Anda di halaman 1dari 6

1.

PENDAHULUAN
Pengertian Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) – Dalam
Industri Manufakturing, Kegiatan Utamanya adalah mengkonversikan berbagai
bahan mentah serta bahan-bahan pendukungnya menjadi barang jadi dan
mendistribusikannya kepada pelanggan. Dengan menjalankannya kegiatan tersebut,
maka apa yang disebut dengan Supply Chain atau Rantai Pasokan pada dasarnya
telah terbentuk. Namun bagi sebuah perusahaan manufakturing, kegiatan Supply
chain atau Rantai Pasokan ini perlu dijalankan dengan efektif dan efisien sehingga
diperlukan Manajemen yang Profesional dalam pelaksanaannya. Manajemen
tersebut biasanya disebut dengan Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain
Management yang sering disingkat dengan singkatan SCM.

Cross docking merupakan salah satu teknik logistik dimana produk dikirim ke
Distribution Center dan segera dikirim ke pelanggan. Sistem cross docking sudah
banyak diaplikasikan di berbagai industri karena sistem ini mampu meminimalkan
biaya distribusi yang secara simultan mampu meningkatkan service level pelanggan.
Dalam perencanaan cross docking, salah satu permasalahan yang muncul adalah
bagaimana penjadwalan truk masuk dan truk keluar secara simultan sehingga dapat
mencapai total waktu operasi.

Sebagai sebuah industri farmasi penyediaan logistik dalam hal ini infus sangat
memerlukan teknik agar dalam proses pendistribusiannya hingga sampai ke tangan
pelanggan dapat berjalan baik. Kemudian sebagai bentuk peningkatan pelayanan
untuk pelanggan yakni rumah sakit atau apotek yang membutuhkan dengan cepat
prihal infus ini. Karena Cross docking secara potensial dapatmengontrol biaya
logistik dan distribusi karena menghilangkan beberapa proses dalam pergudangan
tradisional seperti penyimpanan dan pengambilan produk ketika pelanggan
membutuhkan. Disamping mampu menurunkan biaya distribusi, cross docking
secara simultan meningkatkan service level pelanggan (Apte & Viswanathan, 2000).

Cukup banyak penelitian cross-docking telah dilakukan dalam beberapa tahun


terakhir. Namun, sebagian besar penelitian tersebut menyelidiki desain fisik dari
cross docking (Ratliff, et. al., 1999 dan Bartholdi III dan Gue, 2004) dan
lokasinya (Gumus dan Bookbinder, 2004). Sangat sedikit penelitian yang
berhubungan dengan masalah transportasi yang terkait dengan cross docking.
1. PENGERTIAN CROSS DOCKING

Cross docking adalah konsep manajemen warehouse dimana


produk dikirim ke warehouse dengan truk masuk lalu segera
dipilah, diatur berdasarkan permintaan customer, dikirim ke dok
pengiriman dan dimuatkan ke truk keluar untuk dikirim ke
customer tanpa dilakukan penyimpanan produk di dalam
warehouse (Yu dan Egbelu 2008). Konsep ini muncul karena
meningkatnya tekanan pada sistem distribusi untuk membuat
operasi menjadi lebih efisien sehingga dapat menurunkan biaya
distribusi. Selain itu, juga muncul permintaan customer untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih baik, meliputi pengiriman yang
lebih akurat dan tepat waktu.
Cross-docking menjalankan aktivitas penyimpanan dengan
mentransfer barang secara langsung yang berasal dari penerimaan
barang dari dermaga menuju dermaga pengiriman atau dermaga
luar. Operasi cross-docking akan menghindari penyisihan,
penyimpanan dan pengambilan pesanan. Transfer informasi akan
menjadi penting karena diperlukan koordinasi pengiriman.

Pada sistem cross docking, diperlukan proses pemindahan muatan


yang efisien sehingga diperlukan sinkronisasi truk masuk dan truk
keluar agar penyimpanan di dalam terminal tetap rendah dan
dapat mencapai pengiriman yang tepat waktu. Untuk mencapai
tujuan ini, beberapa prosedur penjadwalan telah diperkenalkan
beberapa tahun terakhir yang disebut dengan truck scheduling
problem. Penelitian ini difokuskan pada tipe sistem cross docking
dimana truk masuk yang dijadwalkan datang di dok penerimaan
kemudian produk dibongkar, lalu dikategorikan dan langsung
dimasukkan ke truk keluar yang dijadwalkan di dok pengiriman
atau diletakaan di penyimpanan sementara. Fungsi tujuan dari
sistem ini adalah memindahkan produk dari truk masuk ke truk
keluar sesegera mungkin sehingga dapat meminimalkan total
waktu operasi yang disebut makespan. Penempatan produk dari
truk masuk ke truk keluar juga ditentukan secara simultan bersama
dengan urutan truk masuk dan truk keluar.

1. MACAM CROSS DOCKING


 

2. Pre-Packed Cross Docking


Kemasan (misalnya: pallet, peti dll) dipilih oleh supplier
berdasarkan pesanan dari toko, diterima dan dibawa
menuju outbound docks untuk digabungkan dengan kemasan yang
sama dari supplier lain untuk dimuat ke dalam kendaraan
pengiriman ke toko tanpa proses handling lebih lanjut.

3. Intermediate Handling Cross Docking


Kemasan (Pallet, peti dll) diterima, lalu dibuka kemudian diberi
label kembali ke dalam kemasan baru oleh distribution center
untuk dikirimkan kembali ke toko. Kemasan baru ini kemudian
dikirim ke outbound dock untuk digabungkan dengan kemasan
yang serupa dari supplier lain di dalam kendaraan pengiriman.

4. PERSYARATAN& FAKTOR CROSS DOCKING


Cross docking diterapkan apabila memenuhi 2 atau lebih kriteria
berikut :
5. Tujuan persediaan diketahui bila barang diterima.
6. Pelanggan bersedia menerima persediaan segera.
7. Pengiriman dilakukan lebih dari 200 lokasi perhari.
8. Menerima kuantitas dalam jumlah besar dari item-item
tertentu.
9. Persediaan tiba ditempat sebelum dilabel.
10.Beberapa persediaan sifatnya sensitif.
11. Pusat distribusi dekat dengan kapasitas.
12.Setidak-tidaknya persediaan sudah diberi harga duluan.
Faktor utama yang mempengaruhi cross docking effectivness
adalah sebagai berikut:

13.penanganan palet
14.Freight mix
15. Jumlah forklift
16.Jumlah gerbang penerima
17. Gates layout dan ukuran cross dock.
 

1. PELAKSANAAN CROSS DOCKING


 

1. Waktu pengiriman, Kendaraan yang mengirim barang ke


distribution center membutuhkan koordinasi secara hati-
hati. Khususnya sistem jadwal dan booking yang akan
disetujui oleh supplier, dengan demikian waktu
kedatangan kendaraan diatur bergiliran pada hari kerja.
Perkembangan lebih lanjut saat ini perusahaan-perusahaan
menggunakan sistem seperti penempatan satelit global
untuk mengatur jadwal iring-iringan kendaraan, dan untuk
melacak kendaraan sesuai jadwalnya.
2. Keterbatasan Ruang,Ruang untuk trans-shipment atau
cross docking di dalam Distribution Center sering kali
terbatas. Pertimbangan yang signifi kan harus diberikan
untuk pengaturan waktu padat saat di mana penggunaan
ruang yang ada dan bay door berada di bawah tekanan
tinggi.
3. Mechanical Handling Equipment (MHE),Jumlah dan jenis
MHE pada distribution center akan sering kali menentukan
seberapa cepat dan efi siennya muatan kendaraan dapat
diproses.
4. Human Ressources,Penjadwalan pengiriman, keterbatasan
ruang, dan ketersediaan MHE semuanya akan berpengaruh
terhadap jumlah orang yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan fungsi cross docking dari gudang.
 

5. INDUSTRI YANG DITERAPKAN CROSS DOCKING


Beberapa industri yang sukses menerapkan sistem cross docking
dalam menghasilkan competitive advantage antara lain: Wal Mart,
UPS, Toyota, dan penyedia jasa less-than-truckload logistic.

Suatu teknik yang dinamai dengan “cross-docking” mulai


dilaksanakan oleh Wal*Mart pada tahun 1994, sebanyak 10% dari
barang-barangnya dikirim dengan sistem tersebut pada 4 fasilitas,
yang telah tersedia prasarananya.

6. TANTANGAN, KELEBIHAN & KEKURANGAN CROSS


DOCKING
 

7. Tantangan Cross Docking


Membutuhkan kapabilitas IT dan pembagian informasi secara real-
time yang baik, Membutuhkan kerjasama dan ketepatan keputusan
dari pembeli, Mungkin memerlukan tata letak fasilitas yang baru,
peralatan barcode scanning, dan Warehouse Management System
($500,000) n Memastikan visibilitas produk selama produk
tersebut bergerak dalam sistem

8. Kelebihan Cross Docking


1. Mempercepat aliran produk dari supplier ke toko
2. Menghilangkan buruh dari proses
3. Mengurangi inventory barang jadi dalam sistem
4. Mengurangi kebutuhan terhadap fasilitas distribusi
1. Kelemahan Cross Docking
Bahwa teknologi yang digunakan mungkin cukup mahal (Apte dan
Viswanathan, 2000). Selain itu, ketika ada jarak antara gudang
dan pusat distribusi dalam rantai suplai ritel, serta ketika ada
banyak toko-toko, maka skala ekonomi memiliki dampak negatif
dan bisa melebihi manfaat cross – docking . Lebih tepatnya,
penelitian Waller et al. (2006) telah mencapai sebuah kesimpulan
yang relevan dan menarik, dengan memeriksa persediaan rantai
suplai ritel. Mengingat fakta bahwa “cross-docking, menurut
definisi, membutuhkan siklus dan safety stock dari pusat distribusi,
memungkinkan untuk kapasitas yang lebih fisik untuk produk
baru”, semakin banyak jumlah toko yang suatu organisasi, semakin
kecil manfaat lintas – docking. Pembenaran di balik ini, adalah
fakta bahwa sebagai jumlah toko meningkat, kemungkinan bahwa
salah satu toko memiliki permintaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan orang lain juga meningkat, sehingga skala
ekonomi. Akibatnya, skala ekonomi harus stabil selama waktu,
sehingga lintas – docking tidak memiliki dampak negatif.

Memerlukan armada transportasi yang besar dan omset saham


diperlukan, Teknis sistem logistik komputersasi yang dirancang
semata-mata unutk fasilitas kerusakan barang ini dari penanganan
tambahan, dan tambahan biaya kerja. Itulah kelemahan dari Cross
Docking.

2. MASALAH CROSS DOCKING


Pada level operasional, permasalahan cross docking dibedakan
menjadi 5 area (Agustina et al, 2010) :

3. Scheduling problem
4. Transshipment problem
5. Dock door assignment problem
6. Vehicle routing problem
7. Product allocation problem

Anda mungkin juga menyukai