PMK 47/PMK.04/2012
TENTANG
PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
BARANG DARI DAN KE KPBPB
1
Kementerian Keuangan RI
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
POKOK PEMBAHASAN
1. Latar Belakang
2. Sistematika PMK 47/2012 dan RPMK Pengganti
3. Harmonisasi Regulasi
4. Pokok Pengaturan
2
Kementerian Keuangan RI
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
3
PMK 47/PMK.04/2012 SISTEMATIKA RPMK
1. Terdiri dari 1. Terdiri dari:
✓ 20 BAB dan 128 Pasal ✓ 21 BAB dan 101 Pasal
✓ 206 halaman (82 halaman batang tubuh, 116 halaman lampiran) ✓ 101 halaman (Batang Tubuh)
Kekhususan KPBPB
✓ Sarana pengangkut yang datang dari atau berangkat ke tempat lain
dalam daerah pabean
✓ Ship to Ship (STS)
✓ Floatimg Storage Unit (FSU)
✓ Kendaraan bermotor
✓ Endorsement dalam rangka fasilitas perpajakan berupa PPN tidak
dipungut
✓ Barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk
✓ Barang penumpang dan awak sarana pengangkut
✓ Barang kiriman 5
POKOK PENGATURAN
6
POKOK PENGATURAN
• Penambahan pengaturan mengenai perhitungan bea masuk, cukai, dan • Penambahan pengaturan mengenai pemenuhan ketentuan pembatasan di
pajak KPBPB Sabang
• Penambahan pengaturan mengenai voluntary declaration dan voluntary • Penambahan pengaturan mengenai pemenuhan kewajiban pembatasan
payment atas pengeluaran barang dari KPBPB
7
POKOK PENGATURAN
• Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang; • Penambahan pengaturan mengenai pengawasan barang kiriman berupa
• Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang transit; barang konsumsi;
• Penambahan pengaturan mengenai pengawasan barang penumpang dan • Penambahan pengaturan mengenai penelitian ulang, audit dan
awak sarana pengangkut berupa barang konsumsi; mekanisme penetapan kembali tarif dan nilai pabean lainnya;
• Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang transit; • Penambahan pengaturan mengenai market place.
• Perubahan Pengaturan Ketentuan Returnable Package.
• Penambahan pengaturan mengenai teknologi informasi untuk pemasukan
dan pengeluaran barang (IT Inventory).
8
Kementerian Keuangan RI
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
LAMPIRAN
PRESENTASI
HARMONISASI KETENTUAN KAWASAN PABEAN
1. Penambahan pengaturan penetapan Kawasan Pabean (Pasal 2 ayat (4))
Dapat dilakukan penetapan oleh Kepala Kantor Wilayah atau Kepala KPU berdasarkan:
✓ permohonan dari pengelola pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain
✓ usulan dari Kepala Kantor Pabean (Kanwil DJBC) atau Kepala Bidang yang tugas dan fungsinya di
bidang pelayanan pabean (KPU)
1
HARMONISASI KETENTUAN KEDATANGAN & KEBERANGKATAN SARANA PENGANGKUT
2
HARMONISASI KETENTUAN PEMBONGKARAN, PENIMBUNAN, DAN PEMUATAN BARANG
1. Penambahan pengaturan mengenai Ship To Ship (STS) (Pasal 10 ayat (5))
Pembongkaran barang di tempat lain dapat dilakukan di luar pelabuhan dari sarana pengangkut laut ke
sarana pengangkut laut lainnya, dalam hal:
✓ sarana pengangkut awal tidak dapat sandar langsung ke dermaga pelabuhan; dan/atau
✓ barang untuk diangkut lanjut,
dan telah mendapat persetujuan pembongkaran barang.
4
HARMONISASI KETENTUAN PEMASUKAN BARANG KE KPBPB
1. Penambahan pengaturan tujuan pemasukan barang ke KPBPB (Pasal 21 ayat (1))
Barang yang dimasukkan ke KPBPB, dapat berupa barang yang diperuntukkan:
a. penjualan;
b. pemakaian langsung;
c. penimbunan;
d. pengolahan;
e. pengerjaan proyek;
f. pekerjaan subkontrak;
g. pemasukan kembali barang:
✓ yang dikeluarkan untuk tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu ke tempat lain dalam
Daerah Pabean;
✓ yang mendapat fasilitas pembebasan bea masuk untuk kegiatan usaha hulu minyak dan
gas bumi yang termasuk dalam barang yang mendapatkan cost recovery, yang
dikeluarkan ke tempat lain dalam Daerah Pabean;
✓ yang dikeluarkan ke luar Daerah Pabean;
✓ subkontrak;
✓ pinjaman;
✓ perbaikan, atau
✓ yang dikeluarkan sementara dalam jangka waktu tertentu ke luar Daerah
Pabean dengan carnet,
h. peragaan, pameran, atau demonstrasi;
i. perbaikan, pengujian atau kalibrasi;
j. pemasukan sementara dengan carnet; atau
k. kegiatan lainnya.
5
HARMONISASI KETENTUAN PEMASUKAN BARANG KE KPBPB
6
HARMONISASI KETENTUAN PEMASUKAN BARANG KE KPBPB
4. Perubahan pengaturan mengenai pemberitahuan pabean atas pemasukan barang dari KPBPB lain, TPB, KEK
(Pasal 22 ayat (2))
Semula: penggunaan dokumen PPFTZ 02 di kantor pabean pemasukan
RPMK: Penyampaian PPFTZ pemasukan barang ke KPBPB dari:
✓ KPBPB lainnya;
✓ tempat penimbunan berikat;
✓ kawasan ekonomi khusus;
menggunakan pemberitahuan pabean yang digunakan untuk mengeluarkan barang dari
KPBPB asal lainnya, tempat penimbunan berikat, atau kawasan ekonomi khusus, yang telah
mendapatkan nomor dan tanggal pendaftaran dari Kantor Pabean asal.
7
HARMONISASI KETENTUAN PENGELUARAN BARANG DARI KPBPB
1. Penambahan pengaturan mengenai tujuan pengeluaran barang dari KPBPB
(Pasal 28 ayat (2))
Barang yang dikeluarkan dari Kawasan Bebas dapat berupa barang untuk:
a. penjualan;
b. penimbunan;
c. pengolahan;
d. pengerjaan proyek;
e. pekerjaan subkontrak;
f. pengeluaran kembali barang:
✓ subkontrak;
✓ pinjaman; atau
✓ perbaikan,
g. tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu ke tempat lain dalam Daerah Pabean;
h. pengeluaran dalam rangka fasilitas pembebasan bea masuk untuk kegiatan usaha hulu
minyak dan gas bumi yang termasuk dalam barang yang mendapatkan cost recovery dan
gross split, yang dikeluarkan ke tempat lain dalam Daerah Pabean;
i. peragaan, pameran, atau demonstrasi;
j. perbaikan, rekondisi, pengujian atau kalibrasi;
k. pengeluaran sementara dalam jangka waktu tertentu ke luar
Daerah Pabean dengan carnet;
l. bekal sarana pegangkut; atau
m. kegiatan lainnya
8
HARMONISASI KETENTUAN PENGELUARAN BARANG DARI KPBPB
2. Penambahan pengaturan mengenai pengeluaran barang konsumsi untuk kebutuhan
penduduk dari KPBPB (Pasal 28 ayat (4))
Terhadap barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk di Kawasan Bebas yang
berasal dari luar Daerah Pabean dan mendapatkan penetapan jumlah dan jenis oleh
Badan Pengusahaan Kawasan, tidak dapat untuk dikeluarkan dari Kawasan Bebas
6. Penambahan pengaturan mengenai pengeluaran barang ke luar daerah pabean multimoda (ekspor
multimoda) (Pasal 33 ayat (2))
Pengeluaran barang dari KPBPB ke luar Daerah Pabean dapat dilakukan melalui pelabuhan muat ekspor
di Kawasan Bebas lainnya, tempat penimbunan berikat, kawasan ekonomi khusus, atau tempat lain
dalam daerah pabean:
a. setelah diselesaikan kewajiban pabeannya; dan
b. diangkut dengan sarana pengangkut dalam negeri yang merupakan bagian dari angkutan multimoda
11
HARMONISASI KETENTUAN FASILITAS KEPABEANAN DI KPBPB
1. Penambahan pengaturan mengenai pemasukan barang yang mendapat fasilitas pembebasan bea masuk untuk
kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang termasuk dalam barang yang mendapatkan cost recovery dan gross split
(Pasal 38)
a. barang asal luar Daerah Pabean dapat dikeluarkan dari KPBPB ke tempat lain dalam Daerah Pabean untuk kegiatan
usaha hulu minyak dan gas bumi.
b. barang untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi merupakan barang yang:
✓ mendapat fasilitas pembebasan;
✓ termasuk dalam barang yang mendapatkan cost recovery dan gross split; dan
✓ berdasarkan perundang-undangan mengharuskan untuk dikeluarkan kembali ke luar Daerah Pabean
c. terhadap barang barang untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dapat diselesaikan kewajiban
untuk dikeluarkan kembali ke luar Daerah Pabean dengan dimasukkan kembali ke KPBPB dengan
menyampaikan PPFTZ pemasukan barang ke KPBPB dari tempat lain dalam Daerah Pabean
2. Penambahan pengaturan mengenai perlakuan tertentu di bidang
kepabeanan (Pasal 40)
terhadap pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB,
dapat diberikan perlakuan tertentu di bidang kepabeanan untuk
pengusaha yang telah:
a. pengakuan sebagai operator ekonomi berserifikat (authorized
economic operator); atau
b. ditetapkan sebagai mitra utama kepabeanan (MITA
Kepabeanan) 12
HARMONISASI KETENTUAN PENELITIAN DOKUMEN & PEMERIKSAAN FISIK
1. Perubahan pengaturan mengenai pemeriksaan pabean atas pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB
(Pasal 45 & PAsal 46)
Semula: pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan merah acak atau NHI
RPMK: 1. penelitian dokumen atas pemasukan/pengeluaran barang ke dan dari KPBPB dilakukan secara
selektifberdasarkan manajemen risiko (penjaluran)
2. dikecualikan dari pemeriksaan dokumen terhadap pemasukan barang ke KPBPB dari tempat lain
dalam daerah pabean dan dari luar daerah pabean atas barang berupa barang konsumsi untuk
kebutuhan penduduk di KPBPB
3. pemeriksaan fisik atas pemasukan/pengeluaran barang ke dan dari KPBPB dilakukan secara selektif
berdasarkan manajemen risiko (penjaluran) atau NHI.
4. pemeriksaan fisik atas pemasukan barang berupa barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk dari
luar daerah pabean hanya dilakukan berdasarkan NHI.
2. Penambahan pengaturan mengenai penelitian ulang, audit dan
mekanisme penetapan kembali tarif dan nilai pabean lainnya
(PAsal 47 ayat (5))
Terhadap PPFTZ yang telah dilakukan penelitian dan penetapan
nilai pabean, dapat dilakukan penetapan kembali berupa:
a. penelitian ulang;
b. audit kepabeanan; dan/atau
c. mekanisme penetapan kembali tarif dan nilai pabean
lainnya. 13
HARMONISASI KETENTUAN PENELITIAN DOKUMEN & PEMERIKSAAN FISIK
3. Penambahan pengaturan mengenai manajemen risiko dalam pemeriksaan pabean (P{asal 48)
Manajemen risiko dalam pemeriksaan pabean dilakukan dalam bentuk penjaluran dengan kriteria pertimbangan
tertentu yaitu:
a. profil operator ekonomi;
b. profil komoditi;
c. data informasi dari sistem pelayanan dan/atau pertukaran data dengan instansi lain; dan/atau
d. informasi intelijen baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Pajak, atau
instansi/lembaga teknis lain.
14
HARMONISASI KETENTUAN PERHITUNGAN PUNGUTAN NEGARA
1. Penambahan pengaturan mengenai perhitungan bea masuk, cukai, dan pajak (Pasal 58 ayat (3))
Perhitungan bea masuk dan pajak terhadap barang berupa:
a. sisa dari proses produksi di Kawasan Bebas yang berupa waste atau skrap; atau
b. barang modal yang dimusnahkan dengan cara perusakan dengan menghilangkan fungsi utamanya dan masih
memiliki nilai ekonomis,
menggunakan harga jual pada saat pengeluaran dari KPBPB ke tempat lain dalam daerah pabean
2. Penambahan pengaturan mengenai voluntary declaration dan voluntary payment (Pasal 59)
a. Perhitungan nilai transaksi merupakan harga yang sebenarnya dibayar atau yang
seharusnya dibayar oleh pembeli kepada penjual atas barang yang dijual untuk dimasukkan
ke KPBPB ditambah dengan biaya-biaya dan/atau nilai-nilai yang harus ditambahkan pada
nilai transaksi sepanjang biaya-biaya dan/atau nilai-nilai tersebut belum termasuk dalam
harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar.
b. Dalam hal harga yang seharusnya dibayar dan/atau biaya-
biaya dan/atau nilai-nilai yang harus ditambahkan pada
nilai transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
pengeluaran dari KPBPB ke tempat lain dalam Daerah
Pabean belum dapat ditentukan nilainya pada saat
pengajuan PPFTZ, pengusaha dapat melakukan deklarasi
inisiatif (voluntary declaration) dan/atau pembayaran
inisiatif (voluntary payment).
15
HARMONISASI KETENTUAN KEBERATAN DAN AUDIT
1. Penambahan pengaturan mengenai keberatan (Pasal 68)
Pengusaha/orang dapat mengajukan keberatan secara tertulis atas penetapan yang dilakukan oleh Pejabat mengenai:
a. tarif dan/atau nilai pabean untuk penghitungan bea masuk yang mengakibatkan kekurangan pembayaran bea
masuk, cukai, PPN, dan pajak penghasilan Pasal 22;
b. selain tarif dan/atau nilai pabean untuk penghitungan bea masuk;
c. pengenaan sanksi administrasi berupa denda; atau
a. penetapan bea keluar.
16
HARMONISASI KETENTUAN PEMBATASAN
1. Penambahan pengaturan mengenai pemenuhan ketentuan pembatasan di KPBPB
Sabang (Pasal 70 ayat (6)
Ketentuan pembatasan atas pemasukan barang ke KPBPB Sabang dari luar daerah
pabean dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pelimpahan kewenangan pemerintah kepada Dewan Kawasan Sabang
17
HARMONISASI KETENTUAN BARANG YANG DIBAWA PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT
1. Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang (Pasal 76)
a. Barang yang dibawa oleh penumpang atau awak sarana pengangkut terdiri atas:
1) barang pribadi penumpang atau barang pribadi awak sarana pengangkut yang digunakan/dipakai untuk
keperluan pribadi termasuk sisa perbekalan (personal use); dan/atau
2) barang penumpang atau barang awak sarana pengangkut selain yang digunakan/dipakai untuk keperluan pribadi
(non personal use).
b. Barang pribadi penumpang atau barang pribadi awak sarana
pengangkut (personal use) terdiri atas barang yang diperoleh
dari:
a. luar daerah pabean, yang tidak akan dibawa kembali ke
luar daerah pabean;
b. KPBPB atau tempat lain dalam daerah pabean, yang
tidak akan dibawa kembali ke KPBPB atau tempat lain
dalam daerah pabean;
c. luar daerah pabean, yang akan digunakan selama
berada di KPBPB dan akan dibawa kembali pada saat
penumpang atau awak sarana pengangkut
meninggalkan KPBPB; atau
d. KPBPB, yang akan digunakan selama berada di luar
daerah pabean atau tempat lain dalam daerah pabean
dan akan dibawa kembali pada saat penumpang atau
awak sarana pengangkut menuju ke KPBPB.
18
HARMONISASI KETENTUAN BARANG YANG DIBAWA PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT
2. Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang transit (Pasal 78 ayat (3) & ayat (4))
Terhadap barang bawaan penumpang atau awak sarana pengangkut asal tempat lain dalam daerah pabean yang dibawa oleh
penumpang atau awak sarana pengangkut yang akan melanjutkan kembali perjalanan melalui KPBPB ke KPBPB lainnya atau tempat lain
dalam daerah pabean, tidak dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka pengeluaran barang dari KPBPB, dengan mekanisme
memberitahukan ke Pejabat Bea dan Cukai disertai dengan bukti.
3. Penambahan pengaturan mengenai pengawasan barang penumpang dan awak sarana pengangkut berupa barang
konsumsi (Pasal 78 ayat (5) , (6), (7) & ayat (8))
a. Terhadap barang bawaan penumpang atau awak sarana pengangkut berupa barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk di
KPBPB yang mendapat penetapan jumlah dan jenis oleh Badan Pengusahaan, diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai.
b. Pemberian wewenang kepada Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan
atas pengeluaran barang konsumsi dalam rangka kepentingan pengawasan yang
dilakukan berdasarkan:
1) penilaian risiko; dan/atau
2) sistem analisis informasi penumpang, awak sarana pengangkut atau barang
kiriman.
c. Terhadap barang penumpang, atau barang awak sarana pengangkut
yang:
1) tidak diberitahukan;
2) diberitahukan namun kedapatan jumlah dan/atau jenis tidak
sesuai; dan/atau
3) melebihi jumlah dan/atau nilai tertentu,
dilakukan penindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kepabeanan dan cukai
19
HARMONISASI KETENTUAN BARANG YANG DIBAWA PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT
4. Penambahan pengaturan mengenai kriteria barang penumpang transit (Pasal 79)
Terhadap barang barang bawaan penumpang atau awak sarana pengangkut yang akan meninggalkan KPBPB menuju
luar daerah pabean berupa:
a. perhiasan emas, perhiasan mutiara, dan perhiasan bernilai tinggi yang termasuk dalam kategori jenis barang yang
tercantum dalam BAB 71 Buku Tarif Kepabeanan Indonesia;
b. barang yang akan dibawa kembali ke dalam Daerah Pabean;
c. uang tunai dan/atau instrument pembayaran lain dengan nilai paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) atau mata uang asing yang nilainya setara dengan itu; dan/atau
d. barang ekspor yang dikenakan bea keluar.
diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai
20
HARMONISASI KETENTUAN BARANG KIRIMAN
1. Penambahan pengaturan mengenai pengawasan barang kiriman berupa barang konsumsi (Pasal 82 ayat (6), (7), (8) & (9)
a. Terhadap barang kiriman berupa barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk di KPBPB yang mendapat penetapan
jumlah dan jenis oleh Badan Pengusahaan, diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai.
b. Pemberian wewenang kepada Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan atas pengeluaran barang konsumsi
dalam rangka kepentingan pengawasan yang dilakukan berdasarkan:
1) penilaian risiko; dan/atau
2) sistem analisis informasi penumpang, awak sarana pengangkut atau barang kiriman
c. Terhadap barang kiriman yang:
1) tidak diberitahukan;
2) diberitahukan namun kedapatan jumlah dan/atau jenis tidak sesuai; dan/atau
3) melebihi jumlah dan/atau nilai tertentu, 21
dilakukan penindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kepabeanan dan cukai.
2. Penambahan pengaturan mengenai penelitian ulang, audit dan
mekanisme penetapan kembali tarif dan nilai pabean lainnya
(Pasal 84 ayat (8))
Terhadap pemberitahuan barang kiriman yang telah dilakukan
penelitian dan penetapan nilai pabean, dapat dilakukan penetapan
kembali berupa:
a. penelitian ulang;
b. audit kepabeanan; dan/atau
c. mekanisme penetapan kembali tarif dan nilai pabean lainnya.
HARMONISASI KETENTUAN BARANG KIRIMAN
22
HARMONISASI KETENTUAN RETURNABLE PACKAGE
23
HARMONISASI KETENTUAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNTUK PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG (IT INEVTORY)
Penambahan pengaturan mengenai teknologi informasi untuk
pemasukan dan pengeluaran barang (IT Inventory) (Pasal 89)
a. Penerapan IT Inventory yang merupakan merupakan
subsistem dari sistem informasi akuntansi yang akan
menghasilkan informasi laporan keuangan dan dapat diakses
untuk kepentingan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai serta Direktorat Jenderal Pajak.
b. IT Inventory tersebut harus dimiliki dan didayagunakan oleh:
1) pengusaha Floating Storage Unit (FSU);
2) pengusaha logistik termasuk pengusaha penyedia bekal
sarana pengangkut.
c. Pendayagunaan IT Inventory oleh pengusaha dilakukan
sebelum melakukan kegiatan pemasukan dan pengeluaran
barang ke dan dari KPBPB, atau paling lambat 3 (tiga) bulan
sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.
24
HARMONISASI KETENTUAN PENGENAAN SANKSI
1. Penambahan pengaturan mengenai pengenaan sanksi kepada pengusaha yang melakukan pemasukan/pengeluran barang
yang tidak sesuai ketentuan (Pasal 90 ayat (2))
Pengenaan sanksi kepada pengusaha yang melakukan pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB yang tidak
sesuai ketentuan berupa:
a. pembekuan perizinan berusaha oleh Badan Pengusahaan;
b. pemblokiran akses kepabeanan sebagai pengusaha di KPBPB atas kegiatan pemasukan barang ke KPBPB dari LDP.
2. Penambahan pengaturan mengenai pengenaan sanksi terkait pendayaagunaan IT Inventory (Pasal 94)
a. Pengenaan sanksi berupa tidak dilayani proses kepabeanannya kepada pengusaha logistik yang
belum memiliki dan mendayagunakan IT Inventory dalam kegiatan pemasukan dan pengeluaran
barang logistik ke dan dari KPBPB.
25
b. Pengenaan sanksi berupa tidak dilayani proses
kepabeanannya kepada pengusaha yang telah memiliki dan
mendayagunakan IT Inventory namun tidak dapat
melampirkan da/atau membuktikan dokumen pemasukan ke
KPBPB.
c. Pengenaan sanksi berupa pembekuan perizinan berusaha
dan/atau pemblokiran akses kepabeanan atas kegiatan
pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB
kepada pengusaha yang memiliki dan mendayagunakan IT
Inventory namun melakukan pengeluaran barang konsumsi
untuk kebutuhan penduduk.
URGENSI IT INVENTORY ATAS UNTUK PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG
27