Anda di halaman 1dari 16

DASAR TUKAR, KARTEL INTERNASIONAL

DAN DISKRIMINASI HARGA

Dosen pengampu :
M. Agus Nurlianto, SE., M.Si

Disusun oleh :
Anggi Herawan 163341013
Atu Nurul Soviah 163341127
Handayani 163341144
Mela Maylita 163341158
Pikri Purwanto 163341168
Dina Muvianti 163341133

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


LA TANSA MASHIRO
RANGKASBITUNG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4

1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5

2.1 Teori Ekonomi Internasional.............................................................................................5

2.2 Dasar Tukar........................................................................................................................7

2.3 Kartel Internasional...........................................................................................................8

2.4 Diskriminasi Harga............................................................................................................9

BAB III KESIMPULAN.....................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menentukan


keberhasilan suatu negara dalam membangun perekonomian negaranya adalah
laju pertumbuhan ekonomi. Setiap negara mendambakan laju pertumbuhan
ekonomi yang stabil dan berkembang pesat, dengan begitu variabel-variabel
ekonomi lainnya akan terpengaruh dan pada akhirnya membawa keberhasilan
dalam membangun perekonomian. Untuk mewujudkan laju pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan tersebut, setiap negara mempunyai cara yang berbeda-
beda, salah satunya adalah perdagangan internasional yang identik dengan
kegiatan ekspor dan impor. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Salvatore
(2013) bahwa perdagangan internasional dapat digunakan sebagai mesin bagi
pertumbuhan ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).
Perdagangan internasional memberikan gambaran jumlah dan harga
ekspor dan impor. Menurut Ijaz dkk (2004) ketika harga ekspor lebih tinggi dari
pada harga impor, hal ini berarti valuta asing lebih banyak masuk ke dalam
negeri dibandingkan keluar negeri yang memiliki dampak positif bagi neraca
pembayaran. Begitu juga sebaliknya, ketika harga impor lebih tinggi dari pada
harga ekspor, valuta asing lebih banyak keluar dibandingkan ke dalam negeri
yang akan merugikan neraca pembayaran. Perbandingan harga ekspor relatif
terhadap harga impor ini dikenal dengan istilah Terms of Trade atau dasar tukar
perdagangan.
Penelitian mengenai hubungan Terms of Trade dan pertumbuhan
ekonomi ini mulai dilakukan pertama kali pada pertengahan tahun 1990-an.
Sebagian besar studi empiris menunjukkan bahwa peningkatan dalam Terms of
Trade meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sementara, volatilitas Terms of
Trade memiliki efek negatif pada pertumbuhan ekonomi (Jawaid dan Waheed,
2011). Mendoza (1993), Bleaney dan Greenaway (2001) dan Blattman dkk,
(2003) juga mendukung pernyataan tersebut bahwa peningkatan Terms of Trade
akan menimbulkan tingkat investasi yang lebih tinggi dan pada akhirnya akan

3
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian beberapa penelitian
mempunyai kesimpulan yang berbeda. Hal ini disebabkan penggunaan metode
pengukuran dan objek yang berbeda sehingga memberikan kesimpulan yang
berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu teori ekonomi internasional?
2. Apa saja konsep dasar tukar ?
3. Apa itu Kartel International ?
4. Apa itu Diskriminasi Harga, dumping, dan perjanjian internasional ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa itu ekonomi internasional
2. Mengetahui konsep-konsep pada dasar tukar
3. Mengetahui kartel internasional
4. Mengetahui diskriminasi harga, dumping, dan perjanjian internasional

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Ekonomi Internasional


A. Pengertian Ekonomi Internasional
Ekonomi internasional adalah suatu bidang studi yang mempelajari
implikasi-implikasi perdagangan internasional baik barang maupun jasa dan
investasi atau keuangan internasional. Dengan kata lain ilmu ekonomi
internasional adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari segala
sesuatu mengenai hubungan ekonomi antarnegara. Adapun hubungan
ekonomi antarnegara ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
sebagai berikut:
1. Hubungan ekonomi yang berupa pertukaran barang atau jasa satu negara
dengan negara yang lain. Misalnya, Indonesia mengekspor tekstil, kayu
lapis, mebel, menjual jasa turisme kepada orang asing, dan Indonesia
mengimpor gandum, beras, mobil, mesin-mesin industri, menggunakan
jasa angkutan laut dan udara dari negara lain.
2. Hubungan ekonomi yang berupa pertukaran atau aliran faktor produksi
(tenaga kerja, modal, teknologi dan kewirausahaan). Faktor produksi
tersebut dapat berpindah dari satu negara ke negara yang lain karena
berbagai sebab, misalnya: karena balas jasa yang lebih menguntungkan,
adanya program bantuan luar negeri, perang atau resesi ekonomi. Saat ini
faktor produksi yang paling mudah berpindah dari satu negara ke negara
yang lain adalah faktor produksi modal beserta teknologi dan
kewirausahaan yang melekat di dalamnya.
3. Hubungan ekonomi yang dilihat dari segi hubungan posisi utang-piutang.
Suatu negara dapat mempunyai utang ataupun piutang dengan negara
lain. Biasanya hubungan utang piutang ini timbul sebagai konsekuensi
dari adanya dua bentuk hubungan ekonomi yang sudah kita bahas, yaitu
hubungan perdagangan dan hubungan pertukaran faktor produksi.
Misalnya Indonesia mengimpor mesin industri dari Jerman dengan kredit
dari penjualnya. Dalam hal ini hubungan perdagangan dengan
mengimpor mesin industri sebagai penyebab timbulnya utang Indonesia
kepada pengusaha Jerman.Ekonomi internasional berkembang dan
semakin penting sebagai bagian dalam suatu bidang studi karena
pesatnya pertumbuhan pasar ekonomi internasional. Pelaku bisnis,
pemerintah dan juga konsumen makin hari makin menyadari bahwa
nafas kehidupan mereka semakin dipengaruhi tidak hanya oleh apa yang
terjadi di tempat di mana mereka tinggal, di kota mereka, di negara
mereka, akan tetapi juga dipengaruhi oleh apa yang terjadi di seantero
dunia. Konsumen dapat membeli barang dan jasa dari seluruh penjuru
dunia di pasar-pasar lokal. Bahkan dengan semakin majunya dunia
teknologi, proses transaksi perdagangan ini dapat dilakukan melalui
jaringan maya yang salah satu medianya adalah melalui internet. Bentuk
perdagangan seperti ini sering disebut dengan istilah e-commerce.
Dengan hadirnya e-commerce ini semakin meningkatkan jaringan
perdagangan dunia karena transaksi dalam e-commerceini relatif tidak
terhalang oleh batasan ruang geografis.Karena konsumen dapat membeli

5
barang dan jasa dari seluruh pelosok dunia di pasar lokal maupun melalui
jaringan e-commerce maka pengusaha lokal harus bersaing dengan
barang-barang dan jasa-jasa produk luar negeri. Akan tetapi hal ini juga
berarti bahwa usaha-usaha yang sejenis mempunyai kesempatan dan
peluang baru untuk melebarkan pasar mereka dengan cara menjual ke
berbagai negara. Kemajuan teknologi telekomunikasi memberi efek
positif yaitu mengurangi biaya pelayanan internasional dan World Wide
Web nampaknya dapat mempercepat ekspansi pasar. Proses globalisasi
pasar terus berlangsung. Hal ini memberi pesan pada kita akan makin
pentingnya untuk memahami implikasi-implikasi pasar global
marketplacepada konsumen, bisnis dan pemerintah.

B. Tujuan Ekonomi Internasional

Apabila kita membicarakan tujuan ekonomi internasional, maka kita


dapat membaginya ke dalam dua bagian yang lebih spesifik, yaitu :

Tujuan teori ekonomi dan tujuan kebijakan ekonomi internasional.


Tujuan teori ekonomi internasional adalah untuk melakukan
prediksi,menguraikan dan menjelaskan prediksi-prediksi tersebut.
Artinya, teori ekonomi internasional melakukan abstraksi dari hal-hal
rinci di sekitar peristiwa ekonomi untuk memisahkan beberapa variabel
dan berbagai hubungan yang dianggap paling penting dalam
memprediksi dan menjelaskan peristiwa ekonomi. Sejalan dengan hal
ini, dalam penjelasannya teori ekonomi internasional selalu
mengasumsikan bahwa dunia terdiri dari dua negara, dua komoditi, dan
dua jenis faktor produksi. Selain itu ekonomi internasional juga
mengasumsikan tidak terdapatnya pembatasan perdagangan, terjadi
mobilitas faktor produksi secara sempurna dalam suatu negara,namun
tidak ada mobilitas antarnegara, terdapat persaingan sempurna pada
pasar semua jenis komoditi dan faktor produksi, serta tidak terdapat
biaya transportasi. Bila ditinjau dari kebijakannya maka secara garis
besar terdapat 6 tujuan utama kebijakan ekonomi internasional, yaitu:

a. autarki (autarky),
b. kesejahteraan ekonomi (economic welfare),
c. proteksionisme (proteksinism),
d. tingkat employmentyang stabil (stable levels of high employment),
e. neraca pembayaran yang menguntungkan (favorable balance of
payments),
f. dan pembangunan ekonomi (economic development).

Kebijakan ekonomi internasional terus berkembang dan mengalami


perubahan dari waktu ke waktu. Beberapa isu kontemporer utama yang
berkaitan dengan kebijakan ekonomi internasional dewasa ini antara lain:
pemeliharaan sistem perdagangan multilateral global, kekompetisian
internasional (international competitiveness), integrasi ekonomi,
proteksionisme baru, munculnya negara-negara industri baru (newly
industrializing countries, NICs), transisi ekonomi terpusat (centrally
planned economies) ke ekonomi pasar, ketidakstabilan kurs, beban utang

6
negara-negara sedang berkembang, perlindungan lingkungan, kontrol
terhadap perusahaan multinasional.

2.2 Dasar Tukar

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya
atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya. Kenaikan nilai
tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing, penurunan
nilai tukar dalam negeri atas uang asing disebut depresiasi atas mata uang asing.
Dasar tukar atau term of trade adalah perbandingan kuantitatif atau nilai antara
ekspor dan impor yang mencerminkan posisi perdagangan suatu Negara untuk
periode waktu tertentu.

A. Net Barter

Net Barter biasa di sebut commodity terms of trade. Net Barter terms
of trade adalah pertandingan antara indeks ekspor dengan indeks harga
impor. Kenaikan ekspor menunjukkan perbaikan didalam nilai tukar
perdagangan, artinya untuk sejumlah tertentu ekspor dapat di peroleh
jumlah impor yang lebih banyak dengan melalui hubungan harga.
( Nopirin, 1995: 71)

Formulasinya dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

N=Px/Pm x 100

Dimana, Px adalah indeks harga ekspor ; Pm adalah indeks harga


impor ; dan 100 adalah indeks tahun dasar. Bila N > 100 atau terjadi
kenaikan net barter terms of trade maka terjadi perkembangan perdagangan
luar negeri yang positif karena dengan nilai ekspor tertentu di peroleh nilai
impor yang lebih besar. (Hady, 2001: 77)

B. Gross Barter

Gross Barter merupakan perbandingan antara indeks volume impor


dengan indeks volume ekspor. Konsep ini menjadi tidak penting karena
kurang memberikan gambaran tentang perubahan harga. Oleh karena itu,
apabila konsep terms of trade tampa di beri penjelasan apa-apa maka yang
di maksud adalah konsep net barter terms of trade.

C. Income Faktorial

Income adalah kemampuan suatu Negara untuk mengimpor barang-


barang dari hasil ekspor. Income terms of trade terutama bagi Negara-
negara yang berkembang penting sekali dalam menilai term of trade dengan
mempertimbangkan volume ekspornya, karena kenaikan harga ekspor yang
tinggi mungkin di imbangi dengan turunnya volume ekspor, sehingga
konsep term of trade menjadi apa yang di sebut income term of trade (I)
yakni : terms of trade ini penting sekali untuk mengetahui kemampuan

7
mengimpor (capacity to import). Kenaikan (I) menunjukkan bahwa suatu
Negara dapat memperoleh jumlah impor yang lebih besar dengan dasar
kenaikan nilai ekspornya. Kemampuan mengimpor akan lebih besar lagi
apabila juga di pertimbangkan adanya aliran modal yang masuk serta
penerimaan-penerimaan lain selain dari ekspor. Ini disebut total capacity to
import. Perubahan (I) dan (N) mungkin dalam arah yang berlawanan,
misalnya indeks harga impor tetap, harga indes impor turun dengan
persentase lebih kecil dari pada naiknya indeks volume ekspor, maka (I)
akan naik sedangkan (N) turun. Konsep-konsep terms of trade diatas adalah
dalam arti commodity terms of trade, yakni dasar pertukaran dalam mana
dua barang itu di pertukarkan. Apabila produktivitas didalam memproduksi
barang tersebut juga di pertimbangkan maka konsep terms of trade ini
disebut factorial terms of trade.

2.3 Kartel Internasional

Pengertian kartel adalah sebuah organisasi yang diciptakan melalui


perjanjian formal antara sekelompok produsen barang atau jasa untuk mengatur
pasokan dalam upaya untuk mengatur atau memanipulasi harga. Kartel memiliki
efek negative bagi konsumen karena keberadaan mereka akan menghasilkan
harga yang lebih tinggi dengan pasokan terbatas. Padahal sejatinya pasokan
barang tersebut masih sangat banyak dan harganya juga cukup murah. Contoh
kartel yang paling terkenal adalah OPEC yang mengendalikan harga minyak
bumi didunia.

A. Definisi Kartel

Suatu kelompok, perusahaan atau Negara yang mencoba untuk


mengontrol harga dan pasokan komoditi (seperti minyak) dengan cara
menahan atau menimbun produksi.

B. Kartel Internasional

Kartel internasional adalah suatu organisasi yang berisikan berbagai


produsen komoditi tertentu dari beberapa Negara. Produsen tersebut akan
melakukan perjanjianuntuk membatasi produksinya serta bersama-sama
mengendalikan ekspor terhadap komoditi didunia yang bertujuan untuk
memaksimalkan tingkat keuntungan mereka. Contoh kartel internasional
adalah International Air Transport Association (IATA), International Bauxite
Associationi (IBA) dan Organisation of Petrolium Exporting Countries
(OPEC).

Kartel adalah sebah istilah dalam dunia illegal trade atau perdagangan
illegal. Pada dasarnya perdagangan yang baik adalah perdagangan yang
tidak ada “ Komplotan “.

Komplotan disini maksudnya adalah sindikat yang melakukan permainan


harga seenak jidat

8
2.4 Diskriminasi Harga
1) Pengertian Diskriminasi Harga

Diskriminasi dapat diartikan sebagai setiap perlakuan yang berbeda


yang dilakukan terhadap satu pihak tertentu. Dalam dunia usaha, pelaku
usaha melakukan praktek diskriminasi dapat disebabkan karena berbagai
hal. Praktek diskriminasi yang paling umum adalah diskriminasi harga,
yang dilakukan pelaku usaha untuk mengambil keuntungan secara
maksimal dari surplus konsumen. Praktek diskriminasi harga dapat
berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
dibandingkan dengan pemberlakuan satu harga (non diskriminasi). Dengan
diskriminasi harga, jumlah barang yang dihasilkan dan dapat dinikmati
masyarakat akan meningkat dibandingkan dengan metode satu harga yang
biasanya diterapkan oleh perusahaan monopoli.
Praktek diskriminasi lain selain harga dapat dilakukan dengan
berbagai motif. Sebagai contoh, karena adanya referensi terhadap pelaku
usaha tertentu yang lahir dari pengalaman bertahun-tahun, atas tujuan
efisiensi. Praktek diskriminasi lain dapat terjadi karena alasan untuk
mengeluarkan perusahaan pesaing dari pasar atau menghambat pesaing
potensial untuk masuk pasar. Praktek diskriminasi ini tentunya akan
melanggar prinsip persaingan usaha yang sehat. Perjanjian diskriminasi
harga adalah perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha
lainnya dimana untuk suatu produk yang sama dijual kepada setiap
konsumen dengan harga yang berbeda-beda. Secara sederhana, suatu
diskriminasi harga telah terjadi apabila terjadi perbedaan harga antara satu
pembeli dengan pembeli lainnya. Namun demikian, dapat terjadi bahwa
diskriminasi harga tersebut disebabkan oleh perbedaan biaya atau karena
kebutuhan persaingan lainnya, seperti biaya iklan, dan lain-lain.

A. Dumping
 Pengertian Dumping
Istilah Dumping merupakan istilah yang dipergunakan dalam
perdagangan internasional adalah praktik dagang yang dilakukan oleh
eksporter dengan menjual komodity di pasar Internasional dengan harga
kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah dari harga barang tersebut di
negerinya sendiri, atau dari harga jual kepada negara lain pada umumnya.
Praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasaran dan merugikan
produsen pesaing di negara pengimpor (AF. Erawati dan JS. Badudu,
1996:37).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan
bahwa Dumping adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau
eksporter yang melaksanakan penjualan barang/komoditi di luar negeri atau
negara lain (Negara pengimpor) dengan harga yang lebih rendah dari harga
normal barang sejenis baik di dalam negeri pengekspor (eksporter) maupun

9
di negara pengimpor (importer), sehingga mengakibatkan kerugian bagi
negara pengimpor.

 Kriteria dan Jenis Dumping


Menurut Pasal VI GATT 1994 bahwa kriterian dumping dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Penentuan Dumping (the Determination of Dumping).
Penentuan dumping yang diatur dalam Bab I menyatakan bahwa, suatu
produk dianggap sebagai dumping apabila dalam perdagangan antar negara,
produk tersebut dijual di bawah nilai normal yaitu (Sukarmi, 2002: 27):
2. Harga dari produk serupa (like product) di pasar dalam negeri negara peng-
ekspor. Dalam hal ini harga pembanding (comparable price) harus
dilakukan berdasarkan perhitungan ex factory price (harga di luar pabrik)
dari penjualan dalam negeri dengan perhitungan ex factory price dari
penjualan ekspor.
3. Bilamana tidak ada harga dalam negeri pengimpor yang dapat dibanding-
kan di negara pengekspor, maka harga normal adalah ex factory price yang
berasal dari perhitungan harga produk sejenis di negara tersebut yang
diekspor ke negara ke tiga.
4. Ongkos produksi di negara asal di tambah biaya administrasi, biaya
pemasaran, dan keuntungan normal adalah dengan menggunakan definisi
nomor 1 a, namun bilaman penjualan dalam negeri di negara pengekspor
sangat kecil (jarang) atau harga dalam negeri tidak relevan, misalnya produk
tersebut di jual oleh perusahaan negara di negara yang menganut non
market economy dapat menggunakan definisi 1 b .

a. Ketentuan Dumping dalam Hukum Nasinal Indonesia


Dalam hukum Nasinal Indonesia ketentuan dumping secara ekplisit
diatur dalam UU no.10 tahun 1995 tentang kepabeanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1995 no.75 beserta Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3612 ) yang dilengkapi dengan peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 tahun 1996 tentang Bea masuk
anti dumping dan Bea masuk Imbalan.
Undang-Undang no.10 tahun 1995 tentang kepabeanan merupakn
perubahan dari ketentuan perundang-undangan tetntan bea dan
cukai.sebelumnya terhadap Kepabeanan berlaku ketentuan perundang-
undangan dari zaman kolonial yaitu :
a) Indiche Tarief wet Staatblad tahun 1973 nomor 35 sebagaimana diubah dan
ditambah
b) Rechten Ordonantie staatsblad tahun 1982 nomor 240 sebagaimana telah
diubah dan ditambah.
c) Tarif Ordonantie Staadsblad Tahun 1910 Nomor 628 sebagaimana telah
diubah dan ditambah
d) Perubahan ketentuan dari Kapabeanan tersebut menjadi undang-undang
No.10 tahun 1995 tentan Kepabeanan merupakan tuntutan dari

10
perkembangan dalam pelaksanaan pembangunan bidan perekonomian
,khususnya penyelenggaraan kegiatan perdagangan Internasional yang
banyak dipengaruhi oleh pergerakan globalisasi.
e) Dibandingkan dengan perundang-undangan warisan kolonial dalam undang-
undang No.10 tahun 1995 terdapat hal baru yang dipertegas antara lain
;Kapabeanan;kawasan kapabeanan; fasilitas yang diberikan Kapabeanan
menyangkut tentang tempat penimbunan ( sementara,berikat,atau penibunan
pabean ) ; Penetapan besarnya bea masuk anti dumping dan bea masuk
imbalan pengendalian import ;sanksi administratif; penyidikan dan lembaga
banding.
f) Dalam pelaksanaan bea masuk anti dumping dan bea masuk imbalan
ditetapkan dalam Peraturan pemerintah yaitu PP Nomor 34 tahun 1996 yang
mengatur tenhtang persyaratan dan pengenaan bea masuk anti dumping dan
bea imbalan.Kemudian berkaitan dengan penyelesaian perselisihan tentang
tuduhan dumping terhadap barang dumping atau barang yang mengandung
subsidi ditetapkan Komite Anti Dumping Indonesia ( KADI ) berdasarkan
surat keputusan dari menteri perindustrian dan perdagangan Nomor
136/MPP/KEP/6/1996 tertanggal 4 juni 1996.
B. Perjanjian Internasional

 Pengertian Perjanjian Internasional Secara umum,

Perjanjian Internasional adalah sebuah perjanjian yang dibuat di


bawah hukum internasional oleh beberapa pihak yang berupa negara atau
organisasi internasional. Sebuah perjanjian multilateral dibuat oleh beberapa
pihak yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian
bilateral dibuat antara dua negara. Sedangkan, perjanjian multilateral adalah
perjanjian yang dibuat oleh lebih dari dua negara. Perjanjian Internasional
menurut para ahli:

1) Mochtar Kusumaatmadja, SH. LL.M Perjanjian internasional sebagai


perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan
bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.
2) Konferensi Wina 1969 Perjanjian internasional adalah perjanjian yang
dilakukan oleh dua negara atau lebih yang bertujuan untuk mengadakan
akibat-akibat hukum tertentu yang harus dipatuhi oleh setiap negara
berdasarkan hukum internasional yang berlaku.
3) Oppenheimer Dalam bukunya yang berjudul International Law,
Oppenheimes mendefinisikan perjanjian internasional sebagai “international
treaties are states, creating legal rights and obligations between the parties”
atau perjanjian internasional melibatkan negara-negara yang menciptakan
hak dan kewajiban di antara pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut.

11
Syarat – syarat untuk membuat perjanjian Internasional:

a) Negara – negara yang tergabung dalam organisasi


b) Bersedia mengadakan ikatan hukum tertentu
c) Kata sepakat untuk melakukan sesuatu
d) Bersedia menanggung akibat – akibat hukum yang terjadi.

Macam – Macam Perjanjian Internasional

a) Perjanjian Internasional ditinjau dari jumlah pesertanya


b) Perjanjian Internasional Bilateral, yaitu Perjanjian Internasional yang
jumlah peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalamnya terdiri atas dua
subjek hukum internasional saja (negara dan / atau organisasi internasional,
dsb). Kaidah hukum yang lahir dari perjanjian bilateral bersifat khusus dan
bercorak perjanjian tertutup (closed treaty), artinya kedua pihak harus
tunduk secara penuh atau secara keseluruhan terhadap semua isi atau pasal
dari perjanjian tersebut atau sama sekali tidak mau tunduk sehingga
perjanjian tersebut tidak akan pernah mengikat dan berlaku sebagai hukum
positif, serta melahirkan kaidah-kaidah hukum yang berlaku hanyalah bagi
kedua pihak yang bersangkutan.
c) Perjanjian Internasional Multilateral, yaitu Perjanjian Internasional yang
peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalam perjanjian itu lebih dari dua
subjek hukum internasional. Sifat kaidah hukum yang dilahirkan perjanjian
multilateral bisa bersifat khusus dan ada pula yang bersifat umum,
bergantung pada corak perjanjian multilateral itu sendiri. Corak perjanjian
multilateral yang bersifat khusus adalah tertutup, mengatur hal-hal yang
berkenaan dengan masalah yang khusus menyangkut kepentingan pihak-
pihak yang mengadakan atau yang terikat dalam perjanjian tersebut.
Sedangkan perjanjian multilateral yang bersifat umum, memiliki corak
terbuka. Maksudnya, isi atau pokok masalah yang diatur dalam perjanjian
itu tidak saja bersangkut-paut dengan kepentingan para pihak atau subjek
hukum internasional yang ikut serta dalam merumuskan naskah perjanjian
tersebut, tetapi juga kepentingan dari pihak lain atau pihak ketiga.
d) Perjanjian Internasional ditinjau dari kaidah hukum yang dilahirkannya
e) Treaty Contract. Sebagai perjanjian khusus atau perjanjian tertutup,
merupakan perjanjian yang hanya melahirkan kaidah hukum atau hak-hak
dan kewajiban-kewajiban yang hanya berlaku antara pihak-pihak yang
bersangkutan saja. Perjanjian ini bisa saja berbentuk perjanjian bilateral
maupun perjanjian multilateral.
f) Law Making Treaty. Sebagai perjanjian umum atau perjanjian terbuka,
merupakan perjanjian- perjanjian yang ditinjau dari isi atau kaidah hukum
yang dilahirkannya dapat diikuti oleh subjek hukum internasional lain yang
semula tidak ikut serta dalam proses pembuatan perjanjian tersebut. Dengan
demikian perjanjian itu, ditinjau dari segi isi atau materinya maupun kaidah
hukum yang dilahirkannya tidak saja berkenaan dengan kepentingan subjek-
subjek hukum yang dari awal terlibat secara aktif dalam proses pembuatan
perjanjian tersebut, melainkan juga dapat merupakan kepentingan pihak-
pihak lainnya.
g) Perjanjian Internasional ditinjau dari prosedur atau tahap pembentukannya

12
h) Perjanjian Internasional yang melalui dua tahap. Perjanjian melalui dua
tahap ini hanyalah sesuai untuk masalah-masalah yang menuntut
pelaksanaannya sesegera mungkin diselesaikan. Kedua tahap tersebut
meliputi tahap perundingan (negotiation) dan tahap penandatanganan
(signature).
i) Perjanjian Internasional yang melalui tiga tahap. Pada Perjanjian
Internasional yang melalui tiga tahap, sama dengan proses Perjanjian
Internasionl yang melalui dua tahap, namun pada tahap ketiga ada proses
pengesahan (ratification). Pada perjanjian ini penandatangan itu bukanlah
merupakan pengikatan diri negara penandatangan pada perjanjian,
melainkan hanya berarti bahwa wakil-wakil para pihak yang bersangkutan
telah berhasil mencapai kata sepakat mengenai masalah yang dibahas dalam
perundingan yang telah dituangkan dalam bentuk naskah perjanjian.

Tahap – tahap dalam membuat perjanjian internasional Perjanjian


internasional biasanya dituangkan dalam bentuk struktur perjanjian
internasional yang lengkap dan dibuat melalui tiga tahap, yaitu :

1) Perundingan (Negotiation)

Tahapan ini merupakan suatu penjajakan atau pembicaraan


pendahuluan oleh masing-masing pihak yang berkepentingan. Dalam
perundingan internasional ini negara dapat diwakili oleh pejabat negara
dengan membawa surat kuasa penuh (full powers/credentials), kecuali
apabila dari semula peserta perundingan sudah menentukan bahwa full
power tidak diperlukan. Pejabat negara yang dapat mewakili negaranya
dalam suatu perundingan tanpa membawa full power adalah kepala negara,
kepala pemerintahan (perdana menteri), menteri luar negeri, dan duta besar.
Keempat pejabat tersebut dianggap sudah sah mewakili negaranya karena
jabatan yang disandangnya. Hukum internasional dalam tahap perundingan
atau negosiasi, memberi peluang kepada seseorang tanpa full powers untuk
dapat mewakili negaranya dalam suatu perundingan internasional.
Seseorang tanpa full powers yang ikut dalam perundingan internasional ini
akan dianggap sah, apabila tindakan orang tersebut disahkan oleh pihak
yang berwenang pada negara yang bersangkutan. Pihak yang berwenang
tersebut adalah kepala negara dan/atau kepala pemerintahan (presiden,
raja/perdana menteri).

2) Tahap Penandatanganan (Signature)

Tahap penandatanganan merupakan proses lebih lanjut dari tahap


perundingan. Tahap ini diakhiri dengan penerimaan naskah (adoption of the
text) dan pengesahan bunyi naskah (authentication of the text). Penerimaan
naskah (adoption of the text) yaitu tindakan perwakilan negara dalam
perundingan internasional untuk menerima isi dari perjanjian nasional.
Dalam perjanjian bilateral, kedua perwakilan negara harus menyetujui
penerimaan naskah perjanjian. Sedangkan dalam perjanjian multilateral,
bila diatur secara khusus dalam isi perjanjian, maka berlaku ketentuan
menurut konferensi Vienna tahun 1968 mengenai hukum internasional.
Penerimaan naskah ini dapat dilakukan apabila disetujui sekurang-

13
kurangnya dua pertiga peserta konferensi. Pengesahan bunyi naskah
(authentication of the text) dilakukan oleh para perwakilan negara yang
turut serta dalam perjanjian tersebut. Dalam perjanjian bilateral maupun
multilateral pengesahan naskah dapat dilakukan para perwakilan negara
dengan cara melakukan penandatanganan ad referendum (sementara) atau
dengan pembubuhan paraf (initial). Pengesahan bunyi naskah adalah
tindakan formal untuk menerima bunyi naskah perjanjian.

3) Tahap Ratifikasi (Ratification)

Pengesahan atau ratifikasi adalah persetujuan terhadap rencana


perjanjian internasional agar menjadi suatu perjanjian yang berlaku bagi
masing-masing negara tersebut. Pengesahan perjanjian internasional oleh
pemerintah dilakukan sepanjang dipersyaratkan oleh perjanjian
internasional tersebut. Pengesahan suatu perjanjian internasional dilakukan
berdasarkan ketetapan yang telah disepakati oleh para pihak. Setelah
penandatanganan naskah perjanjian internasional dilakukan oleh para wakil
negara peserta perundingan, maka selanjutnya naskah perjanjian tersebut
dibawa pulang ke negaranya masing-masing untuk dipelajari dengan
seksama untuk menjawab pertanyaan, yaitu apakah isi perjanjian
internasional tersebut sudah sesuai dengan kepentingan nasional atau belum
dan apakah utusan yang telah diberi kuasa penuh melampaui batas
wewenangnya atau tidak. Apabila memang ternyata isi dalam perjanjian
tersebut sudah sesuai, maka negara yang bersangkutan tersebut akan
meratifikasi untuk menguatkan atau mengesahkan perjanjian yang
ditandatangani oleh wakil-wakil yang berkuasa tersebut. Setelah melewati
tiga tahap tersebut diatas, perjanjian internasional dapat disahkan oleh
presiden. Dalam megesahkan suatu perjanjian internasional, lembaga
pemrakarsa yang terdiri atas lembaga negara dan lembaga pemerintah, baik
departemen maupun nondepartemen, menyiapkan salinan naskah perjanjian,
terjemahan, rancangan undang–undang, atau rancangan keputusan presiden
tentang pengesahan perjanjian internasional yang dimaksud serta dokumen
– dokumen lain yang diperlukan. Lembaga pemrakarsa mengkoordinasikan
pembahasan rancangan dan/atau materi permasalahan bersama dengan
pihak – pihak terkait. Prosedur pengajuan pengesahan perjanjian
internasional dilakukan melalui materi untuk disampaikan kepada presiden.
Setiap undang–undang atau keputusan presiden tentang pengesahan
perjanjian internasional ditempatkan dalam lembaran negara Republik
Indonesia.

14
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1) Nilai tukar adalah perbandingan kuantitatif atau nilai antara ekspor dan
impor yang mencerminkan posisi perdagangan suatu Negara untuk periode
waktu tertentu.Dimana berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat
kini dengan beberapa perbandingan yaitu: Net Barter, Gross Barter, dan
Income Terms of Trade
2) Kartel Internasional : suatu organisasi yang berisikan berbagai produsen
komoditi tertentu dari beberapa Negara. Produsen tersebut akan melakukan
perjanjian untuk membatasi produksinya serta bersama-sama
mengendalikan ekspor terhadap komoditi didunia yang bertujuan untuk
memaksimalkan tingkat keuntungan mereka
3) Diskriminasi Harga : setiap perlakuan yang berbeda yang dilakukan
terhadap satu pihak tertentu yang dilakukan pelaku usaha untuk mengambil
keuntungan secara maksimal dari surplus konsumen dengan beberapa syarat
dan jenis tertentu yaitu : Dumping dan Perjanjian Internasional

DAFTAR PUSTAKA

15
file:///C:/Users/USER/Documents/Dasar tukar atau term of trade.htm
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol23114/kppurancang p
edoman-diskriminasi-harga
http://www.mdp.ac.id/materi/2013-2014-1/EK405/121074/EK405- 121074-928-8.1.pdf
https://maxzhum.wordpress.com/2010/09/29/mengenal-praktik-
dumping/www.google.com
http://dimasmusik.blogspot.co.id/2016/11/makalah-
perjanjianinternasional.html#ixzz4bPjHB51x
https://nebulasmansa.wordpress.com/2015/05/29/makalah-perjanjian-internasional/
https://budinh.blogspot.co.id/2013/03/makalah-perjanjian-internasional- lengkap.html

16

Anda mungkin juga menyukai