Anda di halaman 1dari 42

IKM Go Global Go Digital

Oleh : Cut Siti Ainun Mardhiah Gumay S. E.I


SKKNI 95 tahun 2018
UK G.46PEI01.006.2 - Melakukan Riset Pasar Ekspor
KBJI 2431.02 - Analis Penelitian Pasar
BAB I - Pemahaman Dasar Menjadi Eksportir

PENGERTIAN
EKSPOR
ékspor/

"n: pengiriman barang dagangan ke luar negeri,


barang-barang yang dikirimkan ke luar negeri, baik finansial maupun
perseorangan, yang diberikan oleh penduduk suatu negara kepada negara
asing secara tersembunyi atau tidak melalui cara yang sah."
Kamus Besar Bahasa Indonesia

"Penjualan barang atau jasa ke luar negeri."


Otoritas Jasa Keuangan

“Kegiatan Mengeluarkan barang dari daerah pabean “


undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006
Ekspor adalah perdagangan barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri, melalui
darat, perairan dan udara
Tujuan Ekspor
Pada dasarnya kegiatan ekspor hadir karena adanya kesadaran dari
setiap negara di dunia, bahwa tidak ada yang benar-benar bisa mandiri
dan saling membutuhkan satu sama lainnya.
• Saling memenuhi kebutuhan suatu negara dengan yang lain
Manfaat Ekspor
1. Dapat memaksimalkan hasil produksi
2. Memaksimalkan pendapatan perusahaan
3. Membuka banyak lapangan kerja
4. Mengendalikan harga produk
5. Memperkenalkan Produk Lokal Ke Mancanegara
6. Mempererat Hubungan Kerjasama Bilateral Antar Negara
7. Menambah devisa negara
Ekspor
Langsung dan Tidak
langsung
Ekspor langsung
adalah cara menjual barang atau jasa melalui tanpa perantara/eksportir
yang bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor.

Ekspor Tidak Langsung


Teknik dimana barang dijual melalui perantara/eksportir
negara asal kemudian dijual oleh perantara tersebut.
Klasifikasi Produk Ekspor
Terbagi menjadi TIGA Kelompok yaitu :

Barang Bebas Ekspor


Barang Dibatasi Ekspor
Barang Dilarang Ekspor

Sumber : Peraturan Pemerintah Menteri Perdagangan RI Nomor :


13/M-DAG/PER/3/2012
tanggal 19 maret 2012 tentang ketentuan umum di bidang Ekspor
Barang Bebas Ekspor

Semua jenis barang ekspor kecuali barang DIBATASI ekspor, atau ditentukan lain oleh Undang-
Undang dikategorikan sebagai barang bebas ekspor, namun tentunya eksportir harus memenuhi
persyaratan terlebih dahulu dan tentunya mempunyai surplus produksi atau kelebihan jumlah
produksi sehingga belum dapat dikonsumsi seluruhya di dalam negeri

Contoh : Baju, sepatu, tas, dan lain sebagainya.


Barang Dibatasi Ekspor
Jenis barang ini hanya dapat diekspor oleh Eksportir Terdaftar (ET). Sedangkan eksportir terdaftar
adalah perusahaan yang telah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Perdagangan untuk
mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

Suatu barang yang dibatasi ekspornya karena pertimbangan :


1. Untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum
2. untuk melindungi kesehatan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan atau lingkungan
3. adanya perjanjian Internasional atau kesepakatan yang ditandangani dan diartifikasi oleh
permerintah
4. Terbatasnya pasokan dipasar dalam negeri atau untuk konservasi secara efektif
5. terbatasnya pasokan dipasar dalam negeri atau wilayah tujuan ekspor
6. terbatasnya ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh industry pengolahan

Contoh produk : Kopi, Beras, kayu, sarang burung walet dan lain sebagainya.
Barang Dilarang Ekspor

Suatu barang yang dilarang ekspornya karena pertimbangan :


1. Mengancam keamanan nasional atau kepentingan umum termasuk sosial,
budaya dan moral masyarakat
2. melindungi hak atas kekayaan intelektual
3. melindungi kehidupan manusia dan kesehatan
4. merusak lingkungan hidup dan ekologi
5. berdasarkan perjanjian internasional atau kesepakatan yang di tandatangani
dan diratifikasi oleh pemerintah

Kelompok barang yang dilarang ekspor diatur dalam permendag Nomor


44 Tahun 2012 tentang barang yang di larang.

Contoh : karet alam yang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Rotan dalam Bentuk utuh yang masih mentah atau segar.
Pengkodean Klasifikasi
Barang Ekspor-Import
Terdapat dua sistem pengkodean yang di gunakan dalam statistik perdagangan dunia,
yaitu :

SITC (Standard International Trade Classification)

HS (Harmonized System)
SITC CODE
Standard International Trade Classification disusun oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak 1962 Sebagai
sistem penggolongn produk perdagang. Penyusunan SITC ini
didasari tidak hanya dari sifak material dan fisik produk.
Penyusunan SITC ini didasari tidak hanya dari sifat material
dan fisik produk, namun juga dari tahap pengolahan dan
fungsi ekonomi produk tersebut.
STIC CODE
Klasifikasi Barang
(1 digit Pertama)
0 Makanan dan Binatang Hidup
1 Olahan Makanan dan Rokok
2 Bahan Mentah, Termakan, kecuali bahan bakar
3 Mineral, bahan bakar dan lainnya
4 Minyak dan Lemak hewani & nabatir
5 Kimia dan produk lainnya
6 Manufaktur dasar
7 mesin,transportasi, peralatan
8 Barang manufaktur lainnya
9 Barang lainnya yang tidak dapat diklasifikasi
HS CODE
Harmonized System adalah nomenklatur/penamaan klasifikasi barang yang digunakan secara
seragam di seluruh dunia. Penerapan ini berdasarkan International Convention on The
Harmonized Commodity Description and Coding System dan digunakan untuk keperluan tarif,
statistik, rules of origin, pengawasan komoditi impor/ekspor, dan keperluan lainnya. “HS terdiri dari
penomoran barang sampai tingkat 6 digit, KUMHS, catatan bagian, catatan bab dan catatan
subpos yang mengatur ketentuan pengklasifikasian barang,” bunyi penjelasan Bea Cukai. Di
kawasan regional terdapat Asean Harmonised Tariff Nomenclature (AHTN), yakni sistem klasifikasi
yang diterapkan pada penomoran barang sampai 8 digit di seluruh Asean berdasarkan Protocol
Governing The Implementation of AHTN. Per 1 Maret 2017, Indonesia menggunakan AHTN
menjadi BTKI (8 digit pos tarif) tanpa pemecahan pos nasional seperti BTKI 2012
•2 digit pertama merupakan Bab pengklasifikasian utama.
•4 digit pertama merupakan Pos yang mengidentifikasi pengelompokan dalam suatu Bab.

•6 digit pertama merupakan Sub-Pos yang menjelaskan secara spesifik tipe produk dalam suatu Pos.
Terdapat beberapa tujuan HS Code ini, yaitu:
1. Memberikan keseragaman dalam klasifikasi produk ekspor-impor yang
sistematis.
2. Memudahkan pengumpulan data dan laporan statistik ekspor-impor
3. Memberikan sistem yang resmi secara internasional dalam pemberian kode,
penjelasan, dan klasifikasi untuk masing-masing produk perdagangan ekspor-
impor
Saat ini, terdapat sekiranya 5,387 deskripsi produk yang muncul sebagai Pos dan
Sub-Pos, namun terbagi dalam 98 Bab dan 21 Bagian. Deskripsi produk ini
digunakan secara bersama-sama bagi hampir setiap negara dalam melakukan
perdagangan dunia. Ada 6 digit HS Code yang penggunaannya sama untuk semua
negara.
Cara 2 - Melalui portal Inatrade dari Kementerian Perdagangan RI

•Masuk ke http://inatrade.kemendag.go.id/
•Pilih menu Layanan, klik Daftar HS.
•Pada kolom pencarian HS, masukkan HS Code apabila sudah tahu nomor HS
barang yang dicari.
•Jika belum, pilih menu Uraian Barang (Indonesia).
•Pada kolom sampingnya ketikkan keyword yang dicari, contoh “kopi”.
•Klik menu ‘Lihat’ dan akan banyak informasi soal nomor HS yang memuat konten
kopi, tentukan mana yang kita cari. Nomor HS ada di sebelah kiri.
Prosedur Ekspor
Prosedur
Adalah Langkah – Langkah kegiatan yang dilakukan secara berurutan mulai
dari langkah awal hingga langkah akhir dalam rangka penyelesaian proses suatu pekerjaan.

Prosedur Ekspor
Adalah langkah­langkah yang harus dilakukan oleh eksportir apabila melakukan ekspor.
Alur Prosedur
Ekspor
1. Korespondensi / Contack person
Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir di luar negeri untuk menawarkan dan negosiasi komoditi,
dalam hal ini harus dicantumkan jenis barang, kualitas, kuantitas, syarat­syarat pengiriman dll
2. Pembuatan kontrak dagang
Apabila importir menyetujui penawaran yang diajukan oleh eksportir, maka importir dan eksportir
membuat dan menandatangani kontrak dagang dengan dicantumkannya hal­hal yang disepakati
bersama.
3. Penerbitan letter of credit ( L/C )
Setelah ditandatangani kontrak dagang maka importir membuka L/C melalui bank koresponden di
negaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke Bank Devisa yang ditunjuk, kemudian Bank Devisa di
negara eksportir kemudian Bank Devisa yang ditunjuk memberitahu diterimanya L/C tersebut kepada
eksportir ini di persiapkan jika memang system pembayarannya disepakati menggunakan L/C.
4. Mempersiapkan Barang ekspor
Dengan diterimanya L/C/bukti pembayaran lainnya, maka eksportir mempersiapkan barang-barang
yang dipesan importir. Keadaan barang­-barang yang dipersiapkan harus sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang.
5. Mempersiapkan dokumen barang ­
Packing list,­Commercial invoice, Sertifikat mutu barang / standar mutu,
Korespondensi / Contack person Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir di
luar negeri untuk menawarkan dan negosiasi komoditi, dalam hal ini harus dicantumkan jenis
barang, kualitas, kuantitas, syarat­syarat pengiriman dll.
6. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang ( PEB )
Selanjutnya eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang ( PEB) ke Bank
Devisa dengan melampirkan surat sanggup bayar apabila ekspornya terkena pajak ekspor.
7. Pemesanan ruang kapal
Eksportir memesan ruang kapal ke perusahaan pelayaran samudera atau perusahaan
penerbangan. Agar diperhatikan perusahaan angkutan mana yang memberikan jaminan
dalam pengiriman
8. . Pengiriman barang ke pelabuhan Eksportir dapat melakukan sendiri
pengiriman barang atau dapat menggunakan jasa perusahaan
pengiriman barang ( Perusahaan Freigh forwarder atau perusahaan Expedisi
muatan kapal laut ( EMKL ) dengan disertakan dokumen­dokumen ekspor.
9. Pemeriksaan Bea Cukai Dipelabuhan dilakukan pemeriksaan dokumen
dengan barang­barang yang akan diekspor.
10. Surat Keterangan Asal ( SKA) Jika diperlukan Eksportir mengajukan
permintaan SKA. Kepada Dinas Perindustrian Perdagangan.
11. Pencairan L/C Apabila barang sudah dikapalkan Eksportir
dapat mencairkan L/C ke Bank dengan menyerahkan bukti dokumen­
dokumen.
12. Proses pengiriman barang ke Importir.
1. Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan
istilah yang dibuat untuk menyamakan pengertian antara penjual
dan pembeli dalam perdagangan internasional.
2. Incoterms menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual
yang berhubungan dengan proses pengiriman barang, penanggung
jawab proses ekspor -impor, penanggung penanggung biaya yang
timbul dan penanggung risiko bila terjadi perubahan kondisi barang
yang terjadi akibat proses pengiriman.
3. Incoterms dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional atau
International Chamber of Commerce (ICC), versi terakhir
dikeluarkan tanggal 1 Januari 2021 disebut sebagai Incoterms 2020.
BAB II - Segmentasi dan
Targeting Tujuan Ekspor
Kenali Kesiapan Produk

Mutu
Harga Jumlah Service
Produk
Keunggulan Produk

100% Daging segar


Bahan
pilihan dan rempah
Baku
organik

Dimasak secara
Proses
higienis dengan
Produksi
teknik khusus

Kemampuan suatu produk yang diproduksi di


Indonesia bersaing di pasar global (ekspor)
Berserat dan menjadi faktor yang signifikasi untuk ditelaah
Tekstur lembut, baik untuk secara seksama. Pemilihan terutama
pencernaan ditujukan pada produk-produk yang memiliki
potensi dalam negeri dan berdaya saing
tinggi di pasar internasional.
Gambaran dari produk-produk tersebut dan
Menggunakan yang perlu dikembangkan ekspornya disusun
Alumunium foil dalam satu buku yang kemudian disebut
Kemasan
untuk menjaga
kehigienisan profil produk.
Kenali Nilai Keunggulan Produk
Kua
ntita
tif
Har
ga,
K
Pro apasita
duk s Umur
si

Value
proposition Pendapatan
ual itatif
K
,
i g n , Rasa
Desa ngsi
Fu
Gender
Kenali Potensi Target
Market

• Jumlah penduduk
Estimasi • Tingkat konsumsi produk
besarnya • Kegiatan ekspor ulang
• Trend Pasar
pasar • Lingkungan Budaya
Negara Tujuan

Pengukuran • Harga impotir dan Ritel


• Kualitas yang dibutuhkan
daya saing • Kelebihan Variasi produk
Standarisasi
dan Sertifikasi
PENGERTIAN STANDARISASI Pengertian standarisasi yaitu penentuan dari suatu
ukuran yang harus diikuti dalam memproduksi dalam sesuatu atau hal. Standarisasi
juga bisa sebagai proses pembuatan membentuk standar. Standar sendiri memiliki
pengertian sebagai sebuah aturan yang biasanya digunakan yang bersifat wajib. Untuk
itu, standarisasi bisa dikatakan merupakan suatu proses dari sebuah pembentukan
standar teknis yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan atau cara uji, standar
definisi, standar spesifikasi, sekaligus prosedur standar atau praktik, dan lain
sebagainya.

PENGERTIAN SERTIFIKASI Sertifikasi Menurut Pasal 1 angka 11 PP Standar Nasional


adalah rangakian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang dan jasa. Lebih lanjut
Pasal 1 angka 12 menyebutkan bahwa pengertian sertifikat adalah jaminan tertulis yang
diberikan oleh Lembaga/laboratorium yang telah terakreditasi untuk menyatakan bahwa
barang, jasa, proses, system atau personal telah memenuhi standar yang
dipersyaratkan.
HUBUNGAN STANDARISASI
DENGAN SERTIFIKASI?
Standardisasi adalah upaya untuk menjaga kualitas produk dan efisiensi usaha,
sedangkan Sertifikasi adalah kegiatan penilaian kesesuaian yang berkaitan
dengan pemberian jaminan tertulis dan produk telah memenuhi regulasi.
Sehingga, sertifikasi merupakan suatu proses pengakuan oleh pihak lain (pihak
ketiga) terhadap produk dalam memenuhi dan menerapkan standar mutu
tersebut.
Jenis-jenis
Standarisasi dan Sertifikasi Ekspor
Jenis – Jenis Standarisasi dan Sertifikasi ;

1. Bersifat Wajib (Primer) Standarisasi dan sertifikasi yang harus dimiliki oleh
pengusaha, berupa perizinan atau regulasi yang diterbitkan oleh instansi
pemerintah >90%
2. Bersifat Umum (Sekunder) Standarisasi dan sertifikasi yangofbuy,
tidak wajib
B2B buyers use mobile to

namun dibutuhkan/dituntut oleh pasar pada umumnya (diterbitkan oleh


instansi pemerintah maupun swasta)
3. Bersifat Khusus (Tersier) Standarisasi dan sertifikasi yang diminati oleh
segmen pasar tertentu (diterbitkan oleh instansi pemerintah maupun
swasta)
Contoh Standarisasi
dan Sertifikasi
1. Wajib → Contohnya adalah Izin Edar BPOM, PIRT, Batas Maksimal
Residu Pestisida dan Batas Kontaminasi (melalui Sertifikasi
Analisis atau COA), dan lain-lain.
2. Umum → Contohnya adalah Halal, Good Agricultural Practices
(GAP), Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis and
Critical Control Points (HACCP), Standar Nasional Indonesia (SNI),
ISO tertentu, serta terkait HKI (Hak Kekayaan Intelektual) seperti
Merek dan Paten.
3. Khusus → Contohnya Organik, Eco-friendly, Fair Trade, Vegan.
Disini terdapat juga standar spesifikasi teknis terkait kualitas produk
seperti bentuk, rasa, bahan untuk memenuhi kebutuhan segmen
pembeli/konsumen tertentu.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai