Disusun oleh:
Kelompok 11
Kami jauh dari kesempurnaan dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dalam perdagangan internasional itu ada yang namanya kegiatan ekspor dan impor. Adanya
kegiatan ekspor dan impor sangat berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Impor bisa diartikan
sebagai kegiatan memasukkan barang dari suatu negara (luar negeri) ke dalam wilayah pabean
negara lain. Pengertian ini memiliki arti bahwa kegiatan impor berarti melibatkan dua negara.
Dalam hal ini bisa diwakili oleh kepentingan dua perusahaan antar dua negara tersebut, yang
berbeda dan pastinya juga peraturan serta bertindak sebagai supplier dan satunya bertindak
sebagai negara penerima.
Dalam memenuhi kebutuhannya, setidaknya pasti terdapat satu hal yang membuat negara
tersebut harus membangun hubungan baik dengan negara lainnya. Salah satunya, dalam aktivitas
perekonomian ini. Tujuan lainnya dari kegiatan impor adalah untuk memperkuat neraca
pembayaran dan mengurangi keluarnya devisa ke luar negeri. Manfaat dari kegiatan impor itu
sendiri adalah memungkinkan suatu negara untuk memperoleh bahan baku, barang dan jasa
suatu produk yang jumlahnya terbatas di dalam negeri ataupun yang tidak bisa dihasilkan di
dalam negeri. Hal ini secara tidak langsung mendukung stabilitas negara.
1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada hal-hal yang telah diurakan dalam latar belakang di atas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini asalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana ketentuan-ketentuan dari Larangan & Pembatasan dan ketentuan teknis Larangan
& Pembatasan ?
2. Instansi apa saja yang berkaitan dengan tugas direktorat jenderal bea cukai?
3. Apa saja pembahasan larangan dan pembatasan dalam buku tari bea masuk indonesia?
4. Apa saja yang termasuk kategori barang terkena larangan dan pembatasan?
1. 3. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dibuat diatas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah, sebagaiberikut:
1. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dari Larangan & Pembatasan dan ketentuan teknis
dari Larangan & Pembatasan.
2. Untuk mengetahui instansi yang berkaitan dengan tugas Direktorat Jenderal Bea Cukai.
3. Untuk mengetahui larangan dan pembatasan dalam buku tarif bea masuk indonesia.
4. Untuk mengetahui barang yang termasuk kategori barang terkena Larangan & Pembatasan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. 4. Ketentuan Larangan & Pemabatasan Dan Ketentuan Teknis
Merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan 161/PMK.4/2007 JO PMK 224/PMK.4/2015,
barang lartas adalah barang yang dilarang dan/atau dibatasi pemasukan atau pengeluarannya ke
dalam maupun dari daerah pabean. Alasan utama diberlakukannya barang lartas adalah
melindungi kepentingan nasional. Barang lartas tercantum dalam sebuah daftar yang diterbitkan
oleh instansi teknis kepada Menteri Keuangan, dan diawasi oleh Ditjen Bea Cukai (DJBC).
Lartas terbagi menjadi lartas impor dan lartas ekspor. Lartas impor masih terbagi lagi
menjadi lartas border dan lartas post border. Ekspor tidak mengenal adanya lartas post border,
semua lartas ekspor adalah lartas border.
Lartas border adalah lartas yang harus dipenuhi sebelum barang dikeluarkan dari Kawasan
Pabean (Pelabuhan). Contoh dari lartas border ini salah satunya adalah kewajiban karantina bagi
importasi ikan segar. Menteri Kelautan dan Perikanan mengatur hal ini melalui Peraturan Nomor
18/Permen-Kp/2018 tentang Jenis Komoditas Wajib Periksa Karantina Ikan, Mutu Dan
Keamanan Hasil Perikanan.
Lartas post border dapat dipenuhi setelah barang dikeluarkan dari Kawasan Pabean
(Pelabuhan). Karena lartas post border dapat dipenuhi setelah barang dikeluarkan dari kawasan
pabean maka pengawasannya dikembalikan ke instansi yang mengatur lartas tersebut. Contoh
dari lartas post border ini adalah kewajiban melampirkan Laporan Surveyor (LS) untuk importasi
barang modal dalam keadaan tidak baru. Lartas ini didasarkan pada Peraturan Menteri Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 90 Tahun 2017 tentang Ketentuan Impor Barang Modal Dalam
Keadaan Tidak Baru.
Ada pembebasan dan ada pengecualian lartas. Beberapa importasi dibebaskan dari ketentuan
terkait pengenaan ketentuan larangan dan pembatasan ini. Misalnya adalah importasi yang
dilakukan oleh Tempat Penimbunan Berikat (TPB). Importasi perusahaan kawasan berikat (salah
satu bentuk TPB) dibebaskan dari pemenuhan ketentuan larangan dan pembatasan. Perusahaan
wajib memenuhi ketentuan lartas tersebut ketika dia menjual ke pasar dalam negeri.
Beda dengan pembebasan, ketentuan tentang pengecualian pengenaan lartas biasanya diatur
dalam masing-masing peraturan. Secara umum, pengecualian yang diatur dalam peraturan
tersebut tidak memerlukan surat keterangan pengecualian, selama petugas menilai bahwa barang
tersebut termasuk dalam barang yang dikecualikan. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara
petugas dan importir atau eksportir, maka diperlukan surat keterangan dari instansi terkait jika
barang tersebut dikecualikan dari pengenaan lartas.
*Catatan :
5 Instansi Teknis terakhir hanya bertindak sebagai penerbit Rekomendasi Perizinan, bukan
sebagai Penerbit Perizinan.
Dengan diubahnya BTBMI menjadi BKTI, membuat terdapat beberapa dampak yang terjadi.
Mengingat sistem klasifikasi barang digunakan untuk berbagai keperluan tarif dan non tarif di
Indonesia, maka perubahan BTKI berdampak terhadap hal-hal yang mengacu pada pos tarif
antara lain sebagai berikut :
Barang Modal Bukan Baru Komoditi wajib SNI Preparat bau-bauan mengandung
alkohol
BPO (Bahan Perusak Mesin yang menggunakan BPO Tekstil dan Produk Tekstil
Ozon)
Garam
PENUTUP
1. 8. Kesimpulan
Sebagai dasar hukum dari pelaksanaan larangan dan pembatasan ini adalah pasal 53 Undang-
undang No.17 tahun 2006 dan Peraturan Mentri Keuangan(PMK) No.161/PMK.4/2007 tentang
pengawasan terhadap impor atau ekspor barang yang terkena larangan dan atau pembatasan.
Larangan pembatasan ini bertujuan menjaga keamanan keterbitan masyarakat, melindungi
kesehatan manusia, menjaga lingkungan hidup, menjaga industri perdagangan. Bagaimana cara
mengetahui apakah barang yang akan diimpor terkena larangan atau tidak dapat mengunjungi
Website www.isnw.go.id. Dengan memasukan nomor HS Code barangan pada kotak HS, akan
diketahui apakah barang tersebut kena lartas atau tidak. Bahkan, melalui website ini juga, kita
sekaligus dapat mengetahui regulasi atau Izin yang mengatur hal-hal yang diperlukan untuk
barang-barang kena lartas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adilan Bill Azmy. 2021. Cara Mengetahui Kode Harmonized System (HS) Untuk Ekspor Dan
Bctemas Bea Cukai. Tentang LARTAS , Kategori Dan Perizinannya. Semarang: KPPBC TMP
Tanjung Emas.
Bctemas Bea Cukai. Tugas Pokok Dan Fungsi DJBC. Semarang: KPPBC TMP Tanjung Emas.
Bea Cukai. 2017. Ketentuan Barang Kiriman. Jakarta: Direktorat Jenderal Bea Cukai.
Tesa Oktiana Surbakti. 2018. Simplifikasi Barang Lartas Awal Februari. Media Indonesia. 10
Januari: 1.
Kemenkeu Learning Center. 2021. Ketentuan Barang larangan dan Pembatasan. Jakarta:
Kementerian Keuangan.