Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN SKEMA PELAKSANA EKSPOR

1. Dalam menangaNi eksport produk pertanian, dokumen ekspor yang wajib dipenuhi
oleh pengirim barang adalah:
1. Invoice
2. Packing list
3. B/L
4. Certificate of Origin yang dikeluarin disperindag
5. Phito Sanitary ( Untk Komoditas hasil bumi/ pertanian) yang dikeluarkan oleh
Kantor Karantina Pertanian
6. Sertifikat Fumigasi ( khusu untuk barang-barang hasil Bumi)

2. Cara untuk Memastikan dokumen ekspor terpenuhi:


1. Melakukan komuniksi langsung / direct ke shipping line
2. Menggunakan jasa forwearder untuk memesatikan kelengkapan dokumen
ekspor tersebut,
3. Melakukan submit data fix yang kemudian akan menjadi data pada B/L,
sebagai bukti kepemilikan barang
4. Kroscek keseuaian data dengan real barang eksport

3. Cara Mudah Mengakses dan Menyurvei Pasar Ekspor:


1. Mengalokasikan waktu dan sumber daya dalam upaya melakukan riset pasar
dan tetap mengawasi perubahan dan tren.
2. Menentukan jenis sumber apa yang akan digunakan dalampermulaan riset,
berikan tugas ini kepada pegawai, tim pegawaiatau tim/perusahaan luar
3. Periksa setidaknya satu buah kajian, dan lakukan wawancaradengan
beberapa eksportir yang telah berpengalaman untukmenolong anda
mengidentifikasi langkah anda. Hubungi KADIN untuk mengetahui negara
yang anda tuju memiliki asosiasiekspor.
4. Susun tujuan dari riset yang anda lakukan dan bagaimana caraanda
melakukannya dalam usaha anda (cari permasalahan danrumuskan
pertanyaan).
5. Tentukan informasi apa yang dibutuhkan dan identifikasi sumberpotensial
untuk mencari informasi tersebut.
6. Tentukan jika anda ingin melakukan riset awal denganperusahaan anda,
mengalihdayakan tugas tersebut kepadaperusahaan riset atau
mengkombinasikan keduanya
4. Dalam menganalisa pelang pasar impor, objek yang pelu dipelajari adalah:
o Harga, obyek ini berguna untuk mengukur daya beli konsumen, berapakah
harga yang dapat menjadi peluang barang/jasa dibeli dan digunakan.
o Produk, obyek riset produk dapat meliputi, kegunaan produk, nilai produk, rupa
produk dan juga tingkat kegunaan produk.
o Alat Pemasaran, topik ini digunakan untuk melihat seberapa efektif alat yang
digunakan dalam pemasaran.
o Distribusi, obyek ini digunakan juga untuk melihat efektifitas alur distribusi
produk kepada konsumen.
o Konsumen, obyek riset yang tidak kalah penting adalah konsumen. Hal ini
digunakan untuk menganalisis perilaku dan kebutuhan konsumen

5. Tata cara ekspor barang:


1. Membuat Surat Kontrak Penjualan atau Sales Contract Process
2. Penerbitan Surat Jaminan Pembayaran Importir kepada Eksportir atau Letter
of Credit (L/C) Opening Process
3. Penerbitan Dokumen Pengapalan/Pengiriman atau Cargo Shipment Process
4. Pencairan Dokumen Pengapalan/Klaim Atas Barang yang Sudah Dibayarkan
Importir atau Shipping Documents Negotiations Process

6. Mekanisme pumbukaan Letter of Credit:


1. Importir akan meminta bank devisa untuk membuka letter of credit, surat
jaminan atas uang yang akan dibayarkan kepada calon eksportir sesuai
kesepakatan yang tertera dalam sales contract.
2. Bank devisa (opening bank) akan membuka letter of credit di bank
jaringannya yang ada di negara eksportir. Bank ini kita sebut sebagai advising
bank.
3. Advising Bank ini akan memeriksa keabsahan dari letter of credit dari bank
devisa calon importir tadi. Jika sudah benar, advising bank akan mengirimkan
letter of credit sebagai jaminan atas barang yang akan diekspor.

7. Syarat-syarat Kelengkapan Dokumen dan Prosedur Ekspor:


1. Surat Ijin Usaha Perusahaan ( SIUP )
2. Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP )
3. Invoice / Packing List Barang Ekspor

8. Beberapa fasilitas kemudahan ekspor yang diberikan oleh pemerintah diantaranya:


1. Surat Keterangan Asal (SKA) atau dikenal juga dengan Certificate Of Origin
(COO). Fungsi dari SKA ini adalah untuk mendapatkan penurunan atau
pembebasan tarif bea masuk di negara tujuan ekspor. Dengan menyertakan
dokuman SKA pada setiap kali ekspor maka si buyer akan mendapatkan
penurunan atau pembebasan tarif bea masuk barang di negaranya. SKA juga
berfungsi sebagai pernyataan keabsahan bahwa barang yang diekspor adalah
buatan atau diproduksi di Indonesia. Link untuk SKA : https://e-
ska.kemendag.go.id/cms.php
2. Sistem INATRADE. Merupakan aplikasi online untuk mengurus ijin ekspor
produk tertentu. Link untuk INATRADE : http://inatrade.kemendag.go.id/
3. Sistem INSW. Merupakan system dan aplikasi untuk mengetahui tentang
kriteria barang ekspor, tracking dokumen ekspor, lartas, dan banyak
informasi lainnya terkait syarat ekspor. Link untuk INSW :
https://www.insw.go.id/
4. Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC). Atase
Perdagangan dan ITPC adalah perwakilan dagang Indonesia yang
memfasilitasi antara eksportir dan buyer di negara tujuan ekspor. Pelaku
Usaha dan UMKM bisa mengkonsultasikan mengenai potensi produk ekspor
ke berbagai negara, mendapatkan informasi mengenai kredibilitas buyer,
memfasilitasi antara eksportir dan buyer di luar negeri jika ada kendala
mengenai ekspor, dan banyak hal lainnya bisa dikonsultasikan dengan pihak
Atase Perdagangan dan ITPC.
5. Pembiayaan Ekspor. Pemerintah juga telah menentukan Indonesia Eximbank
sebagai lembaga resmi untuk memfasilitasi mengenai pembiayaan ekspor.
Indonesia Eximbank akan membantu eksportir dalam rangka mendorong
program ekspor pelaku Usaha dan UMKM. Link untuk Indonesia Eximbank :
http://www.indonesiaeximbank.go.id/id
6. FTA Center, Free Trade Agreement (FTA) Center melakukan kegiatan
edukasi/sosialisasi, konsultasi, dan advokasi pemanfaatan hasil perundingan
perdagangan internasional kepada para pelaku usaha. Pelayanan ini tidak
dipungut biaya.

9. Prosedur pembayaran menggunakan Letter of Credit (L/C):


1. Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir di luar negeri sampai
mendapatkan kecocokan harga mutu, desain, pengiriman dan akhirnya
terjadi kontak jual beli.
2. Importir menghubungi Bank pembuka untuk membuka L/C yang ditujukan
kepada eksportir.
3. Bank pembuka meneruskan L/C kepada bank koresponden di tempat
eksportir.
4. Bank koresponden meneruskan L/C kepada eksportir.
5. Eksportir menyiapkan barang yang dipesan importir. (Eksportir menghubungi
Independen Surveyor untuk mengatur pemeriksaan barang ) Jika diperlukan
6. Eksportir atau melalui jasa PPJK (Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan)
memuat barangnya ke kapal atau pesawat terbang untuk mendapat bill of
lading (B/L) atau Air Waybill (AWB) sebagai bukti kepemilikan barang yang
telah dimuat dalam kapal atau pesawat terbang.
7. Eksportir mendapatkan pemberitahuan ekspor barang ke Bank koresponden
dengan melengkapi persyaratan yang ditetapkan.
8. Eksportir atau melalui PPJK EMKL/EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal Laut/
Udara) meminta persetujuan muat barang (Flat Muat) kepada Bea Cukai
9. Eksportir atau melalui jasa PPJK mengajukan permohonan untuk
mendapatkan SKA (Surat Keterangan Asal) ke kantor wilayah Departemen
Perindustrian dan Perdagangan atau kantor Departemen Perindustrian dan
Perdagangan setempat apabila diperlukan.
10. Bank koresponden menegosiasikan (membeli) wesel yang diajukan ekportir,
setelah meneliti kebenaran dokumen yang diajukan eksportir.
11. Selanjutnya dokumen-dokumen pengapalan dikirimkan oleh bank
koresponden kepada bank pembuka untuk mendapat ganti pembayaran
(reimbursement)
12. Bank pembuka memeriksa dokumen-dokumen tersebut apakah sesuai
dengan
13. Importir membayar atau meminta bank pembuka untuk mendebet
rekeningnya pada bank tersebut
14. Setelah importir membayar dokumen-dokumen tersebut, maka bank
pembuka menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada importir untuk
pengeluaran barang dari pabean.

10. Jenis jenis Letter of Credit:


1. Revocable
Jenis ini yang bank penerbitnya memiliki hak untuk membatalkan atau
mengubah persyaratan kredit tanpa persetujuan penerima 
2. Irrevocable 
Jenis ini menjelaskan bahwa bank penerbit menjadi yang mengurus
pembayaran atau menerima konsep yang telah dituliskan sesuai dengan
persyaratannya dan kondisi kredit tersebut dipenuhi
3. Unrrevocable dan Confirmed 
Surat kredit ini dianggap paling sempurna dan aman dari sudut penerima. Hal
itu dikarenakan pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik ini dijamin
sepenuhnya oleh bank penerbit maupun bank penerus bila segala syarat-
syarat dipenuhi serta tidak mudah dibatalkan
Jika di atas adalah jenis berdasarkan kekuatannya, maka ini adalah jenis surat
kredit berdasarkan persyaratannya, yaitu:
1. Clean
Dokumen lain tidak dibutuhkan, bahkan pengambilan uang dari kredit yang
tersedia dapat dilakukan dengan penyerahan kwitansi biasa
2. Documentary 
Penarikan uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi dengan dokumen-
dokumen lain yang terdapat dalam persyaratan surat kredit. 
3. Documentary dengan Red Clause
Jenis ini menjelaskan bahwa penerima diberi hak untuk menarik sebagian dari
jumlah letter of credit yang tersedia dengan penyerahan kwitansi biasa atau
dengan penarikan wesel tanpa memerlukan dokumen lainnya, sedangkan
sisanya dilaksanakan seperti pada jenis documentary
4. Revolving 
Memungkinkan kredit yang tersedia dipakai ulang tanpa mengadakan
perubahan syarat khusus pada letter of credit tersebut

11. HS Code adalah:


sistem klasifikasi barang perdagangan dunia untuk mempermudah menetapkan tarif,
mencatat transaksi perdagangan, mengontrol transportasi, dan melaporkan data
statistik perdagangan. Saat ini HS Code menjadi dasar pengklasifikasian produk ekspor-
impor di Indonesia dan diterjemahkan ke dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia
(BTBMI) yang menjelaskan tarif per produk.

12. Cara membaca HS Code


per 1 Maret 2017 HS Code di Indonesia mengikuti AHTN dari ASEAN yang
menggunakan sistem delapan digit. Berikut adalah penjabaran dari digit HS Code.
 2 digit pertama merupakan Bab pengkalisifikasian utama.
Contoh: 09 = Kopi, Teh, Maté, dan Rempah-Rempah.
 4 digit pertama merupakan Pos yang mengidentifikasi pengelompokan dalam
suatu Bab.
Contoh: 09.01 = Kopi, digongseng atau dihilangkan kafeinnya maupun tidak;
sekam dan kulit kopi; pengganti kopi mengandung kopi dengan perbandingan
berapapun.
 6 digit pertama merupakan Sub-Pos yang menjelaskan secara spesifik tipe
produk dalam suatu Pos.
Contoh: 09.01.11 = Kopi, tidak digongseng; Tidak dihilangkan kafeinnya.
 8 digit pertama merupakan Sub-pos yang berlaku pada ASEAN dan juga
Indonesia, berasal dari teks ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature (AHTN).
Pos tarif ini menunjukkan besarnya pembebanan (BM, PPN, PPnBM, atau Cukai)
serta ada tidaknya peraturan tata niaganya.
Contoh: 09.01.11.10 = Kopi, tidak digongseng; Tidak dihilangkan kafeinnya;
Arabika WIB atau Robusta OIB

Anda mungkin juga menyukai