Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

TENTANG ……..
Dosen Pengampu : Rachmat Suharno, S.H., M.H.

Disusun oleh :
Kelompok 1
Semester/Kelas : 6/A1
Muhammad Rizki Ihsan Nur Mauludin (41151010200058)
Vianka Meisya Azzahra (41151010200002)
Dina Pramesti (41151010200016)
Andien Amalia Putri Nugraha (41151010200053)
Diana Ayu Nurjanah (41151010200012)
Ficky Perdana Putra (41151010200171)
Allysha Putri Wibawa (41151010200039)
Irman Kusumah (41151010200013)
Rahmalia Zayinul Farhan (41151010200049)
Farhan Humam Najib (41151010200177)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunianya yang dilimpahkan kepada kami, sehinggsa kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu guna memenuhi syarat nilai untuk Mata Kuliah Hukum
Ekonomi Internasional

Makalah ini bertema tentang ……. Tentu saja berhasilnya penulisan makalah ini tidak
lepas dari adanya bimbingan petunjuk dan dorongan dari berbagai pihak terutama
Bapak Rachmat Suharno, S.H., M.H. dosen yang telah memberikan banyak pelajaran
kepada kami semua.

Meskipun makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat kekurangan serta
kesalahan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini supaya nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Secara khusus kami ucapkan terima kasih kepada semua yang telah memberikan
bimbingan dan dorongan atas kelancaran dalam penulisan makalah ini. Semoga dapat
memberikan informasi dan bermanfaat untuk menambah pengembangan wawasan serta
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandung, 10 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan di bidang perdagangan merupakan salah satu dampak dari


berkembangnya zaman salah satunya ialah perdagangan antar negara atau perdagangan
internasional. Pada kemajuan perdagangan tersebut akan memungkinkan adanya pasar-
pasar domestik yang mampu berkembang produknya yaitu melalui penjualan ke luar
negeri dengan harga yang kompetitif. Perdagangan internasional ialah bagian dari
semua aktivitas perekonomian ataupun aktivitas usaha yang dalam waktu dekat ini
terjadi kemajuan yang signifikan. Perhatian pada dunia bisnis pada aktivitas usaha
internasional itupun juga terjadi peningkatan, peristiwa ini dapat dilhat melalui
perkembangan arus peredaran jasa, modal dan tenaga kerja antar negara. Aktivitas
bisnis internasional bisa terjadi melalui hubungan ekspor impor, investasi, perdagangan
jasa, lisensi dan waralaba (license and franchise), hak atas kekayaan intelektual, dan alih
teknologi.

Indonesia masuk menjadi anggota perdagangan dunia dengan ratifikasi terhadap


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 mengenai Pengesahan Agreement on
Establishing
The World Trade Organization (WTO), (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia). Persoalan yang terjadi di Indonesia saat ini ialah masalah
perdagangan internasional yaitu berkaitan dengan praktik dumping (penjualan barang
impor di bawah harga normal produk domestik). Persoalan tersebut terjadi dikarenakan
banyaknya produk impor dengan harganya lebih murah dari harganya dalam negeri,
maka memiliki dampak bagi barang sejenis mengalami kalah saing pada akhirnya akan
mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, kemudian akan timbul dampak seperti
pemutusan hubungan kerja, banyaknya tingkat pengangguran serta gulung tikarnya
Industri barang sejenis dalam negeri. Semakin bebas serta terbukanya mekanisme pasar
mengakibatkan banyaknya persaingan tidak sehat dalam perdagangan antar negara yang
biasanya bisa memicu perkara ataupun sengketa antar negara, salah satunya ialah
tindakan dumping yang diartikan tindakan persaingan tidak sehat dengan mengekspor
barang sejenis lebih rendah dari nilai wajar di pasar domestik negara pengekspor.

Dumping sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menguasai pasar


luar negeri dengan cara melakukan ekspor dalam jumlah besar dengan memberikan
harga ekspor yang lebih rendah dari pada harga barang domestik di negara pengekspor.
Dumping berbahaya bagi industri dalam negeri negara tujuan karena terdapat
diskriminasi harga oleh produsen luar negeri dengan tujuan untuk mematikan
kompetitor di luar negeri melalui pengalihan preferensi konsumen ke produk dengan
harga yang lebih murah sehingga produsen lokal tidak dapat bersaing.

Tindakan dumping dapat mengakibatkan injury (kerugian) bagi negara


pengimpor karena adanya disparitas antara harga produk domestik dengan produk
impor. Untuk mengurangi kerugian yang dialami, Negara importir akan melakukan
tindakan antidumping.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan Dumping?


b. Jelaskan pengertian Dumping menurut WTO?
c. Bagaimanakah peraturan mengenai praktik Dumping di Indonesia?
d. Bagaimanakah cara kerja praktik Dumping
e. Sebutkan tujuan politik Dumping?
f. Sebutkan dan jelaskan jenis politik Dumping?
g. Sebutkan keuntungan politik Dumping?
h. Sebutkan kerugian politik Dumping?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui:
a. Pengertian Dumping
b. Pengertian Dumping menurut WTO
c. Peraturan mengenai praktik Dumping di Indonesia
d. Cara kerja praktik Dumping
e. Tujuan politik Dumping
f. Jenis-jenis politik Dumping
g. Keuntungan politik Dumping
h. Kerugian politik Dumping

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ruang Lingkup Hukum Ekonomi Internasional


Ruang lingkup Hukum Ekonomi Internasional dibedakan menjadi dua ruang
lingkup, yaitu sebagai berikut :
a. Hukum ekonomi internasional (definisi secara sempit). Menurut konsep sempit
(narrow), merupakan bagian dari hukum internasional public. Tampaknya,
klasifikasi ini pada awalnya mungkin masih bisa diterima. Namun untuk saat ini
ketika perkembangan hukum ekonomi internasional sudah sedemikian pesat,
tidaklah mungkin hanya membatasi pengertian pada pengertian dan ruang
lingkup hukum ekonomi internasional pada sebatas bagian hukum internasional
public.
b. Hukum ekonomi internasional (definisi secara luas). Menurut konsep luas
(broad), merupakan cabang hukum yang membahas aspek komersial (privat),
mengkaji semua fenomena ekonomi internasional (termasuk investasi, moneter,
pembangunan, bahkan aspek lingkungan, dan perburuhan). Klasifikasi kedua ini
lebih luas dari pengertian dan ruang lingkup yang pertama1.
2.2. Tujuan Hukum Ekonomi Internasioanal
1. Untuk mewujudkan peningkatan standar hidup, adanya penciptaan
lapangan kerja, dan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh umat
manusia.
2. Untuk mengembangkan proses pembangunan negara berkembang
(development process in developing countries).
3. Untuk mengharmoniskan nilai-nilai dalam mewujudkan tujuan ekonomi
internasional (integration of value consideration into economics goals).
2.3 Subjek Hukum dalam Hukum Ekonomi Internasional
Negara merupakan subjek hukum internasional yang tertua dan sangat penting.
Meskipun negara merupakan subjek hukum internasional utama, namun pada
perkembanganya subjek hukum internasional menjadi semakin luas, Mochtar
Kusumaadmadja dalam defenisinya mengemukakan bahwa hukum internasional adalah
sekumpulan asas dan kaidah yang mengatur hubungan hukum diantara subjek hukum
intenasional, antara negara dengan negara dan negara dengan subjek hukum

1
N. Rosyidah, OP.,Cit, hlm. 9
internasional lainnya 2 maka yang menjadi subjek hukum internasional tidak hanya
negara. Tapi memang negara merupakan actor utama dalam hubungan internasional.
Pasal 1 Konvensi Montevidio Tahun 1933, memberika syarat suatu entitas dapat
dikatakan sebagai negara apabila memenuhi unsur-unsur;
1. Memiliki penduduk
2. Memiliki wilayah tertentu
3. Memiliki pemerintahan yang berdaulat
4. Memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
Pada perkembangannya saat ini, negara sebagai subjek hukum ekonomi
internasional meliputi negara merdeka baik yang berbentuk federasi maupun republik.
Walaupun negara-negara pada umumnya berbeda dalam luas wilayah, penduduk,
kekayaan, kekuatan dan kebudayaan, namun dalam hukum internasional dikenal ajaran
persamaan kedudukan negara-negara.
2.4 Substansi Hukum Ekonomi Internasional
Untuk mempermudah memahami substansi Hukum Ekonomi Internasional,
maka ruang lingkup substansi atau content Hukum Ekonomoi Internasional dapat dibagi
dalam tiga hal :
1. Hukum pembangunan internasional, kajiannya mencakup organisasi yang
berfungsi memberi bantuan ekonomi berupa pinjaman internasional untuk
memperlancar pembangunan ekonomi disuatu negara (bank dunia, world bank).
2. Hukum Motere Internasional (Internasional Monetery Fund, IMF).
3. Hukum Perdagangan Internasional (Internasional Trade Law).
Tiga substansial dari Hukum Ekonomi Internasional tersebut sesuai dengan tiga
pilar sistem ekonomi internasional hasil Konvensi Bretton Woods, yaitu pembentukan
beberapa institusi dibawah ini:
1. Pada bidang hukum pembangunan internasional, dibentuk the World Bank
dengan IBDRD, MIGA, ICSID yang berperan dalam mengembangkan
pembangunan ekonomi negara-negara.
2. Pada bidang hukum moneter internasional, dibentuk oleh International Monetary
Fund yang mengurusi stabilitas moneter internasional.
3. Pada bidang hukum perdagangan internsional, dibentuk GATT yang kemudian
dilengkapi dengan pembentukan organisasi perdagangan internsional WTO
(International Trade Organization), yang tidak hanya saja mencakup
perdagangan barang (goods), Jasa (services), hak kekayaan Intelektual
(Intelectual property rights) tetapi juga bidang investasi (investment).

2
Mochtar Kusumaadmaja, Hukum Internasional, suatu pengantar,
2.5 Prinsip-prinsip Hukum Ekonomi Internasional
Prinsip-prinsip dasar hukum ekonomi internasional pada pokoknya mengacu
kepada 2 prinsip kebebasan.yakni kebebasan komunikasi dan kebebasan berdagang.
Prinsip kebebasan yang telah berkembang lama ini disebut juga sebagai prinsip klasik
hukum ekonomi internasional.
a. Kebebasan Berkomunikasi
Prinsip yang menyatakan bahwa setiap negara memiliki kebebasan untuk
berhubungan dengan siapa pun juga.Termasuk kebebasan untuk memasuki wilayah
suatu negara guna melakukan transaksi-transaksi ekonomi internasional. Seperti
navigasi, kebebasan transit, kebebasan melakukan perjalanan melalui darat, kereta api,
atau pengangkutan udara. Implementasi kebebasan berlayar, dalam pasal-pasal
Konvensi Hukum Laut 1982 (the UnitedNation Convention on the Law of the sea).
Pasal 87 Konvensi mengenai kebebasan dilaut lepas antara lain menegaskan bahwa
semua negara memiliki hak untuk berlayar. Kebebasan di ruang udara ini tampak nyata
dalam "five freedoms of the air yang termuat dalam the Chicago International Air
Transport Agreement (1944). Kebebasan tersebut yaitu:
1. Terbang melintasi wilayah negara asing tanpa mendarat;
2. Mendarat untuk tujuan-tujuan komersial;
3. Menurunkan penumpang pada lalu-lintas negara asing yang berasal dari negara
asal pesawat udara;
4. Mengangkut penumpang pada lalu-lintas negara asing yang bertujuan ke negara
asal pesawt udara; dan Mengangkut angkutan antara dua Negara asing
b. Kebebasan Berdagang
Setiapa negara memiliki kebebasan untuk berdagang dengan setiap orang atau
setiap negara dimanapun di dunia ini. Kebebasan ini tidak boleh terhalang oleh karena
negara memilki system ekonomi, ideologi atau politik yang berbeda dengan negara
lainnya.
c. Kaidah Dasar Minimum (minimum standards)
Kaidah utama dalam hukum ekonomi internasional.kaidah yang telah
berkembang menjadi suatu aturan hukum kebiasaan internasional umum (general
international customary law). Kaidah ini menyatakan, kewajiban negara untuk
sedikitnya memberikan jaminan perlindungan kepada pedagang atau pengusaha asing
dan harta miliknya.
d. Perlakuan Sama (IdenticalTreatment)
Berdasarkan prinsip ini, dua raja bersepakat untuk secara timbal balik
memberikan para pedagang mereka perlakuan yang sama (identik). Menurut
Schwarzenberger, hukum kekebalan diplomatik yang juga menganut prinsip timbal-
balik. Kaidah dasar ini lebih terkenal dengan istilah resiprositas (reciprocity). Oliver
Long menganggap resiprositas sebagai suatu prinsip fundamental dalam perjanjian
GATT.
e. Kaidah Dasar Mengenai Perlakuan Nasional (National Treatment)
Merupakan salah satu pengejewantahan dari prinsip non- diskriminasi.Klausul
ini ditemukan dalam berbagai perjanjian termasuk dalam GATT dan perjanjian-
perjanjian persahabatan, perdagangan dan navigasi. Klausul ini mensyaratkan suatu
negara untuk memperlakukan hukum yang sama. 3
f. Most-Favoured Nation (MFN)
Pada dasarnya,erupakan prinsip nondiskriminasi yang mensyaratkan negara
anggota harus memperlakukan negara sama dengan bagaimana dia memperlakukan
negara lain. Prinsip MFN ini mempunyai dua bentuk, MFN bersyarat dan MFN tidak
bersyarat. Berdasarkan kewajiban bersyarat, apabila suatu negara memberi
keistimewaan pada negara ketiga, maka ia diwajibkan memberikan perlakuan yang
sama kepada negara partnernya. Hal itu dilakukan setelah negara partner tersebut
memberikan istimewa dengan menyepakati keuntungan timbal balik yang sama kepada
mereka yang telah di berikan negara pertama.
Klausul MFN tidak bersyarat mensyaratkan suatu negara yang memberikan
keistimewaan kepada negara ketiga secara otomatis. Dan, tanpa syarat meberikan
keistimewaan pada negara partnernya, tanpa perlu syarat resiprositas dari negara
partner.
g. Asas Tidak Merugikan Negara Lain
Dalam perjanjian internasional di bidang ekonomi telah diakui adanya suatu
kewajiban negara untuk tidak menimbulkan beban-beban ekonomi kepada negara lain,
karena adanya kebijaksanaan ekonomi domestik negara yang bersangkutan. Artinya,
suatu negara tidak diperbolehkan (walaupun untuk kepentingan ekonomi nasionalnya)
mengeluarkan kebijakan yang dapat merugikan negara lain.
h. Asas Tindakan Pengaman dan Klausul Penyelemat (Safeguards and Escape Clause)
Masyarakat internasional umumnya menyadari bahwa kadangkala aturan- aturan
dalam perjanjian internasional mengenai hubungan ekonomi terlalu memberatkan
negara.Jika negara tersebut harus menerapkannya dikhawatirkan timbul dampak negatif
terhadap perekonomian negaranya. Untuk menghindari hal tersebut di buatlah suatu
3
Meria Utama, Op., Cit, hlm.4
klausul penyelamat. Biasanya, klausul semacam itu memberikan kemungkinan kepada
negara dalam melakukan penangguhan terhadap kewajiban internasional yang harus
dilakukannya untuk jangka waktu tertentu.

i. Asas preferensi terhadap Negara Berkembang


Asas ini menyatakan tentang perlunya kelonggaran-kelonggaran atas aturan
hukum bagi negara-negara yang sedang berkembang. Artinya negara-negara tersebut
perlu mendapat perlakuan khusus bila negara- negara maju berhubungan dengan
mereka.Dasar teori sistem preferensi ini yakni negara diperbolehkan menyimpang dari
kewajiban MFN. Tujuannya untuk memperbolehkan mereka mengurangi tingkat tariff
pada impor barang manakalabarang-barang tersebut berasal dari negara berkembang.
Hal tersebut untuk memberikan suatu keuntungan kompetitif kepada negara
berkembang dalam masyarakat industry yang menjadi sasaran ekspor.
j. Asas Penyelesaian Sengketa Secara Damai
Asas ini diperkenalkan oleh John H. Jackson.Dalam perjanjian internasional
negara seringkali mencantumkan cara-cara damai, misalnya negosiasi atau
konsultasi.Kemudian, jika kedua cara tersbeut gagal, negara-negara cenderung untuk
menyerahkan penyelesaian sengketa pada pihak ketiga yang netral, misalnya arbitrase. 4
2.6 Dumping
Dumping adalah praktik perdagangan internasional di mana produsen negara
tertentu menjual barang atau jasa ke pasar luar negeri dengan harga yang lebih rendah
daripada harga yang diterapkan di pasar domestiknya. Praktik ini dapat memberikan
keuntungan bagi produsen yang melakukan dumping, tetapi dapat merugikan produsen
di negara tujuan dan dapat menimbulkan masalah perdagangan yang serius antara
negara-negara.
2.7 Berikut ini adalah beberapa teori yang terkait dengan praktik dumping:
1. Teori Keuntungan Komparatif
Teori keuntungan komparatif mengatakan bahwa perdagangan internasional
dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan. Dalam konteks
dumping, produsen yang melakukan dumping dapat memanfaatkan keuntungan
komparatif mereka dan memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah daripada
produsen lokal di negara tujuan. Dengan menjual barang mereka di pasar internasional

4
N. Rosyidah,Op., Cit, hlm.66-68
dengan harga yang lebih rendah, produsen dapat meningkatkan ekspor mereka dan
menghasilkan lebih banyak uang untuk negara mereka.

2. Teori Harga Dua Kasta


Teori harga dua kasta mengatakan bahwa produsen dapat menjual produk
mereka dengan harga yang berbeda di pasar domestik dan pasar internasional. Produsen
dapat menjual produk mereka dengan harga yang lebih rendah di pasar internasional
untuk meningkatkan pangsa pasar mereka dan mengurangi persaingan dengan produsen
lokal di negara tujuan. Harga yang lebih rendah ini disebut harga dumping. Namun,
harga dumping dapat merugikan produsen lokal dan mengurangi persaingan di pasar
domestik.
3. Teori Dumping Sebagai Strategi Pasar
Dumping dapat dianggap sebagai strategi pasar yang digunakan oleh produsen
untuk memperluas pangsa pasar mereka di negara tujuan. Dalam beberapa kasus,
produsen mungkin menjual produknya di bawah biaya produksi hanya untuk menarik
pelanggan dan memenangkan persaingan di negara tujuan. Namun, strategi ini dapat
menjadi tidak berkelanjutan jika produsen tidak dapat menghasilkan keuntungan di
pasar internasional.
4. Teori Efek Dumping Terhadap Produsen Lokal
Praktik dumping dapat merugikan produsen lokal di negara tujuan. Produsen
lokal mungkin tidak dapat bersaing dengan harga dumping yang lebih rendah dan
akhirnya terpaksa menutup usahanya. Akibatnya, dumping dapat mengurangi
persaingan di pasar domestik dan meningkatkan kekuasaan pasar produsen yang
melakukan dumping.
5. Teori Efek Dumping Terhadap Konsumen
Dumping dapat memberikan manfaat bagi konsumen di negara tujuan dengan
memberikan akses ke produk yang lebih murah. Namun, dumping juga dapat merugikan
konsumen jika produsen lokal tidak dapat bersaing dan terpaksa menutup usahanya. Hal
ini dapat mengurangi pilihan produk yang tersedia untuk konsumen dan meningkatkan
harga jangka panjang jika produsen yang melakukan dumping dapat mengambil
keuntungan dari posisi pasar yang kuat.
6. Teori Perlindungan Dumping
Untuk melindungi produsen lokal dari praktik dumping, pemerintah dapat
menerapkan kebijakan perdagangan yang disebut perlindungan dumping. Perlindungan
dumping adalah kebijakan yang bertujuan untuk melindungi produsen lokal dari
persaingan yang tidak adil dengan memasang tarif atau bea masuk pada barang-barang
yang diimpor dengan harga dumping. Tarif ini bertujuan untuk membuat harga produk
impor menjadi setara dengan harga yang berlaku di pasar domestik, sehingga
memberikan keuntungan bagi produsen lokal dan meningkatkan persaingan di pasar
domestik.

BAB III
BAB IV ANALISA KASUS
Kasus ini bermula ketika industri kertas Korea mengajukan petisi antidumping
terhadap 16 jenis produk kertas Indonesia antara lain yang tergolong dalam uncoated
paper and paperboard used for writing dan printing or other grafic purpose produk
kertas Indonesia kepada Korean Trade Commision (KTC) pada tanggal 30 september
2002 dan pada 9 mei 2003, KTC mengenai Bea Masuk Antidumping (BMAD)
sementara dengan besaran untuk PT pabrik kertas Tjiwi Kimia Tbk sebesar 51,61%, PT
Pindo Deli 11,65%, PT Indah Kiat 0,52%. April Pine dan lainnya sebesar 2,80%.
Namun, pada 7 November 2003 KTC menurunkan BM antidumping terhadap produk
kertas Indonesia ke Korsel dengan ketentuan PT Pabrik kertas Tjiwi Kimia Tbk. PT
Pindo Deli dan PT Indah Kiat diturunkan sebesar 8.22% dana untuk April Pine dan
lainnya 2.80%. Dan Indonesia mengadukan masalah ini ke WTO tanggal 4 Juni 2004
dan meminta diadakan konsultasi bilateral, namun konsultasi yang dilakukan pada 7 Juli
2004 gagal mencapai kesepakatan.
Dalam kasus ini, Indonesia telah melakukan upaya pendekatan sesuai prosedur
terhadap Korsel. Pada 26 Oktober 2006 Indonesia juga mengirim surat pengajuan
konsultasi Selanjutnya, konsultasi dilakukan pada 15 November 2006 namun gagal.
Korea masih belum melaksanakan rekalkulasi dan dalam pertemuan Korea mengulur-
ulur waktu. Tindakan Korsel tersebut sangat merugikan industri kertas Indonesia.
Ekspor kertas ke Korsel anjlok hingga 50 persen dari USS 120 juta, Kerugian tersebut
akan berkepanjangan sebab Panel juga menyita waktu cukup lama, paling cepat tiga
bulan dan paling lama enam bulan.
Indonesia meminta Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement
Body/DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) membentuk Panel dan setelah
melalui proses-proses pemeriksaan, maka DSB WTO mengabulkan dan menyetujui
gugatan Indonesia terhadap pelanggaran terhadap penentuan agreement on antidumping
WTO dalam mengenakan tindakan antidumping terhadap produk kertas Indonesia.
Panel DSB menilai Korea telah melakukan kesalahan dalam upaya membuktikan
adanya praktek dumping produk kertas dari Indonesia dan bahwa Korea telah
melakukan kesalahan dalam menentukan bahwa industri domestik Korea mengalami
kerugian akibat praktek dumping dari produk kertas Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Octaviany Siregar, Nella. (2002). Regulasi Anti Dumping dalam Hukum Perdagangan
Internasional dan Penerapannya di Indonesia. Justisi Universitas Muhammadiyah
Sorong. Vol. 8 (1). Hal 68-69.
Widhiyanti, H. N., Kurniaty, R., Audrey, P., Ula, H., & Saraswati, A. N. (2020). Hukum
Ekonomi Internasional. Universitas Brawijaya Press.
http://repository.lppm.unila.ac.id/8553/1/buku%20ajar%20HEI
%20lengkap.docx#:~:text=Hukum%20ekonomi%20internasional%20(definisi
%20secara,aspek%20lingkungan%2C%20dan%20perburuhan).
Krugman, P. R., Obstfeld, M., & Melitz, M. J. (2015). International economics: theory
and policy. Pearson Education Limited.
Hill, C. W. L. (2014). International business: competing in the global marketplace.
McGraw-Hill Education.
Caves, R. E., Frankel, J. A., & Jones, R. W. (2007). World trade and payments: An
introduction. Pearson Education.
Krueger, A. O. (1988). The political economy of the rent-seeking society. The American
Economic Review, 78(3), 291-303.

Anda mungkin juga menyukai