Anda di halaman 1dari 94

LARANGAN DAN PEMBATASAN

IMPOR & EKSPOR

PELATIHAN PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN


ALASAN PENGENAAN LARTAS

 Mengganggu Hankamtibmas

 Merusak Kesehatan Manusia

 Merusak Lingkungan Hidup

 Mengganggu Industri, Perdagangan &


Keuangan

 Merusak Hasil Kebudayaan


DASAR HUKUM
LARANGAN DAN PEMBATASAN

 UU 10/1995 JO UU 17/2006
TENTANG KEPABEANAN

 PMK 224/PMK.4/2015 TENTANG


PENGAWASAN TERHADAP IMPOR
ATAU EKSPOR BARANG
LARANGAN DAN/ATAU
PEMBATASAN
Psl 53 UU No 17/2006

1) Untuk kepentingan pengawasan terhadap


pelaksanaan ketentuan lartas, instansi terkait
yang menetapkan peraturan lartas atas
impor atau ekspor barang tertentu wajib
memberitahukan kepada Menteri Keuangan

2) Ketentuan tentang pelaksanaan


pengawasan peraturan larangan dan/atau
pembatasan diatur lebih lanjut oleh Menteri
Keuangan.
Psl 53 UU No 17/2006
3) Semua barang yang dilarang atau dibatasi
yang tidak memenuhi syarat untuk diekspor
atau diimpor, jika telah diberitahukan dengan
Pemberitahuan Pabean, atas permintaan
importir atau eksportir dapat :

 dibatalkan ekspornya,
 diekspor kembali, atau
 dimusnahkan dibawah
pengawasan DJBC
Psl 53 UU No 17/2006
4) Barang yang dilarang atau dibatasi untuk
diimpor atau diekspor yang tidak
diberitahukan atau diberitahukan secara
tidak benar dinyatakan sebagai barang yang
dikuasai negara, kecuali terhadap barang
dimaksud ditetapkan lain berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
PMK 224/PMK.4/2015

 dalam rangka penyederhanaan


pemberlakuan ketentuan terhadap impor
atau ekspor barang larangan dan/ atau
pembatasan serta meningkatkan
efektivitas pengawasan barang larangan
dan/atau pembatasan

 Barang yang dilarang atau dibatasi untuk


diimpor atau diekspor yang telah
ditetapkan INSTANSI TEKNIS
dicantumkan dalam Portal Indonesia
National Single Window sebagai
referensi tunggal ketentuan larangan
dan/ atau pembatasan Impor atau Ekspor
-- contoh eservice INSW --
Prosedur Penyampaian Ketentuan
Lartas ke DJBC

Dirjen
Government Portal
Agency Bea
(Instansi penerbit
INSW
lartas)
Cukai

 Penyampaian ketentuan lartas yang diterbitkan oleh instansi terkait cukup


disampaikan ke Menteri u.p. Dirjen Bea dan Cukai.
 Dirjen Bea dan Cukai melakukan penelitian administrasi dalam rangka
enforcement.
 Setelah penelitian selesai, barang larangan atau pembatasan dicantumkan dalam
Portal INSW
Enforcement
• Bea dan Cukai melaksanakan pengawasan ketentuan larangan dan
pembatasan sejak tanggal berlakunya penetapan Menteri yang
ditandatangani oleh Dirjen Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan.
• Pengawasan ketentuan larangan atau pembatasan dilakukan berdasarkan
Pemberitahuan Pabean dan/atau Dokumen Pelengkap Pabean yang
disampaikan oleh importir atau eksportir.
• Dirjen Bea dan Cukai dapat mewajibkan importir/eksportir untuk
memberitahukan uraian jumlah dan jenis barang secara spesifik dalam
Pemberitahuan Pabean dengan mencantumkan spesifikasi wajib sebagai
instrumen administrasi (HS Code, uraian jumlah dan jenis barang secara
spesifik, identitas importir atau eksportir, dan/atau keterangan/pernyataan
lainnya)
Penelitian
 penelitian lartas dilakukan :
• Sistem Komputer Pelayanan; dan/atau
• Pejabat yang menangani penelitian
larangan atau pembatasan.

 penelitian dilakukan dengan


menggunakan data yang diperoleh dari
Portal Indonesia National Single
Window.
A L U R P R O S E S D O K U M E N PA D A P O R TA L I N S W

Transfer Dokumen
Oleh Pengguna Jasa BC- Reject

Kesalahan Data Pembayaran


Pengisian PIB/PEB TIDAK SAMA dengan PIB/PEB

NSW-Cek BC-Proses
NSW-Penerimaan Non BC - Penerimaan
BC- Dapat
Mandatory Kepabeanan Nomor Pendaftaran
Dokumen Lartas
Dokumen

Ada
Lartas Ijin
Tidak Ada
Ijin NSW –
Reject
Flag 0
NSW-
NSW- Konfirmasi
Flag 1
Analyzing Point Skep Lartas

Electronicall Process (by Network System)


Manual Process
NPBL : Impor
PIB : Pemberitahuan Impor Barang NPPD : Ekspor
Petugas Portal CEISA
PEB : Pemberitahuan Ekspor Barang Analyzing Point INSW (Customs and Excise Information
NSW : National Single Window System and Automation)
Tata Kerja Pelayanan PIB PDE

Bank 12
13

PENJALURAN &
Bayar BPN
14 Penomoran
cek bayar A SPPB 22
10
11
9
• Registrasi
15 AEO & MITA
asal K/M tdk Notul
Respon kode Validasi • Tarif (BTKI) 16
• Utang 20
Billing • Hard copy
• BC 1.1 (Preno)
Hijau PFPD
7 Notul?
NPP 8 17

PIB 1
13
Kuning
17
Lartas? 20 Y
reject 2 16

SPBL/SPTNP/
Merah SPJK SPPJ/SPPB
flag 1
21
3 6
16
16
NPBL 4
Proses An. 17 Penyelesaian
A
IMPORTIR

Point SPPF SPJM


Skep Lartas 22
5
17 IP 19

18 SPPB asal K/M


A LHP
Periksa Fisik

A
23 SPPB
GATE
Barang Keluar

Sistem INSW Sistem CEISA


POST BORDER
Pengawasan lartas tidak dilakukan Bea Cukai (Border) namun oleh instansi
penerbit izin lartas

21 komoditas :
diantaranya, pelumas, mutiara, produk tertentu, kaca lembaran,
barang berbasis sistem pendingn, barang modal tidak baru, intan
kasar, hewan dan produk hewan, semen clinker dan semen, produk
holtikultura, bahan baku plastik, ban

Pengawasan lartas tetap dilakukan


Bea Cukai (Border)
15 komoditas :
diantaranya, udang spesies tertentu, bahan berbahaya, bahan perusak
ozon, garam, bahan peledak PCMX, tekstil dan produk tekstil (TPT),
prekursor, TPT batik dan motif batik, nitro cellulose, minuman
beralkohol, beras, limbah non B3, gula, telepon seluler, komputer
genggam, komputer tablet dan pakaian bekas
CAKUPAN PENGATURAN TATA NIAGA

16
ALUR DATA PENGAWASAN TATA NIAGA POST BORDER

Keterangan:
1. Penyampaian daftar
komoditi Tata Niaga
Impor Post Border
2. Importir aju dokumen
PIB
3. Notifikasi INSW kepada
importir
4. Notifikasi INSW kepada
K/L
5. Penerusan data PIB dari
INSW ke DJBC
6. Notifikasi dari DJBC ke
INSW, dan dari INSW ke
importir dan K/L terkait
penetapan Pos Tarif
7. Sharing profil risiko
(ISRM)
8. Dokumen release (SPPB)
setelah proses
kepabeanan
9. Pengawasan Post Border
10. Hasil pengawasan
11. Tindak lanjut hasil
pengawasan
12. Update profil MR ke
DJBC (ISRM)
13. Update profil MR ke
INSW (ISRM)

SSI : Single Stakeholder Information


ISRM : Indonesia Single Risk Management
PIB : Pemberitahuan Impor Barang
SPPB : Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
17
PRINSIP & MANAJEMEN RISIKO TATA NIAGA POST BORDER
PLB/Gudang Importir/
Kawasan Pabean Peredaran Bebas (Pasar)

Barang PRINSIP:
 Tidak menghalangi penggunaan barang
Impor  Dokumen Perizinan tidak menjadi syarat impor
(tidak lagi menjadi dokumen pelengkap pabean)
 Tidak menghapuskan persyaratan tata niaga impor
 Pemeriksaan untuk menguji Compliance melalui
Analisis Data, Random Spot Check, dan Audit

Manajemen Risiko
(ISRM)
OK

ya

Patuh?

tdk

Punishment

18
LARTAS IMPOR
POST BORDER
INSTANSI TERHUBUNG INSW
NO INSTANSI PEMERINTAH IMPOR EKSPOR
1 Bank Indonesia Izin
2 BAPETEN Izin
3 BPOM Izin
4 Ditjen Bea dan Cukai Pemeriksa Pemeriksa
5 Ditjen POSTEL Izin
6 Karantina Hewan Izin
7 Karantina Ikan Izin
8 Karantina Tumbuhan Izin

9 Kementarian Kesehatan Izin

10 Kementerian ESDM Izin

11 Kementerian Kehutanan Izin Izin


12 Kementerian Lingkungan Hidup Izin
13 Kementerian Perdagangan Izin Izin

14 Kementerian Perindustrian Rekom

15 Kementerian Pertahanan Rekom


16 Kementerian Pertanian Izin
17 Kementerian Perhubungan Izin
18 POLRI Izin
KLASIFIKASI BARANG IMPOR
MUTLAK / PENGECUALIAN

DILARANG IMPORNYA

IZIN TIAP IMPOR

PEMBATASAN IMPORNYA

TIDAK PERLU IJIN


BEBAS
KARANTINA IKAN
 PENGERTIAN:
 Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang selanjutnya disebut
Media Pembawa adalah ikan dan/atau Benda Lain yang dapat membawa Hama
dan Penyakit Ikan Karantina;
 Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya
berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati, termasuk bagian-bagiannya;
 Benda Lain adalah Media Pembawa selain ikan yang mempunyai potensi
penyebaran Hama dan Penyakit Ikan Karantina;

 DASAR HUKUM:
 PP 15 Tahun 2002 Tentang Karantina Ikan

 PERIJINAN :
 Sertifikat Pelepasan Karantina Ikan (KI-D3)
 Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KI-D15)
LARANGAN

Udang Vanamei
(pos tarif 0306.17.20.20)
PEMBATASAN

HS Code Uraian Barang Perizinan


Ikan, segar atau dingin, tidak KID 12, KID 6,
termasuk potongan ikan tanpa atau KID 7
tulang dan daging ikan lainnya
dari pos 03.04.
- Ikan lainnya, tidak termasuk hati
dan telur:
0302820000 -- Ikan pari dan skates
KARANTINA HEWAN
PERIJINAN:
 KH-5 adalah Persetujuan Bongkar/Approval of disembarkation;
 KH-7 adalah Perintah Masuk Karantina Hewan/Order to Take Into The Animal Quarantine
Installation.
 KH-12 adalah Sertifikat Pelepasan Karantina/Certificate of Release.

DASAR HUKUM:
 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 Tentang Karantina Hewan
 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2011 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor
Hewan dan Produk Hewan
 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rekomendasi Persetujuan
Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan, Dan/atau Olahannya Ke Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia
 Permendag No. 46/M-DAG/PER/8/2013
PEMBATASAN

HS Code Uraian Barang Perizinan


Biri-biri dan kambing, hidup. KH.4, KH.5,
- Kambing: KH.7,KH.8a,
0104209000 -- Lain-lain KH.8b, KH.8c,
KH.9,
KH.10,KH.11
atau KH.12
KARANTINA TUMBUHAN
 PENGERTIAN:
 Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan yang selanjutnya disebut
Media Pembawa adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain
yang dapat membawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina;
 Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati dalam keadaan hidup
atau mati, baik belum diolah maupun telah diolah;
 Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina adalah semua Organisme
Penganggu Tumbuhan yang ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke
dalam dan tersebarnya di dalam wilayah Negara Republik Indonesia;

 DASAR HUKUM:
PP 14 Tahun 2002 Tentang Karantina Tumbuhan

 PERIJINAN :
 KT-1 adalah Sertifikat Pelepasan Karantina Tumbuhan Luar Negeri
 KT-19 adalah Surat Keterangan Masuk Karantina (Surat Persetujuan Pelaksanaan
Tindakan Karantina Tumbuhan Di Luar Tempat Pemasukan/Pengeluaran;
 KT-36 adalah Surat Izin Membongkar Muatan Alat Angkut;
PEMBATASAN

HS Code Uraian Barang Perizinan

Pati; inulin. KT 2 atau KT 9


- Pati:
1108130000 -- Pati kentang
Lartas BPOM

Dasar Hukum
 Peraturan Kepala Badan POM Nomor 29 Tahun 2017
 Peraturan Kepala Badan POM Nomor 30 Tahun 2017
 Permendag No. 72/M-DAG/PER/10/2014

HS Code Uraian Barang Perizinan

2006000000 Sayuran, buah, kacang, kulit Surat Keterangan


buah dan bagian lain dari Impor/Surat
tanaman, diawetkan dengan Keterangan
gula (kering, berkilau atau Komoditas Non Obat
kristal). dan Makanan
Lartas
Kemdag
KOMODITI WAJIB SNI
 PENGERTIAN:
Standar Nasional Indonesia, yang selanjutnya disebut SNI, adalah standar yang
ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional

 DASAR HUKUM:
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR: 72/M-DAG/PER/9/2015

 PERIJINAN:
Dokumen Final yang dilampirkan pada PIB adalah NPB (Nomor Pendaftaran Barang)
Nomor Pendaftaran Barang (NPB), adalah nomor yang diberikan terhadap Pelaku Usaha
untuk barang impor yang telah diberlakukan SNI

 CONTOH BARANG WAJIB SNI : lampu swa ballast, tepung terigu, air mineral, helm
pengendara kendaraan bermotor, ban, velg, pupuk, dll
Lartas
Kemdag

No JENIS PRODUK
Contoh 1 Produk Tertentu (elektronika, pakaian jadi, mainan
Produk anak, alas kaki, produk makanan dan minuman)

Wajib LS 2 Limbah Non B3


3 Tekstil dan Produk Tekstil
4 Nitro Cellulosa
5 Beras
6 Garam
7 Prekursor
8 Gula
9 Keramik
Lartas
Kemdag/Kemenperin
NO. JENIS PRODUK

1 Tepung Terigu
2 Lampu Swa-Ballast
3 Pupuk Urea
4 Pupuk Amonium Sulfat/ZA {(NH 4)2 SO 4}

5 Pupuk NPK Padat {Pupuk buatan}


6 Pupuk Super Phosphate-36/SP-36 {Ca (H2PO 4)}

Contoh Produk 7 Pupuk Tripel Super Phosphate/TSP {Ca (H 2PO 4)2}


Pupuk Fosfat Alam untuk Pertanian/Rock Phosphate {Bahan
8
Wajib SNI galian}

9 Pupuk Kalium Klorida/Muriate of Potash/MOP {KCl}


10 Ban Mobil Penumpang
11 Ban Truk dan Bus
12 Ban Truk Ringan
13 Ban Sepeda Motor
14 Ban Dalam Kendaraan Bermotor
15 Saklar
Mainan (usia 14 th kebawah)
Permenperin 24/2013 jo Per-55/2013
16 Tusuk Kontak dan Kotak Kontak
17 MCB
18 Kipas Angin
19 Semen Portland Putih
GARAM
Lartas Kemdag
DASAR HUKUM:
Permendag Nomor . 125/M-DAG/PER/12/2015 tanggal 29 Desember Wajib IT/IP
2015 tentang Ketentuan Impor garam. (berlaku mulai 1 April 2016).

Ketentuan Impor Garam :


Jenis garam yang dapat diimpor adalah Garam industri :
Garam Industri dan Garam Konsumsi.  Perusahaan pemilik API-P.
 Surat Persetujuan Impor (SPI)
Garam Industri adalah garam yang  Pelabuhan tujuan impor harus pelabuhan terdekat
dipergunakan sebagai bahan baku atau dengan lokasi pabrik yang dimiliki oleh Importir
Garam Industri.
bahan penolong untuk kebutuha
 Laporan Surveyor (LS).
industri dengan kadar NaCl paling
sedikit 97% dihitung dari basis kering,
Garam konsumsi :
dengan Pos Tarif/HS ex. 2501.00.90.10.  Diimpor oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Sedangkan yang dimaksud dengan yang bergerak di bidang usaha pergaraman, setelah
mendapat penugasan dari Menteri BUMN dan
Garam Konsumsi adalah garam yang rekomendasi dari kementerian yang
dipergunakan untuk konsumsi dengan menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kadar NaCl paling sedikit 94,7% kelautan dan perikanan.
 Surat Persetujuan Impor (SPI)
sampai dengan kurang dari 97%
 Laporan Surveyor (LS).
dihitung dari basis kering, dengan Pos
Tarif/HS ex. 2501.00.90.10.
Lartas Kemdag GULA
Wajib IT/IP
No Jenis gula HS Ketentuan impor

1. Gula Kristal 1701.12.00.00,  memiliki bilangan ICUMSA


Mentah/Gula ex.1701.13.00.00 minimal 1200 IU;
Kasar (Raw ,  dilakukan oleh
Sugar) ex.1701.14.00.00 perusahaan pemilik
API-P
DASAR HUKUM  mendapat Persetujuan
Peraturan Menteri Perdagangan Impor (PI) dari
(Permendag) Nomor :117/M- kementerian
Perdagangan.
DAG/ PER/12/2015 tanggal 23
 Dilakukan verifikasi oleh
Desember 2015 tentang Suveyor di negara muat
Ketentuan Impor Gula. (mulai (PIB harus dilengkapi
berlaku tanggal 1 Januari 2016) Laporan Surveyor (LS))
2. Gula Kristal 1701.99.11.00  memiliki bilangan ICUMSA
Rafinasi maksimal 45 IU;
(Refined Sugar) 1701.99.19.00  dilakukan oleh
perusahaan pemilik API-P.
 mendapat PI dari
kementerian Perdagangan.
3. Gula Kristal 1701.91.00.00  memiliki bilangan
Putih ICUMSA antara 70 IU
(Plantation 1701.99.90.00 sampai dengan 200 IU.
White Sugar)  dilakukan oleh BUMN
pemilik API-U.
 mendapat PI dari
Kementerian
Perdagangan;
Lartas Kemdag
Wajib IT/IP BERAS
DASAR HUKUM :
Permendag Nomor. 103/M-DAG/PER/12/2015 tanggal 8 Desember 2015 tentang
Ketentuan Ekspor dan Impor Beras. (berlaku mulai 1 januari 2016)

KATEGORI :
untuk stabilisasi harga, kebutuhan industri, kesehatan/dietary dan konsumsi khusus,
bersumber dari hibah

Impor beras untuk keperluan stabilisasi harga, penanggulangan keadaan darurat,


masyarakat miskin, dan/ atau kerawanan pangan, dapat dilakukan dengan ketentuan:

Jenis beras:
beras yang diimpor hanya Beras dengan tingkat kepecahan paling tinggi 25% (dua
puluh lima persen).

Persyaratan impor :
 Diimpor oleh Perusahaan Umum BULOG.
 Surat PersetujuanImpor (SPI) dari menteri perdagangan (didelegasikan kepada Dirjen
Perdagangan Luar Negeri)
 Kemasan, menggunakan bahan yang diizinkan; mencantumkan Logo Tara Pangan dan
Kode Daur Ulang.
 Laporan Surveyor (LS)
Lartas Kemdag
Wajib IT/IP
BAHAN PERUSAK OZON

DASAR HUKUM :
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 83/M-DAG/PER/10/2015

Ketentuan Impor :
 Pemilik API-U atau API-P,
 Surat Persetujuan Impor untuk setiap kali importasi,
 Laporan Sueveyor untuk setiap kali impor,
 Pelabuhan Tujuan Tertentu (Belawan, Priok, Tg. Emas, Tg. Perak,
Makasar (SH), Batu Ampar.

BPO yang dapat diimpor :


 Senyawa-senyawa jenis HCFC (HCFC-21, HCFC-22, HCFC-31 dan
seterusnya),
 Metil Bromida (No. HS 2903.39.00.00 dan No. CAS 74-83-9) yang
hanya dapat diimpor untuk keperluan fumigasi dalam rangka
perlakuan karantina dan pra pengapalan.
Lartas Kemdag
Wajib IT/IP
TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT)

DASAR HUKUM :
• Permendag No : 85/M-DAG/PER/10/2015 tentang Ketentuan Impor TPT JO. 64/M-
DAG/PER/8/2017
• Permendag No : 86/M-DAG/PER/10/2015 tentang Ketentuan Impor TPT Batik

Ketentuan impor :
1. Pemilik API-P
2. Persetujuan Impor TPT (PI-TPT)
3. Laporan Surveyor (LS)

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


1. Kewajiban LS dikecualikan jika importir mendapat kemudahan KITE.
2. TPT hasil olahan dari Kawasan Berikat yang dimasukkan ke tempat lain dalam daerah
pabean tidak berlaku ketentuan PI-TPT
PENGECUALIAN TENTUAN LARTAS TPT
1. jika dimasukkan ke Kawasan Berikat atau Gudang Berikat
2. jika dimasukkan ke Kawasan Perdagangan Bebas Sabang, Batam, Bintan dan Karimun,
3. merupakan :
a. barang keperluan Pemerintah dan Lembaga Negara lainnya;
b. barang keperluan penelitian dan pengembangan teknologi;
c. barang bantuan teknik dan bantuan proyek berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
1955 tentang Peraturan Pembebasan Dari Bea Masuk Dan Bea Keluar Golongan Pejabat Dan Ahli
Bangsa Asing Tertentu
d. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia;
e. barang untuk keperluan badan Internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia;
f. barang pindahan;
g. barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan;
h. barang promosi;
i. keperluan pemberian hadiah untuk tujuan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan dan/atau
untuk kepentingan bencana alam;
j. barang milik pribadi penumpang atau awak sarana pengangkut atau pelintas batas;
k. barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang
dimasukan kembali ke Indonesia;
l. barang ekspor yang ditolak oleh pembeli luar negeri kemudian diimpor kembali dalam kuantitas
yang sama dengan kuantitas pada saat diekspor;
m. barang kiriman yang bernilai paling tinggi sebesar FOB US$ 1,500.00 melalui dan/atau tanpa jasa
kurir dengan menggunakan pesawat udara; atau
n. barang yang diimpor oleh importir yang mendapat fasilitas impor melalui jalur prioritas.
Lartas
Kemdag
Pembatasan Impor Barang Tertentu
(Post Border)

 DASAR HUKUM:
• Permendag No : 87/M-DAG/PER/10/2015 Tentang Impor Produk Tertentu JO No. 12 Tahun
2018

 Produk Tertentu yang dibatasi impornya


• Produk Makanan dan Minuman
• Obat Tradisional dan suplemen kesehatan
• Kosmetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga
• Pakaian jadi dan barang tekstil sudah jadi lainnya
• Alas kaki
• Elektronik
• Mainan anak-anak

 Ketentuan Impor :
a. Pemilik API-U
b. Pelabuhan Tujuan : Pelabuhan laut (Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung
Perak, Makasar (SH), Dumai, Jayapura, tarakan, Aceh Utara, Bitung), Pelabuhan Udara
(Kuala Namu, Soekarno Hatta, Ahmad yani, Juanda, Hasanuddin), Pelabuhan Darat
(Cikarang Dry Port)
c. LAPORAN SURVEYOR (Kecuali Kosmetik)
Lartas
Kemdag

PENGECUALIAN

a. Produk Tertentu dalam pasal 25 ayat (1) dan pasal 26 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1995 jo UU
No 17 Tahun 2006
b. Produk Tertentu pakaian jadi berupa barang kiriman paling banyak 10 (sepuluh) pieces per
kiriman, barang pribadi penumpang dan awak sarana pengangkut nilai FOB US $ 1.000,00
per orang
c. Produk tertentu elektronik berupa barang kiriman paling banyak 2 (dua) unit per kiriman,
barang pribadi penumpang dan awak sarana pengangkut nilai FOB US $ 1.500,00 per
orang
d. Produk tertentu untuk keperluan kegiatan hulu minyak dan gas bumi, panas bumi, mineral
serta sektor energi lainnya
e. Produk tertentu yang diimpor oleh perusahaan pemilik API-P, yang digunakan sebagai
barang modal, bahan baku, dan atau bahan penolong yang terkait dengan industrinya
f. Produk tertentu yang bersifat impor sementara
LARANGAN

Peraturan Menteri Perdagangan No.51/M-


DAG/PER/7/2015 tentang larangan impor
pakaian bekas.

Pakaian bekas adalah produk tekstil yang


digunakan sebagai penutup tubuh manusia
yang termasuk dalam pos tarif
6309.00.00.00 (BTKI 2012)
Lartas
Kemdag
BAHAN BERBAHAYA (B2)

 PENGERTIAN
Bahan Berbahaya disingkat B2 adalah zat, bahan
kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal
maupun campuran yang dapat membayakan
kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung
atau tidak langsung yang mempunyai sifat racun,
karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif
dan iritasi.
 DASAR HUKUM:
B2 diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan Nomor: 23/M-DAG/PER/9/2011
dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 75/M-
DAG/per/10/2014
 PERIJINAN IMPOR :
Penunjukan Importir Produsen (IP) B2 oleh
Depertemen Perdagangan; atau
Penunjukan Sebagai Importir Terdaftar (IT) B2
oleh Departemen Perdagangan disertai Surat
Persetujuan Impor untuk setiap kali impor.
LIMBAH NON-B3
 PENGERTIAN:
Limbah Non-B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang tidak
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun

 DASAR HUKUM :
Kep.Men. Perindag No. 39/M-DAG/PER/9/2009

 PERIJINAN:
 IP Limbah
 Surat Pernyataan dari Eksportir Limbah Non B3
 Laporan Surveyor
LARANGAN

Dasar Hukum : Peraturan Menteri Perdagangan dan Industri


No. 520/MPP/Kep/8/2003 tentang Larangan Impor Limbah B3

Karakteristik Limbah B3 : Beracun, mudah meledak, bersifat radioaktif, mudah terbakar,


Korosif, iritan, karsiogenik dan beberapa sifat bahaya lainnya.

 SISA MINYAK BUMI


 RESIDU INDUSTRI KIMIA
 SISA DAN SKRAP BATERAI PRIMER, ACCU
 SISA DAN SKRAP TIMAH HITAM
PEMBATASAN

SISA DAN SKRAP


TIMAH HITAM KATEGORI NON B3

MEMPERINDAG ATAS
PERSETUJUAN BAPEDAL
Lartas
Kemdag
PEMBATASAN IMPOR NITROCELLULOSE

NITROCELLULOSE (NC) adalah bahan kimia yang memiliki


Kandungan senyawa nitrat cellulose yang dapat dipakai sebagai
Baan baku peledak dan bahan baku/penolong industri tertentu

 DASAR HUKUM:
Kep.Men. Perindag No. 62/M-DAG/PER/8/2015

 PERIJINAN
 IP NC atau IT NC
 Persetujuan Impor
 Laporaan Surveyor

 Ketentuan Lainnya
 Impor NC untuk pertahanan oleh Kemenhan
 Impor NC untuk keamanan oleh Kepolisian
Lartas
Kemdag

Barang Modal dalam Keadaan Tidak Baru


Permendag 127/M-DAG/PER/12/2015

• Barang modal bukan baru yang diimpor tidak boleh melebihi


20 tahun (HS 84, 85, 88, 8901, 89.02, 89.03, 89.04, 89.05)

• Lebih dr 20 tahun, harus ada rekomendasi kemenperin

• Persyaratan Impor:

 Surat Persetujuan Impor (SPI);dan


 Laporan Surveyor (LS)

• Barang pada pos tarif 88 dan 89 dikecualikan dari ketentuan


pemeriksaan teknis (LS)
Lartas Kemkes
PREKURSOR

Aceton Toluena Efedrin


(utk cat kuku) (utk anti biotika) (utk obat asma)

 PENGERTIAN:
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia tertentu yang dapat digunakan sebagai
bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri dan apabila disimpangkan dapat
digunakan dalam memproses pembuatan narkotika dan/atau psikotropika. Prekursor untuk keperluan
farmasi ijin dari Departemen Kesehatan, Prekursor non farmasi ijin dari Departemen Perdagangan.

 DASAR HUKUM:
Kep.Men. Perindag No. 0647/MPP/Kep/10/2004
PerMen Kesehatan No 0168/Menkes/Per/II/2005

 PERIJINAN:
 IP Prekursor Non Farmasi/Farmasi
 IT Prekursor Non Farmasi/Farmasi dan Surat Persetujuan Impor
 Laporan Surveyor dari Negara Asal
 SPI Prekursor Farmasi setiap importasi.
Lartas
Kemkes
NARKOTIKA

 PENGERTIAN:
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan.

 DASAR HUKUM:
UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

 PERIJINAN:
 Importir : Pedagang Besar Farmasi milik Negara
 SPI Narkotika setiap importasi dari Kemkes
 Persetujuan Pemerintah negara pengekspor
GOLONGAN NARKOTIKA

 Narkotika Golongan I
 Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Terdapat 26
macam.

 Narkotika Golongan II
 Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Terdapat 87 macam.

 Narkotika Golongan III


 Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Terdapat
14 macam.
Lartas
Kemkes
PSIKOTROPIKA

 PENGERTIAN:
Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikotropika aktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

 DASAR HUKUM:
UU NO 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA

 PERIJINAN:
 Importir : Pabrik Obat, Pedagang Besar Farmasi, & Lembaga
Penelitian dan/atau Lembaga Pendidikan
 SPI Psikotropika setiap importasi dari Kemkes
 Persetujuan Pemerintah negara pengekspor
GOLONGAN PSIKOTROPIKA

 Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan Dengan
sindroma ketergantungan. Dalam golongan ini terdapat berlakunya
27 macam. UU No 35
Tahun 2009
 Psikotropika Golongan II tentang
Narkotika, 2
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
golongan ini
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
masuk ke
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
narkotika
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Dalam
golongan 1
golongan ini terdapat 14 macam.
GOLONGAN PSIKOTROPIKA
 Golongan III
Psikotropika yang berkasiat pengobatan dan banyak digunaan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
Dalam golongan ini terdapat 11 macam.
 Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Dalam golongan ini terdapat 60
Macam.
Lartas
BI
UANG TUNAI
 PMK 100/PMK.04/2018 jo PMK 157/PMK.04/2017 tentang tata cara pemberitahuan dan
pengawasan, indikator yang mencurigakan, pembawaan uang tunai dan atau instrument
pembayaran lain, serta pengenaan sangsi administrasi dan penyetoran ke kas negara.
 Pembawaan uang tunai atau instrument lain paling sedikit RP 100 juta atau atau mata uang
asing yang nilainya setara dengan itu keluar/masuk ke/dari daerah pabean wajib
memberikan diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai.
 Untuk Uang Kertas Asing (UKA) senilai 1 milyar hanya boleh dibawa oleh korporasi atau
orang perseorangan a.n korporasi dan wajib mendapatkan izin dan persetujuan dari Bank
Indonesia
 Denda atas pelanggaran dikenai sangsi administrasi 10% dari jumlah uang tunai/kelebihan
dan paling banyak 300 juta.
HS Code Uraian Barang Persyaratan
Impor
Perangko, meterai atau perangko
Formulir
semacam itu belum digunakan,
yang berlaku atau baru diterbitkan Pemberitahuan
oleh negara, yang mempunyai atau kepada
akan mempunyai harga yang BI/PPATK
nilainya diakui; kertas meterai;
uang kertas; …
- Uang kertas, sebagai alat
4907.00.10.00 pembayaran sah
Lartas
Kemhut LARANGAN
CITES
(the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)

Apendiks I (800 species)


daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang
dilarang dalam segala bentuk untuk
diperdagangkan, misalnya gorila, simpanse,
harimau dan subspesiesnya, singa Asia, macan tutul,
jaguar, cheetah, gajah Asia, beberapa populasi
gajah Afrika, dan semua spesies Badak.
Pengecualian larangan dapat diberikan dalam
keadaan yang sangat khusus misalnya : tukar-
menukar antara Kebun Binatang, penelitian dan
hadiah kenegaraan serta hasil penangkaran yang
sudah menghasilkan generasi kedua (F2) seperti
halnya Arowana yang telah berhasil ditangkarkan.
PEMBATASAN
CITES
(the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)

Apendiks II (32.500 species)


daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tapi
dapat punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa
adanya pengaturan misalnya trenggiling (Manis
javanica), serigala (Cuon alpinus), merak hijau (Pavo
muticus), gelatik (Padda oryzifora), beo (Gracula
religiosa), beberapa jenis kura-kura ular sanca batik
(Python reticulatus), kerang raksasa (Tridacnidae spp),
beberapa jenis koral, beberapa jenis anggrek
(Orchidae). Ikan Hiu dan Pari juga termasuk dalam
apendiks II. Perdagangan masih dapat dilakukan
dengan penerapan kuota setelah mendapat izin dari
Kementerian terkait.

Apendiks III (300 species)


daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi
di negara tertentu dalam batas-batas kawasan
habitatnya. Perdagangannya dibatasi, dan suatu saat
peringkatnya dapat dinaikkan dalam Appendix II atau
Appendix I.
Lartas
Kemhut

PEMBATASAN

HS Code Uraian Barang Persyaratan Impor

Binatang hidup lainnya. SATS LN dari DepHut


- Serangga: dan Izin CITES dari
0106.41.00.00 - - Lebah negara pengekspor
dan Izin Karantina
(KH.4, KH.5,
KH.7,KH.8a, KH.8b,
KH.8c, KH.9,
KH.10,KH.11 atau
KH.12)
Lartas
Kominfo
ALAT TELEKOMUNIKASI
(POST BORDER)
Dasar Hukum:
Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika
Nomor 18 Tahun 2014 tentang Sertifikasi Alat Dan
Perangkat Telekomunikasi JO Nomor 1 Tahun 2015 JO
PERDIRJEN SDPPI No.2 Tahun 2108

HS Code Uraian Barang Perizinan


Perangkat telepon, termasuk Sertifikasi, LS,
telepon untuk jaringan seluler atau Label, IT, SPI
untuk jaringan tanpa kabel
lainnya; …
85171200.00 - - Telepon untuk jaringan seluler
atau untuk jaringan tanpa
kabel lainnya
ALAT TELEKOMUNIKASI
Beberapa Pengecualian Sertifikasi:
 barang bawaan penumpang, awak sarana pengangkut dan barang pindahan
serta barang yang dikirim melalui pos atau jasa titipan dengan jumlah paling
banyak 2 (dua) unit, yaitu:
a. alat pelanggan (Customer Premises Equipment/CPE);
b. alat dan perangkat telekomunikasi untuk keperluan pribadi yang tidak
menggunakan spektrum frekuensi radio, tidak digunakan untuk keperluan
perusahaan dan tidak untuk diperjualbelikan (komersial));
 alat dan perangkat telekomunikasi yang akan digunakan sebagai sampel uji
dalam rangka proses pengujian, untuk perangkat CPE sebanyak 2 (dua) unit
dan perangkat Non CPE sebanyak 1 (satu) unit dan/atau atas permintaan Balai
Uji
Lartas
Kemtan

PESTISIDA
Dasar Hukum:
Keputusan Menteri Pertanian Nomor
4341/Kpts/TP270/7/2001

HS Code Uraian Barang Persyaratan


Impor
Insektisida, rodentisida, fungisida, Wajib Izin
herbisida, produk anti sprouting dan dan/atau
pengatur pertumbuhan tanaman, Pendaftaran
desinfektan dan produk semacam, Pestisida
disiapkan dalam kemasan penjualan dari Menteri
eceran atau barang. Pertanian
3808.91.93.00 - - - - - Memiliki fungsi
menghilangkan bau
Lartas
Kem ESDM

PELUMAS
Dasar Hukum: HS Code Uraian Barang Persyaratan
Keputusan Bersama Menteri Perdagangan, Impor
Menteri ESDM, Menteri Keuangan Nomor Preparat pelumas (termasuk Nomor Pelumas
233/MPP/Kep/7/2001, Nomor 1905 preparat minyak pemotong, Terdaftar
K/34/MEM/2001, dan Nomor preparat pelepas baut atau
426/KMK.01/2001 mur, preparat anti-karat atau
anti-korosi dan preparat
pelepas cetakan, dengan
bahan dasar pelumas) dan
preparat dari jenis yang
digunakan untuk meminyaki
atau menggemuki bahan
tekstil, kulit samak, kulit
berbulu, atau material lainnya,
tetapi tidak termasuk preparat
yang mengandung minyak
petroleum atau minyak yang
diperoleh dari mineral
mengandung bitumen sebagai
dasar, 70% atau lebih
menurut beratnya.
3403.19.19.00 - - - - Lain-lain
LARTAS IMPOR
IZIN POLRI
Dasar Hukum:
PERPU Nomor 20/1960 dan Keputusan KAPOLRI
Nomor Skep/82/II/2004 Jo. R/13/I/2005

Senjata Api, Amunisi, Peledak Pembatasan

Senjata Lainnya Pembatasan

Bagian Dan Aksesoris Senjata Api


Pembatasan
Dan Senjata Lainnya

Api (Happy Crackers) Pembatasan

Petasan Larangan
PEMBATASAN IMPOR FILM

Dasar Hukum:
 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman,
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2014 tentang Lembaga Sensor Film

 Impor film hanya dapat dilakukan oleh perusahaan impor


film, atas dasar perijinan dari Kementarian Budaya dan
Pariwisata
 Hanya dapat dilakukan melalui Kantor Pabean tempat
Lembaga Sensor Film berada (Bandara Soekarno Hatta,
Tanjung Priok, dan Kantor Pos Besar Pasar Baru)
 Mempertaruhkan jaminan di Kantor Pabean setempat
 Pengujian sensor dari Lembaga Sensor Film
 lulus sensor : bayar bea masuk dan pungutan lainnya
 tidak lulus sensor : film dikembalikan atau dimusnahkan,
jaminan dikembalikan
LARTAS
EKSPOR
PENGELOMPOKAN BARANG EKSPOR

1 2 4

BARANG YANG BARANG BARANG


DILARANG YANG YANG BEBAS
EKSPORNYA DIBATASI EKSPORNYA
EKSPORNYA
Tata Kerja Pelayanan PEB PDE
Bank 12
13

PENOMORAN &
cek bayar PENJALURAN NPE
Bayar BPN 14
A
10
11
9 Non Priksa 15
20
• Registrasi
Respon kode Validasi • Tarif (BTKI)
Fisik T
Billing • Utang
• Hard copy Notul
PPDE
7 Bea Keluar?
NPP 8
Priksa 18 19
Fisik
PIB 1
13 Y
Lartas?
reject 2
SPPBK
15
20
flag 1
3 6

PPB A Penyelesaian
NPPD 4
Proses An. SPPBK
IMPORTIR

Point
Skep Lartas 16 17 21
5
NPE Asal
Periksa LHP
Merah
Fisik

A
22 NPE
GATE
Barang Masuk
Sistem INSW
LARANGAN EKSPOR
Permendag Nomor 45 Tahun
2019 Tentang Barang Dilarang
Ekspor
Pasir Yang
Dilarang Diekspor

Zinc Dust

PASIR LAUT Zircon Sand


PEMBATASAN EKSPOR
Produk Perkebunan
PEMBATASAN EKSPOR
KOMODITI PRODUK KEHUTANAN

DASAR HUKUM
Permendag No : 89/M-DAG/PER/10/2015 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan

PERIJINAN :
 Perusahaan yg mempunyai TDI/IUI dan TDP, atau SIUP dan TDP
 Dokumen V Legal utk Kelompok A
 Laporan Surveyor (LS)

WAJIB PENELUSURAN
TEKNIS (SURVEYOR)
CONTOH KAYU YANG DAPAT DIEKSPOR

S4S DECORATIVE PROFILE

FINGER JOINT LAMINATING BLOCK


CONTOH ROTAN YANG DAPAT DIEKSPOR

KERANJANG ROTAN LAMPIT ROTAN

KURSI ROTAN
KOMODITI NOMOR_SKEP PERIZINAN
PREKURSOR Per M-Dag No. 05/M- Hanya dapat diekspor oleh Eksportir Terdaftar
DAG/PER/1/2007 jo Per M-Dag Prekursor yang ditetapkan Dirjen Daglu
No. 01/M-DAG/PER/1/2007

Surat Persetujuan Ekspor Prekursor dari Dirjen Daglu

Wajib Laporan Surveyor (Verifikasi atau Penelusuran


Teknis)
PUPUK Peraturan Menteri Ekspor hanya dapat dilakukan dengan Surat
Perdagangan Republik Persetujuan Ekspor (SPE) Pupuk dari Dirjen
Indonesia Nomor 114 Daglu
Tahun 2018
SISA SKRAP Ekspor hanya dapat dilakukan dengan SPE Sisa dan
Permendag No. 01/M-
Skrap Logam
DAG/PER/1/2017
PERATURAN LARTAS EKSPOR
Komoditi PERTAMBANGAN

KOMODITI NOMOR SKEP KETENTUAN EKSPOR


26011290 Permendag No. 01/M- • Laporan Surveyor PP Tertentu
Konsentrat pasir besi DAG/PER/1/2017 • Surat Persetujuan Ekspor (SPE)
(Lamela magnetit- Produk Pertambangan Hasil
ilmenit) Pengolahan dan Pemurnian
26030000 Permendag No. 01/M- • Laporan Surveyor PP Tertentu
Konsentrat tembaga DAG/PER/1/2017 • Surat Persetujuan Ekspor (SPE)
dengan kadar ≥ 15% Produk Pertambangan Hasil
Cu Pengolahan dan Pemurnian
6 BARANG MASUK APPENDIX I CITES

DILARANG
DIEKSPOR

Hewan langka, diantaranya :


 Primata (monyet hitam sulawesi, lutung
dahi putih, etc)
 Ikan (paus biru, lumba-lumba air tawar,
arowana merah, etc)
 Mamalia (gajah, badak, harimau, etc)
 Burung (elang, kakatua, cenderawasih, etc)
6 BARANG MASUK APPENDIX I CITES

Tumbuhan langka, diantaranya :


DILARANG
 Anggrek (diantaranya dendrobium lowii) DIEKSPOR
 Bunga bangkai
 Palem (diantaranya palem kipas
sumatera)
KETENTUAN EKSPOR
Komoditi : Tumbuhan dan Satwa Liar (Appendiks I)

CITES NOMOR_SKEP KETENTUAN EKSPOR


Appendiks I - Keputusan Menteri 1. Dilarang diperjualbelikan,
Kehutanan nomor Kep- 2. Tujuan non komersial
447 /Kpts-II/2003; tertentu dengan ijin
khusus dari Menteri
- Per M-Dag No.44/M- Kehutanan (SATS LN*
DAG/PER/7/2012 Ekspor dari Departemen
Kehutanan dan Izin CITES
dari negara pengimpor)

* SATS LN :
Surat Angkut Tumbuhan dan
Satwa Liar Luar Negeri
KETENTUAN EKSPOR
Komoditi : Tumbuhan dan Satwa Liar (Appendiks II dan III)

CITES NOMOR_SKEP KETENTUAN EKSPOR


Appendiks II - Keputusan Menteri Diawasi ekspornya
Kehutanan nomor Kep-447 (SATS LN* Ekspor dari
/Kpts-II/2003; Departemen
Kehutanan)
- Permendag No.50/M-
DAG/PER/9/2013 * SATS LN :
Surat Angkut Tumbuhan
dan Satwa Liar Luar Negeri
Ketentuan Benda Cagar Budaya

 Semua benda cagar budaya yang terdapat di wilayah hukum


Republik Indonesia dikuasai oleh negara. (UU Nomor 5
tahun 1992 pasal 4)

 Setiap orang dilarang membawa benda cagar budaya ke


luar wilayah RI, memperdagangkan atau memperjualbelikan
benda cagar budaya. (UU No. 5 tahun 1992 pasal 15)

 Dalam PP Nomor 10 tahun 1993 Pasal 30 dinyatakan bahwa


orang hanya dapat membawa benda cagar budaya ke luar
wilayah RI dengan ijin Menteri (yang bertanggung jawab di
bidang Kebudayaan).

 Ijin tersebut hanya diberikan untuk kepentingan penelitian


dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau
untuk Sosial budaya
TATACARA PEMBAWAAN UANG
Dasar Hukum:
 PMK 100/PMK.04/2018 jo PMK 157/PMK.04/2017 tentang tata cara
pemberitahuan dan pengawasan, indikator yang mencurigakan, pembawaan uang
tunai dan atau instrument pembayaran lain, serta pengenaan sangsi administrasi
dan penyetoran ke kas negara.

 membawa uang tunai RP 100 juta atau lebih, atau mata uang
asing yang nilainya setara dengan itu keluar dari daerah
pabean wajib memberikan laporan kepada Pejabat Bea dan
Cukai,
 membawa uang rupiah paling sedikit 100 juta atau uang
kertas asing (UKA) paling sedikit 1 milyar wajib izin dan
persetujuan Bank Indonesia
 menggunakan formulir BC 3.2 atau formulir PEB (BC 3.0)
jika diekspor sebagai barang kargo / melalui Perusahaan
Jasa Titipan (PJT),
 Jika dilanggar Denda 10 % dari nilai uang maksimal 300
jura rupiah

Anda mungkin juga menyukai