Anda di halaman 1dari 37

PEMERINTAH KABUPATEN KAMPAR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG


Jalan Lingkar Bangkinang - Batu Belah,Kampar,Riau (28461)
Telepon. (0762) 323330 Faks. (0762) 20029 E-mail. rsud.bkn@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG
NOMOR : 25 TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 52 Ayat


(1) undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, Setiap Rumah Sakit wajib Melakukan
pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan
penyelengaraan rumah sakit dalam bentuk sistim
informasi manajemen rumah sakit;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 82
Pasal (4) Permenkes Nomor 82 Tahun 2013 Tentang
Sistim Informasi Manajemen Rumah Sakit;
c. bahwa pencatatan dan pelaporan yang dilakukan
oleh Rumah Sakit dilakukan dalam rangka
meningkatkan efektifitas pembinaan dan
pengawasan rumah sakit di Indonesia;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu
adanya Peraturan Direktur Tentang Pedoman
Pengelolaan data dan Informasi Rumah Sakit;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
-2-

3. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang


Pedoman Organisasi Rumah Sakit ( Lembaran Negara
Republik Ibdonesia Tahun 2015 Nomor 159);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
82/Menkes/PER/III/ 2008 tentang Rekam Medis.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
340/Menkes/PER/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2020
tentang Akreditasi Rumah Sakit (Berita Negara
Rpublik Indonesia Tahun 2020 Nomor 586);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit;
8. Keputusan Bupati Kampar Nomor: SK.821.2-
445/VI/2019, tanggal 27 Juni 2019 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil atas nama dr.
ASMARA FITRAH ABADI pada jabatan Direktur RSUD
Bangkinang Kabupaten Kampar;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RSUD BANGKINANG


TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DATA DAN
INFORMASI RUMAH SAKIT

BAB I KETENTUAN
UMUM Pasal 1
DEFINISI

Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:


1. Sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen,
atau variabel yang teroganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu
sama lain, dan terpadu.
2. Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau
iinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
-4-

3. Sistem Informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang


mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang
mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan
kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada
pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan.
4. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sistem perencanaan bagian
dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan
manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen
untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau
satu strategi.
5. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sistem
komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi,
pelaporan dan prosedur administrasi untuk mendukung kinerja dan
memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.
6. Nama pengguna atau username adalah nama identitas seseorang yang
dipakai di dunia maya. Username hanya satu bagi setiap pengguna yang
terdaftar, jadi tidak ada orang yang menggunakan username sama antara
satu dengan lainnya.
7. Kata sandi atau password adalah serangkaian kombinasi angka dan huruf
yang dipakai untuk mengamankan akses ke akun social media. Password
memiliki sifat rahasia, sehingga tidak boleh diberitahukan kepada
siapapun. Resiko jika password diberikan kepada orang lain adalah
kemungkinan semua data dan informasi yang Anda punya dapat dicuri.

Dalam Peraturan Direktur ini yang dijelaskan dalam hal:


a. Mengidentifikasi kebutuhan informasi dan teknologi informasi;
b. Mengembangkan sistem informasi manajamen;
c. Menetapkan jenis informasi dan cara memperoleh data yang diperlukan;
d. Menganalisa data dan mengubahnya menjadi informasi;
e. Memaparkan dan melaporkan data serta informasi kepada publik;
f. Melindungi kerahasiaan, keamanan, dan integritas data dan informasi
g. Mengintergrasikan dan menggunakan informasi untuk peningkatan kinerja
-5-
BAB II
PASAL 2
RUANG LINGKUP PELAYANAN

Ruang lingkup kegiatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit


RSUD Bangkinang meliputi kegiatan:
1. Kegiatan penyusunan kebijakan dan prosedur terkait dengan program
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit;
2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan internal Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit;
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan eksternal Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit;
4. Kegiatan monitoring Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit;
5. Kegiatan penyusunan laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit;
6. Kegiatan pemberian masukan dan pertimbangan kepada Direktur Rumah
Sakit.

BAB III
PASAL 3
BATASAN OPERASIONAL

Pedoman Pelayanan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit


digunakan sebagai acuan bagi RSUD. Rumah Sakit Umum Daerah
Bangkinang dalam melaksanakan pelayanan SIMRS di rumah sakit, guna
meningkatkan pelayanan kesehatan, mutu dan keselamatan pasien di
RSUD. Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang memperkecil kemungkinan
terjadinya risiko dan kejadian yang tidak diharapkan, sebagaimana tercantum
dalam lampiran.

BAB IV
PASAL 4

1. SIMRS yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit harus memenuhi 3 (tiga)


unsur yang meliputi keamanan secara fisik, jaringan, dan sistem
aplikasi.
2. SIMRS yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit harus melindungi
kerahasiaan informasi Pasien, sesuai Dalam UU Nomor 44/2009
tentang rumah sakit tentang hak dan kewajiban pasien pasal 29 ayat (m)
“rumah sakit wajib melindungi dan menghormati hak hak pasien” dalam
ayat (1) tertulis “mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya” oleh sebab itu membahas dan
mendiskusikan tentang penyakit pasien oleh tim pemberi asuhan
-6-
pelayanan (PPA) haruslah melalui persetujuan dari pasien (dari awal
pasien masuk RS yang disebut dengan general consent- Informasi
umum). Informasi penyakit pasien yang ada dalam rekam medis isinya
merupakan milik pasien oleh sebab itu pelepasan hak pasien dalam
rekam medik manual atau pun elektronik harus persetujuan pasien,
yang tujuan hakikinya untuk kesembuhan pasien, tanpa untuk
-7-

kepentingan kesehatan pasien membaca rekam medik pasien dapat


disebut melanggar hak privasi pasien.
Perlindungan hukum atas kerahasiaan dan hak privasi pasien tentang
informasi penyakitnya dalam pelayanan kesehatan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari hak hak pribadi pasien, oleh sebab itu
menyebarkan informasi tentang penyakit pasien (kesehatan) pasien
tanpa sepengetahuan pasien merupakan perbuatan melawan hukum,
Dalam hal ini pasien dapat menggungat dan menuntut ganti rugi,
bahkan yang menyebarkan dapat dituntut dengan hukum pidana.

BAB V
PENUTUP
Pasal 5

Pada saat Peraturan Direktur ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Nomor
445/RSUD/I-1/2018/AK/657 tentang Pedoman Pengelolaan Data dan
Informasi Rumah Sakit, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 6
Dokumen Peraturan yang tercantum dalam lampiran Peraturan Direktur
ini, dijadikan acuan dalam edukasi, keputusan dan infromasi sesuai
dengan keperluan masing-masing di RSUD Bangkinang.
Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bangkinang
Pada tanggal 01 Agustus 2022

DIREKTUR RSUD BANGKINANG

dr. ASMARA FITRAH ABADI


Pembina Tk.I ( IV/b )
NIP. 19720911 200312 1 007
-8-

LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR


NOMOR : 25
TANGGAL : 1 AGUSTUS 2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
SISTEMI NFORMASI
MANAJEMEN RUMAH SAKIT

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi yang dirancang khusus untuk membantu proses pengolahan
data di rumah sakit adalah teknologi informasi berupa Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Informasi merupakan aktivitas (asset)
penting suatu rumah sakit dalam meningkatkan efesiensi dan efektifitas
pekerjaan. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) berbasis
komputer merupakan sarana pendukung yang sangat penting, bahkan
bisa dikatakan mutlak untuk operasional rumah sakit.
SIMRS merupakan salah satu komponen yang penting dalam
mewujudkan upaya peningkatan mutu tersebut. Sistem informasi rumah
sakit secara umum bertujuan untuk mengintegrasikan sistem informasi
dari berbagai subsistem dan mengolah informasi yang diperlukan sebagai
pengambilan keputusan. Selain itu, Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS) adalah sistem komputerisasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam
bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk
mendukung kinerja dan memperoleh informasi secara cepat, tepat dan
akurat.
B. Tujuan Pedoman
Tersusunnya pedoman pelayanan SIMRS di RSUD Bangkinang sebagai
dasar acuan seluruh kebijakan dan prosedur yang terkait dengan kegiatan
SIMRS di RSUD Bangkinang.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Melayani semua bagian yang berinteraksi dengan aplikasi pada
komputer:
-9-

2. Melakukan perawatan secara kontinyu semua komputer, laptop,


monitor, printer dan fasilitas hardware yang lain:
3. Melakukan perawatan software dan pengembangan agar software dapat
berfungsi dengan maksimal;
4. Melakukan pemasangan dan perawatan jaringan Local Area Network
(LAN) mapun internet, untuk fasilitas pasien/pengunjung maupun
untuk kelancaran pekerjaan rumah sakit:
5. Menyediakan fasilitas-fasiltas tambahan yang diperlukan oleh pasien
seperti hotspot atau free wifi,
6. Melakukan pengembangan sistem atau software sehingga lebih
banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan secara komputerisasi dengan
harapan hasil pekerjaan lebih baik dan lebih pasti, pekerjaan manual
semakin banyak yang ditinggalkan;
7. Menjalin hubungan baik dengan semua bagian di rumah sakit
khususnya yang menggunakan komputer, sehingga apabila ada
kerusakan dapat segera ditangani.
D. Batasan Operasional
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen,
atau variabel yang teroganisir, saling berinteraksi, saling tergantung
satu sama lain, dan terpadu;
2. Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau
diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan;
3. Sistem Informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang
mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan
kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan
kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan;
4. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sistem perencanaan bagian
dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan
manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen
untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau
satu strategi;
5. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sistem
komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi,
-8-

pelaporan dan Prosedur administrasi untuk mendukung kinerja dan


memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit BAB VII
tentang Kewajiban dan Hak, dan BAB IX Bagian Keenam Pasal 44 yang
mengatur tentang Perlindungan Hukum Rumah Sakit dan Bagian Ketujuh
pasal 46 tentang Tanggung Jawab Hukum;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik, khusus Pasal 30 tentang Akses Komputer Pihak Lain Tanpa |jin,
Pasal 33 tentang Pemindahan, Perusakan dan Membuka Informasi
Rahasia dan Pasal 33 yang mengatur tentang Perbuatan yang Berakibat
Terganggunya Sistem Informasi hingga Bekerja Tidak Sebagaimana
Mestinya;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Rumah Sakit Bab I Pasal 1 ayat 4 berisi tentang Dokumen Elektronik
adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau
didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Rumah Sakit Bab I Pasal 1 ayat 5 berisi tentang Sistem Elektronik
adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan
Informasi Elektronik;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Rumah Sakit Bab I Pasal 1 ayat 6 berisi tentang Penyelenggaraan Sistem
Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara
negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat,
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit Bab XI Pasal 52 ayat 1 berisi tentang Setiap Rumah Sakit
wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan
-9-

penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem Informasi


Manajemen Rumah Sakit:
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1171 Tahun
2011 Tentang Sistem Informasi;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013
Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit berisi tentang
kewajiban setiap Rumah Sakit untuk menyelenggarakan SIMRS yang
terintegrasi dan mempunyai kemampuan komunikasi data
(interoperabilitas) dengan aplikasi lain;

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber daya manusia


1. Kepala Instalsi SIMRS
Pendidikan Minimal S1 Informatika
Memiliki Sertifikat Project Manajement Professional
Memiliki Sertifikat Pelatihan Pengembangan SIMRS
2. Jabatan Riset dan Pengembangan Aplikasi
Pendidikan S1 Informatika
Memiliki Sertifikat Microsoft Technology Professional / Oracle
Developer Professional
3. Jabatan Infrastruktur TI
Pendidikan S1 Informatika
Memiliki Sertifikasi Pelatihan
4. Jabatan Pengolahan Data Elektronis
Pendidikan S1 Informatika
Memiliki Sertifikasi Pelatihan
5. Jabatan Pelayanan dan Operasional
Pendidikan S1 Informatika
Memiliki Sertifikasi Pelatihan

B. Distribusi Ketenagaan

Distribusi ketenagaan di unit SIMRS masih kurang dalam menunjang proses


pengelolaan SIM-RS dan tugas-tugas yang dilakukan oleh petugas SIM RS. Hal
ini dapat dilihat dari jumlah staf SIM RS yang saat ini berjumlah 10 (sepuluh)
orang dan termasuk petugas jaga shift. Jumlah tenaga Instalasi SIMRS adalah
10 orang yang meliputi:
-10-

Jumlah SDM
Jabatan Kondisi Keterangan
Standar Kebutuhan
Saat ini
- Status Honorer
Ka Instalasi - Pendidikan S2
1 1 -
SIMRS Teknologi
Informasi
Unit Riset dan - Status Honorer
Pengembangan 3 1 2 - Pendidikan S1
Aplikasi Informatika
- Status Honorer
Unit
3 1 2 - Pendidikan D3
Infrastruktur TI
Komputer
Unit - Status Honorer
Pengolahan 2 2 1 - Pendidikan D3,
Data Elektronis S1 Informatika
Unit Pelayanan - Status Honorer
dan 5 3 1 - Pendidikan D3,
Operasional S1 Informatika

C. Pengaturan Jaga

Metode penugasan di instalasi SIMRS Untuk personil IT bekerja secara jam


kantor dan shift atau mulai dari pukul 07.30 sampai dengan 14.30 jam dinas,
selain dari itu akan shift di luar jam dinas.

Jadwal Dinas Kantor:

Hari kerja Masuk Istirahat Pulang

Senin s/d Kamis 07.30 WIB 12.00 — 12.30 WIB 12.30 WIB — 14.30 WIB
Jum’at 07.30 WIB - 12.00 WIB — 12.30 WIB
Sabtu 07.30 WIB 12.00 — 12.30 WIB 12.30 WIB — 13.30 WIB
-11-

Jadwal Shift

Hari kerja Masuk Pulang

Senin s/d Kamis 08.00 WIB 14.00 WIB


Jum’at 08.00 WIB 14.00 WIB
Sabtu 08.00 WIB 14.00 WIB

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

1. Ruang Ka Instalasi SIMRS


2. Ruang Staff SIMRS
3. Ruang Server dan UPS
4. Ruang Gudang
5. Toilet

1. Ruang Ka Instalass SIMRS


a) Meja Kerja ½ biro
b) Kursi Kerja
c) Komputer
d) Printer
e) AC ½ PK
-12-

f) Meja Komputer
g) Lemari Arsip

2. Ruang Staf SIMRS


a) Meja Kerja ½ biro
b) Kursi Kerja
c) Komputer
d) Printer
e) AC 1 Pk
f) Meja Komputer
g) Dispenser

3. Ruang Server dan UPS


a) Lemari Server
b) Server SIMRS
c) UPS
d) Layar monitor komputer
e) Modem internet
f) AC 1 PK

4. Ruang Gudang
a) Rak barang

B. Standar Fasilitas

Tata ruangan dan peralatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas
Sangat membantu kelancaran pelayanan di instalasi SIMS. Berikut ini adalah
ketentuan umum mengenai peralatan:

1. Ruang Monitor (Monitoring Room)


Merupakan ruangan tempat administrator bekerja serta monitoring
aktifitas di data center.
2. Ruang Server (Server Room)
Merupakan tempat menyimpan server serta peralatan jaringan (network
device) seperti Router, Switch, Firewall, Modem dan lainnya. Pada ruang
tersebut dilengkapi beberapa sensor seperti sensor api (smoke detector)
dan sensor, suhu, dan lain-lain.
3. Ruang Kelistrikan (Power Room)
Merupakan tempat instalasi kelistrikan untuk supply listrik ke data
center termasuk didalamya berupa UPS, Panel MSB dan PCU.
-13-

4. Ruang Muat (Loading Room)


Merupakan daerah untuk proses pengantaran dan menurunkan barang-
barang yang dibutuhkan pada Data Center.
5. Sistem Pendingin Ruangan
a. Sangat diperlukan sistem pendingin untuk menjaga suhu udara di
Data Center.
b. Suhu server yang bekerja menghasilkan udara panas dan di
dinginkan oleh mesin pendingin yang dikeluarkan melalui Rised
Floor.
6. Camera CCTV
a. Posisi penempatan Kamera CCTV sangat penting untuk memonitor
seluruh area ruangan.
b. Penempatan kamera CCTV ini didasarkan pada area bagian-bagian
vital atau strategis ruang data center. Hal ini untuk peningkatan
keamanan dan monitoring akses fisik yang keluar masuk area Data
Center.
7. Security Access
a. Posisi penempatan peralatan keamanan berada pada setiap pintu
masuk.
b. Peralatan Akses Keamanan berupa Finger Print atau Smart Card
(RFID).
c. Data Center hanya dapat dimasuki oleh user tertentu yang hanya
memiliki hak akses untuk menjaga data dan peralatan server yang ada
didalam data center tersebut.
8. Fire System
a. Posisi penempatan Smoke Detector berada diatas rak server agar dapat
mendeteksi sedini mungkin terjadinya kebakaran.
b. Smoke detector dihubungkan dengan gas pemadam api dan gas
panel.
c. Terdapat panel instrumen yang ditempatkan pada ruangan
monitoring untuk pengecekan gas pemadam api.
-14-

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Aplikasi Pelayanan Medifirst2000 Hospital

1. Medifirst2000 Hospital

Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang menggunakan dengan membeli


dari pihak ke tiga yang tetuang dalam MOU kerjasama dengan PT. Jasa
Medika dalam pemakaian aplikasi sebagai database. Modul didalam
Medifirst2000 Hospital sudah meliputi front office sampai back office, sebuah
aplikasi yang dapat memenuhi kebutuhan pelayan medik rumah sakit, billing
sistem, pelaporan pegawai dan pengelolaan aset. Aplikasi Medifirst2000
Hospital dibangun menggunakan Visual Basic dan SQL Sever 2008 sabagai
database nya.

Pengembangan sistem Medifirst2000 hospital dilakukan secara bersama-


sama oleh semua pemakai aplikasi pilar hospital sehingga dapat mengikuti
perkembangan aturan, kebijakan dan fitur yang harus ada dalam SIMRS.

2. Modul Aplikasi Medifirst2000 Hospital

Modul Aplikasi dasar untuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit


yang disediakan oleh Medifirst2000 hospital sebagai berikut:

a. Modul Registrasi Pasien;


b. Modul Assembling Data Rekam Medis;
c. Modul Filing Rekam Medis;
d. Modul Pelayanan Rawat Jalan/Gawat Darurat;
e. Modul Pelayanan Rawat Inap;
f. Modul Pelayanan Laboratorium;
g. Modul Pelayanan Radiologi;
h. Modul Pelayanan Farmasi;
i. Modul Kepegawaian;
j. Modul Keuangan/Kasir;
k. Modul Antrian Pendaftaran;
l. Modul Logistik Dan Aset;
m. Modul Administrator.
-15-

3. Keamanan dan Kerahasiaan Data Medifirst2000 Hospital

Sistem informasi yang terintergrasi sangat rawan terhadap kejahatan


cyber. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, dibutukan pengamanan yang
maksimal pengendalian hak akses dengan menerbitkan surat keputusan
direktur rumah sakit tentang hak akses aplikasi dalam bentuk usemame dan
password setiap pengguna aplikasi Medifirst2000 Hospital pada SIMRS.

a. Informasi data hanya bisa diakses oleh pihak yang memiliki


wewenang;
b. Informasi data hanya dapat diubah oleh pihak yang memiliki
wewenang;
c. Informasi tersedia untuk pihak yang memiliki wewenang ketika
dibutuhkan;
d. Pengiriman suatu informasi dapat diidentifikasi dengan benar dan ada
jaminan bahwa identitas yang didapat tidak palsu;
e. Pengiriman maupun penerima informasi tidak dapat menyangkal
pengiriman dan penerimaan pesan.

4. Sistem Laporan dalam Bentuk Dokumentasi Medifirst2000 Hospital


d
SIMRS merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk melakukan
pencatatan dan mengelola data di rumah sakit. Setiap transaksi didalam
rumah sakit harus tercatat dan setiap yang tercatat harus bisa dicetak. Fitur
pencetakan dokumentasi dalam SIMRS ada pada setiap modul sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing. Antara lain:

a. Modul Assembling

1) Pencetakan Dokumen Ringkasan Assembling;


2) Pencetakan Dokumen Laporan Individual Pasien.

b. Modul Pendaftaran

1) Pencetakan Dokumen Rekam Medis;


2) Pencetakan Kartu Berobat Pasien;
3) Pencetakan Gelang Pasien;
4) Pencetakan ID Label Pasien;
5) Pencetakan Antrian Klinik;
6) Pencetakan SEP;
7) Pencetakan Bukti Pelayanan.
-16-

c. Modul Kasir

1) Pencetakan Perincian Pelayanan Pasien;


2) Pencetakan Kwitansi Pembayaran;
3) Pencetakan Perincian Obat;
4) Pencetakan Pembuatan Surat Tanda Setoran.

d. Modul Laboratorium

1) Pencetakan Hasil Pemeriksaan;


2) Pencetakan Struk Pelayanan.

e. Modul Radiologi

1) Pencetakan Hasil Pemeriksaan;


2) Pencetakan Struk Pelayanan.
a
B. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit

1. Analisis Identifikasi Kebutuhan Sistem

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21


Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun
2020-2024, salah satu indikator sasaran program kegiatan Pembinaan
Pelayanan Kesehatan Rujukan adalah persentase rumah sakit yang menerapkan
Rekam Medis Elektronik (RME) terintegrasi. Rumah Sakit Umum Daerah
Bangkinang melakukan pengembangan aplikasi dan menerapkan rekam
Medis Elektronik berbasiskan Teknologi Informasi, menggunakan teknologi Web
Base dibekali bahasa pemrograman PHP dan DBMS MySQL.

Perancangan pengembangan SIMRS diawali dengan survey disetiap unit,


analisa kebutuhan sistem komputer, desain sistem, desain interface, dan
desain database. Sosialisasi, simulasi dan review, simulasi ulang dan
pemasangan atau implementasi sistem.
-17-

Dengan demikian secara umum sistem informasi Rumah Sakit harus


selaras dengan bisnis utama (core bussiness) dari Rumah Sakit itu sendiri,
terutama untuk informasi riwayat kesehatan pasien atau rekam medis
(tentang indentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang diberikan kepada pasien), informasi kegiatan operasional (termasuk
informasi sumber daya manusia material, alat kesehatan, penelitian serta
bank data).

b 2. Pengembangan Sistem Informasi

Teknologi Informasi merupakan acuan dasar terhadap ketersediaan


layanan Teknologi Informasi pada RS berkualitas tinggi dengan
memperhatikan cost effective, proses pengoperasian dan maintenance yang
mudah serta memiliki tingkat keamanan yang berstandar.

Kebutuhan sistem informasi mengalami perkembangan untuk


menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Untuk perkembangan
aplikasi baik pelayanan utama (Front Office) maupun pelayanan Administratif
(Back Office) melihat dan menganalisa permasalahan permasalahan yang
terjadi setiap unit yang terkait.

Berikut langkah-langkah pengembangan SIMRS:

a. Aplikasi akan dikembangkan mandiri dari pihak IT support Rumah Sakit


Umum Daerah Bangkinang dengan bekerja sama dengan tenaga ahli IT
dari UIN Suska Riau dan tidak lagi tergantung pada pihak vendor rumah
sakit;
b. Pengembangan arsitektur basis data dengan skema Full Electronic
Medical Record (EMR);
c. Pengembangan Platform Aplikasi berbasis Web;
-18-

d. Integrasi dengan Aplikasi data internal dan external;


e. Integrasi dengan peralatan penunjang seperti laboratorium, radiologi,
dll.

3. Pengembangan Jaringan (network)

a. Topologi jaringan disesuaikan persebaran user yang ada pada gedung,


titik lokasi akses end user, penggunaan kabel backbone serta kabel ke
user yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Perlu diperhatikan topologi dan penggunaan jenis kabel yang tepat
karena pada RSUD Bangkinang ini memiliki persebaran gedung yang
banyak dan persebaran user pada bagian tertentu yang membutuhkan
akses ke SIMRS
-19-

4. Pengembangan data center (DC)

a. Data Center yang baik terdiri dari 3 Ruangan, yakni: Ruang Monitor,
Ruang Server, Ruang Kelistrikan, Loading Room.
b. Diperlukan akses CCTV untuk monitoring, akses kontrol pintu masuk
dan pendingin ruangan (AC) yang baik.
c. Diperlukan tata letak yang sesuai Standar TIA-942 untuk keamanan
serta proses maintenance yang terjamin.

5. Pengembangan Server dan Network Device

a. Server yang mendukung virtualization.


b. Network device dengan teknologi UTM yang didalamnya dapat
melakukan manajemen jaringan (Routing, L3 Gateway, Trafic Shaping,
Antivirus, IPS, Web Filtering, Web Application Firewall).
c. Peralatan Switch dan Access Point yang sesuai dengan kebutuhan user.

6. Pengembangan Disaster Recovery Center (DRC)

DRC berfungsi sebagai back up cadangan data dan aplikasi jika terjadi
gangguan serius menimpa data Center sehingga core process tetap berjalan
sebagaimana mestinya karena ada DRC yang mengambil alih fungsi unit yang
rusak tersebut.

7. Pengembangan security server dan data meliputi server security, client


security, dan network security.

C. Pengembangan Aplikasi Electronic Medical Record (EMR)

g 1. Optimalisasi Pelayanan dan Peningkatan Integrasi Unit (internal &


eksternal)
-20-

- Aplikasi Pendaftaran

- Aplikasi Rawat Jalan/Darurat

- Aplikasi Rawat Inap

- Aplikasi Farmasi

- Aplikasi Laboratorium

- Aplikasi Radiologi

- Aplikasi Kasir

- Aplikasi Anjungan Pelayanan Mandiri

- Aplikasi Mobile Android

- Aplikasi Dashboard Eksekutif

- Aplikasi SDM

- Aplikasi Antrian

- Web service ke Vclaim BPJS (bridging)

2. Peningkatan Kapabilitas SDM dan Pengelolaan Organisasi, Peningkatan


Monitoring & Evaluasi

- Aplikasi Gizi

- Aplikasi Keuangan & Akuntansi

- Aplikasi Remunerasi

- Aplikasi Surveillance

- Aplikasi Aset

- Aplikasi CSSD

- Aplikasi Informasi Front Office

- Aplikasi Diklit

- Web service ke BPKAD (bridging)

- Web service ke ASPAK (bridging)


-21-

D. Waktu Sistem Data (Down Time)

Downtime adalah istilah dalam industri komputer untuk menunjukan


waktu di mana komputer atau sistem TI tidak tersedia, offline atau tidak
beroperasi. Salah satu penyebab downtime adalah malfungsi software atau
hardware.

Untuk mengatasi masalah waktu sistem data (down time) diperlukan


sistem Disaster Recovery Center (DRC) yang berfungsi sebagai tempat yang
secara khusus ditujukan untuk menempatkan sistem, aplikasi, hingga data-
data cadangan perusahaan ketika terjadi gangguan serius atau bencana yang
menimpa satu atau berbagai unit kerja, seperti pusat penyimpanan dan
pengolahan data dan informasi.

Data Center pada RSUD Bangkinang merupakan core processes penting


yang harus selalu dijaga kinerjanya. Hal ini dilakukan dengan melindungi
Data Center dari berbagai macam sumber yang dapat merusak core process
tersebut.

Kerusakan-kerusakan tersebut berasal dari bencana alam, virus,


terorisme, malicious acts dari dalam maupun luar serta sumber-sumber
kerusakan lain yang tak dapat diprediksi sebelumnya. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengantisipasi bila hal-hal tersebut terjadi adalah dengan
membangun sebuah Disaster Recovery Center (DRC).

DRC berfungsi sebagai backup cadangan data dan aplikasi jika terjadi
gangguan serius menimpa data center sehingga core prosecces tetap berjalan
sebagaimana mestinya karena ada DRC yang mengambil alih fungsi unit yang
rusak tersebut. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pembangunan DRC
untuk RSUD Bangkinang:

1. DRC harus berada di daerah aman;


2. Infrastruktur terutama koneksi jaringan yang baik terutama dari lokasi
RSUD Bangkinang;
3. Adanya jaminan keamanan data di DRC;
4. DRC memiliki staff karyawan yang handal dan standby terutama jika
terjadi bencana;
5. Down time proses pemulihan data saat bencana terjadi sangat kecil ;
6. Memperhatikan perjanjian kontrak dengan pihak vendor, seperti:
a. Perjanjian kontrak harus mengidentifikasikan sumber-sumber secara
spesifik dan pelayanan yang akan disediakan.
-22-

b. Perjanjian kontrak sebaiknya berisi batasan jumlah maksimum


pelanggan lain yang berlokasi sama dengan wilayah layanan perusahaan
perusahaan bersangkutan.
c. Perjanjian kontrak harus menspesifikasi berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk menanggapi laporan dari client.

Berikut metodologi perencanaan dan pengembangan DRC, untuk RSUD


Bangkinang:

1. Pre-planning Activities (Project Initiation)


Merupakan tahap persiapan untuk menjamin bahwa seluruh pimpinan
dan jajaran manajemen di RSUD Bangkinang memiliki pemahaman
mendalam terhadap karakteristik dan perlunya DRC dibangun.
2. Vulnerability Assessment and General Definition of Requirements
Merupakan kajian terhadap kemungkinan potensi gangguan yang terjadi
diakibatkan faktor kerapuhan sistem dan usaha untuk mendefinisikan
kebutuhan DRC.
3. Business Impact Assessment
Merupakan analisa terhadap dampak atau risiko yang akan terjadi jika
gangguan atau bencana tersebut nyata terjadi.
4. Detailed Definition of Requirement
Merupakan proses mendefinisikan kebutuhan secara lebih rinci setelah
proses Business Impact Assessment selesai dilakukan, sehingga RSUD
Bangkinang dapat memfokuskan diri secara tepat (karena adanya
keterbatasan sumber daya yang dimiliki).
5. Plan and Center Development
Merupakan perencanaan dan pengembangan DRC sesuai dengan
spesifikasi kebutuhan.
6. Testing and Exercising Program
Merupakan rangkaian usaha uji coba atau latihan kinerja DRC dengan
cara mensimulasikan terjadinya gangguan yang dimaksud.
7. Execution
Merupakan suatu rangkaian proses dimana DRC beroperasi sejalan
dengan aktivitas bisnis sehari-hari perusahaan dalam keadaan normal.
8. Maintenance and Evaluation
Merupakan usaha untuk memelihara dan mengevaluasi kinerja DRC
dari waktu ke waktu agar selalu berada dalam kondisi yang baik dan dapat
beroperasi dalam kondisi yang darurat.
-23-

E. Sistem Keamanan
f
1. Sistem keamanan pada server
a. Pengembangan Kebijakan keamanan password
b. Aktifkan sistem Pencegah penyusupan
c. Aktifkan dan pemanfaatan Antivirus
d. Aktifkan dan pemanfaatan Firewall
e. Non aktif lavanan tidak penting
f. Identifikasi user akses server
g. Aktifkan dan pemanfaatan Administrasi server
h. Maksimalkan Lingkungan keamanan fisik dan jaringan
i. Maksimalkan Pemeliharaan Server
j. Maksimalkan Kontrol Integritas Sistem
k. Maksimalkan pemanfaatan Logging
l. Maksimalkan pemanfaatan Kontrol Aplikasi dan Akses
m. Maksimalkan pemanfaatan Backup, Restore dan kelangsungan bisnis
n. Maksimalkan pemanfaatan Administrasi Aplikasi
2. Sistem keamanan pada server
a. Pengadaan /Intrusion Detection System
IDS (Intrusion Detection System) adalah sebuah aplikasi perangkat lunak
atau perangkat keras yang dapat mendeteksi aktivitas yang
mencurigakan dalam sebuah sistem atau jaringan. IDS digunakan untuk
mendeteksi aktivitas yang mencurigakan dalam sebuah sistem atau
jaringan.
b. Optimasi Firewall
Bertujuan untuk optimalisasi sistem firewall security menggunakan
dual home host, screened host, dan screened subnet pada wide area
network.
3. Sistem keamanan pada jaringan
a. Kontrol akses terhadap IP address yang diizinkan untuk akses
jaringan.
b. Kontrol akses terhadap sharing data di dalam jaringan.
c. Kontrol terhadap akses user yang tidak berhak memaksa masuk ke
d. dalam jaringan.
e. Kontrol terhadap private network.
f. Kontrol terhadap port yang diizinkan di dalam jaringan.
-24-

F. User Privilage / Hak Akses

Hak akses adalah hak yang diberikan kepada user untuk mengakses
sistem. Hak akses adalah hal yang paling mendasar dalam bidang sekuriti.
Dalam strategi sekuriti, setiap objek dalam sistem (user, administrator, software,
sistem itu sendiri, dsb) harus diberikan hak akses yang berguna untuk
menunjang fungsi kerja dari objek tersebut. Dengan kata lain, objek hanya
memperoleh hak akses minimum. Dengan demikian, aksi objek terhadap
sistem dapat dibatasi sehingga objek tidak akan melakukan hal-hal yang
membahayakan sekuriti jaringan komputer. Hak akses minimum akan membuat
para penyusup dari Internet tidak dapat berbuat banyak saat berhasil
menembus sebuah user account pada sistem jaringan komputer. Selain itu,
hak akses minimum juga mengurangi bahaya “musuh dalam selimut” yang
mengancam sistem dari dalam.

Hak akses data elektronik adalah hak yang diberikan oleh unit Teknologi
Informasi kepada user sistem informasi rumah sakit dan diatur dengan
authentication system. Akses kepada data rumah sakit tidak terbatas pada
sistem informasi rumah sakit, document management system, database,
penyimpanan data elektronik lainnya dan diatur dengan sistem otoritas.

Tujuan adanya user privilage / hak akses di Aplikasi SIMRS adalah


memastikan bahwa akses data diberikan kepada individu yang memiliki
otorisasi dan kewenangan sesuai dengan posisi dan perannya dalam rumah
sakit

Prosedur Pengelolaan Hak Akses :

1. Setiap ada perubahan atau posisi dalam struktur organisasi yang


terkait dalam sistem informasi, secara tertulis harus diinformasikan
kepada staf Teknologi Informasi rumah sakit yang mencakup :
a. Nama karyawan;
b. Username;
c. Modul / program;
d. Posisi dalam struktur organisasi;
e. Hak akses dalam modul / program tersebut.
2. Penambahan atau perubahan user dalam sistem informasi diajukan
oleh Manajer terkait secara tertulis dan disetujui kepada Direktur
rumah sakit dan ditindak lanjuti oleh staf Teknologi Informasi rumah
sakit.
-25-

3. Staf Teknologi Informasi rumah sakit memberikan hak akses data


sesuai dengan otorisasi dan kewenangan yang diizinkan.
4. Staf Teknologi Informasi rumah sakit menginformasikan password
default kepada user yang bersangkutan, user bersangkutan wajib
langsung mengganti dengan password pribadi.
5. Password memiliki masa expired 90 hari. Jika password mendekati
tanggal expired akan ada warning dari sistem 3 hari sebelum masa
expired. Para pemilik password agar segera melakukan Penggantian
Password. Jika tidak melakukan Penggantian Password maka Password
user tersebut akan dinonaktifkan secara sistem.
6. Untuk menjaga integrasi sistem informasi dan memastikan bahwa
hanya user yang memiliki hak yang dapat mengakses data maka
apabila sesorang yang memiliki hak akses terhadap data rumah sakit
mendapatkan promosi, mutasi, demosi atau keluar dari pekerjaannya
wajib diinformasikan kepada Departemen Teknologi Informasi atau staf
Teknologi Rumah Sakit untuk dilakukan perubahan hak aksesnya.
7. Lakukan logout apabila user sudah tidak menggunakan modul, tidak
berada didepan komputer lebih dari 10 menit, saat operan shift.

e G. PELAPORAN DATA DAN INFORMASI PUBLIK


SIMRS RSUD Bangkinang melakukan pelaporkan data dan informasi
yang bersifat umum/publik melalui website portal resmi RSUD Bankinang,
dan untuk informasi yang bersifat terbatas SIMRS RSUD Bangkinang
melaporkan data dan informasi kepada Bagian Administrasi Umum RSUD
Bangkinang.

BAB V

LOGISTIK

A. Perencanaan

Instalasi SIMRS Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang, membuatan


program kerja yang berkaitan dengan kebutuhan pengembangan aplikasi dan
sarana dan prasrana. Dalam jangka waktu satu tahun. Untuk permintaan
logistik dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan kubutuan permintaan
barang/asa harus disertai dengan analisa kebutuhan.

B. Pengadaan Logistik

Pengadaan barang-barang Instalasi SIMRS dilakukan melalui pengajuan ke


bagian logistik (pengadaan barang) sesuai dengan kebutuhan instalasi.
-26-
Permintaan dibuat sesuai dengan prosedur/pengadaan barang, yang nantinya
akan diproses oleh bagian logistik dalam jangka waktu tertentu.

1. Pengadaan barang harus menjamin spesifikasi, lama waktu barang


datang dan layanan purna jual.
-26-

2. Persetujuan pengadaan yang diajukan oleh masing-masing unit


membutuhkan dengan persetujuan Wakil Direktur Umum dan Keuangan
dan atau Direktur Rumah Sakit.
3. Persetujuan pengadaan yang bersifat barang stok atau spare part
penggantian kerusakan Ka. Bagian Umum.
4. Setiap pembelian barang disertai surat pesanan (PO).
5. Yang berwenang menandatangani Surat Pesanan (PO) adalah Kepala
Bagian Pengadaan dan Logistik, Kepala Bagian Administrasi Umum, dan
Wakil Direktur Umum dan Keuangan.

C. Pemeriksaan Logistik

Verifikasi barang datang dilakukan atas indikator ketepatan waktu


datang, ketepatan spesifikasi dan kualitas barang (fisik barang, jumlah pesanan,
kelayakan fungsi barang serta kesesuaian nama barang pada surat pesanan).

D. Penyimpanan Logistik

Penyimpanan barang dan stok atau backup dilakukan di ruangan kerja


untuk memudahkan mobilisasi dan kecepatan penanganan complain pada
pengguna SIMRS.

E. Inventaris Logistik SIMRS

Jumlah
No Nama Barang
Barang

1 PC All in One 24"i5 7

2 PC All in One 20"i3 1

3 PC All in One 24"i5 1

4 Printer 4

5 DVR CCTV 1

6 UPS 4

7 Stabilizer 1

8 AC 4

9 TV 42 2

10 Switch 2
-27-

11 PC 3

12 Wireless 1

13 Scanner 1

14 Laptop 5

15 Telephone 2

16 Monitor 22" 2

17 Kursi Kerja 9

18 Meja Kerja 8

19 Lemari Arsip Kayu 1

Lemari Arsip 2 Pintu


20 1
Kaca

21 Lemari Filling Kabinet 1

22 Lemari Arsip 2 Pintu 1

23 Lemari Locker 6 Pintu 1

24 Lemari Kayu 1

25 Server 7

26 Rak Server 1

27 UPS 8

28 Fortigate 1

29 Printer 1

30 CCTV 5

31 Swith 1

32 NVR 1

33 Swith 8-Port 1

34 Mini Pc 11

35 Printer Thermal 1

36 Suhu Ruangan 2
-28-

37 USB Ethernet Adaptor 2

38 Switch Jaringan 5

BAB VI KESELAMATAN

KERJA

A. Pengertian Keselamatan Kerja

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya


disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya kita untuk


menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat
mengurangi probabilitas kecelakaan kerja/penyakit akibat kelalaian yang
mengakibatkan demotivasi dan dan defisiensi produktivitas kerja.

B. Tujuan Kecelakaan Kerja

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu


sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

C. Penyebab Kecelakaan Kerja

Setiap pegawai tentu mempunyai cara-cara tersendiri dalam proteksi diri


terhadap ancaman kecelakaan kerja/penyakit dalam menunjang
pekerjaannya, misal dengan memakai masker ketika sedang flu, menunda
bepergian ketika sedang pandemi, maupun dengan menjaga
kebersihan/kenyamanan ruangan kerja. Faktor yang mempengaruhi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah:
-29-

1. Beban Kerja
Beban kerja merupakan beban fisik, mental dan sosial, sehingga
penempatan pegawai sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan.
2. Kapasitas Kerja
Kapasitas Kerja yang bergantung pada tingkat Pendidikan,
keterampilan, kebugaran jasmani, ukuran tubuh ideal, keadaan gizi
dsb.
2. Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologi, ergonomic
ataupun psikososial.

D. Prinsip-Prinsip keselamatan Kerja

Prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam suatu perusahaan/instansi


pemerintah dalam menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah
sebagai berikut:

1. Adanya APD di tempat kerja;


2. Adanya buku pentunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya;
3. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab;
4. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat
lingkungan kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu, kotoran,
asap rokok, uap gas,radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan,
tempat kerja aman dari arus listrik, lampu penerangan memadai,
ventilasi dan sirkulasi udara seimbang;
5. Adanya penunjang Kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja;
6. Adanya sarana dan prasarana lengkap ditempat kerja;
7. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan Kesehatan kerja;
8. Adanya Pendidikan dan pelatihan tentang kesadaran K3.

E. Keselamatan Kerja pada Instalasi SIMRS

Keselamatan kerja pada Instalasi SIMRS berfokus kepada peralatan-


peralatan utama dan penunjang yang digunakan oleh karyawan SIMRS selama
melaksanakan tugasnya. Selain dari perangkat teknis, budaya kerja staf IT
juga turut memengaruhi keselamatan staf tidak hanya dari sisi fisik tapi juga
dari sisi psikologis.
-30-

1. Keselamatan Kerja dari Peralatan Kerja


a. Dari segi instalasi peralatan kerja di unit IT, penggunaan dan peletakan
kabel-kabel yang tidak tepat beresiko mencelakakan staf. Misalnya
kabel- kabel yang tidak rapi dan dibiarkan berserakan begitu saja.
b. Penempatan server yang terlalu dekat dengan staf juga beresiko bagi
kesehatan staf yang efeknya terlihat beberapa tahun yang akan datang.
c. Penggunaan PC yang terlalu lama memengaruhi kesehatan staf dari sisi
penglihatan dan paparan radiasi komputer dalam jangka waktu yang
lama.
2. Keselamatan Kerja ditinjau dari Budaya dan Perilaku Kerja Budaya dan
perilaku staf IT memengaruhi keselamatan psikologis staf. Pengaturan
jadwal shift dan jam kerja yang tidak tepat akan mengganggu kenyamanan
staf dalam bekerja.

BAB VII

PENGENDALIAN MUTU

A. Mutu Pelayanan Rumah Sakit

Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan


keluhan dari pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan
pemerintah sekalipun. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya
interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. Jika pemerintah
yang menyampaikan kritikan ini dapat berarti bahwa masyarakat
mendapatkan legalitas bahwa memang benar mutu pelayanan kesehatan
harus diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapatdilakukan dengan melihat
indikator-indikator mutu pelayanan rumahsakit yang ada di beberapa kebijakan
pemerintah, sudahkan kita mengetahuinya. Analisa indikator akan
mengantarkan kita bagaimana sebenarnya kualitas manajemen_ input,
manajemen proses dan output dari proses pelayanan kesehatan secara mikro
maupun makro.

Agar upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang


dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan
bahasa tentang konsep dasar upaya penigkatan mutu pelayanan.
-31-

B. Mutu Unit Sistem Manajemen Rumah sakit (SIMRS)

1. Rincian Pokok Mutu yaitu Pemantauan capaian indikator mutu unit


SIMRS tiap bulan dengan analisa dan tindak lanjut untuk mencapai target.
2. Rincian Kegiatan:
a. Penunjukan PIC data mutu unit;
b. Pengajuan mutu unit ke Direktur;
c. Pengumpulan data indikator mutu unit dalam worksheet yang telah
ditentukan oleh PIC data;
d. Rekapitulasi pencapaian indikator mutu unit untuk dilakukan analisa
tindak lanjut.

C. Indikator Mutu

Indikator mutu meliputi indikator klinik, indikator yang berorientasi


pada waktu dan indikator ratio yang berdasarkan pada efektifitas
(effectivenes), efisiensi (efficiency), keselamatan (safety) dan kelayakan
(appropriateness). Indikator yang dipilih:

1. Indikator Mutu Pertama

Indikator Mutu Pertama Pengembangan Sistem Informasi Manajemen


Judul Indikator Mutu Rumsah Sakit Terintegrasi (SIMRST)
Dasar Pemikiran 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, pasal 52 ayat 1; setiap
rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan semua kegiatan penyelenggaraan
rumah sakit dalam bentuk sistem informasi
manajemen rumah sakit;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2013 Tentang
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 Tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024. Pengembangan juga
dilakukan terhadap sistem rekam medis
elektronik yang dapat mendukung pertukaran
-32-

data resume medis pasien antar rumah sakit


(smart care).
4. Renstra Rumah Sakit Umum Daerah
Bangkinang tahun 2019-2024 dalam MISI
yaitu mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik dan pelayanan publik yang prima
berbasis teknologi informasi.
Dimensi Mutu Aplikasi Rekam Medis Elektronik (RME)
Tujuan Mengukur capaian Rekam Medik Elektronik
(RME) dalam aplikasi Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIMRS) untuk optimalisasi pelayanan dan
peningkatan integrasi unit (internal dan
eksternal) di Rumah Sakit Umum Daerah
Bangkinang.
Definisi Operasional 1. Pembuatan Master Plan Rekam Medik
Elektronik dalam aplikasi Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS);
2. Analisa kebutuhan data yang berkaitan dalam
pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit;
3. Mengembangkan Aplikasi Pendaftaran;
4. Mengembangkan Aplikasi Rawat Jalan dan
Instalasi Gawat Darurat;
5. Mengembangkan Aplikasi Rawat Inap;
6. Mengembangkan Aplikasi Farmasi;
7. Mengembangkan Aplikasi Laboratorium;
8. Mengembangkan Aplikasi Radiologi;
9. Mengembangkan Aplikasi Kasir;
10. Ujicoba Internal Aplikasi;
11. Sosialisasi Aplikasi kepada stakeholder
terkait;
12. UAT Bridging Vclaim dan Antrian Online;
13. Implementasi

Jenis Indikator Output


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah rencana pengembangan Aplikasi EMR
yang telah selesai
Denominator (penyebut) Jumlah rencana pengembangan aplikasi EMR
-33-

Target Pencapaian 70%


Krieria Kriteria Inklusi:
Seluruh pengembangan aplikasi
Formula N/D x 100%
Metode Pengumpulan Retrospektif dalam 1 tahun
Data
Sumber Data Data Primer dan Data Sekunder
Instrumen Pengambilan Formulir Aplikasi
Data
Besar Sampel Jumlah seluruh aplikasi Rekam Medis Elektronik
(RME)
Periode Pengumpulan Triwulan
Data
Periode Pelaporan Data Semesteran
Periode Analisis Data Semesteran
Penyajian Data Tabel
Penganggung jawab SIMRS

2. Indikator Mutu Kedua

Judul Indikator Kecepatan Waktu Menanggapi Kerusakan


Perangkat Komputer (Hardware & Jaringan)
Dasar Pemikiran Analisis Situasi
Dimensi Mutu Kenyamanan, Efisiensi, Tepat Waktu
Tujuan Tergambarnya ketanggapan SIMRS dalam
permasalahan kerusakan perangkat komputer
(hardware & jaringan)
Definisi Operasional Kecepatan waktu menanggapi kerusakan
perangkat komputer (hardware & jaringan) adalah
waktu yang dibutuhkan mulai
permintaan/panggilan perbaikan diajukan oleh
unit-unit di rumah sakit
Jenis Indikator Input : untuk menilai apakah memiliki
kemampuan kecepatan waktu
menanggapi kerusakan perangkat
komputer (hardware & jaringan)
Proses : untuk menilai apa yang dikerjakan staf
-34-

SIMRS dan bagaimana pelaksanaan


pekerjaannya
Output : untuk menilai hasil dari proses yang
dilaksanakan
Outcome : untuk menilai dampak layanan yang
diberikan terhadap pengguna layanan

Satuan Pengukuran Persentase


Numerator (pembilang) Jumlah laporan kerusakan perangkat komputer
(hardware & jaringan) yang ditanggapi kurang
atau sama dengan 15 menit
Denominator (penyebut) Jumlah seluruh laporan kerusakan perangkat
komputer (hardware & jaringan)
Target Pencapaian ≥ 80%
Kriteria Kriteria inklusi:
Permasalahan Aplikasi di Unit-Unit RSUD
Bangkinang yang ditangani Instalasi SIM-RS
Kriteria Eksklusi:
- Permasalahan Perangkat Komputer di
Instalasi SIMRS
- Permasalahan Perangkat Komputer di Unit
– Unit RSUD Bangkinang yang ditangani
Unit Lain
Formula N/D x 100% = …%
Metode Pengumpulan Restrospective
Data
Sumber Data Panggilan/Lembar Daftar Permintaan Perbaikan
di Instalasi SIMRS
Instrumen Pengambilan
Data
Besar Sampel Sesuai jumlah permintaan perbaikan perangkat
komputer (hardware & jaringan)
Cara Pengambilan
Sampel
Periode Pengumpulan Bulanan, Triwulan, Semester
Data
Penyajian Data Tabel
-35-

Periode Analisis dan Per triwulan


Pelaporan Data
Penanggung Jawab 1. Kepala Instalasi SIMRS
2. Kepala Unit Keamanan Sistem & Jaringan

BAB IX.
PENUTUP

Pedoman pelayanan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Rumah


Sakit Umum Daerah Bangkinang diharapkan dapat memberikan kejelasan
peran, fungsi dan kewenanga Instalasi SIMRS terhadap keberlangsungan kerja
sehingga dapat meningkatkan kinerja dari unit ini.

Pedoman ini bukanlah sesuatu yang permanen, akan tetapi akan berubah
mengikuti perubahan peraturan yang berlaku, struktur organisasi, tugas pokok
dan fungsi, kebijakan pimpinan serta kondisi dan situasi lingkungan untuk itu
pedoman ini harus dievaluasi secara berkala.

Diharapkan pedoman ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi unit terkait
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi khususnya dalam penyusunan
rencana kebijakan dan program di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah
Bangkinang.

DIREKTUR RSUD BANGKINANG

dr. ASMARA FITRAH ABADI


Pembina Tk.I ( IV/b )
NIP. 19720911 200312 1 007

Anda mungkin juga menyukai