Pernahkah Anda membeli barang dari luar negeri, atau sekedar mendapat barang kiriman atau
paket pos dari luar negeri, jika pernah berarti anda telah melakukan impor barang. Tahukah Anda
bahwa otoritas kepabeanan akan mengenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor atas
barang yang diimpor dari luar negeri? Tahukah anda bahwa bea masuk yang harus dibayar
jumlahnya dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan oleh suatu sistem klasifikasi barang?
Secara sederhana klasifikasi barang adalah suatu daftar kelompok barang yang dibuat secara
terstruktur dan sistematis, yang terdiri dari: Pos, Sub Pos dan Pos Tarif. Sejak tanggal 14 Juni
1983 World Customs Organitation (WCO) meluncurkan Harmonized System (HS) yang mulai
berlaku secara internasional pada tanggal 1 Januari 1988.
Harmonized System
Harmonized System atau biasa disebut HS adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat
secara sistematis dengan tujuan mempermudah penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan
dan statistik yang telah diperbaiki dari sistem klasifikasi sebelumnya
Sebagai salah satu anggota WCO, Indonesia telah menerbitkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia
2012 (BTKI 2012) yang digunakan sebagai referensi resmi dalam pengklasifikasian barang di
Indonesia. BTKI 2012 dibuat dengan mengacu pada Harmonized System yang diterbitkan oleh
WCO. Dan saat ini telah terbit pula BTKI 2020.
Tujuan penggunaan Harmonized System
Secara lebih luas, klasifikasi barang dengan menggunakan harmonized system memiliki tujuan
sebagai berikut:
01 01 11 xx xx
__ Bab (Chapter) 1
Bab di mana suatu barang diklasifikasikan ditunjukkan melalui dua digit angka pertama, contoh di
atas menunjukkan bahwa barang tersebut diklasifikasikan pada Bab 1
Dua digit angka berikutnya atau empat digit angka pertama menunjukkan heading atau pos pada
bab yang dimaksud sebelumnya, contoh ini menunjukkan barang tersebut diklasifikasikan pada
pos 01.01
Enam digit angka pertama menunjukkan sub-heading atau sub-pos pada setiap pos dan bab yang
dimaksud. Pada contoh di atas, barang tersebut diklasifikasikan pada sub-pos 0101.11
Delapan digit angka pertama adalah pos yang berasal dari teks AHTN
Sepuluh digit angka tersebut menunjukkan pos tarif nasional yang diambil dari BTBMI, pos tarif
ini menunjukkan besarnya pembebanan (BM, PPN, PPnBM atau Cukai) serta ada tidaknya
peraturan tata niaganya
HS mempunyai enam digit angka untuk penggolongan, masing-masing Negara yang ikut
menandatangani konvensi HS atau contracting Party dapat mengembangkan penggolongan enam
digit angka tersebut menjadi lebih spesifik sesuai dengan kebijakan Pemerintah masing-masing
namun tetap berdasarkan ketentuan HS enam digit. Di Indonesia sendiri sistem penggolongan
tersebut menggunakan sistem penomoran 10 digit dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia
(BTBMI) yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari sub-pos dalam HS enam digit