Anda di halaman 1dari 21

BISNIS INTERNASIONAL

“TEORI EKONOMI BISNIS INTERNASIONAL”

OLEH :

Agus Ariantara (1802612010612)

Antonius Kosat (1802612010614)

Dewa Ayu Kade Wulan Kusuma Dewi (1802612010616)

Kelompok 01
Pemasaran C (Semester 7)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Ekonomi
Bisnis Internasional” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen Putu
Pradiva Putra Salain selaku pengampu mata kuliah Bisnis Internasional. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Ekonomi dalam
Bisnis Internasional bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Putu Pradiva Putra Salain selaku
pengampu mata kuliah Bisnis Internasional yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar,

09 September 2021

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Globalisasi belum mempunyai definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja
(working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai proses sosial,proses sejarah atau proses alamiah yang akan
membawa seluruh negara makin terikat satu sama lain. Mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru dengan menyingkirkan batas- batas geografis,ekonomi dan budaya
masyarakat. Negara negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi
dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab,
globalisasi cenderung berpengaruh terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh
terhadap bidang-bidang lain seperti agama. Terjadinya ketimpangan ekonomi antar
negara didunia, dimana sebagian besar negara di dunia adalah negara miskin yang belum
terbiasa dengan budaya persaingan bebas, membuat globalisasi dapat menimbulkan
ancaman. Dengan kata lain, globalisasi ekonomi layak didukung manakala kekuatan e-
konomi didunia sudah setara.
Masalah perdagangan adalah masalah yang sering diperbincangkan di setiap
negara.Perekonomian sebuah negara erat kaitannya dengan sistem dan pengelolaan
aktivitas perdagangan, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Perdagangan
internasional terjadi ketika setiap negara memiliki perbedaan potensi sumber daya yang
dimilikinya. Dalam ilmu ekonomi nasional, hal ini menjadi landasan teori yang
berpengaruh. Makna dari perdaganagn internasional adalah ketika terjadinya perdagangan
yang dilakukan oleh masing masing penduduk suatu negara kepada penduduk negara
lainnya dengan kesepakatan diatara keduanya. Pelaku Perdangan Internasional bisa
dilakukan secara antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau antar pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang termasuk dalam Teori Perdagangan Internasional

2. Bagaimana bentuk dari Retriksi Perdagangan

3. Apa saja yang termasuk dalam Pembangunan Ekonomi

4. Apa saja Teori Investasi Internasional

1.3. Tujuan Penulisan

Agar penulis dan pembaca dapat memahami mengenai Teori Ekonomi Pedagangan
Internasional.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional terjadi ketika setiap negara memiliki perbedaan potensi


sumber daya yang dimilikinya. Dalam ilmu ekonomi nasional, hal ini menjadi landasan
teori yang berpengaruh. Makna dari perdaganagn internasional adalah ketika terjadinya
perdagangan yang dilakukan oleh masing masing penduduk suatu negara kepada
penduduk negara lainnya dengan kesepakatan diatara keduanya. Pelaku Perdangan
Internasional bisa dilakukan secara antar perorangan (individu dengan individu), antara
individu dengan pemerintah suatu negara atau antar pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain.

Menurut Salvatore berdasarkan teori perdagangan internasional, keuntungan maksimal


yang didapat adalah tujuan utama adanya perdagangan internasional. Perdagangan atau
pertukaran secara ekonomi adalah proses transaksi yang didasarkan tanpa paksaan dari
kedua belah pihak. Perdagangan bisa dikatakan sah bila keuntungan dan manfaat
dirasakan oleh masing masing pihak. Perdagangan internasional dilakukan agar dapat
memenuhi kebutuhan yang tidak terdapat di negara tersebut.

Berikut adalah beberapa manfaat yang didapat negara dengan melakukan kegiaan
perdagangan internasional (Salvatore, 2013) :

1. Negara akan mampu untuk melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan barang atau
jasa yang tidak dihasilkan dan tidak dapat diproduksi di dalam negeri yang
disebabkan terdapatnya keterbatasan sumber daya dan keterbatasan kemampuan
produksi.

2. Negara yang bersangkutan dapat memperoleh keuntungan dari spesialisasi, yaitu


dapat melakukan kegiatan tukar menukar dengan cara mengekspor atau
mengimpor komoditas antar negara sesuai dengan kemampuan negara tersebut
yang bisa dilihat dari biaya produksi.

3. Negara akan mengalami perluasan pasar produk secara otomatis dan berdampak
pada pertumbuhan dalam pendapatan dalam negeri yang berpengaruh terhadap
peningkatan terhadap output dan perputaran roda perekonomian kearah positif,
serta dapat membukan lapangan pekerjaan, menghasilkan devisa, kemajuan
teknologi.

2.1.1. Merkantilisme

Merkantilisme ialah suatu aliran filsafat yang berkembang pesat pada sekitar abad ke 6
di Eropa barat, dimana organisasi kegiatan ekonomi dan masyarakat tumbuh secara
cepat, dimana pada abad tersebut juga telah muncul perdagangan yang cukup besar,
baik didalam negeri maupun diluar negeri.dalam buku ajar yang berjudul Sejarah
Pemikiran Ekonomi, menjelaskan istilah Merkantilis berasal dari kata “merchant”
yang memiliki arti pedagang. Paham ini mengemukakan pemikiran bahwa apabila
suatu Negara ingin maju, maka Negara tersebut harus melakukan perdagangan dengan
Negara lain, dari perdagangan antar Negara tersebut, maka akan diperoleh melalui
surplus perdagangan luar negeri yang diterima dalam bentuk emas atau perak,
sehingga kebijakan pada masa itu ialah mendorong ekspor dan membatasi impor.
Larangan-larangan impor seperti bea masuk berakibat pada berkurangnya impor,
sementara subsidi pemerintah kepada eksportir tentu mengakibatkan meningkatnya
kegiatan ekspor, maka hal tersebut yang menciptakan surplus perdagangan.

Sebuah contoh merkantilisme modern adalah kebijakan industri yang berdasarkan


intervensi Negara yang sangat kuat yang dibuat orang-orang sosialis di Prancis.
Mereka menasionalisasikan industri-industri kunci dan bank-bank penting agar dapat
menggunakan kekuatan/kekuasaan Negara baik sebagai pemegang saham dan
penyandang dana, maupun pelanggan dan pemasar untuk merevitalisasi basis industri
Negara tersebut. Dengan hampir sepertiga kapasitas produktif Prancis dan 70persen
dari kapabilitas elektronik teknologi tingginya ditangan pemerintah, yang kemudian
kekuasaannya mendekati tingkat intervensi Negara pada abad ke-17.

2.1.2. Teori keunggulan Absolut

Menurut Adam Smith, perdagangan yang terjadi antara dua negara didasarkan pada
keunggulan absolut. Dimana kedua negara dapat memperoleh keuntungan jika masing-
masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki
keunggulan absolut dan selanjutnya menukarkannya dengan komoditi lain yang
memiliki kerugian absolut. Pernyataan tersebut dapat terjadi karena setiap negara
memiliki karakteristik sumber daya yang berbeda. Jika kita membeli barang di luar
negeri untuk dipakai di dalam negeri disebut impor sedangkan jika produk dalam
negeri dipasarkan atau dijual di luar negeri maka disebut ekspor. Teori absolute
advantage ini didasarkan pada asumsi pokok yaitu :
A. faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja,

B. kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama,

C. pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang,

D. biaya transportasi diabaikan.

Menurut Appleyard dan Field, (2014) perdagangan antar negara akan mendapatkan
manfaat berlebih jika setiap negara-negara yang melakukan berdagang memiliki
keunggulan atas faktor produksi yang ada didalam negerinya. Sehingga, masing-
masing negara dapat menghasilkan suatu output barang produksi yang didasarkan pada
tingkat efisiensi yang tinggi.

*Gambaran Teori Keunggulan Absolut

Negara A Negara B
Kentang 8 unit / tenaga kerja 4 unit / tenaga kerja
Gandum 6 unit / tenaga kerja 12 unit / tenaga kerja
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa negara A memilik keunggulan absolut
dalam memproduksi kentang, sedangkan negara B memiliki keunggulan absolut dalam
memproduksi gandum. Perdagangan internasional dengan keunggulan absolut dapat
dikatakan menguntungkan jika negara A mengekspor kentang ke negara B dan
mengimpor gandum dari negara B, begitu pula sebaliknya.

2.1.3. Teori Keunggulan Komperatif (Comparative Advantage)

Pada tahun 1817 David Ricardo menerbitkan buku yang berjudul “Principles of
Political Economy and Taxation”, buku ini berisi penjelasan mengenai hukum
keunggulan komparatif. Metode teori keunggulan komperatif ini betujuan untuk
melengkapi teori Adam Smith yang tidak mempersoalkan kemungkinan adanya
negara-negara yang sama sekali tidak mempunyai keunggulan mutlak (absolute
advantage) dalam memproduksi suatu barang terhadap negara lain, sebagai contoh
perdagangan antara negara yang sedang berkembang dengan negara yang telah maju.
Negara yang sedang berkembang pada kenyataannya tingkat produksi didalam negeri
masih kurang efisien dibandingkan dengan negara maju. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh beragamnya potensi input produksi disetiap negara baik dari sumber
daya alam, sumber daya manusia, modal yang dimiliki tiap negara, dan tingkat
pemahaman serta penerapan teknologi di sektor produksi khusunya sektor Industri.
Keunggulan komparatif (comparative advantage) adalah keunggulan atau keuntungan
yang diperoleh suatu negara dari kegiatan melakukan spesialisasi produksi terhadap
suatu barang yang memiliki harga relatif (relatife price) yang lebih rendah dari
produksi negara lain. Atau dengan kata lain, suatu negara hanya akan mengekspor
barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang
mempunyai keunggulan komparatif rendah. Melalui spesialisasi sesuai dengan
keunggulan komparatifnya, maka jumlah produksi yang dihasilkan bisa jauh lebih
besar dengan biaya yang lebih murah dan pada akhirnya bisa mencapai skala ekonomi
yang diharapkan.

Keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang
dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah dari pada negara lainnya. Untuk
melengkapi kelemahan-kelemahan teori keunggulan mutlak (absolute advantage) dari
Adam Smith, maka David Ricardo membedakan perdagangan menjadi dua keadaan
yaitu perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri. Menurut David Ricardo,
keunggulan mutlak yang dikemukakan oleh Adam Smith dapat berlaku di
perdagangan dalam negeri yang dijalankan atas dasar biaya tenaga kerja, karena
adanya persaingan bebas dan kebebasan bergerak dari faktor-faktor produksi tenaga
kerja dan modal. Karena itu masing-masing tempat akan melakukan spesialisasi dalam
memproduksi barang-barang tertentu apabila memiliki biaya tenaga kerja yang paling
kecil. Sedangkan untuk perdagangan luar negeri tidak dapat didasarkan pada
keuntungan atau biaya mutlak. Karena faktor-faktor produksi di dalam perdagangan
luar negeri tidak dapat bergerak bebas sehingga barang-barang yang dihasilkan oeh
suatu negara mungkin akan ditukarkan dengan barang-barang dari negara lain
meskipun biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang tersebut
berlainan.
2.1.4. Teori Heckscher-Ohlin
Perubahan dalam teori perdagangan internasional muncul ketika seorang sejarawan
ekonomi asal Swedia, Eli Heckscher dan muridnya Bertil Olin mengemukakan
penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum sempat dijelaskan oleh
David Ricardo (1971). Heckscher – Olin (1919) mengembangkan model ekonomi
dengan menyatakan penyebab adanya perbedaan produktivitas karena adanya
perbedaan proporsi faktor tenaga kerja, modal, dan tanah yang dimiliki oleh suatu
negara. Teori Heckscher–Olin dikenal dengan “The Proportional Factor Theory”
dimana negara dengan faktor produksi relatif tinggi dan murah dalam biaya produksi
akan melakukan spesialisasi produksi untuk melakukan ekspor. Sebaliknya negara
dengan faktor produksi relatif langka dan mahal dalam biaya produksi akan
melakukan impor (Helpman, 2010). Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menyatakan bahwa
perdagangan internasional terutama digerakan oleh perbedaan karunia sumber daya
antar negara. Suatu negara cenderung mengekspor barang yang menggunakan lebih
banyak faktor produksi yang relative melimpah dinegara tersebut (factor endowment)
dan dalam waktu yang sama negara tersebut juga akan mengimpor barang yang
menggunakan faktor produksi relative langka di negara tersebut. Secara umum model
H-O tersebut menunjukan adanya keuntungan dari perdagangan terutama bertumpu
pada keuntungan statis yang berasal dari alokasi sumber daya yang efisien.
Sedangakan kemungkinan diperolehnya keungungan dinamis dari perdagangan
kurang mendapatkan perhatian. Adanya kelemahan dari teori H-O disempurnakan
oleh teori perdagangan baru tanpa menanggalkan secara seutuhnya dari asumsi teori
H-O.
2.1.5. Beberapa Penjelasan yang lebih baru untuk arah Perdagangan
Pada tahun 1920-an, para ahli ekonomi mulai mempertimbangkan fakta bahwa
kebanyakan industry memperoleh keuntungan dari skala ekonomi (economies of
scale); yaitu, dengan semakin besarnya pabrik dan meningkatkan keluaran, biaya
produksi per unit menurun. Ini terjadi karena peralatan yang lebih besar dan lebih
efisien dapat digunakan, sehingga perusahaan dapat memperoleh potongan harga atas
pembelian-pembelian mereka dengan volume yang lebih besar, dan biaya-biaya tetap
seperti biaya penelitian dan pengembangan serta overhead administrative dapat
dialokasikan pada kuantitas keluaran yang lebih besar. Biaya-biaya produksi juga
menurun karena kurva belajar (learning curve). Begitu perusahaan memproduksi
produk lebih banyak, mereka mempelajari cara-cara untuk meningkatkan efisiensi
produksi, yang menyebabkan biaya produksi berkuraang dengan suatu jumlah yang
dapat diperkirakan.
Skala ekonomi dan kurva pengalaman (experience curve) mempengaruhi perdagangan
internasional karena memungkinkan industri-industri suatu negara menjadi produsen
biaya rendah tanpa memiliki factor-faktor produksi yang berlimpah. Kemudian persis
seperti dalam hal keunggulan komparatif, bangsa-bangsa mengadakan spesialisasi
dalam produksi beberapa produk dan berdagang dengan bangsa-bangsa lain untuk
memasok sisa kebutuhan mereka (Donald A. Ball, 2005: 151).
A. Teori Penggerak Pertama (First Movers Theory)
Sebagai ahli teori manajemen menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang
pertama menerobos pasar (penggerakpertama) akan segera mendominasinya.
Sebagai hasil dari bagian pasar yang besar akan memungkinkan mereka
memperoleh manfaat skala ekonomi yang disebutkan pada bagian sebelumnya.
Sebuah studi yang meliputi kisaran industri yang luas menunjukkan bahwa para
penggerak pertama memegang 30 persen bagian pasar (market share)
dibandingkan dengan hanya 13 persen untuk pengikut selanjutnya. Sebuah temuan
lainnya itu 70 persen pemimpin di pasar-pasar yang ada sekarang adalah para
penggerak pertama.

B. Teori Linder mengenai Permintaan yang Tumpang Tindih

Ahli ekonomi Swedia lainnya, Stefan Linder, mengenai bahwa meskipun teori
orientasi permintaan Heckscher-Ohlin yang bergantung pada faktor pendukung
cukup memadai untuk menerangkan perdagangan internasional dalam produk-
produk primer, namun diperlukan suatu penjelasan lain untuk perdagangan barang-
barang menufaktur. Teori Orientasi permintaannya menyatakan bahwa selera
konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, dan karenanya tingkat
pendapatan per kapita suatu bangsa menentukan jenis barang-barang yang akan
dimintanya. Karena industry akan memproduksi barang-barang untuk memenuhi
permintaan tersebut, jenis-jenis produk yang dibuat mencerminkan tingkat
pendapataan per kapita Negara itu. Barang-barang yang diproduksi untuk
konsumsi domestic akhirnya akan di ekspor.

2.2. Retriksi Perdagangan

Restriksi (hambatan) impor sangat peka terhadap kelompok-kelompok kepentingan yang


akan dirugikan oleh kompetisi internasional. Kelompok-kelompok ini terdiri atas
badan/lembaga masyarakat yang kecil atau mudah diidentifikasi-sebagai lawan dari
jumlah konsumen yang besar dan tersebar luas yang mendapat keuntungan dari
perdagangan bebas.

Dalam setiap debat politik mengenai larangan impor yang diusulkan, kelompok
proteksionis akan bersatu dalam memberikan tekanan kepada pejabat-pejabat pemerintah,
sementara para konsumen yang setuju terhadap perdaganan bebas jarang sebab melakukan
suatu upaya yang terorganisasi. Sebagai contoh perusahaan-perusahaan baja dan serikat-
serikat buruh baja telah memprotes dengan menggebu-gebu kepada kongres dan pejabat
pemerintah masuknya baja impor murah, namun organisasi-organisasi konsumen tidak
mengatakan apa-apa. Dengan kata lain, jika dipekerjakan oleh suatu pabrikan kimia,
mungkin tidak akan berjuang untuk melarang impor baja meskipun mungkin percaya itu
memberikan sumbangan terhadap harga yang lebih rendah untuk mobil.

2.2.1. Argumen-argumen bagi restriksi perdagangan dan tangkisannya:

1. Pertahanan Nasional

Industry-industri tertentu memerlukan proteksi dan impor karena vital bagi


pertahanan nasional, dan harus tetap diberlakukan meskipun terdapat kerugian
secara komparatif berkenaan dengan para pesaing luar negeri.

2. Melindungi Industri yang baru tumbuh (infant industry)

Para pendukung proteksi atas industry yang baru tumbuh bisa menyatkan bahwa
dalam jangka panjang industry itu akan memiliki keunggulan komparatif, tetapi
perusahaan-perusahaan itu memerlukan proteksi terhadap impor sampai angkatan
kerja telatih, teknik-teknik produk dikuasai dan mereka mencapai skala ekonomi.

3. Melindungi tenaga kerja domestic dari tenaga asing yang murah

Para proteksionis yang menggunakan alasan ini akan membandingkan tingkat upah
per jam tenaga asing yang lebih murah dengan yang mereka bayar di AS.

4. Tarif ilmiah atau persaingan yang adil

Bea masuk yang akan meningkatkan biaya barang-barang impor sama dengan
biaya barang-barang yang di produksi di dalam negeri dilakukan dengan
persaingan yang adil.

5. Tindakan balasan

Perwakilan-perwakilan industry yang ekspornya telah mendapat hambatan-


hambatan impor yang dikenakan atas mereka oleh sebuah Negara lain, meminta
pemerintah mereka untuk membalas degan hambatan-hambatan yang sama.

 Dumping : menjual suatu produk di luar negeri dengan harga kurang dari
biaya produksi, harga di pasar dalam negeri, atau harga untuk Negara-negara
ketiga. Penggolongan Dumping:

A. Dumping social: persaingan yng tidak adil oleh berbagai perusahaan di


Negara-negara berkembang telah menurunkan biaya tenaga kerja dan
memperburuk kondisi kerja;

B. Dumping lingkungan: persaingan tidak adil disebabkan oleh belum


adanya standar-standar lingkungan suatu Negara;

C. Dumping jasa keuangan: Persaingan tidak adil yang disebabkan oleh


rendahnya rasio modal bank/asset yang dipersyaratkan sebuah Negara;

D. Dumping budaya: Persaingan tidak adil yang disebabkan oleh hambatan-


hambatan budaya yang membantu perusahaan-perusahaan local.

 Subsidi: sumbangan keuangan, diberikan secara langsung atau tidak langsung


oleh pemerintah tanpa imbalan keuntungan, termasuk hibah, perlakuan pajak
istimewa dan asumsi pemerintah mengenai pengeluaran bisnis yang normal.

 Sountervailing duties: pajak-pajak impor tambahan yang dikenakan atas impor


yang telah diperoleh keuntungan dari subsidi ekspor.

Argumen-argumen lain:

Penggunaan proteksi terhadap barang-barang impor untuk mengijinkan diversifikasi


perekonomian domestik, atau meningkatkan neraca perdagangan. Proteksi terhadap
impor umumnya melayani kepentingan yang sempit dari kelompok kepentingan
tertentu drngan merugikan banyak pihak. Meskipun permohonan mereka kadang-
kadang dapat memberi waktu untuk melindungi industry agar menjadi modern dan
lebih bersaing di pasar dunia, bahaya sesungguhnya yang timbul adalah bahwa mitra
dagang sebuah akan membalas dengan hambatan-hambatan perdagangan, sehingga
menyebabkan kerugian terhadap industry-industri yang tidak menerima proteksi.

2.2.2. Jenis-jenis Restriksi:

1. Hambatan tariff : tariff adalah pajak atas barang impor dengan tujuan menaikkan
harganya untuk mengurangi persaingan bagi produsen local atau merangsang
produksi local.

A. Bea Ad Valorem, spesifik dan kombinasi:

Bea ad valorem (ad valorem duties) ; Pajak impor yang dikenakan sebagai
suatu persentase dari nilai faktur barang-barang yang impor. Bea spesifik
(specific duties): jumlah tetap yang dikenakan atas unit fisik barang yang
diimpor. Bea kombinasi ( comfound duties): kombinasi pajak-pajak spesifik
dan ad valorem. Pajak variable: pajak impor yang ditetapkan dengan perbedaan
antara harga pasar dunia dan harga-harga yang didukung pemerintah local.
B. Harga resmi

Harga-harga ini termasuk dalam tariff bea cukai dari beberapa Negara dan
merupakan dasar untuk perhitungan pajak ad valorem bilamana harga faktur
yang sebenarnya lebih rendah.

C. Bea yang lebih rendah untuk masukan local yang lebih banyak

Bea-bea impor/ bea pabean ditetapkan oleh banyak Negara sedemikian rupa
untuk mendorong masukan local.

2. Hambatan-hambatan non tariff:

A. Kuantitatif.

 Kuota : jumlah yang dikenakan atas jenis impor tertentu.

 Hambatan ekspor sukarela (VER=Voluntary Export Restraints) yaitu


kuota ekspor ang dikenakan Negara pengekspor.

 Persetujuan Tertib Pemasaran: persetujuan resmi antar negara pengekspor


dan pengimpor yang mencantumkan kuota impor atau atau ekspor yang
akan diperoleh tiap negara untuk suatu barang.

B. Nonkuantitatif

 Hambatan nontarif yang paling pentinga adalah hambatan jenis


nonkuantitatif. Banyak pemerintah cenderung menetapkan hambatan
nontarif untuk memperoleh perlindungan yang di upayakan melalui pajak
impor.

 Hambatan-hambatan nonkuantitatif digolongkan menjadi:

a. Partisipasi pemerintah langsung dalam perdagangan.

b. Prosedur kepabeanan dan administrasi.

c. Standar

3. Menciptakan Pasar Baru

Perusahaan- perusahaan ekspor perlu memperoleh info tentang status hambatan –


hambatan tarif dan nontarif yang sedang berubah di negara-negara di mana mereka
melakukan bisnis atau akan melakukan bisnis. Perusahaan yang telah
meninggalkan pasar dengan meninggalkan pajak impor yang sangat tinggi atau
hambatan – hambtan non tarif ,seperti standar produk atau prosedur kapabean yang
dirancang untuk menyingkirkan produk-produk asing ,mungkiin menemukan
hambatan-hambatan ini tidak lagi ada.

4. Dari Sistem Multinasional ke Sistem Parbrikasi Terpadu secara Global

Kemungkinan perusahaan multidomestik dengan banyak pabrik manufaktur


dengan masing-masing memiliki sistem pemanufakturan lengkap untuk memasok
negara yang ditempati , dapat menemukan bahwa dengan hambatan impor yang
lebih rendah , perusahaan itu memiliki 2 kemungkinan untuk meningkatkan
efisiensi :

A. Menutup pabrik yang tidak paling efisien dan memasok pasar-pasar mereka
dengan impor dari cabang – cabang yang lain.

B. Mengubah sistem pemanufakturan multidomestik menjadi sistem terpadu


secara global dimana masing – masing pabrik melaksanakan kegiatan –
kegiatan yang dapat dilakukan dengan paling efisien.

2.3. Pembangunan Ekonomi

Kategori Berdasarkan Tingkat Pembangunan Ekonomi

1. Negara maju (developed) adalah klasifikasi untuk semua Negara-negara industry


seperti Negara di Eropa Timur, Jepang, Australia, Selandia Baru, Kanada, Israel,
dan Amerika Serikat.

2. Berkembang (developing) merupakan klasifikasi untuk negara-negara dengan


pendapatan lebih rendah di dunia yang secara teknis kurang maju.

3. Negara-negara industri baru (newly industrializing countries/ NIC) merupakan


kategori yang meliputi empat macan Asia (Taiwan, Hong Kong, Singapura, dan
Korea Selatan), Brasil, Meksiko, dan tiga negara industri yang baru muncul
(Malaysia, Thailand, dan Chili).

Negara-negara industry baru tersebut:

A. Memiliki apa yang oleh Bank Dunia dianggap sebagai perekonomian yang tumbuh
dengan cepat, dengan pendapatan sedang atau lebih tinggi,

B. Memliki konsentrasi investasi luar negeri yang berat, dan mengekspor dalam
jumlah barang-barang manufaktur, termasuk produk-produk berteknologi tinggi.

Karena perekonomian keempat macan itu tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan
industry-industri baru yang lain dan sama ukurannya dengan perekonomian Negara maju,
industry Negara baru pada pada umumnya juga diberikan kepada perekonomian industri
baru (newly industrialized economies-NIE) yang digunakan terutama untuk merujuk
kepada para macan asia tersebut.

Negara-negara nonkomunis lainnya berada dalam kategori Negara-negara berkembang


(developing countries) dengan sub kategori perekonomian pasar yang sedang
berkembang (emergency market economies) yang meliputi Chili, Malaysia, Cina dan
Indonesia. Ketegori ketiga disebut Negara-negara transisi, termasuk bekas Negara-negara
komunis. PBB hanya menggunakan perekonomian maju dan berkembang dan merujuk
kepada bekas bangsa-bangsa komunis sebagai Eropa Timur dan bekas Uni Soviet. Ketika
membicarakan bangsa-bangsa maju dan berkembang sebagai sebuah blok, para ahli
ekonomi PBB sering kali menggunakan istilah masing-masing Utara dan Selatan.

Bank Dunia sebaliknya menggunakan klasifikasi berdasarkan atas GNI/kapita:

1. Pendapatan rendah ($755 atau kurang)

2. Pendapatan menengah rendah ($756-$2.995)

3. Endapatan menengah tinggi ($2.996-$9.265)

4. Pendapatan tinggi ($9.266 atau lebih)

2.3.1. PNB/Kapita sebagai Indikator

1. Perekonomian Bawah Tanah(Underground Economy)

Banyak yang telah ditulis mengenai bagian pendapatan nasional yang tidak terukur
statistik resmi baik karena dilaporkan kurang atau tidak dilaporkan. Termasuk
dalam perekonomian bawah tanah (gelap, paralel, informal, di bawah permukaan,
bayangan) ini adalah produksi yang sah tetapi tidak diumumkan, produksi dan
jasa-jasa ilegal, dan pendapatan dalam bentuk natura (barter) yang tersembunyi.
Sebagai aturan, semakin tinggi tingkat pemajakan dan semakin berat birokrasi
pemerintah, akan semakin besar perekonomian bawah tanah.

2. Konversi Mata Uang

Permasalahan lain dalam memperkirakan PDB adalah untuk membandingkannya,


PDB dalam mata uang lokal harus dikonversi ke suatu mata uang yang umum
diterima, biasanya dolar, dengan menggunakan kurs. Apabila nilai relatif kedua
mata uang itu secara akurat mencerminkan tenaga beli konsumen, maka konversi
itu dapat diterima. Meskipun demikian, Bank Dunia menganggap konversi itu
tidak dapat diterima. Meskipun demikian, Bank Dunia menganggap “penggunaan
kurs rsmi untuk mengkonversi angka-angka mata uang nasional ke dalam dolar AS
tidak mencerminkan daya beli mata uang domestik. Untuk mengatasi kekurangan
tersebut, Program Pembandingan Internasional PBB telah mengembangkan
metode untuk membandingkan PDB berdasarkan paritas daya beli, bukannya
berdasarkan permintaan internasional akan mata uang (kurs). Paritas daya beli
adalah jumlah unit mata uang yang diperlukan untuk membeli jumlah barang-
barang dan jasa-jasa yang sama di pasar domestic sebanyak yang dapat dibeli
dengan $1 di Amerika Serikat.

3. Faktor Konversi Atlas

Ketidakpuasan atas metode paritas daya beli dan konversi mata uang berdasarkan
nilai tukar umum menyebabkan Bank dunia mengadopsi metode Atlas untuk
mengestimasi GNI per kapita. Faktor konversi atlas adalah metode aritmatika yang
menghitung rata-rata nilai tukar saat ini dengan nilai tukar dua tahun sebelumnya
yang sudah disesuaikan dengan rasio antara inflasi domestik dan inflasi negara G5
(Perancis, Jerman, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat). Pendapatan yang
dihitung dengan metode ini umumnya lebih stabil dan peringkat negara menurut
pendapatan lebih dipengaruhi kinerja ekonomi daripada fluktuasi nilai tukar.

4. Karakteristik Negara Berkembang

Kendati terdapat perbedaan besar di antara banyak negara berkembang sebagian


besar sama-sama memiliki karakteristik umum sebagai berikut:

A. PNB/kapita kurang dari $9.265. (Kriteria Bank Dunia)

B. Distribusi pendapatan tidak merata, dengan kelas menengah yang sangat


kecil.

C. Dualisme teknologi-campuran perusahaan-perusahaan yang menggunakan


teknologi mutakhir dan perusahaan-perusahaan yang memakai cara-cara
yang sangat primitif.

D. Dualisme regional-produktivitas dan pendapatan yang tinggi di beberapa


wilayah dan pembangunan ekonomi yang sedikit di wilayah-wilayah yang
lain.

E. Sebagian besar (80-85%) penduduk memperoleh penghasilan dalma sektor


pertanian yang relatif tidak produktif.

F. Pengangguran tidak kentara atau setengah pengangguran, dua orang


melakukan suatu pekerjaan yang dapat dilakukan oleh satu orang.
G. Pertumbuhan penduduk yang tinggi (2,5 sampai 4 persen setahun).

H. Tingkat buta huruf yang tinggi dan sarana pendidikan yang tidak
mencukupi.

I. Kekurangan gizi yang neluas dan banyak permasalahan di bidang


kesehatan.

J. Instabilitas politik.

K. Sangat bergantung pada beberapa produk ekspor, umumnya produk-produk


pertanian atau pertambangan.

L. Topografis yang tidak ramah, seperti gurun pasir, pegunungan, dan hutan
tropis.

M. Tingkat tabungan yang rendah dan fasilitas perbankan yang tidak memadai.

5. Pendekatan kebutuhan manusia pada pembangunan ekonomi

Pendekatan kebutuhan manusia mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai


pengurangan kemiskinan, pengangguran, dan ketidak merataan distribusi
pendapatan. Batasan kemiskinan juga telah diperluas. Bukannya didefinisikan
dalam artian pendapatan seperti lazimnya di negara-negara maju, pengurangan
kemiskinan sekarang berarti berkurangnya buta huruf, menurunnya kekurangan
gizi, berkurangnya penyakit dan kematian dini, serta peralihan dari produksi
pertanian ke industri.

Karena penekanan yang meningkat atas kesejahteraan manusia dan kurangnya


hubungan yang jelas antara pertumbuhan pertambahan dan kemajuan manusia,
Program Pembangunan PBB (United Nation Development Program) telah
merencanakan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks-HDI)
berdasarkan 3 elemen esensial:

1) Umur panjang dan hidup sehat,

2) Kemampuan memperoleh keuntungan, dan

3) Akses kepada sumber-sumber yang diperlukan untuk standar hidup yang


layak.

Elemen-elemen itu diukur dengan:

1) Harapan hidup

2) Melek huruf orang dewasa


3) PDB/kapita, yang disesuaikan untuk perbedaan-perbedaan dalam tenaga
beli.

6. Tidak ada teori umum yang diterima

Masuknya variabel nonekonomi telah membuat mustahil untuk merumuskan teori


pembangunan umum yang diterima secara luas. Ketimbang mengupayakan teori
umum, para ahli ekonomi pembangunan kini sedan memusatkan perhatian pada
bidang-bidang permasalahan spesifik, seperti pertumbuhan penduduk, distribusi
pendapatan, pengangguran, alih teknologi, peranan pemerintah dalam proses itu,
serta investasi dalam sumber daya manusia dihadapkan dengan modal fisik.

2.4. Teori Investasi Internasional

Teori-teori Investasi Langsung Luar Negeri Kontemporer

1. Teori Keunggulan Monopolistik

Teori ini berasal dari disertasi Stephen Hymer tahun 1960-an yang menunjukkan
bahwa investasi langsung luar negeri lebih banyak terjadi dalam industri-industri
oligopolistik daripada dalam industri-industri yang beroperasi dalam persaingan
hampir sempurna. Ini berarti perusahaan-perusahaan dalam industri ini harus
memiliki keunggulan yang tidak dapat diperoleh perusahaan-perusahaan lokal.
Hymer beralasan bahwa keunggulan itu harus merupakan skala ekonomi,
keunggulan teknologi atau pemasaran, manajemen atau keuangan yang superior.
Investasi langsung luar negeri terjadi karena ketidaksempurnaan pasar produk dan
factor produksi.

2. Ketidaksempurnaan Pasar Produk dan Faktor Produksi

Caves, seorang ahli ekonomi Harvard memperluas karya Hymer untuk menunjukkan
bahwa pengetahuan unggul memungkinkan perusahaan yang melakukan investasi
untuk memproduksi berbagai produk yang lebih disukai konsumen daripada barang-
barang yang sama buatan local, dan dengan demikian akan memberikan kepada
perusahaan itu beberapa kendali untuk harga jual dan keunggulan atas perusahaan-
perusahaan pribumi.

3. Daur Hidup Produk Internasional

Konsep IPLC menjelaskan investasi langsung luar negeri sebagai tahap alamiah
dalam kehidupan suatu produk. Untuk menghindari kehilangan pasar yang
dilayaninya melalui ekspor, sebuah perusahaan dipaksa untuk menanamkan modal
dalam sarana produksi di luar negeri ketika perusahaan-perusahaan lain mulai
menawarkan produk-produk yang sama.

4. Teori-teori Lain

A. Teori ikut sang pemimpin (follow-the-leader-theory)

Sebuah teori lain dikembangkan oleh Knickerbocker yang mengemukakan


bahwa apabila sebuah perusahaan khususnya yang memimpin dalam
oligopolistik memasuki sebuah pasar, maka perusahaan-perusahaan lain dalam
industri itu mengikutinya. Teori ini dianggap defensif karena para pesaing
melakukan investasi untuk menghindari kehilangan pasar yang dilayani dengan
ekspor ketika investor pertama memulai produksi lokal. Mereka juga mungkin
takut pemrakarsa itu akan mencapai beberapa keunggulan dengan melakukan
diversifikasi risiko yang tidak ingin mereka derita kecuali mereka juga
memasuki pasar itu. Selain itu, dengan menduga pemrakarsa itu mengetahui
sesuatu yang tidak mereka ketahui, mereka mungkin merasa lebih baik
menyelamatkan diri daripada menyesal nantinya.

B. Teori internalisasi

Teori internalisasi merupakan pengembangan teori ketidak-sempurnaan pasar.


Sebuah perusahaan memiliki pengetahuan unggul, tetapi ia dapat memperoleh
harga yang lebih tinggi untuk pengetahuan itu dengan cara menggunakannya
daripada menjualnya di pasar terbuka. Dengan melakukan investasi di anak
perusahaan luar negeri ketimbang memberikan lisensi, perusahaan itu mampu
mengirim pengetahuannya melewati batas negara, sementara tetap
mempertahankannya di dalam perusahaan dengan harapan dapat mewujudkan
hasil yang lebih baik atas investasi yang dilakukan untuk memproduksinya.

C. Teori Aliber

Aliber percaya ketidaksempurnaan dalam pasar valuta asing munkin


menyebabkan investasi asing. Perusahaan-perusahaan di negara-negara dengan
mata uang yang nia\lainya terlalu tinggi (overvalued) tertarik untuk menanamkan
modal di negara-negara yang mata uangnya nilainya terlalu rendah
(undervalued).

D. Teori Porto folio

Teori ini menyatakan bahwa operasi-operasi internasional memungkinkan


diversifikasi risiko dan karenanya cenderung memaksimalkan laba investasi
yang diharapkan.

5. Teori Eklektik Produksi Internasional dari Dunning

Teori ini menggabungkan unsur-unsur dari beberapa teori yang telah kita bahas.
Dunning menyatakan apabila sebuah perusahaan bermaksud melakukan investasi
dalam sarana produksi luar negeri, ia harus memiliki tiga jenis keunggulan:

A. Kepemilikan yang khas (ownership specific), yaitu sejauh mana sebuah


perusahaan memiliki atau dapat memperoleh aset-aset yang kelihatan (tangible)
dan tidak kelihatan (intangible) yang tidak dapat diperoleh perusahaan-
perusahaan lain.

B. Internalisasi (internalization) adalah dalam kepentingan terbaik perusahaan untuk


menggunkana keunggulan kepemilikan khas (menginternalisasi) ketimbang
melisensikannya kepada pemilik asing (mengeksternalisasi).

C. Kekhasan lokasi (location-spesific), perusahaan akan memperoleh keuntungan


dengan menempatkan sebagian fasilitas produksinya di luar negeri.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam hal mengukur perdagangan internasional kita bias melihat dari dua neraca yaitu
Neraca perdagangan (balance of trade) adalah total nilai ekspor sebuah negara
dibandingkan dengan impornya yang diukur selama periode waktu tertentu, dan Neraca
pembayaran (balance of payments) adalah perbedaan antara uang yang masuk ke dalam
sebuah negara (dari ekspor) dan uang yang keluar dari negara tersebut (untuk impor) plus
uang yang mengalir masuk atau keluar sebuah negara dari faktor-faktor lainya, seperti
pariwisata, bantuan asing, pengeluaran militer, dan investasi. Strategi menjangkau
persaingan dalam bisnis global ada beberapa tahap yang perlu diperatikan yaitu pemberian
lisence, melakukan ekspor, melakukan manufaktur kontrak, ventura bersama dan aliansi
starategis internasional, dan investasi asing langsung.

Didalam perdegangan global memiliki beberapa hambatan yang harus di antisipasi bagi
para produsen diantaranya sosialkultural, ekonomi dan financial, dan kekuatan
lingkungan. Proteksi perdagangan adalah salah satu cara pemerintah dalam negeri untuk
melindungi pasar dalam negerti dari serangan produk-produk luar mendominasi pasar,
bentuk-bentuk dari proteksi perdagangan adalah kuota, subsidi, larangan impor, dan tarif.
Dampak dari bisnis global dapat dilihat dari bagaimana cara kita melihatnya dari sisi
positif adalah dari segi produsen dapat meningkatkan profit karana pasar yang luas, dapat
meningkatkan devisa Negara, bagi perusahaan dapat eksis di dunia internasional, dan lain
sebagainya. Selain itu terdapat dampak negatif yaitu dapat melumpuhkan barang-barang
dalam negeri yang tidak mampu bersaing, dan kemungkinan deficit anggran bagi Negara.
Ada beberapa organisasi perdagangan internasional yang merupakan hasil kesepakatan
dagang oleh Negara-negara di dunia yang berfungsi sebagai pengatur pengawsan media
pejanjian dagang. Keespakatan dagang internasional itu seperti GATT, WTO, ASEAN,
APEC dan MAI.

DAFTAR PUSTAKA

Donal A. Ball, Wendell H. McCulloch, Jr, Paul L. Michael Geringer, Michael S, Minor
(2004).Bisnis Internasional: Tantangan Persaingan Global, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Sari, Lily Purnama, 2009, Campur Tangan Pemerintah Dalam Perdagangan Internasional,
Makalah, Bogor: Program Pascasarjana Manajemen Dan Bisnis Institut Pertanian
Bogor.
No Name, 2013, Campur Tangan Pemerinth dalam Perdagangan Internasional.
Http://belajartanpabuku.blogspot.co.id/2013/04/campur-tangan-pemerintah-
dalam.html?m=1. Diakses pada 18 November 2017.

Anda mungkin juga menyukai