Anda di halaman 1dari 50

Bab I

PENDAHULUAN

1. Pengertian

Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu


ekonomi yang mempelajari dan menganalisis tentang transaksi dan permasalahan
ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan
keuangan/moneter serta organisasi (swasta/pemerintah) dan kerjasama ekonomi antar
negara (internation).
Sebagai bagian dari ilmu ekonomi, permasalahan pokok yang dihadapi ekonomi
internasional juga sama dengan ilmu ekonomi, yaitu masalah kelangkaan (scarcity)
produk dan masalah pilihan (choice) produk. Dalam hal ini yang diartikan dengan
produk adalah barang dan jasa serta ide yang dibutuhkan dan dihasilkan atau diolah
oleh manusia.
Masalah kelangkaan dan pilihan atas produk (barang, jasa dan ide) tersebut
muncul karena adanya permintaan atau demand akan kebutuhan dan keinginan
(needs and wants) manusia yang sifatnya tidak terbatas (rising demand) dan
penawaran atau supply dari sumber daya (resources) yang sifatnya terbatas.
Permasalahan ekonomi tersebut dapat menjadi bersifat internasional karena
adanya permintaan dan penawaran yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

2. Karakteristik Globalisasi Ekonomi

Pada saat ini studi tentang ekonomi internasional semakin penting karena
pengaruh dan globalisasi ekonomi dunia yang ditandai dengan ciri atau karakteristik
sebagai berikut :

1. Keterbukaan ekonomi terutama dengan adanya liberalisasi pasar dan arus uang
serta transfer teknologi secara internasional.
2. Keterikatan dan ketergantungan ekonomi, keuangan perdagangan dan industri
antar negara atau perusahaan ditunjukkan oleh adanya pembentukan perusahaan
multinasional dan kecenderungan integrasi ekonomi regional.
3. Persaingan yang semakin ketat antar negara ataupun perusahaan untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas yang optimal.

Sebagai konsekuensi dari ciri atau karakteristik globalisasi ekonomi dunia


tersebut maka ekonomi internasional tidak atau bukan lagi merupakan bagian kecil
dari ekonomi nasional suatu negara. Sebaliknya justru ekonomi nasional suatu
negara merupakan bagian kecil dari ekonomi internasional. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya krisis moneter yang dialami oleh beberapa negara di kawasan Asia
Tenggara, terutama yang dialami oleh negara Indonesia sejak Juli 1997 sebagai
dampak negatif dari globalisasi ekonomi dunia. Disamping itu dengan kemajuan
teknologi komunikasi dewasa ini, khususnya dibidang teknologi komputer dengan

1
internetnya, setiap orang atau perusahaan sekarang ini tidak lagi menjadi konsumen
dan produsen lokal atau setempat, tetapi secara otomatis sudah menjadi produsen dan
konsumen dunia atau global.

3. Ruang Lingkup

Dari pengertian dan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa ruang lingkup
studi ekonomi internasional adalah sebagai berikut :

1. Teori dan kebijaksanaan perdagangan internasional (international trede theory


and policy).
2. Teori dan kebijaksanaan keuangan/moneter internasional (international
finance/monetery theory and policy).
3. Organisasi dan kerjasama ekonomi internasional (international economic
organization and cooperation).
4. Perusahaan multinasional dan bisnis internasional (multinational corporation
and international business).

4. Asumsi Dasar (Basic Asumptions)

Dalam melakukan analisis teori perdagangan internasional akan senantiasa


digunakan beberapa asumsi dasar sebagai berikut :

1. Uang tidak berpengaruh terhadap harga relatif (neutrality of money).


2. Jumlah faktor produksi dari setiap negara tetap.
3. Faktor produksi secara internasional tidak dapat berpindah (international
immobility of factors).
4. Teknologi yang tersedia sama.
5. Taste and income distribution dianggap sebagai sesuatu yang given dan tidak
berubah.
6. Tidak terdapat hambatan perdagangan atau trade barrier dalam bentuk biaya
transpor, informasi dan komunikasi.
7. Adanya full employment faktor produksi dan tidak terjadi excess supplies
ataupun shortage of commodities.

2
Bab II
TEORI-TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1. Teori Dari Kaum Merkantilisme (Pra Klasik Tahun 1500 1750)

Yang dimaksud dengan kaum merkantilisme adalah pedagang-pedagang dan


kaum politisi di daratan Eropa pada abad ke 16 17 yang menyibukkan diri dengan
persoalan ekonomi yang berpusatkan pada perdagangan.
Dalam bidang perdagangan internasional kebijakan kaum merkantilisme
berpusat pada dua ide pokok yaitu :

1. Penumpukan logam mulia.


2. Hasrat untuk mencapai dan mempertahankan kelebihan nilai ekspor atas nilai
impor (neraca yang favorable).

2. Teori Kaum Klasik

Teori kaum klasik muncul pada akhir abad ke 18. Pelopornya adalah Adam
Smith, dimana ia berpendapat bahwa :
Perdagangan bebas akan mendorong masing-masing orang/untuk berbuat demi
kepentingannya sendiri, tetapi secara otomatis akan menguntungkan masyarakat
secara keseluruhan karena perdagangan bebas akan memberikan hasil yang
maksimal dimana masing-masing negara akan melakukan spesialisasi produk
barang yang menguntungkan.

Doktrin liberalisme ini mengandung dua unsur yaitu :

1. Laissez Faire
2. Perdagangan bebas dengan negara-negara lain di dunia.

Kritik Adam Smith terhadap pandangan kaum merkantilisme :

1. Tentang ukuran kemakmuran suatu suatu negara


2. Tentang campur tangan pemerintah
3. Tentang neraca perdagangan yang favorable.

Teori perbedaan biaya mutlak (absolute cost) dari Adam Smith.

Hubungan perdagangan dari dua negara terjadi karena terdapat perbedaan biaya
mutlak yaitu perbedaan biaya yang timbul oleh faktor-faktor khusus yang
dimiliki oleh negara lain seperti faktor keadaan dan kekayaan alam yang
menguntungkan suatu negara saja

3
3. Teori Law Of Comparative Cost (David Ricardo)

Dalam kitabnya yang kesohor Principle of political economy and taxation


dimana dikemukakan kritik dan perbaikan teori Adam Smith tentang timbulnya
perdagangan internasional yaitu :

Di dunia di satu pihak terdapat suatu negara yang memiliki faktor produksi
lebih menguntungkan, di lain pihak terdapat suatu negara yang memiliki faktor
produksi yang kurang menguntungkan bahkan tertinggal dalam menghasilkan
barang, maka negara ini dapat ikut serta dalam perdagangan luar negeri asal
negara ini menghasilkan sejenis barang yang paling menguntungkan.

4. Teori Neo Klasik (A. Marshall)

Menurut aliran Neo Klasik maka sebab-sebab atau yang menjadi dasar dari
hubungan antar negara adalah :
1. Perbedaan Faktor Produksi.
2. Perbedaan Faktor Luasnya Pasaran.

Dalam teori ini lebih ditonjolkan peranan pasar, meluasnya pasaran sesuatu
produk akan menyebabkan permintaan atas produk tersebut akan meluas, akan
menimbulkan dorongan ke arah economic large of scale. Dengan adanya perbedaan
luasnya pasar yang dimiliki masing-masing negara ini menimbulkan tingkat
perbedaan tingkat harga sehingga terjadi hubungan antar negara.

5. Teori Hecksher Dan Ohlin (Teori Modern)

Teori ini menekankan pada :

1. Perbedaan relatif faktor endowments


2. Perbedaan harga faktor-faktor produksi antar negara.

Dengan adanya kedua perbedaan di atas maka timbullah hubungan ekonomi


yang dilakukan oleh antar negara.

4
Bab III
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1. Pengertian

Perdagangan internasional atau perdagangan luar negeri adalah perdagangan


eksport dan import yang pada hakekatnya merupakan transaksi perdagangan yang
sederhana yang terdiri dari pembeli dan penjual barang atau jasa. Tetapi menjadi
tidak sederhana karena melibatkan para pelaku bisnis atau pengusaha yang
bertempat tinggal di suatu negara yang berbeda. Perdagangan luar negeri ini terjadi
karena antara satu negara dengan negara yang lain mempunyai perbedaan-perbedaan
dalam hal sumber alam, letak geografis, keahlian penduduk, biaya yang diperlukan
untuk menghasilkan suatu produk serta mutu dan jumlahnya. Dengan dmikian dapat
dipahami adanya negara yang lebih unggul dan lebih istimewa dalam memproduksi
hasil tertentu. Hal ini dimungkinkan karena ada bagian yang hanya dapat diproduksi
di daerah atau iklim tertentu atau karena suatu negara mempunyai kombinasi faktor
produksi yang lebih baik dibanding negara lainnya, sehingga negara tersebut dapat
menghasilkan produk yang lebih bersaing.
Bila keunggulan suatu negara dalam memproduksi suatu barang disebabkan oleh
faktor alam maka negara tersebut dapat dikatakan mempunyai keunggulan mutlak
(absolut advantage). Misalnya karet yang tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia
dan Malaysia, maka produksi karet alam Indonesia dan Malaysia mempunyai
keunggulan mutlak dari negara lainnya serti misalnya Amerika Serikat atau Jepang.
Selanjutnya bila suatu negara dapat menghasilkan suatu barang lebih baik dan lebih
murah yang disebabkan lebih baiknya kombinasi-kombinasi faktor faktor produksi
(tenaga kerja, modal dan skill) maka negara tersebut mempunyai keunggulan yang
disebabkan produktivitasnya yang lebih tinggi sehingga negara tersebut bisa
dikatakan mempunyai keunggulan komparataif (comparative advantage). Misalnya
Amerika unggul dalam pembuatan pesawat terbang, Prancis dalam pembuatan
parfum dan Jepang dalam pembuatan kendaraan bermotor. Jadi dengan adanya
keungulan-keunggulan tersebut maka suatu negara mengadakan kerjasama dalam
perdagangan guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

2. Masalah-Masalah Yang Dihadapi Eksportir Dan Importir

Dalam melaksanakan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) berbagai


masalah akan timbul, baik yang bersifat ekstern maupun intern. Berhasil tidaknya
usaha untuk meningkatkan transaksi perdagangan antara lain tergantung kepada
sejauh mana eksportir dan importir yang bersangkutan tanggap dan sanggup
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi.

5
Masalah Ekstern.

1. Kepentingan antara eksportir dan importir


Salah satu faktor ekstern yang penting untuk menjamin terlaksananya transaksi
antara eksportir dan importir adalah kepercayaan antara kedua belah pihak yang
letaknya berjauhan dan belum saling mengenal, merupakan suatu resiko apabila
dilibatkan dalam pelaksanaan pertukaran uang dan barang. Apakah importir
akan mengirimkan uangnya terlebih dahulu sebelum diterima barangnya ataukah
eksportir mengirim barang terlebih dahulu sebelum menerima pembayaran.
Disamping itu apakah bisa dijamin bahwa eksportir akan mengirim barangnya
sesuai dengan yang dipesan seperti mutu, jumlah dan harga dan sebaliknya
importir dapat dijamin etikad baiknya untuk membayar tepat waktu dan tidak
ditunda-tunda dan mencari alasan untuk menolak pembayaran. Oleh karena
resiko tersebut maka sebelum kontrak jual beli dilaksanakan maka masing-
masing pihak harus mengetahui kredibilitas mitra dagangnya tersebut. Hal ini
bisa dilakukan melalui bantuan bank di dalam maupun di luar negeri yang
mempunyai atau dapat mengusahakan status report/credit information dari
perusahaan tersebut . Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencari kontak
dagang antara lain dengan :
a. Memanfaatkan buku petunjuk perdagangan (trade directory) berisi nama,
alamat dan jenis usaha.
b. Mencari dan mengunjungi perusahaan di negara lain.
c. Meminta bantuan bank yang ada di dalam negeri untuk mengadakan kontak
dengan korespondensinya di luar negeri menghubungkan nasabah kedua
belah pihak.
d. Membaca publikasi dagang dalam dan luar negeri.
e. Konsultasi dengan rekan-rekan pengusaha dalam bidang yang sama.
f. Melalui perwakilan dagang.

2. Pemasaran
Kemana barang akan dipasarkan untuk mendapatkan harga sebaik-baiknya
merupakan faktor yang perlu dipetimbangkan oleh eksportir dan darimana
mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan dengan harga, mutu, pelayanan,
kondisi pembayaran dan sebagainya merupakan hal yang harus dipertimbangkan
oleh importir.
Dalam hal penetapan harga barang, konsep pemasaran, eksportir perlu
mengetahui apakah dapat bersaing dalam perdagangan di luar negeri untuk itu
perlu informasi mengenai :
a. Ongkos-ongkos barang
b. Sifat dan tingkat persaingan
c. Luas dan sifat permintaan
Penentuan jenis barang didasarkan pada informasi mengenai :
a. Peraturan-peraturan dagang negara setempat.
b. Pembatasan mutu dan volume barang tertentu.
c. Kontinyuitas produksi barang-barang.
d. Negara tujuan barang yang dieksport.

6
3. Sistem kuota dan kondisi hubungan perdagangan dengan negara lain
Keinginan eksportir dan importir untuk mencari, memelihara atau meningkatkan
hubungan dengan sesamanya juga tergantung pada kondisi negara kedua belah
pihak. Betapapun keinginan antara kedua belah pihak untuk meningkatkan
transaksi-transaksi yang menguntungkan namun bilamana terjadi pembatasan-
pembatasan seperti ketentuan kuota barang dan kuota negara, maka transaksi
tidak bisa terlaksana sepenuhnya.

4. Keterikatan dalam keanggotaan organisasi-organisasi internasional


Indonesia merupakan anggota dari beberapa organisasi internasional yang
berkaitan dengan komoditas ekspor seperti ICO (kopi), INRO (karet), ITA
(timah), OPEC (minyak mentah) dan lain sebagainya. Organisasi itu
dimaksudkan untuk mengatur stabilisasi dari barang-barang ekspor tersebut di
pasaran internasional.

5. Kurang paham akan tersedianya kemudahan-kemudahan internasional


Tersedianya kemudahan-kemudahan internasional banyak membantu eksportir
seperti misalnya Asean Prefensial Trading Arrange yang menyediakan
kemudahan tarif untuk barang-barang tertentu dalam pengembangan
perdagangan antara negara-negara Asean.

Masalah intern.

1. Persiapan teknis
Keharusan suatu perusahaan ekspor dan impor untuk memenuhi syarat berusaha
adakalanya tidak mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Persiapan-
persiapan teknis yang seharusnya telah dilaksanakan diabaikan karena diburu
oleh tujuan yang lebih utama yakni mengejar keuntungan yang cepat dan nyata
dari perdagangan itu sendiri, sehingga persyaratan-persyaratan dasar untuk
melaksanakan transaksi terlupakan. Adapun syarat-syarat tersebut adalah :
a. Harus berbadan hukum (PT, CV, Fa, PN, Perum dan sebagainya).
b. Harus memiliki SIUP
c. Importir harus memiliki Angka Pengenal Importir Sementara (APIS),
Angka Pengenal Importir (API) atau Angka Pengenal Importir Terbatas
(APIT).

2. Kemampuan dan pemahaman transaksi luar negeri


Keberhasilan dan kelancaran pelaksanaan transaksi perdagangan internasional
harus didukung oleh sejauh mana pengetahuan atau pemahaman ekportir
maupun importir baik manajemen maupun stafnya dalam pengenalan transaksi
ekspor impor itu sendiri.

7
3. Pembiayaan
Pembiayaan transaksi merupakan masalah yang tidak kalah penting yang sering
dihadapi oelh ekportir dan importir. Apakah cukup membiayai transaksi dari
dana sendiri atau perlu bantuan lembaga keuangan. Jenis fasilitas keuangan yang
mana paling tepat dan murah dan sampai sejauh mana pembiayaan itu
didapatkan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh eksportir dan importir.
Dalam hal ini diperlukan pengusaha yang mampu mengatur keuangan secara
bijaksana dan mempelajari serta memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan
fasilitas-fasilitas pembiayaan untuk pelaksanaan transaksi yang dilakukan.

4. Kekurang sempurnaan dalam persiapan barang


Masalah-masalah yang sering timbul dalam persiapan barang misalnya
pengiriman barang terlambat, mutu barang tidak sesuai, kontinyuitas penyediaan
barang sesuai dengan perjanjian tidak dipenuhi dan pengepakan yang tidak
memenuhi syarat.

5. Kebijaksanaan dalam ekspor impor


Kebijaksanaan dalam eksport import terutama yang berkaitan dengan peraturan-
peraturan yang ada sering berubah-ubah yang akhirnya akan menimbulkan
kebingungan dan salah pengertian pengusaha dan rekan dagangnya (kebijakan
Pakto, Pakjan dan sebagainya).

3. Aneka Cara Ekspor

Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain
sebagai berikut :

a. Ekspor biasa
Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang
berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu
transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri.
Sesuai dengan peraturan devisa yang berlaku maka hasil devisa yang diperoleh
dari ekspor itu dapat dijual kepada Bank Indonesia, sedang eksportir menerima
pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan kurs valuta asing yang
ditentukan dalam bursa valuta atau dapat juga dipakai sendiri oleh eksportir.

b. Barter
Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk
ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan di dalam negeri. Dalam hal
ini berarti pengirim barang, tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing,
tapai dalam bentuk barang yang dapat dijual di dalam negeri untuk mendapatkan
kembali pembayaran dalam mata uang rupiah.
Sistem barter yang sudah sangat usang ini masih diteruskan dalam pergaulan
antar bangsa dalam jaman modern dan dikenal dengan aneka istilah seperti :

8
1. Direct barter.
Yang dimaksud dengan direct barter atau barter langsung merupakan
sistem pertukaran barang dengan barang dengan menggunakan alat
penentu nilai atau lazim disebut dengan denominatory of value suatu
mata uang asing seperti dolar Amerika dan penyelesaian dilakukan
melalui clearing pada neraca perdagangan antara kedua negara
bersangkutan.

2. Switch barter.
Switch barter atau barter alih adalah bilamana salah satu pihak tidak
mungkin memanfaatkan sendiri barang yang diterimanya dari pertukaran
itu, maka negara pengimpor dapat mengalihkan (switching) barang tersebut
ke negara ketiga yang membutuhkan.

3. Counter purchase.
Counter purchase atau imbal beli atau lazim juga disebut counter-trade
adalah suatu sistem perdagangan timbal balik antar dua negara. Misalnya
suatu negara yang menjual suatu produk kepada negara lain harus membeli
pula suatu produk negara tersebut atau dengan mengaitkan ekspor dengan
impor.

4. Buy-back barter.
Buy-back barter atau barter beli kembali adalah suatu sistem penerapan alih
teknologi dari suatu negara maju kepada negara berkembang dengan cara
membantu menciptakan kapasitas produksi di negara berkembang, yang
nantinya hasil produksinya ditampung atau dibeli kembali oleh negara
maju. Sistem ini cocok dikembangkan untuk industri yang berorientasi pada
ekspor (outward-looking industry)

c. Konsinyasi (consigment).
Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri
untuk dijual sedangkan hasil penjualananya diperlakukan dengan hasil ekspor
biasa. Jadi, dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri bukan untuk ditukarkan
dengan barang lain seperti dalam barter dan juga bukan untuk memenuhi suatu
transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti dalam hal ekspor biasa.
Tegasnya di dalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada
pembeli yang tertentu di luar negeri.

d. Package-Deal.
Pemerintah biasanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade agreement)
dengan salah satu negara. Pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu
akan diekspor ke negara itu dan sebaliknya dari negara itu akan diimpor
sejumlah jenis barang yang dihasilkan di negara tersebut yang kiranya kita
butuhkan. Pada prinsipnya semacam barter namun terdiri dari aneka komoditi.

9
e. Penyelundupan (Smuggling).
Di negara manapun hampir selalu ada, baik perorangan maupun badan-badan
usaha yang hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri, tanpa
mengindahkan kepentingan masyarakat banyak apalagi peraturan yang berlaku.
Karen itu di dalam perdagangan luar negeri khususnya, ada saja golongan-
golongan yang berusaha untuk meloloskan diri dari peraturan-peraturan
pemerintah yang dianggapnya merugikan kepentingannya ataupun untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara melanggar
peraturan yang berlaku.

4. Saran-Saran Dalam Membuka Pasar Ekspor

a. Prasaran.

1. Jangan melakukan perjalanan promosi sebelum kita mengetahui selera calon


pembeli. Orang Eropa pada umumnya lebih menyukai style, pattern dan
design mereka sendiri yang tradisional sehingga kitalah yang harus
menyesuaikan style, pattern dan design produk kita dengan selera mereka.
Orang Amerika akan lebih moderat sehingga lebih mudah menerima
pembauran dalam style, pattern dan design yang diperkenalkan kepada
mereka.
2. Siapkan terlebih dahulu katalogus dan daftar harga atas C&F dan CIF dan
perkiraan waktu penyerahan untuk kuantum tertentu serta pesanan (order)
minimum yang dapat dilayani, dilengkapai dengan contoh bila mungkin.
3. Nama calon pembeli di luar negeri dapat diperoleh melalui atase
perdagangan ataupun melalui bank-bank di dalam negeri yang biasanya
banyak mengetahui alamat mereka atau melalui BPEN (Badan
Pengembangan Ekspor Nasional).
4. Adalah penting bagi kita untuk menentukan calon pembeli yang paling
sesuai, apakah sebuah Departement Store, Trading House, Import-Agent
ataukah Wholesalers.
5. Di negara maju, memenuhi janji tepat pada waktunya merupakan bagian dari
harga dirinya, dan bukan karena time is money saja. Karenanya sangat
penting memperhatikan waktu yang dirancang untuk pertemuan
(appoinment) apalagi memenuhi waktu penyerahan (delivery-time)
sebagaimana telah disepakati dalam kontrak.
6. Bila kita sadari kurang memahami bahasa asing seperti bahasa Inggris
sebaiknya menyewa orang juru-terjemah (interpreter) yang biasanya dapat
disediakan bank-bank, atase perdagangan ataupun di hotel-hotel berbintang.
Hal ini perlu untuk dapat memahami lebih mantap pembicaraan yang
dilakukan serta memberikan catatan atau dalam menyusun Minutes atau
notulen dari pembicaraan itu yang perlu sebagai memorandum bagi kedua
pihak untuk pembicaraan selanjutnya.

10
b. Pertanyaan Pokok.

Sebelum kita melangkah lebih jauh dalam memasarkan produk kita ke luar
negeri ada pertanyaan pokok yang perlu kita jawab sendiri atau kita cari
jawabannya sendiri :

1. Apakah ada permintaan (Potential & Actual demand) atas produk kita di luar
negeri dengan memperhitungkan dengan seksama selera, tradisi, iklim dan
sikon setempat.
2. Perusahaan siapa dan dari negara mana saingan kita dan merek apa yang
sudah terkenal di pasaran setempat yang menjadi idola pelanggan.
3. Bentuk penyajian/penampilan mana yang kiranya berkenan dengan selera
konsumen. Hal ini terutama mengenai bentuk, corak, pengepakan dari
produk yang dipasarkan.
4. Bahasa yang sebaiknya dipakai dalam brosur, pengepakan, buku petunjuk
pemakaian (Instruction book) dan juga dalam melakukan korespondensi.
Untuk korespondensi sebaiknya bahasa Inggris, sedangkan untuk brosur,
pengepakan, buku petunjuk sebaiknya dalam bahasa nasional di negara
pelanggan.
5. Media masa sebaiknya dipakai untuk iklan dan promosi sehingga efektif dan
efisien.
6. Saluran pemasaran yang bagaimana akan dipakai untuk penetrasi pasar
setempat apakah akan mengangkat Import-Agent, Representatif office,
Sole Distribution, Commision Agent atau kerjasama dengan Trading House.
7. Bagaimana kebijaksanaan harga akan ditentukan (pricing policy) apakah atas
dasar net-price, discount system, commission system atau lainnya.
8. Bagaimana kredibilitas, integritas dan reputasi dari masing-masing
pelanggan kita di luar negeri.
9. Bagaimana peraturan impor yang berlaku baik mengenai perijinan,
dokumentasi, penentuan bea masuk, Quota system, keringanan bea, fasilitas
yang ada serta peraturan devisa termasuk mengenai ada tidaknya hubungan
diplomatik dengan negara pengimpor.
10. Bagaimana stabilitas politik, keamanan dan tingkat sosial-ekonomi
masyarakat serta latar belakang budaya pengimpor.
11. Bagaimana fasilitas angkutan, perbankan serta jasa transportasi ke negara
pengimpor tersebut termasuk fasilitas kepelabuhan dan kepabeanan di
pelabuhan transito dan pelabuhan tujuan (destination-port).

c. Jawaban.

Bagaimana cara memperoleh jawaban atas beberapa pertanyaan pokok di atas.


Caranya antara lain :

1. Menghubungi Kedutaan Besar atau Atase Perdagangan Trade Commissioner


dari negara yang dituju yang terdapat di Ibukota Negara, ataupun melalui
konsul mereka yang ada di kota lain.

11
2. Menghubungi bank devisa yang ada di dalam negeri yang bisa berhubungan
dengan pengusaha di luar negeri.
3. Menghubungi Kadin-Indonesia dan Kadinda-Propinsi dan BPEN.
4. Menghubungi Atase Perdagangan kita di luar negeri.
5. Mempelajari Trade Directories atau Majalah dagang & Industri serta iklan.
6. Menghubungi kantor perusahaan asing yang ada di dalam negeri (Trade
Representative Offices).
7. Mengadakan kunjungan sendiri ke luar negeri, sebaiknya mengunjungi
Trade fair yang diadakan selalu di pusat perdagangan internasional.
8. Ikut serta dalam trade mission yang diselenggarakan oleh pemerintah
ataupun yang dikoordinasi oleh asosiasi perusahaan.

12
Bab IV
PARA PELAKSANA PERDAGANGAN
INTERNASIONAL

1. Kelompok Pelaksana

Para pelaksana dalam perdagangan internasional, dalam arti kata pelaksana


ekspor-impor dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok sebagai berikut.

a. Kelompok Indentor
b. Kelompok importir
c. Kelompok Promosi
d. Kelompok Eksportir
e. Kelompok Pendukung

a. Kelompok Indentor.
Bilamana kebutuhan suatu barang tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam
negeri, maka terpaksa diimpor dari luar negeri. Di antara barang-barang
kebutuhan itu ada yang diimpor untuk konsumsi sendiri dan adakalanya untuk
dijual kembali. Tetapi tidak semua peminat barang impor ini melaksanakan
inpornya sendiri langsung dari luar negeri, malah sebagaian besar pelaksanaan
impor itu mereka serahkan kepada perusahaan yang sudah biasa mengimpor
jenis barang yang dibutuhkan itu. Tegasnya bahwa para peminat ini
menempatkan pesanan (mengindent) kepada importir yang sudah biasa. Para
indentor ini pada umumnya terdiri dari:
1. Para pemakai langsung.
2. Para pedagang.
3. Para pengusaha perkebunan, industriawan dan instansi pemerintah.

b. Kelompok Importir.
Dalam perdagangan internasional, importir memikul tanggung jawab
kontraktual atas terlaksananya dengan baik barang yang diimpor. Hal ini berarti
importir memikul resiko atas segala sesuatu mengenai barang yang diimpor baik
resiko kerugian, kerusakan, keterlambatan dari barang yang dipesan termasuk
resiko penipuan dan manipulasi. Karenanya sebagai importir berhati-hati dalam
menyusun kontrak, dalam menilai indentor dan pensuplai serta dalam
mengambil tindakan pengamanan atas resiko kerugian, seperti dalam penentuan
persyaratan asuransi, pengangkatan surveyor, dalam penentuan perusahaan jasa
transportasi angkutan dan sebagainya.
Tanggung jawab importir semacam ini tidak hanya untuk barang-barang
yang diimpor sebagai mata dagangannya sendiri, tapi juga termasuk barang-
barang yang diimpor atas dasar indent, maupun barang-barang atas dasar
penunjukan sebagai handling importer, kecuali dengan tegas di dalam kontrak,
sebagian dari tanggung jawabnya atau memeng tanggung jawabnya itu telah

13
dilimpahkan pada badan usaha lain, misalnya asuransi, sworn surveyor, jasa
transportasi dan sebagainya.

Para importir ini umumnya terdiri dari :


1. Pengusaha-Impor
Pengusaha impor atau lazim disebut dengan Import-Merchant adalah badan
usaha yang diberi ijin oleh pemerintah dalam bentuk TAPPI (Tanda
Pengenal Pengakuan Importir) untuk mengimpor barang yang khusus
disebut dalam ijin tersebut dan tidak berlaku untuk barang lain di luar yang
disebut dalam TAPPI tersebut.

2. Appoved Importer (Approved Traders)


Adalah pengusaha impor biasa yang secara khusus diistimewakan oleh
pemerintah Cq Departemen Perdagangan dan Perindustrian untuk
mengimpor komoditi tertentu untuk tujuan tertentu pula yang dipandang
perlu oleh pemerintah. Misalnya impor cengkeh, bahan baku plastik,
gandum dan sebagainya.

3. Importir Terbatas
Ijin khusus yang diberikan kepada perusahaan PMA dan PMDN untuk
mengimpor mesin-mesin dan bahan baku yang diperlukan sendiri (bukan
untuk diperdagangkan). Ijin ini diberikan dalam bentuk APIT (Angka
Pengenal Importir Terbatas), dikeluarkan BKPM atas nama Menteri
Perdagangan dan Perindustrian.

4. Importir Umum
Perusahaan yang khusus mengimpor aneka mata dagangan dapat
memperoleh kedudukan sebagai Importir Umum atau lazim disebut General
Importir. Perusahaan ini umumnya kebanyakan Persero Niaga atau
perusahaan dagang negara yang lazim disebut Trading House atau Wisma
dagang yang mengimpor barang-barang mulai dari kelontong sampai
instalasi lengkap suatu pabrik.

5. Sole Agent Importer


Perusahaan asing yang berminat memasarkan hasil produksinya di
Indonesia seringkali mengangkat perusahaan setempat sebagai kantor
perwakilannya atau menunjuk suatu Agen Tunggal yang akan mengimpor
hasil produksinya ke Indonesia. Seperti alat-alat besar, kendaraan bermotor,
barang elektrik, elektronik dan komputer.

c. Kelompok Promosi.
Sebagaimana dimaklumi, masalah perdagangan luar negeri sudah
merupakan bagian dari masalah ekonomi nasional keseluruhan. Karenanya
masalah impor maupun ekspor tidak lagi terbatas menjadi masalah importir
maupun eksportir, tetapi telah menjadi masalah pemerintah dan masyarakat
umumnya.

14
Penjajakan, rintisan dan promosi tidak saja dilakukan oleh eksportir tetapi
juga badan-badan khusus serta oleh aparatur pemerintah sendiri.
Kelompok promosi ini pada umumnya terdiri dari :
1. Kantor perwakilan dari produsen atau ekportir asing di negara konsumen
atau importir.
2. Kantor perwakilan Kamar dagang dan Industri yang ada di luar negeri
maupun yang ada di dalam negeri.
3. Misi perdagangan dan pameran dagang internasional (trade fair) yang
senantiasa diadakan di pusat perdagangan dunia seperti Jakarta Fair, Tokyo
Fair, Leipzig Fair, Hannover Fair dan sebagainya.
4. Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) untuk melakukan kegiatan
pengembangan dan promosi komoditi Indonesia ke luar negeri.
5. Kantor bank Devisa di dalam maupun di luar negeri.
6. Atase Perdagangan dan Trade Commisioner ataupun bagian ekonomi dari
tiap kedutaan di luar negeri.
7. Majalah dagang dan industri atauapun Trade Directories termasuk lembaran
kuning petunjuk telepon merupakan sarana promosi yang lazim pula.
8. Brosur dan leaflet yang dibuat oleh masing-masing pengusaha ekspor
termasuk price list yang dikirim dengan cuma-cuma pada setiap peminat.

d. Kelompok Eksportir.
Antara kelompok ekportir dan importir inilah sesungguhnya terjadi ikatan
kontrak perdagangan internasional. Kedua kelompok inilah, importir dan
eksportir yang merupakan pelaku utama perdagangan internasional.
Para eksportir ini umumnya terdiri dari:

1. Produsen-Eksportir
Para produsen yang sebagian hasil produksinya memang diperuntukan
untuk pasar luar negeri, yang ekspornya diurus sendiri oleh produsen
bersangkutan.

2. Confirming House.
Banyak perusahaan yang mendirikan kantor cabangnya atau bekerjasama
dengan warga setempat mendirikan anak perusahaan. Kantor cabang ini
bekerja atas perintah dan untuk kepentingan kantor induknya atau untuk
kepentingan konsumsi di negara asalnya dengan memperoleh komisi atau
keuntungan. Cabang atau anak perusahaan ini biasanya melakukan kegiatan
pengumpulan, sortasi, up-grading dan pengepakan ekspor dari komoditi
lokal seperti karet rakyat, singkong, gaplek, tapioka, kopi, coklat dan
sebagainya.

3. Pedagang Ekspor (Export-Merchant).


Pedagang ekspor adalah badan usaha yang diberi ijin oleh pemerintah dalam
bentuk Surat Pengakuan Eksportir dan diberi kartu Angka Pengenal Ekspor
(APE) dan diperkenankan melaksanakan ekspor komoditi yang tercantum

15
dalam surat pengakuan itu. Pedagang ekspor lebih banyak bekerja atas
kepentingan dari produsen dalam negeri yang diwakilinya.

4. Agen Ekspor (Export-Agent).


Bilamana hubungan antara Export-Merchant dengan produsen, tidak hanya
sebagai rekanan biasa, tapi sudah meningkat dengan suatu ikatan perjanjian
keagenan, maka dalam hal ini Eksport Merchant itu juga disebut sebagai
Eksport-Agent.

5. Wisma Dagang (Trading House)


Bila suatu perusahaan atau eksportir dapat mengembangkan ekspornya tidak
lagi terbatas pada satu atau dua komoditi, tapi sudah aneka komoditi maka
eksportir demikian mendapat status sebagai General Exporters atau
Eksportir Umum.

e. Kelompok Pendukung.
Seperti telah dijelaskan bahwa importir dan eksportir merupakan pelaksana
utama dalam perdagangan internasional. Namun di samping itu terdapat pula
badan usaha lain yang mempunyai peranan yang besar pula dalam menunjang
serta menjamin kelancaran pelaksanaan impor maupun ekspor itu secara
keseluruhan. Diantara kelompok-kelompok pendukung ini terdapat :

1. Bank-bank Devisa
2. Badan Usaha Transportasi
3. Maskapai pelayaran
4. Maskapai Asuransi
5. Kantor Perwakilan/Kedutaan
6. Surveyor
7. Pabean

16
2. Bagan Pelaksana Perdagangan Internasional

BANK
Forw Agent Makers
SUPPLIER Confirming House
Ship Coy SELLER
Insurance EKSPORTIR
Trading House
Customs Export Merchant
Embassy Export Agent
Surveyor

Foreign Coys Rf.


TRADE Chambers of
PROMOTION Commerce
INSTITUTE Bankers
Trade Directories

BANK Sole Agent


EMKL/EMKU Mnfctr Repres.
Asuransi Import Merchant
Pabean IMPORTIR Trading House
Pelayaran Approved Traders
Angkutan

Whole Sellers
Dept Stores
Factories
Plantation
Government
Agency
INDENTOR
Shop Keepers
Ultimate Users

17
Bab V
TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN

1. Pernyataan Minat Indentor

Secara umum sukar dikatakan siapa layaknya yang harus mengambil inisiatif,
apakah penjual yang harus menghubungi pembeli ataukah sebaliknya. Pada saat
barang langka, biasanya pembeli yang lebih aktif dan sebaliknya bila barang
melimpah, maka otomatis penjual yang aktif mencari pembeli. Sesuai dengan pola
manajemen pemasaran yang mutakhir, sewajarnya penjual yang aktif memasarkan
produknya sesuai dengan pribahasa The Customer is a King bahwa Langganan
adalah Raja.
Dalam hubungan indentor dan importir seharusnya importir yang harus aktif
mencari indentor dan begitu pula hubungan antara importir dan eksportir, maka
eksportirlah yang harus menjalankan peranan aktif. Bila seorang importir berhasil
dalam memperkenalkan komoditi yang ditanganinya pada seorang indentor, maka
sebaiknya indentor diminta menyatakan secara tertulis kepada importir mengenai
minatnya untuk memesan barang yang dibutuhkannya baik mengenai jenis,
kuantitas, harga yang diingini dan waktu penyerahan serat keterangan lain yang
diperlukan untuk memudahkan importir mencarikan produk yang dimaksud
dipasaran internasional. Surat pernyataan minat ini (Letter of Intent) merupakan data
yang sangat berguna bagi importir dalam menentukan arah kegiatan dagangnya lebih
lanjut.

2. Mencari Informasi Sumber Barang

Bila importir sudah mengetahui komoditi yang diinginkan oleh calon indentor,
maupun kebutuhan pasar pada umumnya, maka dapat disusun rencana impor untuk
komoditi bersangkutan. Tugas selanjutnya adalah menghubungi pensuplai atau
eksportir yang kiranya dapat mensupali barang tersebut. Nama dan alamat pensuplai
itu dapat diperoleh melalui salah satu kelompok promosi sebagaimana diuraikan
terdahulu.

3. Permintaan Harga pada Pensuplai

Bilamana nama dan alamat eksportir sudah ditemukan, maka selanjutnya tinggal
mengadakan kontak atau korespondensi dengan mereka untuk menyampaikan apa
yang lazim disebut dengan Permintaan harga atau an Inquiry for Quotation. Oleh
karena pembeli dan penjual dalam jarak yang berjauhan maka sebagai penghubung
(komunikasi) bisa digunakan surat menyurat, mengirim kawat, internet maupun e-
mail.
Dalam jaman modern ini dimana faktor waktu sudah sangat diperhitungkan,
maka pemakaian kawat, telepon, radio, internet dan e-mail sudah menjadi umum

18
untuk melakukan transaksi luar negeri. Untuk penghematan biaya , biasanya
dipergunakan kata sandi atau kode. Oleh karena itu mereka yang berkecimpung
dalam perdagangan luar negeri penting sekali mengetahui cara-cara mengirimkan
berita dengan kode (coding) dan membaca berita dalam bentuk kode (decoding).
Buku-buku code yang terkenal dalam kalangan perdagangan luar negeri adalah
ABC-Code, ACME-Code dan BENTLEYS-Code.

4. Penawaran Harga dari Pensuplai

Setelah eksportir menerima permintaan harga dari importir, maka eksportir


biasanya memenuhi permintaan itu dengan mengirimkan penawaran atau dalam
bahasa asingnya disebut Offer. Penawaran atau offer ini ada bermacam-macam pula
antara lain free-offer, yang mana penjual hanya mencantumkan catatan harga
barang yang sifatnya tidak mengikat (without engagement). Di samping itu juga
dikenal apa yang disebut dengan firm-offer, di dalam mana penjual menentukan
baik baik harga maupun syarat-syarat lainnya untuk suatu jangka waktu tertentu.
Pihak pembeli dapat mengambil suatu keputusan yang mengikat dalam jangka waktu
itu. Dalam arti kata untuk menerima penawaran itu beserta syarat-syarat yang
disebut. Bilaman demikian maka importir (pembeli) memberitahukan kepad
eksportir akan persetujuannya. Persetujuan importir atas suatu penawaran (offer) itu
disebut sebagai acceptance.
Dengan adanya penawaran yang disetujui oleh calon pembeli, maka dari sudut
hukum sudah terjadi transaksi jual-beli yang biasa disebut dengan Contract of
sales atau Agreement to sale. Bila pembeli tidak dapat menyetujui seluruh syarat
dalam penawaran itu (firm-offer), maka pembeli dapat mengusulkan perubahan yang
diinginkan. Permintaan perubahan dari calon pembeli atas suatu firm-offer disebut
Counter offer. Bilaman penjual menyetujui perubahan tersebut, maka penjual akan
bersedia memperbaharui firm-offernya.
Berdasarkan firm-offer yang baru itulah disusun sales contract dimana kedua
belah pihak mengikat diri melakukan perjanjian jual beli dengan syarat-syarat yang
telah sama-sama desetujui. Sales contract ini disebut juga order-note atau
purchase note ataupun import contract note, yang isinya menyebutkan referensi
dari korespondensi terdahulu, pernyataan penetapan/penempatan pesanan, uraian
barang, penentuan harga satuan dan jumlah harga, waktu pengiriman barang, cara
pengepakan, merk/cap pengepakan yang diinginkan, shipping document yang
diperlukan, syarat pembayaran, asuransi dan lainnya yang dianggap perlu.
Dalam menyusun sales contract itu perlu sekali diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Uraian barang-barang (Description of Goods)
b. Jumlah barang (Quantity)
c. Harga (price)
d. Tempat penyerahan barang (Place of Delivery)
e. Syarat penyerahan dan biaya

19
5. Kontrak Indent

Berdasarkan penawaran dari pensuplai yang biasanya mencantumkan harga CIF,


dapatlah dihitung secara lebih tepat bea masuk, sewa gudang, biaya inclaring , biaya
pelabuhan dan biaya bank. Selain itu dapt pula diperkirakan waktu kedatangan kapal.
Berdasarkan data tersebut dapatlah disusun Kontrak-Indent dengan indentor secara
lebih tepat.
Dalam menyusun Kontrak-Indent ini seyogyanya ditegaskan tanggung jawab
atau resiko yang biasanya dialami dalam perdagangan internasional seperti resiko
fluktuasi kurs (nilai) valuta, resiko perbedaan mutu, resiko kenaikan ongkos angkut,
resiko perubahan bea masuk dan akibat lain karena perubahan peraturan pemerintah.
Dalam Kontrak-Indent harus jelas pula diatur tanggung jawab masing-masing pihak,
serta jaminan pembayaran (bank garansi dan lainnya).

6. Penempatan Pesanan

Setelah importir menerima penawaran dari eksportir, maka importir


berkewajiban mempelajari tiap-tiap penawaran itu dengan seksama baik mengenai
mutu, harga, waktu penyerahan, serta syarat pembayaran yang diajukan eksportir.
Yang paling penting tentu bonafiditas eksportir yang dapat diperoleh misalnya dari
referensi bank dari eksportir itu ataupun semacam surat keterangan yang dikeluarkan
oleh Kamar Dagang dari negara eksportir tersebut.
Bila penawaran dari eksportir kita setujui dan dapat pula diterima oleh indentor,
maka barulah dibuat surat pesanan atau Order Pembelian (Purchasing-Order) ke
luar negeri.

7. Kontrak Impor

Surat Pesanan (Order Sheet) diisi oleh importir dan dikirim kepada eksportir.
Surat pesanan itu harus diisi sesuai dengan keterangan dan data yang terdapat dalam
surat penawaran (Offer) yang dikirimkan oleh eksportir sebelumnya. Selain itu harus
dilengkapi pula dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah dalam bidang impor,
misalnya pencantuman nomor-nomor ijin impor (Surat Ijin Impor), serta menjelaskan
Shipping Mark yang sudah menjadi kebiasaan (USAGE) dalam pengiriman
barang-barang dalam perdagangan internasional. Dalam surat pesanan itu pula
dicantumkan syarat-syarat pembayaran, misalnya mengenai L/C dan syarat-syarat
L/C, serta syarat-syarat pengapalan seperti diperkenankan atau tidaknya pengapalan
sebagian (Partial-shipment allowed/Prohibited-Transhipment allowed/Prohibited).
Secara lengkap surat pesanan itu berisikan :
a. Nomor order dari importir.
b. Nomor referensi-penawaran dari eksportir.
c. Waktu penyerahan atau pengapalan.
d. Cara pembayaran (payment).
e. Dokumen pengapalan yang disyaratkan (Shhiping document).
f. Alamat korespondensi (notify-address).
g. Nomor ijin impor (Impor-licence).

20
h. Pelabuhan tujuan (destination).
i. Syarat pengapalan :
1. Pengapalan sebagian (Partial shipment).
- Diperkenankan : allowed.
- Dilarang : prohibited.
2. Pindah kapal : (Transshipment).
- Diperkenankan : allowed.
- Dilarang : not-allowed/prohibited.
j. Shipping mark yang diinginkan.
k. Uraian lengkap dari barang yang dipesan, termasuk jumlah yang dipesan
dan merk yang diinginkan.
l. Harga satuan dan total harga.
m. Syarat penyerahan dan total harga.
n. Tanggal surat pesanan.

Setelah surat pesanan diisi selengkapnya dan secermatnya, ditandatangani oleh


importir lalu dikirim kepada eksportir di luar negeri. Biasanya dalam surat pesanan
itu dicantumkan juga permintaan dari importir kepada eksportir untuk membubuhkan
tanda tangan sebagai tanda persetujuan eksportir atas surat pesanan itu di atas copy
dari surat pesanan itu dan mengembalikan copy yang sudah ditandatangani itu
kepada importir. Copy surat yang sudah ditandatangani oleh importir dan eksportir
sudah merupakan kontrak yang mengikat antara importir dan eksportir.

8. Pembukaan L/C

Sebagai pelaksanaan dari suatu Sales-Contract, pihak importir berkewajiban


menyediakan dana untuk melunasi barang yang dipesan dan dalam bentuk yang
disepakati. Syarat pembayaran yang biasanya dilakukan adalah dengan pembukaan
L/C (Letter Of Credit).
Dilain pihak kewajiban pokok eksportir adalah menyiapkan pengapalan barang,
segera setelah eksportir menerima Letter of Credit yang dijanjikan importir. Letter
of Credit yang akan dibuka oleh importir harus memenuhi ketentuan sebagai berikut
a. Harus memenuhi dan sesuai dengan syarat yang dicantumkan dalam Sales-
Contract.
b. Harus memenuhi dan sesuai dengan ketentuan umum yang ditetapkan bank
devisa.
c. Harus memenuhi dan sesuai dengan ketentuan Kamar dagang Internasional
sebagaimana dicantumkan dalam The Uniform Customs and Practice
for Documentary Credits, yang berlaku pada saat L/C itu dibuka. (UCP
ini diterbitkan pertama kali tahun 1933 dan direvisi pada tahun 1951,
1962,1974 dan terakhir tahun 1984).

21
9. Persiapan Pengeksporan

Setelah menerima surat pesanan, sales-contract dan L/C dari importir, maka tiba
giliran eksportir untuk melaksanakan kewajiban pokoknya yaitu melaksanakan
pengapalan barang yang dipesan, menyiapkan shipping document (dokumen
pengapalan) dan menegosiasi (menguangkan) dokumen pengapalan dengan
banknya. Secara fisik eksportir mulai melaksanakan hal sebagai berikut :
a. Memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi yang terdapat dalam surat
pesanan dan L/C bila eksportir itu adalah produsen eksportir.
b. Bila eksportir tersebut bukan produsen, maka eksportir segera menempatkan
pesanan pada produsen yang sebenarnya ataupun membeli dari pasar umum,
balai lelang maupun bursa komoditi.
c. Mempersiapkan pengapalan barang sesuai dengan standar Ekspor (Export
Packing) yang layak laut (Seaworthy Packing) ataupun yang cocok untuk
angkutan peti kemas, tanker dan alat angkut lainnya.
d. Memberikan Shipping mark sesuai surat pesanan maupun L/C serta sesuai
kebiasaan yang berlaku dalam perdagangan internasional.
e. Menunjuk badan usaha ekspedisi atau Freight Forwader yang akan mengurus
dan mencairkan ruangan kapal (Shipping space) yang sesuai dan dalam waktu
sebagaimana ditetapkan dalam surat pesanan dan L/C.
f. Menunjuk surveyor atau juru ukur (weight/measure) yang akan melakukan
penelitian mutu, kuantum dan volume barang yang diperlukan untuk :
1. Penerbitan Surveyor report atau Clean Report of Finding (LKP-Laporan
Kebenaran Pemeriksaan) yang biasanya diisyaratkan oleh surat pesanan dan
L/C.
2. Survey report juga dipakai eksportir dalam membuat dokumen pengapalan
sperti :
a. Konosemen.
b. Faktur perdagangan.
c. Daftar pengepakan (Packing-List-Measurement-list).

Untuk penyelesaian administratif, maka eksportir melakukan tugas sebagai


berikut :
a. Menyiapkan faktur perdagangan (Commercial Invoice).
Yaitu nota perhitungan yang berisi keterangan-keterangan :
1. Kuantum
2. Uraian lengkap namun ringkas
3. Harga satuan dan total
4. Cara pengepakan
5. Syarat pembayaran
6. Nama dan alamat pembeli
7. Nomor dan tanggal L/C
8. Nomor dan tanggal surat pesanan
9. Nama kapal dan jalur pelayaaran
10. Nama dan alamat maskapai asuransi dan lain-lain.

22
Faktur dipakai sebagai Dokumen pembuktian dari suatu transaksi dan biasanya
diberi nomor urut serta tanggal pengeluaran. Disamping faktur perdagangan
biasa dikenal pula :
1. Faktur konsinyasi
2. Faktur Proforma
3. Faktur pabean
4. Faktur konsuler.

b. Menyiapkan Daftar pengepakan (Packing list, Weight note, Measurement List).


1. Packing List.
Packing list adalah perincian lengkap dari barang yang terdapat dalam
setiap peti. Sehingga dari setiap peti dapat diketahui isinya satu persatu,
baik mengenai jumlah maupun isinya.
2. Weight Note.
Weight note adalah hasil penimbangan yang menjelaskan berat kotor barang
(gross weight) dan berat berat bersih (nett weight) dari setiap peti
pengepakan barang.
3. Measurement List.
Measurement list adalah hasil pengukuran atau penakaran yang memuat
keterangan mengenai volume dari pengepakan setiap barang, yang
keperluannya antara lain untuk menghitung ongkos angkut ataupun untuk
keperluan persiapan penerimaan barangnya.

10.Pengapalan

Setelah barang siap untuk diekspor (Ready for Export), maka eksportir
menyerahkan barang-barang itu kepada Forwading Agent atau langsung pada
Masakapai Pelayaran untuk selanjutnya dikirim ke pelabuhan tujuan yang dimaksud
pesanan dan L/C, dan setelah itu menyelesaikan Costum-Clearance untuk barang
ekspor. Dari maskapai pelayaran, eksportir menerima konosemen atau Bill of
Lading atau Bill of Lading for Combined Transport bagi barang-barang yang
diangkut dengan Aneka Wahana, dengan memakai suatu konosemen sesuai dengan
ketentuan The Uniform Rules for a Combined Transport Document (ICC-
Brochure No. 298).

11.Negosiasi Dokumen

Setelah barang dikapalkan dan eksportir telah menerima konosemen dari


Maskapai Pelayaran atau Freight Forwader, maka tibalah saatnya bagi eksportir
untuk mengurus penerimaan pembayaran dari bank yang dikuasakan importir untuk
menegosiasikan (menguangkan) dokumen pengapalan. Dokumen pengapalan
(Shipping Document) tidak hanya terdiri dari konosemen atau Bill of Lading tapi
terdiri dari semua dokumen yang disebutkan dalam L/C.

23
12.Penerusan Dokumen

Bank mau dan bersedia melakukan pelunasan atas barang walau dengan
imbalan hanya Dokumen Pengapalan disebabkan karena :
1. Bank telah diberi wewenang oleh importir untuk melunasi pembayaran sesuai
ketentuan L/C.
2. Selain dokumen pengapalan terdapat dokumen yang mempunyai kedudukan
sebagai Document of Title atau dokumen yang mewakili atau memberi hak
pemilikan atas barang yang disebut dalam dokumen itu. Dokumen yang
dimaksud adalah konosemen atau Bill of Lading.
Oleh karena dokumen pengapalan ini merupakan surat berharga yang penting,
biasanya diteruskan oleh Advising Bank/Negotiating Bank kepada Opening Bank
dalam 2 (dua) tahap pengiriman. Untuk mencegah hilangnya dokumen ini selama
dalam perjalanan, dokumen pengapalan yang biasanya terdiri dari 3 set Original ini
dibagi dalam 2 (dua) set. First original dikirim dengan first mail, sedangkan set
kedua yang terdiri dari second dan third original dikirimkan dengan second mail.
Dengan demikian diharapkan salah satu darioriginal dokumen pengapalan itu akan
sampai dengan selamat pada opening bank atau importir.

13.Pengeluaran Barang

Setelah opening bank menerima dokumen pengapalan dari Bank


Korespondennya (Advising/Negotiating bank), maka opening bank menyelesaikan
perhitungannya dengan importir. Setelah itu opening bank menyerahkan dokumen
pengapalan itu kepada importir untuk selanjutnya dipergunakan dalam penyelesaian
bea masuk dengan Bea & Cukai dan penyerahan barang dari maskapai pelayaran.
Pelaksanaan pengeluaran barang dari daerah pabean ke dalam peredaran biasanya
disebut dengan Inklaring atau Custom Clearance barang impor.

14.Penyerahan Barang

Setelah barang dibebaskan dari wilayah pabean dalam arti kata sudah dibayar
semua bea-masuk dan pungutan impor lainnya maka barang itu sudah boleh diangkut
ke gudang importir atau langsung diserahkan pada indentor yang memesan barang
itu sesuai dengan Kontrak Indent yang ditandatangani antara importir dan indentor.
Dengan penyerahan barang dari importir kepada indentor ini, selesailah tugas
pelaksanaan impor itu. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuntutan ganti rugi
(Claim) atau kerusakan dan kerugian dapat deselesaikan sesuai dengan ketentuan
Polis Asuransi dari tiap transaksi.

24
15.Skema proses Perdagangan Internasional

International Trade Process First - Step.


1. Indentor menyampaikan surat permintaan harga kepada importir untuk barang
yang dibutuhkannya(Letter of Intent).
2. Importir mencari informasi tentang pensuplai di luar negeri yang bisa mensuplai
barang tersebut, melalui Badan Pengembangan Perdagangan Internasional yang
lazim.
3. Setelah menemui yang sesuai, importir mengirimkan Surat Permintaan
Penawaran untuk barang yang diinginkan.
4. Pensuplai mengirimkan penawaran (Offer) kepada importir yang biasanya dalam
valuta asing.
5. Berdasarkan penawaran dari pensuplai, importir membuat kalkulasi harga impor
dengan menambahkan bea masuk dan komisi indent dann membuat penawaran
harga dalam rupiah untuk indentor.

INTERNATIONAL TRADE PROCESS FIRST-STEP

LETTER OF INTENT-INQUIRY-OFFER

SUPPLIER
SELLER
EXPORTIR 4
Offer/Quotation

Inquiry
3
TRADE
PROMOTION

Information
2
IMPORTIR
5

Intent Penawaran

INDENTO
R

25
International Trade Process - Second Step.
1. Indentor menandatangani kontrak jual beli indent dengan importir.
2. Importir menempatkan pesanan kepada pensuplai di luar negeri atau
menandatangani kontrak jual beli importir dengan pensuplai.
3. Pada waktu yang bersamaan importir mengajukan aplikasi pembukaan L/C pada
bank devisa yang menjadi langganannya.
4. Bank devisa melaksanakan pembukaan L/C sesuai dengan permintaan importir
melalui bank korespondensinya di negara pensuplai. Bank yang membuka L/C
ini disebut Opening atau Issuing Bank.
5. Bank korespondensi yang menerima L/C ini yang disebut Advising Bank
meneruskan pembukaan L/C ini kepada supplier yang berhak menerima L/C
tersebut yang dalam hal ini biasa disebut Beneficiary dari L/C tersebut.

INTERNATIONAL TRADE PROCESS SECOD STEP

KONTRAK-INDENT-SALES CONTRACT-L/C OPENING

Negotiating Bank
L/C Advise
BANK
LUAR 5 SUPPLIER
NEGERI BENEFICIARY

Order Confirmation
Sales Contract
L/C 2

4
BANK
DALAM 3 IMPORTIR
NEGERI

Issuing Bank

Kontrak 1

INDENTOR

26
International Trade Process-Third Step.
1. Pensuplai setelah menerima pesanan (order) dan L/C dari importir, segera
mempersiapkan barang untuk eksport bersama produsen dan dengan bantuan
Forwading Agent , maskapai asuransi dan Bea Cukai menyerahkan barang
kepada perusahaan pelayaran untuk diangkut ke negara importir.
2. Perusahaan pelayaran mengangkut barang untuk diserahkan kepada importir
melalui Agen Pelayaran di negara importir.
3. Pensuplai menggunakan (menegosiasi) Shipping Document dengan Bank
Koresponden yang bertindak sebagau Negotiating Bank. Pensuplai pada waktu
bersamaan meneruskan Copy Shipping Document langsung kepada importir.
4. Negotiating Bank meneruskan Shipping Document kepada Issuing Bank di
negara importir.
5. Issuing Bank setelah menerima penyelesaian pembayaran dari importir
menyerahkan Asli Shipping Document kepada importir.
6. Importir dengan bantuan EMKL/EMKU menyelesaikan Bea Masuk dengan
Pabean dan setelah itu menyelesaikan Delivery Order (DO) dengan Agen
Pelayaran bersangkutan.
7. Agen Pelayaran setelah menerima Ongkos Angkut dan lain biaya
pengangkutan menyerahkan barang kepada Importir sebagai tukaran Bill of
Lading atau Delivery Order.
8. Importir setelah menerima barang dari Agen pelayaran meneruskan barang
tersebut kepada Indentor.

27
INTERNATIONAL TRADE PROCESS THIRD STEP

SHIPPMENT-NEGOTIATION-DELIVERY

Ship-Document
Makers

Fwd-ag
NEGOTIATING SUPPLIER
BANK 3 1 SHIP-
Insurance COY
4 3/A 2
Customs
Original Copy
Shipping Shipping
Document Document

Delivery
ISSUING BANK 5 IMPORTIR 7 SHIP AGENT

8
Emkl/Emku

6
Pabean

Asuransi

INDENTOR

28
Bab VI
ARTI DAN FUNGSI DOKUMEN

Semua jenis dokumen yang terdapat dalam perdagangan internasional, baik yang
dikeluarkan pengusaha, perbankan, pelayaran dan instansi lain mempunyai arti dan
peranan yang sama penting. Karena itu semua dokumen perlu dibuat dan diteliti dengan
seksama. Dokumen-dokumen dalam perdagangan internasional dapat dibedakan atau
dimasukan dalam kelompok sebagai berikut.

1. Kelompok Dokumen Induk


2. Kelompok Dokumen Penunjang
3. Kelompok Dokumen Pembantu

1. Dokumen Induk

Yang dimaksud dengan dokumen induk adalah dokumen inti yang dikeluarkan
oleh Badan Pelaksana Utama perdagangan Internasional, yang fungsinya sebagai alat
pembuktian realisasi suatu transaksi. Yang termasuk jenis ini adalah :

a. Faktur Perdagangan
Dikeluarkan oleh eksportir sendiri. Yang dimaksud faktur perdagangan adalah
suatu nota perhitungan yang dibuat oleh eksportir untuk importir yang terutama
berisi :
1. Jumlah barang (quantity)
2. Harga satuan (unit-price)
3. Harga total (total price)
4. Perhitungan pembayaran (payment breakdown)
Faktur merupakan alat bukti perhitungan atas suatu transaksi yang dilakukan
antara eksportir dan importir.

b. Letter of credit (L/C)


Dikeluarkan oleh bank devisa. Yang dimaksud dengan L/C adalah suatu Surat
Kredit yang dikeluarkan oleh bank devisa atas permintaan importir, yang
memberi hak kepada eksportir menarik wesel atas importir yang bersangkutan
untuk sejumlah uang yang disebut dalam surat kredit itu. L/C merupakan alat
bukti pembayaran atas suatu transaksi yang dilakukan antara eksportir dan
importir.

c. Bill of Lading
Dikeluarkan oleh Perusahaan Pelayaran Samudera. Yang dimaksud dengan B/L
adalah suatu Tanda Terima penyerahan barang yang dikeluarkan oleh perusahaan
pelayaran sebagai Tanda Bukti Pemilikan atas barang yang telah dimuat di atas

29
kapal laut oleh eksportir untuk diserahkan kepada importir. B/L merupakan alat
bukti penerimaan dan sekaligus penyerahan hak milik atas barang sebagai
pelaksanaan suatu transaksi antara eksportir dan importir. B/L juga merupakan
alat bukti adanya kontrak pengangkutan antara shipper dengan perusahaan
pelayaran.

d. Polis Asuransi
Dikeluarkan oleh Maskapai Asuransi. Yang dimaksud dengan polis asuransi
adalah Surat Buti pertanggungan yang dikeluarkan oleh Maskapai Asuransi atas
permintaan eksportir maupun importir untuk menjamin keselamatan atas barang
yang dikirim dari aneka bencana dan kerusakan, dengan membayar premi. Polis
asuransi merupakan alat bukti pertanggungan atas barang yang dimaksud
sebagai pelaksanaan suatu transaksi antara eksportir dan importir.

2. Dokumen Penunjang

Yang dimaksud dengan dokumen penunjang adalah dokumen yang dikeluarkan


untuk memperkuat atau merinci keterangan yang terdapat dalam dokumen induk,
terutama faktur perdagangan. Yang termasuk jenis ini adalah :

a. Packing List
Yang dimaksud packing list atau daftar pengepakan adalah daftar yang berisi
perincian lengkap mengenai jenis dan jumlah satuan dari barang yang terdapat
dalam tiap peti atau total keseluruhannya sama dengan jenis dan jumlah yang
tercantum dalam faktur perdagangan. Packing list penting sekali untuk barang
yang tidak sejenis atau tidak seragam seperti mesin-mesin, suku cadang, barang
kelontong, tekstil, pakain jadi dan lainnya.

b. Weight Note
Yang dimaksud weight note atau nota timbangan adalah suatu catatan yang
berisi perincian berat dari tiap peti atau tiap kemasan yang biasanya
menyebutkan berat kotor dan berat bersih dari tiap kemasan itu dan dihimpun
menjadi satu daftar yang total keseluruhannya sama dengan total berat kotor dan
berat bersih yang tercantum dalam faktur perdagangan. Weight note penting
artinya untuk barang yang harganya didasarkan pada beratnya dan juga penting
untuk menyediakan alat muat bongkar maupun alat angkut yang sesuai dengan
berat tiap kemasan itu, seperti dalam menyediakan forklift, truck, trailer serta
kondisi jalan yang akan dilalui. Juga untuk menghitung uang tambang.

c. Measurement List
Yang dimaksud dengan measurement list atau daftar kubikasi adalah daftar
yang berisi ukuran dan takaran dari tiap peti atau tiap kemasan yang biasanya
menyebutkan volume atau kubikasi dari tiap kemasan. Daftar ini total
keseluruhannya sama dengan total volume yang tercantum dalam faktur
perdagangan. Measurement list penting artinya untuk barang yang harganya

30
didasarkan pada volumenya dan juga untuk menyediakan alat muat bongkar dan
alat angkut yang sesuai. Juga untuk menghitung uang tambang.

Dalam perdagangan internasional, packing list, weight note dan measurement


list biasa dijadikan satu daftar kombinasi. Packing list, weight note dan measurement
list ini biasanya dibuat sendiri oleh eksportir tapi sering juga dibuat oleh surveyor
atau Swon Surveyor (Surveyor yang disumpah). Surveyor yang terkenal di dunia
perdagangan internasional adalah Soceite Generale De Surveillance SA, Geneva
Switzerland, perusahaan ini juga ditugaskan bersama PT. SUCOFINDO untuk
melakukan survey menyeluruh atas semua barang yang impor-ekspor Indonesia yang
bernilai di atas US$ 5.000,00 tiap transaksi. Hasil survey yang meliputi Mutu, Jenis,
Jumlah, Harga, uang tambang, No. Ps tarif, Bea Masuk Pungutan dan No. CCCN
(Costum Coorporation Council Numenclature) dituangkan dalam Laporan kebenaran
Pemeriksaan (LKP) atau dalam bahasa Inggris disebut Clean report of Findings.

d. Inspection Certificate atau Surveyor Report


Yang dimaksud dengan Inspection Certificate atau Clean Report of Finding
adalah suatu pernyataan yang berisi keterangan mengenai mutu barang, jenis
barang, jumlah, harga dan lain keterangan yang dibutuhkan, yang dikeluarkan
oleh suatu badan usaha yang independen atas permintaan eksportir, atau instansi
lain yang membutuhkan . Inspection certificate penting untuk menilai secara
menyeluruh suatu barang dalam suatu transaksi. Semakin kurang dikenal
bonafiditas dan integritas seorang rekanan, maka semakin penting arti
kedudukan Inspection Certificate. Begitu juga untuk transaksi partai besar dan
proyek lengkap.

e. Chemical Analysis
Yang dimaksud dengan Chemical Analysis atau analisa kimia adalah suatu
pernyataan yang dikeluarkan oleh laboratorium kimia dari perusahaan sendiri
atau dari Badan penelitian yang independen yang berisikan Komposisi Kimiawi
dari suatu barang. Chemical analysis ini penting artinya untuk menentukan mutu
dari produk kimia.

f. Test Certificate
Yang dimaksud dengan Test Certificate adalah pernyataan yang dibuat oleh
Laboratorium Perusahaan atau balai Penelitian yang independen yang
menyatakan hasil uji coba atas suatu barang ataupun peralatan mengenai
kekuatan, daya tahan, kapasitas dan konstruksinya. Test certificate ini penting
untuk barang yang akan dipergunakan menahan beban seperti kemasan, alat
angkut, mesin industri, tangki-tangki, boiler, diesel serta sumber energi lainnya.

g. Manufacturers Certificate
Yang dimaksud dengan manufacturers Certificate adalah surat pernyataan yang
dibuat oleh produsen yang menyatakan bahwa barang tersebut adalah hasil
produksinya yang membawa merk dagangnya (Trade Mark). Manufacturer
Certificate penting artinya sebagai bukti keaslian dan jaminan mutu atas barang

31
yang dikaitkan dengan nama baik dari produsen itu dalam pasaran internasional,
yang juga menyangkut masalah Patent, Trade Mark dan Lisensi.

h. Certificate of Origin
Yang dimaksud dengan certificate of Origin atau Surat Keterangan Asal adalah
surat pernyataan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, biasanya
kamar dagang, yang menyebutkan negara asal suatu barang. Certificate of
Origin ini penting artinya untuk memperoleh fasilitas bea masuk maupun
sebagai alat penghitung quota di negara tujuan, atau untuk mecegah masuknya
barang dari negara yang terlarang.

3. Dokumen Pembantu

Yang dimaksud dengan dokumen pembantu adalah dokumen yang diperlukan


untuk membantu para pelaksana dalam menjalankan tugas Follow up (Tugas
lanjutan). Yang termasuk jenis ini adalah :

a. Instruction Manual
Yang dimaksud dengan Instruction Manual adalah keterangan terinci mengenai
tata cara dan tata kerja suatu alat, termasuk uraian mengenai manufacturing
process (Proses produksi) dari suatu komoditi. Instruction manual ini oenting
artinya untuk memudahkan operator dalam mempergunakan suatu alat atau
dalam menemukan kelainan atau kerusakan suatu alat, sehingga sangat berguna
dalam upaya reparasi.

b. Layout- Scheme
Yang dimaksud dengan layout scheme adalah Gambar Denah Tata Letak Mesin
dalam pabrik yang susunannya disesuaikan dengan urutan proses produksi dan
bertujuan untuk memperoleh efisiensi dan produktivitas yang optimal pada saat
berproduksi. Layout scheme ini penting artinya untuk memudahkan erector pada
saat pemasangan mesin-mesin dilakukan dalam area pabrik.

c. Brochure atau Leaflet


Yang dimaksud dengan brochure atau leaflet adalah buku kecil yang berisi
keterangan singkat mengenai suatu produk yang bertujuan memberikan
informasi kepada konsumen tentang produk dimaksud. Brosur atau leaflet ini
penting artinya untuk memudahkan salesman pada saat melakukan pemasaran.

32
Bab VII
CONTOH SUATU TRANSAKSI

1. Indentor

Adakalanya perusahaan yang membutuhkan barang impor, tidak selalu


mengimpor sendiri barang yang dibutuhkannya, tapi meng-indent kepada importir
yang sudah biasa mengimpor barang tersebut, atau karena memang importir itulah
pemegang monopoli atas barang tersebut. Transaksi dapat dilihat dari dua sudut.
Dari sudut pemesan (Indentor maupun importir) sebagai suatu transaksi impor
sedangkan dari sudut penerima pesanan atau eksportir dapat dilihat sebagai suatu
transaksi ekspor. Khususnya di Indonesia, indentor lebih banyak mengetahui sumber
suplai di luar negeri yang biasa mensuplai barang yang dibutuhkannya, dibandingkan
dengan importir sendiri, apalagi kalau importir itu hanya importir umum biasa atau
importir yang karena satu dan lain hal ditunjuk pemerintah dalam rangka
kebijaksanaan Approved Traders/Importers.
Guna memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai jalannya (proses) suatu
transaksi impor maupun ekspor, dapat dipelajari tindakan yang diambil masing-
masing pihak, baik importir maupun eksportir dalam menyelesaikan suatu transaksi
saja. Untuk keperluan ini marilah kita pelajari contoh transaksi (fiktif) berikut ini.
Sebagai pelaku dalam transaksi ini adalah :

INDENTOR : PT. MESI MASADJI MURNI JAKARTA


PERWAKILAN/PENSUPLAI : MARUBENI JAKARTA
IMPORTIR : PT. TJIPTA NIAGA JAKARTA
EKSPORTIR/PENSUPLAI : CAMELOT TRADING CORP. NEW
YORK
A/N MARUBENI TOKYO
OPENING BANK : EURAS BANK JAKARTA
ADVISING BANK : EURAMCO NEW YORK
BARANG : POLYPROPYLENE RESIN

2. Pensuplai

Untuk mengetahui tindakan yang diambil oleh masing-masing pihak, dapat


dilihat contoh sebagai berikut :
Sebuah pabrik karung platik (Polypropylen Woven Bag Factory) di Indonesia,
yaitu : PT. MESI MASADJI MURNI Jakarta membutuhkan bahan baku plastik
dari luar negeri yang dibutuhkan sebagai bahan baku dalam produksinya,
ataupun untuk dijual lagi.

33
Sebagai perusahaan industri, merupakan kewajiban utama baginya untuk
mempunyai data lengkapmengenai bahan baku dan bahan penolong yang
dibutuhkan, khususnya mengenai :
a. Jenis bahan baku/penolong
b. Spesifikasi teknis(Technical Soecification)
c. Mutu (Quality)
d. Jumlah kebutuhan (Quantity)
e. Sumber-suplai
f. Waktu yang dibutuhkan (Delivery)
g. Anggaran (Budget)
Dengan memperhatikan ke 7 unsur di atas, maka dapatlah disusun rencana
pengadaan (Procurement Schedule) secara tepat waktu dan tepat guna. Dalam contoh
di atas, bahan baku yang dibutuhkan sebagai berikut :

Article : POLYPROPYLENE RESIN


Typical Property/
Technical Spec : Nominal melt flow 4.0 gr
Quantity : 200 MT

Dengan data di atas, maka tugas selanjutnya adalah mencari pensuplai atau
eksportir yang kiranya dapat mengekspornya ke Indonesia serta dengan harga yang
sesuai dengan yang sesuai dengan anggaran perusahaan yang tersedia. Nama dari
pensuplai atau eksportir ini dapat diperoleh dari sumeber-sumber sebagai berikut :
a. Dari buku-buku petunjuk perdagangan
b. Melalui kantor-kantor kedutaan asing yang ada di dalam negeri
c. Melalui iklan
d. Melalui kantor perwakilan perusahaan asing yang ada di dalam negeri
e. Dengan perantara kantor perwakilan dan kedutaan kita di luar negeri
f. Kantor cabang dari perusahaan niaga swasta di luar negeri
g. Dengan perantaraan bank-bank di dalam maupun di luar negeri

Bilamana alamat pensuplei sudah didapatkan maka langkah selanjutnya adalah


melakukan kontak dengan pensuplai yang bersangkutan.
Apabila pensuplai diperoleh melalui salah satu Kedutaan Asing yang ada di
dalam negeri, maka kalimat pembukaan (opening paragraph) dari surat itu dapat
berbunyi sebagai berikut :

We have been advised by your embassy here in Jakarta to contact you as a


leading manufacturer and exporter of (nama barang0 to many countries as well
as to Indonesia.

Bilamana nama dan alamat itu didapatkan dari suatu iklan maka kalimat
pembukaan dapat dimulai sebagai berikut :

34
We read your advertisement in Trade & Commerce Magazine and understand
that you are in good position to supplay us with the following artcles (nama
barang).

Bilamana nama dan alamat itu diperoleh dari suatu Trade Directories ataupun
dari salah satu kantor perdagangan asing di dalam negeri, maka kalimat pembukaan
itu dapat berbunyai sebagai berikut :

We found your name and address throught the Kellys Trade Directories and
glad to note that you are a leading manufacturer of
We owe your name and address throught Mr. Nishimura of your Representative
here in Jakarta, who uniform us that you are a reliable exporter (nama
barang )

Di atas dikemukakan beberapa contoh kalimat pembukaan dari surat-surat


dagang, namun demikian bukan berarti bahwa kalimat pembukaan itu harus selalu
demikian bunyinya, melainkan hanya dimaksudkan sebagai contoh saja.

3. Pola Tata Niaga

Dalam upaya menemukan pensuplai, penting sekali diperhatikan Pola Tata


Niaga yang dianut oleh masing-masing negara dalam melaksanakan Perdagangan
Luar negerinya. Dapat dikemukakan 3 macam pola yang masing-masing mempunyai
keunggulan dan kelemahan sendiri.

a. Pola Produsen Eksportir dan Produsen Importir


Menurut pola ini, penjualan barang ke luar negeri dilakukan sendiri oelh
masing-masing produsen (makers, manufacturers). bentuk perusahaan yang
dipakai biasanya dengan penunjukan Manufacturers Agent, atau
Manufacturers Representative, ataupun dengan mendirikan perusahaan dengan
status badan hukum setempat yang nantinya bertindak sebagai Sister
Company atau Subsidiary Company dari kantor induknya. Sebagai contoh
pabrik tekstil kita sebagai produsen mengekspor sendiri hasil produksinya ke
pasaran Amerika. Begitu pula Perusahaan Perkebunan Negara memasarkan
sendiri karetnya ke luar negeri. Pola Produsen Eksportir atau Produsen Importir
banyak dianut oleh perusahaan Amerika Serikat dan Eropa Barat. Contohnya :
General Motors, IBM, Siemens, Fiat kebanyakan dipasarkan di luar negeri oleh
anak-anak perusahaannya sendiri.

b. Pola Trading House


Trading house adalah perusahaan dagang besar. Jadi bukanlah produsen dalam
arti kata memproduksi suatu barang. Trading house dalam perdagangan
internasional memegang peranan yang sangat penting, karena kemampuannya
memperdagangkan aneka komoditi tidak terbatas pada hasil produksi negerinya
sendiri, tapi bisa saja hasil produksi negara-negara mana saja. Jaringannya
sebagai jasa pengantara antara produsen dan konsumen luas sekali. Karena itu

35
Trading House pada umumnya mempunyai jaringan internasional dan
mempunyai kantor hampir di tiap pusat perdagangan dunia.

c. Pola Perusahaan Dagang Negara


Negara Sosialis dan Komunis pada umumnya melakukan perdagangan luar
negerinya melalui Perusahaan Dagang Negara, yang dalam kegiatannya lebih
banyak diselesaikan dengan sistem Anggaran belanja negaranya sehingga
fleksibilitas dalam kegiatannya sangat kurang dan semuanya dijalankan sesuai
ketentuan pemerintah.

4. Perwakilan Pensuplai

Oleh karena yang dibutuhkan adalah PP-RESIN keluaran Amerika maka


sebaiknya kita menghubungi perusahaan Amerika yang mengageni PP-RESIN
tersebut. Maka bila agenitu tidak ada, maka kita dapat menghubungi perusahaan
asing lain. Dalam hal ini adalah tepat bila kita menghubungi salah satu kantor
perwakilan Trading House asing yang biasanya dapat menawarkan barang dari
seluruh pelosok dunia. Hal ini dimungkinkan karena :
a. Mereka mempunyai kantor-kantornya di pusat perdagangan dunia
b. Mereka mempunyai jatringan komunikasi yang mutakhir seperti telex, radio
telepon, fax, internet, e-mail dan sebagainya.

Dalam contoh di atas PT. Mesi Masadji Murni menghubungi Wisma Dagang
Jepang di jakarta yaitu Marubeni Corp. Oelh karena Masadji tidak bermaksud
menyelenggarakan impor sendiri, tapi akan menyerahkan impornya pada Tjipta,
maka dalam surat pertamanya harus disebut supaya penawaran (offer atau quotation)
dialamatkan langsung pada Tjipta. Hal ini penting karena kontrak impor akan
dilakukan antara importir dengan eksportir. Dalam hal ini yang menjadi importir
bukanlah Masadji tapi Tjipta.
Satu hal penting yang perlu dicatat, sekalipun pensuplai ditentukan oleh Masadji
selaku indentor dan spesifikasi barang juga ditentukan oleh Masadji, tapi tanggung
jawab atas pelaksanaan impor itu tetap ada di tangan importir (Tjipta), baik tanggung
jawab secara hukum maupun t5anggung jawab pada pemerintah C.q. Bea Cukai.

5. Penawaran Offer Sheet

Segera setelah menerima permintaan harga yang lazim juga disebut dengan an
inquiry for a quotation biasanya perwakilan pensuplai mengajukan penawaran yang
disebut dengan Offer. Oleh karena penawaran atao offer ini merupakan titik awal
yang akan mengikat kedua belah pihak importir dan eksportir dalam suatu kontrak,
maka perlu dipelajari lebih mendalam rumusan dari istilah offer ini. Perlu
dikemukakan di sini rumusan istilah sebagai berikut :

36
a. Offer
Yang dimaksud dengan offer adalah pernyataan minat dari satu pihak yang
menawarkan jasa atau barang pada pihak yang lain dan dalam bentuk yang
sesuai dengan persyaratan penawaran. Persyaratan penawaran itu adalah :
1. Tanggal surat
2. Nama yang ditawari (offeree)
3. Ungkapan/kata :menawarkan
4. Uraian barang/jasa
5. Jumlah (quantity)
6. Harga satuan (unit price)
7. Harga total (total price)
8. Waktu penyerahan (delivery)
9. Cara pembayaran (terms of payment)
10. Nama yang menawarkan (offeror)
11. Tanda-tanda yang menawarkan.

b. Firm Offer
Yang dimaksud dengan Firm Offer atau penawaran tetap adalah offer yang
mempunyai masa laku (validity) yang terbatas. Ini berarti bahwa penawaran itu
hanya mengikat yang menawarkan selama jangka waktu yang disebut. Lewat
jangka waktu itu, penawaran tersebut dapat berubah baik harga maupun waktu
penyerahan atau bahkan ditarik kembali.Masa laku ini diperlukan untuk
memungkinkan yang ditawari (offeree) mempunyai waktu untuk mengambil
keputusan untuk menerima atau menolak penawaran itu, tanpa khawatir bahwa
harga maupun barang yang ditawarkan itu sudah dijual atau mengalami
perubahan harga.

c. Free Offer
Yang dimaksud dengan free offer atau penawaran bebas, adalah offer yang
tidak mencantumkan masa laku. Ini berarti bahwa penawaran tidak mengikat
yang menawarkan. Free offer ini, di samping tidak mencantumkan masa laku,
biasanya memuat kata-kata sebagai berikut :
1. Without-Engagement (Tak terikat)
2. Subject to our Final Confirmation )Bersyarat pada penegasan akhir dari yang
menawarkan?offeror)
3. Subject un-Sold (Bersyarat pada selama belum terjual)

d. Counter Offer
Yang dimaksud dengan counter offer, Tawaran tandingan atau juga disebut
Counter Bid adalah setiap perubahan syarat penawaran yang diusulkan oleh
yang ditawari kepada yang menawarkan.

e. Revised Offer
Yang dimaksud dengan Revised Offer atau penawaran pengganti adalah
penawaran yang diajukan kembali oleh yang menawarkan, setelah

37
mempertimbangkan usul perubahan syarat yang dikemukakan oleh yang
ditawari, sebagai akibat adanya Counter Bid.

f. Acceptance
Yang dimaksud dengan Acceptance atau akseptasi adalah pernyataan yang
dibuat oleh yang ditawari untuk menerima penawaran yang diajukan kepadanya
sebagaimana adanya. Jadi suatu pernyataan menerima tanpa mengusulkan suatu
perubahan syarat apapun.

g. Contract Proces
Dengan diterim atau disetujuinya suatu penawaran oleh yang ditawari, maka
disaat itu sesungguhnya telah terjadi suatu ikatan kontrak antara kedua belah
pihak. Namun secara formal biasanya kontrak itu dituangkan dalam bentuk
tersendiri, ditandatangani kedua belah pihak dan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Secara skematis, proses kontrak ini dapat
digambarkan sebagai berikut :

OFFEROR OFFEREE
I. 1. OFFER 1. ACCEPTANCE

CONTRACT

1. OFFER 1. COUNTER OFFER


II. 2. REVISED 2. ACCEPTANCE

CONTRACT

h. Persayaratan Penawaran
Untuk melihat perbedaan antara daftar harga, penawaran bebas dan penawaran
tetap dapat dilihat pada tabel berikut ini, yang memperlihatkan tanda Ada atau
Tidak Adanya (TDK) salah satu syarat penawaran.

38
Persyaratan Penawaran

No. Persyaratan Price Free Firm Con-

1. Tanggal Surat ADA ADA ADA ADA


2. Nama Offeree (yang di TDK ADA ADA ADA
Tawari)
3. Ungkapatan menawarkan TDK ADA ADA ADA
4. Uraian barang ADA ADA ADA ADA
5. Jumlah (quantity) TDK ADA ADA ADA
6. Harga satuan (unit price) ADA ADA ADA ADA
7. Harga total TDK ADA ADA ADA
8. Waktu penyerahan (delivery) TDK ADA ADA ADA
9. Cara pembayaran (payment) ADA ADA ADA ADA
10. Masa laku (validity) TDK TDK ADA ADA
11. Nama offeror (yang mena- ADA ADA ADA ADA
warkan)
12. Tanda-tangan offeror TDK ADA ADA ADA
13. Tanda tangan Offeree TDK TDK TDK ADA

Dalam tabel di atas dapat dibaca bahwa pada price list (daftar harga), tak perlu
dicantumkan nama yang ditawari, juga disebutkan ungkapan menawarkan, juga
tidak dicantumkan jumlah, harga total, waktu penyerahan, masa laku dan tanda
tangan. Sedangkan pada Firm Offer semuanya harus dicantumkan, kecuali
tentunya tanda tangan yang ditawari.

Jawaban Marubeni atas permintaan harga dari Masadji adalah sebagai berikut :

39
Pada jawaban di atas perlu dicatat antara lain :
1. Penawaran dikirim ke alamat Tjipta sesuai permintaan Masadji
2. Jumlah yang ditawarkan lebih banyak dari yang dibutuhkan yaitu 300 Ton
3. Penawaran tersebut merupakan Free Offer dengan adanya catatan yang
berbunyi :Subject to our Tokyo & principals final confirmation.
4. Shippment dari Houston

6. Kontrak Jual Beli Indent

Setelah Tjipta menerima surat penawaran di atas, maka penawaran tersebut


diteruskan kepada Masadji selaku Indentor untuk dipelajari dan diperoleh
persetujuannya. Bila Masadji dapat menyetujui penawaran tersebut, maka antara
Tjipta -Masadji dibuatkan kontrak jual beli Indent, dengan Masadji sebagai
Indentor (pembeli). Kontrak jual beli tersebut seperti di bawah ini.(lihat halaman
berikut).

7. Order

Setelah Indent kontrak ditandatangani, maka tindak lanjut dari importir adalah :
a. Menempatkan pesanan pada pensuplai/eksportir
b. Menanda tangani Kontrak-Impor atau Sales Note dan mengirimkannya kembali
pada pensuplai atau eksportir.
c. Membuka Letter of Credit (L/C) dengan Opening bank. Pada contoh di atas PT.
Tjipta mengirimkan surat pesanan (Ordersheet) No. 67/IMPI/KIM/

8. Sales-Contract

Surat pesanan dari Tjipta disampaikan kepada perwakilan Marubeni di Jakarta,


yang selanjutnya meneruskan ke kantor pusatnya di Tokyo. Setelah marubeni Tokyo
menerima ordersheet dari Tjipta, maka marubeni Tokyo mengirimkan atau
menguasakan kepada Marubeni Jakarta sales contract No. ST-4169 dan Marubeni
jakarta meneruskan sales contract itu kepada Tjipta dengan surat pengantar seperti
terlampir. Kontrak yang dikirim tersebut rangkap dua (duplicate) dengan permintaan
supaya dikembalikan setelah ditanda tangani oleh importir dalam hal ini Tjipta
Jakarta. Sebelum sales contract ditandatangani dan dikembalikan kepada Marubeni,
ada beberapa hal yang perlud diperhatikan :
a. Dalam syarat payment disebut bahwa L/C supaya dibuka bukan pada Marubeni
Tokyo, tapi pada Camelot Trading Corp. New York USA.
b. Dalam syarat special provision disebut :
1. Partial shippment allowed
2. Stale and Third Party B/L Acceptable.

Kedua syarat ini khususnya, serta syarat lainnya, harus diperhatikan oleh
importir pada saat pembukaan L/C dilakukan dalam arti kata dalam mengisi aplikasi

40
pembukaan L/C dengan opening bank semua syarat yang diminta eksportir dan
ketentuan pemerintah kedua negara hrus dipenuhi dengan secermat-cermatnya.

9. Pembukaan L/C

Setelah ditandatangani sales contract oleh importir dan dikembalikan melalui


perwakilan pensuplai kepada eksportir, maka kewajiban importir adalah
menyediakan dana untuk pembukaan L/C. Pembukaan L/C dilakukan melaluai bank
devisa yang menjadi bankir dari importir dengan mengisi formulir permintaan
pembukaan L/C (aplikasi L/C). dalam hal ini pembukaan L/C dilakukan oleh PT.
Tjipta Niaga melalui Euras bank Jakarta yang bertindak selaku opening bank.

10.L/C Confirmation

Setelah bank mempelajari aplikasi L/C yang diajukan importir, bank


menganggap persyaratan yang perlu untuk pembukaan L/C sudah dianggap dipenuhi
jika diperhatikan hal-hal :
a. Apakah dana importir sudah tersedia untuk membeli valuta asing> Biasanya
bank minta penyetoran uang muka minimal 10% dan sisanya pada saat
penyerahan dokumen pengapalan.
b. Apakah tidak ada larangan pemerintah seperti :
1. Larangan impor produk tertentu seperti sedan dalam keadaan terpasang
2. Larangan impor dari negara tertentu seperti dari negara Israel dan afrika
Selatan
3. Larangan angkutan dengan kapal tertentu seperti kapal berusia di atas 25
tahun.

Setelah semuanya dipenuhi importir maka bank melakukan pembukaan L/C.


Dalam contoh ini Euras Bank Jakarta selaku bank pembuka L/C yang sesuai dengan
syarat-syarat yang diminta oleh importir melalui korespondennya yang dalam hal ini
adalah Euramco Bank New York. Ringkasan dari L/C yang dibuka adalah sebagai
berikut :
1. Opener : PT. TJIPTA NIAGA
2. Opening Bank : EURAS BANK JAKARTA
3. Advising Bank : EURAMCO NEW YORK
4. Beneficiary : CAMELOT NEW YORK
5. Negotiating Bank : EURAMCO NEW YORK
6. Persyaratan Kredit :
a. Nilai : : US$ 179.800,00
CIF Value
b. Dokumen yang diminta :
1. Sight draft (wesel unjuk)
2. Commercial invoice
3. Marine insurance policy
4. Full set of Clean on Board Ocean B/L
5. Packing list and weight note

41
6. Manufacturers Certificate
7. Certificate of Analysis
8. Certificate of Origin
7. Nama barang :
200 m/ton Polypropylene Resin for Flat yarn, Grade F.
040 F. Ex. USS NOVAMONT USA
Packing : 50 lbs nett in 4-play kraft-paper bag and palletized
8. Shipment : the latest July 15, 20
9. Port of shippment : US Port
10. Port of destination : Tg. Priok
11. Partial shippment : Allowed
12. Transhipment : Not allowed
13. Tanggal berlaku L/C : July 30, 20

11.L/C Advice

Euramco New York stelah menerima amanat dari L/C tersebut selengkapnya,
meneliti isinya apakah ada yang kurang jelas atau salah ketik. Bila memang ada
yang kurang jelas atau huruf yang berdempetan maka Advising Bank biasanya
meminta koreksi kepada Opening Bank dan selanjutnya amanat L/C itu disampaikan
kepada penerima dengan catatan : Correction will follow. Bila L/C tersebut
dikawatkan dalam bentuk ringkasan (short form) biasanya L/C yang demikian belum
dianggap sah, sehingga amanat L/C itu disampaikan kepada penerima L/C dengan
catatan :

This is just information, the official operative instrument will follow.

Perlu diperhatikan bahwa dalam L/C yang dikirim oleh Euras Bank di atas pada
alenea terakhir tercantum kalimat sebagai berikut :

This letter of credit is an operative instrument from now and on and no airmail
confirmation will follow.

Hal ini berarti bahwa L/C yang dibuka dengan telex ini sudah dianggap sah
sesuai ketentuan yang berlaku bagi L/C internasional (ICC Publication No. 290
tahun 1974 atau yang baru No. 400 tahun 1984).

12.Shippment

Dengan dibukanya L/C, maka tahap pertama tugas importir sudah selesai.
Setelah itu importir tinggal menunggu pengiriman Shipping document dari eksportir
dan datangnya barang.
Setelah menerima order sheet dari importir, biasanya eksportir menutup kontrak
pembelian dengan pemilik barang sepanjang barang ekspor itu bukan merupakan
produknya sendiri. Kontrak pembelian ini harus sesuai dengan apa yang tercantun
pada order sheet dan L/C. Harga dalam kontrak pembelian tidak sama dengan harga

42
yang tercantum dalam L/C. Bila eksportir tidak dapat melaksanakan ekspor atas
namanya sendiri, maka eksportir sebagai Beneficiary darai L/C itu dapat
mengoperkan hak atas L/C tersebut kepada eksportir lain sepanjang L/C yang dibuka
transferable sifatnya. Bila eksportir yang kedua berada di negara lain, maka
eksportir yang pertama menerima L/C biasanya mebuka L/C tersendiri kepada
eksportir kedua, dengan persyaratan yang sama seluruhnya (kecuali mungkin harga
dan pelabuhan) dengan persyaratan yang terdapat L/C yang pertama, dilaksanakan
dengan menjaminkan L/C yang pertama. Pembukaan L/C kedua, biasanya dilakukan
oleh bank yang sama. Jadi advising bank dari L/C pertama, sekaligus jadi opening
bank bagi pembukaan L/C kedua. L/C yang semacam ini disebut dengan Back to
Back L/C.
Seperti contoh di depan, setelah marubeni Tokyo menerima order sheet dan sales
contract yang sudah ditanda tangani oleh PT. Tjipta Niaga, maka Marubeni Tokyo
memerintahkan pensuplainya di New York untuk mengirimkan barang yang dipesan
sesuai dengan L/C yang diterimanya dari Pt. Tjipta Niaga. Di sini dapat dilihat
sekalipun Marubeni Tokyo yang sebenarnya menjadi eksportir penanggung jawab
dari transaksi ini, tapi pelaksana ekspor sesungguhnya adalah Camelot New york.
Marubeni Tokyo dalam hal ini tidak perlu membuka back to back L/C untuk
Camelot, karena Tjipta dalam melaksanakan tyransaksi ini telah membuka L/C
langsung pada Camelot, sesuai dengan persyaratan yang disebut dalam Sales
Contract dengan Marubeni Tokyo. Apabila terjadi perselisihan (dispute/claim) antara
importir dan eksportir, maka yang bertanggung jawab tetap Marubeni Tokyo selaku
eksportir pertama dan Tjipta selaku importir. Setelah Camelot menerima L/C dan
perintah pelaksanaan dari Marubeni Tokyo, maka Camelot melakukan langkah-
langkah persiapan melaksanakan ekspor dari barang yang dipesan. Persiapan yang
diperlukan antara lain :
a. Menyeddiakan barang yang cukup sesuai dengan pesanan.
b. Menyelesaikan Shipping Mark pada pengepakan sesuai ketentuan L/C.
c. Menyelesaikan pengepakan dan memuat di atas pallet (alat munggah) sesuai
ketentuan kontrak.
d. Mengurus Certificate of Quality, Analysis Certificate, Manufacturers Certifikat,
Certificate of Origin dan lainya yang diisyaratkan dalam L/C.
e. Membukukan muatan dengan perusahaan pelayaran samudera, sesuai dengan
shipment-date yang disebut dalam L/C.
f. Menyiapkan dokumen pengapalan untuk negosiasi dengan negotiating Bank.
g. Menegosiasi dokumen pengapalan dengan bank untuk memperoleh pembayaran.

13.Menyiapkan Dokumen Pengapalan

Yang perlu diuraikan lebih lanjut adalah cara eksportir menyiapkan Dokumen
Pengapalan atau lazim disebut Shipping Document. Dalam menyiapkan dokumen
pengapalan, eksportir harus berpedoman kepada 2 (dua) dokumen pokok.
a. Surat pesanan (order) atau sales contract dengan importir.
b. Persyratan L/C, atau ketentuan-ketentuan L/C.

43
Kedua dokumen di atas menjadi dasar bagi eksportir dalam menyiapkan
Shipping document secara tepat dan benar. Berdasarkan pasal 43 (dari UCP-ICC No.
400) toleransi untuk jumlah (quantity) adalah 5 % lebih atau kurang, sedangkan kata-
kata about, circa atau kata lain yang senada diartikan sebagai toleransi sebesar
10% lebih atau kurang, baik mengenai harga maupun jumlah.
Dalam contoh di atas, diumpamakan barang telah dikirim dengan kapal
REGINA S dari HOUSTON USA sebagai berikut :

Actual Ketentuan Remark


Shippment L/C

Shippment Date 21 Juni 20 15 Juli 20 OK


Quantity 199,9 MT 200 MT OK (5% TL).

Dengan pengapalan di atas dapatlah disiapkan satu persatu dokumen yang


disebutkan dalam L/C.

a. Menyiapkan Draft atau Bill of Exchange.


Ketentuan L/C untuk Draft menyebutkan :
1. Harus Sight Draft atau Receipt.
2. Drawee : PT. TJIPTA NIAGA - Jakarta Kota.
3. Clause : drawn under credit No. 51/03/22828.
4. Jumlah : Up to US$ 179.800-CIF Value.

Jadi DRAFT itu selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

Bill Of Exchange

Total : US$ 179.791,01


Date : new York, 22 June 20

AT SIGHT of this Bill of Exchange (Second to the same tenor and date being un
paid) pay to the order of EURAMCO Bank New York the sum of :

UNITED STET DOLLARS ONE HUNDRED SEVENTY NINE


THOUSAND SEVEN HUNDRED NINETY ONE AND 01/100 ONLY.

Value Received :Drawn under Credit No. 51/03/22828 dated 10 June 20. Of
EURAS BANK Jakarta.

CAMELOT TRADING CORP.


TO:
PT. TJIPTA NIAGA
JAKARTA KOTA signed

44
b. Faktur Perdagangan (Commercial Invoice).
Ketentuan dalam L/C order mengenai Commercial Invoice adalah sebagai
berikut :
1. Diabuat rangkap 6 (six fold)
2. Supaya dicantumkan No. L/C

c. Polis Asuransi laut (Marine Insurance Policy/Certificate)


Ketentuan L/C dan order mengenai Polis Asuransi sebagai berikut :
1. Dibuat rangkap dua (duplicate)
2. Jumlah pertanggungan harga faktur ditambah +/- 10%
3. Dinyatakan Premium paid and claims payable at Jakarta.
4. Syarat pertanggungan including institute cargo clauses (all risk) 1/1/63,
institute war clause 1/1/6, institute strike clauses.

d. Konosemen (Bill Of Lading)


Ketentuan L/C dan order mengenai konosemen adalah sebagai berikut :
1. Harus full set clean and board ocean Bill of Lading
2. Dibuat : 3 Original dan
3 non negitiable copy
3. Tanggal dikeluarkan tidak boleh lewat dari tanggal 15 Juli
4. Dibuat kepada ORDER EURAS BANK
5. Ditandai FREIGHT PREPAID
6. Notify : PT. TJIPTA NIAGA Jakarta

e. Daftar Pengepakan dan Timbangan (Packing List & Weight Note)


Ketentuan L/C untuk Packing List dan Weight Note adalah sebagai berikut :
1. Dibuat rangkap 6 (enam)
2. Mencantumkan No. L/C.

f. Manufacturers Certificate and Certificate of Analisys


Ketentuan L/C dan Order mengenai Manufacturers Certificate and Analisys
adalah :
1. Dibuat rangkap 6 (enam)
2. Cantumkan No. L/C

g. Surat Keterangan Negara asal/SKA (Certificate of Origin)


Ketentuan L/C dan Order untuk Certificate of Origin sebagai berikut :
1. Dibuat rangkap 6 (enam)
2. Cantumkan No. L/C

14.Negosiasi Dokumen

Setelah eksportir selesai menjalankan kewajibannya mengirimkan barang yang


dipesan dan menyiapkan dokumen pengapalan yang disyaratkan dalam L/C, maka
tibalah saatnya eksportir memperoleh haknya menerima pembayaran. Pembayaran
akan dilakukan oleh negotiating bank setelah eksportir menyerahkan dokumen

45
pengapalan. Dalam contoh ini,eksportir (CAMELOT) akan menyerahkan dokumen
pengapalan kepada Euramco New York dengan sekedar surat pengantar sebagai
berikut :

New York, 23 June, 20


TO: EURAMCO BANK
NEW YORK.

Dear Sir,
Subject : L/C No. 51/03/22828 of EURAS BANK Jakarta.

We have the pleasure to summit herewith to you our SIGHT DRAFT drawn
under the above mentioned L/C amounting to US$ 179.191,01 accompained by
the following shipping document :
1. Commercial Invoice in 6 fold
2. Marine Insurance Certificate in duplicate
3. Full set Clean on board Ocean Bill of Lading :
3. Original
3. Non nogotiable copy
4. Packing List and Weight Note in 6 folds
5. Manufacturers Certificate in 6 folds
6. Certificate of Origin in 6 folds
We shall be pleased to receive the payment by return, mean while we remain.

Sincerely Yours
CAMELOT TRADING

CC : - PT. TJIPTA NIAGA JKT


- File.

Pada waktu bersamaan eksportir memberitahukan pengapalan barang kepada


importir dengan kawat atau telex sebagai berikut :

TJIPTA NIAGA JAKARTA

Yours 67/IMPI/KIM/20Shipped Regina


199,9 M Ton leaving Houston 22 June 20
copy Shipdoc fallow.

CAMELOT

Kemudian dengan Airmail dikirimkan Non Negotiable Shipping Document


kepada importir dengan surat pengantar sebagai berikut :

46
New York : 23 June 20
Messr : PT. TJIPTA NIAGA
JAKAR TA

Dear Sir,

Subject : Order No. 67/IMPI/KIM/20

Further to our cable of todays date, we are airmailing here with 3 (three) copy
of negotiable shipping documents as requested in the above mentioned order. We
hope the goods will reach you in due time and to your satisfaction.

Truly Yours
CAMELOT TRADING CORP.

CC : 1) Marubeni Tokyo
2) Marubeni Jakarta
3) File.

Dengan telah diselesaikan hal di atas, maka eksportir sudah menyelesaikan


kewajibannya dalam transaksi itu dan telah pula menerima haknya atas pembayaran
dari barang yang dikirimkannya.
Setelah Advising Bank meneruskan Shipping Document kepada Opening Bank
(Issuing Bank), maka importir tinggal menunggu penyerahan Shipping Document
dari Opening Bank. Penyerahan dokumen itu akan dilakukan oleh Opening Bank
kepada importir setelah importir menyelesaikan semua kewajibannya kepada bank.
Kewajiban itu antara lain pelunasan nilai lawan valuta yang dipergunakan untuk
melunasi wesel yang ditarik eksportir, sepanjang hal itu belum dilakukan oleh
importir sebelumnya, biaya lainnya yang diperhitungkan oleh bank sebagai komisi
dan ongkos-ongkos serta pembebanan lain yang menyangkut peraturan impor.
Setelah dokumen diterima importir, maka dapat lah importir menyelesaikan
penerimaan barang bilamana kapal yang mengangkut barang itu telah selesai
membongkar muatan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menukarkan Bill of
Lading dengan delivery Order dari maskapai pelayaran atau agennya. Maka
selanjutnya dapatlah barang tersebut dikeluarkan dari pelabuhan setelah segala
sesuatu yang bersangkutan dengan masalah bea cukai sudah diselesaikan. Dengan
contoh di atas dapatlah dilihat lebih jelas dan lebih nyata tugas-tugas yang harus
dilakuakn baik oleh importir maupun eksportir dalam menyelesaikan suatu transaksi
perdagangan luar negeri.

47
DAFTAR KOMODITI YANG
DITETAPKAN STANDAR MUTUNYA

1. Rumput Laut
2. Ikan Kayu
3. Ikan Tuna Beku
4. Lobster Beku
5. Ikan Tuna Minyak Dalam kaleng
6. Persyaratan Kapasitas Kaleng, Hermetik Untuk Makanan dan Minuman
7. Kerupuk Ikan
8. Kerupuk Udang
9. Pelumas Roda Gigi Untuk Kendaraan Bermotor
10. Pelumas Roda Gigi Untuk Mesin Bukan Kendaraan Bermotor
11. Obat Anti Nyamuk Bakar
12. Korek Api Berbatang Kayu
13. Nomor Sepatu
14. Shampo
15. Air Aki
16. Asam Aki
17. Buah Kemukus
18. Emping Melinjo
19. Biji Kenari
20. Ijuk
21. Minyak Fuli
22. Jenang
23. Anggur Brem Bali
24. Persyaratan Gudang Karet
25. Susu Pasteurisasi
26. Susu UHT
27. Pecahan Tulang Setelah Pengukuran Pada Tekanan Tinggi
28. Pecahan Tulang Setelah Dihilangkan Lemaknya
29. Persyaratan Sapi Potong
30. Ransum Ayam Potong
31. Ransum Ayam Petelor
32. Bunga Anggrek Potongan
33. Bawang Merah
34. Bawang Putih
35. Petai Segar
36. Tomat Segar
37. Wortel Segar
38. Mangga
39. Jeruk Keprok
40. Nanas
41. Salak
42. Apokat

48
43. Daging Sapi/Kerbau
44. Daging Kambing/Domba
45. Telor Ayam Segar Untuk Konsumsi
46. Ayam Potong Siap Masak
47. Dendeng Sapi
48. Tepung Tulang Untuk Bahan Makanan Ternak
49. Tepung Ikan Untuk Bahan Baku Makanan Ternak
50. Pretreated palm Oil
51. Refined Belached Deodorized Palm Oil
52. Crude palm Patty Acid
53. Crude palm Olein
54. Pretreated Palm Olein
55. Refined Belached Deodorized Palm Olein
56. Crude Palm Stearin
57. Pretreated Palm Stearin
58. Refined Belached Deodorized Palm Stearin
59. Palm Acid Oil
60. Refined Belached Deodorized Palm Kernel oil
61. Crude Palm Kernel Patty Acid
62. Oleoresin Lada Hitam
63. Sitronelal
64. Geraniol
65. Udang Beku
66. Paha Kodok beku
67. Ubur-Ubur Asin
68. Ikan teri Asin Kering
69. Udang Kering Tanpa Kulit
70. Ikan Tuna Beku
71. Ikan Tuna Dalam Kaleng
72. Tepung Ikan
73. Ikan Asin Kering
74. Pindang Ikan
75. Terasi Udang
76. Petis Udang
77. Cumi-Cumi Kering
78. Telor Ikan terbang Kering

49
DAFTAR PUSTAKA

Amir M.S, Seluk Beluk Dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, 1997, Cetakan ke-8,
Binaman Pressindo, Jakarta.

Budiono, DR, Ekonomi Internasional, 1998, BPFE UGM, Yogyakarta.

Panglaykim, Prof. Dr. J., Beberapa Aspek Ekonomi dan Bisnis Nasional dan
Internasional, 1993, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Majalah dan Buletin : Business News, Manajemen Swasembada, KADIN.

50

Anda mungkin juga menyukai