Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EKONOMI MAKRO

PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Dosen Pengampu : Syamsi Mawardi, S.E., M.Si.

03SMJE039/ 508

KELOMPOK 3
No NAMA JABATAN TUGAS
1 Alma Auliya S Anggota Moderator
2 Novia Romadona H Anggota Notulen
3 Putri Indriyani A Anggota Narasumber
4 Rosi Apriani Wakil Ketua Narasumber
5 Siti Nur Aliyawati Ketua Narasumber
6 Yunika Anggota Narasumber

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulis..............................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 P...................................................................................................................................3
2.2 M..................................................................................................................................4
2.3 F...................................................................................................................................6
2.4 E...................................................................................................................................8
2.5 L...................................................................................................................................9
BAB III
PENUTUP...........................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN...................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang
menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain
mengenai pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara
bersamaan, kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan
ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat
menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa
tersebut, meskipun tidak bisa mengabaikan ukuran-ukuran lainnya. Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan. Salah satu hal
yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah perdagangan
internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi mesin bagi
pertumbuhan (trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas
perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen
tersebut atau kedua - duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan.
Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan
kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut
menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.

Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya


perpindahan modal antar negara menjadi bagian yang penting juga untuk dipelajari.
Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Vernon, perpindahan modal khususnya
untuk investasi langsung, diawali dengan adanya perdagangan internasional
(Appleyard, 2004). Ketika terjadi perdagangan internasional yang berupa ekspor dan
impor, akan memunculkan kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi.
Peningkatan ukuran pasar yang semakin besar yang ditandai dengan peningkatan
impor suatu jenis barang pada suatu negara, akan memunculkan kemungkinan untuk
memproduksi barang tersebut di negara importir. Kemungkinan itu didasarkan
dengan melihat perbandingan antara biaya produksi di negara eksportir ditambah
dengan biaya transportasi dengan biaya yang muncul jika barang tersebut diproduksi
di negara importir. Jika biaya produksi di negara eksportir ditambah biaya
transportasi lebih besar dari biaya produksi di negara importir, maka investor akan
3
memindahkan lokasi produksinya di negara importir (Appleyard, 2004).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai
Perdagangan Internasional yang dapat meningkatkan perekonomian tersebut, maka
penulis tertarik untuk mengangkat tema mengenai perdagangan internasional ini
dalam rangka memenuhi tugas ekonomi makro melalui makalah yang berjudul
“Perdagangan Internasional” yang mana di dalamnya juga mencakup bagaimana
perdagangan internasional juga dilaksanakan di Indonesia sebagai penyumbang
pertumbuhan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu perdagangan internasional ?
2. Bagaimana teori perdagangan internasional ?
3. Bagaimana kebijakan perdagangan internasional ?
4. Bagaimana perdagangan internasional di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui definisi atau pengertian perdagangan internasional.
2. Untuk mengetahui teori yang terdapat pada perdagangan internasional.
3. Untuk mengetahui kebijakan perdagangan internasional.
4. Untuk mengetahui perdagangan internasional yang ada di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional diartikan sebagai suatu hubungan kerjasama ekonomi
yang dilakukan oleh negara yang satu dengan negara lain yang berkaitan dengan barang
dan jasa sehingga mampu membawa suatu kemakmuran bagi suatu negara.
Perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar negara yang
diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa atas dasar suka rela dan
saling menguntungkan. Perdagangan internasional juga dikenal dengan sebutan
perdagangan dunia. Perdagangan internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor
dan ekspor, yang biasanya disebut sebagai perdagangan ekspor impor. Bila
dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka perdagangan
internasional sangatlah rumit dan komplek. Kerumitan ini disebabkan oleh faktor-
faktor, antara lain sebagai berikut :
a) Pembeli dan penjual terpisah oleh batas – batas kenegaraan.
b) Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya
melalui bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari
pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.
c) Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa,
mata uang, taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan dan
sebagainya (Gerber, 2011; Krugman et al., 2012).
Perdagangan internasional merupakan salah satu peranan penting dalam
membangun sebuah perekonomian di suatu negara. Dengan didukungnya
perkembangan teknologi pastinya akan membuat perdagangan internasional ini
semakin maju dan relative cepat. Perdagangan internasional ini sendiri merupakan salah
satu kegiatan yang bertujuan utuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pada
era globalisasi dan digitalisasi. Hal ini juga dijelaskan oleh Todaro dan Smith (2006)
dalam Batubara (2015) bahwa perdagangan internasional sangat berperan dalam
mendukung pertumbuhan ekonoi di Negara. Kegiatan perdagangan internasional ini
meliuti kegiatan impor dan ekspor. Dengan adanya perdagangan internasional ini
semua produk baik dari dalam ataupun luar negeri dapat dengan mudah melakukan
kegiatan ekspor dan impor. Ekspor sendiri merupakan kegiatan penjualan barang dan
jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dibeli oleh orang-orang asing dan Impor
5
adalah kegiatan pembelian barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri untuk
kebutuhan dalam negeri (Samuelson, 2004). Ekspor dan impor mempengaruhi kegiatan
produksi atau output yang dihasilkan produsen dalam negeri yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga ekspor dan impor dalah komponen utama
dalam pertumbuhan ekonomi (Alaoiu, 2015).
Di zaman seperti sekarang ini, dimana kemajuan teknologi merupakan hal yang
paling cepat terjadi membuat banyak Negara yang dengan mudahnya melakukan
kerjasama dalam perdagangan internasional ini. Pada saat ini pula tidak ada satu
negarapun yang berada dalam kondisi autaraki atau negara yang terisolasi tanpa adanya
hubungan ekonomi dengan negara lain. Hal ini disebabkan karena tidak ada negara
yang bisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri (Sarwono dan Pratama, 2014). Oleh
sebab itu, banyaknya skema pasar dunia yang semakin bebas dengan tingkat kompetisi
yang juga lumayan tingggi namun tetap menunjang sector perdagangan suatu
komoditas pastinya memiliki resiko dan keuntungan yang besar. Suatu negara dapat
dikatakan memiliki untuk yang besar apabila negara tersebut dapat menghadirkan
produk barang atau jasa yang sesuai dan diminati oleh pasar internasional. Namun, jika
suatu negara tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan ataupun permintaan dari pasar
internasional, maka otomatis negara tersebut memiliki resiko yang tinggi. Karena
perdagangan internasional ini tidak hanya memberikan keuntungan yang besar, namun
juga memberikan dampak resiko yang besar pula dikarenakan bebasnya persaingan
ekspor impor dalam dunia internasional.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang terlibat dalam perdagangan
internasional. Dimana semua barang dari luar negeri banyak yang masuk ke Indonesia
apalagi dengan adanya akses yang mudah dan cepat berupa aplikasi e-commerce.
Seperti yang telah dikemukakan oleh (Satryana dan Karmini,2016) bahwa
“Perdagangan saat ini mustahil untuk dapat menghentikan produk luar negeri yang
masuk ke Indonesia dengan mudah”. Namun, disini Indonesia juga harus berkembang
untuk menyaingi perdagangan internasional lainnya guna memperbaiki pertumbuhan
ekonomi di pasar internasional. Oleh sebab itu, dengan kemajuan teknologi yang
semakin cepat seperti sekarang ini, membuat banyak para UMKM yang mulai
mengembangkan bisnisnya dari yang awalnya local menjadi internasional untuk dapat
bersaing ke perdagangan internasional.

6
2.2 Teori Perdagangan Internasional
2.2.1 Teori Keunggulan Komperatif
Konsep perdagangan bebas pertama kali dirumuskan oleh Adam Smith yang
kemudian dikembangkan oleh David Ricardo tahun 1887 (Pressman, 1999).
Setelah Ricardo, dalam masa 115 tahun berlangsung, banyak ekonom lain muncul
memberikan kritikan atau memperluas dan mendorong penyempurnaan konsep
perdagangan keunggulan komparatif. Dalam teori keunggulan komparatif negara
dapat tetap melakukan perdagangan walaupun salah satu negara tidak memiliki
keunggulan absolut atau dengan kata lain memiliki kerugian absolut terhadap
negara lain dalam memproduksi dua barang. Perdagangan akan tetap
menguntungkan apabila negara yang mengalami kerugian absolut
menspesialisasikan produksinya pada barang yang memiliki kerugian absolut
lebih kecil. Secara umum David Ricardo mendasarkan teorinya pada sejumlah
asumsi yang disederhanakan, yaitu:
a) Hanya terdapat dua negara dan dua barang.
b) Perdagangan bersifat bebas.
c) Terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara
namun tidak ada mobilitas antara dua negara..
d) Biaya produksi konstan
e) Tidak ada biaya transportasi
f) Tidak ada perubahan teknologi (Sai’dy, 2013).
Teori keunggulan komperatif terdapat pada contoh sebagai sebagai berikut.
Katakanlah dalam dunia ini hanya ada dua negara yakni Indonesia (INA) dan
Thailand (THAI) yang sama-sama menghasilkan beras (b) dan jagung (j).
Andaikan INA dan THAI mempunyai kurva kemungkinan produksi (kkp)
masing-masing sebagai berikut: INA = b + 2j = 50................................. (1) THAI
= 3b + 2j = 200............................ (2) Angka kofisien memperlihatkan input
tenaga kerja yang digunakan per unit produksi. Thailand mempunyai kkp yang
lebih tinggi dibandingkan Indonesia karena Indonesia hanya dapat menghasilkan
sebanyak 50 unit per
Teori keunggulan komperatif terdapat pada contoh sebagai sebagai berikut.
Katakanlah dalam dunia ini hanya ada dua negara yakni Indonesia (INA) dan
Thailand (THAI) yang sama-sama menghasilkan beras (b) dan jagung (j).
Andaikan INA dan THAI mempunyai kurva kemungkinan produksi (kkp)
7
masing-masing sebagai berikut:
INA = b + 2j = 50................................. (1)
THAI = 3b + 2j = 200........................... (2)
Angka kofisien memperlihatkan input tenaga kerja yang digunakan per unit
produksi. Thailand mempunyai kkp yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia
karena Indonesia hanya dapat menghasilkan sebanyak 50 unit per satuan input
atau jagung sebanyak 25 unit, sedangkan Thailand dengan input yang sama dapat
menghasilkan lebih besar yakni 67 unit beras atau 100 unit jagung. Dengan
demikian Thailand mempunyai keunggulan absolut dalam produksi beras dan
jagung. Namun berdasarkan persamaan (1) dan (2) dapat diperlihatkan
keunggulan komparatif relatif masing-masing negara dalam menghasilkan beras
dan jagung. Biaya produksi satu unit beras di Indonesia adalah ½ unit jagung
sedangkan di Thailand biaya satu unit beras adalah 3/2 unit jagung. Biaya
produksi beras di Indonesia ternyata lebih murah secara relatif dibandingkan
Thailand, dan kebalikannya biaya satu unit jagung di Thailand lebih mahal secara
relatif dibandingkan Indonesia. Berarti Indonesia mempunyai keunggulan
komparatif relatif pada komoditas beras, sedangkan Thailand mempunyai
keunggulan komparatif relatif pada komoditas jagung.
Atas dasar itu, menurut Ricardo, kedua negara dapat berdagang dengan
melakukan spesialisasi produksi. Dalam hal ini, Indonesia tidak perlu
memproduksi jagung karena biayanya relatif lebih mahal dibandingkan kalau
impor dari Thailand. Indonesia dapat menggunakan seluruh sumberdaya untuk
menghasilkan beras sehingga produksi beras meningkat melebihi kebutuhan dan
dapat diekspor ke Thailand. Demikian juga dengan Thailand, tidak perlu
menghasilkan beras, semua lahan digunakan untuk menghasilkan jagung saja dan
kebutuhan beras dapat diimpor dari Indonesia karena biayanya lebih murah.
Produksi jagung Thailand meningkat dan sebagian dapat di ekspor ke Indonesia
ditukar dengan beras. Perdagangan terbuka ini telah menyebabkan kedua negara
mendapat keuntungan dan penggunaan sumberdaya dunia menjadi lebih efisien
serta konsumsi meningkat. Jika kedua negara melakukan perdagangan akan
muncul keseimbangan harga relatif pada tingkat dunia. Menurut Ricardo, harga
beras dunia akan lebih mahal dibandingkan harga beras dalam negeri Indonesia
tetapi lebih murah dibandingkan harga beras Thailand. Indonesia akan
memperoleh keuntungan jika berdagang dengan harga beras dunia. Demikian
8
juga dengan harga relatif dunia untuk jagung akan lebih mahal dibandingkan
harga relatif jagung Thailand, tetapi lebih murah dibandingkan harga relatif
jagung Indonesia. Thailand akan mendapat keuntungan jika menjual jagung
dengan harga dunia.

2.2.2 Teori Permintaan dan Penawaran


Pada prinsipnya perdagangan antara 2 negara timbul karena adanya
perbedaan di dalam permintaan dan penawaran. Permintaan ini berbeda, misalnya
karena perbedaan pendapatan dan selera. Sedangkan perbedaan penawaran,
misalnya dikarenakan perbedaan di dalam jumlah dan kualitas faktor-faktor
produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas.
2.2.3 Teori Faktor Proporsi : Model Hecksher &Ohlin
Teori modern Hecksher-ohlin atau teori H-O menyatakan bahwa perbedaan
dalam opportunity cost suatu negara dengan negara lain karena adanya perbedaan
dalam jumlah faktor produksi yang dimilikinya. Suatu negara memiliki tenaga
kerja lebih banyak dari pada negara lain, sedangkan negara lain memiliki capital
lebih banyak dari pada negara tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pertukaran. Teori ini menggunakan dua kurva, pertama adalah kurva isocost yaitu
kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama dan kedua adalah
kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang
sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan
kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh
produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah
produk tertentu.

2.3 Kebijakan Perdagangan Internasional


2.3.1 Kebijakan Perdagangan Internasional
Menurut Nopirin (1999), kebijakan perdagangan internasional adalah
tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk dari perdagangan
internasional. Instrumen kebijakan perdagangan internasional adalah:
1. Kebijakan Perdagangan Internasional
Meliputi tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang
berjalan (current account) dari neraca pembayaran internasional,
9
khususnya tentang ekspor dan impor barang atau jasa. Misalnya
adalah tarif terhadap impor, bilateral trade agreement dan lainnya
2. Kebijakan Pembayaran Internasional
Meliputi tindakan pemerintah terhadap rekening modal
(capital account) dalam neraca pembayaran internasional. Contohnya
adalah pengawasan terhadap lalu lintas devisa (exchange control)
atau pengaturan lalu lintas jangka panjang.
3. Kebijakan Bantuan Luar Negeri
Tindakan atau kebijakan pemerintah yang berhubungan
dengan bantuan (grants), pinjaman (loans), bantuan yang bertujuan
untuk membantu rehabilitasi serta pembangunan dan bantuan militer
terhadap negara lain.
2.3.2 Tujuan Kebijakan Perdagangan Internasional
Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan dari kebijakan ekonomi
internasional adalah :
1. Autarki
Tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip
perdagangan internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk
menghindari pengaruh-pengaruh negera lain, baik pengaruh ekonomi,
politik atau militer.
2. Kesejahteraan Nasional (welfare)
Tujuan ini bertentangan dengan tujuan autarki. Dengan
mengadakan perdagangan internasional, suatu negara akan
memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi. Untuk mendorong
adanya perdagangan internasional, maka halangan-halangan dalam
perdagangan internasional (tarif, quota dan sebagainya) dihilangkan
atau paling tidak dikurangi. Hal ini berarti harus ada perdagangan
bebas.
3. Proteksi
Tujuan ini adalah untuk melindungi industri-industri nasional
dari persaingan barang impor. Hal ini dapat dijalankan dengan tarif,
quota dan sebagainya.
4. Keseimbangan neraca pembayaran
Apabila suatu negara mempunyai kelebihan cadangan valuta
10
asing, maka kebijakan pemerintah untuk mengadakan stabilis
ekonomi dalam negeri tidak banyak menimbulkan problem dalam
neraca pembayaran internasionalnya. Tetapi sangat sedikit negara
yang mempunyai posisi demikian, terutama negara-negara yang
sedang berkembang posisi cadangan valuta asingnya lemah sehingga
memaksa pemerintah negara-negara tersebut untuk mengambil
kebijakan ekonomi internasional untuk menyeimbangkan neraca
pembayaran internasionalnya. Kebijakan ini umumnya berbentuk
pengawasan devisa (exchange control). Pengawasan devisa tidak
hanya mengatur/mengawasi lalu lintas barang, tetapi juga modal.
5. Pembangunan ekonomi
Untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat mengambil kebijakan
dengan cara :
a) Perlindungan terhadap industri dalam negeri (infant
industries).
b) Mendorong ekspor dan mengurangi impor.
c) Meningkatkan pendapatan nasional.
2.3.3 Perangkat Kebijakan Ekonomi Internasional
Perangkat-perangkat kebijakan ekonomi internasional terdiri dari dua hal,
yaitu tarif dan kuota. Pengertian dari kedua hal tersebut :
1. Tarif (Tariff Barries)
Tarif adalah pembebanan pajak atau costum duties terhadap
barang-barang yang melewati batas suatu negara. Tarif digolongkan
menjadi :
a) Bea esksport (Export duties)
Merupakan pajak/bea yang dikenakan terhadap barang
yang diangkut ke negara lain. Jadi pajak ini dikenakan untuk
barang-barang yang keluar dari costum area suatu negara
yang memungut pajak.
b) Bea tranito (Transit duties)
Merupakan pajak/bea yang dikenakan terhadap barang
yang melalui wilayah suatu negara dengan ketentuan bahwa
tujuan akhir dari barang tersebut adalah negara lain.
c) Bea Impor (impor duties)
11
Merupakan pajak/bea yang dikenakan terhadap barang
yang masuk dalam costum area suatu negara dengan
ketentuan bahwa negara tersebut sebagai tujuan akhir.

Pembedaan tarif menurut jenisnya adalah:


a) Ad Volarem Tariffs
Tarif yang dinyatakan berdasarkan prosentase tertentu dari
nilai impor.
b) Specific Tariffs
Tarif yang dinyatakan berdasarkan bea dan beban tetap per
unit barang.
c) Compound Tariffs
Tarif gabungan antara ad volarem & specific tariffs
2. Quota
Qouta adalah pembatasan jumlah pisik terhadap barang yang
masuk (quota impor) dan keluar (quota ekspor).
a) Quota Impor
Adalah pembatasan langsung atas kwantitas atau
jumlah barang impor, dengan jenis :
1. Absolut (Unilateral), Ditetapkan sepihak oleh Negara
pengimpor.
2. Bilateral (Negotiated), Ditetapkan secara bersama-
sama antara oleh negara pengimpor dan negara
pengekspor
3. Tarif Quota, adalah gabungan antara tarif dan qouta.
Untuk sejumlah tertentu barang diizinkan masuk
(impor) dengan tarif tertentu, tambahan impor masih
diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.
4. Mixing Quota, Membatasi penggunaan bahan mentah
yang diimpor dalam proporsi tertentu dalam produksi
barang akhir. Pembatasan ini untuk mendorong
berkembangnya industri di dalam negeri.
b) Quota Ekspor
Adalah pembatasan langsung atas kwantitas atau
12
jumlah barang ekspor, dengan tujuan antara lain:
1. Mencegah barang-barang penting berada di tangan
musuh.
2. Menjamin tersedianya barang di dalam negeri dengan
proporsi yang cukup.
3. Mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian
harga guna mencapai stabilisasi harga. Quota ekspor
biasanya dikenakan terhadap bahan mentah yang
merupakan barang perdagangan penting dan dibawah
suatu pengawasan badan internasional (misalnya kopi
dan timah).
c) Subsidi Ekspor
Bantuan pemerintah pada perusahaan dan produsen
untuk kepentingan ekspor dengan tujuan mempermurah harga
ekspor guna melawan persaingan.

2.4 Perdagangan Internasional di Indonesia


2.4.1 Study Kasus Berdasarkan Berita
Sektor Perdagangan Internasional Indonesia Jalan di Tempat
Liputan6.com-13 November 2020, 14:30 WIB
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB
UGM) Poppy Ismalina memberikan catatan khusus kepada Pemerintahan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait sektor perdagangan internasional. Sektor
ini sangat tidak berkembang dan bisa dikatakan jalan di tempat. Hal ini tentu saja
sangat berkebalikan dengan janji-janji dari pemerintah yang menargetkan menjadi
pemain dunia. Produk-produk nasional bakal bisa menguasai pasar dunia.
Berdasarkan catatan Poppy, justru produk domestik tidak berperan besar di
kancah internasioal.
"Tetapi data data statistik pegakuan internasional tidak menjunjukan
bahwa upaya tersebut tidak menunjukan kemajuan signifikan bahkan bisa kita
katakan ini bejalan di tempat," kata dia dalam diskusi virtual di Jakarta, Kamis
(13/11/2020). Dia pun meminta agar Presiden Jokowi mengevaluasi beberapa
kementerian di bawahnya khususnya di sektor perdagangan. Baik di Kementerian
Perdagangan, Kementerian Perindustrian, serta kementerian terkait lainnya.
13
"Ada paling tidak beberapa indikator bisa menjadi evaluasi yaitu
bagaimana kemudian kita bisa selesaikan persoalan ini," katanya. Dia mencatat,
kontribusi ekspor barang dan jasa dalam aktivitas perdagangan internasional
hanya 20 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saja. Sementara
sebanyak 80 persen masih mengandalkan perdagangan domestik.
"Artinya tidak terlalu pada dinamika global. Refleksi hanya sebuah
definisi tapi sudah ada banyak mitigasi kita tidak tergantung kepada
perekonomian global tetapi kalau tidak terjadi krisis ini justru menjadi persoalan,"
kata dia. Kemudaian fakta lain juga menunjukan bahwa produk Indonesia di
perdagangan internasional atau pasar global juga masih sangat rendah. Itu
tercermin berdasarkan data 2017, di mana prosentase total ekspor dan ekspor
produk manufaktur Indonesia terhadap transaksi global hanya 0,8 persen dan 0,5
persen.
Neraca Perdagangan Surplus 5 Bulan Berturut-turut
Sebelumnya, ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal memberikan
apresiasi kepada para menteri bidang ekonomi. Hal ini menyusul surplus neraca
perdagangan Indonesia yang terjadi pada September 2020 sebesar USD 2,44
miliar. Surplus neraca perdagangan pada September 2020 ini merupakan surplus
bulanan ketujuh kalinya sepanjang tahun 2020 dan melanjutkan tren surplus lima
bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020.
"Ini sebuah prestasi, kalau saya lihat Pak Agus Suparmanto penyebutannya
jarang di media tapi kerjanya bagus. No talk, action only," kata Ekonom
Universitas Indonesia Fithra Faisal di Jakarta, pada Kamis 22 Oktober 2020.
Menurut dia, surplusnya neraca dagang Indonesia karena ada peningkatan kinerja
perdagangan, dan hal ini bisa menjadi sinyal pulihnya perekonomian nasional.
Selain itu, kinerja Menteri Keuangan Srimuyani Indrawati dan Menteri
Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga layak mendapat apresiasi. Di
mana Srimulyani secara cepat mengeluarkan kebijakan fiskal di tengah pandemi
COVID-19. "Sri Mulyani Karena cepat responnya terhadap fiskal, stimulus
meskipun PR-nya pencairannya. Agus Gumiwang mampu menjaga PMI
(Purchasing Managers’ Index Indonesia)," kata dia. Menurut dia, peningkatan
surplus perdagangan yang disebabkan surplus nonmigas menjadi USD2,91 miliar
bukan tiba-tiba saja. Melainkan hasil dari kinerja menteri-menteri ekonomi
Jokowi.
14
Dimana secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada Januari–
September 2020 tercatat surplus USD 13,51 miliar. Surplus tersebut bahkan telah
melampaui surplus neraca perdagangan tahun 2017 yang mencapai USD 11,84
miliar, yang merupakan nilai surplus tertinggi dalam lima tahun terakhir (2015–
2019). "Kalau dibilang prestasi ini adalah prestasi utama dari pemerintahan
Jokowi karena neraca dagang surplus. mungkin ada peran pandemi untuk tren
impor yang melemah, tetapi kalau kita lihat tren impor bahan baku dan barang
modal secara bulanan menunjukan tanda-tanda perbaikan," kata dia.
2.4.2 Pembahasan
Sejak awal tahun hingga akhir tahun, neraca perdagangan surplus 11,05 miliar
dolar AS. Kondisi ini jelas bertolak belakang dengan catatan neraca perdagangan
pada kurun waktu yang sama pada 2019. Sepanjang 2019, neraca perdagangan
Indonesia mengalami defisit 2,04 miliar dolar AS. Namun sayangnya catatan
surplus yang terjadi pada 2020 cenderung bernilai negatif karena surplus yang
diperoleh bukanlah didapatkan dari kenaikan ekspor, melainkan dari anjloknya
impor. Hal ini terjadi lagi pada tahun 2020 dan keadaan ini diperparah oleh adanya
COVID-19 yang membuat negaranegara di seluruh dunia membatasi masuknya
barang dari negara lain.
Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan nilai ekspor Indonesia Mei 2020
mencapai US$10,53 miliar atau menurun 13,40% dibanding ekspor April 2020 dan
angka ini juga menurun di bandingkan Mei 2019. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa perkembangan ekonomi di Indonesia semakin menurun akibat
pembatasan ekspor keadaan pandemic COVID-19, dan juga di beberapa kota di
Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hal ini
menjadikan kegiatan meproduksi suatu barang terbatas karena dibatasinya jam
kerja, sehingga perusahaan terdebut tidak dapat beroperasi secara normal maupun
maksimal. Hal ini jelas membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk karena
barang susah untuk dikirim keluar, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti
yang sudah dijelaskan diatas bahwa neraca perdagangan kita surplus 5 bulan
berturut-turut artinya perdagangan merupakan suatu hal yang urgent dan butuh
penanganan yang cepat namun tepat.
Dalam jangka pendek, pemerintah idealnya dapat melakukan identifikasi secara
lebih luas untuk penataan sektor atau industri penyumbang ekspor Indonesia yang
cukup besar Sementara dalam jangka panjang, pemerintah harus memiliki orientasi
15
dukungan output bagi penguatan sektor dagang lain yang memiliki kebutuhan jual
yang cukup tinggi di pasar global, tapi mengalami kesulitan dalam hal bahan baku
dan distribusi, identifikasi sektor, dan upaya memberikan bantuan distribusi
pemasaran dan promosi ke pasar ekspor non tradisional. Salah satu bentuk
mendukung respons pandemi, dengan mencabut tarif dan hambatan lain.
Khususnya perdagangan pasokan medis dan bekerja sama dengan mitra
internasional untuk menghilangkan pembatasan ekspor. Terdapat tujuan kebijakan
perdagangan Internasional yang diprioritaskan, sebagai pemulihan ekonomi,
membangun kembali hubungan transatlantik yang positif, serta menegosiasikan
hubungan perdagangan baru.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar negara
yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa atas dasar suka rela
dan saling menguntungkan. Perdagangan internasional umumnya terbagi menjadi dua
bagian yaitu impor dan ekspor. Perdagangan internasional merupakan salah satu
peranan penting dalam membangun sebuah perekonomian di suatu Negara.
Perdagangan internasional ini sendiri merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan
utuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pada era globalisasi dan
digitalisasi. Pada saat ini pula tidak ada satu negarapun yang berada dalam kondisi
autaraki atau negara yang terisolasi tanpa adanya hubungan ekonomi dengan negara
lain. Hal ini disebabkan karena tidak ada negara yang bisa memenuhi kebutuhannya
secara mandiri (Sarwono dan Pratama, 2014). Indonesia sendiri merupakan salah satu
Negara yang terlibat dalam perdagangan internasional. Konsep perdagangan bebas
pertama kali dirumuskan oleh Adam Smith yang kemudian dikembangkan oleh David
Ricardo tahun 1887 (Pressman, 1999). Terdapat macam-macam teori mengenai
perdagangan internasional diantaranya yaitu, teori keunggulan absolut, teori permintaan
dan penawaran serta teori faktor proporsi. Sedangkan kebijakan perdagangan
internasional meliputi tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan
(current account) dari neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan
impor barang atau jasa. Meliputi tindakan pemerintah terhadap rekening modal (capital
account) dalam neraca pembayaran internasional. Contohnya adalah pengawasan
terhadap lalu lintas devisa (exchange control) atau pengaturan lalu lintas jangka
panjang.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai