Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
KELOMPOK 18
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami haturkan puja puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “Pembangunan Ekonomi Indonesia” kelas C pada Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Apip Supriadi., S.E.,
M.Si. yang telah membimbing dan mendukung dalam penulisan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan pada makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa maupun
segi lainnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini memberikan manfaat yang besar bagi kita semua yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................3
2.1 Teori Perdagangan Internasional.......................................................................3
2.2 Teori Pertukaran................................................................................................5
2.3 Teori Tarif.........................................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................8
3.1 Objek dan Subjek Penelitian.............................................................................8
3.2 Jenis Penelitian, Data dan Sumber Penelitian...................................................8
3.3 Desain Penelitian...............................................................................................9
3.4 Teknik Pengumpulan Data..............................................................................13
3.5 Teknik Analisis Data.......................................................................................13
BAB IV PENUTUP..............................................................................................23
4.1 Kesimpulan......................................................................................................23
4.2 Saran.................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perdagangan internasional merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan ekonomi suatu negara, terutama bagi negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Melalui perdagangan internasional dapat
diraih banyak manfaat, baik manfaat langsung maupun tidak langsung.
Manfaat langsung dari perdagangan internasional diantaranya adalah dengan
adanya spesialisasi, suatu negara dapat mengekspor komoditi yang ia
produksi untuk dipertukarkan dengan apa yang dihasilkan negara lain dengan
biaya yang lebih rendah. Negara akan memperoleh keuntungan secara
langsung melalui kenaikan pendapatan nasional dan pada akhirnya akan
menaikkan laju output dan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah dengan Produk
Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan indikator kesejahteraan
perekonomian di suatu negara dan dapat menjadi rujukan untuk mengukur
kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan tingkat pendapatan (income).
Maka semakin meningkat ekspor suatu negara, pendapatan masyarakat akan
meningkat pula.
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan
adalah perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan
dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan (trade as engine of growth, Salvatore,
2004). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor,maka
salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor
penggerak bagi pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan investasi juga diyakini memiliki konstribusi sebagai
pengungkit terhadap bergeraknya pembangunan ekonomi suatu bangsa.
Dalam ekonomi makro, investasi juga berperan sebagai salah satu komponen
dari pendapatan nasional, Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP).
Sejak awal 2000-an, Indonesia mulai aktif dalam menjalin kerja sama
perdagangan internasional dengan negara lain, terutama melalui
1
partisipasinya dalam organisasi perdagangan dunia seperti WTO dan
ASEAN. Indonesia menekankan pentingnya kerja sama internasional, baik
multilateral dan regional, di samping penguatan ekonomi nasional, dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi global.
Dari uraian yang telah disampaikan, dapat terlihat bahwa ekspor,impor,
investasi, dan tarif perdagangan merupakan indikasi pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB). Hal ini dapat terwujud oleh peranan berbagai unsur
pendukung yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
mengamati masalah pertumbuhan ekonomi dan mengkaji lebih dalam lagi
tentang “Analisis Kebijakan Perdagangan Internasional Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
teori keunggulan absolut yang belum dapat menjawab permasalahan
yaitu, jika terdapat negara yang tidak memiliki keunggulan absolut
dapat melakukan perdagangan. Sehingga, menurut Ricardo, keunggulan
dari masing-masing negara yang melakukan perdagangan dalam konsep
tersebut bersifat relatif,tidak absolut seperti dikemukakan oleh Smith
sehingga negara yang tidak mempunyai keunggulan absolut dapat
melakukan perdagangan.
Menurut prinsip teori keunggulan komparatif, perdagangan masih
dapat terjadi selama masing-masing negara mempunyai keunggulan
komparatif dalam menghasilkan suatu macam komoditi. Ricardo
berpendapat bahwa manfaat dari perdagangan masih ada sekalipun
negara tersebut mengalami kerugian secara mutlak (Salvatore, 1990).
Disini negara yang kurang efisien dalam memproduksi kedua komoditi
tersebut akan melakukan spesialisasi produksi pada komoditi dengan
kerugian absolut terkecil. Dengan demikian negara tersebut yang masih
mempunyai keunggulan relatif akan memproduksi komoditi yang
bersangkutan dibandingkan mitra dagangnya. Sebaliknya negara
tersebut akan mengimpor komoditi dengan kerugian absolut yang lebih
besar. Sehingga menurut Ricardo, Perdagangan antar negara masih
dapat terlaksana, jika masih ada perbedaan dalam perbandingan harga
relatif antara negara sebelum dilakukan perdagangan.
2.1.3 Teori Heckescher-Ohlin (H-O)
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom
Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933)
mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang
belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Teori
Klasik Comparative advantage, menjelaskan bahwa perdagangan
internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity
of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara
(Salvatore, 2004:116). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan
mengenai penyebab perbedaaan produktivitas tersebut. Teori
perdagangan dikemukakan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin
4
(Heckscher-Ohlin), merupakan pengembangan dari teori keunggulan
mutlak dan teori keunggulan komparatif.
Teori Heckscher-Ohlin menekankan bahwa perdagangan
internasional terutama ditentukan oleh beda relatif dari karunia alam
(factor endowment) serta harga-harga faktor produksi antar negara.
Menurut Heckscher-Ohlin, bahwa pola perdagangan dimulai dengan
mengungkapkan secara spesifik tentang perbedaan harga-harga antar
negara. Perbedaan harga ini terjadi, karena adanya perbedaan harga
antar negara pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan proporsi
penggunaan faktor produksi, kenyataan ada faktor spesifik pada
masing-masing industri atau perusahaan yang menyebabkan perbedaan,
misalnya kemampuan manajerial yang tinggi, dan pada tahap
selanjutnya hal tersebut dianggap sebagai faktor produksi. Faktor
produksi lain misalnya teknologi, pengetahuan, hak paten dan lain
sebagainya (Soelistyo, 1993).
Teori Heckescher-Ohlin mengemukakan konsepsinya yang dapat
disimpulkan bahwa Perdagangan internasional antar negara tidaklah
banyak berbeda dan hanya kelanjutan saja dari perdagangan antar
daerah. Perbedaan pokoknya terletak pada masalah jarak. Atas dasar
inilah maka H-O melepaskan anggapan (yang berasal dari teori klasik)
bahwa dalam perdagangan internasional ongkos transport dapat
diabaikan. Selanjutnya, Barang-barang yang diperdagangkan antar
negara tidaklah didasarkan atas keuntungan alamiah atau keuntungan
yang diperkembangkan (natural and acquired advantages dari Adam
Smith) akan tetapi atas dasar proporsi serta intensitas faktor-faktor
produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang itu.
2.2 Teori Pertukaran (the theory of exchange)
Salah satu tokoh penting dalam teori pertukaran ini adalah George Caspar
Homans. Prinsip dasar dari teori pertukaran George Caspar Homans sama
dengan prinsip ekonomi yaitu untung–rugi. Teori pertukaran dari Homans ini
sangat erat kaitannya dengan dunia psikologi manusia. Lebih tepatnya bahwa
homans melihat akar dari teori pertukaran adalah behaviorisme yang
5
berpengaruh langsung terhadap sosiologi perilaku. Homans mendasarkan teori
pertukaran ini dalam berbagai proporsisi yang fundamental. Meski beberapa
proporsisinya menerangkan setidaknya dua individu yang berinteraksi, namun
ia dengan sangat hati-hati menunjukan bahwa proporsisi itu berdasarkan
prinsip psikologis (Ritzer, 2004:358).
Teori pertukaran yang dikonsepkan oleh Homans (1958) menyatakan
bahwa interaksi adalah sebuah bentuk pertukaran yang melibatkan minimal
dua individu yang saling bertukar kegiatan berwujud (tangible) dan yang tidak
berwujud (intangible). Teori pertukaran dibagi menjadi teori pertukaran sosial
(social exchange) dan teori pertukaran ekonomi (economic exchange). Teori
Pertukaran Sosial adalah tindakan sukarela individu yang dimotivasi untuk
mendapatkan imbalan yang diharapkan oleh pihak lain. Berbeda dengan
pertukaran ekonomi yang diikat dengan kontrak yang jelas, maka pada
pertukaran sosial terdapat kewajiban yang tidak tertulis atas dasar kepercayaan
kepada pihak lain.
Menurut teori ini satu pihak melakukan pertukaran sosial karena
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, sehingga membutuhkan bantuan
pihak lain. Melalui pertukaran sosial para pihak bertukar sumberdaya yang
sulit untuk didapat melalui pertukaran ekonomi. Asumsi dasar yang mendasari
seluruh analisis teori pertukaran sosial adalah bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama
hubungan tersebut cukup memuaskan.
Terdapat dua konsep penting dalam proses pertukaran sosial yaitu
kepercayaan dan ketergantungan kekuasaan. Kepercayaan yang berkenaan
dengan ekspektasi positif terhadap keinginan orang lain dalam situasi yang
dapat berisiko merupakan kunci utama pertukaran sosial dan menyangkut
kelangsungan ikatan emosional antara pihak yang berinteraksi. Kepercayaan
merupakan hal penting yang harus dimiliki dalam perilaku terwaralaba untuk
dapat membina hubungan yang baik dengan pewaralaba, dan merupakan salah
satu dimensi dari kualitas hubungan relasional.
Ketergantungan terjadi apabila satu pihak membutuhkan sumberdaya dari
pihak lain, maka pihak pertama menjadi tergantung terhadap pihak kedua,
6
dengan konsekuensinya pihak kedua mempunyai empat alasan utama
mengapa pertukaran sosial menjadi bagian integral dari sistem waralaba yaitu
pertama tidak seluruh ketentuan perjanjian keterikatan dapat dirinci dalam
kontrak sehingga kontrak umumnya hanya memuat isu utama kerjasama dan
membuat pernyataan terbuka terhadap masalah-masalah kecil lainnya,
sehingga waralaba dapat disebut kontrak relasional. Disini terdapat
ketidakpastian dalam proses pertukaran yang berjalan, dimana ketidakpastian
tersebut merupakan karakteristik utama dari pertukaran sosial, dimana
hubungan kerjasama dalam waralaba merupakan proses yang berkelanjutan.
2.3 Teori Tarif
Tarif adalah salah satu instrumen dari kebijakan perdagangan luar negeri
yang membatasi arus perdagangan internasional (Tulus T.H. Tambunan
2004:328)
Secara sederhana dapat disimpulkan pengertian tarif sejumlah pungutan
yang dibebankan atas suatu hal, kegiatan, kebijakan, atau apapun yang telah
diatur dalam peraturan. Dalam skala pemerintahan, tarif dapat didefinisikan
sebagai pungutan yang dibebankan untuk semua barang yang melewati negara
baik keluar ataupun masuk dan diatur melalui perundang-undangan seperti
tarif ekspor, tarif impor dan sejenisnya.
Dalam ekspor impor, tarif diberlakukan untuk menaikkan biaya impor
untuk barang tertentu. Bagi konsumen domestik, cara tersebut bisa
mengurangi permintaan barang impor karena harganya lebih mahal. Bagi
pengekspor, tarif membuat produk mereka menjadi tidak kompetitif di pasar
negara tujuan. Selain itu pengenaan tarif juga bisa melindungi produsen dalam
negeri termasuk industri yang baru berkembang dan menyembangkan
ketidakadilan pada praktik ketidak adilan para produsen asing yang melakukan
praktik dumping alias menjual harga lebih murah daripada pasar mereka. Tarif
juga bisa menambah pendapatan pemerintah dari pajak.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2 Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yang artinya data
tersebut sudah tersedia sebelumnya yang dikumpulkan dari sumber-
sumber tidak langsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
laporan ekspor, laporan impor, laporan realisasi investasi asing, laporan
populasi, laporan infrastruktur dan laporan perekonomian Indonesia.
8
3.2.3 Sumber Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan
Ekspor, Laporan Impor, Laporan Realisasi Investasi Asing, Laporan
Populasi, dan Laporan Perekonomian Indonesia periode 2019-2021
yang diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu
www.bps.go.id. Laporan Infrastruktur periode 2019-2021 diperoleh dari
website Kementerian Keuangan, yaitu www.djpk.kemenkeu.go.id.
Sedangkan Laporan Perekonomian Indonesia periode 2019-2021 yang
diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (BPS) dan website Bank
Indonesia yaitu www.bps.go.id dan www.bi.go.id.
9
Variable dependen merupakan variable yang dapat dipengaruhi
oleh variable independen (Kurniawan & Puspitaningtyas,
2016:43). Variable dependen dalam penelitian ini yaitu
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2) Variabel Independen
Variable independen merupakan variable yang dapat
mempengaruhi adanya variable dependen (Kurniawan &
Puspitaningtyas, 2016: 43). Variable independen dalam penelitian
ini yaitu ekspor, impor, investasi asing, tarif perdagangan,
populasi, dan infrastruktur.
10
3) Impor
Semakin tinggi impor, semakin tinggi konsumsi suatu
negara sehingga menyebabkan neraca pembayaran negara
semakin defisit yang pada akhirnya berpengaruh negatif
terhadap perkembangan perekonomian negara (Zatira, Sari &
Rani, 2021). Dalam mengukur nilai impor menggunakan total
nilai impor.
Impor=Total Impor Nonmigas
4) Investasi Asing
Investasi meliputi pengeluaran uang yang menyebabkan
terjadinya perubahan persediaan atas barang-barang kapital.
Investasi yang dilakukan disektor bisnis didasarkan oleh motif
untuk memperoleh keuntungan. Dua faktor penting yang
menentukan dilakukannya investasi adalah tingkat keuntungan
bersih yang diharapkan oleh pengusaha dari pengeluaran
investasi dan faktor suku bunga (Bakar, 2002:342).
Investasi Asing=Total Investasi
5) Tarif Perdagangan
Tarif merupakan sebuah pembebanan atas barang-barang
yang melintasi daerah pabean. Barang-barang yang masuk ke
wilayah negara dikenakan bea masuk. Dalam mengukur tarif
perdagangan menggunakan pajak impor (Ajriah, 2019).
Tarif Perdagangan=Total Pajak Impor
6) Populasi
Populasi yaitu seluruh jumlah penduduk pada umumnya
merupakan perkembangan penduduk di negara sedang
berkembang sangat tinggi dan besar jumlahnya. Meningkatnya
jumlah penduduk membawa perkembangan bagi perekonomian,
karena dengan meningkatnya jumlah penduduk maka meningkat
pula peran sumber daya manusia (Eny Rochaida, 2016).
Populasi=Total Jumlah Penduduk
7) Infrastruktur
Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan
11
ekonomi. Ketidakcukupan infrastruktur merupakan salah satu
kunci terjadinya hambatan bagi pertumbuhan ekonomi yang
lebih cepat (Ndulu, et. al., 2005). Dalam mengukur infrastruktur
menggunakan total infrastruktur.
Infrastruktur =Total Panjang Jalan
12
ini adalah provinsi di Indonesia sebanyak 34 provinsi dengan periode
pengamatan 3 tahun (2019-2021)
b. Sampel
Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh suatu populasi (Kurniawan & Puspitaningtyas, 2016: 67). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode
sensus atau total sampling. Metode sensus yaitu teknik pengambilan
sample yang menggunakan total populasi sebagai populasinya
(Sugiyono, 2009: 63). Maka dari itu sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh provinsi di Indonesia.
13
Model pooling least square (common effect) menggabungkan data
cross-section dengan data time series, untuk mengestimasi data panel
tersebut digunakan metode OLS (Widarjono, 2009: 355). Model
common effect model yang paling sederhana dan bukan bervariasi
secara random dan tidak dapat membedakan varians antara time series
dan cross-section karena model ini memiliki intercept yang tetap.
. regress Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
note: X4 omitted because of collinearity
14
Berdasarkan hasil estimasi common effect model diatas, variabel
ekspor (X1), impor (X2), dan populasi (X5) pengaruhnya tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk variabel tarif perdagangan (X 4)
dinyatakan omitted dikarenakan terjadi bias dalam estimasi parameter
dalam model akibat adanya variabel yang dihilangkan. Kemudian dapat
dilihat dari nilai F statistik tidak signifikan ditunjukkan dengan nilai
Prob>F lebih besar dari α, hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. Nilai R-
square sebesar 0,0609 artinya model ini hanya dapat menjelaskan
variasi sebesar 6,09% terhadap perrumbuhan ekonomi
b. Fixed Effect
Model fixed effect adalah model dengan slope setiap subjeknya
tidak berubah seiring waktu dan interceptnya berbeda setiap subjeknya
(Widarjono, 2009:232). Model ini mengasumsikan jika intercept setiap
subjeknya berbeda, sedangkan slope tetap sama antar subjeknya. Untuk
membedakan subjek satu dengan subjek lainnya menggunakan variable
dummy. Model ini disebut juga denga model Least Square Dummy
Variables (LSDV).
. xtreg Y X1 X2 X3 X4 X5 X6, fe
F(6,62) = 6.29
corr(u_i, Xb) = -0.9996 Prob > F = 0.0000
sigma_u 111.29114
sigma_e 3.8454076
rho .99880754 (fraction of variance due to u_i)
F test that all u_i=0: F(33, 62) = 1.66 Prob > F = 0.0423
15
Persamaan model Fixed Effect adalah sebagai berikut:
GDPit = β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + β6X6it + αi
GDPit = 0,009701 X1 – 1,964557 X2 + 0,0027045 X3 + 10,16725 X4 +
0,0015639 X5 - 0,0121946 X6 + 176,9582
Berdasarkan hasil estimasi fixed effect model diatas, variabel
impor (X2) dan infrastruktur (X6) pengaruhnya tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Kemudian dapat dilihat dari nilai F statistik
signifikan ditunjukkan dengan nilai Prob>F lebih kecil dari α, hal
tersebut menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independen
signifikan mempengaruhi variabel dependen. Niai R-square within
sebesar 0,3783 artinya model ini mampu menjelaskan variasi sebesar
37,83% terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi. Hal
tersebut menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan
metode common effect model.
c. Random Effect
Model random effect yaitu mengestimasi data panel yang variabel
residualnya diduga mempunyai hubungan antar waktu dan antar subjek
(Kuncoro, 2011:113). Digunakan untuk mengatasi kelemahan fixed
effect yang menggunakan variabel dummy (Widarjono, 2009:236).
Metode analisis data panel dengan menggunakan random effect harus
memenuhi persyaratan yaitu jumlah cross-sectionnya harus lebih besar
dari jumlah variabel penelitian. Menurut Widarjono (2009:236)
persamaan model random effect adalah sebagai berikut:
Yang mana ωit terdiri dari dua komponen yaitu εi (residual cross-
section) dan μ (residual gabungan cross-section dan time series). Model
ini terdiri atas dua komponen residual dan juga disebut Error
Components Model (ECM).
16
. xtreg Y X1 X2 X3 X4 X5 X6, re sa
note: X4 omitted because of collinearity
sigma_u 0
sigma_e 3.8256501
rho 0 (fraction of variance due to u_i)
17
Chow test digunakan untuk menentukan model terbaik dalam model
regresi data panel dengan membandingkan antara model common
effect dengan model fixed effect (Widarjono, 2009:362). Chow test
menggunakan program STATA. Hipotesis yang digunakan dalam
Chow test adalah sebagai berikut:
Dari hasil regresi berdasarkan model fixed effect dan common effect
menggunakan uji chow diperoleh F(33,63) adalah 1,67 dan nilai prob
sebesar 0,0406 dimana lebih kecil dari α=5%, sehingga dapat
disimpulkan model yang dapat digunakan yaitu Fixed Effect Model.
b. Hausman Test
Hausman test digunakan untuk menentukan model terbaik dalam
model regresi data panel dengan membandingkan antara model fixed
effect dengan model random effect (Gujarati, 2012: 255). Hausman
test menggunakan program yang sama dengan Chow test yaitu
program STATA. Hipotesis yang digunakan dalam Hausman test
adalah sebagai berikut:
18
model fixed effect. Sebaliknya, menerima H0 jika P-value > α dan
menolak H1 sehingga model yang digunakan adalah model random
effect.
chi2(5) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)
= 32.52
Prob>chi2 = 0.0000
Dari hasil regresi berdasarkan model random effect dan fixed effect
menggunakan uji hausman diperoleh probabilitas chi2 sebesar 0,0000
dimana lebih kecil dari α=5%, sehingga dapat disimpulkan model
yang dapat digunakan yaitu Fixed Effect Model.
19
X6 0.390 0.86
F(6,62) = 6.29
corr(u_i, Xb) = -0.9996 Prob > F = 0.0000
sigma_u 111.29114
sigma_e 3.8454076
rho .99880754 (fraction of variance due to u_i)
F test that all u_i=0: F(33, 62) = 1.66 Prob > F = 0.0423
20
artinya koefisien regresi untuk ekspor adalah sebesar 0,009701 yang
menjelaskan besar perubahan rata-rata pertumbuhan ekonomi karena
dipengaruhi oleh ekspor. Tanda positif menunjukan setiap terjadi
peningkatan rata-rata ekspor sebesar 1% dan variabel bebas lainnya
diasumsikan dalam kondisi konstan, diprediksikan akan mampu
meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 0,009701%.
b2= -1,964557
artinya koefisien regresi untuk impor adalah sebesar 1,964557 yang
menjelaskan besar perubahan rata-rata pertumbuhan ekonomi karena
dipengaruhi oleh impor. Tanda negatif menunjukan setiap terjadi
peningkatan rata-rata impor sebesar 1% dan variabel bebas lainnya
diasumsikan dalam kondisi konstan, diprediksikan akan mampu
menurunkan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 1,964557%.
b3= 0,0027045
artinya koefisien regresi untuk investasi asing adalah sebesar 0,0027045
yang menjelaskan besar perubahan rata-rata pertumbuhan ekonomi
karena dipengaruhi oleh investasi asing. Tanda positif menunjukan
setiap terjadi peningkatan rata-rata investasi asing sebesar 1% dan
variabel bebas lainnya diasumsikan dalam kondisi konstan,
diprediksikan akan mampu meningkatkan rata-rata pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,0027045%.
b4= 10,16725
artinya koefisien regresi untuk tarif perdagangan adalah sebesar
10,16725 yang menjelaskan besar perubahan rata-rata pertumbuhan
ekonomi karena dipengaruhi oleh tarif perdagangan. Tanda positif
menunjukan setiap terjadi peningkatan rata-rata tarif perdagangan
sebesar 1% dan variabel bebas lainnya diasumsikan dalam kondisi
konstan, diprediksikan akan mampu meningkatkan rata-rata
pertumbuhan ekonomi sebesar 10,16725%.
b5= 0,0015639
artinya koefisien regresi untuk populasi adalah sebesar 0,0015639 yang
menjelaskan besar perubahan rata-rata pertumbuhan ekonomi karena
21
dipengaruhi oleh populasi. Tanda positif menunjukan setiap terjadi
peningkatan rata-rata populasi sebesar 1% dan variabel bebas lainnya
diasumsikan dalam kondisi konstan, diprediksikan akan mampu
meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 0,0015639%.
b6= -0,0121946
artinya koefisien regresi untuk infrastruktur adalah sebesar -0,0121946
yang menjelaskan besar perubahan rata-rata pertumbuhan ekonomi
karena dipengaruhi oleh infrastruktur. Tanda negatif menunjukan setiap
terjadi peningkatan rata-rata infrastruktur sebesar 1% dan variabel
bebas lainnya diasumsikan dalam kondisi konstan, diprediksikan akan
mampu menurunkan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar -
0,0121946%.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang kebijakan perdagangan
internasional terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu sebagai berikut:
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat saran
yang diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan yaitu:
23
meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dengan menciptakan peluang
yang ada bagi industri dengan meningkatkan infrastruktur ekspor produk
dalam negeri. Selain itu juga Indonesia diharapkan dapat meningkatkan nilai
ekspornya tidak hanya produksi barang pertanian dan perkebunan saja
melainkan dapat mengembangkan diversifikasi untuk komoditas industri.
Dengan meningkatkan promosi produksi dan mencari pasar baru yang lebih
potensial agar dapat meningkatkan harga barang untuk kesejahteraan rakyat.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Cet.
Kedelapan. Bandung: Penerbit ALFABETA
26