Anda di halaman 1dari 37

Perijinan dan Pesyaratan 

Ekspor-Impor
Di dalam kegiatan ekspor impor, maka diperlukan perijinan sebagai berikut :

Persyaratan impor:

1. Mengajukan dan mengisi formulir dengan melampirkan :

- Copy Akte Pendirian Perusahaan yang terlegalisir.

- SIUP

- Domisili Perusahaan

- NPWP

- Neraca Awal

- Referensi bank yang bersangkutan

- Bukti adanya hubungan atau kontak dengan luar negeri, atau penunjukan agen (yang terdaftar
di Deperindag)

- Tanda Daftar Perusahaan

2. Setelah data diperiksa dengan benar dan lengkap, Kanwil Deperindag menerbitkan API
(Angka Pengenal Impor).

Persyaratan ekspor:

1. Surat Ijin Usaha (SIUP) yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan
Perdagangan Propinsi (Kanwil Deperindag), atau ;

2. Surat Ijin Usaha (SIU) oleh Departemen Tehnis atau Lembaga Pemerintah Non Tehnis lainnya
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, dan ;

3. Tanda Daftar Perusahaan yang dikeluarkan oleh Kanwil Deperindag tingkat Propinsi.

Kita juga perlu memahami dokumen yang dibutuhkan dalam kegiatan ekspor impor, yaitu:

Dokumen impor :
- RKSP (Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut)

- PIB (Pemberitahuan Impor Barang)

- Manifest

- Invoice

- COO (Certificat of Origin)

- D/0 (Delivery Order)

Dokumen ekspor :

1.Dokumen Utama :

- PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang)

- B/L (Bill of Lading) untuk angkutan laut

- Invoice – Packing List

2. Dokumen Pelengkap :

- SKA (Surat Keterangan Asal) / COO (Certificateof Origin)

- SM (Sertifikat Mutu)

- LPS- E (Laporan Pemeriksaan Surveyor – Ekspor)

Abstraksi

Pelaksanaan ekspor akan berhasil jika masing-masing pihak (eksportir dan importir)dapat
memenuhi prosedur & persyaratan yang telah disepakati. Prosedur & persyartan tersebut sesuai
dengan ketentuan baik dinegara eksportir maupun  importir serta permintaan/selera  pembeli.
Transaksi eksportasi  dituangkan dalam order sheet atau sales contract.

Kata kunci: Ekspor, Prosedur & Persyaratan

Pengenalan

Kegiatan ekspor-impor adalah kegiatan perdagangan baik barang maupun jasa dari satu negara
ke negara yang lain, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan atau jasa dari daerah
pabean Indonesia ke daerah  pabean negara lain. Yang  dimaksud dengan Daerah kepabeanan
Indonesia  adalah wilayah  RI yang meliputi wilayah darat, peairan, dan ruang udara diatasnya,
serta tempat – tempat tertentu di zona Ekonomi Eksklusif  dan landasan kontinen  (UU nomer 17
tahun 2006 tentang perubahan atas UU nomer 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan) Kegiatan
ekspor-impor akan terjadi jika masing-masing  pihak yaitu pihak penjual/eksportir dan
pembeli/importir  memenuhi   prosedur  dan persyaratan yang telah disepakati bersama,  baik
persyaratan wajib dari masing-masing negara maupun persyaratan sukarela /permintaan 
pembeli, yang telah disepakati oleh  kedua belah pihak.   

Diskusi Pengetahuan  Dasar   Yang Perlu Diketahui Oleh Eksportir

Pertama  sebaiknya mengethaui  jaringan/para pelaku  dalam perdagangan internasional, yang


dimaksud  dengan jaringan/para pelaku disini   adalah  seluruh  entitas  Pemerintah  maupun  
swasta  baik dia sebagai pelaku utama maupun pendukung dalam  pelaksanaan ekspor, yang
dimulai  dari produsen/ pemasok barang ekspor  sampai dengan  barang ekspor dapat
disampaikan ke tangan pembeli/impoter.

Kedua  eksportir  wajib  mengetahui   legalitas eskpor,  ini tertuang dalam    Permendag  No: 13/
M-DAG/ Per /3/2012  tentang  Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor ( www.kemendag.go.id) ,
yang intinya  kelompok barang ekspor terbagi menjadi 3 yaitu: produk yang dibatasi, bebas dan
dilarang  ekspornya,masing –masing kelompok  memiliki   persyaratan sendiri yang berbeda.

Ketiga  eksportir  mengurus  Nomer Identitas Kepabeanan (NIK) , prosedur  pendaftaran  dapat
dilakukan melalui on line  (www.beacukai.go.id) . Karena ekspor wajib menggunakan NIK,
ekspor tanpa NIK hanya dapat dilakukan sekali.

Keempat  eksportir mengetahui  persyaratan  di negara tujuan ekspor (NTE)untuk produk yang
dijual ,pada hakekatnya  persyaratan ada dua  katagori  : (1) tariff dan (2) non tariff. 

Dengan ditambah Tariff  bea masuk  di NTE,  apakah  produk yang kita jual harganya masih
dapat  bersaing di NTE. Selanjutnya dengan tariff  eksportir   dapat menginvestigasi  apakah ada
fasilitas atau preferensi yang diberikan oleh NTE  dan jika ada  persyaratannya  dokumen apa 
harus dsiapkan (misal CoO form A untuk tujuan pasar Negara donor, CoO Form E  untuk tujuan
pasar Negara China dst)

Persyaratan  non tarif , dipisahkan menjadi dua katagori yakni:

(a) Wajib dari Pemerintah NTE

Persyaratan wajib,  eksportir wajib memenuhi, eksportir lebih dahulu  mengaudit 


perusahaannya  sendiri apakah  sekiranya mampu memenuhi persyaratan yang diwajibkan
tersebut, contoh untuk produk makanan olahan ke pasar Eropa mewajibkan pabrik 
mengaplikasikan proses proses produksi dengan sytem   Hazard  Analitical   ccritical Control
Point (HACCP).

(b) Karena permintaan  pembeli


Permintaan pembeli  dituangkan didalam  order sheet  atau  kontrak penjualan (sales contract) 
yang  merupakan kesepakatan antara eksportir dan importir, contoh tentang mutu, warna ,
ukuran, desain dll. 

Diskusi Prosedur dan dokumen Ekspor 

Setelah eksportir mengetahui perihal tersebut  dapat memenuhi, selanjutnya  bagaimana tahapan
yang harus dilakukan oleh eksportir dalam rangka menjual barangnya ke luar negeri, berikut
adalah tahapan/prosedur  serta dokumen yang harus disiapkan.     

1. Promosi  produk  ekspor, hal ini dapat  dilakukan dengan berbagai cara seperti mengikuti
pameran internasional, pameran didunia maya, dll. Dilanjutkan dengan menindak lanjuti
hasil pameran tersebut  dengan korespondensi bisnis ekspor, yang pada akhirnya 
dilakukan negosiasi dan hasil negosiasi akan dituangkan dalam order sheet atau sales
contract.
2. Jika  pembayaran dengan  Letter of Credit (L/C), Eksporter menunggu sampai  mendapat
L/C advice dari  Bank Correspondensi (Bank penerus L/C dari  Bank pembuka L/C atau
disebut Opening Bank). L/C  adalah  merupakan konfirmasi tentang kepastian 
pembayaran ekspor, sebagai lembaga penjamin system pembayaran tersebut. 
3. Eksportir membaca L/C  dengan teliti dan benar , jika tidak memahami dapat
berkonsultasi dengan Bank Correspondensi. Jika memungkinkan draft L/C sebelum
diterbitkan oleh Opening Bank, dikirim ke eskportir  lebih dahulu untuk dicek satu
persatu kalimatnya apakah eksporter  bisa memenuhi.
4. Eksportir mempersiapkan barang yang dipesan sesuai  order sheet atau sales contract.
5. Secara simultan dengan point 4 eksportir booking kapal ke Perusahaan Pelayaran, hal ini
dapat  dilakukan  melalui perusahaan Freight Forwarding atau dapat dilakukan sendiri.
Dalam pengurusan  booking  kapal eksportir  membuat Shipping Instruction(SI) yang
dikirim Perusahaan Pelayaran.
6. Berdasarkan SI tersebut  Perusahaan Pelayaran menerbitkan Delivery Order (DO).
Didalam  DO tercantum nomer, ukuran dan jumlah  container yang digunakan , Jika
container sudah datang eksportir akan melakukan stuffing barang ekspor tersebut
kedalam container.
7. Eksportir membayar pajak ekspor,  jika barang ekspor terkena  pajak  dan Pungutan
Negara Bukan Pajak ( PNBP )  ke Bank.   Setelah  eksportir membayar   Bank akan
menerbitkan  Surat Setoran Pajak Cukai Pabean (SSPCP).
8. Eksportir  membuat Invoice dan Packing list.
9. Secara simultan dengan point 7 dan 8, eksportir mengisi Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB) dan dikirim ke  Kantor Bea Cukai melalui on line.
10. Berdasarkan point 7, 8 dan 9, Kantor Bea Cukai menerbitkan Nota Pelayan Ekspor
(NPE).
11. Berdasarkan NPE  tersebut eksportir dapat memuat  container barang ekspor  diatas 
kapal, Perusahaan Pelayaran akan menerbitkan  Bill Of Lading(B/L) yang diberikan 
kepada eksportir sebagai kwitansi tanda terima barang, juga  sebagai surat kontrak
angkutan dan juga sebagai dokumen kepemilkan barang ekspor.
12. Jika importer/pembeli meminta untuk dilampirkan Certificate of Origin (CoO) atau Surat
Keterangan Asal (SKA), maka eskportir wajib  mengurus  SKA. SKA  dapat  diurus  di 
Instansi Penerbit SKA a.l  Dinas Perdagangan.
13. Eksportir  melengkapi semua dokumen yang diminta  didalam L/C ( Invoice, Packing
List, foto copi  PEB dan NPE,  B/L , SKA  dll sesuai yang ada dalam L/C).
14. Dengan membawa  seluruh dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C, eksporter  ke  Bank
untuk mencairkan L/C atau dengan kata lain  eksportir  menegosiasikan dokumen
pelayaran.
15. Jika seluruh  dokumen telah di teliti  oleh  Bank dan sudah  disetujui , maka eksportir
akan menerima pembayaran. Dalam hal ini tergantung dari jenis L/C yang digunakan,
jika at sight  L/C  eksporter akan langsung menerima pembayaran,  Jika  red close L/C
misal: red close  30%, maka   eksportir  akan menerima  uang muka  sebesar 30 %
sisanya adalah at sight,   sedangkan jika Usance L/C misal: UsanceL/C 30 Hari, maka
eksportir  30 hari kemudian baru mendapatkan pembayaran .

Kesimpulan

         Dalam pelaksanaan ekspor, eksportir  perlu mengetahui  para pelaku/jaringan dalam
perdagangan internasional dan fungsi masing – masing pelaku, perlu mengetahui dan dapat 
mengurus legalitas / persyaratan ekspor  yang terdapat dalam Permendag  No: 13/ M-DAG/
Per /3/2012  tentang  Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor (www.kemendag.go.id) mendaftarkan
NIK ke  Kantor Bea Cukai,  perlu memenuhi persyaratan di NTE baik yang wajib di NTE
maupun permintaan dari pembeli. Didalam pelaksanaan transaksi ekspor, eksportir  harus
mengikuti langkah – langkah/tahapan  ekspor  serta menyiapkan dokumen yang terkait didalam
setiap tahapan.

Referensi

Amir M. S, 1993,  Seluk–Beluk Dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, Penerbit PPM ,

                          Jakarta 1993

Amir M.S, 2000, Praktek Ekspor,  Penerbit Pt . Mutiara Sumber Widya . Jakarta, 2000

Hamdani, 2007,  Seluk – Beluk Perdagangan Ekspor – Impor, Penerbit Yayasan Bina

                          Usaha Niaga Indonesia, Jakarta Timur.

Kemendag RI,  Permendag  No: 13/ M-DAG/ Per /3/2012  tentang  Ketentuan Umum Di

                      Bidang Ekspor

Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai , UU nomer 17 tahun 2006 tentang perubahan atas UU

                              nomer 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan    


djpen.kemendag.go.id ,www.beacukai.go.id,  www.kemendag.go.id

Penulis : Titik Farida,

               Widyaiswara Balai Besar Pendidikan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI)

Syarat-syarat Kelengkapan Dokumen dan Prosedur Export

 Proses customs clearance untuk pengurusan keberangkatan barang-barang ekspor secara umum 
 memerlukan beberapa dokumen-dokumen dari perusahaan eksportir sebagai berikut :

 Surat Ijin Usaha Perusahaan ( SIUP )


 Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP )
 Invoice / Packing List Barang Ekspor

Prosedur
Ekspor
Setelah memenuhi persyaratan tersebut diatas, maka untuk melaksanakan ekspor
dengan cara pembayaran menggunakan Letter of Credit L/C prosedurnya sebagai
berikut:

   Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir di luar negeri sampai


mendapatkan kecocokan harga mutu, desain, pengiriman dan akhirnya terjadi
kontak jual beli.

   Importir menghubungi Bank pembuka untuk membuka L/C yang ditujukan kepada
eksportir.

   Bank pembuka meneruskan L/C kepada bank koresponden di tempat eksportir.

   Bank koreponden meneruskan L/C kepada eksportir.

   Eksportir menyiapkan barang yang dipesan importir.


(Eksportir menghubungi Independen Surveyor untuk mengatur pemeriksaan
barang ) Jika diperlukan

   Eksportir atau melalui jasa PPJK memuat barangnya ke kapal atau pesawat
terbang untuk mendapat bill of lading (B/L) atau Air Waybill (AWB) sebagai bukti
kepemilikan barang yang telah di muat dalam kapal atau pesawat terbang.

   Eksportir mendapatkan pemberitahuan ekspor barang ke Bank koresponden


dengan melengkapi persyaratan yang ditetapkan.

   Eksportir atau melalui PPJK (Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan)


EMKL/EMKU meminta persetujuan muat barang (Flat Muat) kepada Bea Cukai

   Eksportir atau melalui jasa PPJK mengajukan permohonan untuk mendapatkan


SKA (Surat Keterangan Asal) ke kantor wilayah Department Perindustrian dan
Perdagangan atau kantor Department Perindustrian dan Perdangan setempat
apabila di perlukan.

10.  Bank koresponden menegosiasikan (membeli) wesel yang diajukan ekportir,


setelah meneliti kebenaran dokumen yang diajukan eksportir.

11.  Selanjutnya dokumen-dokumen pengapalan dikirimkan oleh bank koresponden


kepada bank pembuka untuk mendapat ganti pembayaran (reimbursement)

12.  Bank pembuka memeriksa dokumen-dokumen tersebut apakah sesuai dengan

13.  Importir membayar atau meminta bank pembuka untuk mendebet rekeningnya
pada bank tersebut

14.    Setelah importir membayar dokumen-dokumen tersebut, maka bank pembuka


menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada importir untuk pengeluaran

barand dari pabean.

 AKU CINTA INDONESIA (ACI)

1. Apa yang dimaksud dengan ACI?


ACI (Aku Cinta Indonesia ) adalah gerakan untuk menggugah rasa bangga terhadap produk
Indonesia. top
2. Apa tujuan gerakan Aku Cinta Indonesia?
Untuk meningkatkan pemahaman dan mendorong masyarakat dalam menghargai, mencintai
dan menggunakan produk dan jasa-jasa dalam negeri. top
3. Apa makna logo 100% cinta Indonesia?
Merupakan siluet sedang merangkul, mengajak, membimbing, membina dengan penuh kasih.
Selain itu siluet ini juga dapat bermakna “love”, terlihat sangat jelas mewakili icon tersebut.
Menggambarkan bahwa tidak hanya peduli namun betul-betul cinta dengan brand/produk lokal.

Warna Merah: respon psikologinya adalah menunjukkan power/kekuatan, energy, kehangatan,


cinta, agresi, berpendirian, dinamis, percaya diri. Selain itu, menandakan warna bendera kita.
Dengan demikian warna ini akan menjadi lebih menarik saat dilihat mata dan meningkatkan
nafsu daya beli atas brand/produk sehingga memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena
menarik perhatian masyarakat.

Warna Abu-abu: respon psikologinya adalah intelek, masa depan, kesederhanaan. Ketika warna
utama “merah” digabungkan dengan abu-abu maka akan menjadi warna yang kuat dan
melengkapi satu sama lain. Diharapkan di masa yang akan datang brand/produk Indonesia dapat
memasyarakat. Sehingga para pebisnis lokal memiliki masa depan yang cerah dan daya saing
yang matang.

Kesan: merupakan “sosok” yang dapat mentransfer spirit ke masyarakat untuk lebih mencintai
brand/produk local. Karena brand/produk tersebut tidak hanya dapat membantu para pelaku
bisnis namun dapat meningkatkan perekonomian bangsa agar lebih maju kedepannya. Lebih
mandiri, lebih kokoh dibanding brand/produk lain di pasaran. Berawal dengan menggunakan,
lalu menjadi peduli, lalu beranjak mencintai, kemudian menjadi pengguna sejati brand/produk
lokal. Melalui logo ini harapan bangsa dapat tertumpu di sana. Tidak hanya menjadi mandiri
namun bersama-sama menjadi bangkit, sehati dalam memajukan perekonomian bangsa.
Disamping itu logo tersebut terkesan sangat elegan, tidak murahan, mandiri, dan sangat
mengerti atau bahkan menjiwai hati masyarakat sehingga menjadi tahu akan kebutuhan utama
masyarakat sebagai pengguna brand/produk tersebut.

Kelebihan: Logo ini dapat berdiri sendiri, hanya dengan siluet pun pada saat masyarakat sudah
mengerti makna logo tersebut maka, “100% Indonesia” tidak mutlak mendominasi siluet
tersebut. Tujuannya adalah agar masyarakat tidak menjadi segan ketika ingin mengaplikasikan
logo “siluet” tersebut ke dalam barang promosi yang ada. top
4. Untuk apa dilakukan kampanye gerakan Aku Cinta Indonesia?
Kampanye ini dilakukan karena pemerintah menginginkan hadirnya produk-produk Indonesia
yang memiliki mutu baik serta harga bersaing dan agar masyarakat lebih mencintai produk
dalam negeri. Disamping itu untuk lebih memberikan dorongan bagi pengembangan ekonomi
kreatif / industri kreatif dan industri kerajinan / handicraft. top

 REVITALISASI PASAR

1. Apa yang dimaksud dengan Revitalisasi Pasar?


Revitalisasi pasar berarti perubahan pasar secara fisik dan pengelolaanya secara moderen yang
ditujukan untuk memacu pertumbuhan pasar dengan menyelaraskan pasar dengan
lingkunganya, dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. top
2. Hal apa saja yang diharap dapat diwujudkan dengan adanya Revitalisasi Pasar?
1. Adanya perubahan "wajah" pasar tradisional menjadi bisa lebih higienis, lebih nyaman
dan lebih teratur.
2. Lebih mengutamakan kepentingan para pedagangnya dan konsumen.
3. Dapat mendorong kesadaran pedagang dalam melakukan sanitasi lingkungan,
kesehatan dan menjual produk yang hygienis.
4. Dapat mendorong kesadaran masyarakat dan pedagang akan pentingnya atribut mutu
dan keamanan produk.

top

3. Mengapa harus ada revitalisasi pasar?


Karena banyaknya pasar modern seperti minimarket, supermarket bahkan hypermarket di kota
metropolitan bahkan sudah merambah sampai kota kecil di tanah air, dan adanya tuntutan dan
konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita. Untuk itu revitalisasi
pasar perlu dilakukan agar pasar tradisionil dapat bersaing dengan pasar modern, disamping itu
pasar tradisional menyimpan peran penting bagi masyarakat luas yang tidak dapat sepenuhnya
digantikan oleh pasar-pasar modern. top

 RESI GUDANG

1. Apa yang dimaksud dengan Resi Gudang?


Resi gudang (warehouse receipt system ) adalah: Dokumen bukti kepemilikan atas barang yang
disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang. Dokumen tersebut merupakan
sekuriti yang menjadi instrumen perdagangan serta merupakan bagian dari sistim pemasaran
dan sistim keuangan dari banyak negara industri. Resi gudang ini dapat diperdagangkan,
diperjual belikan, dipertukarkan, ataupun digunakan sebagai jaminan bagi pinjaman, maupun
dapat digunakan untuk pengiriman barang dalam transaksi derivatif seperti halnya kontrak
serah (futures contract). top
2. Komoditi apa saja yang dapat disimpan dalam Resi Gudang?
Permendag No. 26/M-DAG/PER/6/2007 menetapkan delapan komoditi pertanian sebagai
barang yang dapat disimpan di gudang dalam penyelenggaraan sistem resi gudang yaitu :
Gabah ,Beras ,Kopi ,Kakao, Lada, Karet, Rumput laut dan Jagung. top
3. Apa saja persyaratan komoditi dalam sistem resi gudang?
Persyaratan komoditi dalam sistem resi gudang adalah :
1. Mempunyai usia simpan yang cukup lama (di atas 3 bulan)
2. Harga berluktuasi: rendah (musim panen), dan tinggi (musim tanam/paceklik)
3. Mempunyai standar-mutu tertentu
4. Mempunyai pasar dan informasi harga yang jelas
5. Komoditi potensial dan sangat berperan dalam perekonomian daerah setempat dan
nasional.

top

4. Apakah manfaat dari Sistim Resi Gudang?


Manfaat sistem resi gudang adalah :
1. Mempermudah akses kredit bagi pelaku usaha.
2. Memberikan fleksibitas waktu penjualan.
3. Mendorong berusaha secara berkelompok dan adanya peningkatan produksi dengan
standar/mutu.
4. Alternatif instrumen penyaluran kredit bagi perbankan yang lebih menarik.
5. Mendorong penyaluran kredit ke sektor pertanian
6. Mendorong tumbuhnya industri pergudangan dan bidang usaha terkait Sistim Resi
Gudang lainnya.
7. Sarana pengendalian sediaan (stock) nasional yang lebih efisien

top

 KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS

1. Apa yang dimaksud dengan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas?
Berdasarkan UU No. 36 tahun 2000 yang dimaksud dengan kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas adalah kawasan yang ada dalam wilayah hukum NKRI yang terpisah dari
daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak
penjualan atas barang mewah dan cukai. top
2. Apa manfaat kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas bagi perekonomian nasional?
Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas dapat mendorong kegiatan lalu lintas
perdagangan internasional yang mendatangkan devisa bagi negara serta dapat memberi
pengaruh dan manfaat besar bagi Indonesia, untuk dapat membuka lapangan kerja seluas-
luasnya, meningkatkan kepariwisataan dan penanaman modal baik asing maupun dalam negeri.
top
3. Perusahan-perusahaan apa saja yang dapat berlokasi di kawasan tersebut?
Perusahaan yang dapat berlokasi di kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas adalah
perusahaan penanaman modal asing yang produknya berorientasi ekspor, perusahaan domestik
yang memfasilitasi perdagangan, melakukan usaha logistik atau mendukung industri lainnya. top
4. Dimana wilayah di Indonesia yang saat ini menjadi kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas?
Berdasarkan Perpu No. 1 tahun 2007 yang menjadi kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas adalah Batam, Bintan dan Karimun (BBK). top

 KINERJA EKSPOR-IMPOR

1. Apa yang dimaksud dengan Ekspor-Impor?


Ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam
negeri untuk memasukannya ke negara lain. Sedangkan Impor adalah proses sebaliknya,
memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Ekspor dan Impor barang
secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim
maupun penerima. top
2. Apa yang menjadi indikator dalam menilai kinerja ekspor impor Indonesia selama ini?
Salah satu yang umum digunakan untuk menilai kinerja perdagangan adalah pertumbuhan nilai
atau volume ekspor-impor rata-rata pertahun atau tren pertumbuhan jangka panjangnya. top
3. Apa yang menjadi dasar pemikiran dari pengunaan indikator tersebut?
Kinerja ekspor Indonesia yang baik dicerminkan salah satunya oleh laju pertumbuhan rata-rata
pertahunnya yang relative tinggi dibandingkan negara-negara pesaingnya, atau oleh tren
pertumbuhan jangka panjangnya yang positif (meningkat). Tren pertumbuhan jangka panjang
yang meningkat mencerminkan perubahan jangka panjang dari tingkat daya saing produk
tersebut didalam perdagangan global. top
4. Bagaimana Kinerja Perdagangan Indonesia 5 tahun terakhir ini?
Selama lima tahun terakhir (2005-2009) pertumbuhan ekspor Indonesia cenderung meningkat
sebesar 20% pertahun, begitu pula pertumbuhan impor cenderung meningkat sebesar 9,7%
pertahun. Pada Tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat ke-29 dalam ekspor dunia dan
posisi ke-28 dalam impor dunia. Selama tahun 2009, sektor Industri menyumbang 75,3%,
pertambangan 20,2% dan pertanian 4,5 % terhadap total eskpor Indonesia. Negara yang
menjadi mitra Dagang utama Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat Singapura, RRT dan
India. top
5. Apalagi yang bisa menjadi indikator kinerja Perdagangan?
Indikator lainnya yang dapat mengukur perkembangan perdagangan adalah Diversifikasi produk
dan diversifikasi pasar. Kinerja ekspor dapat dikatakan bagus jika produk yang diekspor
bervariasi dan juga pasar ekspornya luas. top

 TARIFF

1. Apa yang dimaksud dengan Tariff Perdagangan?


Dalam kegiatan ekspor- impor, Tariff disebut juga dengan istilah Customs, duties, atau charges.
Tariff merupakan Pajak yang dikenakan atas suatu komoditi yang diperdagangkan lintas-batas
territorial. Tarif umumnya dikenakan pada barang impor, meskipun ada juga yang dikenakan
pada barang yang diekspor. Tarif biasanya dihubungkan dengan proteksionisme, kebijakan
ekonomi yang membatasi perdagangan antarnegara. top
2. >Apa saja yang menjadi tujuan pengenaan Tariff?
Banyak tujuan atau alas an pengenaan tariff, diantaranya untuk melindungi industri atau sektor-
sektor lain didalam negeri, stabilisasi harga barang, mengurangi defisit saldo neraca
perdagangan, meningkatkan kesempatan kerja, alasan-alasan fiskal, mencegah dumping
ataupun karena tujuan politik. top
3. Bagaimana penerapan tariff impor menurut tata hukum Indonesia?
Untuk merealisasi pengaturan tentang tarif impor, Pemerintah mengeluarkan UU. No. 10 Tahun
1995 tentang "Kepabeanan" yang kemudian diubah dengan UU No. 17 Tahun 2006, sebagai
dasar hukum tentang tarif, yaitu dari Pasal 12 hingga Pasal 17A. top
4. Apa yang dimaksud dengan Tarif Bea Masuk MFN?
Tarif Bea Masuk MFN (Most Favourable Nations) adalah tarif bea masuk yang dikenakan atas
barang impor yang masuk ke suatu negara dari negara lainnya, kecuali negara yang memiliki
perjanjian khusus mengenai tarif bea masuk dengan negara tersebut. top
5. Apa tujuan "Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk MFN"?
Untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri, memberikan kepastian hukum bagi
investor, memberikan perlindungan bagi konsumen, dan meningkatkan efisiensi administrasi
kepabeanan, maka tarif bea masuk MFN akan disesuaikan secara bertahap sehingga secara
relatif menjadi harmonis, rendah dan uniform pada tahun 2010. Pola penyesuaian tarif bea
masuk ini disebut Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk, 2005-2010. top

 PUTARAN DOHA (DOHA ROUND)


1. Apa itu DOHA Round (Putaran Doha)?
Sejak terbentuknya WTO awal tahun 1995 telah diselenggarakan lima kali Konperensi Tingkat
Menteri (KTM) yang merupakan forum pengambil kebijakan tertinggi dalam WTO. KTM-WTO
pertama kali diselenggarakan di Singapura tahun 1996, kedua di Jenewa tahun 1998, ketiga di
Seatlle tahun 1999 dan KTM keempat di Doha, Qatar tahun 2001. Sementara itu KTM kelima
diselenggarakan di Cancun, Mexico tahun 2003. top
2. Apa yang dihasilkan dari Putaran Doha?
1. Deklarasi Doha
KTM ke-4 (9-14 Nopember 2001) yang dihadiri oleh 142 negara. Menghasilkan dokumen
utama berupa Deklarasi Menteri (Deklarasi Doha) yang menandai diluncurkannya
putaran perundingan baru mengenai perdagangan jasa, produk pertanian, tarif industri,
lingkungan, isu-isu implementasi, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), penyelesaian
sengketa dan peraturan WTO.
Deklarasi tersebut mengamanatkan kepada para anggota untuk mencari jalan bagi
tercapainya konsensus mengenai Singapore Issues yang mencakup isu-isu: investasi,
kebijakan kompetisi (competition policy), transparansi dalam pengadaan pemerintah
(goverment procurement), dan fasilitasi perdagangan. Namun perundingan mengenai
isu-isu tersebut ditunda hingga selesainya KTM V WTO pada tahun 2003, jika terdapat
konsensus yang jelas (explicit concensus) dimana para anggota menyetujui dilakukannya
perundingan. Deklarasi juga memuat mandat untuk meneliti program-program kerja
mengenai electronic commerce, negara-negara kecil (small economies), serta hubungan
antara perdagangan, hutang dan alih teknologi.
Deklarasi Doha juga telah memberikan mandat kepada para anggota WTO untuk
melakukan negosiasi di berbagai bidang, termasuk isu-isu yang berkaitan dengan
pelaksanaan persetujuan yang ada. Perundingan dilaksanakan di Komite Perundingan
Perdagangan (Trade Negotiations Committee/TNC) dan badan-badan dibawahnya
(subsidiaries body). Selebihnya, dilakukan melalui program kerja yang dilaksanakan oleh
Councils dan Commitee yang ada di WTO.
2. Doha Development Agenda
Keputusan-keputusan yang telah dihasilkan KTM IV ini dikenal pula dengan sebutan
”Agenda Pembangunan Doha” (Doha Development Agenda) mengingat didalamnya
termuat isu-isu pembangunan yang menjadi kepentingan negara-negara berkembang
paling terbelakang (Least developed countries/LDCs), seperti: kerangka kerja kegiatan
bantuan teknik WTO, program kerja bagi negara-negara terbelakang, dan program kerja
untuk mengintegrasikan secara penuh negara-negara kecil ke dalam WTO.
Mengenai perlakuan khusus dan berbeda” (special and differential treatment), Deklarasi
tersebut telah mencatat proposal negara berkembang untuk merundingkan Persetujuan
mengenai Perlakuan khusus dan berbeda (Framework Agreement of Special and
Differential Treatment/S&D), namun tidak mengusulkan suatu tindakan konkrit
mengenai isu tersebut. Para menteri setuju bahwa masalah S&D ini akan ditinjau
kembali agar lebih efektif dan operasional.
3. Isu-isu yang disetujui untuk dirundingkan lebih lanjut
Deklarasi Doha mencanangkan segera dimulainya perundingan lebih lanjut mengenai
beberapa bidang spesifik, antara lain di bidang pertanian. Perundingan di bidang
pertanian telah dimulai sejak bulan sejak bulan Maret 2000. Sudah 126 anggota (85%
dari 148 anggota) telah menyampaikan 45 proposal dan 4 dokumen teknis mengenai
bagaimana perundingan seharusnya dijalankan. Salah satu keberhasilan besar negara-
negara berkembang dan negara eksportir produk pertanian adalah dimuatnya mandat
mengenai ”pengurangan, dengan kemungkinan penghapusan, sebagai bentuk subsidi
ekspor”.
Mandat lain yang sama pentingnya adalah kemajuan dalam hal akses pasar,
pengurangan substansial dalam hal program dukungan/subsidi domestik yang
mengganggu perdagangan (trade-distorting domestic suport programs), serta
memperbaiki perlakukan khusus dan berbeda di bidang pertanian bagi negara-negara
berkembang.
Paragraf 13 dari Deklarasi KTM Doha juga menekankan mengenai kesepakatan agar
perlakuan khusus dan berbeda untuk negara berkembang akan menjadi bagian integral
dari perundingan di bidang pertanian. Dicatat pula pentingnya memperhatikan
kebutuhan negara berkembang termasuk pentingnya ketahanan pangan dan
pembangunan pedesaan.

top

3. Putaran selanjutnya
1. Konperensi Tingkat Menteri (KTM) V WTO di Cancun, Meksiko
Konperensi Tingkat Menteri (KTM) V WTO berlangsung di Cancun, Meksiko tanggal 10-
14 September 2003. Berbeda dengan KTM IV di Doha, KTM V di Cancun kali ini tidak
mengeluarkan Deklarasi yang rinci dan substantif, karena gagal menyepakati secara
konsensus, terutama terhadap draft teks pertanian, akses pasar produk non pertanian
(MANAP) dan Singapore issues.
Perundingan untuk isu pertanian diwarnai dengan munculnya joint paper AS-UE,
proposal Group 20 (yang menentang proposal gabungan AS-UE) dan proposal Group 33
(yang memperjuangkan konsep special product dan special safeguard mechanism).
Secara singkat, joint paper AS-UE antara lain memuat proposal yang menghendaki
adanya penurunan tarif yang cukup signifikan di negara berkembang, tetapi tidak
menginginkan adanya pengurangan subsidi dan tidak secara tegas memuat komitmen
untuk menurunkan tarif tinggi (tariff peak) di negara maju.
Sebaliknya, negara berkembang yang tergabung dalam Group 20 menginginkan adanya
penurunan subsidi domestik (domestik support) dan penghapusan subsidi ekspor
pertanian di negara-negara maju, sebagaimana dimandatkan dalam Deklarasi Doha.
Sementara itu, kelompok negara-negara berkembang lainnya yang tergabung dalam
Group 33 (group yang dimotori Indonesia dan Filipina) mengajukan proposal yang
menghendaki adanya pengecualian dari penurunan tarif, dan subsidi untuk Special
Products (SPs) serta diberlakukannya Special Safeguard Mechanism (SSM) untuk negara-
negara berkembang.
2. Kesepakatan Juli 2004
Setelah gagalnya KTM V WTO di Cancun, Meksiko pada tahun 2003, Sidang Dewan
Umum WTO tanggal 1 Agustus 2004 berhasil menyepakati Keputusan Dewan Umum
tentang Program Kerja Doha, yang juga sering disebut sebagai Paket Juli. Pada
kesempatan tersebut berhasil disepakati kerangka (framework) perundingan lebih lanjut
untuk DDA (Doha Development Agenda) bagi lima isu utama yaitu perundingan
pertanian, akses pasar produk non-pertanian (NAMA), isu-isu pembangunan dan
impelementasi, jasa, serta Trade Facilitation dan penanganan Singapore issues lainnya.
Keputusan Dewan Umum WTO melampirkan Annex A sebagai framework perundingan
lebih lanjut untuk isu pertanian. Keputusan untuk ketiga pilar perundingan sektor
pertanian (subsidi domestik, akses pasar dan subsidi ekspor) adalah:

Subsidi domestik
1. Negara maju harus memotong 20% dari total subsidi domestiknya pada tahun
pertama implementasi perjanjian pertanian.
2. Pemberian subsidi untuk kategori blue box akan dibatasi sebesar 5% dari total
produksi pertanian pada tahun pertama implementasi.
3. Negara berkembang dibebaskan dari keharusan untuk menurunkan subsidi
dalam kategori de minimis asalkan subsidi tersebut ditujukan untuk membantu
petani kecil dan miskin.

Subsidi ekspor

4. Semua subsidi ekspor akan dihapuskan dan dilakukan secara paralel dengan
penghapusan elemen subsidi program seperti kredit ekspor, garansi kredit
ekspor atau program asuransi yang mempunyai masa pembayaran melebihi 180
hari.
5. Memperketat ketentuan kredit ekspor, garansi kredit ekspor atau program
asuransi yang mempunyai masa pembayaran 180 hari atau kurang, yang
mencakup pembayaran bunga, tingkat suku bunga minimum, dan ketentuan
premi minimum.
6. Implementasi penghapusan subsidi ekspor bagi negara berkembang yang lebih
lama dibandingkan dengan negara maju.
7. Hak monopoli perusahaan negara di negara berkembang yang berperan dalam
menjamin stabilitas harga konsumen dan keamanan pangan, tidak harus
dihapuskan.
8. Aturan pemberian bantuan makanan (food aid) diperketat untuk menghindari
penyalahgunaannya sebagai alat untuk mengalihkan kelebihan produksi negara
maju.
9. Beberapa aturan perlakuan khusus dan berbeda (S&D) untuk negara
berkembang diperkuat.

Akses Pasar

10. Untuk alasan penyeragaman dan karena pertimbangan perbedaan dalam


struktur tarif, penurunan tarif akan menggunakan tiered formula.
11. Penurunan tarif akan dilakukan terhadap bound rate.
12. Paragraf mengenai special products (SP) dibuat lebih umum dan tidak lagi
menjamin jumlah produk yang dapat dikategorikan sebagai sensitive product.
Negara berkembang dapat menentukan jumlah produk yang dikategorikan
sebagai special products berdasarkan kriteria food security, livelihood security,
dan rural development.

top
 PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS (FREE TRADE AGREEMENT=FTA)
1. Apa yang dimaksud dengan Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement)?
Adalah perjanjian diantara dua negara atau lebih untuk membentuk wilayah perdagangan bebas
dimana perdagangan barang atau jasa diantara mereka dapat melewati perbatasan negara
masing-masing tanpa dikenakan hambatan tarif atau hambatan non tarif. top
2. Apa manfaat pembentukan Free Trade Area/Agreement (FTA)?
FTA dibentuk karena memberikan manfaat kepada anggotanya, antara lain terjadinya trade
creation dan trade diversion. Trade creation adalah terciptanya transaksi dagang antar anggota
FTA yang sebelumnya tidak pernah terjadi, akibat adanya insentif-insentif karena terbentuknya
FTA. Trade diversion terjadi akibat adanya insentif penurunan tariff, misalnya Indonesia yang
sebelumnya selalu mengimpor gula hanya dari China beralih menjadi mengimpor gula dari
Thailand karena menjadi lebih murah dan berhenti mengimpor gula dari China. top
3. Saat ini ada beberapa FTA yang melibatkan Indonesia?
Ada beberapa FTA yang melibatkan Indonesia baik dalam kerangka bilateral maupun regional
yaitu Indonesia-Jepang (IJ-EPA), ASEAN-China, ASEAN-FTA (CEPT-AFTA), ASEAN-Korea, ASEAN-
India dan ASEAN-Australia-New Zealand. top
4. Apa saja substansi yang menjadi cakupan FTA?
Ada beberapa substansi yang biasanya menjadi cakupan dalam FTA baik bilateral maupun
regional yaitu antara lain perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, pergerakan tenaga
kerja, capacity building, prosedur kepabeanan, hak atas kekayaan intelektual dan lain
sebagainya. top

 ASEAN-CHINA FTA (AC-FTA)

1. Apa itu AC-FTA?


Kesepakatan pembentukan perdagangan bebas AC-FTA diawali oleh kesepakatan para peserta
ASEAN-China Summit di Brunei Darussalam pada November 2001. Hal tersebut diikuti dengan
penandatanganan Naskah Kerangka Kerjasama Ekonomi (The Framework Agreement on A
Comprehensive Economic Cooperation) oleh para peserta ASEAN-China Summit di Pnom Penh
pada November 2002, dimana naskah ini menjadi landasan bagi pembentukan ACFTA dalam 10
tahun dengan suatu fleksibilitas diberikan kepada negara tertentu seperi Kamboja, Laos,
Myanmar dan Vietnam.
Pada bulan November 2004, peserta ASEAN-China Summit menandatangani Naskah Perjanjian
Perdagangan Barang (The Framework Agreement on Trade in Goods) yang berlaku pada 1 Juli
2005. Berdasarkan perjanjian ini negara ASEAN-5 (Indonesia, Thailand, Singapura, Philipina,
Malaysia) dan China sepakat untuk menghilangkan 90% tarif komoditas pada tahun 2010. Untuk
negara ASEAN lainnya pemberlakuan kesepakatan dapat ditunda hingga 2015. top
2. Mengapa China?
Seperti telah diketahui bahwa Cina merupakan negara berkembang di Asia yang perkembangan
ekonominya cukup pesat dan mampu mempertahankan pertumbuhan yang tinggi dibanding
negara-negara lainnya, sehingga posisi Cina saat ini cukup penting dalam perekonomian global.
Disamping itu, pasar Cina cukup besar dan potensial sehingga akan saling menguntungkan
apabila dapat dijalin kerjasama diberbagai sektor ekonomi, karena disamping memiliki
kemampuan investasi yang tinggi, Cina juga membutuhkan bahan baku/penolong dan barang
modal untuk menggerakkan sektor industrinya. Dalam pada itu sebagai salah satu pemain dalam
pasar global, Cina juga membutuhkan tempat untuk merelokasi industri yang dinilai sudah tidak
kompetitif lagi. top
3. Bagaimana memaknai AC-FTA agar Indonesia meraih manfaat besar?
Selain re-focusing pengembangan komoditas unggulan, dalam jangka pendek, Indonesia bisa
menempuh strategi non-tariff barrier untuk menahan gerusan serbuan produk supermurah dari
Cina. Ini bisa dilakukan dengan menerapkan ketentuan di bidang sanitary and phytosanitary,
special product, codex alimentarius, serta produk segar dan halal. Strategi ini bisa dipastikan
akan memperkuat daya saing produk nasional. Tentu penerapan non-tariff barrier harus
dilakukan secara ekstra hati-hati agar tidak menimbulkan aksi balasan (retaliation). Hanya
dengan langkah simultan, terukur, konsisten, dan antisipatif, kita bisa memetik manfaat ACFTA.

Menerapkan tugas rutin dibidang ekspor impor adalah mempersiapkan hal –


hal sebagai berikut. Persiapan utama yang harus ada ialah keberanian dalam
mengambil keputusan.

Persiapan lain yang perlu dilakukan pada umumnya dapat dibagi menjadi
tiga kelompok persiapan sebagai berikut :

A.  Menyiapkan Pekerjaan Teknis

B.  Memahami pengetahuan Ekspor Impor

C.  Saling Mempercayai mitra usaha

MENYIAPKAN PEKERJAAN TEKNIS

Persiapan Teknis adalah tersedianya peralatan teknis yang memungkinkan


kita untuk melakukan komunikasi, khususnya korespondensi, baik dengan
pemasok maupun dengan calon pembeli di mancanegara.

Pengalaman menunjukkan sekitar 80% transaksi perdagangan ekspor – impor


dilakukan melalui korespondensi, sedangkan 20% sisanya dilakukan dengan
negosiasi tatap muka, yang akhirnya juga dikonfirmasikan dalam bentuk
tertulis melalui korespondensi.

Peralatan Teknis yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Letter Head yang Menarik dan Informatif


2. Personal Computer
3. Faksimili
4. Surat Elektronik atau e-mail
5. Amplop surat atau logo perusahaan
6. PO BOX atau alamat kantor yang jelas
7. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
8. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
9. Izin Khusus Eksportir/Importir Terdaftar
10. Kontrak dengan produsen
11. Brosur dari Tiap Komoditi
12. Daftar Harga
13. Contoh Barang

Petunjuk Mengurus Izin dan Rekomendasi di Sektor Ekspor-Impor

1. Wajib Daftar Perusahaan

Setiap perusahaan, termasuk perusahaan asing, yang berkedudukan dan


menjalankan usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia dan telah
memiliki izin, wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan. Perusahaan adalah
meliputi bentuk usaha Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Persekutuan Komanditer
(CV), Firma (Fa), Perorangan dan perusahaan lain yang melaksanakan kegiatan
usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba.

Daftar Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau
berdasarkan ketentuan UU-WDP dan atau peraturan – peraturan
pelaksanaannya, dan memuat hal – hal yang wajib didaftarkan oleh setiap
perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari Kantor
Pendaftaran Perusahaan.

Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah Tanda Daftar yang diberikan oleh
Kantor Pendaftaran Perusahaan kepada perusahaan yang telah didaftarkan.

Kantor Pendaftaran Perusahaan (KPP) adalah unit kerja di lingkungan


Departemen Perindustrian dan Perdagangan selaku penyelenggaraan Wajib
Daftar Perusahaan baik di Tingkat Pusat maupun di Daerah Tingkat I dan
Daerah Tingkat II.

KPP Tingkat Pusat adalah Direktorat pendaftaran Perusahaan pada Direktorat


Jenderal Perdagangan Dalam Negeri selaku penyelenggara Wajib Daftar
Perusahaan pada Tingkat Pusat.

KPP Tingkat I adalah Kantor Dinas Departemen Perindustrian dan


Perdagangan selaku penyelenggara Wajib Daftar Perusahaan pada Daerah
Tingkat I.
KPP Tingkat II adalah Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan selaku
penyelenggara dan pelaksana Wajib Daftar Perusahaan pada Daerah Tingkat
II.

Daftar Perusahaan merupakan sumber informasi tentang perusahaan untuk


semua pihak yang bersangkutan dalam rangka menjamin kepastian berusaha.
TDP bukan merupakan Izin.

Perubahan – perubahan yang terjadi yang berkaitan dengan TDP, seperti


perubahan anggaran dasar dan pengurus perusahaan, wajib pula
dilaporkan/didaftarkan.

Dasar Hukum

 UU Nomor 3 Tahun 1982 tanggal 1 Februari 1982 tentang Wajib Daftar


Perusahaan.
 Keputusan Mendag Nomor 73/Kep/V/1993 tanggal 27 Mei 1993
tentang. Ketentuan Tarif dan Pengelolaan Biaya Administrasi WDP.
 Keputusan Menperindag Nomor 12/MPP/Kep/1/1998 tanggal 16
Januari 1998 tentang Penyelenggaraan Wajib Daftar perusahaan jo.
Nomor 327/MPP/Kep/7/1999 tanggal 14 Juli 1999 tentang Perubahan
Keputusan Menperindag Nomor 12/MPP/Kep/1/1998 tentang
Penyelenggaraan Wajib Pendaftaran Perusahaan.

Syarat dan Kelengkapan Dokumen

Untuk pengurusan TDP.

Bagi PT yang telah mendapatkan pengesahaan Badan Hukum dari Menteri Hukum
dan Perundang – undangan :

 Fotokopi akta pendirian perseroan.


 Asli dan fotokopi data akta pendirian perseroan yang diketahui
Departemen Hukum dan Perundang – undangan.
 Fotokopi akta perubahan pendirian perseroan (apabila ada).
 Asli dan fotokopi keputusan pengesahaan PT sebagai Badan Hukum.
 Fotokopi KTP atau paspor Dirut/ penanggung jawab perusahaan.
 Fotokopi Izin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan
itu yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Bagi PT yang sedang dalam proses pengesahan Badan Hukum dari Menteri Hukum
dan Perundang – undangan :

 Fotokopi akta pendirian perseroan.


 Fotokopi data akta pendirian perseroan.
 Fotokopi akta perubahan perseroan (apabila ada).
 Fotokopi KTP atau Pasport Dirut/penanggung jawab perusahaan.
 Fotokopi Izin Usaha / Surat Keterangan yang dipersamakan.
 Fotokopi Surat Pengesahaan Badan Hukum dari Notaris kepada
Menteri Hukum dan Perundang – undangan dan bukti pembayaran
administrasi proses pengesahan Badan Hukum dari Departemen
Hukum dan Perundang – undangan.

Bagi perusahaan berbentuk Koperasi :

 Fotokopi akta pendirian koperasi.


 Fotokopi KTP Pengurus koperasi.
 Fotokopi Surat Pengesahan sebagai Badan Hukum dari pejabat yang
berwenang.
 Fotokopi Izin Usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan
itu yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

Bagi CV :

 Fotokopi akta pendirian perusahaan.


 Fotokopi KTP/ Paspor Penanggungjawab/Pengurus perusahaan.
 Fotokopi Izin Usaha/Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu
yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

Bagi Fa :

 Fotokopi akta pendirian perusahaan.


 Fotokopi KTP/ Paspor Penanggungjawab/Pengurus perusahaan.
 Fotokopi Izin Usaha/Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu
yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

Bagi Perusahaan Perorangan :

 Fotokopi akta pendirian perusahaan.


 Fotokopi KTP/ Paspor Penanggungjawab/Pemilik.
 Fotokopi Izin Usaha/surat keterangan yang dipersamakan dengan itu
yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

Bagi Perusahaan lain :

 Fotokopi akta pendirian perusahaan/surat keterangan lain yang


menunjukkan keberadaan perusahaan yang bersangkutan.
 Fotokopi KTP/ Paspor Penanggungjawab Perusahaan.
 Fotokopi Izin Usaha atau Surat keterangan yang dipersamakan dengan
itu yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

Bagi kantor cabang/pembantu/perwakilan perusahaan :

 Fotokopi akta pendirian perusahaan/Surat Penunjukkan/Surat Keterangan


yang dipersamakan sebagai kantor cabang/pembantu/perwakilan.
 Fotokopi KTP/ Paspor Penanggungjawab Perusahaan.
 Fotokopi Izin Usaha/Surat keterangan yang dipersamakan dengan itu
yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

Untuk pengurusan Perubahan Daftar Perusahaan :

Bagi PT yang berubah Anggaran Dasar (AD)-nya dan memerlukan persetujuan


Departemen Hukum dan Perundang – undangan :

 Asli dan fotokopi akta perubahan AD dan data akta perubahan AD


yang disetujui Departemen Hukum dan Perundang – undangan.
 Asli dan fotokopi persetujuan AD perseroan.

Bagi PT yang berubah (AD)-nya yang merupakan laporan pada Departemen Hukum
dan Perundang – undangan :

 Asli dan fotokopi akta perubahan AD.


 Asli dan fotokopi laporan tentang akta perubahan AD.
 Asli dan fotokopi laporan data akta perubahan AD perseroan yang
telah diketahui dan diterima oleh Departemen Hukum dan Perundang
– undangan.

Bagi PT yang berubah pengurus perusahaannya yang harus diberitahukan kepada


Departemen Hukum dan Perundang – undangan  :
 Asli dan fotokopi Risalah/Berita Acara RUPS tentang perubahan
pengurus/Akta Risalah bermaterai/Berita Acara RUPS yang dibuat
oleh Notaris.
 Asli dan fotokopi TDP.
 Fotokopi Bukti Penerimaan Pemberitahuan Terjadinya Perubahan dari
Departemen Hukum dan Perundang – undangan atau fotokopi
Bukti/Resi pengiriman pemberitahuan tersebut melalui pos.

Bagi Koperasi, CV, Fa, Perseorangan dan Perusahaan lain  :

 Asli dan fotokopi Risalah/Berita Acara/keterangan sejenis tentang


perubahan hal – hal yang didaftarkan.
 Asli dan fotokopi TDP.

2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk dapat
melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan yang
melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP yang
diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah
Republik Indonesia.

SIUP terdiri atas kategori sebagai berikut :

 SIUP Kecil yang diterbitkan untuk perusahaan dengan modal disetor


dan kekayaan bersih Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan.
 SIUP Menengah yang diterbitkan untuk perusahaan dengan modal
disetor dan kekayaan bersih Rp. 200 juta sampai dengan Rp 500 juta di
luar tanah dan bangunan.
 SIUP Besar yang diterbitkan untuk perusahaan dengan modal disetor
dan kekayaan bersih diatas Rp 500 juta di luar tanah dan bangunan.

Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP adalah :

 Pedagang kecil perorangan dan pedagang keliling asongan/pedagang


kaki lima, dengan memenuhi ketentuan : (a) tidak berbentuk Badan
Hukum atau persekutuan; dan (b) diurus, dijalankan atau dikelola
sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota
keluarganya yang terdekat.
 Cabang perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha
perdagangannya mempergunakan SIUP perusahaan pusat.
 Perusahaan produksi yang didirikan dalam rangka Undang – undang
Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.
 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD).

Dasar Hukum

 Keputusan Menperindag Nomor 591/MPP/Kep/10/1999 tanggal 13


Oktober 1999, tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP).

Syarat dan Kelengkapan Dokumen

Perseroan Terbatas (PT) :

 Fotokopi akte Notaris pendirian perusahaan.


 Fotokopi SK Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Hukum dan
Perundang – undangan, atau fotokopi data Akte Pendirian Perseroan
dan fotokopi Bukti Setor Biaya Administrasi Pembayaran proses
Pengesahan Badan Hukum dari Departemen Hukum dan Perundang –
undangan.
 Fotokopi KTP pemilik/pimpinan/penanggung jawab perusahaan.
 Fotokopi NPWP perusahaan.
 Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari pemda setempat bagi
yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang – undang
Gangguan (HO).
 Neraca awal perusahaan.

Koperasi :

 Fotokopi akte pendirian koperasi yang telah disayahkan  instansi yang


berwenang.
 Fotokopi KTP pimpinan/penanggung jawab koperasi ;
 Fotokopi NPWP Perusahaan ;
 Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi
yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang – undang Gangguan
(HO).
 Neraca awal perusahaan.
Bagi perusahaan yang Tidak Berbentuk PT atau Koperasi :

Perusahaan persekutuan :

 Fotokopi akta pendirian perusahaan/akte Notaris yang telah


didaftarkan pada Pengadilan Negeri.
 Fotokopi KTP pemilik/penanggungjawab perusahaan.
 Fotokopi NPWP perusahaan.
 Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi
yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang – undang gangguan
(HO).
 Neraca awal perusahaan.

Perusahaan perorangan :

 Fotokopi KTP pemilik/penanggungjawab perusahaan.


 Fotokopi NPWP perusahaan.
 Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi
yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang – undang  Gangguan
(HO).
 Neraca awal Perusahaan.

Cabang / Perwakilan perusahaan:

 Fotokopi SIUP perusahaab pusat yang dilegalisasi oleh Pejabat yang


berwenang menerbitkan SIUP tersebut.
 Fotokopi akte Notaris atau bukti lainnya tentang pembukaan kantor
cabang perusahaan.
 Fotokopi KTP penanggungjawab kantor cabang bersangkutan.
 Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (kantor pusat).
 Fotokopi SITU dari Pemda di wilayah kedudukan kantor cabang bagi
kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan
Undang – Undang Gangguan (HO).

Perusahaan yang ditunjuk sebagai perwakilan perusahaan :

 Fotokopi SIUP dan TDP perusahaan yang menunjuk.


 Fotokopi SIUP dan TDP perusahaan yang ditunjuk.
 Salinan/fotokopi akte penunjukkan perwakilan atau surat tentang
penunjukkan perwakilan.
 Fotokopi KTP penanggungjawab perusahaan.
 Fotokopi SITU dari pemda di wilayah kedudukan perwakilan bagi
kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan
Undang – undang Gangguan (HO).

3. Izin Tipe (IT) UTTP Asal Impor

Izin Tipe (IT) Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya (UTTP) Asal
Impor adalah Izin yang dikeluarkan oleh Menperindag terhadap UTTP yang
telah memenuhi persyaratan untuk dimasukkan dari luar negeri yang akan
digunakan di wilayah Indonesia.

Setiap UTTP yang masuk pertama kali dan akan digunakan di wilayah RI
wajib memperoleh Izin Tipe. Importir yang akan memasukkan UTTP dengan
model/tipe baru wajib menyerahkan satu contoh UTTP untuk diadakan
penelitian dan pengujian pendahuluan. Sedangkan terhadap UTTP yang
terlanjur masuk sebelum memperoleh Izin Tipe harus dilakukan penelitian
dan pengujian pendahuluan oleh pegawai yang berhak di bidang metrology
(Seksi Metrologi) pada Kanwil Depperindag/Kandepperindag setempat.

Terhadap UTTP yang sudah dikeluarkan Izin Tipenya, dalam impor


selanjutnya tidak diperlukan izin lagi.

Dasar Hukum

 Undang – undang Nomor 2 Tahun 1981 tanggal 2 Februari 1981 tentang


Metrologi Legal (Pasal 18).
 Keputusan Menperindag Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tanggal 3
Februari 1998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologian jo. Nomor
251/MPP/Kep/6/1999 tanggal 11 Juni 1999 tentang Perubahan
keputusan Menperindag Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tentang
Penyelenggaraan Kemetrologian.

Syarat dan Kelengkapapan Dokumen

 Proforma Invoice UTTP


 Leaflet/Brosur UTTP
 Contoh UTTP
 Laporan hasil penelitian teknis UTTP oleh pegawai yang berhak

4. Sertifikat Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SNI)


Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan dan
diberlakukan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan setelah mendapat
persetujuan dari Dewan Standarisasi Nasional (DSN) dan berlaku secara
nasional di Indonesia.

 SNI dapat diterapkan secara wajib ataupun sukarela, dengan


keterangan sebagai berikut :
 SNI secara wajib (SNI-Wajib) diterapkan untuk produk yang berkaitan
dengan kepentingan keselamatan dan kesehatan konsumen, pemakai
produk atau masyarakat, dan kelestarian lingkungan.
 SNI secara sukarela (SNI-Sukarela) di kemudian dihari dapat
ditetapkan secara wajib atas pertimbangan teknis maupun ekonomis
dan pertimbangan lainnya.

Perusahaan yang produknya termasuk SNI – Wajib harus mempunyai Sertifikat


produk Pengguna Tanda SNI. Tanda SNI adalah tanda sertifikasi produk yang
dibubuhkan pada barang, kemasan atau label yang menyatakan bahwa
barang dan/atau jasa tersebut memenuhi persyaratan SNI. Sertifikasi Produk
diberikan kepada perusahaan yang telah mampu menghasilkan suatu produk
dengan mutu yang konsisten sesuai dengan SNI.

Perusahaan yang hendak memperoleh Sertifikat Produk harus menggunakan


salah satu dari modul sistem mutu sebagai berikut :

 Modul I adalah Modul Jaminan Mutu Produk, yaitu pernyataan


kemampuan oleh produsen berupa Surat Pernyataan Diri (Self
Declaration) berdasarkan hasi pemeriksaan oleh produsen yang
bersangkutan terhadap sarana produksi, proses produksi dan
pengendalian mutu produk sesuai dengan Pedoman DSN.
 Modul II adalah Modul Jaminan Mutu Produk, yaitu pernyataan
kemampuan produsen berupa Sertifikat Sistem Mutu berdasarkan SNI
19-9003, Sistem Mutu Model Jaminan Mutu dalam Inspeksi dan
Pengujian Akhir.
 Modul III adalah Modul Jaminan Mutu Produksi, yaitu pernyataan
kemampuan produsen berupa Sertifikat Sistem Mutu berdasarkan SNI
19-9002, Sistem Mutu Model Jaminan Mutu dalam Produksi,
Pemasangan dan Pelayanan.
 Modul IV adalah Modul Jaminan Mutu Menyeluruh, yaitu pernyataan
kemampuan produsen berupa Sertifikat Sistem Mutu berdasarkan SNI
19-9001, Sistem Mutu Model Jaminan Mutu dalam Desain
Pengembangan Produksi, Pemasangan dan Pelayanan.
 Modul V adalah Modul Jaminan Mutu, yaitu pernyataan kemampuan
produsen berupa Sertifikat Sistem Mutu berdasarkan Standar Sistem
Mutu yang diacu dan diakui selain dari SNI seri 19 – 9000.

Dasar Hukum

 Keputusan Menperindag Nomor 108/MPP/Kep/5/1996 tanggal 22 Mei


1996 tentang Standarisasi, Sertifikasi, Akreditasi dan Pengawasan Mutu
Produk di Lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan jo.
Nomor 425/MPP/Kep/9/1998 tanggal tentang Perubahan Pasal 23
Keputusan Memperindag Nomor 108/MPP/Kep/5/1996 tanggal 22
Mei 1996 tentang Standarisasi, Sertifikasi, Akreditasi dan Pengawasan
Mutu Produk di Lingkungan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan jo. Nomor 384/MPP/Kep/8/1999 tentang Perubahan
Kedua atas Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
108/MPP/Kep/V/1996 tanggal 22 Mei 1996.
 Keputusan Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 631/SJ/SK/VIII/1999 tanggal 23 Agustus 1999
tentan Perubahan Atas Keputusan Sekretaris Jenderal Departemen
Perindustrian dan Perdagangan No. 407/SJ/SK/VI/1996 tanggal 21
Juni 1996 tentang Ketentuan dan Tata Cara Sertifikasi Produk
Penggunaan Tanda SNI.

Syarat dan Kelengkapan Dokumen

Bagi Pengguna Modul I :

Mengajukan surat permohonan dan melampirkan :

 Daftar isian permohonan Produk Pengguna Tanda SNI dan lampiran


yang dipersyaratkan.
 Surat pernyataan diri tentang kesuaian (Self Declaration).
 Sertifikat hasil uji atas contoh produk yang masih berlaku beserta label
contoh uji dan berita acara pengambilan contoh atau Sertifikat Inspeksi
Teknis.

Bagi Pengguna Modul II, III, IV dan V :


Mengajukan surat permohonan dan melampirkan :

 Daftar isian permohonan Produk Pengguna Tanda SNI dan lampiran


yang dipersyaratkan.
 Sertifikat Sistem Mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu yang
terakreditasi.
 Sertifikat hasil uji atas contoh produk yang masih berlaku beserta label
contoh uji dan berita acara pengambilan contoh atau Sertifikat Inspeksi
Teknis.

B. MEMAHAMI PENGETAHUAN EKSPOR IMPOR

Perdagangan adalah salah satu dari kegiatan bisnis. Pengertian bisnis lebih
luas dari pada perdagangan, sebab bisnis meliputi lebih banyak masalah dari
pada perdagangan. Yakni meliputi investasi, produksi, pemasaran dan lain –
lain, sedangkan perdagangan hanyalah salah satu kegiatan penting dari bisnis
yang kaitannya dengan transaksi barang dan jasa. Namun demikian,
perdagangan merupakan inti dari kegiatan bisnis, karena pada akhirnya
setiap kegiatan bisnis berujung pada kegiatan memperdagangkan yang
intinya jual – beli.

Apabila suatu produk melintasi batas suatu negara dengan maksud untuk
diperjual belikan dinamakan Perdagangan Internasional. Dalam perdagangan
internasional kegiatan jual – beli tersebut dinamakan Transaksi Ekspor –
Impor. Transaksi ekspor – impor adalah transaksi jual beli produk antara
pengusaha yang bertempat tinggal di negara – negara yang berbeda atau
transaksi perdagangan antara negara yang satu dengan yang lainnya.

Perdagangan Internasional adalah kegiatan yang berlangsung melintasi


negara dan benua yang sudah barang tentu mempunyai peraturan –
peraturan hukum dan budaya yang berbeda maupun cara berdagang. Oleh
karena itu pemerintah setiap negara berkepentingan untuk mengatur
kegiatan tata cara perdagangan. Bagi Indonesia untuk ikut bermain dalam
kegiatan perdagangan ini, maka perlu dipahami terlebih dahulu
permasalahan – permasalahannya sebagai persiapan untuk
mengantisipasinya.

Kegiatan ekonomi dunia saat ini menggambarkan bahwa pembeli secara


bertahap mulai mengusai pasar (buyers market). Terutama di bidang
perdagangan Internasional, karenanya kegiatan perdagangan Internasional
dituntut untuk mampu menyajikan informasi tentang perkembangan pasar
kepada para produsen didalam negeri, agar dapat menyesuaikan produk
sesuai dengan permintaan pasar. Juga dituntut adanya kemampuan untuk
memperkenalkan produk dalam negeri kepada calon pembeli diluar negeri,
serta mempengaruhinya dalam rangka usaha diversifikasi komoditi dan
pasar.

Secara terperinci perdagangan internasional merupakan suatu kegiatan


ekonomi masyarakat disuatu negara dan menjalani hubungan kegiatan
ekonomi masyarakat di negara – negara lain dalam bidang perdagangan.
Hubungan tersebut dijalin dalam perjanjian internasional bersifat bilateral
maupun multilateral.

Perdagangan internasional merupakan bagian integral dari bisnis


internasional merupakan bagian integral dari bisnis internasional yang cukup
luas. Bisnis internasional dapat meliputi berbagai aspek kegiatan ekonomi
dan perdagangan antar negara di dunia.

1. Ruang Lingkup Ekspor – Impor

a. Ekspor

Adalah menjual barang dari dalam negeri ke luar peredaran Republik


Indonesia dan barang yang dijual tersebut harus dilaporkan kepada
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan.

b. Impor

Adalah membeli barang dari dalam negeri ke dalam peredaran Republik


Indonesia dan barang yang dibeli tersebut harus dilaporkan kepada
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan.

2. Manfaat Melakukan Ekspor – Impor

Aspek Ekspor, secara Mikro yaitu :

1. Memperluas dan mengembangkan pemasaran.


2. Meningkatkan penjualan dan Pendapatan.
3. Memperluas kegiatan perusahaan.
4. Meningkatkan produksi dengan memanfaatkan idle capacity.
Aspek Ekspor, secara Makro yaitu :

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.


2. Memberdayakan sumber – sumber ekonomi yang potensial di dalam
negeri.
3. Memperluas lapangan kerja dan menghasilkan devisa.
4. Mendorong pengembangan IPTEK dan SDM.
5. Mengembangkan SOSBUD bangsa.

Aspek Impor, secara Mikro yaitu :

1. Membantu penyediaan kebutuhan masyarakat dan pemerintah akan


barang.
2. Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan
perusahaan.

Aspek Impor, secara Makro yaitu :

1. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintahan.


2. Mendorong pengembangan IPTEK
3. Meningkatkan produksi nasional.

3. Organisasi / lembaga – lembaga yang terkait dalam Ekspor – Impor di


Dalam Negeri dan Luar Negeri.

Dengan berkembangnya perdagangan internasional yang dilakukan


masyarakat di berbagai negara, maka muncul berbagai organisasi yang ikut
serta menata, member pengaruh secara langsung ataupun tidak langsung
terhadap kegiatan perdagangan internasional.

Didalam dan diluar negeri pada masing – masing negara terdapat organisasi
atau lembaga yang terkait dengan perdagangan internasional yaitu :

Lembaga Pemerintah

Rule & Regulations, Regulator, Fasilitator.

Produsen

Produk, Komoditi, Sektor Agraris, Industri dan Pertambangan.


Eksportir

Menghasilkan devisa.

Importir

Mensupply kebutuhan dalam negeri.

KADIN & ASOSIASI

Wadah kerjasama para pedagang dan industriawan.

Lembaga Penunjang

Member pelayanan jasa untuk menunjang ekspor – impor.

Dalam hubungan perdagangan antar negara, telah dibentuk organisasi –


organisasi internasional yang mengarah pada bentuk organisasi pasar
bersama dan organisasi komoditi untuk menata sistem pasar dan harga
komoditi tersebut.

Dengan demikian eksportir dan importir hendaknya dapat mengetahui dan


memahami peraturan dan kebijaksanaan dari pemerintah negara eksportir
dan importir, serta kebutuhan – kebutuhan umum yang ditetapkan oleh
organisasi internasional dan regional.

Kebijaksanaan perdagangan Internasional diarahkan untuk meningkatkan


efisiensi perdagangan dalam dan luar negeri, sehingga lebih memperlancar
arus barang dan jasa, mendorong pembentukan harga yang layak dalam iklim
persaingan yang sehat, menunjang efisiensi produksi, mengembangkan
ekspor, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan
dan meratakan pendapatan rakyat serta memantapkan stabilitas ekonomi

Prosedur Ekspor

Prosedur adalah langkah – langkah kegiatan yang dilakukan secara berurutan


mulai dari langkah awal hingga langkah terakhir dalam rangka penyelesaian
proses suatu pekerjaan. Dalam melakukan kegiatan ekspor dikenal juga
dengan istilah Prosedur Ekspor. Prosedur Ekspor adalah langkah – langkah
yang harus dilakukan oleh eksportir apabila melakukan ekspor. Prosedur
Ekspor terdiri dari 12 (dua belas) langkah sebagai berikut :
a. Korespondensi

Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir luar negeri untuk


menawarkan dan menegosiasikan komoditi yang akan dijualnya. Dalam surat
penawaran kepada importir harus dicantumkan jenis barang, mutunya,
harganya, syarat – syaratnya pengiriman, dan sebagainya.

b. Pembuat Kontrak Dagang

Apabila importir menyetujui dengan penawaran yang diajukan oleh


eksportir, maka importir dan eksportir membuat dan menandatangani
kontrak dagang. Dalam kontrak dagang dicantumkan hal – hal yang
disepakati bersama.

c. Penerbitan Letter of Credit (L/C)

Setelah kontrak dagang ditanda tangani maka importir membuka L/C


melalui bank koresponden dinegaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke
Bank Devisa yang ditunjuk memberitahukan diterimanya L/C tersebut
kepada eksportir.

d. Mempersiapkan Barang Ekspor

Dengan diterimanya L/C tersebut maka eksportir mempersiapkan barang –


barang yang dipesan importir. Keadaan barang – barang yang dipersiapkan
harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang dan
L/C.

e. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Selanjutnya eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Dagang (PEB) ke


Bank Devisa dengan melampirkan surat sanggup apabila barang ekspornya
terkena pungutan ekspor.

f. Pemesanan Ruang Kapal

Eksportir memesan ruang kapal ke Perusahaan Pelayaran Samudera atau


perusahaan penerbangan. Perlu dicek perusahaan perkapalan mana yang
mempunyai tariff angkutan kargo paling murah dan paling memberikan
jaminan akan ketepatan waktu pelayaran.
g. Pengiriman Barang Ke Pelabuhan

Eksportir sendiri dapat mengirim barang ke pelabuhan pengiriman dan


pengurusan barang ke pelabuhan dan ke kapal dapat juga dilakukan oleh
perusahaan jasa pengiriman barang (Perusahaan Freight Forwarding atau
Perusahan Ekspedisi Muatan Kapal Laut / EMKL). Dokumen – dokumen
ekspor disertakan dalam pengiriman barang ke pelabuhan dan ke kapal.

h. Pemeriksaan Bea Cukai

Di Pelabuhan Dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila


diperlukan, barang – barang yang akan diekspor diperiksa juga oleh pihak
Bea Cukai. Apabila barang – barang dan dokumen yang menyertainya telah
sesuai dengan ketentuan maka Bea Cukai menanda tangani pernyataan
persetujuan muat yang ada pada PEB.

i. Pemuatan Barang ke Kapal

Setalah pihak Bea Cukai menandatangani PEB maka barang telah dapat
dimuat ke kapal. Segera setelah barang dimuat ke kapal, pihak pelayaran
menerbitkan Bill of Lading (B/L) yang kemudian diserahkan kepada
eksportir.

j. Surat Keterangan Asal

Eksportir sendiri atau Perusahaan Freight Forwarder atau EMKL/EMKU


memfiat pemuatan barangnya dan mengajukan permohonan atau ke kantor
Dinas Departemen Perdagangan atau memperoleh SKA apabila diperlukan.

k. Pencairan L/C

Apabila barang sudah dikapalkan, maka eksportir sudah dapat ke bank untuk
mencairkan L/C. dokumen – dokumen yang diserahkan ke bank adalah B/L,
Commercial Invoice, Packing List dan PEB.

l. Pengiriman Barang ke Importir

Barang dalam perjalanan dengan kapal dari Indonesia ke pelabuhan di negara


importir.

Prosedur Impor
Apabila Importir di Indonesia ingin membeli (mengimpor) barang dari luar
negeri, Importir yang bersangkutan harus memperhatikan langkah – langkah
sebagai berikut :

1. Mencari supplier baik diluar negeri atau melalui agennya didalam


negeri dalam bentuk Export Agen, Solo Agent, atau Trading House.
2. Meminta supplier untuk mengirimkan sample (contoh barang) dan
(performa invoice) untuk mengetahui barang, harga barang, cara
pengiriman, cara pembayaran, mutu barang dsb.
3. Melakukan perhitungan biaya – biaya impor antara lain berupa bea
masuk yang harus dibayar, PPn, PPnBM (kalau ada), PPh, dan beberapa
harga yang bisa ditawarkan dipasaran luar negeri.
4. Negosiasi tentang harga dan jenis barang berdasarkan Performa Invoice
dan Sample yang telah dikirimkan oleh supplier.
5. Kalau sudah terjadi sepakat segera mengajukan permohonan
pembukaan L/C kepada Bank Devisa dengan menyetorkan uang
jaminan sebesar 100% dan jumlah L/C yang dibuka dan membayar
biaya pembukaan sebesar 0,5% dari jumlah L/C yang diajukan. Dalam
hal importir tidak bisa menyediakan dana untuk setoran ini, segala
kebijaksanaan ada pada pihak bank. Seperti misalnya importir tidak
mempunyai jumlah margin yang cukup untuk membayar setoran
jaminan ini tetapi importir hanya bisa memberikan angsuran dalam
bentuk lain, maka diterima tidaknya PPLC yang diajukan kepada bank
keputusan ada pada pihak.
6. Memberitahu eksportir mengenai L/C yang telah dibukanya untuk
member kesempatan kepada eksportir mengenai persiapan pengadaan
barang.
7. Menunggu pengiriman dari eksportir.
8. Menghubungi pihak pelayanan untuk meminta informasi tentang ETA
(Estimated Time Arrival) atau waktu tiba kapal.
9. Menghubungi Bank Devisa mengenai tibanya dokumen impor dari
eksportir antara lain LPS, B/L, Invoice, Packing List dll.
10. Mengajukan PIB (Pemberitahuan Impor Barang) dan mengisi SSPCP
(Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak) untuk memperoleh LPS
(Laporan Pemeriksaan Surveyor) asli dan B/L asli guna proses
pengeluaran barang di pelabuhan (Proses Inklaring) sekaligus mendebit
rekening pembiayaan importir seperti yang tercantum dalam PIB,
SSPCP kepada Bank Devisa.
11. Menukarkan B/L asli dengan D/O (Delivering Order) kepada
pelayaran untuk bisa mengeluarkan container digudang lini I dan
membawa PIB, SSPCP ke Bea Cukai untuk bisa mengeluarkan barang
dari pelabuhan.

SALING MEMPERCAYAI MITRA USAHA.

Hubungan antara manusia yang bersifat saling mempercayai, saling


memberdayakan, saling menguntungkan, harus menonjolkan toleransi,
empati dan kejujuran, dan saling memagari dari perbuatan – perbuatan yang
melawan sendi – sendi dan nilai – nilai moralitas kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial.

Proses globalisasi nampaknya tidak dapat diabaikan oleh setiap masyarakat


dan bangsa didunia, terutama pengusaha lebih khusus eksportir dan
importir. Tidak ada satu pun manusia, masyarakat dan bangsa yang luput
dari pengaruh globalisasi. Pembangunan nasional sebuah bangsa tidak hanya
melihat kepada kebutuhan internal masyarakat dan bangsa itu sendiri, tetapi
juga pembangunan harus melihat keluar dan kedepan serta perlu dijalin
dengan bangsa lain. Terutama yang banyak dilakukan oleh eksportir dan
importir. Karena masyarakat eksportir dan importir Indonesia adalah bagian
dari suatu masyarakat eksportir dan importir dunia yang semakin maju dan
menyatu. Globalisasi mempunyai dampak – dampak positif dan negative bagi
eksportir dan importir di negara kita.

Dalam menghadapi era globalisasi dan informasi, pengusaha eksportir dan


impotir perlu meningkatkan peranannya dalam perekonomian Indonesia. Ini
berarti globalisasi adalah persaingan yang keluar sebagai pemenang adalah
yang berkualitas, yaitu berkemampuan, memiliki ilmu pengetahuan
tekhnologi dan keterampilan serta kejujuran, sehingga dapat dipercaya oleh
mitra usahanya.

Bangsa kita harus dibekali dengan berbagai kemampuan sesuai dengan


tuntutan zaman dan reformasi, guna menjawab tantangan globalisasi,
berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kemajuan perekonomian
Indonesia. Tantangan globalisasi pada satu pihak, dan  kebutuhan
menciptakan SDM unggul khususnya dalam bidang ekspor – impor, sehingga
mampu mendapatkan tempatnya dalam perkembangan dewasa ini dan masa
mendatang.
1. Faktor Yang Penting Untuk Menjamin Dilaksanakannya Transaksi
Ekspor – Impor Adalah Adanya Saling Kepercayaan.

Kepercayaan adalah salah satu faktor yang penting untuk menjamin


terlaksananya transaksi ekspor – impor. Masing – masing pihak belum saling
mengenal dan beralamat pada dua atau lebih negara yang berbeda, sudah
barang tentu akan terdapat resiko bila dilibatkan pertukaran barang dengan
uang.

Bersumber dari perbedaan – perbedaan bahasa, kebudayaan, adat istiadat


dan cara berdagang, tidak jarang dalam transaksi ekspor impor timbul
berbagai  masalah, terutama saling kepercayaan antara eksportir dan
importir. Yang dilakukan oleh para pengusaha yang bertempat tinggal
dinegara – negara yang berbeda. Untuk menjalin salah satu pelaku dalam
perdagangan internasional baik sebagai eksportir maupun sebagai importir,
perusahaan harus memenuhi persyaratan.

Ada beberapa faktor penting untuk seseorang dapat dipercaya yaitu sebagai
berikut :

1)     Mempunyai integritas kepribadian yang baik dan mantap, artinya hal –
hal yang berhubungan dengan psikologi dan perilaku seseorang dan
sebagainya menjadi perhatian utama dan pertama kehati – hatian semacam
ini penting sekali agar tidak membuat perusahaan kesulitan di kemudian
hari. Jadi masalah integritas pribadi ini boleh dikatakan suatu proritas utama
dibandingkan kriteria lain karena jati diri seseorang jauh lebih menentukan
keberhasilannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan dalam
melaksanakan tugas rutin di bidang ekspor impor. Seseorang yang tidak
berkepribadian yang baik, maka akan menjadi daya perusak yang akan
merugikan semua orang, apalagi bila hal itu dalam suatu kegiatan bisnis, bisa
– bisa bisnis menjadi bangkrut.

2)     Mempunyai kemampuan dalam melaksanakan tugas – tugas yang


diembannya. Kemampuan disini baik fisik, maupun nonfisik, misalnya
pengetahuan dan wawasannya. Kedua aspek itu harus terpenuhi. Artinya
bilamana seseorang hanya mempunyai fisik yang kuat, sementara pola pikir
dan pengetahuannya tidak mendukung, maka perusahaan akan menghadapi
kesulitan, terutama jika ini mengembangkan suatu bisnis secara lebih luas ke
seluruh negara di dunia. Tapi sekali lagi faktor ini tidak mesti sempurna sejak
awal karena kemampuan seseorang dapat meningkat asalkan yang
bersangkutan mau berusaha kearah itu.

3)     Mempunyai kejujuran dalam semua aspek. Jujur artinya dia telah
memiliki mental yang baik dan tidak mudah terpengaruh oleh rayuan –
rayuan siapapun dan dalam bentuk apapun. Sikap mental serupa itu tidak
bisa ditawar sebagai mana pada faktor pertama tadi. Cuma bedanya yang
pertama bersifat khusus menyangkut kondisi kejujuran seseorang sebab yang
namanya “amanah” itu terletak dalam hati.

2. Eksportir Dipercaya oleh Importir Untuk Mengirimkan Barang.

Kurang mampu eksportir dalam penanganan barang – barang dapat


menimbulkan akibat yang tidak baik. Bagi kelangsungan hubungan dagang
dengan importir di luar negeri.

Misalnya disebabkan hal – hal sebagai berikut :

1)     Pengiriman barang terlambat

2)     Mutu barang yang kurang baik

3)     Tidak terjaminnya kuantitas barang

4)     Pengepakan yang tidak memenuhi syarat

5)     Kelambatan presentasi dokumen pengapalan

6)     Kebijaksanaan dalam pelaksanaan ekspor impor.

Kelancaran pelaksanaan tugas rutin transaksi ekspor impor pada hakekatnya


tergantung pada peraturan – peraturan yang mendasarinya. Peraturan –
peraturan yang sering diubah – ubah dapat membingungkan dan
menimbulkan salah pengertian dan kekeliruan, baik dipihak pengusaha
dalam negeri maupun pihak dagangnya di luar negeri. Bahkan dapat
menimbulkan iklim dagang yang kurang menguntungkan.

3. Importir Dipercayai oleh Eksportir Untuk Melakukan Pembayaran.

Pembiayaan transaksi ekspor impor merupakan masalah yang penting dan


sering dihadapi oleh para eksportir maupun importir. Untuk meningkatkan
daya saing, salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan adalah
kemampuan eksportir dalam melaksanakan cara, tehnik dan strategi
perdagangan yang tepat untuk meningkatkan ekspor. Salah satu upaya
penting adalah menawarkan barang dengan ketentuan pembayaran yang
lebih menarik bagi importir di luar negeri, misalnya menawarkan cara
pembayaran dengan kredit (LC) dalam sistem pembayaran dengan LC, Bank
pembuka LC menjamin akan melaksanakan pembayaran kepada pihak
eksportir atas barang yang diekspornya sepanjang dokumen – dokumen yang
diserahkan oleh eksportir sesuai dengan persyaratannya dalam LC,  dengan
adanya LC ini eksportir maupun importir saling percaya.

Anda mungkin juga menyukai