplomasi ekonomi international dapat dikatakan sebagai segala upaya
untuk menjalin, meningkatkan, dan memanfaatkan hubungan atau kerjasama dengan
menggunakan kekuatan politik untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi. Penggunaaan
kekuatan ekonomi dalam mendukung kebijakan luar negeri semakin banyak dijumpai.
Dalam kajian tujuan politik luar negeri negara sumber daya ekonomi bisa digunakan
sebagai imbalan baik dijanjikan maupun diberikan atau hukuman diberlakukan atau
ditimpakan. Dengan kata lain, sumber daya ekonomi tersebut bisa diberikan, ditolak
maupun diambil.

Realisasinya yaitu dengan membuka peluang investasi kepada banyak investor asing
dari banyak negara. Upaya ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Tentunya dengan memberlakukan insentif pajak untuk mempermudah masuknya
investasi.

Situasi pandemi sejatinya bisa menjadi momentum bagi Indonesia, untuk


menarik investor asing yang berencana merelokasi pabrik-pabriknya dari Tiongkok.
Dengan membuka peluang investasi kepada negara-negara asing serta tidak terkecuali,
diharapkan mampu mendorong pemulihan ekonomi nasional serta menjaga peluang
Indonesia, untuk menjadi negara maju. Tidak hanya itu, investasi asing juga diharapkan
mampu membawa keuntungan yang siginifikan bagi Indonesia terutama bagi kesejahteraan
rakyat.
5
2.3 Tantangan Pemerintah dalam Memulihkan Perekonomian Indonesia Akibat
Terdampak Pandemi Covid-19

Di tengah pandemi, diplomasi Indonesia tampaknya juga harus beradaptasi. Presiden


Jokowi pada awal Januari mengumpulkan para garda depan perwakilan RI di luar negeri
untuk kembali menggarisbawahi arah kebijakan diplomasi Indonesia. Merujuk kepala
negara, penguatan diplomasi ekonomi adalah wajib kini dan nanti. Penguatan diplomasi
ekonomi menjadi tantangan baru bagi pemerintah dikala pandemi Covid-19 ini. Di
tengah krisis pandemi,diplomasi tidak boleh berhenti. Kerja sama internasional, baik
multilateral maupun bilateral harus tetap dilakukan. Adapun tantangan yang di hadapi
pemerintah dari pandemi ini berkaitan dengan sektor ekonomi, yaitu:

1. Tantangan pertama, terkait masalah lapangan kerja. Karena dampak Covid-19


membuat perusahaan mengalami penurunan laba. Pada akhirnya tingkat
pengangguran juga makin meluas.

2. Poin kedua, pemerintah harus fokus ke permasalahan kemiskinan yang


mengalami peningkatan akibat pandemi Covid-19. Mengacu pada data Badan
Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia naik 9,78 persen atau
sebanyak 26,42 juta orang per Maret 2020, dibanding posisi 25,14 juta orang di
Maret 2019.

3. Masalah ketiga adalah neraca pembayaran yang selalu dihadapi pemerintah setiap
tahunnya. Dengan adanya pandemi tersebut, lanjut dia, membuat ekonomi
Indonesia mengalami minus hingga akhir 2020. Meski penurunannya tidak
separah yang pernah dilalui di kuartal I dan II tahun ini. "ADB memperoyeksikan
ekonomi Indonesia -1 persen di 2020, sedangkan menurut proyeksi OECD
ekonomi Indonesia -3,3 persen," tuturnya. Maka dari itu, dia menegaskan,
pentingnya meningkatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada
kondisi seperti ini. Dengan tujuan, agar pemerintah terbantu dalam membuka
lapangan pekerjaan bagi warganya. "UKM adalah tulang punggung penyerapan
tenaga kerja. Mereka juga yang menjadi pelestarian lapangan kerja, ketika
UMKM bangkit, maka Indonesia akan keluar dari perangkap, dan masyarakat
Indonesia akan maju," jelas dia.Dia berharap pemerintah bisa mengambil peran
aktif dalam kolaborasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dunia
pendidikan, khususnya perguruan tinggi juga bisa membantu peningkatan
UMKM ini.

2.4 Upaya Pemerintah dalam Memulihkan Perekonomian Indonesia Akubat


Terdampak Pandemi Covid-19

Walaupun pandemi COVID-19 berpeluang besar membawa resesi global ini tahun ini,
tetapi dampak ekonomi dari wabah COVID-19 terhadap perekonomian Indonesia akan
sangat ditentukan oleh pilihan kebijakan dan kesigapan pemerintah untuk mengatasi wabah
tersebut Perbedaan tingkat fatality rate diberbagai negara juga menjadi pelajaran berharga
6
bahwa kebijakan pemerintah sangat menentukan dalam mengatasi pandemi ini, selain
dukungan sistem dan perilaku masyarakat.

Sebagai contoh, Pemerintah China yang memberlakukan lockdown khususnya di


Provinsi Hubei dengan menutup pabrik-pabrik, menghentikan transportasi umum, dan
mewajibkan rakyatnya tinggal dirumah, memang telah melumpuhkan ekonomi provinsi
itu. Namun,kebijakan tersebut terbukti mampu mengatasi penyebaran wabah ini kurang
dari tiga bulan, sehingga mempercepat proses pemulihan ekonomi. Maka dari itu, kebijakan
dari pemerintah yang perlu diperkuat untuk membantu pemulihan sektor ekonomi, yaitu
sebagai berikut :

1. Percepatan pengobatan pertama yang perlu dilakukan pemerintah adalah


mempercepat pengobatan dan pencegahan penularan yang lebih luas. Pemerintah
harus menerapkan kebijakan at all cost seperti pengadaan alat kesehatan
penunjang pemeriksaan, ruang isolasi, dan Alat Pelindung Diri (APD).

2. Penurunan tarif listrik dan BBM Untuk menjaga daya beli masyarakat sebagai
dampak perlambatan perputaran roda ekonomi, pemerintah dituntut untuk dapat
mengurangi beban biaya yang secara langsung dalam kendali pemerintah,
diantaranya tarif dasar listrik, BBM, dan air bersih.

3. Relaksasi pajak Kebijakan pemerintah yang melakukan relaksasi Pajak


Penghasilan baik pekerja industri manufaktur (penghapusan PPh 21 selama enam
bulan) ataupun pajak badan untuk industri manufaktur (pembebasan PPh Impor
22 dan diskon PPh 25 sebesar 30%) semestinya diperluas.Pasalnya, perlambatan
ekonomi saat ini tidak hanya dirasakan oleh sektor industri manufaktur, tetapi juga
sektor-sektor lainnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan relaksasi
pajak seperti pemberian potongan pajak, percepatan pembayaran restitusi, dan
penundaan pembayaran cicilan pajak kepada sektor-sektor lain, khususnya yang
terkena dampak paling parah, seperti sektor transportasi dan pariwisata.

4. Pemberian BLT Pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat bawah dengan
memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat yang mengalami
penurunan pendapatan dan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja. Penyaluran
BLT juga perlu diikuti dengan ketepatan data penerima bantuan dan perbaikan
mekanisme dan kelembagaan dalam penyalurannya sehingga dana BLT tidak
salah sasaran dan diterima oleh seluruh masyarakat yang semestinya
mendapatkannya. Ini belajar dari pengalaman penyaluran bantuan sosial selama
ini yang belum terdistribusi secara merata khususnya bagi masyarakat yang justru
membutuhkan. Oleh karena koordinasi untuk validitas data sampai dengan level
kecamatan perlu dilakukan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah agar
tujuan BLT untuk menjaga daya beli masyarakat bisa tercapai.

5. Jaga pasokan dan distribusi bahan pangan, Penyaluran BLT perlu didukung oleh
kebijakan untuk menjamin kelancaran pasokan dan distribusi barang khususnya
7
pangan. Di saat seperti ini, potensi panic buying dan penimbunan sangat besar,
sehingga pengamanan aspek distribusi perlu diperketat. Dalam situasi seperti ini,
sebagaimana di China, aparat militer dapat dioptimalkan dalam membantu
penanganan korban dan pencegahan perluasannya, termasuk membantu proses
pengamanan supply dan di stribusi barang.

6. Pemberian relaksasi kredit UMKM Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar memberla-
kukan kebijakan yang mendorong lembaga keuangan untuk melakukan
rescheduling dan refinancing utang-utang sektor swasta, selain untuk UMKM,
juga untuk usahausaha yang menghadapi risiko pasar dan nilai tukar yang tinggi.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) dan OJK perlu merumuskan kebijakan yang
bersifat strategis untuk mengatasi tingginya tingkat suku bunga perbankan yang
menjadi salah satu beban pelaku ekonomi, khususnya di saat perlambatan
ekonomi seperti saat ini.

7. Membuat kebijakan baru, membuka peluang untuk membuat terobosan kebijakan


baru. Di sisi fiskal, opsi pelebaran defisit anggaran melebihi yang batas yang
ditetapkan Undang-Undang Keuangan Negara diperlukan di tengah semakin
banyaknya kebutuhan belanja negara untuk memberikan insentif kepada
perekonomian. Di sisi moneter, perlu mencontoh otoritas moneter beberapa
negara yang aktif terjun memberikan insentif, khususnya ketika kebijakan suku
bunga acuan dan beragam kebijakan konvensional tidak bekerja secara optimal
seperti saat ini.

2.5 Kebijakan-kebijakan Ekonomi Indonesia Masa Pemerintahan Jokowi

Kebijakan ekonomi adalah tindakan pemerintah suatu negara dalam menetapkan


kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi. Secara umum, kebijakan ekonomi di suatu
negara dibedakan menjadi kebijakan fiskal, kebijakan moneter, kebijakan produksi,
kebijakan perdagangan manca negara dan kebijakan ketenagakerjaan. Tujuan ditetapkannya
kebijakan ekonomi adalah untuk mencapai kemakmuran masyarakat di suatu negara (Dinar,
M. hal 9).

Kebijakan ekonomi dapat pula mencakup didalamnya sistem untuk menetapkan


sistem perpajakan, suku bunga dan anggaran pemerintah. Selain itu, kebijakan ekonomi
juga mencakup pasar tenaga kerja, kepemilikan negara, dan otonomi daerah dari intervensi
pemerintah kedalam perekonomian. Kadang kala kebijakan semacam ini sering terpengaruh
juga oleh lembaga-lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional atau Bank
Dunia serta keyakinan politik dari pihak-pihak yang memegang kekuasaan negara saat itu.

Presiden dalam sambutannya menyatakan bahwa dalam menyikapi perkembangan


ekonomi dunia yang telah berdampak pada perekonomian banyak Negara termasuk
Indonesia, Peme-rintah bersama dengan otoritas moneter yaitu Bank Indonesia dan Otoritas

8
Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan langkah-langkah dalam upaya menciptakan kondisi
ekonomi makro yang kondusif, yaitu upaya stabilisasi fiskal dan moneter termasuk
pengendalian inflasi, menggerak-kan mesin pertumbuhan dengan mendorong percepatan
belanja pemerintah melalui peningka-tan daya serap anggaran, dan melakukan langkah-
langkah penguatan neraca pembayaran.

Langkah-langkah konkrit yang telah dilakukan pemerintah adalah :

1. Pengendalian harga komoditi pokok seperti BBM dan bahan pangan.

2. Pembentukan Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran.

3. Pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit untuk mendorong


peman-faatan biodiesel 15% sehingga dapat mengurangi impor BBM dan
meningkat-kan ekspor kelapa sawit.

4. Perlindungan terhadap masyarakat dan menggerakkan ekonomi pedesaan dari


melemahnya ekonomi nasional, antara lain melalui :

a. Pemberdayaan usaha mikro dan kecil telah diberikan penyaluran kredit usaha
rakyat dengan tingkat suku bunga rendah, dari 22-23% menjadi 12% yang
disubsidi Pemerintah.

b. Percepatan pencairan dan penyederhanaan pemanfaatan dana desa untuk


pembangu-nan infrastruktur di pedesaan secara padat karya.

c. Penambahan alokasi beras sejahtera (berasta) bulan 13 dan bulan 14 (artinya


ada tambahan selama 2 bulan bagi masyarakat yang berpendapatan rendah).

Namun mengingat langkah-langkah tersebut di atas belum cukup, maka Pemerintah


meluncurkan Paket Kebijakan Tahap I September 2015, yang terdiri dari 3 langkah :

1. Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi serta


penegakan hukum serta kepastian usaha. Ada 89 peraturan yang dirombak dari
154 sehingga bisa menghilangkan duplikasi, bisa memperkuat koherensi dan
konsistensi, dan memangkas peraturan yang tidak relevan atau menghambat daya
saing industri nasional. Juga telah disiapkan 17 rancangan Peraturan Pemerintah,
11 rancangan Peraturan Presiden, 2 rancangan Instruksi Presiden, 63 rancangan
Peraturan Menteri, dan 5 aturan lain. Selain itu, pemerintah melakukan langkah
penyederhanaan izin, memperbaiki prosedur perizinan, memperkuat sinergi,
meningkatkan kualitas pelayanan serta menggunakan pelayanan berbasis
elektronik.Pemerin-tah berkomitmen menyelesaikan semua paket deregulasi pada
bulan September dan Oktober 2015.

2. Mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan berbagai hambatan


dan sumbatan dalam pelaksaaan dan penyelesaian proyek strategis nasional antara
lain; penyederhanaan izin, penyelesaian tata ruang dan penyediaan lahan,
9
percepatan penyediaan barang dan jasa pemerintah serta diskresi dalam
penyelesaian hambatan dan perlindungan hukum. Pemerintah juga memperkuat
peran kepala daerah untuk melakukan dan atau memberikan dukungan percepatan
pelaksanaan proyek strategis nasional.

3. Meningkatkan investasi di sektor properti. Pemerintah mengeluarkan kebijakan


mendorong pembangun perumahan khususnya untuk masyarakat berpenghasilan
rendah serta membuka peluang investasi yang lebih besar di sektor properti.

Lebih lanjut Presiden menjelaskan bahwa tujuan paket kebijakan ekonomi ini adalah
untuk menggerakkan kembali sektor riil yang akhirnya memberi pondasi bagi lompatan
kemajuan ekonomi Indonesia ke depan. Presiden yakin bahwa paket kebijakan ekonomi
tahap pertama September 2015 akan memperkuat industri nasional, mengembangkan usaha
mikro, kecil, menengah dan koperasi, memperlancar perdagangan antar daerah, membuat
pariwisata semakin bergairah, dan menjadikan kesejahteraan nelayan semakin membaik
dengan menaikkan produksi ikan tangkap dan penghematan biaya bahan bakar sebesar 75%
melalui konversi solar ke elpiji.

Dalam rangka perbaikan ekonomi, Pemerintah tidak mungkin bisa bekerja sendirian.
Pemerintah membutuhkan kerja sama, kebersamaan, dan dukungan semua pihak.
Ditekankan Presiden bahwa Pemerintah tidak sekedar memiliki komitmen mengge-rakkan
ekonomi nasional dengan meluncurkan paket ekonomi ini, tetapi pemerintah juga sangat
serius melaksankana komitmen kebijakan ini.

Sedangkan 5 Paket Kebijakan Bank Indonesia September 2015 adalah sebagai berikut
:

1. Memperkuat pengendalian inflasi dan mendorong Sektor riil sisi suplai


perekonomian

a. Memperkuat koordinasi Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali


Inflasi Daerah (TPID), dalam rangka akselerasi implementasi roadmap
pengendalian inflasi nasional dan daerah. Pada saat ini sudah ada 430 TPID di
seluruh Indonesia dan sudah memiliki roadmap pengendalian inflasi. Bank
Indonesia ingin koordinasi akan dilakukan untuk implementasi pengendalian
inflasi.

b. Memperkuat kerjasama ekonomi dan keuangan daerah, antara Bank Indonesia


dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk menyakinkan
ekonomi dan keuangan di daerah juga bisa mempunyai derap langkah yang
baik mengikuti derap langkah di pemerintah pusat, perlu dilakukan kerjasama
antara Bank Indonesia dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2. Memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah.

10
a. Menjaga market confidence atas pasar valas (valuta asing) melalui
pengendalian volatilitas nilai tukar rupiah,

b. Memelihara market confidence atas pasar Surat Berharga Negara (SBN)


melalui pembelian di pasar sekunder dengan tetap memperhatikan dampaknya
pada ketersediaan Surat Berharga Negara bagi infllow dan likuiditas pasar
uang.

3. Memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah

a. Mengubah mekanisme lelang reverse repo SBN dari variable rate tender
menjadi fixed rate tender. Menyesuaikan pricing reverse repo SBN dan
memperpanjang tenor dengan menerbitkan reverse repo SBN 3 bulan.

b. Mengubah mekanisme lelang Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dari


variable rate tender menjadi fixed rate tender dan menyesuaikan pricing SDBI
serta menerbitkan SDBI tenor 6 bulan.

c. Menerbitkan kembali Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bertenor 9 bulan dan 12


bulan dengan mekanisme lelang fixed rate tender dan menyesuaikan pricing.

4. Memperkuat pengelolaan supply dan demand valas

a. Menyesuaikan frekuensi lelang Foreign Exchange Swap dari dua kali


seminggu jadi satu kali seminggu.

b. Mengubah mekanisme lelang Term Deposit Valas dari variable rate tenderÂ
menjadi fixed rate tender, menyesuaikan pricing dan memperpanjang tenor
sampai dengan 3 bulan.

c. Menurunkan batas pembelian valas dengan pembuktian dokumen underlying


dari yang berlaku saat ini sebesar 100.000 menjadi 25.000 per nasabah per
bulan dan mewajibkan pengunaan NPWP.

d. Mempercepat proses persetujuan utang luar negeri bank dengan tetap


memperhatikan asas kehati-hatian.

5. Langkah-langkah lanjutan untuk pendalaman pasar uang

a. Menyediakan fasilitas swap hedging untuk investasi infrasturktur dan


sekaligus memperkuat cadangan devisa.

b. Menyempurnakan ketentuan tentang pasar uang yang mencakup seluruh


komponen terkait pengembangan pasar antara lain instrumen pelaku dan
infrastruktur.

11
2.6 Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I

Presiden Joko Widodo akhirnya mengumumkan paket kebijakan penyelamatan


ekonomi tahap I yang berfokus pada tiga hal besar, yakni meningkatkan daya saing industri,
mempercepat proyek-proyek strategis nasional, dan mendorong investasi di sektor properti.

Berikut adalah paket kebijakan ekonomi tahap 1 oleh Presiden Jokowi :

1. Tindakan Cepat Pemerintah.

2. Tiga Langkah Paket Kebijakan Ekonomi Presiden Jokowi.

3. Langkah Jokowi Atasi Kelesuan Ekonomi.

4. Penjelasan Paket Kebijakan Ekonomi.

5. Bagaimana Cara Menggerakkan Ekonomi Nasional.

6. Solusi Jokowi pada Sektor Industri.

7. Solusi Jokowi pada Sektor Perdagangan.

8. Solusi Jokowi pada Sektor Pemberdayaan Koperasi dan UMKM.

9. Solusi Jokowi untuk Nelayan.

10. Solusi Jokowi pada Sektor Pariwisata.

12
13
14
15
2.7 Paket Kebijakan Ekonomi Tahap II

Paket Kebijakan Ekonomi Tahap II diluncurkan di Jakarta, Selasa (29/9). Berbeda


dengan Paket Kebijakan Ekonomi I yang meliputi banyak regulasi, kali ini pemerintah
fokus hanya pada upaya meningkatkan investasi. Bentuknya berupa deregulasi dan
debirokratisasi peraturan untuk mempermudah investasi, baik penanaman modal dalam
negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA). Untuk menarik penanaman
modal, terobosan kebijakan yang akan dilakukan adalah memberikan layanan cepat dalam
bentuk pemberian izin investasi dalam waktu 3 jam di Kawasan Industri. Dengan
mengantongi izin tersebut, investor sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi.

Berikut adalah paket kebijakan ekonomi tahap 2 oleh Presiden Jokowi :

1. Kemudahan Layanan Investasi 3 Jam.

2. Pengurusan Tax Allowance dan Tax Holiday Lebih Cepat.

3. Pemerintah Tak Pungut PPN Untuk Alat Transportasi.

4. Insentif fasilitas di Kawasan Pusat Logistik Berikat

16
17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu keputusan ekonomi dapat
mempenga-ruhi jalannya politik disuatu negara begitu juga sebaliknya dengan suatu
kebijakan politik dapat mempengaruhi jalannya perekonomian di suatu negara.

Berdasarkan penjelasan di atas juga dapat diambil kesimpulan bahwa keadaan


ekonomi Indonesia pada masa kepemimpinan presiden Joko Widodo sudah mulai membaik,
walaupun masih berjalan dengan lambat tidak seperti rencana pada awalnya yang
menginginkan pertumbuhan ekonomi pertahunnya menjadi 7%. Presiden Jokowi sudah
menemukan langkah-langkah kebijakan walaupun dalam proses menjalankannya dan
hasilnya masih belum memuaskan. Hal tersebut bisa saja terkendala akibat adanya
kekurangan dana ataupun pemerataan ekonomi yang belum maksimal.

3.2 Saran

Saran Menurut saya, berbagai kebijakan yang sudah dikemukakan tersebut harus
dievaluasi hasilnya setiap tahun. Jika hasilnya membuahkan hasil yang baik maka
kebijakan tersebut ditingkatkan lagi kinerjanya, namun jika kebijakan tersebut
membuahkan hasil yang kurang memuaskan, maka kebijakan tersebut harus dikaji ulang.
Dan juga, dalam menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut, tentu harus diimbangi dengan
kerjasama oleh pihak-pihak yang ditunjuk untuk menjalankannya. Kita sebagai
masyarakatpun harus memberikan kritik dan saran yang baik kepada pemerintah agar
pemerintah lebih semangat memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dinar, M. dan Muhammad Hasan. Pengantar Ekonomi: Teori dan Aplikasi (PDF). CV. Nur
Lina. hlm. 9.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150909182130-92-77720/presiden-jokowi-
umumkan-paket-kebijakan-ekonomi-jilid-i
https://www.kominfo.go.id/content/detail/6101/paket-kebijakan-ekonomi-jilid-ii/0/berita
https://www.studocu.com/id/document/universitas-tanjungpura/diplomasi/diplomasi-
ekonomi-indonesia-di-tengah-pandemi-covid-19/46032352
Todaro, Michael P. and Smith, Stephen C (2003). Economic Development. UK: Pearson
Education Limited.
Yosepha Pusparisa, “5 Visi Jokowi Untuk Indonesia 2019-2024,” katadata.co.id, 2019,
https://katadata.co.id/infografik/2019/07/15/5-visi-jokowi-untuk-indonesia-2019-2024.

19

Anda mungkin juga menyukai