Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

MAKALAH EKONOMI MAKRO


PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Diajukan oleh:
Damar Tunggul Prasetya
NPM: 4302190144
Kelas/No Urut: 4-04/05
Dosen pengampu:
Doni Triono

Mahasiswa Program Studi Diploma III Manajemen Aset


Untuk Memenuhi Ulangan Tengah Semester
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Ekonomi Makro yang berjudul
“Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Doni Triono yang telah membantu saya
baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Saya menyadari, bahwa Makalah Ekonomi Makro yang saya buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga Makalah Ekonomi Makro ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Kebumen, 6 Juni 2021

Damar Tunggul P.

ii
DAFTAR ISIY
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

Latar Belakang...........................................................................................................1

Rumusan Masalah......................................................................................................2

Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

Produk Domestik Bruto di Indonesia........................................................................3

Indeks Harga Konsumen dan Inflasi..........................................................................5

Pentingnya Mengetahui Jumlah Pengangguran.........................................................6

Pengaruh PDB, IHK, dan Jumlah Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 8

BAB III PENUTUP......................................................................................................13

Kesimpulan..............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

iii
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kadar suatu negara dapat dikatakan maju adalah dengan bagaimana ekonomi mereka
berjalan. Perekonomian merupakan hal yang penting bagi suatu entitas bangsa. Perekonomian
merupakan suatu bentuk sistem yang berfungsi untuk mengatur serta menjalin kerjasama
dalam bidang ekonomi, dilakukan melalui hubungan antar manusia dan kelembagaan
(Dumairy dalam gunadarma.ac.id). Dengan adanya sistem ekonomi yang tepat akan
membawa suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik. Namun, apakah kita atau
masyarakat Indoenesia telah mengerti atau bahkan memahami arti dari suatu ekonomi dan
pentingya pertumbuhan ekonomi bagi bangsa?
Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke
waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara
(Todaro, 2005). Oleh karena itu identifikasi berbagai macam faktor yang memengaruhi perlu
dilakukan.
Pada era sekarang ini kata ekonomi merupakan hal yang sudah awam di telinga
masyarakat Indonesia. Bahkan tidak sedikit masyarakat kita sering membahas mengenai
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mulai dari golongan atas sampai bawah memberikan
asumsinya masing-masing tentang kondisi perekonomian di negeri ini. Ada yang berasumsi
bahwa pertumbuhan Indonesia naik secara nominal. Ada pula yang berasumsi bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia turun secara riil.
Namun, apakah pandangan mereka mengenai ekonomi di Indonesia sudah tepat?
Tentu saja harus ditelaah lebih dalam untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada
pola perekonomian kita saat ini. Ekonomi merupakan hal yang sangat fleksibel dan penuh
dengan dinamika perubahan. Hal itu disebabkan karena adanya kebijakan dari pemerintah
selaku pembuat aturan. Variabel lain pun berpengaruh terhadap pola pertumbuhan ekonomi
yang ada di Indonesia.
Data-data terkait cerminan ekonomi Indonesia akan menjawab pertanyaan tersebut.
Data-data itu meliputi Produk Domestik Bruto (PDB), Indeks Harga Konsumen (IHK), dan
jumlah pengangguran yang ada di Indonesia saat ini. Data tersebut akan menjawab secara
lebih baik karena data tersebut merupakan variabel yang ada dalam perhitungan ekonomi
suatu negara.

iv
Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa


permasalahaan sebagai berikut :
1. Apa itu PDB dan bagaimana PDB di Indonesia?
2. Apa itu IHK dan bagaimana IHK di Indonesia?
3. Apa pentingnya jumlah pengangguran bagi Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh PDB, IHK, dan jumlah pengangguran terhadap pertumbuhan
ekonomi serta keadaan ekonomi di Indonesia saat ini?
Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dengan penulisan makalah ini adalah:


1. Mengetahui pengertian PDB dan PDB di Indonesia;
2. Mengetahui pengertian IHK dan IHK di Indonesia;
3. Mengetahui pentingnya jumlah pengangguran bagi Indonesia;
4. Mengetahui pengaruh PDB, IHK, dan jumlah pengangguran terhadap pertumbuhan
ekonomi serta keadaan pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini.

v
BAB II PEMBAHASAN

Produk Domestik Bruto di Indonesia

Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa dalam perekonomian dikenal istilah
variabel Produk Domestik Bruto atau biasa disingkat PDB. Produk Domestik Bruto
merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di
dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun atau sering juga diartikan
sebagai keseluruhan nilai pasar semua jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu negara atau
masyarakat selama satu kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun (Arif, 2014). Hasil
produksi barang dan jasa yang merupakan produk perusahaan/orang asing yang beroperasi di
Indonesia akan dihitung menggunakan PDB. Barang modal yang merupakan barang hasil
yang penyusutannya belum dihitung oleh karenanya hasil dari PDB dianggap bersifat
kotor/bruto.
Jadi dapat diartikan bahwa PDB merupakan jumlah output total dalam batas wilayah
suatu negara dengan mengukur nilai jumlah barang dan jasa yang diproduksi pada batas
tersebut. Pendapatan warga negara yang bekerja di luar negeri tidak dimasukkan dalam
perhitungan PDB. Ilustrasinya ketika warga negara Indonesia (WNI) bekerja sebagai tenaga
kerja asing (TKA) di Malaysia, pendapatannya sebagai TKA tidak dihitung ke dalam PDB
Indonesia tetapi dihitung ke dalam PDB Malaysia.
Perhitungan PDB didasarkan pada seluruh aktivitas ekonomi yang merupakan nilai
tambah tanpa melihat apakah pelaku ekonominya merupakan masyarakat Indonesia atau
bukan. Oleh karena itu nilai yang didapat pada PDB merupakan nilai semu. Ada tiga
pendekatan yang bisa digunakan untuk perhitungan PDB yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pengeluaran, dan pendekatan pendapatan (Nopirin 2008 dalam Berlian, 2017).
Pada makalah ini akan dihitung berdasarkan pendekatan pengeluaran. Pengeluaran-
pengeluaran itu antara lain (Arif, 2014):
1. Konsumsi rumah tangga
Nilai perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis
kebutuhannya dalam satu tahun tertentu dinamakan pengeluaran konsumsi rumah tangga.

3
2. Pengeluaran pemerintah
Pembelian pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi pemerintah dan
investasi pemerintah. Konsumsi pemerintah adalah pembelian atas barang dan jasa yang akan
dikonsumsikan, seperti membayar gaji guru sekolah, membali alat-alat tulis dan kertas untuk
digunakan serta membeli bensin untuk kendaraan pemerintah. Sedangkan investasi
pemerintah adalah pengeluaran untuk membangun prasarana seperti jalan, sekolah, rumah
sakit dan irigasi.

3. Pembentukan modal tetap sektor swasta


Pembentukan modal tetap sektor swasta atau yang lebih dinyatakan sebagai investasi,
pada hakikatnya berarti pengeluaran untuk membeli barang modal yang dapat menaikan
produksi barang dan jasa di masa yang akan datang.
4. Ekspor neto
Ekspor neto adalah nilai ekspor yang dilakukan sesuatu negara dalam satu tahun
tertentu dikurangi dengan nilai impor dalam periode yang sama. Ekpor suatu negara, seluruh
atau sebagian dari nilainya, merupakan barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri.
Setelah mengetahui pengertian PDB dan pengeluaran-pengeluaran terkait yang
memengaruhi, bagaimana keadaan PDB di Indonesia belakangan ini? Menghimpun dari
data Badan Pusat Statistik, PDB Indonesia pada tahun 2019-2021 terpantau turun. Pada
tahun 2019 total PDB yang didapat sebesar Rp10.949.038 dan pada tahun 2020 sebesar
Rp10.722.443. Hal tersebut menggambarkan bahwa total PDB Indonesia dari tahun 2019-
2020 turun sebesar Rp226.595 atau secara persentase turun sekitar 1,04 persen.
Kemudian jika dihitung secara triwulan, perbandingan keadaan PDB pada triwulan
pertama tahun 2020 yaitu 0,37 persen lebih tinggi daripada triwulan pertama tahun 2021.
Selain itu pada tahun 2020, PDB diproyeksikan berfluktuasi tidak stabil karena naik turunnya
nilai PDB.
Pada tahun 2021 PDB turun sekitar 0,4 persen dari PDB di tahun sebelumnya pada
triwulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh menurunnya konsumsi rumahtangga dan konsumsi
pemerintah disertai kenaikan impor barang dan jasa. Walaupun di sisi lain perubahan
inventorinya bernilai positif hal itu masih belum cukup untuk meningkatkan PDB di tahun
2021.

4
Dapat disimpulkan bahwa keadaan PDB di Indonesia terdepresiasi pada tahun ini.
Dari tahun 2019 sampai 2021, PDB Indonesia berfluktuasi naik turun dan berakhir turun pada
triwulan pertama tahun 2021. Hal itu disebabkan oleh naik turunnya faktor-faktor
penghitung PDB. Konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap,
dan ekspor/impor barang. Selain itu faktor lain seperti konsumsi Lembaga Non Profit pelayan
Rumah Tangga (LNPRT), perubahan invetori, dan diskrepansi statistik ikut memengaruhi
hasil nilai PDB.
Indeks Harga Konsumen dan Inflasi

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang tinggi.


Menurut BPS, jumlah penduduk Indonesia tahun 2020 sebesar 270,20 juta jiwa, bertambah
32,56 juta sejak tahun 2010. Kenaikan jumlah penduduk ini tentunya akan berpengaruh
besar terhadap ekonomi khususnya pada harga barang dan jasa. Kenaikan jumlah penduduk
yang tidak disertai dengan kenaikan produksi akan membuat apa yang disebut kelangkaan.
Kelangkaan tadi dapat menimbulkan naiknya harga barang dan jasa atau biasa disebut
inflasi. Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (excess demand) terhadap
barang dan jasa secara keseluruhan (Gunawan (1995) dalam Adrian, 2012). Sedangkan
menurut Mankiw (2000) dalam Adrian (2012) menyatakan bahwa inflasi merupakan
peningkatan dalam seluruh tingkat harga.
Mengantisipasi hal ini, maka diperlukan suatu indikator untuk tetap menjaga
stabilitas ekonomi. Hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah mengetahui
perkembangan kondisi harga barang dan jasa yang dibayar oleh masyarakat. Indikator yang
dapat digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).
Indeks Harga Konsumen atau IHK adalah angka indeks yang menggambarkan
perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat secara umum pada suatu
periode tertentu dengan periode waktu yang telah ditetapkan (Berlian, 2017). Kemudian
menurut data BPS (2014), IHK adalah suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan
harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
penduduk/rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.
Lalu bagaimana keadaan IHK dan inflasi di Indonesia? Menurut data BPS tingkat
inflasi di Indonesia menurun selama tiga tahun terakhir belakangan ini. Sejak tahun 2019

5
sampai tahun 2021, inflasi di Indonesia mengalami depresiasi yang signifikan. Pada tahun
2020 tingkat inflasi tercatat sebesar 1,68%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
2,72% atau menurun sekitar 1,04 persen. Kemudian pada tahun 2021 tepatnya sampai akhir
bulan April, tingkat inflasi berada pada angka 0,58% atau turun sebesar 0,17 persen dari
empat bulan terakhir tahun 2020.
Semua hal di atas disebabkan oleh menurunnya IHK setiap bulan secara riil.
Walaupun jika dilihat IHK mengalami kenaikan secara nominal setiap bulannya, keadaan
riilnya mengalami penurunan. Karena inflasi dihitung berdasarkan IHK dengan rumus

IHKsekarang−IHKkemarin
hitungan Inflasi= × 100 atau misal dicontohkan inflasi pada
IHKsekarang

106,15−106,06
bulan Maret 2021 sebesar × 100=0,08 % turun 0,02% dari bulan Februari
106,15
2021. Maka berdasarkan perhitungan ini dan hasil inflasi yang cenderung turun setiap
bulannya, dapat membuktikan bahwa IHK Indonesia cenderung mengalami penurunan secara
riil setiap bulan.
Namun, pada bagian akhir inflasi mengalami kenaikan sebesar 0,05%. Pada bulan
April 2021 inflasi menyentuh angka 0,13% dari bulan sebelumnya sebesar 0,08%. Hal ini
mengartikan juga bahwa dalam kurun waktu belakangan ini inflasi di Indonesia mengalami
kenaikan secara signifikan.
Pentingnya Mengetahui Jumlah Pengangguran

Meningkatnya jumlah pengangguran di setiap negara berdampak pada keadaan


ekonomi di negara yang bersangkutan. Jumlah pengangguran merupakan banyaknya orang
yang tidak bekerja, belum mendapat pekerjaan, atau sedang mencari pekerjaan. Menurut
Sukirno (1994) dalam Muhammad & Ike (2018), pengangguran merupakan suatu keadaan
dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut. Kemudian menurut Kaufman
& Hotchkiss (1999) dalam jurnal yang sama mengatakan bahwa pengangguran merupakan
suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang
melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan.

6
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan dengan
jumlah angkatan kerja yang besar, Indonesia memiliki tingkat pengangguran sebesar 7,07
persen dari 138,22 juta angkatan kerja menurut data BPS. Angka ini didapat dari tingkat
pengangguran terbuka Indonesia.
Perhitungan jumlah pengangguran ini didasarkan pada tingkat pengangguran terbuka
menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Pendidikan tertinggi yang ditamtkan itu
meliputi tidak/belum pernah sekolah, tidak/belum tamat SD, SD, SMP, SMA, SMK,
akademi/diploma, dan universitas.
Keadaan pengangguran terakhir di Indonesia saat ini pada bulan Agustus 2020
berdasarkan total pendidikan tertinggi yang ditamatkan mencapai 9.767.754 jiwa. Angka
tersebut didominasi oleh lulusan SMA sebanyak 2.662.444 jiwa, diikuti lulusan SMK
sebanyak 2.326.599 jiwa. Tidak/belum pernah sekolah merupakan unsur paling sedikit, hanya
sekitar 31.379 jiwa yang menganggur pada kondisi ini. Namun, hal ini wajar dikarenakan
secara riil memang penduduk Indonesia yang tidak/belum pernah sekolah memang sedikit.
Apalagi dengan adanya kebijakan wajib belajar 12 tahun oleh pemerintah.
Kemudian jumlah pengangguran di Indonesia mengalami fluktuasi yang cukup tinggi.
Sejak bulan Februari 2019 jumlah total pengangguran di Indonesia sebanyak 6.898.796 jiwa
dan naik pada bulan Agustus menjadi 7.104.424 jiwa, naik sekitar 1,46 persen.
Hal yang sama juga dialami pada tahun 2020, di mana jumlah pengangguran
mengalami kenaikan sejak bulan Februari 2020 sebanyak 6.925.486 jiwa menjadi 9.767.754
jiwa pada bulan Agustus. Namun pada periode ini kenaikannya sangat tajam sekitar 17
persen.
Penyebabnya karena pengangguran pada semua unsur pendidikan tertinggi yang
ditamatkan pada tahun 2020 naik secara bersamaan, kecuali pada unsur tidak/belum pernah
sekolah yang turun sendirian.
Jumlah pengangguran tertinggi memang didominasi oleh lulusan SMA. Terpantau
sejak bulan Feberuari 2019 sampai pada Agustus 2020, lulusan SMA menjadi penyumbang
angka pengangguran paling banyak. Angka yang didapat dari lulusan SMA selalu di atas 1,5
juta jiwa.
Kenaikan pengangguran yang tinggi ini tidak lepas dari adanya pandemi COVID-19.
Masyarakat yang terkena PHK karena pandemi menambah jumlah pengangguran di

7
Iindonesia. Selain itu fresh graduate yang kesulitan mencari kerja karena dampak pandemi
mambuat bobot pengangguran di Indonesia semakin naik.

Pengaruh PDB, IHK, dan Jumlah Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara ditandai dan diukur dengan tingkat Produk
Domestik Bruto dan keseluruhan performa ekonomi suatu negara dilihat dari tingkat
pertumbuhan ekonomi. BPS mengatakan bahwa PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di
suatu perekonomian. Kesejahteraan dan kemajuan suatu perekonomian ditentukan oleh
besarnya pertumbuhan yang ditunjukkan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan
output dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka pendek. Menurut Adam
Smith pemerintah memiliki tiga fungsi utama dalam mendukung perekonomian yaitu (1)
memelihara keamanan dalam negeri dan pertahanan; (2) menyelenggarakan peradilan; dan
(3) menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta, seperti infrastruktur
dan fasilitas umum.
Menurut Todaro dalam pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terdapat tiga komponen
penentu utama yaitu: (i) akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi
baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan sumberdaya manusia; (ii) pertumbuhan
penduduk yang meningkatkan jumlah angkatan kerja di tahun-tahun mendatang; (iii)
kemajuan teknologi. Hal ini sejalan dengan apa yang dibahas sebelumnya mengenai PDB,
IHK serta inflasinya, dan jumlah pengangguran.
PDB sebagai salah satu penentu utama bagaimana perekonomian bangsa akan
meningkat. Hal ini dikarenakan pada PDB terdapat kebijakan-kebijakan pemeritah yang
secara langsung berdampak pada nilai PDB. Konsumsi pemerintah, kebijakan ekspor/impor,
investasi pemerintah merupakan hal yang dapat memengaruhi nilai PDB.
Kebijakan yang dimiliki oleh pemerintah ini merupakan kebijakan fiskal. Kebijakan
fiskal adalah kebijakan pemerintah sehubungan dengan tingkat pembelian pemerintah,

8
transfer dan struktur pajak. Kebijakan fiskal juga dapat dipahami sebagai kebijakan ekonomi
yang dilakukan oleh pemerintah melalui merubah-rubah (menaikkan atau menurunkan)
penerimaan negara dan atau pengeluaran negara dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Ruang lingkup kebijakan yaitu pada sektor pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak
sehingga disebut juga sebagai kebijakan anggaran.
Besarnya pengeluaran pemerintah yang memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi memiliki batas tertentu. Pengeluaran pemerintah akan mendukung
pertumbuhan ekonomi apabila pemerintah mampu menciptakan kondisi di mana besarnya
share pengeluaran pemerintah terhadap tingkat output seluruhnya dapat digunakan untuk
menyediakan barang publik yang digunakan sebagai input produksi yang kompetitif.
Oleh karena itu, PDB sangat berpengaruh terhadap petumbuhan ekonomi di
Indonesia. Semakin tinggi nilai PDB, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tumbuh secara baik. Karena pertumbuhan PDB memiliki dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, semakin tumbuh tinggi nilai PDB maka semakin tinggi pula
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun keadaan PDB yang mengalami fluktuasi dan diakhiri dengan penurunan akhir-
akhir ini menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami penurunan.
Penurunan ini merupakan akibat dari dampak positif yang diberikan oleh PDB. Ketika PDB
terdepresiasi maka pertumbuhan ekonomi juga ikut terdepresiasi.
Selanjutnya mengenai IHK dan inflasi yang merupakan komponen tidak lepas selama
membahas perekonomian. Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan
perkembangan ekonomi. Inflasi atau kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk
terhadap perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negeri itu tidak dapat
bersaing di pasar internasional sehingga ekspor menurun. Sebaliknya, harga-harga produksi
dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor
menjadi relatif murah maka impor akan lebih banyak dilakukan. Menurunnya ekspor dan
meningkatnya impor akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing,
dan kedudukan neraca pembayaran akan memburuk yang berpengaruh terhadap pendapatan
nasional (Sukirno, 2005:339).
Selain itu, naiknya harga-harga yang tidak diimbangi dengan adanya penghasilan
tambahan akan menurunkan daya beli (purchasing power parity) masyarakat. Ketika

9
purchasing power parity turun, maka akan turut berpengaruh terhadap produsen. Menurunnya
purchasing power parity akan meningkatkan terjadinya peningkatan biaya produksi yang
menyebabkan output riil yang dihasilkan pada suatu periode menjadi berkurang jika
dibandingkan periode sebelumnya.
Teori-teori yang menggambarkan hubungan (relationship) antara inflasi dan
pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Teori Pertumbuhan Klasik (Classical Theories)
Teori Pertumbuhan Klasik ini diperkenalkan oleh Adam Smith yang
mengutamakan faktor sisi penawaran (supply side) dimana fungsi produksi
sebagai acuannya. Fungsi produksi yang dimaksud adalah: Y=ƒ(L, K, T),
dimana:Y= Pendapatan L= Buruh K= Modal T= Tanah Y sebagai pendapatan
dapat dijelaskan sebagai pertumbuhan ekonomi. L sebagai buruh dapat dijelaskan
sebagai penduduk. K sebagai modal dapat dijelaskan sebagai investasi dan T
sebagai luas areal tanah. Maka Y sebagai pendapatan dan dijelaskan sebagai
pertumbuhan ekonomi (gy)merupakanfungsi dari pertumbuhan penduduk (gL),
pertumbuhan investasi (gK), pertumbuhan areal tanah (gT), dan pertumbuhan
produktifitas (gf) dimana produktifitas ini berasal dari faktor produksi L, K, dan T
atau gy=Φ(gf, gL, gK, gT)
2. Teori Keynes (Keynesian Theories)
Teori Keynes menjelaskan hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi
dimana keistimewaan teori ini adalah di dalam jangka-pendek (short-run) kurva
penawaran agrigat (AS) adalah positif. Kurva AS positif adalah harga naik dan
outputjuga naik. Selanjutnya hubungan yang selanjutnya secara hipotesisnya
kepada hubungan jangka panjang (long-run relationship) antara inflasi dan
pertumbuhan ekonomi dengan dimana inflasi naik akan tetapi pertumbuhan
ekonomi turun. Keadaan ini membenarkan pembuktian secara empiris dari
beberapa penelitian yang berhubungan dengan hubungan antara inflasi dan
pertumbuhan ekonomi bahwa inflasi yang tinggi menyebabkan pertumbuhan
ekonomi turun.
3. Teori Uang dan Moneter (Money and Moneterism theories)

10
Teori Uang dan Moneter ini fokus ke dalam komponen sisi penawaran jangka-
panjang (long-run supply side properties) dimana Quantity Theory of Money dan
Neutrality of Money merupakan dua teori yang mendukung komponen sisi
penawaran jangka-panjang ini. Dalam Quantity Theory of Money,
Friedmanmenghubungkan inflasi dengan pertumbuhan ekonomi dengan
menyamakan jumlah total uang yang dibelanjakan dengan jumlah total uang yang
ada (money stock) di dalam ekonomi. Friedman mengusulkan bahwa inflasi yang
terjadi diakibatkan oleh uang beredar (money supply) lebih besar efeknya
daripada akibat pertumbuhan ekonomi (tingkat produksi). Friedman
menyimpulkan bahwa dalam jangka panjang inflasi diakibatkan oleh jumlah
pertumbuhan uang dan tidak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Jika
pertumbuhan uang beredar lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi maka
inflasi terjadi.
4. Teori Neo-Klasikal (Neo-Classical Theories)
Salah satu model Neo-Klasik dulunya digambarkan oleh Solow (1956) dan Swan
(1956). Faktor utama mempengaruhi pertumbuhan jangka-panjang dalam teori ini
adalah perubahan teknologi yang menggantikan investasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan jangka-panjang tersebut merupakan faktor eksogen
(exogenous factors) termasuk faktor inflasi. Sementara Mundell (1963) salah satu
yang pertama menerangkan mekanisme yang berhubungan dengan inflasi dan
pertumbuhan ekonomi terpisah dari permintaan yang berlebihan (excess demand)
terhadap komoditi. Mundell menegaskan bahwa inflasi atau ekspektasi inflasi
mengurangi harta seseorang atau inflasi atau ekspektasi inflasi mengurangi bunga
uang tersebut (pada saat dibelanjakan). Dengan demikian orang beralih
menyimpan uang ke dalam bentuk aset yang mengandung bunga (interest bearing
assets). Banyaknya simpanan menambah banyaknya akumulasi kapital dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
5. Teori Pertumbuhan Endogen (Endogenous Growth Theories)
Pertumbuhan ekonomi hanya bergantung kepada satu variabel yaitu keuntungan
dari kapital tersebut (rate of return on capital). Karena inflasi ini menurunkan
jumlah keuntungan (rateof return), maka mengurangi akumulasi kapital (capital

11
accumulation) dan akibatnya menurunkan pertumbuhan ekonomi. Teori ini
mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan terus terjadi akibat dari jatuhnya
keuntungan kapital tidak melebihi tingkat kritikalnya dan individu akan terus
berinvestasi dan menambah kapital akumulasi yang seterusnya menaikkan
pertumbuhan ekonomi. Teori Pertumbuhan Endogen ini dikembangkan dengan
menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh kapital manusia
(human capital) dan kapital fisik (physical capital).
Seperti pembahasan IHK dan inflasi sebelumnya bahwa keadaan IHK dan inflasi di
Indonesia cenderung turun. Namun, pada kurun waktu terakhir atau data terbaru inflasi
mengalami kenaikan yang cukup siginifikan. Hal ini berdampak buruk bagi pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Kenaikan inflasi akan mengakibatkan harga suatu barang terhadap
nilai barang naik. Artinya barang dan jasa yang ada di Indonesia menjadi mahal dan cukup
sulit dijangkau oleh masyarakat Indonesia khususnya golongan bawah.
Jika hal ini terjadi di Indonesia saat ini maka keadaan perekonomian Indonesia dapat
dikatakan kurang baik secara sosial. Artinya pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan
akibat kenaikan inflasi yang menyebabkan harga barang dan jasa naik.
Kemudian terkait jumlah pengangguran di Indonesia, pertumbuhan ekonomi juga
ikut terdampak. Menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan dalam masyarakat
disebabkan oleh tingginya tingkat pengangguran. Suatu negara dapat menghasilkan dampak
negative terhadap perekonomian negara disebabkan oleh tingginya tingkat pengangguran.
Dengan tingkat pengangguran yang tinggi maka angka kemiskinan di Indonesia juga akan
naik. Sebaliknya jika tingkat pengangguran turun maka kemiskinan juga turun.
Faktor yang sangat berdampak dalam penurunan kemiskinan pendapatan (income
poverty) adalah pertumbuhan ekonomi (Wahyudi, 2010). Menurut studi ekonomi
menurunnya tingkat kemiskinan sangat berpengaruh dengan pertumbuhan ekonomi. Secara
prinsip, pengentasan kemiskinan menjadi persyaratan yang pertama terhadap pertumbuhan
ekonomi, sedangkan yang kedua yaitu menjamin bahwa pertumbuhan tersebut adalah pro-
poor.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengaruh tingkat pengangguran di
Indonesia berdampak negatif. Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin turun
pertumbuhan ekonominya. Keadaan di Indonesia saat ini seperti dikatakan sebelumnya

12
bahwa pengangguran Indonesia naik pesat. Hal ini memicu pelemahan ekonomi dalam
pertumbuhannya. Artinya pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami penurunan terkait
dengan pertumbuhan tingkat pengangguran.

13
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi


merupakan suatu indikator yang penting bagi ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi
yang baik akan menghasilkan keadaan bangsa yang makmur dan sejahtera. Pembangunan
akan dapat dilaksanakan dengan matang bila kondisi ekonominya stabil atau meningkat.
Kemudian berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa keadaan
ekonomi di Indonesia saat ini sedang turun. Hal itu ditandai dengan memburuknya faktor-
faktor perekonomian. Faktor itu seperti Produk Domestik Bruto (PDB), Indeks Harga
Konsumen (IHK) serta inflasi, dan jumlah pengangguran.
PDB berdampak positif pada laju pertumbuhan ekonomi, karena ketika PDB
mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi juga menurun seperti yang sedang terjadi
saat ini. Sedangkan IHK yang membuat inflasi naik berdampak negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Karena, ketika inflasinya meningkat maka pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan. Begitu juga dengan jumlah pengangguran. Ketika keadaan jumlah pengangguran
naik maka perekonomian akan mengalami penurunan.
Sudah saatnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan menangani hal ini. Tingkat
PDB yang mengalami penurunan, inflasi yang terus meningkat, dan bertambahnya angka
pengangguran sebagai penyebab meredupnya pertumbuhan ekonomi negeri.
Pemerintah harus tanggap dan tepat dalam membereskan permasalahan ini. Dengan
kebijakan-kebijakan tertentu yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Sehingga
walaupun dalam kondisi darurat sekalipun (COVID-19) masyarakat dapat hidup sejahtera
dengan naiknya perekonomian bangsa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Website Badan Pusat Statistik (BPS)

Arif, D. (2014). Pengaruh produk domestik bruto, jumlah uang beredar, inflasi dan BI
rate terhadap indeks harga saham gabungan di Indonesia periode 2007-2013. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Bisnis, 19(3).
Karlina, B. (2017). Pengaruh tingkat inflasi, indeks harga konsumen terhadap PDB di
Indonesia pada tahun 2011-2015. Jurnal Ekonomika dan Manajemen, 6(1), 16-27.
Sutawijaya, A. (2012). Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Terhadap Inflasi Di
Indonesia. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 8(2), 85-101.
Syairozi, M. I., & Susanti, I. (2018). Analisis Jumlah Pengangguran dan
Ketenagakerjaan terhadap Keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten
Pasuruan. Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis, 9(2), 198-208.
Ma’ruf, A., & Wihastuti, L. (2008). Pertumbuhan ekonomi indonesia: determinan dan
prospeknya. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 9(1), 44-55.
Septiawan, D. A., Hidayat, R. R., & Sulasmiyati, S. (2016). Pengaruh Harga Minyak
Dunia, Inflasi, dan Nilai Tukar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Studi Pada
Tahun 2007-2014). Jurnal Administrasi Bisnis, 40(2), 130-138.
Lubis, I. F. (2014). Analisis Hubungan Antara Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi:
Kasus Indonesia. Quantitative Economics Journal, 3(1).
Paramita, A. I. D., & Purbadharmaja, I. P. (2015). Pengaruh Investasi dan
Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Kemiskinan di Provinsi Bali. E-Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 4(10), 44574.

15
16

Anda mungkin juga menyukai