Anda di halaman 1dari 16

CARA PERSIAPAN EKSPOR IMPOR DAN HAL YANG PERLU

DIPERSIAPKAN

Oleh :

DEVI SETYOWATI

SMK2 / 1910211781

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)

SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-NYA sehingga penyusunan Makalah ini dengan judul “Cara
Persiapan Ekspor Impor dan Hal Yang Perlu Dipersiapkan” bisa terselesaikan
dengan baik.

Makalah ini disusun guna mengikuti syarat tugas individu mata kuliah
Manajemen Keuangan Internasional bagi setiap mahasiswa Program studi S1
Manajemen Semester V (Kelas SMK2) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak


kekurangannya, baik dalam penyajian materi maupun penjelasannya. Karena itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat
membantu penyusun dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 17 November 2021


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdagangan international mempunyai peranan yang dapat dibilang penting
dalam aspek pertumbuhan ekonomi di suatu negara, kegiatan ini biasanya di kenal
dengan istilah ekspor dan impor. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang ke
luar daerah pabean, dimana pihak yang melakukan kegiatan terebut ialah eksportir
baik secara pribadi ataupun berkelompok sedangkan untuk Impor adalah kegiatan
memasukan barang kedalam daerah pabean dan pelaku dari kegiatan ini disebut
dengan istilah importir. Baik ekspor serta impor mempunyai kontribusi masing-
masing terhadap ekonomi suatu negara khususnya di Indonesia. Namun ada
beberapa hal yang perlu di persiapkan sebelum melakukan kegiatan ekspor
maupun impor diantaranya:
1. Mencari baik penjual atau pembeli, karena tentu tanpa adanya salah satu
dari pihak tentu kegiaatan ekspor dan impor tidak akan dapat terjadi.
2. Mencari perusahaan pelayaran (Shipping company), perusahaan pelayaran
sebagai penyedia jasa sarana pengangkut dalam menganggkut barang
kiriman baik ekspor maupun impor dari negara satu ke negara lain.
3. Mengurus serta menyelesaikan dokumen – dokumen yang dibutuhkan
terkait kegiatan ekspor maupun impor.
Menurut penjelasan diatas diatas dalam melakukan kegiatan ekspor dan impor
memang tidak dapat dikatakan mudah, banyak berbagai hal yang harus
dipersiapakan dan dilengkapi baik dalam proses pengurusan ekpsor ataupun
impor, maka dari itu dilapangan masih banyak di temukan para pihak baik itu dari
eksportir maupun importir yang beranggapan bahwa untuk dapat melakukan
kegiatan ekpsor dan impor akan menguras tenaga dan menyita banyak waktu serta
biaya. Namun bagi sebagian orang yang sudah lama terjun dan ahli dalam bidang
tersebut, mereka justru mempunyai anggapan yang berlawanan bahwa sebenarnya
dalam mengurus proses penyelesaian ekspor atau impor tidak sesulit dan rumit
seperti di apa yang di bayangkan. Maka dari itu biasanya orang – orang yang telah
ahli ini akan membuka usaha untuk mengurus proses kegiatan ekspor maupun
impor untuk melayani para importir dan eksportir yang mempunyai kendala baik
dalam keterbatasan waktu atau keterbatasan informasi dalam hal menyelesaikan
proses kepabeanan atau yang biasa disebut customs clearance, pihak ini dapat
meminta bantuan dan asistensi kepada pengusaha pengurusan jasa kepabeanan
(PPJK) untuk menyelesaikan proses custom clearance mereka.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Dalam Kegiatan Ekspor dan Syaratnya


Persiapan lain yang perlu dilakukan dalam melakukan kegiatan ekspor
1. Persiapan Administratif
Persiapan administratif adalah tersedianya peralatan kantor yang
memungkinkan kita untuk melakukan komunikasi, korespondensi, baik
dengan pemasok maupun dengan calon pembeli di luar negeri.
Persiapan Legalitas
2. Persiapan Legalitas adalah kelengkapan ijin usaha sesuai dengan ketentuan
pemerintah yang harus dipenuhi untuk memungkinkan berusaha secara sah
(legal). Termasuk dalam kelengkapan legalitas antara lain adalah :
a. Surat Ijin Perdagangan Perusahaan yang akan melakukan ekpor harus
memiliki:
1) Surat ijin usaha perdagangan yang di keluarkan oleh kantor wilayah
departmen perindustrian dan perdagangan.
2) Surat ijin usaha dari departemen teknis atau lembaga pemerintah non
departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3) Tanda pengenal perusahaan eksportir atau importir terdaftar dari
departmen perindustrian dan perdagangan, khususnya untuk mata
dagangnya yang di atur tata niaga dan mata dagang yang di awasi
ekspor-impornya.
4) Tanda pengenal perusahaan eksportir tertentu dikeluarkan
departemen keuangan kepada perusahaan ekspor-impor yang
mendapat fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia.
b. Nomor pokok wajib pajak perorangan (NPWP) atau badan hukum yang
ingin bergerak dalam kegiatan ekspor-impor diwajibkan memiliki
nomor nokok wajib pajak yang dapat di peroleh dari kantor pelayanan
pajak.
c. Izin khusus eksportir perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor-
impor untuk barang-barang yang tidak di atur tata niaganya, tidak di
awasi ekspornya dan tidak diberikan fasilitas, boleh melakukan
kegiatannya setelah mempunyai SIUP. Namun bagi perusahaan yang
melakukan kegiatan ekspor-impor barang yang di atur tataniaganya dan
di awasi ekspor-impornya memerlukan izin khusus.
3. Persiapan Fisik Barang
Persiapan Fisik Barang adalah adanya jaminan pasokan komoditi yang di
persiapkan untuk pasar ekspor Persiapan Fisik Barang tersebut antara lain:
a. Brosur dari tiap komoditi membuka pasar ekspor pada umumnya di
awali dengan kegiatan promosi yang bertujuan untuk menarik minat
pembeli kepada komoditi yang akan di ekspor. Sarana yang perlu di
persiapkan untuk promosi adalah brosur dari barang yang akan di
tawarkan yang berisi uraian ringkas, spesifikasi teknis, sketsa dan
gambar komoditi.
b. Daftar harga selain brosur perlu dipersiapkan daftar harga untuk
berbagai pelabuhan tujuan. Satu dan lain hal untuk memudahkan dalam
mengajukan penawaran bila ada permintaan dari masing-masing negara.
c. Contoh barang banyak calon pembeli membutuhkan contoh yang aktual
dari barang yang di tawarkan. Untuk itu perlu di siapkan”Commercial
Sample Free Change No Value”.

4. Persiapan Operasional
Persiapan operasional adalah pengetahuan dasar bisnis ekspor yang akan
memungkinkan kita melakukan tindakan operasional di bidang ekspor.
Pengetahuan dasar yang di maksud adalah:
a. Proses ekspor sebagai calon eksportir maupun importir yang akan
berhubungan dengan pasar internasional harus mengetahui langkah-
langkah yang perlu ditempuh dalam melakukan transaksi. Langkah-
langkah itu antara lain promosi, cara mengapalkan barang, mengurus
pembayaran, menyusun kontrak dagang dan membuat kalkulasi
ekspor.
b. Peraturan ekspor sebagai eksportir maupun importir wajib
mempelajari peraturan yang berlaku dalam perdagangan internasional
baik yang dikeluarkan oleh pemerintah Negara pengekspor maupun
oleh Negara pengimpor.
c. Prosedur ekspor prosedur ekspor-impor adalah tata cara yang harus di
tempuh dalam memenuhi ketentuan peraturan pemerintah serta
kelaziman yang berlaku dalam pelaksanaan suatu transaksi ekspor
maupun impor.
d. Strategi ekspor-impor tujuan dari setiap usaha bisnis adalah mencari
laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, khususnya dalam bidang
ekspor, di perlukan kebijakan-kebijakan tertulis yang bertujuan
memungkinkan perusahaan memperoleh keuntungan.
2.2 Klasifikasi Barang
1. Barang yang dilarang ekspornya. Barang yang dilarang ekspornya adalah
barang yang tidak boleh diekspor. Adanya larangan untuk mengekpor
barang tertentu pada dasarnya diterbitkan atas pertimbangan :
a. Untuk melindungi kelestarian alam, jenis binatang dan tanaman langka
agar tidak punah.
b. Untuk meningkatkan nilai tambah barang tersebut denganmemproses
menjadi barang jadi atau setengah jadi didalam negeri.
c. Untuk menjamin pengadaan barang tersebut bagi keperluan dalam
negeri. Contoh komoditi yang dilarang untuk diekspor : Karet bongkah,
besi tua, benih ikan hias, rotan asalan.
2. Barang yang diatur ekspornya. Barang yang diatur ekspornya adalah
barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir Terdaftar.
Eksportir terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah
mendapat pengakuan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan untuk
mengekspor barang-barang tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Contoh komoditi yang diatur ekspornya adalah tekstil untuk tujuan negara
kuota, rotan, kayu. Pengaturan terhadap untuk barang-barang yang diatur
ekspornya didasarkan atas pertimbangan :
a. Untuk memantapkan pemasaran barang-barang tersebut di luar negeri.
b. Untuk memelihara kestabilan harga, khususnya ditingkat petani
c. Mencegah persaingan tidak sehat antar sesama eksportir.
3. Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornyahanya dapat
dilakukan dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan atau
pejabat yang ditunjuk olehnya. Pengawasan terhadap barang yang diawasi
ekspornya pada dasarnya dimaksudkan untuk mengamankan barang-
barang penting yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat.
Pelaksanaan ekspor barang-barang tersebut hanya dapat dilakukan apabila
terdapat surplus produksi, sehingga jika ekspor hal tersebut tidak akan
mengganggu pengadaan kebutuhan dalam negeri. Contoh barang yang
diawasi ekspornya adalah garam, tepung terigu, kedelai, beras, pupuk,
minyak kelapa sawit.
4. Komoditi yang bebas untuk ekspor.Barang yang bebas untuk diekspor
adalah barang yang tidaktermasuk dalam salah satu dari 3 (tiga) kategori
barang tersebut diatas.
5. Barang Ekspor Yang Diawasi MutunyaPerlu diperhatikan bahwa barang-
barang yang bebas diekspor oleheksportir, beberapa diantaranya adalah
barang yang diawasi mutunya. Maksudnya adalah bahwa barang tersebut
baru diperkenankan diekspor apabila telah memiliki sertifikat pengawasan
mutu.

2.3 Dokumen
Pengurusan dokumen ekspor merupakan suatu tahapan yang amat penting.
Tanpa dokumen-dokumen yang diisyaratkan, seorang eksportir tidakakan
memperoleh pembayaran dari Bank. Pengiriman dokumen yang tidak tepat atau
pengisian dokumen secara salah akan menghambat tahapan lain. Eksportir
seringkali merasa pengurusan dokumen terlalu rumit dan memakan banyak waktu.
Pada prakteknya, eksportir dapat menggunakan jasa Forwading Agent atau EMKL
untuk mengurus dokumen dan melakukan pengiriman barang. Meskipun,
eksportir harus mengenal dokumen-dokumen yang digunakan. Jenis-jenis
dokumen yang diperlukan dalam kegiatan ekspor adalah :
1. Surat Kuasa
Yaitu surat yang dibuat eksportir ataupun importir untuk memberi kuasa
kepada freight forwading dalam hal mengurus dan menyelesaikan
dokumen-dokumen ekspor atau impor.
2. Shipping Instruction (SI)
Yaitu surat yang dibuat oleh eksportir kepada freight forwarding yang
merupakan perintah pengapalan barang atau booking ruangan kapal.
3. Invoice
Yaitu dokumen yang menerangkan tentang harga barang yang dilengkapi
dengan data-data jenis barang, berat, volume, kualitas, nama eksportir atau
importer, nama kapal, nama pelabuhan dan nama pelabuhan bongkar.
4. Packing List
Yaitu dokumen yang berisi tentang jenis barang, pembungkus, jumlah
serta berat barang dan lain-lain, sehingga memudahkan dalam pemeriksaan
jika terjadi claim.
5. Letter of Credit (L/C)
Yaitu surat jaminan dari pihak Bank sebagai pengganti bahwa pihak
eksportir tidak akan dirugikan oleh pihak importer sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati oleh eksportir dengan Importer.
6. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
Dokumen yang dibuat oleh eksportir atau kuasanya yang merupakan
pemberitahuan kepada Bea dan Cukai barang yang akan diekspor.
7. Bill of Loading (B/L)
Surat tanda terima barang yang telah dimuat di atas kapal yang juga
merupakan bukti kepemilikan barang dan juga sebagai bukti adanya
kontrak atau perjanjian pengangkutan barang melalui laut.
8. Certificate of Origin (COO)
Surat pernyatan yang di tanda tangani untuk membuktikan asal dari suatu
barang, digunakan untuk memperoleh fasilitas bea masuk atau sebagai alat
penghitung kuota dinegara tujuan dan untuk mencegah masuknya barang
dari Negara terlarang.
9. Sanitary Health and Veterinary Certificates
Dokumen ini diperlukan untuk menyatakan bahwa bahan baku ekspor,
tanam – tanaman telah diperiksa dan bebas dari hama dan
penyakit.Dokumen tersebut hanya diperlukan ika di L/C dipersyaratkan
dan disesuaikan dengan barang atau benda yang di kapalkan.
10. Insurance Policy (Polis Asuransi)
Adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi
yang menyatakan kesediaan untuk member pengantian karena suatu
kerugian atas barang – barang yang di angkut misalnya karena kerusakan,
kapal tenggelam dan lain sebagainya.

2.4 Prosedur Transaksi Ekspor Impor Berjalan lancar


1. Prosedur Ekspor

Merupakan kegiatan memperluas ekspansi pasar atas komoditinya keluar


negeri dengan pembayaran valuta asing sehingga devisa bertambah serta dapat
berkomunikasi bahasa asing. Tahapan ekspor yang paling di persiapkan ialah
barang, barang tersebut akan melalui tahapan packaging, stuffing, hingga barang
siap untuk dikirim. Tapi sebelum itu pastikan pihak eksportir menerima pesanan
(order) dari pihak importir. Langkah-langkah yang harus dilakukan :
a. Pemberitahuan Ekspor, ada dua yaitu :
1. Ekspor barang harus wajib PEBDalam PEB (pemberitahuan ekspor
barang) bahwa setiap barangharus melalui pendataan untuk
pengajuan ke kantor Bea Cukai yang berisi :
 Data Eksportir
 Data penerima barang
 Surat Kredit atau pembukaan L/C
 Sarana pengangkut
 Negara tujuan
 Detail barang
2. Tidak diperlukan PEB, syaratnya yaitu :
 Menggunakan deklarasi pabean untuk barang penumpang dan
barang awak sarana.
 Barang pelintas sesuai dengan ketentuan perjanjian
perdaganganpelintas batas.
 Barang atau kendaraan bermotor yang akan diekspor menggunakan
dokumen diatur sesuai kepabean internasional.
 Barang yang dikirim melalui PT(Persero) Pos Indonesia
menggunakan deklarasi en-douane (CN 23)
Setelah pengajuan Dokumen PEB pihak yang akan melakukan
Ekspor harus membayar pajak atau pendapatan Negara. Setiap
barang yang diEkspor berbeda-beda ditentukan dengan keputusan
mentri keuangan.Sebelum itu hendaknya mempersiapkan barang-
barang ekspor ataumemesan dari produsen (supplier).
b. Prosedur Pemeriksaan PABEAN
Pemeriksaan dokumen PEB untuk persetujuan barang yang akan
diekspor melalui beberapa pemeriksaan. Setelah masuk dalam tahapan
pemeriksaan akan dikeluarkan pernyatan barang siap ekspor, jikaterjadi
pelanggaran ketentuan bidang pajak makan akan dikembalikan ke pabean
atau re-impor. Yang melakukan prosedur ini yaitu :
1. Direktorat Jenderal Bea Cukai Pemeriksaan dilaksanakan di kawasan
pabean, Gudang eksportir, atau tempat lain yang dijadikan tempat
menyimpan barang ekspor.
2. Surveyor memeriksa barang impor yang memperoleh pembebasan
beacukai, penangguhan pembayaran PPN/PPn BM dan
pengembalian bea masuk serta pembayaran pendahuluan PPN/PPn
BM. Tempat pemeriksaan dilakukan di luar kawasan pabeaan yang
ditentukan oleh pihak eksportir.
c. Pemasukan Barang di PABEAN
Pemasukan barang eskpor ke wilayah PABEAN atau penimbunan
sementara dilakukan dengan PEB berkala. Selain disertai dengan PEB
harus disertai CTPS. Seluruh barang yang telah dimasukan kedalam peti
kemas diajukan harus bersamaan dengan dokumen PEB.

d. Pengajuan PEB
PEB diisi dengan lengkap dan benar oleh pihak eksportir selanjutnya
ditunjukkan kepada kantor pabean dengan dilampiri LPS-E yang wajib
diperiksa surveyor, copy surat tanda bukti setor (STBS), atau copy surat
sanggup bayar (SSB), dikenakan pungutan ekspor, copy invoice dan copy
packing list dan copy dokumen pelengkap pabean lainnya.
e. Pendaftaran PEB
Pejabat bea dan cukai mencatatkan PEB dalam buku catatan pabeandan
memberi nomor tanggal pendaftaran.
f. Penelitian PEB
Meneliti kelengkapan dokumen pabean yang dilakukan pejabat
beacukai dan dokumen-dokumen lainnya yang bersangkutan dengan PEB.
g. Persetujuan Muat
Setelah pengecekan oleh pejabat Bea Cukai, meberikan
persetujuanmuat pada PEB tersebut yang mencantumkan tempat tujuan,
tanggal, nama terang NIP, tanda tangan, serta cap dinas PEB yang
bersangkutan.
h. Stuffing Container
Menentukan ukuran barang antara kargo yang akan ditempatinya, hal
ini sangatlah penting dalam proses Stuffing karena jika barang yang di
packing tidak sesuai kargo yang dibutuhkan sangat menghambat proses.
i. Mengansuransikan Barang
Jika barang menggunakan term CIF maka bisa dilakukan
pengansurasian.
j. Pengangkutan
Proses ini harus melibatkan pejabat Bea dan Cukai meliputi
pemberitahuan manifes (outware manifest) paling lambat 3 (tiga)hari kerja
sejak pemberangkatan.
k. Sanksi Administrasi
Dalam pemberitahuan jenis barang jika menuai kesalahan maka akan
dikenakan sanksi sebsar Rp 10.000.000 (sepuluh juta Rupiah) paling
sedikit Rp 1.000.000 (satu juta rupiah). Jika melakukan pembatalan
akan dikenakan sanksi sebesar Rp. 5.000.000 (lima jutarupiah).

2. Prosedur Impor

Importir merupakan badan usaha atau perorangan sebagai pelaku


pembelian barang yang didatangkan dari luar negeri untuk sendiri maupun di
jual kembali di dalam negeri serta resiko di tanggung sendiri. Pihak importir
wajib melapor kepada direktur impor setiap bulan paling lama 15 bulan
mengenai terlaksana atau tidaknya importir. Langkah-langkah tahapan proses
importir yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan penyampaian pesanan kepada eksportir.
2. Menyarankan bank untuk membuka L/C guna eksportir yang digunakan
sebagai paying bank.
3. Persyaratan-persyaratan L/C harus diselesaikan pada opening bank.
4. Mendapat informasi tibanya dokumen-dokumen pengapalan dari
opening bank yang sebelumnya dikirim dari advising bank atau
negotiating bank.
5. Menyelesaikan persyaratan-persyaratan formulir impor dan perhitungan
asuransi, bea masuk dan pajak.
6. Menyelesaikan setoran pajak, bea masuk dan lain-lain.
7. Menyelesaikan pembayaran dokumen-dokumen pengapalan kepada
pihak opening bank sesuai ketentuan L/C.
8. Melakukan penyerahan tanda bukti telah diselesaikannya formulir
import dan pelunasan pajak atau bea cukai yang telah disetujui dan
disahkan oleh pihak bank kepada bea cukai untuk mendapatkan
delivery order (DO).
9. Menyerahkan DO dan B/L. kepada pihak maskapai pelayaran untuk
pengeluaran barang tanpa atau dengan perusahaan ekspedisi.
10. Jika terjadi kerusakan atau barang hilang, berhak mendapatkan klaim
ganti rugi kepada pihak eksportir atau pihak maskapai asuransi.
11. Melakukan pelunasan wesel saat jatuh tempo atau sebelum jatuh
tempo apabila belum diselesaikan pihak bank.
Fasilitas perdagangan internasional yang diberikan oleh departemen
keuangan melalui direktorat jenderal bea cukai harus memiliki hukum
kepabean yang dapat mengantisipasi perkembangan industri dengan
memberikan pelayanan pengawasan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih
murah. Yang hukumnya sudah diatur dalam kepabeanan UU No.10/1995 dan
sudah diperbarui dengan UU No.17 tahun 2006 dan beberapa peraturan
menteri keuangan. Dalam importir diketahui ada dua ketentuan yang
ditetapkan dalam penetapan pengeluaran jalur barang yaitu jalur hijau dan
jalur merah. Karena sering tidak sesuai, maka terbentuklah LHP yang
selanjutnya di rekam dan disetujui oleh pejabat bea cukai.

2.5 Kontrak Dagang


Dalam persiapan ekspor impor, kontrakt dagang merupaka yang juga sangat
penting. Berikut hal-hal yang erlu diperhatikan dalam kontrak dagang :
1. Penentuan harga
Perhitungkan dengan sebaik dan seakurat mungkin harga yang akan
ditawarkan, termasuk di dalamnya dengan menghitung biaya produksi atau
biaya bahan baku, kemasan, pengangkutan dari gudang ke pelabuhan
muat, pajak ekspor bila ada, biaya dokumen-dokumen yang disyaratkan,
biaya pengiriman ke pelabuhan tujuan bila kondisi penjualan CNF atau
CIF, biaya asuransi bila kondisi penjualan CIF dan biayabiaya lainnya
ditambahkan dengan keuntungan yang diinginkan sehingga menghasilkan
harga yang sesuai untuk dinegosiasikan.
2. Kemasan (Packaging)
Untuk eksportir skala kecil dan menengah yang bukan pabrikasi sebaiknya
memberikan penawaran dalam hal kemasan yang sesederhana mungkin
yang tidak memerlukan permesinan berat dan menelan banyak biaya tetapi
masih memiliki standar ekspor. Tetapi untuk perusahaan berskala besar
atau pabrikasi seperti makanan dan minuman, mainan dan sebagainya
kemasan yang ditawarkan haruslah memiliki daya tarik tersendiri.
3. Kuantitas (Quantity)
Kuantitas atau banyaknya jumlah barang yang ditawarkan haruslah
disesuaikan dengan kemampuan permodalan perusahaan eksportir atau
juga kemampuan dalam mengumpulkan bahan baku karena hal ini dapat
menentukan ketepatan waktu kita dalam mengirimkan pesanannya.
4. Kualitas (Quality)
Kualitas atau mutu produk yang ditawarkan haruslah sesuai dengan yang
dimiliki, tidak melebih-lebihkan sehingga tidak terjadi permasalahan
dikemudian hari setelah pesanan diterima pembeli. Terkadang pembeli
meminta Sertifikat Pemeriksaan (Certificate of Inspection) yang
memeriksa dan mencatat mutu dan jumlah barang, ukuran dan berat
barang, pengemasan/pengepakan barang, banyaknya satuan isi masing-
masing pengepakan.
5. Pembayaran (Payment Terms)
Pembayaran yang disepakati bisa berbagai macam bentuknya, untuk
perusahaan yang baru dikenal oleh importir biasanya mereka
menginginkan sistem pembayaran berupa L/C (Letter of Credit), CAD
(Cash Against Documents) atau D/P (Document Against Payment) tetapi
dari sistem pembayaran tersebut bila eksportir belum mengenal secara baik
reputasi perusahaan importir tersebut sebaiknya menerima sistem
pembayaran berupa L/C.
6. Pengiriman/Pengapalan
Waktu pengiriman disini maksudnya adalah waktu atau tanggal
pengiriman atau pengapalan yang tidak melebihi batas waktu yang telah
ditetapkan. Disini pihak eksportir harus berhatihati dalam menyepakati
tanggal pengapalan, bila eksportir telah memiliki persediaan sehingga
dapat mengirimkan atau mengapalkan barang pesanannya secepat
mungkin tanpa menunggu batas waktu pengiriman/pengapalan habis maka
hal ini merupakan nilai tambah (value added) bagi eksportir tersebut
dimata importir.
7. Syarat Pembayaran Perdagangan atau Kondisi Penjualan
Umumnya dalam perdagangan ekspor syarat perdagangan yang sering
dilakukan :
a. FOB (Free On Board) yaitu harga barang sampai di atas kapal dan
kondisi dimana penjual atau eksportir hanya bertanggung jawab
terhadap barang sampai di atas kapal yang ditunjuk oleh pembeli. CNF
atau CFR (Cost and Freight) yaitu harga barang sampai pelabuhan
tujuan dan kondisi dimana penjual atau eksportir menanggung semua
biaya pengapalan sampai ke pelabuhan tujuan. Untuk kondisi
b. FOB dan CFR ini asuransi ditutup oleh pihak importir. CIF (Cost
Insurance and Freight) yaitu harga barang sampai pelabuhan tujuan dan
kondisi dimana penjual atau eksportir menanggung semua biaya
pengapalan sampai ke pelabuhan tujuan dan ekpsortir wajib menutup
asuransinya.
8. Kondisi Lainnya
Pengiriman Sebagian (Partial Shipment) diperbolehkan (allowed) atau
tidak diperbolehkan (prohibited). Bila eksportir mendapatkan pesanan
dalam jumlah sangat banyak ssabiknya mencoba melakukan negoisasi agar
pengiriman sebagian diperbolehkan.

2.6 Transaksi Ekspor Impor


Melakukan transaksi ekspor impor juga merupakan hal yang perlu
dipersiapkan agar kegiatan berjalan dengan lancar, dalam prosesnya bisa
dilakukan dengan berbagai cara antara lain secara tunai (Cash Payment), rekening
terbuka atau yang sering disebut pembayaran kemudian (Open Account), wesel,
konsinyasi (Consignment), dan letter of credit (L/C). Berikut penjelasannya :
1. Pembayaran secara tunai, sebelum barang-barang siap dikirim oleh pihak
eksportir terlebih dahulu pihak importir membayar di awal (pay advance).
Alasan mengapa pihak ekspor maupun impor menggunakan jenis
pembayaran ini karena :
a. Kepercayaan dari importir kepada eksportir.
b. Keyakinan yang dimiliki importir terhadap negara eksportir bahwa
negara eksportir tidak akan melarang ekspor.
c. Pembayaran dilakukan di awal oleh pihak importir setelah di beri izin
oleh pemerintah.
d. Importir mempunyai likuiditas yang cukup. Kelemahan dalam sistem
pembayaran ini yaitu semua resiko seperti pembayaran barang dan
barang yang tidak dikirimkan ditanggung olehpihak importir.
2. Pembayaran kemudian, pembayaran kepada pihak eksportir belum
dilakukan pihak importir sebelum barang-barang dikapalkan atau diterima
pihak importir. Atau pembayaran dilakukan setelah disepakati oleh kedua
belah pihak setelah pihak eksportir melakukan pengapalan barang dan
mengirimkan invoice kepada pihak importir yang disertakan tanggal dan
waktu kapan pihak importir melakukan pembayaran. Dapat dilakukan
dengan syarat antara lain :
a. Ada kepercayaan penuh antara pihak eksportir dan importir.
b. Barang-barang dan dokumen akan dikirim langsung kepada pembeli.
c. Eksportir mempunyai dana lebih.
d. Pihak eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang
melarang transfer pembayaran.
Serta dapat mengalami resiko seperti :
a. Eksportir tidak mendapat perlindungan apakah importir akan
melakukan pembayaran.
b. Apabila importir tidak membayar, eksportir akan mengalami kesulitan
ketika membuktikannya saat di pengadilan karena tidak adanya bukti.
c. Penyelesaian perselisihan dalam hal ini akan mengakibatkan pihak
eksportir harus mengeluarkan biaya lebih.
3. Pembayaran dengan wesel, dalam hal ini pihak eksportir memiliki
wewenang terhadap barangnya sebelum pihak importir membayar
weselnya. Pihak penarik wesel dan pihak eksportir berperan dalam
mengapalkan barang sementara dokumen kepemilikan atas pengiriman
barang dikirim kepada pihak importir melalui bank importir. Dasar
dokumen yang diserahkan kepada pihak importir antara lain :
a. D/P (Document against Payment)Yaitu dokumen akan diserahkan
apabila pihak importir sudah melakukan pembayaran.
b. D/A (Document against Acceptance)Yaitu dokumen akan diserahkan
apabila pihak importir sudah melunasi weselnya.
4. Pembayaran dengan Konsinyasi, barang-barang ekspor dikirimoleh pihak
eksportir di luar negeri kepada pihak importir berstatus titipan yang dijual
dengan harga yang ditentukan oleh pihak importir. Serta barang yang tidak
terjual bisa dikembalikan kepada pihak eksportir. Maka statusnya pihak
eksportir memiliki kendali atas barang tersebut sedangkan pihak importir
hanya sebagai yang dititipi saja. Oleh sebab itu resiko yang mungkin
terjadi akibat sistem pembayaran ini yaitu :
a. Modal terlalu lama tertimbun pada barang yang diperdagangkan.
b. Tidak adanya kepastian eksportir akan menerima pembayaran.
c. Eksportir dapat menjadi korban penipuan dengan laporan tentang
barang yang terjual tetapi tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
d. Bila importir tidak membayar maka tidak ada bukti untuk melaporkan
atau menuntutnya di pengadilan.
5. Pembayaran dengan letter of credit (L/C), merupakan sistem pembayaran
paling aman bagi pihak eksportir untuk mendapatkan hasil penjualan dari
pihak importir jika pihak eksportir dapat memenuhi syarat-syarat dalam
L/C. Sistem ini aman karena :
a. Adanya kepastian pembayaran kepada penjual / eksportir apabila
dokumen-dokumen pengapalan lengkap dan sesuai dengan syarat L/C.
b. Dan untuk kepastian pembayaran kepada importir hanya dapat
dilakukan oleh bank apabila sesuai dengan persyaratan L/C.

2.7 Transaksi menggunakan L/C


a. Pihak importir melakukan pengajuan permohonan kepada pihak bank
pembuka letter of credit (Issuing/opening bank) guna membuka L/C yang
ditujukan kepada eksportir.
b. Pihak bank pembuka L/C yang berurusan langsung harus bersedia
membuka L/C tersebut kepada bank koresponden di kediaman eksportir
(advising bank).
c. Pihak advising bank melanjutkan L/C tersebut kepada pihak eksportir.
d. Pihak eksporting mempersiapkan dan mengirimkan lewat kapal barang-
barang yang akan dikirim pihak importir.
e. Setelah barang-barang dimuat di kapal, pihak eksportir berhak menerima
dokumen pengapalan barang (B/L) dari maskapai pelayan.
f. Kemudian dokumen-dokumen pengapalan serta wesel diserahkan oleh
pihak eksportir kepada advising bank yang diminta berperan sebagai
negotiating bank. Pihak bank lain boleh menjadi negotiating bank itu
tergantung keinginan pihak eksportir.
g. Melakukan tindakan advising bank atau negotiating bank menegosiasi
wesel yang diajukan oleh pihak eksportir.
h. Kemudian, dokumen-dokumen pengapalan dikirim oleh negotiating bank
kepada issuing bank untuk memperoleh ganti pembayaran.
(reimbursement).
i. Tahap pemeriksaan dokumen-dokumen pengapalan akan dilakukan oleh
pihak issuing bank dan dengan syarat-syarat ketentuan yang dicantumkan
pada L/C dan jika sesuai maka issuing bank akan meminta pembayaran
kepada pihak importir yang telah tertulis dandisepakati pada L/C.
Pembayaran dilakukan pada saat dokumen diajukan atau bertahap dengan
jangka waktu yang sudah ditentukan.
j. Setelah pembayaran dilakukan, pihak importir meminta debet rekeningnya
kepada pihak issuing bank.
k. Kemudian issuing bank akan mendapat ganti pembayaran negotiating bank
dengan mengkredit rekening negotiating bank pada issuing bankatau pihak
ketiga yang telah disetujui.
2.8
2.9

Anda mungkin juga menyukai