Anda di halaman 1dari 36

RPMK PENGGANTI

PMK 47/PMK.04/2012
TENTANG
PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
BARANG DARI DAN KE KPBPB

1
Kementerian Keuangan RI
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

POKOK PEMBAHASAN

1. Latar Belakang
2. Sistematika PMK 47/2012 dan RPMK Pengganti
3. Harmonisasi Regulasi
4. Pokok Pengaturan

2
Kementerian Keuangan RI
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Ketentuan tata laksana dari Peraturan Pemerintah No 41 Tahun


2021 tentang Penyelenggaran Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas (KPBPB)

Harmonisasi ketentuan peraturan perundang-undangan di


bidang kepabeanan dan cukai, mengingat ketentuan PMK
LATAR BELAKANG 47/PMK.04/2012 disusun berdasarkan ketentuan tahun
2012 dan terjadinya perkembangan probis di KPBPB
RPMK PENGGANTI
PMK 47/2012
Pengaturan khusus terkait layanan dan pengawasan atas
pemasukan/pengeluaran barang ke dan dari KPBPB
berdasarkan karakteristik KPBPB

Tindak lanjut rekomendasi aparat pengawasan


fungsional.

3
PMK 47/PMK.04/2012 SISTEMATIKA RPMK
1. Terdiri dari 1. Terdiri dari:
✓ 20 BAB dan 128 Pasal ✓ 21 BAB dan 101 Pasal
✓ 206 halaman (82 halaman batang tubuh, 116 halaman lampiran) ✓ 101 halaman (Batang Tubuh)

2. Pokok pengaturan 2. Pokok Pengaturan:


✓ BAB I Ketentuan Umum ✓ BAB I Ketentuan Umum
✓ BAB II Kedatangan Dan Keberangkatan Sarana Pengangkut ✓ BAB II Kedatangan Dan Keberangkatan Sarana Pengangkut
✓ BAB III Pembongkaran, Penimbunan, Dan Pemuatan ✓ BAB III Pembongkaran, Penimbunan, Dan Pemuatan Barang
✓ BAB IV Ketentuan Pemasukan Dan Pengeluaran Barang Ke Dan Dari ✓ BAB IV Ketentuan Pemasukan Dan Pengeluaran Barang Ke Dan Dari Kawasan Bebas
Kawasan Bebas ✓ BAB V Pengeluaran Barang Dari Kawasan Pabean Atau Tempat Lain Atas Barang
✓ BAB V Pengeluaran Barang Dari Kawasan Pabean Atau Tempat Lain Yang Telah Selesai Dibongkar Dari Sarana Pengangkut
Atas Barang Yang Telah Selesai Dibongkar Dari Sarana Pengangkut ✓ BAB VI Pemasukan Barang Ke Kawasan Bebaas Atau Tempat Lain Untuk Dikeluarkan
✓ BAB VI Pemasukan Barang Ke Kawasan Pabean Atau Tempat Lain Dari Kawasan Bebas
Untuk Dikeluarkan Dari Kawasan Bebas ✓ BAB VII Perlaakuan Tertentu Di Bidang Kepabeanan Atas Pemasukan Dan
✓ BAB VII Cara Penyampaian Pemberitahuan Pabean Pengeluaran Barang Ke Dan Dari Kawasan Bebas
✓ BAB VIII Pemeriksaan Pabean ✓ BAB VIII Penyampaian Pemberitahuan Pabean Dan Dokumen Pelengkap Pabean
✓ BAB IX Penghitungan Bea Masuk, Cukai Dan Pajak ✓ BAB IX Pemeriksaan Pabean
✓ BAB XI Ketentuan Larangan Dan Pembatasan ✓ BAB X Pemeriksaan Fisik Atas Pemasukan Barang Asal Tempat Lain Dalam Daerah
✓ BAB XII Pelaksanaan Pengeluaran Dan Pemasukan Barang Dari Dan Pabean Ke Kawasan Bebas Dalam Rangka Pemberian Fasilitas Perpajakan Berupa
Ke Kawasan Pabean PPN Tidak Dipungut
✓ BAB XIII Pemasukan Dan Pengeluaran Barang Berupa Kendaraan ✓ BAB XI Penghitungan Bea Masuk, Cukai, Dan Pajak
Bermotor ✓ BA XII Audit Kepabeanan Dan Audit Cukai
✓ BAB IV Barang Yang Dibawa Penumpang Dan Awak Sarana ✓ BAB XIII Ketentuan Larangan Dan Pembatasan
Pengangkut ✓ BAB XIV Kendaraan Bermotor
✓ BAB XV Barang Kiriman ✓ BAB XV Barang Yang Dibawa Oleh Penumpang Dan Awak Sarana Pengangkut
✓ BAB XVI Registrasi Kepabeanan ✓ BAB XVI Barang Kiriman
✓ BAB XVII Pengemas Yang Dipakai Berulang-ulang (Returnable ✓ BAB XVII Nomor Induk Berusaha Dan AksesKepabeanan
Package) ✓ BAB XVIII Kemasan Yang Dipakai Berulang-Ulang (Returnable Package)
✓ BAB XVIII Pembebasan Cukai Atas Barang Kena Cukai Untuk ✓ BAB XIX Teknologi Informasi Untuk Pengelolaan Pemasukan Dan Pengeluaran Barang
Konsumis Kebutuhan Penduduk (IT Inventory)
✓ BAB XIX Pengeluaran Kembali, Hibah Kepada Negara, Dan ✓ BAB XX Sanksi
Pemusnahan ✓ BAB XXI Ketentuan Lain-Lain
✓ BAB XX Lain-lain 4
HARMONISASI REGULASI UU Kepabeanan dan UU Cukai

✓ PMK 201 Tahun 2020 Tentang Voluntary Declaration Dan


Voluntary Payment
✓ PMK 109 Tahun 2020 Tentang Kawasan Pabean Dan TPS
PP 41/2021 ✓ PMK 203 Tahun 2017 Tentang Impor Dan Ekspor Barang
Penumpang
✓ PMK 216 Tahun 2016 Tentang Angkut Terus dan Angkut
Lanjut
✓ PMK 21 Tahun 2019 Tentang Ekspor
✓ PMK 158 Tahun 2017 Tentang RKSP dan Manifest
✓ PMK 228 Tahun 228 Tahun 2019 Tentang Impor Untuk
RPMK Dipakai
PENGGANTI
PMK 47/2012

Kekhususan KPBPB
✓ Sarana pengangkut yang datang dari atau berangkat ke tempat lain
dalam daerah pabean
✓ Ship to Ship (STS)
✓ Floatimg Storage Unit (FSU)
✓ Kendaraan bermotor
✓ Endorsement dalam rangka fasilitas perpajakan berupa PPN tidak
dipungut
✓ Barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk
✓ Barang penumpang dan awak sarana pengangkut
✓ Barang kiriman 5
POKOK PENGATURAN

3 Harmonisasi Ketentuan Pemasukan/Pengeluaran Barang


1 Harmonisasi Ketentuan Kawasan Pabean
• Penambahan pengaturan perizinan pemasukan/pengeluaran barang
• Penambahan pengaturan penetapan kawasan pabean harmonisasi dengan • Penambahan pengaturan mengenai kewenangan pengawasan barang
ketentuan mengenai kawasan pabean yang berlaku secara umum konsumsi untuk kebutuhan penduduk
• Penambahan pengaturan barang yang dapat ditimbun di kawasan pabean • Penambahan pengaturan tujuan pemasukan dan pengeluaran barang ke
• Harmonisasi Ketentuan Kedatangan dan Keberangkatan Sarana Pengangkut KPBPB
• Penambahan kriteria pengangkut • Penambahan pengaturan status kepemilikan barang
• Penambahan National Logistic Ecosystem • Penambahan pengaturan mengenai pencantuman penghitungan bea
masuk tambahan dalam PPFTZ pemasukan/pengeluaran ke dan dari KPBPB
• Penambahan pengaturan penyerahan RKSP/Inward Manifest/Outward
Manifest oleh pengangkut yang datang dari atau akan berangkat ke KPBPB • Perubahan pengaturan mengenai pemberitahuan pabean atas pemasukan
lain atau tempat lain dalam daerah pabean dari KPBPB lain, TPB dan KEK
• Perubahan pengaturan mengenai prosedur angkut lanjut
• Penambahan pengaturan mengenai pengeluaran barang konsumsi untuk
kebutuhan penduduk dari KPBPB
• Penambahan pengaturan mengenai pengeluaran barang berupa bekal
sarana pengangkut
Harmonisasi Ketentuan Pembongkaran, Penimbunan
2 dan Pemuatan Barang
3. Harmonisasi Ketentuan Pemasukan/ Pengeluaran Barang • Penambahan pengaturan mengenai pemberitahuan pabean atas
pengeluaran barang ke luar daerah pabean
• Penambahan pengaturan mengenai pengeluaran barang ke luar daerah
pabean multimoda (ekspor multimoda)
• Penambahan pengaturan mengenai Ship to Ship (STS)
• Perubahan pengaturan mengenai jangka waktu pengeluaran barang untuk
• Penambahan pengaturan mengenai Floating Storage Unit (FSU)
tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu ke tempat lain dalam daerah
pabean

6
POKOK PENGATURAN

4 Harmonisasi Ketentuan Fasilitas Kepabeanan 6 3. Harmonisasi


Harmonisasi Ketentuan Keberatan Ketentuan Pemasukan/
dan Audit
Pengeluaran Barang
• Penambahan pengaturan mengenai pemasukan
• barang yang mendapat fasilitas pembebasan bea masuk untuk kegiatan • Penambahan pengaturan mengenai keberatan
usaha hulu minyak dan gas bumi yang termasuk dalam barang yang • Penambahan pengaturan mengenai audit
mendapatkan cost recovery dan gross split
• Penambahan pengaturan mengenai perlakuan tertentu di bidang
kepabeanan
• Harmonisasi Ketentuan Penelitian Dokumen dan Pemeriksaan Fisik
• Penambahan pengaturan mengenai manajemen risiko dalam pemeriksaan
pabean
• Perubahan pengaturan mengenai pemeriksaan fisik dalam rangka
endorsement

5 Harmonisasi Ketentuan Perhitungan Pungutan Negara 7 Harmonisasi Ketentuan Pembatasan

• Penambahan pengaturan mengenai perhitungan bea masuk, cukai, dan • Penambahan pengaturan mengenai pemenuhan ketentuan pembatasan di
pajak KPBPB Sabang
• Penambahan pengaturan mengenai voluntary declaration dan voluntary • Penambahan pengaturan mengenai pemenuhan kewajiban pembatasan
payment atas pengeluaran barang dari KPBPB

7
POKOK PENGATURAN

8 Harmonisasi Ketentuan Barang Yang Dibawa Penumpang Dan


Awak Sarana Pengangkut
9 Harmonisasi Ketentuan Barang Kiriman Ketentuan Pemasukan/
3. Harmonisasi
Pengeluaran Barang

• Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang; • Penambahan pengaturan mengenai pengawasan barang kiriman berupa
• Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang transit; barang konsumsi;
• Penambahan pengaturan mengenai pengawasan barang penumpang dan • Penambahan pengaturan mengenai penelitian ulang, audit dan
awak sarana pengangkut berupa barang konsumsi; mekanisme penetapan kembali tarif dan nilai pabean lainnya;
• Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang transit; • Penambahan pengaturan mengenai market place.
• Perubahan Pengaturan Ketentuan Returnable Package.
• Penambahan pengaturan mengenai teknologi informasi untuk pemasukan
dan pengeluaran barang (IT Inventory).

10 Harmonisasi Ketentuan Pengenaan Sanksi

• Penambahan pengaturan mengenai pengenaan sanksi kepada pengusaha


yang melakukan pemasukan/pengeluran barang yang tidak sesuai
ketentuan;
• Penambahan pengaturan mengenai pengenaan sanksi terkait
pendayaagunaan IT Inventory.

8
Kementerian Keuangan RI
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

LAMPIRAN
PRESENTASI
HARMONISASI KETENTUAN KAWASAN PABEAN
1. Penambahan pengaturan penetapan Kawasan Pabean (Pasal 2 ayat (4))
Dapat dilakukan penetapan oleh Kepala Kantor Wilayah atau Kepala KPU berdasarkan:
✓ permohonan dari pengelola pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain
✓ usulan dari Kepala Kantor Pabean (Kanwil DJBC) atau Kepala Bidang yang tugas dan fungsinya di
bidang pelayanan pabean (KPU)

2. Penambahan pengaturan barang yang dapat ditimbun di Kawasan


Pabean (Pasal 3 ayat (2))
Barang selain barang dari luar Daerah Pabean, KPBPB lain, tempat
penimbunan berikat, kawasan ekonomi khusus, atau tempat lain
dalam Daerah Pabean yang akan dimasukkan ke atau dikeluarkan
dari KPBPB dilarang dimasukkan dan/atau ditimbun di Kawasan
Pabean, kecuali untuk:
✓ tujuan pengangkutan selanjutnya;
✓ kegiatan operasional dalam Kawasan Pabean; atau
✓ tujuan lainnya berdasarkan pertimbangan Kepala Kantor
Pabean yang mengawasi kawasan pabean

1
HARMONISASI KETENTUAN KEDATANGAN & KEBERANGKATAN SARANA PENGANGKUT

1. Penambahan kriteria pengangkut (Pasal 4 ayat (2))


Pengangkut terdiri atas:
✓ operator sarana pengangkut atau kuasanya;
✓ pengangkut kontraktual; dan/atau
✓ penyelenggara pos.
2. Penambahan National Logistic Ecosystem (NLE) di KPBPB (Pasal 4 ayat (4) dan Pasal 99)
Pelayanan dan pengawasan atas pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB
dapat dilakukan dengan sistem layanan elektronik yang terhubung dengan ekosistem logistik
KPBPB sebagai bagian dari ekosistem logistik nasional (National Logistic Ecosystem/NLE)
yang diwajibkan pemerintah untuk percepatan logistik nasional, dalam hal telah tersedia.
3. Penambahan pengaturan penyerahan RKSP/ Inward Manifest/
Outward Manifest oleh pengangkut yang datang dari atau akan
berangkat ke KPBPB lain atau tempat lain dalam daerah
pabean (Pasal 5 ayat (1))

2
HARMONISASI KETENTUAN PEMBONGKARAN, PENIMBUNAN, DAN PEMUATAN BARANG
1. Penambahan pengaturan mengenai Ship To Ship (STS) (Pasal 10 ayat (5))
Pembongkaran barang di tempat lain dapat dilakukan di luar pelabuhan dari sarana pengangkut laut ke
sarana pengangkut laut lainnya, dalam hal:
✓ sarana pengangkut awal tidak dapat sandar langsung ke dermaga pelabuhan; dan/atau
✓ barang untuk diangkut lanjut,
dan telah mendapat persetujuan pembongkaran barang.

2. Penambahan pengaturan mengenai Floating Storage Unit (FSU)


(Pasal 13 ayat (1) & ayat (4)
Penimbunan dapat dilakukan di sarana pengangkut laut di luar
pelabuhan dengan ketentuan:
✓ mempunyai bentuk, sifat, dan karakteristik tertentu
✓ telah mendapat persetujuan pembongkaran barang
✓ barang yang ditimbun untuk diangkut lanjut
✓ pemenuhan persayaratan lain seperti:
• sarana pengangkut yang digunakan untuk menimbun
ditetapkan sebagai TPS
• penggunaan IT Inventory
3
HARMONISASI KETENTUAN PEMASUKAN/PENGELUARAN BARANG
1. Penambahan pengaturan perizinan pemasukan/pengeluaran barang (Pasal 17 ayat (1))
a. pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas hanya dapat dilakukan oleh
pengusaha yang telah mendapat perizinan berusaha dari Badan Pengusahaan Kawasan berupa:
✓ perizinan pemasukan barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk di KPBPB; atau
✓ perizinan pemasukan dan pengeluaran barang selain barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk
di KPBPB.
b. perizinan pemasukan/pengeluaran tersebut hanya dapat dimiliki 1 perusahaan 1 perizinan

2. Penambahan pengaturan mengenai kewenangan pengawasan barang


konsumsi untuk kebutuhan penduduk (Pasal 19 ayat (1))
Pemasukan barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk KPBPB dari
luar Daerah Pabean sepanjang yang telah ditetapkan jumlah dan
jenisnya oleh Badan Pengusahaan Kawasan, pengawasan dan
pengadministrasiannya dilakukan oleh Badan Pengusahaan
Kawasan.

4
HARMONISASI KETENTUAN PEMASUKAN BARANG KE KPBPB
1. Penambahan pengaturan tujuan pemasukan barang ke KPBPB (Pasal 21 ayat (1))
Barang yang dimasukkan ke KPBPB, dapat berupa barang yang diperuntukkan:
a. penjualan;
b. pemakaian langsung;
c. penimbunan;
d. pengolahan;
e. pengerjaan proyek;
f. pekerjaan subkontrak;
g. pemasukan kembali barang:
✓ yang dikeluarkan untuk tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu ke tempat lain dalam
Daerah Pabean;
✓ yang mendapat fasilitas pembebasan bea masuk untuk kegiatan usaha hulu minyak dan
gas bumi yang termasuk dalam barang yang mendapatkan cost recovery, yang
dikeluarkan ke tempat lain dalam Daerah Pabean;
✓ yang dikeluarkan ke luar Daerah Pabean;
✓ subkontrak;
✓ pinjaman;
✓ perbaikan, atau
✓ yang dikeluarkan sementara dalam jangka waktu tertentu ke luar Daerah
Pabean dengan carnet,
h. peragaan, pameran, atau demonstrasi;
i. perbaikan, pengujian atau kalibrasi;
j. pemasukan sementara dengan carnet; atau
k. kegiatan lainnya.
5
HARMONISASI KETENTUAN PEMASUKAN BARANG KE KPBPB

2. Penambahan pengaturan status kepemilikan barang (Pasal 21 yat (2))


terhadap barang yang dimasukkan ke KPBPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dimiliki oleh:
✓ perusahaan di KPBPB;
✓ perusahaan di luar Daerah Pabean;
✓ perusahaan di KPBPB lainnya, tempat penimbunan berikat, atau kawasan ekonomi khusus;
✓ perusahaan di tempat lain dalam daerah pabean; atau
✓ Orang selain sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d.

3. Penambahan pengaturan mengenai pencantuman perhitungan


BMT di PPFTZ 01 pemasukan ke KPBPB (Pasal 23)
PPFTZ 01 pemasukan ke KPBPB disampaikan oleh pengusaha
berdasarkan dokumen pelengkap pabean dengan menghitung
sendiri bea masuk, bea masuk anti dumping, bea masuk imbalan,
bea masuk pengamanan, dan/atau bea masuk pembalasan,
cukai, dan/atau pajak yang dibebaskan.

6
HARMONISASI KETENTUAN PEMASUKAN BARANG KE KPBPB

4. Perubahan pengaturan mengenai pemberitahuan pabean atas pemasukan barang dari KPBPB lain, TPB, KEK
(Pasal 22 ayat (2))
Semula: penggunaan dokumen PPFTZ 02 di kantor pabean pemasukan
RPMK: Penyampaian PPFTZ pemasukan barang ke KPBPB dari:
✓ KPBPB lainnya;
✓ tempat penimbunan berikat;
✓ kawasan ekonomi khusus;
menggunakan pemberitahuan pabean yang digunakan untuk mengeluarkan barang dari
KPBPB asal lainnya, tempat penimbunan berikat, atau kawasan ekonomi khusus, yang telah
mendapatkan nomor dan tanggal pendaftaran dari Kantor Pabean asal.

5. Perubahan pengaturan mengenai prosedur angkut lanjut (Pasal 25)


Semula: kegiatan angkut lanjut memerlukan penyampaian
pemberitahuan dan persetujuan pejabat
RPMK: kegiatan angkut lanjut cukup dengan
menyampaikan pemberitahuan ke kantor pabean

7
HARMONISASI KETENTUAN PENGELUARAN BARANG DARI KPBPB
1. Penambahan pengaturan mengenai tujuan pengeluaran barang dari KPBPB
(Pasal 28 ayat (2))
Barang yang dikeluarkan dari Kawasan Bebas dapat berupa barang untuk:
a. penjualan;
b. penimbunan;
c. pengolahan;
d. pengerjaan proyek;
e. pekerjaan subkontrak;
f. pengeluaran kembali barang:
✓ subkontrak;
✓ pinjaman; atau
✓ perbaikan,
g. tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu ke tempat lain dalam Daerah Pabean;
h. pengeluaran dalam rangka fasilitas pembebasan bea masuk untuk kegiatan usaha hulu
minyak dan gas bumi yang termasuk dalam barang yang mendapatkan cost recovery dan
gross split, yang dikeluarkan ke tempat lain dalam Daerah Pabean;
i. peragaan, pameran, atau demonstrasi;
j. perbaikan, rekondisi, pengujian atau kalibrasi;
k. pengeluaran sementara dalam jangka waktu tertentu ke luar
Daerah Pabean dengan carnet;
l. bekal sarana pegangkut; atau
m. kegiatan lainnya

8
HARMONISASI KETENTUAN PENGELUARAN BARANG DARI KPBPB
2. Penambahan pengaturan mengenai pengeluaran barang konsumsi untuk kebutuhan
penduduk dari KPBPB (Pasal 28 ayat (4))
Terhadap barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk di Kawasan Bebas yang
berasal dari luar Daerah Pabean dan mendapatkan penetapan jumlah dan jenis oleh
Badan Pengusahaan Kawasan, tidak dapat untuk dikeluarkan dari Kawasan Bebas

3. Penambahan pengaturan mengenai pengeluaran barang berupa bekal sarana


pengangkut (Pasal 29)
a. kriteria sarana pengangkut tujuan yaitu sarana pengangkut yang
✓ bersandar di pelabuhan/di bandar udara;
✓ lego jangkar di perairan koordinat KPBPB; atau
✓ lego jangkar di luar perairan koordinat KPBPB.
b. Kriteria persyaratan:
✓ telah mendapat persetujuan Kepala Kantor Pabean berdasarkan permohonan;
✓ supply vehicle wajib terdaftar di Kantor Pabean dan memiliki automatic
identification system (AIS)
✓ sarana pengangkut tujuan berbendera asing dan lego jangkar
di perairan internasional
✓ jumlah dan/atau nilai barang barang berupa bekal
sarana pengangkut ditetapkan oleh Kepala Kantor
Pabean dengan mempertimbangkan manajemen risiko
9
HARMONISASI KETENTUAN PENGELUARAN BARANG DARI KPBPB
4. Penambahan pengaturan mengenai pencantuman perhitungan BMT di PPFTZ pengeluaran dari KPBPB (Pasal
30 ayat (3))
PPFTZ pengeluaran dari KPBPB disampaikan oleh pengusaha berdasarkan dokumen pelengkap pabean
dengan menghitung sendiri bea masuk, bea masuk anti dumping, bea masuk imbalan, bea masuk
pengamanan, dan/atau bea masuk pembalasan, cukai, dan/atau pajak yang dibebaskan (KPBPB lain), atau
ditangguhkan (TPB/KEK), atau dibayarkan (PPFTZ 01 pengeluaran ke tempat lain dalam daerah pabean).
5. Penambahan pengaturan mengenai pemberitahuan pabean atas
pengeluaran barang ke luar daerah pabean (Pasal 30 ayat (4))
Kewajiban memberitahukan dengan Pemberitahuan Pabean
berlaku juga atas pengeluaran barang dari KPBPB ke luar Daerah
Pabean berupa:
a. barang yang pada saat pemasukan ke KPBPB dari luar Daerah
Pabean telah diberitahukan sebagai barang pemasukan
sementara;
b. barang yang akan dimasukkan kembali ke KPBPB dari luar
Daerah Pabean, sehingga pada saat pemasukan kembali ke
KPBPB dari luar Daerah Pabean dapat diperlakukan sebagai
barang dimasukkan kembali; atau
c. barang yang dikenakan bea keluar melebihi batas
pengecualian pengenaan bea keluar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. 10
HARMONISASI KETENTUAN PENGELUARAN BARANG DARI KPBPB

6. Penambahan pengaturan mengenai pengeluaran barang ke luar daerah pabean multimoda (ekspor
multimoda) (Pasal 33 ayat (2))
Pengeluaran barang dari KPBPB ke luar Daerah Pabean dapat dilakukan melalui pelabuhan muat ekspor
di Kawasan Bebas lainnya, tempat penimbunan berikat, kawasan ekonomi khusus, atau tempat lain
dalam daerah pabean:
a. setelah diselesaikan kewajiban pabeannya; dan
b. diangkut dengan sarana pengangkut dalam negeri yang merupakan bagian dari angkutan multimoda

7. Perubahan pengaturan mengenai jangka waktu pengeluaran


barang untuk tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu ke
tempat lain dalam daerah pabean (Pasal 35 ayat (5))
Semula: 1 (satu) tahun
RPMK: 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sehingga
paling lama 3 (tiga) tahun

11
HARMONISASI KETENTUAN FASILITAS KEPABEANAN DI KPBPB
1. Penambahan pengaturan mengenai pemasukan barang yang mendapat fasilitas pembebasan bea masuk untuk
kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang termasuk dalam barang yang mendapatkan cost recovery dan gross split
(Pasal 38)
a. barang asal luar Daerah Pabean dapat dikeluarkan dari KPBPB ke tempat lain dalam Daerah Pabean untuk kegiatan
usaha hulu minyak dan gas bumi.
b. barang untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi merupakan barang yang:
✓ mendapat fasilitas pembebasan;
✓ termasuk dalam barang yang mendapatkan cost recovery dan gross split; dan
✓ berdasarkan perundang-undangan mengharuskan untuk dikeluarkan kembali ke luar Daerah Pabean
c. terhadap barang barang untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dapat diselesaikan kewajiban
untuk dikeluarkan kembali ke luar Daerah Pabean dengan dimasukkan kembali ke KPBPB dengan
menyampaikan PPFTZ pemasukan barang ke KPBPB dari tempat lain dalam Daerah Pabean
2. Penambahan pengaturan mengenai perlakuan tertentu di bidang
kepabeanan (Pasal 40)
terhadap pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB,
dapat diberikan perlakuan tertentu di bidang kepabeanan untuk
pengusaha yang telah:
a. pengakuan sebagai operator ekonomi berserifikat (authorized
economic operator); atau
b. ditetapkan sebagai mitra utama kepabeanan (MITA
Kepabeanan) 12
HARMONISASI KETENTUAN PENELITIAN DOKUMEN & PEMERIKSAAN FISIK
1. Perubahan pengaturan mengenai pemeriksaan pabean atas pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB
(Pasal 45 & PAsal 46)
Semula: pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan merah acak atau NHI
RPMK: 1. penelitian dokumen atas pemasukan/pengeluaran barang ke dan dari KPBPB dilakukan secara
selektifberdasarkan manajemen risiko (penjaluran)
2. dikecualikan dari pemeriksaan dokumen terhadap pemasukan barang ke KPBPB dari tempat lain
dalam daerah pabean dan dari luar daerah pabean atas barang berupa barang konsumsi untuk
kebutuhan penduduk di KPBPB
3. pemeriksaan fisik atas pemasukan/pengeluaran barang ke dan dari KPBPB dilakukan secara selektif
berdasarkan manajemen risiko (penjaluran) atau NHI.
4. pemeriksaan fisik atas pemasukan barang berupa barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk dari
luar daerah pabean hanya dilakukan berdasarkan NHI.
2. Penambahan pengaturan mengenai penelitian ulang, audit dan
mekanisme penetapan kembali tarif dan nilai pabean lainnya
(PAsal 47 ayat (5))
Terhadap PPFTZ yang telah dilakukan penelitian dan penetapan
nilai pabean, dapat dilakukan penetapan kembali berupa:
a. penelitian ulang;
b. audit kepabeanan; dan/atau
c. mekanisme penetapan kembali tarif dan nilai pabean
lainnya. 13
HARMONISASI KETENTUAN PENELITIAN DOKUMEN & PEMERIKSAAN FISIK
3. Penambahan pengaturan mengenai manajemen risiko dalam pemeriksaan pabean (P{asal 48)
Manajemen risiko dalam pemeriksaan pabean dilakukan dalam bentuk penjaluran dengan kriteria pertimbangan
tertentu yaitu:
a. profil operator ekonomi;
b. profil komoditi;
c. data informasi dari sistem pelayanan dan/atau pertukaran data dengan instansi lain; dan/atau
d. informasi intelijen baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Pajak, atau
instansi/lembaga teknis lain.

4. Perubahan pengaturan mengenai pemeriksaan fisik dalam rangka


endorsement (Pasal 53 ayat (2))
Semula: tidak diatur
RPMK: ditambahkan ketentuan mengenai penyampaian hasil
pemeriksaan fisik berdasarkan NHI di bidang
kepabeanan dan cukai ke DJP

14
HARMONISASI KETENTUAN PERHITUNGAN PUNGUTAN NEGARA
1. Penambahan pengaturan mengenai perhitungan bea masuk, cukai, dan pajak (Pasal 58 ayat (3))
Perhitungan bea masuk dan pajak terhadap barang berupa:
a. sisa dari proses produksi di Kawasan Bebas yang berupa waste atau skrap; atau
b. barang modal yang dimusnahkan dengan cara perusakan dengan menghilangkan fungsi utamanya dan masih
memiliki nilai ekonomis,
menggunakan harga jual pada saat pengeluaran dari KPBPB ke tempat lain dalam daerah pabean

2. Penambahan pengaturan mengenai voluntary declaration dan voluntary payment (Pasal 59)
a. Perhitungan nilai transaksi merupakan harga yang sebenarnya dibayar atau yang
seharusnya dibayar oleh pembeli kepada penjual atas barang yang dijual untuk dimasukkan
ke KPBPB ditambah dengan biaya-biaya dan/atau nilai-nilai yang harus ditambahkan pada
nilai transaksi sepanjang biaya-biaya dan/atau nilai-nilai tersebut belum termasuk dalam
harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar.
b. Dalam hal harga yang seharusnya dibayar dan/atau biaya-
biaya dan/atau nilai-nilai yang harus ditambahkan pada
nilai transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
pengeluaran dari KPBPB ke tempat lain dalam Daerah
Pabean belum dapat ditentukan nilainya pada saat
pengajuan PPFTZ, pengusaha dapat melakukan deklarasi
inisiatif (voluntary declaration) dan/atau pembayaran
inisiatif (voluntary payment).
15
HARMONISASI KETENTUAN KEBERATAN DAN AUDIT
1. Penambahan pengaturan mengenai keberatan (Pasal 68)
Pengusaha/orang dapat mengajukan keberatan secara tertulis atas penetapan yang dilakukan oleh Pejabat mengenai:
a. tarif dan/atau nilai pabean untuk penghitungan bea masuk yang mengakibatkan kekurangan pembayaran bea
masuk, cukai, PPN, dan pajak penghasilan Pasal 22;
b. selain tarif dan/atau nilai pabean untuk penghitungan bea masuk;
c. pengenaan sanksi administrasi berupa denda; atau
a. penetapan bea keluar.

2. Penambahan pengaturan mengenai audit (Pasal 69)


Audit kepabeanan dan/atau audit cukai dilakukan terhadap orang yang bertindak
sebagai:
a. pengusaha yang memasukkan dan/atau mengeluarkan barang ke dan dari
KPBPB, pengusaha tempat penimbunan sementara, pengusaha pengurusan
jasa kepabeanan, atau pengusaha pengangkutan sesuai dengan undang-
undang kepabeanan; dan/atau
b. pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan,
importir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna
barang kena cukai yang mendapatkan fasilitas
pembebasan cukai sesuai dengan undang-undang cukai.

16
HARMONISASI KETENTUAN PEMBATASAN
1. Penambahan pengaturan mengenai pemenuhan ketentuan pembatasan di KPBPB
Sabang (Pasal 70 ayat (6)
Ketentuan pembatasan atas pemasukan barang ke KPBPB Sabang dari luar daerah
pabean dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pelimpahan kewenangan pemerintah kepada Dewan Kawasan Sabang

2. Penambahan pengaturan mengenai pemenuhan kewajiban


pembatasan atas pengeluaran barang dari KPBPB (Pasal 72)
a. Pemenuhan kewajiban ketentuan pembatasan atas
pemasukan barang ke KPBB dan pengeluaran barang dari
KPBPB, dapat dilakukan oleh:
1) pengusaha di KPBPB; atau
2) pengusaha di tempat lain dalam daerah pabean yang
menerima barang
b. Pengusaha yang melakukan pemenuhan kewajiban
ketentuan pembatasan tersebut bertanggung jawab atas
perizinan ketentuan pembatasan yang disampaikan dalam
PPFTZ atau pemberitahuan pabean lainnya

17
HARMONISASI KETENTUAN BARANG YANG DIBAWA PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT
1. Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang (Pasal 76)
a. Barang yang dibawa oleh penumpang atau awak sarana pengangkut terdiri atas:
1) barang pribadi penumpang atau barang pribadi awak sarana pengangkut yang digunakan/dipakai untuk
keperluan pribadi termasuk sisa perbekalan (personal use); dan/atau
2) barang penumpang atau barang awak sarana pengangkut selain yang digunakan/dipakai untuk keperluan pribadi
(non personal use).
b. Barang pribadi penumpang atau barang pribadi awak sarana
pengangkut (personal use) terdiri atas barang yang diperoleh
dari:
a. luar daerah pabean, yang tidak akan dibawa kembali ke
luar daerah pabean;
b. KPBPB atau tempat lain dalam daerah pabean, yang
tidak akan dibawa kembali ke KPBPB atau tempat lain
dalam daerah pabean;
c. luar daerah pabean, yang akan digunakan selama
berada di KPBPB dan akan dibawa kembali pada saat
penumpang atau awak sarana pengangkut
meninggalkan KPBPB; atau
d. KPBPB, yang akan digunakan selama berada di luar
daerah pabean atau tempat lain dalam daerah pabean
dan akan dibawa kembali pada saat penumpang atau
awak sarana pengangkut menuju ke KPBPB.
18
HARMONISASI KETENTUAN BARANG YANG DIBAWA PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT
2. Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang transit (Pasal 78 ayat (3) & ayat (4))
Terhadap barang bawaan penumpang atau awak sarana pengangkut asal tempat lain dalam daerah pabean yang dibawa oleh
penumpang atau awak sarana pengangkut yang akan melanjutkan kembali perjalanan melalui KPBPB ke KPBPB lainnya atau tempat lain
dalam daerah pabean, tidak dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka pengeluaran barang dari KPBPB, dengan mekanisme
memberitahukan ke Pejabat Bea dan Cukai disertai dengan bukti.

3. Penambahan pengaturan mengenai pengawasan barang penumpang dan awak sarana pengangkut berupa barang
konsumsi (Pasal 78 ayat (5) , (6), (7) & ayat (8))
a. Terhadap barang bawaan penumpang atau awak sarana pengangkut berupa barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk di
KPBPB yang mendapat penetapan jumlah dan jenis oleh Badan Pengusahaan, diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai.
b. Pemberian wewenang kepada Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan
atas pengeluaran barang konsumsi dalam rangka kepentingan pengawasan yang
dilakukan berdasarkan:
1) penilaian risiko; dan/atau
2) sistem analisis informasi penumpang, awak sarana pengangkut atau barang
kiriman.
c. Terhadap barang penumpang, atau barang awak sarana pengangkut
yang:
1) tidak diberitahukan;
2) diberitahukan namun kedapatan jumlah dan/atau jenis tidak
sesuai; dan/atau
3) melebihi jumlah dan/atau nilai tertentu,
dilakukan penindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kepabeanan dan cukai
19
HARMONISASI KETENTUAN BARANG YANG DIBAWA PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT
4. Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang transit (Pasal 79)
Terhadap barang barang bawaan penumpang atau awak sarana pengangkut yang akan meninggalkan KPBPB menuju
luar daerah pabean berupa:
a. perhiasan emas, perhiasan mutiara, dan perhiasan bernilai tinggi yang termasuk dalam kategori jenis barang yang
tercantum dalam BAB 71 Buku Tarif Kepabeanan Indonesia;
b. barang yang akan dibawa kembali ke dalam Daerah Pabean;
c. uang tunai dan/atau instrument pembayaran lain dengan nilai paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) atau mata uang asing yang nilainya setara dengan itu; dan/atau
d. barang ekspor yang dikenakan bea keluar.
diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai

20
HARMONISASI KETENTUAN BARANG KIRIMAN
1. Penambahan pengaturan mengenai pengawasan barang kiriman berupa barang konsumsi (Pasal 82 ayat (6), (7), (8) & (9)
a. Terhadap barang kiriman berupa barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk di KPBPB yang mendapat penetapan
jumlah dan jenis oleh Badan Pengusahaan, diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai.
b. Pemberian wewenang kepada Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan atas pengeluaran barang konsumsi
dalam rangka kepentingan pengawasan yang dilakukan berdasarkan:
1) penilaian risiko; dan/atau
2) sistem analisis informasi penumpang, awak sarana pengangkut atau barang kiriman
c. Terhadap barang kiriman yang:
1) tidak diberitahukan;
2) diberitahukan namun kedapatan jumlah dan/atau jenis tidak sesuai; dan/atau
3) melebihi jumlah dan/atau nilai tertentu, 21
dilakukan penindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kepabeanan dan cukai.
2. Penambahan pengaturan mengenai penelitian ulang, audit dan
mekanisme penetapan kembali tarif dan nilai pabean lainnya
(Pasal 84 ayat (8))
Terhadap pemberitahuan barang kiriman yang telah dilakukan
penelitian dan penetapan nilai pabean, dapat dilakukan penetapan
kembali berupa:
a. penelitian ulang;
b. audit kepabeanan; dan/atau
c. mekanisme penetapan kembali tarif dan nilai pabean lainnya.
HARMONISASI KETENTUAN BARANG KIRIMAN

3. Penambahan pengaturan mengenai market place (Pasal 85)


Dalam rangka percepatan serta peningkatan pelayanan dan pengawasan kepabeanan atas
pemasukan barang ke atau pengeluaran barang dari Kawasan Bebas melalui barang kiriman,
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat melakukan kemitraan dengan pihak lain yaitu:
a. pihak penyedia pasar (marketplace), baik secara elektronik maupun non elektronik, yang
barangnya dimasukkan ke KPBPB atau dikeluarkan dari KPBPB melalui barang kiriman;
b. pihak penjual dan/atau pemasok atas pemasukan barang ke atau pengeluaran barang dari
KPBPB melalui barang kiriman; dan/atau
c. pihak lain, selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, yang terkait dengan
pemasukan barang ke atau pengeluaran barang dari KPBPB melalui barang kiriman.

22
HARMONISASI KETENTUAN RETURNABLE PACKAGE

Perubahan pengaturan mengenai returnable package (Pasal 88)


Semula: diatur secara umum
RPMK: 1. penegasan yang dimaksud returnable package yaitu kemasan yang berasal dari
luar daerah pabean atau dari tempat lain dalam daerah pabean, yang digunakan
atau akan digunakan dalam rangka pengangkutan dan/atau pengemasan barang
ke dan/atau dari KPBPB secara berulang-ulang.
2. Kriteria returnable package:
a. tidak akan habis dipakai secara fungsi maupun bentuk;
b. tidak mengalami perubahan bentuk secara hakiki;
c. saat dimasukkan ke KPBPB dapat diidentifikasikan sebagai barang yang
sama/identik saat dikeluarkan, atau pada saat dikeluarkan dari KPBPB
dapat diidentifikasi sebagai barang yang sama/identik saat dimasukkan
kembali; dan
d. tujuan penggunaan returnable package jelas.

23
HARMONISASI KETENTUAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNTUK PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG (IT INEVTORY)
Penambahan pengaturan mengenai teknologi informasi untuk
pemasukan dan pengeluaran barang (IT Inventory) (Pasal 89)
a. Penerapan IT Inventory yang merupakan merupakan
subsistem dari sistem informasi akuntansi yang akan
menghasilkan informasi laporan keuangan dan dapat diakses
untuk kepentingan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai serta Direktorat Jenderal Pajak.
b. IT Inventory tersebut harus dimiliki dan didayagunakan oleh:
1) pengusaha Floating Storage Unit (FSU);
2) pengusaha logistik termasuk pengusaha penyedia bekal
sarana pengangkut.
c. Pendayagunaan IT Inventory oleh pengusaha dilakukan
sebelum melakukan kegiatan pemasukan dan pengeluaran
barang ke dan dari KPBPB, atau paling lambat 3 (tiga) bulan
sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.

24
HARMONISASI KETENTUAN PENGENAAN SANKSI
1. Penambahan pengaturan mengenai pengenaan sanksi kepada pengusaha yang melakukan pemasukan/pengeluran barang
yang tidak sesuai ketentuan (Pasal 90 ayat (2))
Pengenaan sanksi kepada pengusaha yang melakukan pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB yang tidak
sesuai ketentuan berupa:
a. pembekuan perizinan berusaha oleh Badan Pengusahaan;
b. pemblokiran akses kepabeanan sebagai pengusaha di KPBPB atas kegiatan pemasukan barang ke KPBPB dari LDP.
2. Penambahan pengaturan mengenai pengenaan sanksi terkait pendayaagunaan IT Inventory (Pasal 94)
a. Pengenaan sanksi berupa tidak dilayani proses kepabeanannya kepada pengusaha logistik yang
belum memiliki dan mendayagunakan IT Inventory dalam kegiatan pemasukan dan pengeluaran
barang logistik ke dan dari KPBPB.
25
b. Pengenaan sanksi berupa tidak dilayani proses
kepabeanannya kepada pengusaha yang telah memiliki dan
mendayagunakan IT Inventory namun tidak dapat
melampirkan da/atau membuktikan dokumen pemasukan ke
KPBPB.
c. Pengenaan sanksi berupa pembekuan perizinan berusaha
dan/atau pemblokiran akses kepabeanan atas kegiatan
pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB
kepada pengusaha yang memiliki dan mendayagunakan IT
Inventory namun melakukan pengeluaran barang konsumsi
untuk kebutuhan penduduk.
URGENSI IT INVENTORY ATAS UNTUK PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG

IT Inventory sebagai tools untuk dapat:


1. mengetahui asal usul barang yang ditimbun di pengusaha logistik
Pengusaha logistik akan dimungkinkan menimbun barang yang berasal dari luar daerah pabean, KPBPB lain,
tempat penimbunan berikat, kawasan ekonomi khusus, atau tempat lain dalam daerah pabean.
2. memvalidasi jenis dan jumlah barang yang dimasukkan dengan yang akan dikeluarkan
diperlukan untuk mengetahui:
a. jenis barang khususnya barang konsumsi dan
b. jumlah barang khususnya barang konsumsi;
dengan menyandingkan jenis barang yang telah dimasukkan dengan
yang akan dikeluarkan.
3. memperlancar arus keluar masuk barang
penerapan IT inventory akan memudahkan dalam pemeriksaan
pabean sehingga dapat memperlancar arus keluar masuk
barang
26
POLA PERGERAKAN ARUS BARANG LOGISTIK

27

Anda mungkin juga menyukai