PENGERTIAN
EKSPOR
ékspor/
Semua jenis barang ekspor kecuali barang DIBATASI ekspor, atau ditentukan lain oleh Undang-
Undang dikategorikan sebagai barang bebas ekspor, namun tentunya eksportir harus memenuhi
persyaratan terlebih dahulu dan tentunya mempunyai surplus produksi atau kelebihan jumlah
produksi sehingga belum dapat dikonsumsi seluruhya di dalam negeri
Contoh produk : Kopi, Beras, kayu, sarang burung walet dan lain sebagainya.
Barang Dilarang Ekspor
Contoh : karet alam yang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Rotan dalam Bentuk utuh yang masih mentah atau segar.
Pengkodean Klasifikasi
Barang Ekspor-Import
Terdapat dua sistem pengkodean yang di gunakan dalam statistik perdagangan dunia,
yaitu :
HS (Harmonized System)
SITC CODE
Standard International Trade Classification disusun oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak 1962 Sebagai
sistem penggolongn produk perdagang. Penyusunan SITC ini
didasari tidak hanya dari sifak material dan fisik produk.
Penyusunan SITC ini didasari tidak hanya dari sifat material
dan fisik produk, namun juga dari tahap pengolahan dan
fungsi ekonomi produk tersebut.
STIC CODE
Klasifikasi Barang
(1 digit Pertama)
0 Makanan dan Binatang Hidup
1 Olahan Makanan dan Rokok
2 Bahan Mentah, Termakan, kecuali bahan bakar
3 Mineral, bahan bakar dan lainnya
4 Minyak dan Lemak hewani & nabatir
5 Kimia dan produk lainnya
6 Manufaktur dasar
7 mesin,transportasi, peralatan
8 Barang manufaktur lainnya
9 Barang lainnya yang tidak dapat diklasifikasi
HS CODE
Harmonized System adalah nomenklatur/penamaan klasifikasi barang yang digunakan secara
seragam di seluruh dunia. Penerapan ini berdasarkan International Convention on The
Harmonized Commodity Description and Coding System dan digunakan untuk keperluan tarif,
statistik, rules of origin, pengawasan komoditi impor/ekspor, dan keperluan lainnya. “HS terdiri dari
penomoran barang sampai tingkat 6 digit, KUMHS, catatan bagian, catatan bab dan catatan
subpos yang mengatur ketentuan pengklasifikasian barang,” bunyi penjelasan Bea Cukai. Di
kawasan regional terdapat Asean Harmonised Tariff Nomenclature (AHTN), yakni sistem klasifikasi
yang diterapkan pada penomoran barang sampai 8 digit di seluruh Asean berdasarkan Protocol
Governing The Implementation of AHTN. Per 1 Maret 2017, Indonesia menggunakan AHTN
menjadi BTKI (8 digit pos tarif) tanpa pemecahan pos nasional seperti BTKI 2012
•2 digit pertama merupakan Bab pengklasifikasian utama.
•4 digit pertama merupakan Pos yang mengidentifikasi pengelompokan dalam suatu Bab.
•6 digit pertama merupakan Sub-Pos yang menjelaskan secara spesifik tipe produk dalam suatu Pos.
Terdapat beberapa tujuan HS Code ini, yaitu:
1. Memberikan keseragaman dalam klasifikasi produk ekspor-impor yang
sistematis.
2. Memudahkan pengumpulan data dan laporan statistik ekspor-impor
3. Memberikan sistem yang resmi secara internasional dalam pemberian kode,
penjelasan, dan klasifikasi untuk masing-masing produk perdagangan ekspor-
impor
Saat ini, terdapat sekiranya 5,387 deskripsi produk yang muncul sebagai Pos dan
Sub-Pos, namun terbagi dalam 98 Bab dan 21 Bagian. Deskripsi produk ini
digunakan secara bersama-sama bagi hampir setiap negara dalam melakukan
perdagangan dunia. Ada 6 digit HS Code yang penggunaannya sama untuk semua
negara.
Cara 2 - Melalui portal Inatrade dari Kementerian Perdagangan RI
•Masuk ke http://inatrade.kemendag.go.id/
•Pilih menu Layanan, klik Daftar HS.
•Pada kolom pencarian HS, masukkan HS Code apabila sudah tahu nomor HS
barang yang dicari.
•Jika belum, pilih menu Uraian Barang (Indonesia).
•Pada kolom sampingnya ketikkan keyword yang dicari, contoh “kopi”.
•Klik menu ‘Lihat’ dan akan banyak informasi soal nomor HS yang memuat konten
kopi, tentukan mana yang kita cari. Nomor HS ada di sebelah kiri.
Prosedur Ekspor
Prosedur
Adalah Langkah – Langkah kegiatan yang dilakukan secara berurutan mulai
dari langkah awal hingga langkah akhir dalam rangka penyelesaian proses suatu pekerjaan.
Prosedur Ekspor
Adalah langkahlangkah yang harus dilakukan oleh eksportir apabila melakukan ekspor.
Alur Prosedur
Ekspor
1. Korespondensi / Contack person
Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir di luar negeri untuk menawarkan dan negosiasi komoditi,
dalam hal ini harus dicantumkan jenis barang, kualitas, kuantitas, syaratsyarat pengiriman dll
2. Pembuatan kontrak dagang
Apabila importir menyetujui penawaran yang diajukan oleh eksportir, maka importir dan eksportir
membuat dan menandatangani kontrak dagang dengan dicantumkannya halhal yang disepakati
bersama.
3. Penerbitan letter of credit ( L/C )
Setelah ditandatangani kontrak dagang maka importir membuka L/C melalui bank koresponden di
negaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke Bank Devisa yang ditunjuk, kemudian Bank Devisa di
negara eksportir kemudian Bank Devisa yang ditunjuk memberitahu diterimanya L/C tersebut kepada
eksportir ini di persiapkan jika memang system pembayarannya disepakati menggunakan L/C.
4. Mempersiapkan Barang ekspor
Dengan diterimanya L/C/bukti pembayaran lainnya, maka eksportir mempersiapkan barang-barang
yang dipesan importir. Keadaan barang-barang yang dipersiapkan harus sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang.
5. Mempersiapkan dokumen barang
Packing list,Commercial invoice, Sertifikat mutu barang / standar mutu,
Korespondensi / Contack person Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir di
luar negeri untuk menawarkan dan negosiasi komoditi, dalam hal ini harus dicantumkan jenis
barang, kualitas, kuantitas, syaratsyarat pengiriman dll.
6. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang ( PEB )
Selanjutnya eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang ( PEB) ke Bank
Devisa dengan melampirkan surat sanggup bayar apabila ekspornya terkena pajak ekspor.
7. Pemesanan ruang kapal
Eksportir memesan ruang kapal ke perusahaan pelayaran samudera atau perusahaan
penerbangan. Agar diperhatikan perusahaan angkutan mana yang memberikan jaminan
dalam pengiriman
8. . Pengiriman barang ke pelabuhan Eksportir dapat melakukan sendiri
pengiriman barang atau dapat menggunakan jasa perusahaan
pengiriman barang ( Perusahaan Freigh forwarder atau perusahaan Expedisi
muatan kapal laut ( EMKL ) dengan disertakan dokumendokumen ekspor.
9. Pemeriksaan Bea Cukai Dipelabuhan dilakukan pemeriksaan dokumen
dengan barangbarang yang akan diekspor.
10. Surat Keterangan Asal ( SKA) Jika diperlukan Eksportir mengajukan
permintaan SKA. Kepada Dinas Perindustrian Perdagangan.
11. Pencairan L/C Apabila barang sudah dikapalkan Eksportir
dapat mencairkan L/C ke Bank dengan menyerahkan bukti dokumen
dokumen.
12. Proses pengiriman barang ke Importir.
1. Incoterms atau International Commercial Terms adalah kumpulan
istilah yang dibuat untuk menyamakan pengertian antara penjual
dan pembeli dalam perdagangan internasional.
2. Incoterms menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual
yang berhubungan dengan proses pengiriman barang, penanggung
jawab proses ekspor -impor, penanggung penanggung biaya yang
timbul dan penanggung risiko bila terjadi perubahan kondisi barang
yang terjadi akibat proses pengiriman.
3. Incoterms dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional atau
International Chamber of Commerce (ICC), versi terakhir
dikeluarkan tanggal 1 Januari 2021 disebut sebagai Incoterms 2020.
BAB II - Segmentasi dan
Targeting Tujuan Ekspor
Kenali Kesiapan Produk
Mutu
Harga Jumlah Service
Produk
Keunggulan Produk
Dimasak secara
Proses
higienis dengan
Produksi
teknik khusus
Value
proposition Pendapatan
ual itatif
K
,
i g n , Rasa
Desa ngsi
Fu
Gender
Kenali Potensi Target
Market
• Jumlah penduduk
Estimasi • Tingkat konsumsi produk
besarnya • Kegiatan ekspor ulang
• Trend Pasar
pasar • Lingkungan Budaya
Negara Tujuan
1. Bersifat Wajib (Primer) Standarisasi dan sertifikasi yang harus dimiliki oleh
pengusaha, berupa perizinan atau regulasi yang diterbitkan oleh instansi
pemerintah >90%
2. Bersifat Umum (Sekunder) Standarisasi dan sertifikasi yangofbuy,
tidak wajib
B2B buyers use mobile to