EKONOMIKA PENGANTAR
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Puji syukur yang dalam saya sampaikan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya Makalah ini dapat saya selesaikan sesuai
yang diharapkan. Makalah ini merupakan makalah Ekonomika Pengantar dengan
materi Ekonomi Makro. Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur
sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan dapat dimengerti dan
dipahami oleh para pembacanya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen
Pengantar dan memperdalam materi Ekonomi Makro tentang Pengaruh Ekspor
dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia dengan di bimbing oleh
dosen mata kuliah Ekonomika Pengantar Ibu Sri Astuti, S.E., M.M.
Saya sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, dalam penyusunan makalah masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna dalam penyusunan makalah ini bisa lebih baik lagi di masa yang
akan datang. Harapan saya, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi
pengetahuan serta ilmu sebagai pembelajaran bagi para pembacanya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan permasalahan di atas, makalah ini mengambil judul “Pengaruh
Ekspor dan Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” sebagai bentuk
karya tulis yang memaparkan tentang ekspor impor di Indonesia.
2
2. Dapat mengetahui atau lebih mengenal kelebihan dan kekurangan dari pengaruh
ekspor impor bagi perekonomian di Indonesia.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
• Pengertian Impor
Impor adalah barang atau jasa yang dibeli di satu negara dan diproduksi di
negara lain. Impor merupakan bagian dari perdagangan internasional. Istilah impor
dapat diartikan sebagai kegiatan membeli barang dari luar negeri dan menjualnya di
dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Badan/perorangan yang
melakukan kegiatan tersebut disebut importir.
Kegiatan impor dilakukan apabila harga bahan yang dikirim di dalam negeri
lebih rendah daripada di luar negeri. Menurut undang-undang Republik Indonesia,
importasi adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Impor
secara harfiah dapat dipahami sebagai kegiatan memasukkan barang dari luar negeri
ke dalam wilayah pabean kita (Susilo, 2008). Jika suatu negara mengimpor lebih
dari ekspornya, negara tersebut memiliki neraca perdagangan negatif (BOT), juga
dikenal sebagai defisit perdagangan.
Negara cenderung mengimpor barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi
oleh industri dalam negeri seefisien atau semurah negara pengekspor. Negara juga
dapat mengimpor bahan baku dan barang yang tidak tersedia di dalam
perbatasannya. Misalnya, banyak negara mengimpor minyak karena mereka tidak
dapat memproduksinya di dalam negeri atau dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi permintaan mereka. Perjanjian dan tarif perdagangan bebas sering
menentukan barang dan bahan mana yang lebih murah untuk diimpor. Besarnya
nilai impor tergantung dari besarnya tingkat pendapatan nasional negara tersebut,
semakin tinggi pendapatan nasional maka semakin rendah produksi barang dalam
negeri maka semakin tinggi pula nilai impor karena hilangnya banyak pendapatan
nasional.
Dapat disimpulkan bahwa ekspor dan impor adalah dua istilah yang saling
terkait yang menggambarkan suatu kegiatan perdagangan internasional yang
melibatkan setidaknya dua pihak. Kegiatan impor dan ekspor merupakan faktor
yang sangat penting bagi kesejahteraan suatu negara dan masyarakatnya di bidang
ekonomi.
5
• Tujuan Ekspor dan Impor
Secara umum, tujuan dilakukannya aktivitas ekspor impor merupakan pada
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakatnya dan menambah devisa negara pada
pencapaian kehidupan yg sejahtera. Namun, apabila kedua kata aktivitas tersebut
dipilah, maka keduanya mempunyai tujuan yg tidak sama tetapi saling berkaitan.
Berikut ini tujuan dilakukannya kegiatan ekspor, yaitu:
o Untuk membuka pasar baru di luar negeri
o Untuk memperoleh laba berupa devisa
o Untuk memperoleh harga jual yang tinggi
Adapun tujuan kegiatan impor dilakukan oleh importir, antara lain:
o Kebutuhan masyarakat negara importir terpenuhi
o Kebutuhan material/barang produksi dapat diperoleh dari negara lain
o Barang/ material yang diperoleh dari negara lain lebih terjangkau
6
adanya kegiatan ekspor yang berperan dalam perluasan produk lokal, secara
tidak langsung akan meningkatkan lapangan kerja dalam negeri. Misalnya,
seperti kasus batik sebelumnya yang kegiatan produksinya meningkat
dikarenakan meningkatnya permintaan pasar dunia. Dengan begitu, untuk
memproduksi batik yang efisien sesuai dengan jumlah permintaan dibutuhkan
penambahan tenaga kerja sehingga dibukalah lowongan kerja. Oleh karena itu,
angka pengangguran akan berkurang.
d. Meningkatkan hubungan kerjasama antarnegara perdagangan
Hubungan kerjasama ini terjalin karena peran penting masing negara terhadap
ketersediaan kebutuhan material/jasa masing masing negara. Selain negara
eksportir, negara importir juga memperoleh banyak manfaat dari kegiatan
ekspor impor. Berikut ini beberapa manfaatnya, yaitu:
a. Memperoleh bahan baku
Bahan baku sangat penting dalam kegiatan produksi suatu barang.
Ketersediaan pasokan bahan baku harus terkontrol agar kegiatan produksi
berjalan lancar. Nah, biasanya bahan baku yang diproduksi di dalam negeri
relatif lebih mahal dibandingkan dengan yang diproduksi di luar negeri
bahkan terkadang tidak tersedia di dalam negeri. Oleh karena itu, produsen
dalam negeri cenderung mengimpor bahan baku dari luar negeri.
b. Memperoleh barang dan jasa yang tidak bisa diproduksi sendiri
Setiap negara kaya akan hasil alam dengan jenis yang berbeda-beda.
Sedangkan pemenuhan kebutuhan tidak semerta-merta cukup dengan
pasokan yang ada di dalam negeri. Oleh karena itu, kegiatan impor
dilakukan sehingga barang dan jasa yang tidak ada di dalam negeri dapat
tersedia untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya.
c. Memperoleh teknologi modern
Teknologi modern berperan penting terhadap kemudahan produksi
material/barang terentu. Namun, pada negara berkembang seperti
Indonesia ketersediaan teknologi modern masih sangat minim. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka Indonesia melakukan kegiatan impor
teknologi dari luar negeri untuk mendukung kegiatan produksi yang lebih
efisien.
7
d. Menambah pemasukan atau pendapatan negara
Pemasukan atau pendapatan negara dapat bertambah dipengaruhi oleh
faktor nilai jual barang lebih mahal dibandingkan nilai yang dibeli dari
kegiatan ekspor.
8
Meskipun pembatasan jumlah barang impor dilakukan, namun tetap saja
masih ada dampak negatif yang muncul. Dampak negatif dari pembatasan kegiatan
impor tersebut, antara lain:
a. Produsen kurang efisien dalam kegiatan produksi
Ketidakefisienan produksi produk dalam negeri terjadi akibat kurangnya daya
saing dalam upaya untuk meningkatkan mutu produksi.
b. Lesunya perdagangan Internasional
Perdagangan menjadi lesu dapat diawali akibat pembatasan kegiatan
perdagangan dari salah satu pihak yang kemudian pihak lain melakukan
pembalasan karena merasa dirugikan.
c. Pertumbuhan perekonomian negara terganggu
Terganggunya pertumbuhan perekonomian dipicu oleh faktor perdagangan yang
lesu, dikarenakan jumlah devisa yang diterima negara mengalami penurunan.
9
dan abu, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan produk kayu, serta
timah yang menyumbang 58,80% dari total ekspor.
Di sisi lain, peran ekspor nonmigas selain 10 komoditas pada Januari-Oktober
2008 sebesar 41,20 persen. Jepang tetap menjadi eksportir terbesar dengan nilai
$11,8 miliar (12,80%), Amerika Serikat sebesar $10,67 miliar (11,57%) dan
Singapura sebesar 8,67 miliar). Peran dan perkembangan ekspor nonmigas
Indonesia menurut sektoral periode Januari-Oktober 2008 dibandingkan tahun 2007
dapat dilihat pada ekspor hasil pertanian, industri, pertambangan dan lainnya,
masing-masing sebesar 34,65%, 21,04%, dan 21,57%. meningkat masing-masing.
Diukur dari kontribusi total ekspor Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor
industri sebesar 64,13%, kontribusi ekspor pertanian sebesar 3,31%, kontribusi
ekspor pertambangan sebesar 10,46%. Bagian minyak dan gas adalah 22,10%.
Meskipun secara umum kondisi ekspor Indonesia membaik dan menguat, namun
tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi ekspor Indonesia mengalami penurunan sejak
awal krisis keuangan global. Misalnya, ekspor pada bulan September turun 2,15%
atau $12,23 miliar dibandingkan Agustus 2008. Namun jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, meningkat sebesar 28,53%.
10
Sementara itu, dari total nilai impor nonmigas Indonesia selama periode
tersebut sebesar USD64,62 miliar atau 76,85 persen berasal dari 12 negara utama,
yaitu China sebesar USD12,86 miliar atau 15,30 persen, diikuti Jepang sebesar
USD12,13 miliar (14,43 persen). Berikutnya Singapura berperan 11,29 persen,
Amerika Serikat (7,93 persen), Thailand (6,51 persen), Korea Selatan (4,97 persen),
Malaysia (4,05 persen), Australia (4,03 persen), Jerman (3,19 persen), Taiwan (2,83
persen), Prancis (1,22 persen), dan Inggris (1,10 persen). Sedangkan impor
Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22 persen dan dari Uni Eropa 10,37 persen.
11
Sementara itu, peranan ekspor nonmigas di luar 10 golongan barang pada
Januari – Oktober 2008 sebesar 41,20%. Peranan dan perkembangan ekspor
nonmigas Indonesia menurut sektor untuk periode Januari – Oktober tahun 2008
dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk pertanian, produk industri
serta produk pertambangan dan lainnya masing-masing meningkat 34,65%, 21,04%,
dan 21,57%. Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-
Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13%, sedangkan
kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31%, dan kontribusi ekspor
produk pertambangan adalah sebesar 10,46%, sementara kontribusi ekspor migas
adalah sebesar 22,10%.
Secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak
dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia
semakin menurun. Ekspor per September yang sempat mengalami penurunan 2,15%
atau menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun,
dari tahun ke tahun mengalami kenaikan sebesar 28,53%. Keadaan impor di
Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan barang,
peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama Oktober
2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari
6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89 persen.
Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58 persen menjadi
19,12 persen. Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas
Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan
peranan terbesar yaitu 17,99 persen, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15
persen, besi dan baja sebesar 8,80 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98
persen, bahan kimia organik sebesar 5,54 persen, plastik dan barang dari plastik
sebesar 4,16 persen, dan barang dari besi dan bajasebesar 3,27 persen.
Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah
tiga persen yaitu pupuk sebesar 2,43 persen, serealia sebesar 2,39 persen, dan kapas
sebesar 1,98 persen. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70
persen dari total impor nonmigas dan 50,76 persen dari total impor keseluruhan.
12
2.5 Perkembangan Ekspor, Impor, dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Sementara itu, peranan ekspor nonmigas pada luar 10 golongan barang dalam
Januari – Oktober 2008 sebanyak 41,20%. Peranan & perkembangan ekspor
nonmigas Indonesia dari sektor buat periode Januari – Oktober tahun 2008
dibanding tahun 2007 bisa ditinjau dalam. Ekspor produk pertanian, produk industri
dan produk pertambangan & lainnya masing-masing semakin tinggi 34,65%,
21,04%, & 21,57%. Dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap ekspor holistik
Januari-Oktober 2008, donasi ekspor produk industri merupakan sebanyak 64,13%,
sedangkan donasi ekspor produk pertanian merupakan sebanyak 3,31%, & donasi
ekspor produk pertambangan merupakan sebanyak 10,46%, ad interim donasi
ekspor migas merupakan sebanyak 22,10%.
Febriyanti, D. (2019) menjelaskan bahwa secara teoritis variabel independen
seperti impor dan ekspor secara simultan berdampak positif terhadap produk
domestik bruto Indonesia. Beberapa ekspor berdampak positif terhadap produk
domestik bruto Indonesia dan beberapa impor berdampak negatif terhadap produk
domestik bruto Indonesia. Ekspor memiliki pengaruh yang lebih dominan dalam
mempengaruhi produk domestik bruto Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun 2017.
Berikut adalah data ekspor, impor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun
1999 sampai dengan tahun 2020.
Tabel 1. Perkembangan Ekspor, Impor dan Pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dari tahun 1999-2020
Tahun Pertumbuhan Ekspor Impor
Ekonomi (%) (Juta US$) (Juta US$)
1999 0.79 48665.5 24003.3
2000 4.92 62124.0 33514.8
2001 3.64 56323.1 30962.1
2002 4.50 57105.8 31288.9
2003 4.78 61034.5 32550.7
2004 5.03 71584.6 46524.5
2005 5.69 85659.9 57700.9
2006 5.50 100798.6 61065.5
2007 6.35 114101.0 74473.4
13
2008 6.01 137020.4 129197.3
2009 4.63 116510.0 96829.2
2010 6.22 157779.0 135663.3
2011 6.17 203496.6 177435.7
2012 6.03 190031.8 191691.0
2013 5.56 182551.9 186628.7
2014 5.01 176292.7 178178.8
2015 4.88 150393.3 142694.5
2016 5.03 144489.7 135652.8
2017 5.07 168828.2 156985.5
2018 5.17 180012.7 188711.2
2019 5.02 167683.0 170727.4
2020 5.05 163306.5 141568.8
Sumber: Badan Pusat Statistik, World Bank (diolah)
Pertumbuhan ekonomi pada Indonesia selama tahun 1999 s.d 2020 tampak
pada keadaan yg fluktuatif tiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
tahun 1999 yg berada pada nomor 0.79 % dampak berdasarkan krisis ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berdasarkan tahun 1999 s.d 2020 secara homogen-homogen
mencapai 5.04 %. Tetapi keadaan dirasa relatif bergejolak yaitu dalam tahun 2009
dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Disisi lain, dalam tahun
2009 nilai ekspor & impor Indonesia jua mengalami penurunan. Hal ini cenderung
ditentukan sang perubahan ekspor, impor & lain sebagainya.
Jika dilihat dari ekspor pada tahun 1999 s.d 2020 terlihat berfluaktif, pada
tahun 1999 ekspor sebesar US$ 48665.5 juta kemudian tahun 2000 meningkat yaitu
sebesar US$ 62124 yang kemudian mengalami penurunan pada tahun 2001 dan
ekspor meningkat kembali pada tahun 2002 s.d 2003. Pada tahun 2004 ekspor
sebesar US$ 71.584,6 juta kemudian tahun 2005 ekspor meningkat yaitu sebesar
US$ 85.659,9 dan meningkat kembali pada tahun 2006 s.d 2008 dan pada tahun
2009 mengalami penurunan yaitu sebesar US$ 116.510 juta, tahun 2010 mengalami
peningkatan kembali sebesar US$ 157.779 juta dan tahun 2011 sebesar US$
203.496,6 juta. Dan pada tahun 2012 s.d 2016 mengalami penurunan dan
14
peningkatan kembali pada tahun 2017, dan pada tahun 2018 ekspor semakin
meningkat yaitu sebesar US$ 180.012,7 juta. Kemudian, pada tahun 2019 s.d 2020
ekspor kembali mengalami penurunan yaitu sebesar US$ 163306.5 juta. Ekspor
merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi, yang mana jika ekspor
meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat, namun jika dilihat
dari data di atas ekspor mengalami peningkatan pada tahun 2007, namun
pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 4,63 persen.
Impor juga mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, impor tertinggi terjadi pada
tahun 2012 yakni sebesar US$ 191.691 juta dan sebaliknya terendah terjadi pada
tahun 1999 sebesar US$ 24.003,3 juta.
15
2. Subsidi ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran dalam jumlah tertentu kepada perusahaan
atau individu yang menjual barang ke luar negeri, mirip dengan tarif. Subsidi
ekspor dapat bersifat spesifik (nilai spesifik per unit barang) atau ad valorem
(persentase nilai ekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim
barang mengekspor barang sampai batas dimana perbedaan antara harga dalam
negeri dan harga luar negeri sama dengan nilai subsidi. Pengaruh subsidi ekspor
di negara pengekspor meningkatkan harga, sedangkan harga di negara
pengimpor menurun.
3. Pembatasan impor
Pembatasan impor (Import Quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah
barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan
memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan.
Misalnya, Amerika Serikat membatasi impor keju. Hanya perusahaan-
perusahaan dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju, masing-masing
yang diberikan jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun, tak boleh
melebihi jumlah maksimal yang telah ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap
perusahaan didasarkan pada jumlah keju yang diimpor tahun-tahun sebelumnya.
4. Pengekangan ekspor sukarela
Bentuk lain dari pembatasan impor adalah pengekangan sukarela (Voluntary
Export Restraint), yang juga dikenal dengan kesepakatan pengendalian sukarela
(Voluntary Restraint Agreement = ERA). VER adalah suatu pembatasan kuota
atas perdagangan yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor dan bukan
pengimpor. Contoh yang paling dikenal adalah pembatasan atas ekspor mobil ke
Amerika Serikat yang dilaksanakan oleh Jepang sejak 1981. VER pada
umumnya dilaksanakan atas permintaan negara pengimpor dan disepakati oleh
negara pengekspor untuk mencegah pembatasan-pembatasan perdagangan
lainnya.VER mempunyai keuntungan-keuntungan politis dan legal yang
membuatnya menjadi perangkat kebijakan perdagangan yang lebih disukai
dalam beberapa tahun belakangan. Namun dari sudut pandang ekonomi,
pengendalian ekspor sukarela persis sama dengan kuota impor dimana lisensi
diberikan kepada pemerintah asing dan karena itu sangat mahal bagi negara
16
pengimpor. VER selalu lebih mahal bagi negara pengimpor dibandingan dengan
tarif yang membatasi impor dengan jumlah yang sama. Bedanya apa yang
menjadi pendapatan pemerintah dalam tarif menjadi (rent) yang diperoleh pihak
asing dalam VER, sehingga VER nyata-nyata
mengakibatkan kerugian.
5. Persyaratan kandungan lokal.
Persyaratan kandungan local (local content requirement) merupakan pengaturan
yang mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit fisik, seperti
kuota impor minyak AS di tahun 1960-an. Dalam kasus lain, persyaratan
ditetapkan dalam nilai, yang mensyaratkan pangsa minimum tertentu dalam
harga barang berawal dari nilali tambah domestik. Ketentuan kandungan lokal
telah digunakan secara luas oleh negara berkembang yang beriktiar mengalihkan
basis manufakturanya dari perakitan kepada pengolahan bahan-bahan antara
(intermediate goods). Di Amerika Serikat rancangan undang-undang kandungan
local untuk kendaraan bermotor diajukan tahun 1982 tetapi hingga kini belum
diberlakukan.
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejak tahun 1987, ekspor Indonesia semakin didominasi oleh komoditas
selain migas, sedangkan ekspor migas mendominasi pada tahun-tahun sebelumnya.
Perubahan ini terjadi setelah pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dan
deregulasi sektor ekspor yang memungkinkan produsen meningkatkan ekspor
nonmigas. Indonesia memperoleh banyak keuntungan dari kegiatan ekspor-impor,
dimana masyarakat dan perekonomian negara menjadi stabil.
Ada banyak cara untuk melakukan bisnis ekspor-impor dengan negara lain,
dimana produsen tidak perlu repot memikirkan ekspor atau impor barang dari dan
ke luar negeri. Operasi ekspor-impor didorong oleh banyak faktor, sehingga operasi
ini akan berlanjut di masa mendatang.
3.2 Saran
Jika Indonesia ingin memiliki sisi positif dalam perdagangan Indonesia, maka
Indonesia harus dapat lebih banyak melakukan kegiatan ekspor dibandingkan
dengan kegiatan impor.
18
DAFTAR PUSTAKA
19