Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

A. KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

Perjanjian ekspor impor merupakan perjanjian jual beli internasional. Kata


ekspor dalam bahasa Indonesia adalah perbuatan mengirimkan barang ke luar
Indonesia, sedangkan impor, sebaliknya, yaitu memasukkan barang dari luar
negeri ke Indonesia. Ekspor dilakukan oleh penjual di Indonesia, sedangkan impor
dilakukan oleh penjual di luar negeri.
Perdagangan internasional sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
perdagangan dalam negeri, hanya saja perdagangan internasional lebih rumit
sehingga memerlukan keahlian khusus untuk menanganinya. Faktor – faktor
tersebut, antara lain :

1. Penjual dan pembeli terpisah oleh batas – batas kenegaraan


2. Terdapat bermacam peraturan mengenai barang yang harus dikirim
atau diankut dari satu negara ke negara lain
3. Negara satu dengan yang lainnya seringkali terdapat perbedaan
bahasa, mata uang, takaran hukum, dsb.

Menurut Undang – Undang No 2 Tahun 2009 tentang Lembaga


Pembiayaan Ekspor Indonesia Pasal 1 Angka 4 dan Angka 5 dijelaskan bahwa
Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar
wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Eksportir
adalah badan usaha, baik berbentuk badan hukum maupun tidak, termasuk
perseorangan yang melakukan kegiatan ekspor. (Buku Hukum Ekspor Impor hal
12)
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.
Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegaiatn impor tersebut disebut
importir. (Ibid, Departemen Perdagangan, hal.54)
Peraturan tentang eksport import pada setiap negara berbeda-beda menurut
sistem perdagangan yang diatur oleh tiap negara. Oleh karena itu, mereka yang
terlibat dalam transaksi eksport import, misalnya para pengusaha atau para
petugas bank, sangat perlu mengikuti perkembangan peraturan serta sistem
perdagangan internasional, baik yang berlaku di Indonesia atau di negara lain.
Tata cara pembayaran eksport import menurut peraturan pemerintah no 1
tahun 1982, dapat dilakukan dengan tunai maupun kredit, antar bank seperti,
yaitu;

a. Letter of Credit (L/C)


b. Wesel Inkaso (collection draft)
- Documen against payment (D/P)
- Document against acceptance (D/A)
c. Perhitungan kemudian (Open Account)
d. Konsinyasi
e. Cara pemabyaran lain

Melakukan kegiatan ekspor impor dan menjadi seorang eksportir atau


importir juga terdapat syarat dan tata caranya. Pemerintah telah mengatur secara
umum, tata cara pelaksanaan eksport import dalam Peraturan Pemerintah No 1
tahun 1982 tentang eksport import dan lalu lintas devisa, telah diatur secara garis
besar tentang pelaksanaan eksport import dan lalu lintas devisa.
Untuk eksportir sistem hukum yang telah ditetapkan pemerintah
Indonesia, yaitu untuk menjadi eksportir harus memenuhi bebrapa syarat
administrasi antara lain;

1) Izin usaha dagang/Surat Izin usaha Perdagangan (SIUP)


2) Akte pendirian perusahaan dan peraturan-peraturannya
3) Tanda daftar perusahaan (TDP)
4) Menyerahkan surat fisikal atau surat yang telah memenuhi
kewajiban membayar pajak
5) Surat keterangan bank
Berdasarkan ketentuan menter perdagangan dan koprasi no.
55/MPP/Kep/XII/1998 junto No 27/KP/I/1998, maka setelah persyaratan
administrasi disetujui, pengusaha kemudian mengajukan angka pengenal eksportir
(APE), atau angka pengenalan eksportir (APES), atau angka pengenal eksportir
terbatas (APET).

Kegiatan eksport tidak hanya dilakukan oleh pengusaha yang telah


memiliki APE, APES, atau APET, tetapi juga dilakukan oleh :

1. Setiap pengusaha yang memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan


(SIUP)
2. Setiap pengusaha yang telah mendapat izin usaha dari departemen
teknis/lembaga pemerintah non-depeartemen berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sistem hukum Indonesia mengatur tata cara pelaksanaan impor bahwa


dalam rangka pelaksanaan PP No 1 tahun 1982, tentang eksport import dan lalu
lintas devisa, pemerintah memandang perlu untuk menetapkan ketentuan hukum
lainnya tentang pelaksanaan import, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor 48/M-DAG/PER/7/2015 tentang ketentuan –
ketentuan umum di bidang import.

Hukum Indonesia telah mengatur syarat untuk menjadi importir barang.


Untuk itu calon importir harus memenuhi beberapa syarat administrasi, antara
lain:

1. Izin usaha dagang atau Surat usaha perdagangan (SIUP)


2. Akta pendirian perusahaan dan peraturan-peraturannya.
3. Surat permohonan kepada kantor dinas yang menangani bidang
perdagangan di daerah perusahan tersebut berdomisili.
4. Menyerahkan surat fiscal atau surat keterangan telah memenuhi
kewajiban membayar pajak/Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
5. Surat keterangan bank (Refrensi Bank)
6. Daftar riwayat hidup pengurus yang berhak menandatangani surat-
surat atas nama perusahaan.
7. Nomor pengenal importir khusus (NPIK). Bagi perusahaan yang
akan melakukan impor barang tertentu.

Melakukan kegiatan ekspor juga melalui beberapa tahapan atau prosedur.


Prosedur melakukan ekspor, antara lain :

1. Pemeriksaan dokumen ekspor di department procurement :


Shipping Request, Proforma invoice, packing List, dan B/L ( Bill
Of Lading) yang dikirimkan oleh marketing.
2. Departemen PPC ( Production Preparation Control) kemudian
mengeluarkan Tailor Made Work Order (TMWO)
3. Selanjutnya dikirim dokumen proforma Invoice oleh departemen
Procuremen ke Departemen MPIC (Material Planning Inventory
Control ) untuk pengambilan barang yang akan di ekspor, sebelum
pembuatan dokumen ekspor petugas harus menimbang berapa
berat dari barang tersebut dan alamat jelas penerima yang akan
dikirim oleh perusahaan, kalau ini tidak dilakukan maka akan
terjadi Notul.
4. Selanjutnya pembuatan dokumen BC 3.0 (PEB) Pemberitahuan
Ekspor Barang dengan berkoordinasi langsung kepada Bea Cukai
yang ada dilapangan dan melalui sistem PEB , Bea Cukai yang ada
dilapangan diartikan sebagai pengawas PDKB (Pengusaha Di
Kawasan Berikat).
5. Bea dan Cukai yang ada dilapangan biasanya akan meminta
dokumen BC 2.3 dan BC 4.0 . BC 2.3 yaitu Pemberitahuan Impor
Barang PDKB (Perusahaan Di Kawasan Berikat ), BC 4.0 yaitu
Pemberitahuan Pemasukan Barang asal tempat lain dalam daerah
pabean ke tempat penimbunan berikat.
6. Setelah itu selesai selanjutnya dokumen tersebut dibawa kebagian
Bea Cukai untuk memperoleh nomor pengepakan dan nomor segel
dari barang yang akan diekspor, melakukan pengemasan
(packaging), pengemasan dilakukan oleh perusahaan sendiri tanpa
bantuan perusahaan pengiriman atau kurir.
7. Selanjutnya dikumen BC 2.3 dan Dokumen BC 3.0 diserahkan
kepada Freight Forwarder dan selanjutnya akan menerbitkan Air
Way Bill (surat muatan udara).
8. Memantau pegiriman dengan Air Way Bill (surat muatan udara),
fungsi daipada AWB ini untuk mengetahui kapan tanggal
keberangkatan, tanggal transit , dan tanggal rencana tiba di
Consignee (penerima).
9. Setelah dokumen tersebut diterima oleh Buyer maka pihak Buyer
menstransfer uang tersebut kepada perusahaan melalui bank yang
sudah ditunjuk oleh perusahaan.
10. Kegiatan Ekspor Selesai

Kegiatan impor pun memiliki prosedur atau tahapan yang perlu dilalui
oleh para importir, antara lain :

1. Menentukan harga dan sistim perdagangan


2. Menentukan cara dan biaya pengiriman
3. Memilih freight forwarder
Freight forwarder  menangani semua kebutuhan logistik serta
menegosiasikan tarif angkut, pengurusan bea cukai, asuransi dan
selanjutnya mengirim barang ke alamat tujuan.
4. Memilih cara pengiriman yang paling menguntungkan
5. Mengasuransikan barang
6. Memahami peraturan kepabeanan
7. Menentukan cara pembayaran
8. Mengatur pengiriman barang
9. Melengkapi dokumen
- Comercial Invoice , yaitu daftar nilai/harga barang yang
tercantum dalam Packing List.
- Bill of Lading (B/L), yaitu surat/dokumen yang diterbitkan
oleh Shipping Line/Freight Forwarder untuk setiap pengiriman
barang Eksport.
- Airway Bill (AWB), fungsi dan kegunaannya adalah sama
dengan Bill Of Lading. Namun AWB ini khusus untuk
pengiriman barang melalui udara.
- Bill of Lading/Airway Bill, Packing List dan Commercial
Invoice adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam proses
eksport dan import atau bisa dikatakan ketiga dokumen ini
adalah 1 (satu) set dokumen ekspor/impor.
Dokumen-dokumen pendukung lainnya, yaitu:
- Certificate of Origin adalah Sertifikat Asal Barang. Diterbitkan
oleh Instansi terkait di negara asal. Kegunaannya adalah
sebagai bukti keaslian barang dari negara asal seperti yang
tertera  pada Bill Of Lading. 
- Packing List adalah Daftar Sistem Pengepakan. Packing List
diterbitkan oleh setiap eksportir setiap kali akan mengekspor.
10. Mengurus perijinan impor
11. Membayar bea masuk dan biaya lainnya
Semua barang impor yang masuk ke Indonesia harus diperiksa dan
mendapat persetujuan Bea Cukai serta dikenakan Bea Masuk,
Cukai, PPh Pasal 22, dan pajak lainnya. Barang impor yang tidak
dikenakan bea tersebut adalah barang untuk hadiah, kesejahteraan
rohani, tujuan kebudayaan, amal, dsb.
12. Mengeluarkan barang dari kawasan pabean
13. Menerima barang dan klaim asuransi

B. EKSPOR KARET DAN IMPOR JAGUNG


Pohon karet memerlukan suhu tinggi yang konstan (26-32 derajat Celsius)
dan lingkungan yang lembab supaya dapat berproduksi maksimal. Kondisi-
kondisi ini ada di Asia Tenggara tempat sebagian besar karet dunia diproduksi.
Sekitar 70 persen dari produksi karet global berasal dari Thailand, Indonesia dan
Malaysia.
Memerlukan waktu tujuh tahun untuk sebatang pohon karet mencapai usia
produksinya. Setelah itu, pohon karet tersebut dapat berproduksi sampai berumur
25 tahun. Karena siklus yang panjang dari pohon ini, penyesuaian suplai jangka
pendek tidak bisa dilakukan.
Pada tahun 2012 volume ekspor karet Indonesia sebesar 2.444.438.440 kg
naik menjadi 2.701.994.801 kg pada tahun 2013. Tahun 2013 sektor karet alam
menyumbang 4,61% dari total ekspor non-migas Indonesia senilai US$ 149,92
miliar.
Negara-negara tujuan ekspor karet Indonesia antara lain adalah Amerika
Serikat, China, Jepang, Malaysia, Australia, Hongkong, Jerman, dan lain
sebagainya. Tahun 2013 nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang mencapai 15,81%
dari total nilai ekspor karet Indonesia. Jepang sebagai salah satu negara penghasil
otomotif dunia terbesar tentunya masih sangat membutuhkan karet dari Indonesia.
Total luas perkebunan karet Indonesia telah meningkat secara stabil
selama satu dekade terakhir. Di tahun 2016, perkebunan karet di negara ini
mencapai luas total 3,64 juta hektar. Karena prospek industri karet positif, telah
ada peralihan dari perkebunan – perkebunan komoditi seperti kakao, kopi, dan teh
menjadi perkebunan – perkebunan kelapa sawit dan karet.
Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut, sejak Januari-September
2020, impor jagung sudah mencapai 911.194 ton dengan nilai US$ 233,47 juta.
Bila dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu, impor jagung sudah
mencapai 1,07 juta ton.
Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, jagung
yang diimpor tidak ditujukan untuk pangan ternak, karena Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan sudah tidak menerbitkan rekomendasi impor
jagung pakan ternak.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada impor jagung senilai US$28,5
juta atau setara Rp401,45 miliar (kurs Rp14.086 per dolar AS) yang masuk ke
Indonesia pada September 2021.
Impor jagung tersebut masuk ke tanah air saat harga komoditas meningkat
di pasar dan dikeluhkan oleh para peternak ayam. Tercatat, harga jagung yang
biasanya berada di kisaran Harga Acuan Pembelian (HAP) sebesar Rp4.500 per
kilogram, naik menjadi Rp5.500 sampai Rp6.000 per kg pada September 2021.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menambahkan harga


jagung tinggi karena ada ketimpangan antara peternak rakyat yang tidak mampu
membeli jagung kepada petani dalam jumlah besar dibandingkan dengan
kemampuan perusahaan pakan ternak besar.
Penyebab lain harga jagung tinggi adalah masa panen yang tidak merata di
seluruh daerah Indonesia. Beberapa daerah mengalami panen secara musiman,
tapi ada juga yang sedang tidak.
Atas kisruh stok dan harga jagung ini, Presiden Joko Widodo
memerintahkan kepada Kementan dan Kemendag untuk menyediakan jagung
untuk pakan ternak sebanyak 30 ribu ton dengan harga Rp4.500 per kg. Kebijakan
tersebut untuk meringankan beban peternak rakyat agar bisa berproduksi dengan
maksimal dan bisa menjual telur atau ayam pedaging di atas HPP.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2018. Karet (Alam). (On-line). https://www.indonesia-


investments.com/id/bisnis/komoditas/karet/item185 diakses pada 29
November 2021
Administrator. 2018. Cara Impor Barang dari Luar Negeri. (On-line).
https://indonesia.go.id/layanan/perdagangan/ekonomi/cara-impor-barang-
dari-luar-negeri diakses pada 28 November 2021
Atika, Silvia dan Syaad Afifuddin. 2015. Analisis Prospek Ekspor Karet
Indonesia ke Jepang. (On-line).
https://media.neliti.com/media/publications/14835-ID-analisis-prospek-
ekspor-karet-indonesia-ke-jepang.pdf diakses pada 29 November 2021
F, Kurnia Nurhakim dan Muhammad Satar. 2015. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
Ekspor Barang. (On-line).
https://jurnal.unnur.ac.id/index.php/indept/article/viewFile/155/126
diakses pada 28 November 2021
Rori, Christy Jeronika, dkk. 2020. Aspek Hukum Perjanjian Internasional Dalam
Ekspor Impor Barang. (On-line).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/view/30911
diakses pada 28 November 2021
Sutedi, Adrian. 2014. Hukum Ekspor Impor. Jakarta : Raih Asa Sukses (Penebar
Swadaya Grup).
Tim agt. 2021. Impor Jagung Rp401,45 M Masuk RI pada September 2021. (On-
line). https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211015112221-92-
708184/impor-jagung-rp40145-m-masuk-ri-pada-september-2021 diakses
pada 29 November 2021
Yuniartha, Lidya. 2020. Ada Impor Jagung Hampir 1 juta Ton, Begini Penjelasan
Kementan. (On-line). https://industri.kontan.co.id/news/ada-impor-jagung-
hampir-1-juta-ton-begini-penjelasan-kementan diakses pada 29 November
2021

Anda mungkin juga menyukai