Anda di halaman 1dari 3

BREAK BULK CARGO adalah kargo yang biasanya berupa material tertentu yang dialasi / ditumpuk

dalam alas palletlalu diangkat dan dibawa masuk / keluar dengan menggunakan sejenis kendaraan
yang dinamakan cranespada dok kapal ataupun diluar kapal itu sendiri. Volume dari break bulk
cargo saat ini menurun secara dramatis di seluruh dunia sebagaimana pertumbuhan kontainer yang
makin sering digunakan.

Beberapa negara bahkan telah mewajibkan penggunaan kontainer untuk barang-barang tertentu yang
biasanya menggunakan break bulk cargo. Satu cara yang paling aman untuk mengemas break
bulk dan pengangkutan dengan kontainer intermoda adalah dengan menggunakan "Dunnage Bags".
TRANSHIPMENT adalah.... proses shipment yang menggunakan beberapa alat pengangkutan yang
berbeda, di perusahaan mining ini, proses transhipment terjadi jika customer melakukan order
batubara dalam jumlah yang besar. cargo (muatan) dari beberapa barge (tongkang) akan dipindahkan
ke mother vessel yang nantinya akan diantar sampai di port tujuan. vessel ini biasanya 'nongkrong' di
perairan nungguin tongkang-tongkang yang bawa cargo. nantinya, cargo itu bakal dibongkar (dari
tongkang) untuk dimuat ke vessel.

Masalahnya sekarang, gimana cara tuh cargo dibongkar muat ke vessel ditengah laut gitu?? disinilah
jasa stevedoring diperlukan.
Jadi... stevedoring adalah.... perusahaan penyedia alat berat dan jasa untuk proses bongkar muat.
tugasnya adalah membongkar cargo dari tongkang, dan menaruhnya ke lambung vessel (proses ini
dilakukan di perairan loh.....)

PROSEDUR EKSPOR
dimulai saat eksportir mempersiapkan barang yang akan diekspor dengan dilakukan packaging,
stuffing ke kontainer hingga barang siap untuk dikirim. Setelah barang siap dan sudah ada jadwal
kapal yang akan mengangkut barang tersebut, eksportir dapat mengajukan dokumen kepabeanan yang
dikenal dengan Pemberitahuan Barang Ekspor (PEB). PEB tersebut berisi data barang ekspor
diantaranya :

o Data Eksportir
o Data penerima barang
o Data Customs Broker (bila ada)
o Sarana pengangkut yang akan mengangkut
o Negara Tujuan
o Detil barang, seperti jumlah dan jenis barang, dokumen yang menyertai, No kontainer yang
dipakai.

Setelah PEB diajukan ke kantor Bea Cukai setempat, akan diberikan persetujuan Ekspor dan barang
bisa dikirim ke pelabuhan yang selanjutnya bisa dimuat ke kapal atau sarana pengangkut menuju
negara tujuan.

Setiap dokumen PEB diwajibkan untuk membayar pendapatan negara bukan pajak yang dapat
dibayarkan di bank atau di kantor bea cukai setempat. Untuk besaran pajak ekspor setiap barang juga
berbeda-beda ditentukan dengan keputusan menteri keuangan.

Setiap barang yang akan diekspor mempunyai aturan sendiri-sendiri tergantung akan barangnya.
misalnya untuk barang yang berupa kayu, kayu yang diekspor memerlukan dokumen Laporan
Surveyor, endorsement dari Badan Revitalisasi Industri Kayu, untuk barang lain yang berupa barang
tambang juga ada yang mensyaratkan untuk menggunakan laporan surveyor.

Untuk beberapa barang yang termasuk kategori limbah ada yang menggunakan kuota. Untuk barang
berupa beras disyaratkan apabila kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi dan ada ijin dari BULOG.
Namun banyak juga ekspor yang tanpa persyaratan atau ijin dari instansi terkait, misalnya ekspor
sepeda, plastik, sirup, sepatu, kabel, besi, baja, mainan plastik, dan yang lain.

Pengertian Prosedur Ekspor barang pada umumnya adalah kegiatan mengeluarkan / mengirim barang
ke luar negeri, biasanya dalam jumlah besar untuk tujuan perdagangan, dan melibatkan Custom (Bea
Cukai) baik di negara asal maupun negara tujuan. Bea Cukai bertugas sebagai pengawas keluar
masuknya / lalu lintas barang dalam suatu negara.
Bagaimana dengan prosedur Ekspor atau mekanisme jika Anda akan melakukan ekspor dari Indonesia
ke luar negeri ? Berikut langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam proses ekspor :

1. Mencari tahu terlebih dahulu apakah barang yang akan Anda ekspor tersebut termasuk barang
yang dilarang untuk di ekspor, diperbolehkan untuk diekspor tetapi dengan pembatasan, atau
barang yang bebas diekspor (Menurut undang-undang dan peraturan di Indonesia). Untuk
mengetahuinya bisa dilihat di www.insw.go.id
2. Memastikan juga apakah barang Anda diperbolehkan untuk masuk ke negara tujuan ekspor.
3. Jika Anda sudah mendapatkan pembeli (buyer), menentukan sistem pembayaran, menentukan
quantity dan spek barang, dll, maka selanjutnya Anda mempersiapkan barang yang akan Anda
ekspor dan dokumen-dokumennya sesuai kesepakatan dengan buyer.
4. Melakukan pemberitahuan pabean kepada pemerintah (Bea Cukai) dengan menggunakan
dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) beserta dokumen pelengkapnya.
5. Setelah eksportasi Anda disetujui oleh Bea Cukai, maka akan diterbitkan dokumen NPE (Nota
Persetujuan Ekspor). Jika sudah terbit NPE, maka secara hukum barang Anda sudah dianggap
sebagai barang ekspor.
6. Melakukan stuffing dan mengapalkan barang Anda menggunakan moda transportasi udara (air
cargo), laut (sea cargo), atau darat.
7. Mengasuransikan barang / kargo Anda (jika menggunakan term CIF)
8. Mengambil pembayaran di Bank (Jika menggunakan LC atau pembayaran di akhir

PROSES CARA IMPORT barang dari luar negeri ke Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Pembeli dan penjual melakukan komunikasi atau korespondensi, baik itu melalui email, social media,
fax, telepon ataupun media komunikasi surat menyurat. Setelah pembeli dan penjual melakukan
kesepakatan harga dan jenis barang, maka pembeli ( importer ) membuat purchase order ( order
pembelian ) maupun sales contract untuk lindung nilai atau lindung harga. Agar bebas dari kenaikan
material bahan baku ataupun selisih kurs.

2. Setelah tercapai kesepakatan harga diatas tadi, maka si importer sebagai pembeli membuka L/C atau
Letter Of Credit sebagai media pembayaran. Kalau di Indonesia, bisa melalui Bank MANDIRI atau
BANK BCA Yang punya mitra diluar negeri. Bank MANDIRI ini kedudukan nya di dalam
perdagangan international sebagai OPENING BANK.

3. OPENING BANK mengirim L/C CONFIRMATION ke bank koresponden di Malaysia, misal nya
BANK MAYBANK ( di sebut CORRESPONDENCE BANK ). Yang isi nya bahwa uang si importer
atau pembeli sudah di lock di Bank MANDIRI. Agar order di proses atau di produksi. Jadi tentu aman,
karena dana nya sudah di pegang Bank MANDIRI. Resiko scam sangat kecil, karena uang sudah di
lock.

4. Pihak CORESONDENCE BANK atau BANK MAYBANK mengirim L/C ADVICE ke exporter (
seller di Malaysia ). Memberitahukan bahwa ada pesanan dari Indonesia, duit sudah ada. Order nya ini.
Misal nya mesin bubut. Jumlah sekian unit, spek nya seperti ini. Disitu dijelaskan semua. Sesuai isi
kesepakatan awal tadi.

5. Kemudian, pihak exporter mencairkan L/C nya yang di kirim oleh Bank MANDIRI tadi, melalui
Bank MAYBANK. Biasanya ada yang full payment, ada yang down payment ( DP ). Untuk contoh ini,
anggap saja buyer mencairkan semua pembayarannya, karena si buyer sudah bayar full. ( sebagai contoh
saja ). Kondisi pembayaran tergantung kesepakatan.

6. Setelah duit diterima dgn baik oleh exporter Malaysia, barang dikirimkan ke perusahaan perkapalan,
maka dia akan membuat dan mendapatkan dokumen2 ekspor, biasanya berupa INVOICE, PACKING
LIST, BILL OF LADDING dan lain sebagainya, dokumen ini diserahkan oleh BANK MAYBANK
sebagai correspondence bank.

7. Importer kemudian mengambil dokumen diatas, yang diberikan oleh Bank MAYBANK melalui
Bank MANDIRI, sebagai bahan dokumen pengambilan/pengeluaran barang dari beacukai. Serta
mempersiapkan apa saja persyaratan buat pengeluaran barang tersebut, missal SERTIFIKAT SNI, IZIN
BPOM, atau KARANTINA. Tergantung jenis barang nya.

8. Importer lalu mengurus import cleareance atau pengeluaran barang dari bea cukai setempat, dengan
membuat Dokumen PIB ( Pemberitahuan Impor Barang ). Importir sekaligus membayar PDRI ( pajak
dalam rangka impor ) yang meliputi bea masuk dan pajak ini itu.

9. Setelah semua pajak, biaya masuk dan biaya lainnya beres, maka bea cukai mengeluarkan surat sakti
yang namanya SPPB ( surat persetujuan pengeluaran barang ) untuk mengambil barang nya di
TERMINAL CARGO pelabuhan. Tanpa dokumen ini, maka barang tidak akan keluar.

Misalnya ada kekurangan jumlah barang atau masalah soal barang, maka importer melapor ke
perusahaan asuransi, misalnya barang ada yang rusak parah, atau terkena zat / cairan berbahaya. Maka
bisa di klaim ke perusahaan asuransi

Anda mungkin juga menyukai