KLASIFIKASI BARANG
ADANG KARYANA S.
[Type text]
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem kepabeanan Indonesia setiap barang yang masuk atau
keluar dari daerah pabean Indonesia dibawah pengawasan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai (DJBC). Terhadap barang yang masuk daerah pabean dilakukan
pemeriksaan fisik secara selektif. Dalam pemeriksaan barang tersebut pada
dasarnya meliputi kebenaran jenis dan jumlah barang. Oleh sebab itu, Pejabat
Pemeriksa Bea dan Cukai harus memahami pengetahuan barang dalam rangka
pengklasifikasian barang untuk penetapan tarif, harga dan kepentingan pabean
lainnya.
Bahan ajar ini merupakan Bahan ajar ke-2 dari pelajaran Pengetahuan,
Identifikasi dan Klasifikasi Barang yang memberikan pengetahuan tentang sitem
klasifikasi, Harmonized System, Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI),
Ketentuan Umum untuk Menginterpretasi Barang dan teknik klasifikasi barang.
Seorang pemeriksa harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan
mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan dalam klasifikasi
yang pada akhirnya menentukan ketepatan jumlah bea masuk dan pungutan
impor lainnya yang harus dibayar sesuai Dokumen Pemberitahuan Impor Barang
(PIB).
KLASIFIKASI BARANG
BAB
1
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab 1 tentang klasifikasi barang, Mahasiswa Program
Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai dapat menjelaskan:
A. Klasifikasi Barang
B. Langkah-langkah Dalam Mengklasifikasi Barang
A. Klasifikasi Barang
Langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk dapat mengklasifikasi
suatu barang dengan benar, Biasanya klasifikasi tersebut dilakukan dengan
mencari langsung kode penomoran suatu barang dalam sepuluh digit pada Buku
Tariff Kepabeanan Indonesia (BTKI) atau yang kita kenal dengan sebutan pos
tarif yang dianggap sesuai. Cara seperti ini tidak akurat dan sering menyebabkan
terjadinya kemungkinan kesalahan klasifikasi yang mengakibatkan negara
dirugikan.
Dalam buku ini akan dijelaskan dengan singkat langkah-langkah praktis
dalam mengklasifikasi barang.
para siswa dapat dengan mudah mengklasifikasi barang. Namun sekali lagi perlu
diingat, klasifikasi yang benar hanya dapat dilakukan apabila mengetahui jenis
barang dan memahami aturan-aturan mengklasifikasi dengan benar.
Langkah pertama dalam mengklasifikasi adalah apa yang akan
diklasifikasikan. Sebelum mengklasifikasi suatu barang, kita harus tahu lebih dulu
spesifikasi barang itu. Langkah ini dinamakan Identifikasi barang. Keakuratan
mengklasifikasi tergantung dari keakuratan dalam mengidentifikasi barang.
Seorang yang melakukan klasifikasi barang dalam BTKI atau kita sebut sebagai
klasifikator, tidak mungkin dapat mengklasifikasikan suatu barang dengan benar
bila ia tidak mengetahui spesifikasi barang tersebut.
Semakin banyak informasi yang kita miliki tentang barang tersebut, semakin
akurat kita mengklasifikasikannya. Sumber informasi dari spesifikasi barang
dapat dilihat sesuai gambar I.2. Berdasarkan gambar tersebut biasa dijadikan
patokan untuk mencari sumber informasi apabila nanti bertugas dalam
melakukan pengklasifikasian barang di lapangan.
Identifikasi barang diperlukan untuk menjawab setidak-tidaknya empat
pertanyaan dasar di bawah ini:
1. Barang apa yang diimpor: bahan baku, setengah jadi, atau barang jadi:
produk pertanian, kimia, elektronik, mesin :
2. Dibuat dari apa barang tersebut: komposisi, campuran, bahan yang
dominan:
Gambar 1.3,
Kode penomoran dalam BTKI
HS menggunakan kode nomor dalam mengklasifikasikan barang. Kodekode nomor tersebut mencakup uraian barang yang tersusun secara sistematis.
Sistem penomoran dalam HS terbagi menjadi Bab (2-digit), pos (4-digit), dan
sub-pos (6-digit) dengan penjelasan sebagai berikut:
01
04
20
Bab (Chapter) 1, digit ke 1 dan ke 2
Pos (Heading) 01. 04, digit ke 3 sampai digit ke 4
Sub-pos (Sub-heading) 0104. 20, digit ke 5 sampai ke 6
Dua angka pertama untuk menunjukkan pada bab mana barang itu
diklasifikasikan. Pada contoh di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada
Bab 1.
Empat angka pertama menunjukkan Pos atau Heading dalam setiap bab.
Pada contoh di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada pos 01.04.
Enam angka pertama menunjukkan Sub Pos dalam setiap Pos. Pada contoh
di atas, barang dimaksud diklasifikasikan pada sub-pos 0104.20.
Untuk keperluan nasional, Indonesia menggunakan sistem penomoran 10
digit dalam BTKI yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari sub-sub pos dalam
HS.
Penjelasan mengenai hal ini akan dibahas lebih rinci pada penjelasan
berikutnya.
Pada umumnya suatu pos mencakup atau menguraikan satu kelompok
barang sehingga sepintas lalu seakan-akan ada satu barang yang dicakup oleh
dua atau lebih pos. Untuk itu kita perlu mengantisipasi semua pos tarif yang
mungkin untuk dipilih satu pos yang paling sesuai.
Sebagai tambahan, perlu juga diperhatikan siapa atau negara mana yang
mengekspor atau menyuplai barang tersebut. Hal ini berkaitan dengan BM anti
dumping dan dalam tingkat tertentu dapat membantu klasifikasi barang, misalnya
kita bisa tahu barang tersebut adalah produk farmasi karena supplier-nya adalah
pabrik farmasi.
menentukan klasifikasi barang ke dalam BTKI (dapat dimulai baik dari segi
bahan
baku
menjadi
barang
jadi,
proses
sederhana
dan
proses
10
kita klasifikasikan dalam bab tersebut. Pada tahap ini kadang-kadang kita
sudah dapat menemukan pos yang mencakup barang tersebut dengan rinci.
Bila sudah kita temukan satu pos yang tepat, maka langkah selanjutnya
adalah menentukan sub-pos (6-digit) dan pos tarif (10-digit) yang sesuai.
Ingat, dalam penentuan sub-pos dan pos tarif pun kadang timbul
permasalahan klasifikasi yang sama dengan penentuan pos. Dalam tahap ini
tentunya menggunakan kaidah-kaidah seperti yang ada dalam nomor 1
sampai dengan 6 Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized
System
5. Apabila sudah dipilih satu pos tarif yang benar-benar sesuai dengan uraian
barang, langkah selanjutnya adalah melihat pembebanannya (BM, PPN,
PPnBM, atau cukai). Karena pembebanan tersebut sering berubah, jangan
lupa selalu menggunakan pembebanan yang up to date berdasarkan
ketentuan yang terbaru.
RANGKUMAN 1
1) Seorang Klasifikator harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan
mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan dalam klasifikasi
dalam Pemberitahuan Impor Barang yang pada akhirnya menentukan ketepatan
jumlah bea masuk dan pungutan impor lainnya yang harus dibayar.
2) Perkembangan tehnologi barang semakin pesat dan berbagai produk barang
semakin
banyak
hingga
semakin
rumit
mengidentifikasinya.
Untuk
itu
11
LATIHAN 1
1)
12
HARMONIZED SYSTEM
BAB
2
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Bab 2 tentang Harmonized System, Mahasiswa Program
Diploma 1 Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai dapat mengetahuai
apa itu Harmonized System,
A. Pengantar
Berdasarkan pasal 14 ayat (2) Undang-undang Kepabenan Indonesia
Nomor 10 tahun 1995 sebagaimana telah diamandemen dengan UndangUndang Nomor 17 tahun 2006, penetapan klasifikasi barang diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan. Klasifikasi barang adalah suatu daftar
penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan untuk
mempermudah pentarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan dan statistik.
Pada saat ini sistem pengklasifikasian barang di Indonesia didasarkan pada
Harmonized System dan dituangkan dalam bentuk suatu daftar tarif yang kita
kenal dengan sebutan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI).
diberlakukannya
Harmonized
System,
Indonesia
telah
b.
c.
13
pentarifan ini sama dengan sistem sebelumnya, hanya pada sistem CCCN
ini terdapat penyempurnaan sistem penomoran pada sub-pos dari dua digit
menjadi tiga digit atau semula 6 digit menjadi 7 digit. Sistem CCCN ini
mulai diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1980 sampai dengan 31 Maret
1985.
e.
Sistem
CCCN Edisi
Sistem
ini merupakan
(BTKI)
melalui
Peraturan
Menteri
Keuangan
nomor
14
hukum yang pasti, nomenklatur tersebut disahkan dalam suatu konvensi yang
dikenal dengan nama Konvensi HS.
Pada awalnya, konvensi HS ditandatangani oleh 70 negara yang sebagian
besar adalah negara Eropa. Namun sekarang hampir seluruh negara di dunia
telah meratifikasi konvensi ini, termasuk Indonesia yang telah meratifikasi
konvensi HS dengan Keppres Nomor 35 tahun 1993. Meskipun baru meratifikasi
pada
tahun
1993,
sebenarnya
Indonesia
telah
menggunakan
BTBMI
seperti tarif
Ada
2.
3.
15
oleh importir, eksportir, produsen, pengangkut, dan aparat bea dan cukai.
4.
5.
C. Publikasi Pelengkap HS
Harmonized System mempunyai beberapa publikasi pelengkap yang
digunakan untuk lebih mempermudah klasifikasi barang.
Publikasi-publikasi
1.
resmi
(official
interpretation)
dari
HS
pada
level
16
Explanatory Notes yang digunakan saat ini adalah edisi keenam (tahun
2013) yang terdiri dari empat volume, yaitu Vol. 1 (Bab 1 - 28), Volume 2
(Bab 29- 43), Volume 3 (Bab 44 - 70), Volume 4 (Bab 71 - 84) dan Volume
5 (Bab 85 - 97).
2.
3.
the
17
sedangkan Bab 98 dan 99 digunakan untuk keperluan khusus bagi masingmasing contracting party, misalnya untuk barang pos atau peralatan pelayaran.
Indonesia juga menggunakan Bab 98 untuk keperluan barang impor suku cadang
kendaraan yang diimpor oleh importir produsen.
klasifikasikan barang
menggunakan HS. KUM HS berisi enam prinsip dasar yang harus dipatuhi
dalam mengklasifikasi barang. Mengingat pentingnya memahami KUM HS,
bagian ini akan dibahas tersendiri.
b. Catatan Bagian, Catatan Bab, dan Catatan Sub-Pos.
c. Pos (4-digit) dan Sub-pos (6-digit) yang disusun dengan sistematik.
18
RANGKUMAN 2
1)
2)
Harmonized System inilah yang menjadi dasar Buku Tarif Kepabeanan Indonesia
(BTKI). BTKI saat ini menggunakan Harmonized System versi 2012, HS sejak
diterbitkan tahun 1988 dalam perkembangannya telah mengalami beberapa kali
perubahan dalam penomoran jumlah pos tariff maupun pembebanannnya.
LATIHAN 2
19
20
3
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Bab 3 tentang Buku Tarif Kepabeanan Indonesia,
Mahasiswa Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
dapat memahami dasar hukum, isi dan sistem penomoran dalam Buku Tarif
Kepabeanan Indonesia
A. Dasar Hukum
Pada akhir tahun 1995, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat
telah
berhasil
membahas
dan
menyetujui
Rancangan
Undang-Undang
Untuk
penetapan
tarif
Bea
Masuk
dan
Bea
Keluar,
barang
a.
b.
c.
Pengurangan
hambatan
dalam
perdagangan
Internasional
guna
21
1996 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea
Masuk Atas Barang Impor.
Keputusan
Presiden Republik
Harmonized
Commodity
Description
and
Coding
System
beserta
protokolnya.
Indonesia telah menjadi anggota World Customs Organization, yang
sebelumnya dikenal dengan nama Customs Cooperation Council sejak tanggal
30 April 1957. Sebagai anggota WCO, Indonesia telah menunjukkan peran serta
yang aktif dalam kegiatan WCO
mengesahkan
amandemen
lampiran
konvensi,
yang
semula
Peraturan Pemerintah
22
23
Kolom
keempat
adalah
kolom
Bea
Masuk
yang
mencantumkan
pembebanan tarif bea masuk atas barang impor berlaku umum yang saat ini.
24
Besaran tarif bea masuk pada kolom ini adalah dalam bentuk advalorum
(presentase), kecuali disebutkan lain, misal dalam bentuk Rp/kg, Rp/ltr atau
Rp/mnt (Bea Masuk spesifik);
5. Kolom kelima adalah kolom Bea Keluar yang mencantumkan tanda satu
asterisk (*) menunjukkan klasifikasi barang ekspor yang dikenakan bea keluar.
Besarnya pembebanan tarif dan jenis barang yang dikenakan Bea Keluar
diatur
dalam
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
67/PMK.011/2010
25
(Supplementary
Explanatory
Notes/SEN)
yang
merupakan
26
C. Sistem Pengkodean
1. Sistem Penomoran
Sistem penomoran klasifikasi dalam BTKI menggunakan 10 digit dengan
susunan 6 digit pertama mengacu pada konvensi HS, digit ke 7 dan 8
berdasarkan Asean Harmoized Tariff Nomenclature dan digit terakhir yaitu ke 9
dan 10 adalah pecahan pos tarif nasional. Untuk memahami sistem penomoran
tersebut, perhatikan system penomoran pos tariff 0705.11.00.00 sesuai BTKI
pada Gambar 3.2.
Gambar 3.1.
Pemecahan pos 0705 pada BTKI
27
2. Sistem Takik
Selain menggunakan sistem nomor, HS/BTKI juga menggunakan sistem
takik (dash, -) untuk mengklasifikasi barang, dengan penjelasan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Bila uraian pada butir c dipecah lagi, digunakan tiga takik (- - -), demikian
seterusnya sehingga diperoleh pengelompokan barang yang lebih rinci.
0705.10
- Selada
0705.11.00.00
Apabila pos tarif 0705.11.00.00 ingin dipecah lagi menjadi pos tarif yang
lebih rinci, digunakan pemecahan menggunakan tiga takik, misalnya:
0705.11.10.00 - - - Segar
0705.11.20.00 - - - Dingin
0705.11.90.00 - - - Lain-lain
Pemecahan pos tarif (10-digit) juga mengikuti pola di atas.
D. Arti kata lain-lain
Dalam klasifikasi BTKI dengan sistem HS kata Lain-lain, berfungsi untuk
menampung barang yang belum disebut pada uraian jenis barang sebelumnya.
Kata lain-lain terdapat pada Bab, Pos, Sub-Pos dan Pos Tarif Nasional
Untuk dapat memahami arti kata Lain-lain, perhatikan hal-hal berikut ini:
28
apabila kata lain-lain dimaksud terdapat pada pos tarif, bandingkan dengan
uraian barang pada pos-pos tarif terdahulu, pada sub-pos yang sama.
Metode di atas dapat dipahami dengan lebih mudah apabila kita dapat
menggambarkannya dalam bentuk diagram pohon, sehingga akan jelas
kelompok barang mana yang akan dibandingkan dengan barang lain-lain barang
lain-lain yang ingin kita ketahui.
Di bawah ini disajikan mengetahui kelompok barang yang termasuk lainlain dengan menggunakan metode diagram pohon dengan contoh sesuai
Gambar 3.3.
Gambar 3.2.
Skema membaca Lain-lain
Barang Lain-lain (1) dibagi menjadi barang B1, B2, dan Lain-lain (2).
Barang Lain-lain (2) dibagi menjadi barang C1, C2, dan Lain-lain (3).
Cara membaca:
Lain-lain (3): barang selain C1 dan C2, yang termasuk dalam Lain-lain (2).
Lain-lain (2): barang selain B1 dan B2, yang termasuk dalam Lain-lain (1).
Lain-lain (1): barang selain A1 dan A2, yang termasuk dalam barang A.
29
Jadi, Lain-lain (3) adalah termasuk kelompok barang A selain A1 dan A2,
selain B1 dan B2, selain C1 dan C2. Lain-lain (2) adalah termasuk kelompok
barang A selain A1 dan A2, selain B1 dan B2. Lain-lain (3) adalah termasuk
kelompok barang A selain A1 dan A2.
Mari kita lihat Tabel 3.3. Arti lain-lain pada pos tariff 3902.10.90.90 adalah
suatu polipropilena, selain bentuk dispersi, termasuk lain-lain, tetapi selain
bentuk bubuk, selain bentuk butiran
Tabel 3.3.
Pemecahan pos 3902 BTKI
30
Gambar 3.4.
Pemecahan pada Bab 01 BTKI
Binatang hidup,
selain babi,
selain biri-biri,
31
RANGKUMAN 3
1)
Saat ini BTKI yang berlaku adalah edisi 2012 (sesuai amandemen kelima HS). Buku
Tarif Kepabeanan Indonesia tahun 2012 disusun berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 213/KMK.01/2011 tanggal 14 Desember 2011 sebagai tindak
lanjut dari artikel XVI HS Convention (World Customs Organization).
2)
Dalam system penomoran dalam BTKI selain menggunakan sistem nomor, BTKI
juga menggunakan sistem takik atau dash (-)
3)
Pengertian kata Lain-lain, berfungsi untuk menampung barang yang belum disebut
pada uraian jenis barang sebelumnya
LATIHAN 3
32
BAB
4
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Bab 4 tentang Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi
Harmonized System, Mahasiswa Program Diploma 1 Keuangan Spesialisasi
Kepabeanan dan Cukai dapat mengaplikasikan Ketentuan Umum Untuk
Menginterpretasi Harmonized System dari nomor satu sampai dengan nomor 6
sebagai
berikut:
Judul dari Bagian, Bab dan Sub-bab dimaksudkan hanya untuk
mempermudah referensi saja; untuk keperluan hukum, klasifikasi harus
ditentukan berdasarkan uraian yang terdapat dalam pos dan berbagai Catatan
Bagian atau Bab yang berkaitan serta berdasarkan ketentuan berikut ini, asalkan
pos atau Catatan tersebut tidak menentukan lain.
33
Penjelasan:
HS adalah nomenklatur yang bersifat sistematik.
Namun mengingat
banyaknya jenis barang, tidak mungkin semua jenis barang dapat dicakup
dengan persis pada setiap bab. Contohnya, sutera adalah produk hewani, tetapi
karena sifatnya yang khusus dalam HS tidak diklasifikasikan pada bab 5 (produk
hewani tidak dirinci atau termasuk dalam pos lainnya), tetapi diklasifikasikan
khusus pada bab 50.
Uraian pada bab hanya untuk referensi saja, tidak mempunyai kekuatan
hukum. Karena itu perlu diingat agar selalu mempertimbangkan semua bab atau
pos yang mungkin mencakup suatu barang. Yang mempunyai kekuatan hukum
adalah pos (heading), catatan bagian, catatan bab, dan catatan sub-pos. Uraian
pos dan catatan-catatan tersebut merupakan pertimbangan utama. Apabila pos
dan catatan-catatan tersebut tidak menentukan lain, dalam hal KUM HS 1 tidak
bisa digunakan barulah digunakan KUM HS 2, 3, 4, dan 5. Contohnya, catatan 2
Bab 31 menjelaskan pos 31.02 hanya untuk produk tertentu. Batasan ini tidak
boleh diperluas dengan menggunakan KUM HS 2(b).
Gambar 4.1
Gajah untuk sirkus
34
B. KUM HS 2 a dan 2b
Teks KUM HS nomor 2a sesuai terjemahan pada BTKI adalah
sebagai
berikut:
Setiap referensi untuk suatu barang dalam suatu pos harus dianggap
meliputi juga referensi untuk barang tersebut dalam keadaan tidak lengkap atau
belum rampung, asalkan pada saat diajukan, barang yang tidak lengkap atau
belum rampung tersebut mempunyai karakter utama dari barang itu dalam
keadaan lengkap atau rampung. Referensi ini harus dianggap juga meliputi
referensi untuk barang tersebut dalam keadaan lengkap atau rampung (atau
berdasarkan Ketentuan ini dapat digolongkan sebagai lengkap atau rampung)
yang diajukan dalam keadaan belum dirakit atau terbongkar.
Penjelasan:
Barang tidak lengkap atau tidak rampung dianggap sebagai barang
lengkap atau rampung, asalkan pada saat diimpor sudah mempunyai sifat utama
sebagai barang lengkap atau rampung
Sebagai contoh beberapa set sepeda yang diimpor dalam keadaan terurai, dan
tiap setnya tidak ada sadel dan
Barang belum
lengkap/jadi:
-
DIKLASIFIKASIKAN
SEBAGAI BARANG
JADINYA
35
zat tertentu harus dianggap juga meliputi referensi untuk barang yang sebagian
atau seluruhnya terdiri dari bahan atau zat tersebut. Barang yang terdiri lebih dari
satu jenis bahan atau zat harus diklasifikasikan sesuai dengan prinsip dari
ketentuan 3.
Penjelasan:
Campuran atau kombinasi dua atau lebih bahan atau zat diklasifikasikan
berdasarkan KUM HS 1. Ingat, ketentuan ini hanya berlaku apabila pos atau
catatan bagian atau catatan bab tidak menentukan lain. Contoh, pos 15.03 (-lard
oil, tidak diemulsi atau dicampur); karena uraian posnya sudah menyebutkan
bahwa produk dalam pos tersebut tidak dicampur, maka KUM HS 2(b) tidak
berlaku.
Apabila tambahan atau campuran bahan atau zat menghilangkan sifat barang
seperti diuraikan pada pos, KUM HS 2(b) tidak dapat digunakan (harus
digunakan KUM HS 3).
Gambar 4.2
Pisau dari baja bergagang plastik
Pegangan (gagang)
pisau dari plastik
Pisau terbuat dari stainless steel dianggap semata-mata hanya perkakas dari
logam dan mengabaikan bahan plastik untuk gagangnya, sehingga dengan
KUMHS 2(b) diklasifikasikan sebagai pisau dari logam pada pos 82.11
36
KUM HS 3a
Teks KUM HS nomor 3a sesuai terjemahan pada BTKI adalah
sebagai
berikut:
Pos yang memuat uraian yang paling terinci harus lebih diutamakan
daripada pos yang memuat uraian yang lebih umum sifatnya. Tetapi, jika dua
pos atau lebih yang masing-masing hanya merupakan bagian dari bahan atau
zat di dalam suatu barang campuran atau kombinasi, atau hanya merupakan
bagian dari barang yang disiapkan untuk penjualan eceran, pos-pos itu dianggap
setaraf sepanjang berkaitan dengan barang itu, walaupun salah satu pos itu
mempunyai uraian yang lebih lengkap atau lebih tepat.
Penjelasan:
KUM HS 3 hanya dipergunakan bila KUM HS 2 tidak bisa dipergunakan.
Penggunaan KUM HS 3 harus urut dari KUM HS 3(a), KUM HS 3(b), baru
kemudian KUM HS 3(c). Sekali lagi diingatkan, KUM HS 3 baru dipergunakan
apabila uraian pos, catatan bagian, atau catatan bab tidak menentukan lain.
Contoh, catatan 4(b) bab 97 menentukan bahwa barang yang dirinci pada pos
97.01 sampai dengan 97.05 dan juga dirinci pada pos 97.06, harus
diklasifikasikan pada pos terdahulu awal (berarti bertentangan dengan KUM HS
3.c).
Dalam hal ini KUM HS 3(c) tidak berlaku. Pos dengan uraian lebih spesifik
lebih diutamakan dari pos dengan uraian yang lebih umum. Pos yang
menyebutkan nama barang lebih diutamakan dari pos yang menyebutkan
kelompok barang. Contoh shavers/hair clippers diklasifikasikan pada pos 85.10,
bukan pada pos 85.08 atau 85.09 (self-contained motor).
Pos yang menyebutkan barang yang disebutkan secara rinci lebih
diutamakan dari pos yang menyebutkan bagian suatu barang. Contoh, tufted
textile for motor cars diklasifikasikan pada pos 57.03, bukan pada pos 87.08.
Apabila dua atau lebih pos menguraikan hanya bagian dari bahan atau zat
yang terkandung dalam suatu barang campuran atau komposit, atau bagian dari
item dalam satu set barang untuk penjualan eceran, maka KUM HS 3(a) tidak
berlaku dan digunakan KUM HS 3(b) atau 3(c), meskipun salah satu pos lebih
rinci dari pos lainnya.
37
Gambar 4.3
Karpet tufted untuk mobil
Karpet tufted untuk mobil
57.03 Karpet berumbai
87.08 Bagian dan asesoris kendaraan
KUM HS 3b
Teks KUM HS nomor 3b sesuai terjemahan pada BTKI adalah
sebagai
berikut:
Barang campuran dan kombinasi yang terdiri dari bahan yang berbeda
atau yang tersusun dari komponen yang berlainan, dan barang yang disiapkan
dalam perangkat untuk penjualan eceran, yang tidak dapat diklasifikasikan
menurut Ketentuan 3 (a), harus diklasifikasikan seolah-olah barang itu terdiri dari
bahan atau komponen yang memberikan sifat utama kepada barang itu
sepanjang ketentuan ini dapat digunakan.
Penjelasan:
KUM HS 3(b) hanya berlaku untuk campuran, barang komposit yang terdiri
dari bahan yang berbeda, barang komposit yang terdiri dari komponen yang
berbeda, dan barang yang dikemas dalam bentuk set untuk penjualan eceran,
dan bila KUM HS 3(a) tidak bisa digunakan.
Yang dimaksud dengan Sifat utama (Essential character) pada KUM HS
ini mengacu pada bahan atau komponen, kemasan, jumlah, berat atau nilai, dan
bahan utama yang berkaitan dengan penggunaan barang.
KUM HS 3(b) berlaku juga untuk komponen yang terpisah, asalkan satu
sama lain adapted to the other, mutually complementary, dan bersama-sama
membentuk barang jadi yang secara normal tidak diperdagangkan terpisah.
Contoh, rak bumbu dengan beberapa botol tempat bumbu kosong.
Yang dimaksud dengan barang dikemas dalam bentuk set untuk penjualan
eceran yaitu:
Paling sedikit dua produk yang berbeda pos (sembilan sendok bukan set).
38
KUM HS 3(b) tidak berlaku untuk barang yang terdiri dari beberapa bagian yang
dikemas terpisah (baik kemasan yang biasa digunakan maupun tidak), dalam
proporsi tertentu untuk keperluan industri (contoh, minuman).
Contoh aplikasi KUM HS nomor 3b sesuai gambar 4.4.
Gambar 4.4
Hair dressing Set
Gambar 4.6
Serutan pinsil berbentuk mainan
Suatu serutan pinsil yang dapat
berfungsi sebagai penyerut dengan
bentuk mainan
Fungsi mana dari barang ini yang
menunjukan karakter esensialnya
39
KUM HS 3 c:
Teks KUM HS nomor 3c sesuai terjemahan pada BTKI adalah
sebagai
berikut:
Apabila barang tidak dapat diklasifikasikan menurut ketentuan 3 (a) atau 3
(b), maka barang itu diklasifikasikan ke dalam pos yang disebutkan terakhir
dalam Nomenklatur dari pos dimana barang itu dapat diklasifikasikan atas dasar
pertimbangan yang setaraf.
Penjelasan:
Bila KUM HS 3(a) dan 3(b) tidak dapat digunakan, barang diklasifikasikan
pada pos terakhir. Contohnya, suatu bingkai berbentuk bujur sangkar yang 2
sisi terbuat dari kayu dan dua sisi lainnya terbuat dari logam. Bingkai ini ditinjau
dari bahan baku memiliki bahan yang sama dan seimbang antara pos 44.14 dan
pos 83.06, namun karena menurut KUM HS 3c, maka bingkai tersebut harus
diklasifikasikan pada pos terakhir, yaitu pos 83.06.
40
Gambar 4.7
Kemeja dari kain tenun
Gambar 4.8
Kemeja dari kain rajutan
Suatu kemeja yang
lapisan luar tenunan
dan lapisan dalam
rajutan dengan pola
kedua
lapisan
tersebut
sama.
Apakah
masuk
sebagai
berikut:
Barang yang tidak dapat diklasifikasikan menurut ketentuan di atas harus
diklasifikasikan ke dalam pos untuk barang yang sifatnya paling sesuai.
Penjelasan:
a) KUM HS 4 baru digunakan apabila KUM HS 1 sampai dengan KUM HS 3
tidak dapat digunakan. Berdasarkan KUM HS 4, klasifikasi berdasarkan
barang yang sifatnya paling sesuai (misalnya uraian barangnya, sifatnya,
tujuannya).
b) b) Ketentuan ini mengenai barang-barang yang tidak dapat diklasifikasikan
ke dalam salah satu pos dalam HS, karena tidak ada uraian yang sesuai
(misalnya yang baru muncul di pasaran dunia). Ketentuan ini menetapkan
bahwa barang-barang tersebut harus digolongkan kedalam pos atas barang
yang memiliki persamaan terbanyak.
c) Pada waktu menerapkan ketentuan No.4, barang yang akan diklasifikasikan
harus diperbandingkan dengan uraian barang dalam beberapa pos HS yang
memiliki kesamaan jenis atau karakternya. Hal tersebut dilakukan untuk
meneliti pada pos mana yang memiliki unsur kesamaan terbanyak.
d) Persamaan dapat tergantung dari beberapa faktor seperti nama, sifat,
penggunaan, dan seterusnya.
Perlu diingatkan, KUM HS 4 baru digunakan apabila benar-benar tidak ada
lagi data atau informasi yang dapat diperoleh untuk mengidentifikasi barang
41
beberapa
jenis
Mengingat tidak ada pos yang lebih sesuai pada HS maka pemanggang
dengan tenaga matahari diklasifikasikan pada pos paling menyerupai sesuai
KUMHS 4 pada pos 7321.11. (dalam BTBMI 2007 sudah di amandemen)
42
cocok untuk pemakaian jangka panjang dan diimpor lengkap dengan isinya,
harus diklasifikasikan dengan barang tersebut jika biasa dijual dengan barang itu.
Akan tetapi ketentuan ini tidak berlaku terhadap tempat simpan yang
memberikan seluruh sifat utamanya.
Penjelasan:
KUM HS 5(a) berlaku untuk Peti (cases), kotak (boxes), dan tempat semacam itu
yang:
dimasukkan
bersama-sama
barangnya
(bila
dimasukkan
terpisah
Contoh: tempat perhiasan, tempat teleskop, tempat alat musik, tempat senjata,
dan sebagainya.
Gambar 4.10
Violin beserta kemasannya
Violin
beserta
isinya
yang
diimpor
KUM HS 5 b:
Teks KUM HS nomor 5b sesuai terjemahan pada BTKI adalah
sebagai
berikut:
Berdasarkan kepada ketentuan nomor 5 (a) di atas, bahan pembungkus
dan tempat simpan pembungkus diimpor bersama isinya harus diklasifikasikan
dengan barang tersebut jika biasa dipakai untuk membungkus barang itu, akan
tetapi aturan ini tidak mengikat apabila bahan pembungkus atau tempat simpan
pembungkus nyata-nyata cocok untuk dipakai berulang-ulang.
43
Penjelasan:
Mengacu pada KUM HS 5(a), pembungkus/tempat simpan diklasifikasikan
dengan barangnya bila biasa dipakai untuk barang tersebut.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk pembungkus/tempat simpan yang
digunakan berulang-ulang (repetitive use), contohnya gas yang diimpor bersama
pengemasnya (tabung gas di bawah tekanan), maka gasnya diklasifikasikan
pada pos tarif gas, sedangkan pengemasnya diklasifikasikan pada pos tarif
tabung gas.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk tempat simpan yang nilainya jauh lebih
tinggi dari barang yang disimpan di dalamnya. Tempat semacam itu harus
diklasifikasikan tersendiri Sebagai contoh, tempat teh dari perak dan tempat
permen dari porselin berdekorasi China
Gambar 4.11
Tabung berisi gas LPG
F. KUM HS 6
Teks KUM HS nomor 6 sesuai terjemahan pada BTKI adalah
sebagai
berikut:
Untuk tujuan hukum, pengklasifikasian barang dalam sub-pos dari satu pos
ditentukan menurut uraian dari sub-pos tersebut dan catatan sub-pos yang
bersangkutan dan, mutatis mutandis, mengikuti ketentuan-ketentuan di atas
dengan pengertian bahwa hanya sub-pos yang setaraf yang dapat dibandingkan.
Untuk keperluan dari ketentuan ini catatan Bagian dan catatan Bab yang
bersangkutan juga diberlakukan, kecuali apabila konteksnya menentukan lain.
44
Penjelasan:
KUM HS 1 sampai dengan KUM HS 5 berlaku mutatis mutandis (secara
langsung) untuk sub-sub pos pada satu pos yang sama (perbandingan pada
takik yang sama).
Artinya,
catatan bagian, catatan bab, atau catatan sub-pos harus tetap menjadi
pertimbangan utama. Contohnya, Platinum pada catatan 4(b) Bab 71 tidak
sama dengan Platinum pada catatan sub-pos 2 (khusus untuk sub-pos 7110.11
dan 7110.19).
RANGKUMAN 4
LATIHAN 4
45
46
BAB
5
Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mempelajari Bab 5 tentang teknik klasifikasi, jenis catatan dan
nota penelitian klasifikasi barang, Mahasiswa Program Diploma 1 Keuangan
Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai dapat mempraktekan tahapan dalam
mengklasifikasi barang, dalam suatu Nota Penelitian Klasifikasi Barang
47
5. Setelah menemukan satu bab yang paling sesuai berdasarkan kajian di atas,
maka kita mulai menelusuri pos-pos yang mungkin mencakup barang yang
akan kita klasifikasikan dalam bab tersebut. Pada tahap ini kadang-kadang
kita sudah dapat menemukan pos yang mencakup barang tersebut dengan
rinci. Bila sudah kita temukan satu pos yang tepat, maka langkah selanjutnya
tinggal menentukan sub-pos (6-digit) dan pos tarif (9-digit) yang sesuai.
Ingat, dalam penentuan sub-pos dan pos tarif pun kadang timbul
permasalahan klasifikasi yang sama dengan penentuan pos (4-digit).
Sampai tahap ini sebenarnya kita sedang menggunakan KUM HS 1.
6. Apabila sepintas lalu ada beberapa pos yang sesuai dengan spesifikasi
barang, kita mulai menggunakan KUM HS 2.
48
Catgut bedah steril, bahan jahit bedah steril yang semacam itu dan perekat
kertas steril untuk penutup luka bedah;
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
2. Catatan Eksklusif
Catatan yang mengeluarkan barang tertentu dari suatu pos atau sub-pos
dan memasukkannya dalam pos atau sub-pos tertentu lainnya.
Produk dari jenis yang diuraikan dalam pos No. 02.01 sampai dengan
02.08, atau 02.10, yang tidak layak atau tidak sesuai untuk konsumsi
manusia;
(b)
Usus, kandung kemih atau perut dari binatang (pos No. 05.04) atau darah
binatang (pos No. 05.11 atau 30.02); atau
(c)
Lemak hewani, selain produk dari pos No. 02.09 (Bab 15).
49
3. Catatan Ilustratif
Catatan yang memberikan gambaran terhadap pengertian atau istilah yang
perlu dijabarkan lebih lanjut.
Contoh: Catatan 3 Bab 42:
Untuk keperluan pos no. 42.03, istilah barang pakaian dan perlengkapan
pakaian berlaku, antara lain, untuk sarung tangan (termasuk sarung tangan olah
raga), apron dan pakaian pelindung lainnya, tali penahan celana, ikat pinggang,
tali sandang dan semua jenis gelang, tetapi tidak termasuk arloji tangan (pos no.
91.13).
4. Catatan Penjelasan
Catatan yang menguraikan pengertian-pengertian yang bersifat teknis.Contoh:
(a)
Catatan 2 Bab 3:
Dalam Bab ini pengertian pellet adalah produk-produk yang telah
diaglomerasi baik secara langsung dengan cara dikompresi atau dengan
penambahan sejumlah kecil bahan pengikat.
(b)
Catatan 1 Bab 9:
Campuran dari produk dimaksud dalam pos no. 09.04 sampai dengan
09.10 harus diklasifikasikan sebagai berikut:
(a) Campuran dua produk atau lebih dari pos yang sama harus digolongkan
dalam pos itu;
(b) Campuran dua produk atau lebih dari pos yang berlainan harus digolongkan
dalam pos no. 09.10. Tambahan dari bahan lainnya ke dalam produk dari
pos no. 09.04 sampai dengan 09.10 (atau campuran seperti yang
dimaksud
dalam
(a)
atau
(b)
di
atas)
tidak
mempengaruhi
penggolongannya asalkan..
(c)
50
barang
antara
importir/PPJK
dan
aparat
DJBC.
Dalam
Sementara ini
51
52
Uraian klasifikasi:
- Bab 95
Mainan
Contoh 2.
Gambar 5.2
Kantong plastic (kresek)
53
Uraian klasifikasi
- Bab 39 plastik
- Pos 3923..wadah utk mengangkut
- Subpos 3923.20. Sak
- Pos tarif 3923.21.90.00 sak dari polietilena
Kesimpulan
Kantong plastik tersebut diklasifikasikan pada Pos tarif 3923.21.90.00
Contoh 3
Gambar 5.3
Rantai untuk sepeda motor dari baja
Uraian Klasifikasi
- Bab 73 barang dari baja
- Pos 7315rantai dan bagiannya.
- Subpos 7315. 10. - rantai penghubung (/ - Sub pos 7315.11.. rantai pemutar
)
- Pos tarif 7315.11.10.00 rantai sepeda motor
Kesimpulan:
Rantai pemutar tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 7315.11.10.00
54
Contoh 4
Gambar 5.4
Pemantik dari baja
berlapis emas
Nama dan Jenis barang:
Korek api pemantik saku bentuk kotak
dari baja dilapisi emas 18 karat (15 % berat).
Isi gas dan dapat diisi ulang
Uraian klasifikasi:
- Bab 96 barang pabrik
- Pos 9613 pemantik sigaret
- Subpos 9613.20 pemantik saku isi gas yang dapat diisi ulang
- Pos tarif 9613.20.90.00 pemantik sigaret
Kesimpulan :
Korek api pemantik tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 9613.20.90.00
RANGKUMAN 5
1) Sebelum mengklasifikasi barang, terlebih dahulu harus mengetahui jenis dan
spesifikasi barang dengan lengkap agar hasil klasifikasi akurat.
2) Nota Penelitian Klasifikasi Barang terdiri dari nama dan jenis barang, kemudian alas
an klasifikasi, uraian klasifikasi dan terakhir adalah kesimpulan
3) Catatan dalam BTKI dapat dibagi beberapa kelompok namun secara ringkas dapat
dikelompokan menjadi: catatan definitif, catatan eksklusive, catatan iIlustratif dan
catatan penjelasan
LATIHAN 5
1. Jelaskan prosedur mengkalsifikasi barang :
2. Apa hubungan antara kebenaran uraian barang dan keakuratan kalsifikasi barang :
3. Sebutkan format Nota Penelitian Klasisikasi Barang :
4. Tentukan pos tariff dari barang dibawah ini dalam nota penelitian klasifikasi barang :
a. Mukena untuk peralatan sembahyang wanita dari bahan tenunan kapas
b. Sabuk pengaman (safety belt) untuk sedan bahan bakar bensin, selinder 2000 cc
5. Tentukan pos tariff dari Asam asetat dengan kadar 11 %dalam suatu nota penlitian
klasifikasi barang :
55
BAB
6
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Bab 6 tentang struktur pengelompokan
barang, Mahasiswa Program Diploma 1 Keuangan Spesialisasi
Kepabeanan dan Cukai dapat memahami struktur pengelompokkan
barang pada BTKI
A. Bagian
Dalam Harmonized System (HS), barang dikelompokkan dalam 96 bab
(dan bab 77 sebagai persiapan masa mendatang) yang dikelompokkan dalam 21
bagian.
yaitu bahan baku (raw material), bahan yang tidak/belum dikerjakan (unworked
products), barang setengah jadi (semi-finished products), dan barang jadi
(finished products). Sebagai contoh, binatang hidup diklasifikasikan pada Bab 1,
jangat dan kulit binatang pada Bab 41, sepatu dari kulit binatang pada Bab 64.
Urutan pengelompokan ini juga berlaku untuk bab dan pos.
Di bawah ini disajikan urutan pengelompokan barang dalam HS/BTKI:
56
Bagian II mencakup produk sayuran, baik yang bisa dimakan atau tidak
(tanaman, biji-bijian, sayuran, buah, sereal, tepung, dsb.), kecuali beberapa jenis
minyak dan lemak tertentu (bab 15) dan kayu (bab 44). Produk-produk yang
termasuk bagian I dan II belum mengalami proses pengerjaan kecuali sampai
tahap tertentu (dengan beberapa pengecualian). Terhadap produk yang telah
mengalami proses lebih lanjut diklasifikasikan pada bab 19, bab 20 atau bab 21.
Contohnya, produk makanan siap saji yang diawetkan diklasifikasikan pada
Bagian IV.
Bagian III hanya terdiri dari bab 15 yang mencakup lemak dan minyak
hewani dan nabati dan produk terbuat daripadanya (misalnya malam/wax).
Minyak pada Bab II
minyak goreng atau margarine yang siap dikonsumsi. Umumnya minyak tidak
menguap, karena minyak nabati yang mudah menguap masuk Bab 33 sebagai
minyak atsiri.
permanen. Bab 17 meliputi gula dan bahan lainnya seperti sirop, madu tiruan
dan karamel. Berbagai jenis gula yang murni secara kimiawi diklasifikasikan pada
Bab 29. Demikian juga bahan pemanis tiruan masuk Bab 29, seperti saccharin
dan dulcin.
BAGIAN
>>>BAGIAN IV
I & II
*BAB 2
BAB 3
(DAGING)
>
* BAB 16
(IKAN)
57
*BAB 4 (SUSU)
>
* BAB 19
>
* BAB 20
BAB 10 (GANDUM-GANDUMAN)
BAB 11 (PRODUK-GILINGAN)
*BAB 7
(SAYURAN)
BAB 8 (BUAH-BUAHAN)
BAB 11 (PRODUK GILINGAN,
KENTANG )
25 meliputi
produk tambang, seperti garam, belerang dan batuan lainnya hanya dalam
keadaan mentah (crude), telah dicuci, hancur, hasil tumbuk, hasil gilingan atau
saringan.
Hasil pertambangan yang telah diolah secara lain, misalnya dimurnikan
sebagai bahan kimia anorganik masuk Bab 28, sedangkan apabila merupakan
hasil bentukan atau pahatan masuk Bab 68 dan kalau bahan tersebut merupakan
hasil pembakaran maka masuk Bab 69. Batu-batuan setengah permata atau
batu permata digolongkan pada Bab 71.
Bagian VI mencakup produk-produk kimia, baik yang berbentuk asal
(primary form) maupun produk-produk industri kimia seperti produk farmasi,
pupuk, sabun, kosmetik, cat, bahan peledak, dan lain-lain.
Bagian VII mencakup plastik dan produk dari plastik (bab 39) dan karet
dan produk dari karet (bab 40). Komoditi plastik, karet buatan serta barang dari
plastik dan karet buatan banyak diimpor Indonesia. Sesuai dengan kemajuan
teknologi, maka produk barang-barang tersebut semakin bervariasi dan
bertambah jenisnya. Karena kemajuan teknologi pembuatan barang, maka
pengenalan dan proses pengidentifikasi barang tersebut semakin sulit,
khususnya dalam rangka klasifikasi barang.
58
BAB 40
SUB-BAB 1
3901-3911: Polimer buatan
4003
: Karet pugaran
3914
4004
: Sisa, reja
4005
: Coumpond
4006
:Tidak divulkanisasi
: Penukar ion
SUB-BAB II
3915
: Sisa, reja....
4017
: Karet keras
59
kapas, flaks, rami, henneps, goni dan sisal. Serat yang berasal dari hewan
misalnya bulu domba atau bulu anak domba, bulu unta, bulu kelinci, bulu
kambing Angora (Mohair) dan sutera.
Serat buatan manusia atau man made fiber terbagi dua, yaitu serat
sintetik dan serat artificial (tiruan). Serat buatan adalah serat hasil industri kimia.
Untuk memahami ini lihat Catatan 1 Bab 54. Istilah sintetik digunakan dalam
hubungan bahan polimer seperti poliamida, poliester, poliurethan dan lainnya,
sedangkan serat tiruan digunakan dalam hubungan untuk bahan dari rayon
viskosa, asetat sellulosa, dan semacam itu.
Melalui data nomor benang, bisa dilihat besar atau kecilnya suatu benang.
Ada dua sistem yang dipakai dalam penomoran benang, yaitu:
1.
2.
tenun melalui cara menyilangkan kelompok benang satu terhadap yang lain.
Benang tersebut biasa disebut sebagai lusi dan pakan, benang pakan kalau
dalam mesin rajut adalah yang bergerak menyilang benang lusi atau sesuai arah
lebar kain. Kain rajut dibuat dengan jalan menjeratkan benang satu dengan yang
lain atau pada benang itu sendiri, contohnya kaos, T shirt dan kain katun (lihat
Bab 60 tentang jenis kain ini).
Bagian XII mencakup produk alas kaki (bab 64), tutup kepala (bab 65),
payung, tongkat jalan, dll. (bab 66), juga produk-produk tertentu dari bulu, bunga
buatan, dan barang dari rambut manusia (bab 67).
Bagian XIII mencakup produk-produk yang diperoleh dari batu, gips,
plaster, semen, dll. (bab 68), keramik (bab 69), dan kaca/barang dari kaca (bab
70).
Bagian XIV mencakup hanya bab 71 yaitu mencakup mutiara dan batu
mulia, logam mulia, perhiasan, dan uang logam.
Bagian XV mencakup logam tidak mulia dan barang terbuat daripadanya.
Namun demikian bagian ini tidak mencakup barang dari logam dasar yang
termasuk dalam bab-bab di belakangnya (seperti mesin dan kendaraan).
Bagian XVI mencakup mesin, peralatan mekanik, dan peralatan listrik.
Bagian ini mempunyai pos dan sub-pos yang sangat besar dibandingkan dengan
bagian lainnya.
Bagian XVII mencakup kendaraan, pesawat terbang, dan alat transportasi
60
Perlu
diingat bahwa judul bab bukan merupakan uraian yang bersifat mengikat secara
hukum. Dengan demikian dapat dimengerti apabila suatu barang yang sepintas
termasuk dalam suatu bab ternyata diklasifikasikan pada bab lain.
Sebagai contoh, di bawah ini disajikan gambaran keterkaitan antar bab
dalam HS:
digunakan dalam sirkus tidak klasifikasikan pada bab 1, melainkan pada bab
95 (pos 95.08).
dingin, diasap dan dipanggang. Produk yang dikemas dalam kedap udara
dan mengalami pengolahan lebih jauh selain pengolahan dari Bab 2 maka
diklasifikasikan pada bab 16.
Bab 6 meliputi semua tanaman hidup yang umumnya dimaksud untuk dijual
oleh tukang bibit atau yang bergerak dibidang hortikultura yang serasi untuk
ditanam atau dijadikan pajangan. Pada Bab 6 tidak termasuk benih, buah
atau buah berbonggol dan umbi-umbian tertentu. Sayuran atau buah yang
diawetkan dengan cuka atau dengan cara lain misalnya masuk Bab 20.
61
kembang
gula
tersebut
mengandung
kokoa,
maka
harus
Barang dari plastik diklasifikasikan pada Bab 39. Bila sudah berbentuk
barang yang khusus dibuat untuk keperluan tertentu, barang tersebut
diklasifikasikan di bab-bab lain. Sebagai contoh, frame kacamata dari plastik (bab
90), kotak jam dari plastik (bab 91), furniture dari plastik (bab 94), dan
sebagainya.
Namun demikian,
keterkaitan antas bab dalam diktat ini. Untuk mengetahui keterkaitan antara bab
satu dengan bab lainnya, kita dapat melihat di catatan bab maupun catatan
bagian. Untuk itu membaca catatan bab maupun catatan bagian merupakan
kewajiban sebelum kita mengklasifikasikan suatu barang pada pos tertentu.
62
BAGIAN II
PRODUK NABATI
BAB
6. Pohon hidup dan tanaman lainnya; umbi akar dan yang semacam itu; bunga
potong dan daun untuk hiasan
7. Sayuran, akar dan bonggol tertentu yang dapat dimakan
8. Buah & buah berbatok yang dapat dimakan; kulit dari buah jeruk dan melon
9. Kopi, teh, mate dan rempah-rempah
10. Gandum-ganduman
11. Produk industri penggilingan ; malti ; pati; inulin ; gluten gandum.
12. Biji mengandung minyak dan buah mengandung minyak ; bermacam-macam
butir, biji dan buah; tanaman industri atau obat ; jerami dan makanan ternak.
13. Lak, getah, damar dan air, ekstrak nabati lainnya
14. Bahan nabati untuk anyam-anyaman; produk nabati tidak dirinci atau
termasuk pos lainnya
63
BAGIAN III
MINYAK DAN LEMAK HEWANI ATAU NABATI DAN
PRODUK DISOSIASINYA; LEMAK OLAHAN YANG DAPAT DIMAKAN;
MALAM HEWANI ATAU NABATI
Bab 15
(Judul Bab sama dengan Bagian)
BAGIAN IV
BAHAN MAKANAN OLAHAN; MINUMAN, MINUMAN KERAS
DAN CUKA, TEMBAKAU DAN TEMBA KAU PENGGANTI BUATAN
BAB
16. Olahan dari daging, dari ikan atau dari udang-udangan, binatang lunak atau
dari binatang air yang tidak bertulang belakang
17. Gula dan kembang gula
18. Kakao & olahan kakao
19. Olahan dari gandum-ganduman, tepung, pati atau susu; produk industri kue.
20. Olahan dari sayuran, buah, kacang atau bagian lain dari tanaman.
21. Bermacam-macam olahan yang dapat dimakan
22. Minuman, minuman keras dan cuka
23. Ampas, dan sisa dari industri makanan; olahan makanan hewan
24. Tembakau dan tembakau pengganti buatan.
BAGIAN V
PRODUK MINERAL
BAB
25. Garam; belerang; tanah dan batu; bahan plester; kapur dan semen.
26. Bijih logam, terak dan abu
27. Bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk sulingannya; bahan mengandung
bitumen; malam mineral
64
BAGIAN VI
PRODUK INDUSTRI KIMIA DAN INDUSTRI YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN INDUSTRI KIMIA
BAB
28. Bahan kimia anorganik; senyawa organik atau organik dari logam mulia, dari
logam tanah langka, dari unsur radio aktif dan dari isotop
29. Bahan kimia organik
30. Produk farmasi
31. Pupuk
32. Ekstrak bahan samak atau bahan celup; bahan samak dan turunannya; bahan
celup, pigmen dan bahan pewarna lainnya; cat dan vernis; dempul dan damar
lainnya; tinta
33. Minyak atsiri dan resinoida; wangi-wangian, kosmetika atau preparat pewangi
34. Sabun bahan organik penggiat permukaan, preparat pencuci, preparat pencuci,
preparat pelumas, malam tiruan, malam olahan, preparat pelumas atau
pembersih, lilin dan barang semacam itu, pasta untuk membuat model, malam
untuk mencetak gigi dan preparat untuk gigi dengan bahan dasar gips.
35. Zat albumina ; modifikasi pati ; perekat ; enzim
36. Bahan peledak; produk piroteknik; korek api; paduan piroforik; olahan tertentu
yang mudah terbakar
37. Barang fotografi atau sinematografi
38. Aneka produk kimia
BAGIAN VII
PLASTIK DAN BARANG DARI PLASTIK;
KARET DAN BARANG DARI KARET
BAB
39. Plastik dan Barang dari plastik
40. Kulit dan Barang dari Kulit
65
BAGIAN VIII
JANGAT DAN KULIT MENTAH, KULIT SAMAK, KULIT BERBULU
DAN BARANGNYA; PELANA TERMASUK PERLENGKAPANNYA DAN
PAKAINAN KUDA; BARANG UNTUK BERPERGIAN, TAS TANGAN
DAN TEMPAT SIMPAN SEMACAMNYA; BARANG DARI USUS
(LAIN DARI USUS ULAT SUTERA)
BAB
41. Jangat dan kulit mentah (lain dari kulit berbulu) dan kulit samak
42. Barang dari kulit samak; pelana termasuk perlengkapan dan pakaian kuda;
barang untuk bepergian, tas tangan dan wadah yang semacam itu; barang
dari usus hewan (lain dari pada usus ulat sutera)
43. Kulit berbulu dan kulit berbulu tiruan
BAGIAN IX
KAYU DAN BARANG DARI KAYU; ARANG KAYU; GABUS
DAN BARANG DARI GABUS; BARANG DARI JERAMI, RUMPUT ESPARTO
ATAU DARI BAHAN ANYAMAN LAINNYA; KERANJANG
DAN BARANG ANYAMAN
BAB
44. Kayu dan barang dari kayu; arang kayu
45. Gabus dan barang dari gabus
46. Barang dari jerami, dari rumput esparto atau dari bahan anyaman lainnya;
keranjang dan barang anyaman
BAGIAN X
PULP DARI KAYU ATAU DARI BAHAN SELLULOSA
BERSERAT LAINNYA; KERTAS ATAU KERTAS KARTON
(BEKAS DAN SISA) YANG DIPEROLEH KEMBALI;
KERTAS DAN KERTAS KARTON DAN BARANGNYA
BAB
47. Pulp dari kayu atau dari bahan sellulosa berserat lainnya, kertas atau kertas
karton (bekas dan sisa) yang diperoleh
48. Kertas dan kertas karton; barang dari pulp kertas, dari kertas atau kertas
karton
49. Barang cetakan, surat kabar, gambar dan produk lainnya dari industri
66
BAGIAN XI
TEKSTIL DAN BARANG TEKSTIL
50. Sutera
51. Wool, bulu hewan halus atau kasar;
benang bulu kuda dan kain tenunan
52. Kapas
53. Serat tekstil dari nabati lainnya ;
benang kertas dan tenunan dari
benang kertas
BAB
56. Gumpalan, kain kempa dan bukan
tenunan; benang khsusu; benang
pintal, tali tambang dan kabel dan
barang-barangnya
57. Permadani dan tekstil penutup lantai
lainnya
58. Kain tenunan khusus; kain tekstil
sulaman
59. Kain tekstil diresapi, dilapisi, ditutupi
atau dibuat berlapis-lapis; barang
tekstil dari jenis yang cocok untuk
digunakan dalam industri
60. Kain rajutan atau kain kaitan
67
BAGIAN XII
ALAS KAKI, TUTUP KEPALA, PAYUNG, PAYUNG PANAS,
TONGKAT JALAN, TONGKAT DUDUK, CAMBUK, PECUT DAN
BAGIANNYA; BULU UNGGAS; OLAHAN DAN BARANGNYA;
BUNGA TIRUAN; BARANG DARI RAMBUT MANUSIA
BAB
64. Alas kaki, pelindung kaki dan yang semacam itu ; bagian dari barang semacam
65. Tutup kepala dan bagiannya
66. Payung, payung panas, tongkat jalan, tongkat duduk, cambuk, pecut dan
bagiannya
67. Bulu unggas dan bulu unggas olahan serta barang terbuat dari bulu unggas atau
bullu unggas tiruan; bunga tiruan; barang dari rambut manusia
BAGIAN XIII
BARANG DARI BATU, GIPS, SEMEN, ASBES, MIKA
ATAU DARI BAHAN SEMACAM ITU; PRODUK KERAMIK; KACA
DAN BARANG DARI KACA
BAB
68. Barang dari batu, gips, semen, asbes, mika atau bahan semacam itu
69. Produk keramik
70. Kaca dan barang dari kaca
68
BAGIAN XIV
MUTIARA ALAM DAN MUTIARA BUDIDAYA, BATU PERMATA
ATAU SEMI PERMATA, LOGAM MULIA, LOGAM MULIA KERAJANG
DAN BARANGNYA; PERHIASAN IMITASI; MATA UANG LOGAM
BAB
71
(Judul Bab sama dengan judul Bagian)
BAGIAN XV
LOGAM TIDAK MULIA DAN BARANG DARI LOGAM TIDAK MULIA
BAB
72. Besi dan baja
timah hitam
79. Seng dan barang terbuat dari seng
80. Timah dan barang terbuat dari timah
aluminium
82
83
Bermacam-macam barang
tajam,sendok
69
BAGIAN XVI
MESIN DAN PESAWAT MEKANIK; PERLENGKAPAN LISTRIK;
BAGIANNYA PESAWAT PEREKAM DAN PESAWAT REPRODUKSI SUARA,
PESAWAT PEREKAM ATAU REPRODUKSI SUARA DAN GAMBAR
UNTUK TELEVISI, DAN BAGIAN SERTA PERLENGKAPAN
DARI BARANG YANG SEMACAM ITU
BAB
84. Reaktor nuklir, ketel uap, mesin dan pesawat mekanik; bagiannya
85. Mesin dan alat listrik serta bagiannya; pesawat perekam dan pesawat reproduksi
suara, pesawat perekam dan reproduksi gambar dan suara untuk televisi, dan
bagian serta perlengkapan dari barang yang semacam itu
BAGIAN XVII
KENDARAAN, PESAWAT TERBANG, KENDARAAN AIR
DAN PERLENG KAPAN PENGANGKUTAN YANG BERKAITAN
BAB
86. Lokomotif kereta api atau trem, kendaran yang bergerak diatas rel dan bagiannya;
alat pemasang dan perlengkapan rel kereta api atau trem dan bagiannya;
perlengkapan isyarat lalu lintas mekanik dari segala jenis (termasuk elektronik)
87. Kendaraan selain yang begerak diatas rel kereta api atau trem, dan bagian serta
perlengkapannya
88. Kapal udara, pesawat ruang angkasa, serta bagiannya
89. Kapal, bahtera, dan bangunan terapung
70
BAGIAN XVIII
ALAT DAN APARAT OPTIK, POTOGRAFI, SINEMATOGRAFI, UKUR,
PENELITI, PRESISI, KEDOKTERAN DAN BEDAH; LONCENG
DAN ARLOJI; INSTRUMEN MUSIK;
BAGIAN DAN PERLENGKAPANNYA
BAB
90. Alat dan aparat optik, fotografi, sinematografi, ukur, peneliti, presisi, kedokteran
dan bedah; bagian dan perlengkapannya
91. Lonceng dan arloji dan bagiannya
92. Instrumen musik ; bagian dan perlengkapan dari barang seperti itu
BAGIAN XIX
SENJATA DAN AMUNISI; BAGIAN DAN KELENGKAPANNYA
BAB
93
(judul sama dengan judul Bagian)
BAGIAN XX
BERMACAM-MACAM BARANG HASIL PABRIK
BAB
94. Perabot rumah; kasur tempat tidur, kasur, lapik kasur, bantal dan
kelengkapannya; lampu dan perlengkapan penerangan, tidak dirinci atau
termasuk dalam pos manapun; isyarat iluminasi, papan nama iluminasi dan
semacam itu; bangunan prefabrikasi
95. Mainan, keperluan permainan dan keperluan olah raga; bagian dan
kelengkapannya
96. Bermacam-macam barang hasil pabrik lain
71
BAGIAN XXI
HASIL KARYA SENI, BARANG KEGEMARAN
KAUM PENGUMPUL DAN BARANG ANTIK
BAB
97
(Judul Bab sama dengan Bagian)
RANGKUMAN 6
1. BTKI terdiri dari 21 Bagian, Bab 1 sampai dengan Bab 76, Bab77 kosong dan dari
Bab 77 sampai dengan Bab 98.
2. Barang dapat dikelompokan menjadi alam, kimia, tekstil, logam, mesin, kendaraan
dan terakhir adalah barang seni
LATIHAN 6
1. Bahan dan industry yang berkaitan dengan kimia dimasukan dalam Bagian dan Bab
berapa pada BTKI :
2. Barang tekstil dimasukan dalam Bagian dan Bab berapa dalam BTKI :
3. Barang seni umumnya diklasifikasikan pada Bagian dan Bab berapa dalam BTKI :
4. Sebutkan barang yang dianggap bukan sebagai bagian (part) walaupun kenyataannya
di jadikan bahan untuk perakitan sepeda motor apabila dalam pengimporannya
tersendiri :
72
PENUTUP
73
GLOSARIUM
1
BM
anti Bea masuk antidumping adalah bea masuk tambahan yang
dumping
dikenakan terhadap barang impor, dimana harga ekspor
dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya
(harga pasar domestic).
BTBMI
Buku
Tarif
Bea
pengklasifikasian
Masuk
yang
Indonesia.
diterapkan
Suatu
di
sistem
Indonesia
BTKI
CCCN
dengan
nama
Nomenclature
World
Customs
Organisation
HS
International
Convention
on
the
Harmonized
EN
Explanatory
Notes.
Catatan
penjelasan
dari
74
Klasifikasi
barang
PTNI
75
DAFTAR PUSTAKA
1 Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (2012).
Departemen Keuangan RI, Jakarta
2. Explanatory Notes, World Customs Organization, 2012
3. Harmonized System 2012 version, World Customs Organization,
4. Pengantar Klasifikasi Barang. (1995)
Pusdiklat Bea dan Cukai. Jakarta
***
76
b. barang tertentu
d. sistem harga
c. CCC
b. WCO
d. CTI
4. Isi BTKI sekarang ini memiliki Bagian dan Bab yang berlaku efektif adalah...
a. 21 Bagian dan 97 Bab
c. 6 buah
b. 5 buah
d. 7 buah
benar
77
7. Suatu Kode nomor untuk ASEAN atau AHTN dalam sistem penomoran BTKI
tercantum pada...
a. digit ke-1 dan ke-2
c. lartas
b. bea masuk
d. PPnBM
c. definitif
b. eksklusif
d. penjelasan
10. Dalam Bab 30 tercantum catatan bahwa sabun mengandung tambahan obat
harus diklasifikasikan pada Pos 34.01. Jenis catatan tersebut termasuk
jenis ......
a. catatan eksklusif
c. catatan definitif
b. catatan illustrtatif
d. catatan penjelasan
12. Suatu gantungan kunci yang terdiri dari: ring baja diameter 4 cm, sebagai
pengikat anak kunci, rantai baja sepanjang 6 cm dan sebuah hiasan dari
plastik berbentuk hati diameter 3 cm harus diklasifikasikan sebagai ring
menurut KUM HS............
78
a. nomor 3 a
c. nomor 3 c
b. nomor 3 b
d. nomor 4
b. susu basi
c. tidak dicat
b. banyak variasi
16. Satu set spagheti yang terdiri: mie, saus tomat, saus cabe dan kecap harus
diklasifikasikan pada suatu komponen yang paling dominan yaitu pada pos
19.02 menurut KUM HS...
a. nomor 2a
c. nomor 3a
b. nomor 2b
d. nomor 3b
c. plastik semuanya
d. karet semuanya
b. lama
19. Tabung gas LPG berisi gas petroleum yang dicairkan, harus diklasifikasikan
dalam...
79
c. sesuai KUM HS 5a
80
dengan
1. Telur Kaviar dalam keadaan beku dikemas dalam kaleng kedap udara 250 gr
2. Biji jagung manis (sweet corn) dalam keadaan utuh dan kering untuk benih
3. Hamburger mengandung (dalam persentase berat): roti 52 %, daging sapi
goreng 22 %, sayuran 21 % dan lainnya 5 %
4. Tempe dalam kemasan kedap udara berat 500 gr
5. Minyak pelumas cair mengandung bahan dari minyak bumi 80 % digunakan
untuk mesin mobil, dalam kemasan kaleng 1 liter
6. Sabun mandi merk: ASEPSO mengandung obat anti kuman dalam bentuk
padat ukuran 2x4x6cm (medicated soap)
7. Brosur (dominan kata dibanding gambar) berupa katalog lembaran lepas
ukuran A4 untuk promosi sebuah motor buatan Jepang.
8. Dasi kupu-kupu dari sutera dicetak batik
9. Cincin dari emas dengan berat 7 gram
10. Rantai pemutar dari baja keras, ukuran panjang 80 cm untuk sepeda motor
Honda Tiger 200
11. Facsimile berwarna yang mampu mencetak dan poto copy serta memiliki
kemampuan disambung dengan komputer
12. Untuk melindungi data pada sistem komputer pada saat listrik padam secara
tiba-tiba, maka diimpor sebuah alat yang bernama: uninteruptable power
supply (UPS) merk: Ginja, Volt: 220. buatan Jepang.
13. Sabuk pengaman (safety seat belts) dari kain tekstil digunakan untuk
kendaraan bermotor jenis sedan mesin cetus api
14. Sebuah stabilizer otomatis (Automatic Voltage Regulator) untuk tegangan
listrik 220 Volt dan daya 1500 watt. Alat ini digunakan untuk menstabilkan
tegangan listrik yang turun naik secara otomatis.
15. Korek api pemantik untuk di saku dalam bentuk kotak dari baja dilapisi emas
18 karat, dengan gas dapat diisi ulang.
***
81
82
BIODATA PENULIS
Nama
Alamat korespondensi
Unit Instansi
Keuangan
Telp./Faks
HP
E-mail
: Adang Karyana S
: Jalan Sumatera B 87 Jatibening Indah Bekasi
: Pusdiklat Bea dan Cukai BPPK. Kementrian
: 021.4897123
: 08129578520
: adangkaryana.s@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Tahun
Lulus
S-1
Perguruan Tinggi
Bidang Spesialisasi
Tahun
terbit
2011
Judul
artikel
Precursor
2012
Green
Customs
Nama
berkala
-
Volume dan
halaman
150
205
Status
akreditasi
Tahun
2012
Penerbit
Widya Bhakti
ISBN
---
Adang Karyana S
83