Ekonomi Internasional
A. Kompetensi
C. Uraian Materi
Neraca Pembayaran
Pengertian Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah suatu catatan aliran keuangan
yang menunjukkan nilai transaksi perdagangan dan aliran dana yang
dilakukan di antara suatu Negara dengan Negara lain dalam satu
tahun tertentu (Sukirno:2010). Neraca pembayaran mencatat
semua transaksi yang mempengaruhi penawaran dan
permintaan mata uang di pasar internasional.
3. Perdagangan Internasional
Teori Pra-klasik
a. Merkantilisme
Merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan cita-
cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik
kemakmuran suatu negara yang ditujukan untuk memperkuat posisi dan
kemakmuran negara melebihi kemakmuran perseorangan. Teori
Perdagangan Internasional dari Kaum Merkantilisme berkembang pesat
sekitar abad ke-16 berdasar pemikiran mengembangkan ekonomi nasional
Teori Modern
Devisa
1. Pengertian Devisa
Apabila ada orang Indonesia membeli barang dari luar negeri, maka ia
tidak akan dapat melakukan pembayaran dengan menggunakan uang
rupiah seperti yang biasa ia pakai saat melakukan transaksi perdagangan di
dalam negeri. Ia harus membayar dengan mata uang yang diakui negara
asal barang yang ia beli atau alat pembayaran lain yang dapat diterima
secara internasional. Alat pembayaran internasional inilah yang dimaksud
dengan devisa. Devisa dapat berbentuk, mata uang kuat (hard
currency)/valuta asing, emas, wesel (bill of exchange) dan traveller cheque.
Dunia mengakui ada delapan mata uang sebagai hard currencies, yaitu US
Dollar, Jepang- Yen, Inggris-Poundsterling, Prancis- Franc, Switzerland-
Franc, Germany- DM (Deutsche Mark), Canada-Dollar, dan European-Euro.
Devisa bisa juga diartikan sebagai valuta asing yang telah memiliki
catatan kurs resmi di bank sentral atau Bank Indonesia. Sedangkan valuta
Ada tiga macam sistem kurs, yaitu sistem kurs bebas, sistem kurs
tetapdan sistem kurs mengambang terkendali. Sistem kurs yang
dianut suatunegara sangat mempengaruhi cepat lambatnya
perubahan kurs. Pada sistem kurs bebas, kurs sangat mudah
berubah. Pada sistem kurs tetap, kurstidak pernah berubah
(kecuali diinginkan oleh pemerintah). Pada sistem kurs
mengambang terkendali, perubahan kurs bisa dikendalikan
pemerintah.
d. Kurs Multiple
Kurs yang digunakan dalam jual beli valuta asing, meliputi kurs
jual dan kurs beli.
a. pembayaran bunga,
b. biaya transportasi
c. biaya asuransi,
BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEWIRAUSAHAAN
Tujuan Kewirausahaan:
a) Meningkatkan Jumlah wirausaha yang berkualitas
b) Menyadarkan masyarakat atau memberikan kesadaran berwirausaha yang
tangguh dan kuat terhadap masyarakat
c) Menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat
d) Membudayakan semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan
di kalangan masyarakat
Sasaran Kewirausahaan:
a) Instansi pemerintah, BUMN, organisasi profesi dan kelompok masyarakat
b) Pelaku ekonomi: pengusaha kecil, koperasi
c) Generasi Muda: anak-anak putus sekolah, calon wirausahawan.
Manfaat Kewirausahan:
a) Menambah daya tampung tenaga kerja
b) Sebagai generator pembangunan lingkungan, pribadi, distribusi,
pemeliharaan lingkungan dan kesejahteraan
c) Memberi contoh bagaimana bekerja keras, tekun dan memeiliki pribadi
unggul yang patu diteladai
d) Mendidik karyawan jadi orang mandiri, disiplin tekun, jujur dalam
menghadapi pekerjaan
e) Mendidik masyarakat hidup efisien dan sederhana
Keuntungan :
a) Terbuka lebar kesempatan untuk menjadi bos dalam perusahaan
b) Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara
maksimal
c) Terbuka peluang untuk memperlihatkan potensi wirausaha secara penuh
d) Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dalam usaha
e) Terbuka peluang untuk mencapai tujuan usaha yang dikehendaki
Kelemahan
a) Tanggung jawab sangat besar dan berat di dalam menghadapi
permasalahan bisnis
b) Bekerja keras dan waktunya sangat panjang
c) Memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memiliki resiko yang sangat
besar.
Ruang Lingkup
a) Lapangan Agraris
b) Lapangan Peternakan
c) Lapangan Perkebunan
d) Lapangan Pemberi jasa
e) Lapangan Pertambangan dan energi
f) Lapangan Industri dan Kerajinan
1.1 Etimologi
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang,
pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak
agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha
adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda
dengan yang sudah ada sebelumnya.
Zimmerer
Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (usaha). Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai
pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi
yang mencakup eksploitasi peluangpeluang yang muncul di pasar. Eksploitasi
tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi
input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi
resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang
kreatif dan innovatif.
1.4 Hakikat dan Konsep Dasar Kewirusahaan
Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga
kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya
dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.
Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam
kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak
digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan
fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya
menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi
kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu
yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan,
memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima
balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan
wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata
swasta. Persepsi tentang
Wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur.
Perbedaannya adalah pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta
dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak
keadaan yang biasa (tidak darurat) manusia – manusia wiraswasta bahkan akan
mampu menjadikan dirinya maju, kaya, berhasil lahir dan batin.
Wiraswasta menurut DR Daoed Yoesoef (1981:78), Seorang Wiraswasta
adalah:
1. Memimpin Usaha baik secara teknis/atau ekonomis.
2. Dengan memperhatikan aspek fungsionil al
Memiliki modal (sebagai owner/secara bagian co-owner).
Sebagai manager(mengurus dalam kapasitas sebagai penanggung
jawab)
Mau menerima tantangan ketidakpastian.
Siap menanggung resiko ekonomi yang sulit diukur secara
kuantitatif dan kualitatif.
Mempelopori usaha baru.(pionir menerapkan kombinasi baru)
Inovator (penemu),peniru (imitator)
3. Memburu Keuntungan dan manfaat secara maksimal.
4. Membawa usaha kearah kemajuan,perluasan,perkembangan melalui
jalan kepemimpinan ekonomi demi:
Kenaikan prestise.
Kebebasan (independency),kekuasaan dan kehormatan.
Kontinuitas usaha
5 Tipe Pokok Wiraswasta
1. Wiraswasta sebagai orang vak “captain of industry” disuatu bidang
tertentu.
Membuktikan prestasi teknik.
Mengadakan penemuan
Membuat peniruan.
Perhatian utamanya adalah aspek teknik dari usaha yang
dijalankan.
Pelanggan diperoleh dengan tidak sengaja namun diperoleh
melalui mutu barang/mutu prestasi.
2. Wiraswasta sebagai orang bisnis.
Menganalisa terus menerus kebutuhan dan selera masyarakat.
focus pada obyek, ada usaha yang mandiri, sedang wirausaha lebih menekankan
pada jiwa, semangat, kemudian diaplikasikan dalam segala aspek kehidupan.
1.5.3 Kesimpulan Wirausaha dan Wiraswasta
Bahwa istilah wiraswasta sama saja dengan wirausaha, walaupun
rumusannya berbeda – beda tetapi isi dan karakteristiknya sama. Namun ada
perbedaan focus antara kedua istilah tersebut. Wiraswasta lebih focus pada obyek,
ada usaha yang mandiri, sedang wirausaha lebih menekankan pada jiwa,
semangat, kemudian diaplikasikan dalam segala aspek kehidupan
1.6 Ilmu Kewirausahaan
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang :
Nilai kemampuan (ability)
Perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh
peluang dengan berbagai resiko yang dihadapinya.
Entrepreneur menurut Thomas W Zimmerer (1996):
“ Entrepreneurship is the result of a disciplined,systematic process of
applying creativity and innovations to need and opportunities in the
marketplace”
Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin,proses sistematis penerapan
kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di
pasar.
Perkembangan ilmu kewirausahaan.:
Dahulu.
Kewirausahaan adalah urusan pengalaman langsung di lapangan.
Kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir
(entrepreneurship are born not made).
Kewirausahaan kesannya tidak dapat dipelajari dan diajarkan.
Sekarang.
Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan
diajarkanserta independen.
Kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir akan tetapi
dapat dipelajari dan diajarkan.(Entrepreneurship are not only born
but also made)
BAB II
CIRI DAN WATAK WIRAUSAHA
2. Imitative Entrepreneurship
Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneur
3. Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera
melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak
melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri
yang bersangkutan.
4. Drone Entrepreneurship
Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk
melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal
tersbut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain.
Di banyak negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship yang lain
yang disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi
disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977)
(4) Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong
positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan
usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3), proses
kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh
berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti
pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor
tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan
pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausaha yang besar.
Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari
individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman.
Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya
model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembangan
menajdi kewirausahaan melalui proses yang dipengrauhi lingkungan, organisasi
dan keluarga (Suryana, 2001 : 34).
Secara ringkas, model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap
berikut (Alma, 2007 : 10 – 12) :
1. proses inovasi
2. proses pemicu
3. proses pelaksanaan
4. proses pertumbuhan
Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui bahwa
aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :
a) Mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang
pernah dilakukan
b) Pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana
c) SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
d) Kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha
e) Organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki
f) Kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses
manajerial (POAC)
g) Pemasaran : lokasi dan tempat usaha
BAB III
SIKAP DAN SIFAT – SIFAT YANG HARUS DIMILIKI OLEH
SEOARANG WIRAUSAHA
dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang
kelihatannya mustahil.
3.1.5 Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan
keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil
keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya
ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang
harus dimiliki oleh seorang wirausahawan.Pada prinsipnya seorang wirausahawan
harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
3.1.6 Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan
fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan
keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan
yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena
wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan
keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi
terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan
tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis
3.2.8.2 Decisiveness
Seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Kecepatan dan
ketepatan dia mengambil keputusan adalah merupakan factor kunci (key factor)
dalam kesuksesan bisnisnya.
3.2.8.3 Doers
Seorang wirausaha tidak mau menunda – nunda kesempatan yang dapat di
manfaatkan
3.2.8.4 Determination
Seorang wirausaha dalam melaksanakan kegiatannya memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan
pada halangan atau rintangan yang tidak mungkin diatasi
3.2.8.5 Dedication
Dedikasi seorang wirausahawan sangat tinggi, semua perhatian dan
kegiatannya dipusatkan semata – mata untuk kegiatan bisnisnya.
3.2.8.6 Devotion
Devotion berarti kegemaran atau kegila – gilaan. Hal inilah yang
mendorong dia mencapai keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produk
yang ditawarkannya, karena seorang wirausahawan akan mencintai pekerjaan
bisnisnya.
3.2.8.7 Details
Seorang wirausahawan akan selalu memperhatikan factor – factor kritis.
Dia tidak akan mengabaikan factor – factor kecil tertentu yang dapat menghambat
kegiatan usahanya.
3.2.8.8 Destiny
Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yng
hendak dicapainya.
3.2.8.9 Dollars
Wirausahawan tidak sangat mengutamakan kekayaan, motivasinya bukan
memperoleh uang, akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan
bisnisnya.
3.2.8.10 Distribute
Seorang wirausahawan bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya
terhadap orang – orang kepercayannya, yaitu orang – orang yang kritis dan mau
diajak untuk mencapai sukses dalam bidang bisnis
3.2.9 Beberapa Kelemahan Wirausaha Indonesia
Kelemahan tsb adalah:
Sifat mentalitet yang meremehkan mutu
Sifat mentalitet yang suka menerabas
Sifat tak percaya kepada diri sendiri
Sifat tak berdisiplin murni
Sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh
Masyarakat kita begitu cepat ingin menikmati waktu santai walaupun
penghasilannya belum begitu tinggi.
3.2.10 Pemanfaatan Waktu
Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk santai. Tapi seyogyanyalah kita
menggunakan waktu lebih banyak untuk kegiatan produktif. Bagi wirausahawan
hari libur tidak banyak, bahkan mereka menganggap hari libur sebagai peluang
bisnis, mereka tidak libur, tapi melayani kebutuhan masyarakat yang sedang
berlibur. Seorang wirausahawan sejati adalah seorang yang dapat bekerja dalam
satu tim, bias mempercayai orang lain, tidak bekerja sendiri, one-man show.
Bagi wirausahawan, tentu pembicaraan lebih focus pada bisnis, mana
ancaman, yang harus dihindarkan, dan mana peluang yang dapat dimanfaatkan,
bertukar pikiran dengan relasi adalah bahan pembicaraan utama para pelaku
bisnis.
BAB IV
FAKTOR – FAKTOR KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN
WIRAUSAHA
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak
dapat diselesaikan.
Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya. baik
sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha
tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang
teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang
merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.
Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai
pihak baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan
maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada :
para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain
dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan &
Bradstreet business Credit Service (1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang
harus dimiliki, yaitu :
1. Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan
dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan
dilakukan.
2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar
pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan
mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan,
memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan
usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses
dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.
3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna
terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang,
industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak
setengah hati.
4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak
hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati
merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup
waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.
5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola
keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan
menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.
6. Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien
mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan
kebutuhannya.
7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur,
mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam
menjalankan perusahaan.
8. Statisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi
kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa
yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.
9. Knowing how to compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing.
Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan
(weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing.
Dia harus menggunakan analisis swot sebaik terhadap dirinya dan
terhadap pesaing.
10. Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan /
pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton, 2007 :137 – 139)
Delapan anak tangga menuju puncak karir berwirausaha (Alma, 106 –
109), terdiri atas :
1. Mau kerja keras (capacity for hard work)
2. Bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through
people)
3. Penampilan yang baik (good appearance)
4. Yakin (self confidence)
5. Pandai membuat keputusan (making sound decision)
6. Mau menambah ilmu pengetahuan (college education)
7. Ambisi untuk maju (ambition drive)
8. Pandai berkomunikasi (ability to communicate)
yang berhubungan dengan bisnis Anda sebelum memulai bisnis merupakan ide
yang bagus.
4.3.7 Dapatkan bantuan profesional.
Di satu sisi, hanya karena Anda menjalankan bisnis kecil, bukan berarti
Anda harus menjadi ahli di bidang apa pun. Jika Anda bukan seorang akuntan,
hire lah satu atau dua orang misalnya. Jika Anda ingin menulis kontrak, dan Anda
bukanlah seorang lawyer, hire lah 1 orang. Anda akan membuang lebih waktu dan
munkin juga uang untuk mencoba melakukannya sendiri pekerjaan dimana Anda
tidak memiliki kualifikasi untuk mengerjakannya.
4.3.8 Dapatkan uang.
Simpan jika harus, mendekati investor potensial dan pemberi pinjaman.
Gambarkan perencanaan keuangan jatuh ke belakang. Jangan mengharapkan
memulai bisnis dan kemudian berjalan ke dalam bank dan mendapatkan uang.
Pemberi pinjaman tradisional tidak seperti ide baru dan tidak seperti bisnis tanpa
pembuktian track records.
4.3.9 Jadi lah profesional semenjak memulai.
Segala sesuatu tentang Anda dan cara Anda menjalankan bisnis membuat
orang-orang tahu bahwa Anda seorang profesional yang menjalankan sebuah
bisnis yang serius. Ini berarti mendapatkan semua pelrengkapan seperti kartu
bisnis profesional, telepon bisnis, dan alamat email bisnis, dan memperlakukan
orang secara profesional, cara yang sopan.
4.4. Mengenal Karakter Pelanggan
Bagi pengusaha jasa pelayanan, mengenal karakter pelanggan adalah
penting, karena dengan mengenal karakternya, kita akan lebih mengenal pula tipe-
tipe, sifat, ciri-ciri dan kebiasaannya. Dengan demikian, diharapkan perusahaan
akan lebih mudah memasarkan produk barang dan jasa yang dihasilkan. Secara
garis besar ada beberapa tipe pelanggan yang sering dianut oleh para penyedia
jasa ;
4.4.1 Pelanggan Pria
Dalam melayani pelanggan pria sebaiknya:
1. Tidak bertele-tele dalam mencari barang yang diinginkan
2. Sering tertipu karena kurang sabar dalam memilih barang yang diinginkan
hadiah darinya, sehingga kita segan untuk mengambil keputusan baik yang tidak
sesuai dengan pemikiran dia. Ini juga jenis tekan dari orang lain.
Bila kita dibawah kekuasaan orang lain, maka kita tidak bisa membuat
keputusan untuk diri sendir. Kita tidak punya kemerdekaan untuk menjalankan
apa yang kita inginkan.
BAB V
KARAKTERISTIK WIRAUSAHAWAN
BAB VI
JALAN MENUJU WIRAUSAHA SUKSES
apapun yang dihadapi, kita harus mampumelihat ke depan dan berjuang untuk
menggapai apa yang diidam – idamkan.
6.8 Pandai berkomunikasi
Pandai berkomunikasi berarti pandai mengorganisasi buah pikiran ke
dalam bentuk ucapan – ucapan yang jelas, menggunakan tutur kata yang enak
didengar, mampu menarik perhatian orang lain. Komunikasi yang baik, diikuti
dengan perilaku jujur, konsisten dalam pembicaraan akan sangat membantu
seseorang dalam mengembangkan karir masa depannya.
ini, contoh atau suri tauladan dari unsur pimpinan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan budaya perusahaan.
Oleh sebab itu pengembangan budaya perusahaan hrus dilakukan , karena
sangat bermanfaat untuk : meningkatkan sense of identity, sense of belonging,
komitmen bersama, stabilitas internal perusahaan, pengendalian sifat – sifat yang
kurang baik, dan akhirnya akan menjadi pembeda satu perusahaan dengan
perusahaan lain, dan akhirnya akan menimbulkan citra tersendiri bagi kemajuan
perusahaan.
BAB VIII
ANALISA USAHA
GAGASAN USAHA
TUJUAN
(VISI DAN MISI)
ANALISIS/EVALUASI
1. Pasar
2. Produksi/Operasi
3. Manejemen
4. Keuangan
5. Ekonomi
KEPUTUSAN
c. Tim manajemen
Apakah bisnis akan dikelola sendiri atau melibatkan orang lain secara
profesional, hal ini bergantung pada skala usaha dan kemampuan yang
dimiliki wirausaha.
d. Karyawan
Karyawan harus disesuaikan dengan jumlah dan kualifikasi yang
diperlukan.
4. Analisis Aspek Keuangan
a. Kebutuhan dana
Kebutuhan dana untuk operasional perusahaan, misalnya untuk
pembiyayaan awal, modal tetap aktiva tetap.
b. Sumber dana
Beberapa sumber dana yang layak digali yaitu sumber dana internal
(misalnya modal disetor da laba ditahan) dan modal eksternal (misalnya
penerbitan obligasi dan pinjaman).
c. Proyeksi neraca
Sangat penting untuk mengetahui kekayaan perusahaan, serta kondisi
keuangan lainnya, misalnya saldo lancar, aktiva tetap.
d. Proyeksi laba – rugi
Proyeksi laba – rugi dari tahun ke tahun menggambarkan perkiraan laba
atau rugi di masa yang akan datang.
e. Proyeksi aliran/arus kas (cash flow),
Dari arus kas dapat dilihat kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajiban keuangannya. ada 3 jenis kas yaitu:
1. Aliran kas masuk (cash in flow); penerimaan berupa hasil penjualan
atau pendapatan.
2. aliran kas keluar (cash out flow); biaya-biaya termasuk pembayaran
bunga dan pajak.
3. Aliran kas mauk bersih (net cash flow); selisih dari arus kas masuk
dengan arus kas keluar ditambah penyusutan dengan perhitungan bunga
setelah pajak.
Aliran kas masuk = laba setelah pajak + (1-tarif pajak) bunga
Nilai Investasi
Payback Periode = x 1 tahun
Kas Masuk Bersih
Apabila Payback Periode kurang dari suatu periode yang telah ditentukan,
proyek tersebut diterima, apabila tidak, proyek tersebut ditolak. Kelemahan utama dari
metode “payback” ini adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah Payback
Periode, sedangkan dengan NPV masih diperhatikannya alaran kas masuk sampai
selesainya waktu periode proyek. Metode payback ini banyak digunakan untuk
melengkapi metode lain.
Contoh:
Perusahaan pengolahan ikan menanamkan modal investasinya sebesar Rp.
24.000.000,- Keuntungan setelah pajak sebesar Rp. 5.000.000,- Depresi sebesar
3.000.000,-
Keterangan:
П = Profit (keuntungan ekonomis)
TR = Bt (benefit) ialah aliran kas per tahun pada periode t
TC = Co + Σ Ct = Io ialah biaya yang dikeluarkan disebut sebagai investasi awal
pada periode t
Co = ialah biaya tetap awal
Ct = ialah biaya variabel
Kelemahan : tidak memasukan unsur waktu dan unsur rate of interest atau
rate of return. Rate of return : konsep periodik yang mengukur return on
investment
Bt Ct
NPV (i) = Σ ( ) - { (Co + Σ ( )}
t t
(1 + i) (1 + i)
Keterangan:
NPV = Nilai bersih sekarang
Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode t)
i = Interest
t = periode waktu
–t
(1 + i) = Discount faktor atau faktor nilai sekarang atau (PFt).
Kriteria penilaian adalah, jika NPV>0 maka usaha yang direncanakan atau
yang diusulan layak untuk dilaksanakan dan jika NPV<0, jenis usaha yang
direncanakan tidak layak untuk dilaksanakan.
Shook (2002;372) berpendapat bahwa : “Konsep net present value
merupakan metode evaluasi investasi yang menghitung nilai bersih saat ini dari
uang masuk dan keluar dengan tingkat diskonto atau tingkat imbal hasil yang
disyaratkan. Investasi yang baik mempunyai nilai bersih saat ini yang positif”.
Sedangkan menurut Bambang Riayanto (1992;115) mengatakan bahwa :
“Net present value adalah selisih antara present value dari keseluruhan proceeds
yang didiscontokan atas dasar biaya modal tertentu dengan present value
pengeluaran modal”.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Net Present Value
adalah Sebuah metode evaluasi Investasi dengan mengukur selisih antara present
value dari proceeds dan nilai investasi awal. Kriteria kelayakan dari proyek ini
adalah : Proyek layak jika NPV bertanda positif dan sebaliknya tidak layak jika
NPV bertanda negatif.
Proyek sebaiknya diterima NPV > 0
Contoh:
Perusahaan pembuatan es di Sorong ingin menambah mesin pembuatan es baru
dengan biaya investasi awal sebesar 40 jt. Umur ekonomis mesin ditaksir 5 tahun.
Dari hasil survei diperoleh perkiraan arus kas (penerimaan dan biaya) adalah
sebagai berikut:
rasio ini adalah dalam bidang investasi. Sesuai dengan dengan makna tekstualnya
yaitu benefit cost (manfaat-biaya) maka analisis ini mempunyai penekanan dalam
perhitungan tingkat keuntungan/kerugian suatu program atau suatu rencana
denganmempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan
dicapai. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam upaya
mengembangkan bisnisnya.
Terkait dengan hal ini maka analisis manfaat dan biaya dalam
pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan dan
biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang digunakan
adalah pada rasio finansial atau keuangan.
Dibandingkan penerapannya dalam bidang investasi, penerapan Benefit
Cost Ratio (BCR) telah banyak mengalami perkembangan. Salah satu
perkembangan analisis BCR antara lain yaitu penerapannya dalam bidang
pengembangan ekonomi daerah. Dalam bidang pengembangan ekonomi daerah,
analisis ini umum digunakan pemerintah daerah untuk menentukan kelayakan
pengembangan suatu proyek.
Relatif berbeda dengan penerapan BCR di bidang investasi, penerapan
BCR dalam proses pemilihan suatu proyek terkait upaya pengembangan ekonomi
daerah relatif lebih sulit. Hal ini dikarenakan aplikasi BCR dalam sektor publik
harus mempertimbangkan beberapa aspek terkait social benefit (social welfare
function) dan lingkungan serta tak kalah penting adalah faktor efisiensi. Faktor
efisiensi mutlak menjadi perhatian menimbang terbatasnya dana dan kemampuan
pemerintah daerah sendiri.
Secara terinci aspek-aspek tersebut juga mempertimbangkan dampak
penerapan suatu program dalam masyarakat baik secara langsung (direct impact)
maupun tidak langsung (indirect impact), faktor eksternalitas, ketidakpastian
(uncertainty), risiko (risk) serta shadow price. Terkaitperhitungan risiko dan
ketidakpastian, hal ini dapat diatasi dengan menggunakan asuransi dan melakukan
lindung nilai (hedging).Efisiensi ekonomi merupakan kontribusi murni suatu
program dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sehingga yang menjadi
perhatian utama dalam penerapan BCR dalam suatu proyek pemerintah yang
berkaitan dengan sektor publik adalah redistribusi sumber daya.
Manfaat ekonomi diperoleh apabila BCR>1, dari kasus di atas, besar BCR
adalah sebagai berikut:
PF1 (Bt) = 16,95 + 17,95 + 16,96 + 30,95 + 17,48 = 130,02
PF1 (Ct) = 40 + 8,47 + 10,77 + 24,34 + 10,32 + 2,19 = 96,09
Σ PF t (bt) 130,02
BCR(i) = = = 1,35
Σ PFt (Ct) 96,09
Karena nilai BCR>1, maka investasi dalam mesin pembuat es baru pada
pabrik es tersebut layak secara ekonomis. Manfaat ekonomis dari pembelian
mesin baru adalah 1,35 kali lebih besar daripada nilai biaya total pada tingkat
bunga = 0,18. Dengan besar BCR = 1,35 berarti setiap Rp 1 yang diinvestasikan
akan memberikan hasil sebesar Rp 1,35 sehingga investasi dalam usaha
pembuatan es terssebut dapat dikatakan layak. Bila BCR< 1, maka proyek bisnis
merugikan secara ekonomis.
0 1 20 0 40,00 0 -40
1 0,7143 10 20 7,14 14,28 7,14
2 0,5102 15 25 7,65 12,76 5,11
3 0,3644 40 80 14,58 29,15 14,57
4 0,2603 20 60 5,20 15,62 10,42
0 1 20 0 40,00 0 -40
1 0,7353 10 20 7,35 14,71 7,36
2 0,5407 15 25 8,11 13,51 5,40
3 0,3875 40 80 15,90 31,80 15,90
4 0,2923 20 60 5,85 17,54 11,69
5 0,2149 5 40 1,01 8,59 7,58
NPV (i=0,40) =NPVt 7,94
Ternyata NPV > 0, maka dicoba lagi dengan menggunakan tingkat bunga
48 %, hasilnya adalah sebagai berikut:
0 1 20 0 40,00 0 -40
1 0,6757 10 20 6,76 13,51 6,75
2 0,4565 15 25 6,85 11,41 4,56
3 0,3085 40 80 12,34 24,68 12,34
4 0,2084 20 60 4,17 12,50 8,33
5 0,1408 5 40 0,70 5,63 4,93
NPV (i=0,48) =NPVt -3,09
Tabel 3. Perbandingan Ranking NPV dan PI usaha yang berbiaya tidak sama
Nilai Proyek A Proyek B Proyek C
Nilai sekarang arus kas 2,600,000 1,400,000 1,400,000
bersih (PVNCF)
Biaya awal Proyek (Co) 2,000,000 1,000,000 1,000,000
NPV = PVNCF – Co 600,000 400,000 400,000
PVNCF 1.3 1.4 1.4
PI =
Co
Selama Profitability Index (PI) tersebut sama dengan atau lebih besar dari
satu, maka kita akan menerima usulan investasi tersebut.Secara umum Kalau
metode NPV dan PI dipakai untuk menilai suatu usulan investasi, maka hasilnya
akan selalu konsisten. Dengan kata lain., kalau NPV mengatakan diterima, maka
PI juga mengatakan diterima. Demikian pula sebaliknya. Sehingga untuk
menghitung PI harus terlebih dahulu menghitung NPV dan ada beberapa kasus
lain, dimana setelah perhitungan PI belum dapat mengambil keputusan, sebelum
dikembalikan ke metode NPV.
Shook (2002;456) mengatakan bahwa: “Profitability index adalah Prediksi
arus kas masa depan perusahaan dibagi investasi awalnya”.
Suad Usman dan Suwarsono (1994;192) mengatakan bahwa profitability
index menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan penerimaan kas
bersih dimasa datang dengan nilai sekarang investasi".
Dari kedua pengertian profitability index tersebut dapat disimpulkan
profitability index adalah metode Prediksi kelayakan suatu proyek dengan
membandingkan nilai penerimaan-penerimaan bersih dengan nilai investasi,
dengan kriteria kelayakan apabila PI lebih besar dari pada (satu) 1 maka rencana
investasi dapat diterima, sedangkan apabila PI lebih kecil dari pada (satu) 1 maka
rencana investasi ditolak.
Keputusan = Proyek sebaiknya diterima PI > 1
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari
spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman) pada kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis
Situasi atau popular disebut Analisis SWOT.
Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna
menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan
dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang
dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya.
Dalam penelitian dilakukan identifikasi variable-variabel yang merupakan
kekuatan dan peluang yang kemudian digunakan skala likert atas lima tingkat
yang terdiri dari: Sangat baik (5), Baik (4), Cukup baik (3), Kurang baik (2), dan
Tidak baik (1), berupa Skala Likert Keunggulan dan Peluang.
Kemudian penelitian dilanjutkan dengan identifikasi variable-variabel
yang merupakan kelemahan dan ancaman dari luar yang kemudian digunakan
skala likert atas lima tingkat yang terdiri dari: Sangat berat (=5), Berat (=4),
Cukup berat (=3), Kurang berat (=2), dan Tidak berat (=1), berupa Skala Likert
Tantangan dan Ancaman.
Analisis SWOT ini adalah membandingkan antara faktor eksternal, berupa
Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal, yang
berupa Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses).
Selanjutnya, nilai rata-rata masing-masing faktor positif dibandingkan
dengan faktor negatif baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.
Dan Hasil dari perhitungan tersebut, dituangkan dalam digram Cartesius.
EFAS Faktor
Eksternal
ancaman tersebut memang akan ada. Begitu juga dengan ancaman dan
peluang.
Langkah 5: Menganalisis kekuatan dan kelemahan
Masukan kekuatan dan kelemahan masuk matriks SWOT.
Kekuatan diisi sesuai ranking yang telah dikerjakan, kekuatan yang paling
besar di atas, yang kurang besar di bawah.
Setelah kekuatan diisi, disusul dengan kelemahan.
Masukan kesempatan dan ancaman di dalam kolom.
Hubungkan kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman.
Kombinasi di mana kekuatan bertemu dengan kesempatan adalah keadaan
yang paling positif. Keadaan ini harus dipelihara dengan baik supaya tetap
ada.
Kombinasi kelemahan dan ancaman adalah keadaan yang paling negatif
dan harus dihindari.
Setiap kombinasi diperiksa ulang kalau memang merupakan jalan keluar
untuk mengurangi kelemahan atau ancaman.
Catatan:
Analisis SWOT bukanlah akhir dari proses. Untuk memanfaatkan sepenuhnya alat
ini, anda perlu menentukan rencana tindak lanjut. Juga alat ini cenderung
berdasarkan pada "pendapat" dan indikator-indikator kualitatif dan belum tentu
pada "kenyataan". Contoh :
1. Industri penangkapan ikan (fishing industry) yakni seluruh mata rantai kegiatan
dalam usaha penangkapan ikan di laut. Jenis industri ini disebut juga sebagai
industri primer.
2. Industri hasil perikanan (fish processing industry), yakni seluruh mata rantai
kegiatan dalam usaha pengolahan hasil laut, seperti pengalengan, pengeringan,
pembekuan dan sebagainya. Jenis industri ini disebut sebagai industri
sekunder.
3. Industri pemasaran produk laut, yakni seluruh mata rantai kegiatan dalam
usaha pemasaran hasil laut. Jenis industri ini disebut sebagai industri tertier
dalam perikanan.
4. Industri budidaya perairan, yakni seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha
budidaya perairan, termasuk industri primer dalam perikanan.
Disamping itu terdapat juga industri-industri lain sebagai penunjang usaha
perikanan, seperti industri pembuatan alat-alat penangkapan ikan, industri kapal
perikanan, industri pakan ikan dan sebagainya
Pembangunan perikanan nasional bertujuan mewujudkan industri perikanan
dengan semaksimal mungkin dalam memanfaatkan sumber daya ikan secara
optimal dan lestari bagi kemakmuran rakyat, melalui peningkatan gizi
masyarakat, peningkatan taraf hidup nelayan, perluasan kesempatan kerja,
peningkatan volume dan nilai ekspor, dan peningkatan produksi sesuai dengan
potensi lestari sumber daya ikan serta daya dukung lingkungan. Guna mencapai
tujuan pembangunan tersebut diperlukan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) pada seluruh mata rantai sistem usaha perikanan.
8.4.2 Perencanaan Industri/Usaha Hasil Perikanan
Pada dasarnya setiap perencanaan membutuhkan suatu model perencanaan
yang mempunyai sifat-sifat antara lain :
1. Dapat mengestimasi ketergantungan struktural antara berbagai sektor yang
menyusun perekonomian suatu wilayah secara konsisten.
2. Mampu meramalkan dampak langsung ataupun tidak langsung dari kegiatan
ekonomi yang direncanakan.
3. Mampu secara konsisten meramalkan kecenderungan pertumbuhan
perekonomian sekurang-kurangnya untuk kurun waktu 3 sampai 5 tahun.
Industri hasil perikanan (IHP) merupakan salah satu sub sistem utama
dalam industri perikanan untuk mewujudkan pembangunan perikanan nasional.
Adapun IHP yang dapat berkembang di wilayah pesisir meliputi :
a. Industri penanganan ikan hidup
b. Industri penanganan ikan segar
c. Industri pembekuan ikan
d. Industri pengalengan ikan
e. Industri pengolahan tradisional
f. Industri pengolahan produk diversifikasi dan hasil samping
g. Industri tepung ikan dan pakan ternak
h. Industri rumput laut
Suatu tahap penting dalam pengusahaan IHP untuk dapat menjadi komoditi
perdagangan ialah pengolahan, yang sering disebut juga dengan fabrikasi,
processing dan ada pula yang menamakannya teknologi hasil. Tahap tersebut
merupakan usaha agar hasil olahan perikanan menjadi komoditi yang memenuhi
kehendak pasar dan persyaratan perdagangan sesuai dengan macam komoditinya.
Operasi pengolahan dapat diusahakan menghasilkan komoditi bermutu
lebih baik, dengan perbaikan pelaksanaan pengendalian proses, pengendalian
mutu, sanitasi dan mungkin operasi yang lain. Namun tingkat perbaikan mutu
yang dicapai, ditentukan oleh keadaan bahan baku dan bahan pembantu yang
dapat tersedia, cara pengolahan yang dipilih, serta peralatan dan sarana yang telah
tersedia, baik jenis, jumlah, maupun kapasitasnya. Faktor-faktor tersebut dapat
merupakan pembatas dicapainya mutu produk yang baik, kemudahan terjual
dengan harga tinggi, tergantung dari bagaimana faktor-faktor itu direncanakan dan
diusahakan tersedianya.
IHP dapat ditinjau sebagai suatu sistem produksi, yang mengubah masukan-
masukan menjadi suatu produk yang dapat dipasarkan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Masukan-masukan kedalam sistem produksi ini adalah
bahan baku (ikan), tenaga kerja, modal, energi dan informasi.
Untuk dapat menghasilkan suatu produk yang bermutu, sangat tergantung
pada cara menangani masukan-masukan dalam pengolahan hasil perikanan, Riggs
Proses Transformasi
(konversi/teknologi)
INPUT OUTPUT
LINGKUNGAN
- Energi Produk olahan ikan
- Ikan segar dan Bhn pembantu
- Tenaga kerja
- Informasi
Untuk mengetahui lebih jelas tentang usulan usaha, perhatikan salah satu
contoh usulan/proposal usaha berikut ini:
PROPOSAL USAHA
…………………………………………………..
(Nama Perusahaan)
Diajukan kepada :
…………………………………………………
(Nama Lembaga Keuangan/Perbankan)
…………………………………………………
(Nama Pemilik)
…………………………………………………
(Nama Perusahaan)
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
(Alamat & Telepon)
Ringkasan Proyek
A. MANAJEMEN
Nama Perusahaan : ……………………………………
Nama Pemilik/Pimpinan Perusahaan : ……………………………………
Bidang Usaha : ……………………………………
Jumlah Karyawan/Tenaga Kerja : ……………………………………
B. PEMASARAN
Produk yang Dipasarkan : ……………………………………
Sasaran Konsumen/Pembeli : ……………………………………
Wilayah Pemasaran : ……………………………………
Rencana Penjualan/Tahun : ……………………………………
Penetapan Harga Jual : ……………………………………
C. PRODUKSI/OPERASI
Kapasitas Produksi : ……………………………………
Ketersediaan Bahan Baku : ……………………………………
Fasilitas/Sarana Produksi : ……………………………………
Dampak Lingkungan : ……………………………………
D. KEUANGAN
Total Pembiayaan Proyek : ……………………………………
Modal Sendiri : ……………………………………
Pinjaman yang Diajukan : ……………………………………
Jangka Waktu Pengembalian Pinjaman : ……………………………………
Penjualan per-Tahun (Rp) : ……………………………………
Keuntungan per-Tahun (Rp) : ……………………………………
Return On Investment (ROI) : ……………………………………
Break Even Point : ……………………………………
I. Latar Belakang
2. Aspek Pemasaran
2.3. Penawaran/Pesaing
2.3.1. Jumlah Produk Sejenis di Pasar
Nama Perusahaan Kapasitas Produksi/tahun (unit)
1.
2.
3.
4.
5.
Total
Penawaran/tahun
3. Aspek Produksi
3.1. Produk
1. Uraikan ciri-ciri produk
2. Kegunaan Utama Produk
3.2. Proses Produksi
Skema/Bagan Alur Proses Produksi
3.4. Tanah
1. Beli Rp ...........................................................
2. Sewa per-tahun Rp ...........................................................
3.5. Bangunan
1. Beli Rp ...........................................................
2. Sewa per-tahun Rp ...........................................................
3.6. Utilitas/Sarana
Biaya Utilitas Total Biaya (Rp)
1. Pemasangan Instalasi Listrik
2. Pemasangan Instalasi Air/PAM
3. Pemasangan Instalasi telepon
4. dll
3.8. Kendaraan
1. Beli
Jenis Kendaraan Merk Jumlah Harga (Rp) Total (Rp)
1.
2.
3. dst
2. Sewa per-tahun Rp
2. Sistem Borongan/Sub-kontrak
Jenis Kegiatan Tarip/ Jumlah Jumlah Total (Rp)
unit TK produksi/th
1.
2.
3.
Dst
3.12. Limbah
a. Kualitas limbah dan cara pembuangannya
b. Biaya pengendalian limbah per-tahun
c. Prosedur IPAL
4. Aspek Organisasi
dan SDM
4.1. Umum
1. Nama Perusahaan
2. Nama Pemilik/Pimpinan
3. Alamat Kantor dan Tempat Usaha
4. Bentuk Badan Hukum
5. Tahun Berdiri
4.1.1. Bagan/Struktur Organisasi
4.2. Perijinan
Jenis Perjanjian Biaya (Rp)
1. Ijin Prinsip (Dari Instansi Teknis)
2. SITU (Surat Ijin Tempat Usaha)
3. SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan)
4. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
5. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
6. Akte Pendirian
7. dan lain-lain
10
12
11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1. Survey Pasar
2. Menyusun Rencana Usaha
3. Mengurus Perijinan
4. Survey Tempat Usaha
5. Survey Mesin/Peralatan
6. Instalasi Listrik, Air, Telepon
7. Mencari Tenaga Kerja
8. Uji Coba Produksi
9. Operasional
5. Aspek Keuangan
5.1. Asumsi-asumsi
5.2. Pembiayaan Proyek
5.3. Laba Rugi
5.4. Arus Kas
5.5. Neraca
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Prof. Dr. Buchari, 2007, Kewirausahaan, Edisi Revisi, Penerbit Alfabeta, Bandung.