Anda di halaman 1dari 5

SLIDE 1

Perkenalan

SLIDE 2
Perdagangan merupakan proses tukar menukar barang atau jasa atas dasar kesepakatan bersama.
Perdagangan dapat dilakukan dalam skala nasional maupun internasional. Perdagangan
internasional adalah kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/atau jasa yang terjadi antar
negara dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Yang akan kita bahas hari ini adalah salah
satu jenis perdagangan internasional, yaitu kegiatan ekspor dan impor. Bagaimana sebenarnya
prosedur ekspor impor di negara Indonesia?

SLIDE 3
Ekspor didefinisikan sebagai kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Atau sederhananya,
ekspor adalah kegiatan atau aktivitas menjual atau mendagangkan barang dari dalam negeri ke luar
negeri dengan mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku. Orang atau lembaga yang menjual
barang-barangnya ke luar negeri disebut sebagai eksportir. Namun, eksportir diharuskan terdaftar
secara resmi pada instansi pemerintah urusan perdagangan.

SLIDES 4
Sedangkan impor adalah lawan dari ekspor. Dengan kata lain, impor adalah kegiatan membeli suatu
produk atau barang dari luar negeri. Impor adalah suatu aktivitas atau kegiatan memasarkan produk
barang dari daerah pabean atau membeli suatu produk barang dari negara lain untuk memenuhi
kebutuhan dasar dalam negeri. Dalam pengertian lebih luas, impor adalah perdagangan yang
dilakukan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam daerah pabean Indonesia dan
mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada umumnya, pembelian barang impor
adalah barang-barang yang tak bisa diproduksi di dalam negeri. Adapun orang atau lembaga yang
mendatangkan barang impor adalah disebut sebagai importir.

SLIDES 5
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang No. 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2008 tentang Pengenaan Bea
Keluar Terhadap Barang Ekspor.
3. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 199 Tahun 2019 tentang Ketentuan Kepabeanan,
Cukai, dan Pajak atas Barang Impor Kiriman.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.04/2015 tentang Pengawasan Terhadap Impor
atau Ekspor Barang Larangan dan/atau Pembatasan.

SLIDES 6
Pada dasarnya pemerintah telah memberikan kebijakan dengan membebaskan para pelaku usaha
yang melakukan kegiatan ekspor dari pungutan bea justru sebaliknya kepada mereka diberikan
restitusi atas barang yang diekspor tersebut. Namun meskipun begitu pemerintah tetap
mengenakan pajak ekspor/bea keluar kepada beberapa jenis komoditas, seperti yg tertera di PMK
No.13/PMK.010/2017 tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar yang terakhir
mengalami perubahan yang dikemas dalam PMK No.39/PMK.010/2022.

SLIDES 7
Adapun barang-barang tersebut adalah sebagai berikut:
- Kulit seperti kulit sapi, kerbau maupun kambing
- Beberapa jenis kayu seperti lembaran kayu, serpihan kayu dan kayu olahan
- Biji kakao
- Segala bagian dari buah sawit mulai dari biji, kernel, dan tandan.
- Crude Palm Oil/minyak sawit beserta turunannya
- Hasil pengolahan mineral logam

Pelaksanaan tentang pajak ekspor pada beberapa komoditas tersebut wajib dilunasi terlebih dahulu
sebelum barang masuk ke pengangkutan.

SLIDES 8
Terdapat dua rumus atau tetapan untuk menghitung tarif pajak ekspor tersebut yaitu :
1. Prinsip Ad Valorem (Persentase)
Pajak Ekspor = HPE x Tarif Pajak Ekspor x Jumlah Satuan Barang x Kurs
2. Prinsip Ad Naturam (Spesifik)
Pajak Ekspor = Tarif Pajak Ekspor x Jumlah Satuan Barang x Kurs

SLIDES 9
Sementara itu khusus untuk tarif pajak ekspor komoditas kelapa sawit CPO
- Kelapa sawit mentah (CPO) mulai dari USD 70 per ton.
- Setiap USD50 pada kenaikan harga sawit mentah (CPO) akan dikenakan kenaikan pada dua jenis
tarif yaitu :
· USD 20 per ton untuk komoditas kelapa sawit mentah (CPO)
· USD 16 per ton untuk jenis turunannya.
- Untuk harga maksimal pada CPO yaitu di atas USD 1000 per ton akan diberlakukan tarif flat sebesar
USD 175.

SLIDES 10-12
1. Impor yang memakai Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor; non-API = 7,5% x nilai
impor; yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
2. Pembelian barang DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian (tak
termasuk PPN & tidak final.)
3. Penjualan produk yang ditentukan atas dasar Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yakni:
 Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
 Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
 Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
 Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
4. Penjualan produk atau pemberian produk oleh produsen atau importir bahan bakar minyak,
pelumas, serta gas. Cara menghitung PPh 22 dalam hal ini berarti, pemungutan PPh Pasal 22 kepada
agen/penyalur, sifatnya final. Di luar agen/penyalur, sifatnya tak final.
5. Pembelian bahan yang diperlukan industri atau ekspor dari pedagang, maka ditentukan 0,25 % x
harga beli (tak termasuk PPN)
6. Impor kedelai, tepung terigu serta gandum oleh importir yang memakai API = 0,5% x nilai impor.
7. Penjualan
– Pesawat udara dengan harga > Rp 20.000.000.000,-
– Kapal pesiar serta sejenisnya dengan harga > Rp 10.000.000.000,-
– Rumah dan tanahnya dengan harga > Rp 10.000.000.000,- dengan luas bangunan lebih dari
500 m2.
– Apartemen, kondominium, serta sejenisnya dengan harga > Rp 10.000.000.000,- dan/atau
luas bangunan lebih dari 400 m2
– Kendaraan roda empat dengan harga > Rp 5.000.000.000,-
Dikenai tarif sejumlah 5 persen harga jual tak termasuk PPN dan PPnBM.
8. Bagi yang tidak mempunyai NPWP akan dilakukan pemotongan 100% lebih tinggi dari tarif PPh
Pasal 22 yang tercantum

SLIDES 13
1. Eksportir wajib memberitahukan barang yang akan diekspor ke Kantor Bea dan Cukai
tempat pemuatan dengan menggunakan PEB (BC 3.0).
2. PEB dibuat oleh Eksportir berdasarkan dokumen pelengkap pabean berupa:
a. Invoice;
b. Packing List;
c. Dokumen lain yang diwajibkan.
3. Eksportir wajib memenuhi ketentuan larangan dan/ atau pembatasan ekspor yang
ditetapkan oleh instansi teknis.
4. Pengurusan PEB dapat dilakukan sendiri oleh eksportir atau dikuasakan kepada
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK).
5. Penghitungan besaran Bea Keluar dilakukan sendiri oleh Eksportir secara Self Assessment.
6. PEB disampaikan ke Kantor Bea Cukai pemuatan paling cepat 7 (tujuh) hari sebelum
tanggal perkiraan ekspor dan paling lambat sebelum barang ekspor masuk ke Kawasan
Pabean tempat pemuatan.
7. Atas Ekspor barang curah, eksportir atau PPJK dapat menyampaikan PEB sebelum
keberangkatan sarana pengangkut.
8. Pada Kantor Pabean yang sudah menerapkan sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik)
kepabeanan, eksportir/PPJK wajib menyampaikan PEB dengan menggunakan sistem PDE
Kepabeanan

SLIDES 14
Adapun penjelasan prosedur umum proses impor di Indonesia melalui portal INSW (INDONESIA
NATIONAL SINGLE WINDOWS) adalah sebagai berikut :
1. Barang–barang dari Supplier siap untuk dikirim ke pelabuhan pemuatan untuk diajukan.
2. Supplier mengirim dokumen kepada importir
3. Pembuatan/ pengisian dokumen PIB (Pemberitahuan Impor Barang). Jika importir
mempunyai Modul PIB dan EDI System sendiri maka importir bisa melakukan penginputan
dan pengiriman PIB sendiri. Akan tetapi jika tidak mempunyai maka bisa menghubungi pihak
PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) untuk proses input dan pengiriman PIB nya.
4. Dari PIB yang telah dibuat, akan diketahui berapa Bea masuk, PPH dan pajak yang lain yang
akan dibayar. Selain itu Importir juga harus mencantumkan dokumen kelengkapan yang
diperlukan di dalam PIB.
5. Importir membayar ke bank devisa sebesar pajak yang akan dibayar ditambah biaya PNBP
6. Bank melakukan pengiriman data ke Sistem Komputer Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai secara
online melalui media Pertukaran Data Elektronik (PDE)
7. Importir mengirimkan data Pemberitahuan Impor Barang (PIB) ke Sistem Komputer
Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai secara online melalui media Pertukaran Data Elektronik (PDE)
8. Data PIB terlebih dahulu akan diproses di Portal Indonesia National Single Window (INSW)
untuk proses validasi kebenaran pengisian dokumen PIB dan proses verifikasi perijinan
(Analizing Point) terkait Lartas.
9. Jika ada kesalahan maka PIB akan direject dan importir harus melakukan pembetulan PIB
dan mengirimkan ulang kembali data PIB
10. Setelah proses di portal INSW selesai maka data PIB secara otomatis akan dikirim ke Sistem
Komputer Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai.
11. Kembali dokumen PIB akan dilakukan validasi kebenaran pengisian dokumen PIB dan
Analizing Point di SKP
12. Jika data benar akan dibuat penjaluran
13. Jika PIB terkena jalur hijau maka akan langsung keluar Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB) (NB: JALUR KUNING PERIKSA DOKUMEN)
14. Jika PIB terkena jalur merah maka akan dilakukan proses cek fisik terhadap barang impor
oleh petugas Bea dan Cukai. Jika hasilnya benar maka akan keluar SPPB dan jika tidak benar
maka akan dikenakan sanksi sesuai undang-undang yang berlaku.
15. Setelah SPPB keluar, importir akan mendapatkan respon dan melakukan pencetakan SPPB
melalui modul PIB
16. Barang bisa dikeluarkan dari pelabuhan dengan mencantumkan dokumen asli dan SPPB

SLIDE 15
Penutupan

Anda mungkin juga menyukai