Anda di halaman 1dari 17

KAWASAN BEBAS / FREE TRADE ZONE

Oleh:
Adhika Bibing Purwanto(1), Chandra Ari Nugroho(8), Dyah Ayu Pradnya
Paramita(11), Kharisma Baptiswan(17), dan Rudiansah Wisnu Indarto(24).
(Kelas X-D Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus STAN)

1. Pengertian
Menurut Charles W Thurston pengertian Free Trade Zone adalah An Free Trade
Zone is in essence, a taxfree enclave and not consideres part of the country as
far as import regulations are concerned. When an item leaves an free trade zone
and is officially imported into the host country of the Free Trade Zone, all duties
and regulation are imposed.
Sementara menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.36 tahun 2000. FTZ
adalah Suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum NKRI yang terpisah
dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, PPn, PPnBM,
dan cukai . Status Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas terpisah
dari daerah pabean lebih banyak dimaksudkan untuk kepentingan pemberian
fasilitas fiskal dan tidak dinyatakan secara eksplisit maupun implisit bahwa
dalam kawasan dimaksud tidak berlaku ketentuan perundang-undangan
dibidang kepabeanan.
Kawasan Free Trade Zone memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan kawasan industri yang mengkhususkan diri di bidang manufaktur
untuk ekspor dan menawarkan perusahaan pada kondisi perdagangan bebas
dan lingkungan peraturan yang liberal (World Bank, 1992).
2. Merupakan zona industri dengan insentif khusus yang dibentuk untuk
menarik investor asing, di mana bahan impor mengalami beberapa tingkat
proses sebelum diekspor kembali (ILO, 1998).
3. Merupakan area yang jelas dibatasi dan tertutup dengan wilayah pabean
nasional, sering terletak pada lokasi geografis yang menguntungkan
(Madani, 1999) dengan infrastruktur yang sesuai dengan pelaksanaan
perdagangan dan operasional industri serta tunduk pada prinsip bea cukai
dan fiscal segregation.
4. Dan merupakan suatu kawasan industri yang jelas digambarkan sebagai
kantong perdagangan bebas dalam pabean dan rezim perdagangan yang
ditetapkan oleh suatu suatu negara, dimana perusahaan manufaktur asing,
terutama yang melakukan produksi industri berorientasi ekspor, mendapat
keuntungan dari sejumlah insentif fiskal dan keuangan (Kusago dan
Tzannatos, 1998).
2. Manfaat Free Trade Zone
Bagi negara yang mempunyai Free Trade Zone di wilayahnya, negara tersebut
akan mendapatkan beberapa manfaat, yang diantaranya:
Manfaat FTZ bagi negara

1. Membuka lapangan kerja


2. Mengurangi pengangguran
3. Membuka lebih banyak kesempatan usaha bagi UKM, perorangan dan
koperasi di sektor-sektor perdagangan, pertanian, peternakan, perikanan,
dan jasa lainnya
Manfaat FTZ bagi masyarakat
1. Terciptanya Kesempatan dan Peluang kerja
2. Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan pekerja (Contoh : para pekerja
dapat mengirim uang kekampung halamannya sebesar Rp. 180 Milyar
pada tahun 2007)
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Manfaat FTZ bagi Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.
1. Bagi Pemerintah Pusat diharapkan terjadi peningkatan PPh perusahaan
dan perorangan
2. Bagi Pemerintah Daerah diharapkan terjadi peningkatan Pendapatan Asli
Daerah
3. Perbedaan Kawasan Bebas dan kawasan berikat
a) Kawasan Bebas
Dasar Hukum :

PP no. 10 tahun 2012


Per 50 tahun 2009 dan SE 107 tahun 2009
PP-46 tahun 2007 stdtd PP-5 Tahun 2011 untuk Kawasan Bebas Batam
PP-47 tahun 2007, untuk Kawasan Bebas Bintan
PP-48 tahun 2007, untuk Kawasan Bebas Karimun

Kawasan Bebas, adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari Daerah Pabean sehingga
bebas dari pengenaan bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, dan cukai. di kawasan bebas, hasilnya tidak harus untuk ekspor.
Jika anda melakukan transaksi dengan kawasan bebas atau berikat maka anda
wajib membuat faktur pajak dengan kode.07 dan memberi stempel di faktur
pajak dengan keterangan sebagai berikut
PPN tidak dipungut berdasarkan PP nomor 10 tahun 2012
b) Kawasan Berikat
Dasar Hukum :

KMK 291/KMK.05/1997 jo PMK 101/PMK.04/2005 tentang


Berikat(berlaku sejak 19 Oktober 2005 s/d 31 Desember 2011)
PMK 147/PMK.04/2011 (berlaku sejak 1 Januari 2012)

Kawasan

Kawasan Berikat adalah suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan batasbatas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan
barang dan bahan, kegiatan rancangbangun, perekayasaan, penyortiran,
pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan pengepakan atas barang dan bahan

asal impor atau barang dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia Lainnya
yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor tidak di pungut PPN, Cukai dsb
transaksi dengan berikat maka anda wajib membuat faktur pajak dengan
kode.07 dan memberi stempel di faktur pajak
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah tidak dipungut eksekusi dari PP Nomor 32 Tahun 2009.

4. Overview Badan Pengusahaan Kawasan Batam, Bintan, Karimun


a) BP Batam
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam (disingkat BP Batam) adalah lembaga/instansi pemerintah pusat yang
dibentuk oleh Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam dengan tugas dan wewenang melaksanakan pengelolaan, pengembangan
dan pembangunan kawasan sesuai dengan fungsi-fungsi kawasan. Sebelumnya
BP Batam adalah Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau lebih
dikenal dengan nama Otorita Batam. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
6 tahun 2011 tentang Pengelolaan Keuangan pada Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, BP Batam adalah Lembaga
nonstruktural yang berbentuk Badan Layanan Umum.
b) Visi Misi
Visi:
Menjadi Pengelola Kawasan Tujuan Investasi Terbaik di Asia Pasifik.
Misi:
1. Menyediakan Jasa Kepelabuhan Kelas Dunia
2. Menjadikan Kawasan Investasi yang Berdaya Saing Internasional
3. Menyediakan Sumber Daya Organisasi yang Profesional
c) Sejarah
Otorita Batam merupakan cikal bakal dari Badan Pengusahaan Batam (BP
Batam). Pada PP 46 disebutkan bahwa Otorita Pengembangan Daerah Industri
Pulau Batam berubah menjadi Badan Pengusahaan Kawasan Batam dengan
keberadaannya selama 70 tahun sejak PP 46 ditandatangani. Hal ini memberikan
kepastian hukum kepada para investor baik lokal maupun asing selama itu untuk
berinvestasi di Batam. BP Batam mempunyai Visi dan Misi yang jelas untuk
mengembangkan Batam kedepan.
Saat ini BP Batam mendapatkan kewenangan dari pemerintah pusat
khususnya yang menjadi kewenangan Departemen Perdagangan untuk
mengeluarkan perijinan lalu lintas keluar masuk barang. Perijinan tersebut
diantaranya Perijinan IP Plastik dan Scrap Plastik, Perijinan IT-PT, Perijinan IT
Cakram, Perijinan IT Alat Pertanian, Perijinan IT Garam Perijinan, Mesin Fotocopy
dan printer berwarna, Perijinan Pemasukan Barang Modal Bukan Baru, Perijinan
Bongkar Muat, Pelabuhan Khusus, Perijinan Pelepasan Kapal Laut.
d) Permasalahan yang dihadapi BP Batam
1. Badan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam belum
dipersiapkan sebagai pengelola bisnis bertaraf internasional, dalam jangka

2.

3.

4.

5.

pendek sudah mulai memberikan peran sesuai PP No. 46 Tahun 2007


tentang KPBPB Batam.
Belum disahkannya Master Plan dan Bisnis Plan sebagai bentuk arahan
masa depan yang konkrit, terutama bagi arahan pengembangan ruang dan
pengembangan pengusahaan kawasan sesuai dengan kebutuhan pasar dan
stakeholders seperti investor, pengguna jasa, pemerintah, dunia maritim,
dunia usaha terutama mancanegara untuk dapat berinteraksi dan
menanamkan modalnya di Kawasan Batam;
Kualitas sumber daya manusia (SDM) belum memadai untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif Batam apabila ingin tetap menjadi kawasan yang
diperhitungkan di dunia, terutama pada aspek kompetensi dan
kelembagaan yang bertransformasi dan dituntut berkembang dalam waktu
yang sangat singkat;
Adanya tumpang tindih tupoksi antara pemerintah kota dengan Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam. Tumpang tindih kewenangan
dalam hal:
Perencanaan dan pengendalian pembangunan
Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
Penyediaan sarana dan prasarana umum
Pengendalian lingkungan hidup
Pelayanan pertanahan
Pelayanan administrasi penanaman modal
Pendudukan dengan pertumbuhan sangat tinggi sehingga memerlukan
perhatian yang lebih terutama dalam penyediaan sarana prasarana serta
penanganan gejolak sosial, misalnya penanganan rumah liar.

5. Keuntungan Pajak dalam Kawasan Bebas (Free Trade Zone)


Secara umum perusahaan yang melakukan aktifitas di dalam kawasan
bebas akan mendapatkan keuntungan pajak. Fasilitas pembebasan pajak dapat
menjadi faktor penentu kemampuan komparatif produk ekspor asal Indonesia.
Biaya pajak yang rendah diharapkan mampu membuat harga produk yang
bersaing di kancah internasional. Berikut adalah bagan singkat yang
menggambarkan keuntungan tersebut:
BAGAN PEMASUKAN BARANG

Sumber : Diolah penulis


BAGAN PENGELUARAN BARANG

Sumber : Diolah penulis


BAGAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
BARANG KENA PAJAK TIDAK BERWUJUD/JASA KENA PAJAK

Sumber : Diolah penulis

Terkait dengan pengeluaran dari kawasan bebas ke daerah pabean, pajak dan
pungutan lain dikecualikan apabila:
1
2

3
4
5

Penyerahan bersifat sementara, misalnya untuk keperluan produksi atau


proyek infrastruktur, maintenance, dan peragaan;
Pengeluaran Barang Kena Pajak untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak
dan gas bumi serta panas bumi yang atas impornya PPN yang terutang tidak
dipungut, dibebaskan dari pengenaan PPN atau PPN ditanggung pemerintah
sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Menteri, dan sepanjang
pengeluaran Barang Kena Pajak tersebut tidak untuk tujuan pengalihan hak;
Pengeluaran Barang Kena Pajak, yang sesuai dengan ketentuan perundangundangan perpajakan atas impor dan/atau penyerahannya tidak dipungut
atau dibebaskan dari pengenaan PPN;
Pengeluaran Barang Kena Pajak yang telah dilunasi PPN-nya dengan
menggunakan stiker lunas PPN;
Pengeluaran Barang Kena Pajak berupa pengemas yang dipakai berulangulang (returnable package).

Melihat beberapa bagan diatas dapat disimpulkan bahwa bagi pengusaha


yang beroperasi dalam wilayah kawasan bebas mendapat keuntungan pajak
yang cukup luar biasa. Namun keuntungan tersebut hanya secuil dari
keuntungan-keuntungan lain yang dapat dirasakan oleh baik bagi pengusaha
maupun negara secara utuh.
Melihat banyaknya keuntungan tersebut, maka muncul pertanyaan
apakah keuntungan tersebut sebanding dengan opportunity loss atas
pembebasan beberapa jenis pungutan pajak? Jawabannya mungkin harus diteliti
lebih lanjut. Namun penulis berpendapat bahwa kehilangan potensi penerimaan
pajak dapat di imbangi dengan keuntungan pajak lainnya.
Fasilitas pajak di kawasan bebas di Indonesia tidak memberikan fasilitas
terhadap jenis pajak penghasilan (kecuali PPh pasal 22). Sehingga potensi pajak
penghasilan masih dapat digali. Penulis berpendapat sebagai berikut :
1

Peningkatan volume penjualan dan efisiensi biaya berkat pembebasan pajak


dapat meningkatkan laba perusahaan secara signifikan. Laba perusahaan
yang meningkat berarti penerimaan pajak atas wajib pajak badan juga
meningkat.
Laba perusahaan yang meningkat memberikan perusahaan peluang untuk
melakukan ekspansi. Ekspansi sumber daya manusia akan meningkatkan
potensi pajak karyawan. Ekspansi bisnis akan meningkatkan pajak-pajak yang
terkait pembangunan pabrik operasi (PPN dan PPH dari jasa konstruksi jika
ekspansi dilakukan di kawasan pabean).
Pengenalan dunia internasional akan produk indonesia akan meningkatkan
Foreign Direct Investment yang berpotensi untuk meningkatkan penerimaan
pajak dari sektor keuangan dan perbankan.

6. Implementasi di Indonesia dan Kendala


Permasalahan utama yang timbul dalam implementasi Free Trade Zone
(FTZ) di Indonesia terkait kesiapan institusi pelaksana, antara lain:
a

Aspek Kesiapan

Legal

Berbeda dengan BP Batam yang merupakan peralihan dari Otorita Batam,


BP Bintan dan Karimun merupakan badan yang baru dibentuk. Selain itu,
dengan dilakukannya perubahan atas PP 46 Tahun 2007 melalui PP No. 5
Tahun 2011 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam, maka tuntutan atas penegasan kepastian hukum dari mekanisme
peralihan Otorita Batam menjadi BP Batam telah terjawab. Lain halnya
dengan BP Bintan dan BP Karimun, yang mana dalam hal ini bukan
merupakan peralihan, revisi atau peraturan terkait PP 47 tahun 2007 dan PP
48 tahun 2008 mutlak diperlukan untuk menjamin kepastian hukum dari
pembentukan instansi tersebut. Hal ini sangat mendesak karena menyangkut
masa depan dari institusi yang memiliki peran yang sangat besar dalam
mengelola FTZ tersebut.Selain itu, penerapan PP No. 2 Tahun 2009
sebagaimana telah diubah dengan PP No. 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan
Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Pengawasan Pemasukan dan
Pengeluaran Barang ke dan dari serta berada di Kawasan yang telah ditunjuk
sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, serta kewajiban
masterlist dinilai sangat mengganggu kelancaran arus barang karena sulitnya
pemenuhan syarat pengurusan dokumen masterlist di BP.

Anggaran

Seperti telah disebutkan di atas, bagi BP Batam yang merupakan


peralihan dari Otorita Batam, dimana sistem penganggarannya sudah jelas
dengan Kepala Badan yang bertindak sebagai Pengguna Anggaran, aspek
anggaran nampaknya bukan merupakan masalah lagi. Namun, bagaimana
dengan BP Bintan dan BP Karimun yang notabene merupakan badan yang
baru dibentuk? Terkait sistem penganggaran belum diatur dalam PP 47 tahun
2007 dan PP 48 tahun 2007. Dalam hal pegawai, operasional, dan kantor
pada awal pendiriannya, kedua badan ini masih mengandalkan bantuan dari
Pemerintah Kabupaten setempat. Untuk beberapa tahun ini, BP Bintan sendiri
menerima hibah dari Pemerintah sekitar 4 milyar, sedangkan BP Batam
memperoleh dana dari APBN kurang lebih sebesar 200 milyar. Padahal,
pengelolaan keuangan merupakan prasyarat mutlak dalam rangka
menciptakan
kemandirian
institusi
dalam
menciptakan
sumber
pendapatannya. Ketimpangan anggaran ini juga menyebabkan kurang
berkembangnya FTZ lain jika dibandingkan dengan FTZ Batam, sehingga
pemerintah daerah diarapkan dapat lebih proaktif dalam mengajukan dana
untuk pengembangan FTZ kepada pemerintah pusat.

SDM dan TI
Dengan adanya peraturan mengenai syarat pengurusan dokumen master
list, maka kualitas dan kompetensi SDM serta adanya dukungan TI yang
menunjang pelaksanaan tugas mutlak diperlukan. Pusat TI BP Batam sendiri
telah mengembangkan e-government yang mana terdiri dari e-administrasi
dan e-publik dalam rangka pelayanan investasi, dan e-bisnis serta IT Centre
dalam rangka Pengusahaan. Selain itu, BP Batam juga merencanakan suatu
Portal Batam Single Window yang merupakan suatu aplikasi berbasis web
yang berfungsi sebagai akses poin/gateway yang dapat mengintegrasikan
berbagai aplikasi perizinan berbasis online. Namun sayangnya, aplikasi ini
belum sepenuhnya berjalan dikarenakan sulitnya dalam pengumpulan data

lama. Diharapkan, inovasi dalam bidang TI ini akan diikuti oleh FTZ
lainnya.Terkait dengan SDM, BP Batam yang merupakan peralihan dari Otorita
Batam memiliki struktur organisasi yang relative besar, dengan jumlah
karyawan sekitar 2800. Hal ini lagi-lagi sangat timpang dibandingkan BP
Bintan dan BP Karimun yang mana pada awal pendiriannya hanya memiliki
karyawan sekitar 40 orang. Selain itu, struktur karyawan juga dinilai menjadi
masalah tersendiri. Karyawan BP yang hampir seluruhnya PNS dinilai tidak
semuanya memiliki kecakapan utamanya di bidang kepabeanan. Namun,
kurang tepat rasanya jika suatu badan pemerintah hanya diisi oleh kalangan
professional,
karena
pastinya
akan
dibutuhkan
birokrat
dalam
pelaksanaannya. Sehingga, kajian mengenai komposisi antara karyawan
professional dan PNS yang tepat sangat diperlukan.
b

Respon Pelaku Usaha

Permasalahan lain muncul dalam hal dampak akibat perubahan aturan


dan sistem. Sempat terjadi bottleneck dalam arus kontainer yang disebabkan
oleh pengurusan dokumen BC. Stagnansi arus container tersebut mulai
diuraikan setelah dilakukan perbaikan. Namun berbagai masalah masih juga
dihadapi pelaku industri. Beberapa masalah yang dihadapi antara lain:

Pelaksanaan Master List

Meskipun dalam aturannya telah ada rencana perubahan metode


pengajuan pemasukan barang dari semula Masterlist menjadi Rencana Impor
Barang, namun dalam praktiknya sama saja. Hanya terjadi perubahan nama
antara masterlist dan Rencana Impor Barang. Perubahan nama ini ditanggapi
negatif oleh pelaku industri karena pengawasan oleh Bea Cukai menjadi tidak
berbeda dengan pengawasan di pelabuhan lainnya.

Kesiapan Aparatur

Sebuah peraturan yang sebagus apapun tidak akan bertaji ketika para
personel pengeksekusinya tidak memahami. Dalam penerapan FTZ di BBK,
persepsi pelaku industry mengenai kesiapan petugas institusi pelaksana FTZ
buruk. Tak jarang pelaku industri yang ingin menanyakan solusi malah harus
mencari solusi sendiri. Pelaku usaha juga tidak pernah diajak berperan aktif
dalam penyusunan kebijakan sehingga terkesan pihak BP berjalan sendiri.

Inkonsistensi Aturan

Perbedaan persepsi mengenai FTZ antara pemerintah dengan pelaku


usaha sering menimbulkan hambatan dalam arus barang. Pihak pemerintah
berpendapat bahwa barang masuk harus memenuhi standar Indonesia
sementara pihak pelaku usaha berpendapat barang masuk pasti sudah
melalui uji standar negara asal. Pelaku usaha juga mempermasalahkan
pengakuan barang masuk sebagai barang impor oleh pemerintah yang
kemudian berimbas kepada pengawasan pemerintah atas kegiatan dalam
FTZ.

Kapasitas Pelabuhan

Para pelaku usaha dan institusi pelaksana FTZ sepakat bahwa pelabuhan
dalam FTZ harus representatif. Sayangnya pelabuhan di Batam, Bintan, dan

Karimun tidak memenuhi kondisi itu. Wilayah Tanjungpinang dan Karimun


justru berharap peran pemerintah pusat untuk membangun pelabuhan yang
modern dan layak.

Aspek Perpajakan

Berdasarkan SE-37/PJ/2009, disebutkan bahwa Sejak tanggal 1 April


2009 Pengusaha di Kawasan Bebas tidak perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak dan Pengusaha Kena Pajak yang telah dikukuhkan sebelum tanggal
1 April 2009 akan dicabut pengukuhannya secara bertahap. Hal ini berarti
PKP dalam daerah pabean diluar FTZ dan kawasan berikat yang akan membeli
BKP atau JKP dri Pengusaha dari FTZ tidak akan dapat melakukan
pengkreditan pajak masukan karena penyerahan serta faktur diterbitkan
bukan oleh Pengusaha Kena Pajak.
Dalam praktek lapangan, para pelaku usaha cenderung lebih membandingkan
tingginya tarif Pajak Penghasilan antara Indonesia dan Singapura. Perbedaan
tariff tersebut menjadi disinsentif bagi para investor. Dengan tariff pajak 17%,
Singapura jauh lebih rendah daripada tarif pajak Indonesia bagi WP Badan
yang sebesar 25%. Adanya gap ini dikhawatirkan akan menghambat niat
investor untuk menanamkan modalnya di FTZ BBK. Para pelaku usaha
berharap bahwa akan ada kebijakan tax holiday seperti yang pernah dilakukan
pada tahun 2008. Dengan demikian, diharapkan tax holiday tersebut dapat
menarik investor ke kawasan FTZ.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INEiONESIA
-3
Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dan ketentuan
perpajakan atas pengeluaran BKP tersebut adalah sebagai berikut:
Dasar Pengenaan Pajak (10 X 5.000.000,00) Rp 50.000.000,00
- PPN yang terutang (10% X DPP) Rp 5.000.000,00
PPnBM yang terutang (10% X DPP) Rp 5.000.000,00
PT Batam (Orang yang mengeluarkan barang) memungut dan
menyetor PPN dan PPnBM yang terutang dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak;
Pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang


terutang (oleh PT Batam) paling lama pada tanggal 12 Maret 2012;
- Surat Setoran Pajak diisi dengan cara:
j. pada kolom nama dan kolom NPWP diisi dengan nama dan NPWP
PT Surabaya;
ii. pada kolom Wajib Pajak/penyetor selain dicantumkan nama
penyetor, juga dicantumkan nama dan NPWP PT Batam.
Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas pengeluaran TV tersebut
merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PT Surabaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpaj akari.
3) Barang asal tempat lain dalam Daerah Pabean
PT Batam (pengusaha di Kawasan Bebas) membeli 10 unit TV plasma
(termasuk BKP yang tergolong mewah dengan tarif 10%) dan PT Monas di
Jakarta dengan Harga per unit Rp 4.000.000,00. Kemudian PT Batam
menjual seluruhnya kepada PT Horas di Medan dengan harga jual per unit
@ Rp 5.000.000,00. Pengiriman barang dilakukan melalui pelabuhan
Sekupang Batam tanggal 16 Maret 2012.
Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dan ketentuan
perpajakan atas pengeluaran BKP tersebut adalah sebagai berikut:
Dasar Pengenaan Pajak(10 X 5.000.000,00) Rp 50.000.000,00
- PPN yang terutang (10% X DPP) Rp 5.000.000,00
PPnBM yang terutang (10% X DPP) Rp 5.000.000,00
PT Batam (Orang yang mengeluarkan barang) memungut dan menyetor
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak;

Pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak


Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
terutang (oleh PT. Batam) paling lama pada tanggal 16 Maret 2012;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

d. Pengeluaran BKP dan Pusat di Kawasan Bebas ke Cabang di tempat lain


dalam Daerah Pabean atau dan Cabang di Kawasan Bebas ke Cabang di
tempat lain dalam Daerah Pabean atau dan Cabang di Kawasan Bebas ke
Pusat di tempat lain dalam Daerah Pabean.
PT Batam (pengusaha di Kawasan Bebas) memasukkan komponen TV dan
Luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor Rp 20.000.000,00. Kemudian PT
Batam merakit komponen TV tersebut dengan menambahkan komponen
lokal sehingga menjadi TV plasma sebanyak 10 unit dengan merek TV
FTZ (termasuk BKP yang tergolong mewah dengan tarif 10%). Selanjutnya
pada tanggal 17 April 2012 PT Batam menyerahkan seluruh unit TV plasma
tersebut kepada cabang PT Batam di Medan (Cabang PT Batam merupakan
PKP) dengan harga pasar wajar Rp 30.000.000,00.
Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjuaan atas Barang Mewah yang terutang dan ketentuan
perpajakan atas pengeluaran BKP tersebut sebagai berikut:
- Dasar Pengenaan Pajak Rp 30.000.000,00
- PPN yang terutang (10% X DPP) Rp 3.000.000,00
- PPnBM yang terutang (10% X DPP) Rp 3.000.000,00
- PT Batam (Orang yang mengeluarkan barang) memungut dan menyetor
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dengan menggunakan


Surat Setoran Pajak;
- Pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
terutang (oleh PT Batam) paling lama pada tanggal 17 April 2012;
- Surat Setoran Pajak diisi dengan cara:
j. pada kolom naipa dan kolom NPWP diisi dengan nama dan NPWP PT
Batam cabang Medan;
ii. pada kolom Wajib Pajak/penyetor selain dicantumkan nama
penyetor, juga dicantumkan nama dan NPWP PT Batam cabang
Batam.
- Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas pengeluaran TV tersebut
merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh PT Batam
cabang Medan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan.
III. CONTOH PENGHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN
JASA ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI DI DALAM KAWASAN BEBAS, DART
TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABEAN KE KAWASAN BEBAS, DAN DART
KAWASAN BEBAS KE TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABEAN.
a. PT Batam Express Airlines adalah maskapai udara yang bertempat
kedudukan di Batam. Maskapai ini melayani rute penerbangan dalam negeri
khusus wilayah pulau Batam. Pada tanggal 18 April 20 12 Nyonya Mona yang
bertempat tinggal di Sekupang melakukan perjalanan dan Sekupang ke
Bandar Udara Hang Nadim Batam menggunakan helikopter dengan harga
tiketRp 10.000.000,00.
-5Atas penyerahan jasa angkutan udara di dalam Kawasan Bebas dibebaskan
dan pengenaan PPN.
b. PT Batam Airways adalah maskapai udara yang bertempat kedudukan di
. Batan Maskapai ini melayani rute penerbangan dalam negeri. Pada tanggal
23 April 2012 Nyonya Sora yang bertempat tinggal di Pekanbaru melakukan

perjalanan dan Bandar Udara Hang Nadim Batam ke Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim Il Pekanbaru menggunakan helikopter dengan harga tiket. Rp
1o.000.000,00. .
Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan ketentuan
perpajakan atas pembelian tiket tersebut sebagai berikut:
- Dasar Pengenaan Pajak Rp 10.000.000,00
- PPNyangterutang(10%XDPP) Rp 1.000.000,00
PPN yang terutang disetor sendiri oleh Nyonya Sora dengan menggirnakan
Surat Setoran Pajak paling lama tanggal 15 Mei 2012.
Apabila Nyonya Sora adalah Pengusaha Kena Pajak maka dapat
mengkreditkan PPN yang telah disetorkan tersebut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
C. Dan tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas
PT Jakarta Airlines adalah maskapai udara yang bertempat kedudukan dan
dilcukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak di Jakarta. Maskapai ini
melayani rute penerbagan dalam negeri. Pada tanggal 18 April 2012 Nyonya
Mona melakukan perjalanan dan Jakarta ke Batam menggunakan maskapai
tersebut dengan harga tiket Rp 1 . 100.000,00 (sudah termasuk PPN).
Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan ketentuan
perpajakan atas pembelian tiket tersebut sebagai berikut:
- Dasar Pengenaan Pajak (100/ 110 X Rp 1.100000,00) Rp 1.000.000,00
- PPN yang terutang (10% X DPP) Rp 100.000,00
a PPN yang terutarig dipungut oleh PT Jakarta Airlines pada saat pembelian
tiket tersebut.
d. Dan Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean.
PT Jakarta Airlines adalah maskapai udara yang bertempat kedudukan dan
diknkuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak di Jakarta. Maskapai ini
melayani rute penerbangan dalam negerL Pada tanggal 22 April 20 12 Nyonya
Mona melakukan perjalanan dan Batam ke Jakarta menggunakan maskapai
tersebut dengan barga tiket Rpl.650.000,00 (sudah termasuk PPN).

Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan ketentuari


perpajakan atas pembelian tiket tersebut sebagai berikut:
t I
,)
MENTFLL KEUANGAN
REPUBL1K INDONESIA
-6a DasarPengenaanPajak(100/11OXRp 1.650.000,00)
- PPN yang terutang (10% X DPP)
Rp
Rp
PPN yang terutang dipungut oleh PT Jakarta Airlines pada saat pembelian
tiket tersebut.
o.
1.500.000,00
150.000,00

MENTERI KUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Iv. CONTOR PENGHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAT ATAS PENYERAHAN
JASA TELEKOMUNIKASI DI DALAM KAWASAN BEBAS, DARI TEMPAT LAIN
DALAM DAERAH PABEAN ATAU TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT KE
KAWASAN BEBAS, DAN DARI KAWASAN BEBAS KE TEMPAT LAIN DALAM
DAEPAH PABEAN ATAU TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT
a. PT. Batam Satellite adalah perusahaan operator penyedia jasa
telekomunikasi
bertempat kedudukan di Batam yang mempunyai pelanggan di wilayah
Batam, Bintan, Karimun, dan Pekanbaru. Diketahui Tuan Batami bertempat
tinggal di Batu Ampar, Batam sedangkan Tuan Bintanu bertempat tinggal di
Tanjung Uban, Bintan dan Tuan Kariman bertempat tinggal di Tanjung Balai,

Karimun serta Than Pandaru bertempat tinggal di Pekanbaru. Pada bulan


Mci 20 12 diterbitkan tagihan kepada:
- Tuan Batami Rp 150.000,00
.. Tuan Bintanu Rp 200.000,00
- Than Kariman Rp 225.000,00
- Tuan Pandaru Rp 500.000,00
Atas pemanfaatan jasa telekomunikasi dan PT Batam Satellite kepada Tuan
Batami, Tuan Bintanu, dan Than Kariman dibebaskan dan pengenaan PPN.
Sedangkan atas pemanfaatan jasa telekomunikasi kepada Than Pandaru
dikenai PPN dengan perhitungan sebagai berikut:
- DasarPengenaanPajak Rp 500.000,00
- PPN yang terutang (10% X DPP) Rp 50.000,00
PPN yang terutang disetor sendiri oleh Tuan Pandaru dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak paling lama tanggal 15 Juni 2012.
Apabila Tuan Pandaru adalah Pengusaha Kena Pajak maka dapat
mengkreditkan PPN yang telah disetorkan tersebut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
b. PT Riau Telekomunikasi adalah perusahaan operator penyedia jasa
telekomunikasi seluler dan fixed line bertempat kedudukan di Pekanbaru
yang mempunyai pelanggan di wilayah Batam, Bintan, Karimun, dan
Pekanbaru. Diketahui Tuan Batami bertempat tinggal di Batu Ampar, Batam
sedangkan Tuan Bintanu bertempat tinggal di Tanjung Uban, Bintan dan
Tuan Kariman bertenipat tinggal di Tanjung Balai, Karimun serta Than
Pandaru bertempat tinggal di Pekanbaru. Pada bulan Mei 2012 diterbitkan
tagihan kepada keempat pelanggan tersebut.
Atas pemanfaatan jasa telekomunikasi berlaku ketentuan sebagai berikut:
- apabila PT Riau Telekomunikasi dalam menyediakan jasa telekomunikasi
menggunakan jaringan nirkabel (seluler) kepada Tuan Batami, Than
Bintanu, Tuan Kariman, dan Tuan Pandaru dikenai Pajak Pertambahan
Nilai. .

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dipungut dan dilaporkan oleh PT


Riau Telekomunikasi melalui pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Mei 2012.
-7-.
MENTEFII KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-8- apabila PT Riau Telekomunikasi dalam menyediakan jasa telekomunikasi
menggunakan jaringan berkabel (fixed line) kepada Tuan Batami, Tuan
Bintanu, dan Tuan Kariman dibebaskan dan pengenaan PajaR
Pertambahan Nilai, sementara kepada Tuan Pandaru dikenat Pajak
Pertambahan Pillai.
b
4
ti
.
Salman sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM
KEMENTERIAN
1
t
MENTERI KEUANGAN,
ad.
AGUS D.W. MARTOWARD OJO
.,
I

Anda mungkin juga menyukai