Anda di halaman 1dari 4

BAB VI

SISTEM KLASIFIKASI BARANG

Pernahkah Anda membeli barang dari luar negeri, atau sekedar mendapat barang kiriman atau
paket pos dari luar negeri, jika pernah berarti anda telah melakukan impor barang. Tahukah Anda
bahwa otoritas kepabeanan akan mengenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor atas
barang yang diimpor dari luar negeri? Tahukah anda bahwa bea masuk yang harus dibayar
jumlahnya dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan oleh suatu sistem klasifikasi barang?

Apa itu Klasifikasi Barang?


Klasifikasi barang untuk kepentingan kepabeanan baik impor maupun ekspor diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 6/PMK.010/2017 tentang Penetapan Klasifikasi
Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor.

Secara sederhana klasifikasi barang adalah suatu daftar kelompok barang yang dibuat secara
terstruktur dan sistematis, yang terdiri dari: Pos, Sub Pos dan Pos Tarif. Sejak tanggal 14 Juni
1983 World Customs Organitation (WCO) meluncurkan Harmonized System (HS) yang mulai
berlaku secara internasional pada tanggal 1 Januari 1988.

Harmonized System

Harmonized System atau biasa disebut HS adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat
secara sistematis dengan tujuan mempermudah penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan
dan statistik yang telah diperbaiki dari sistem klasifikasi sebelumnya

Sebagai salah satu anggota WCO, Indonesia telah menerbitkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia
2012 (BTKI 2012) yang digunakan sebagai referensi resmi dalam pengklasifikasian barang di
Indonesia. BTKI 2012 dibuat dengan mengacu pada Harmonized System yang diterbitkan oleh
WCO. Dan saat ini telah terbit pula BTKI 2020.
Tujuan penggunaan Harmonized System

Secara lebih luas, klasifikasi barang dengan menggunakan harmonized system memiliki tujuan
sebagai berikut:

1. Memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang dibuat secara


sistematis, untuk penetapan Tarif Pabean.
2. Memudahkan pengumpulan, pembuatan dan analisis statistik perdagangan.
3. Memberikan suatu sistem Internasional untuk pemberian kode, penjelasan dan
penggolongan barang untuk tujuan perdagangan.

Cara Penggunaan HS Code


HS menggunakan kode nomor dalam mengklasifikasikan barang. Kode-kode nomor tersebut
mencakup uraian barang yang tersusun secara sistematis. Sistem penomoran dalam HS terbagi
menjadi Bab (2-digit), pos (4-digit), dan sub-pos (6-digit) dengan penjelasan sebagai berikut:

Misalkan kode HS 0101.11.xx.xx yang diambil dari BTBMI (10 digit)

01 01 11 xx xx

__ Bab (Chapter) 1

_____ Pos (Heading) 01. 01

________ Sub-pos (Sub-heading) 0101. 11

___________ Sub-pos ASEAN, ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature (AHTN)

______________ Pos Tarif Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI)

 Bab di mana suatu barang diklasifikasikan ditunjukkan melalui dua digit angka pertama, contoh di
atas menunjukkan bahwa barang tersebut diklasifikasikan pada Bab 1
 Dua digit angka berikutnya atau empat digit angka pertama menunjukkan heading atau pos pada
bab yang dimaksud sebelumnya, contoh ini menunjukkan barang tersebut diklasifikasikan pada
pos 01.01
 Enam digit angka pertama menunjukkan sub-heading atau sub-pos pada setiap pos dan bab yang
dimaksud. Pada contoh di atas, barang tersebut diklasifikasikan pada sub-pos 0101.11
 Delapan digit angka pertama adalah pos yang berasal dari teks AHTN
 Sepuluh digit angka tersebut menunjukkan pos tarif nasional yang diambil dari BTBMI, pos tarif
ini menunjukkan besarnya pembebanan (BM, PPN, PPnBM atau Cukai) serta ada tidaknya
peraturan tata niaganya

HS mempunyai enam digit angka untuk penggolongan, masing-masing Negara yang ikut
menandatangani konvensi HS atau contracting Party dapat mengembangkan penggolongan enam
digit angka tersebut menjadi lebih spesifik sesuai dengan kebijakan Pemerintah masing-masing
namun tetap berdasarkan ketentuan HS enam digit. Di Indonesia sendiri sistem penggolongan
tersebut menggunakan sistem penomoran 10 digit dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia
(BTBMI) yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari sub-pos dalam HS enam digit

Langkah-langkah Interpretasi HS Code


1. Identifikasi barang yang akan diklasifikasikan, caranya adalah dengan mengetahui
spesifikasi barang, dengan identifikasi ini kita dapat memilih bab yang berkaitan dengan
spesifikasi barang tersebut
2. Perhatikan penjelasan yang terdapat dalam catatan bagian atau catatan Bab terkait barang
yang sudah diklasifikasikan. Jika terdapat catatan yang mengeluarkan barang dari bab atau
bagian yang dipilih, perhatikan pada bagian atau bab apa barang tersebut diklasifikasikan.
Dengan catatan ini maka kita dapat mengetahui barang tersebut diklasifikasikan di bab atau
bagian lainnya
3. Setelah bagian atau Bab telah sesuai dengan spesfikasi barang, maka selanjutnya adalah
mengidentifikasi pos yang mungkin mencakup barang tersebut lebih spesifik. Di sini kita
akan menentukan sub-pos (6-digit), sub-pos AHTN (8-digit) dan pos tarif (10-digit) jika
ingin menetahui pembebanan barang yang akan masuk ke Indonesia. Apabila timbul
permasalahan dalam pengklasifikasian, sebaiknya kembali lagi pada 10 poin ketentuan
menginterpretasi HS yang terdapat dalam HS

Anda mungkin juga menyukai