CV (Commanditaire Vennotschap)
Firma
PT (Perseroan Terbatas)
Persero (Perusahaan Perseroan)
Perum (Perusahaan Umum)
Perjan (Perusahaan Jawatan)
Koperasi
Klasifikasi Eksportir
Mengisi formulir isian yang disediakan oleh Dinas Perindag di Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota atau Propinsi, dan Instansi teknis yang terkait.
mengisi formulir isian yang disediakan oleh Dinas Perindag di Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota atau Propinsi dan Instansi teknis yang terkait
Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan
Memiliki NPWP
Memberikan Laporan realisasi ekspor kepada Dinas Perindag atau instansi/pejabat
yang ditunjuk (setiap tiga bulan) yang disahkan oleh Bank Devisa dengan
melampirkan surat pernyataan seperti tidak terlibat tunggakan pajak, tidak terlibat
tunggakan perbankan, tidak terlibat masalah kepabeanan
Kepabeanan
Apabila barang ekspor terkena pajak ekspor maka pajak ekspor harus dilunasi sebelum
dimasukkan ke sarana pengangkut. Pajak ekspor ini dihitung berdasarkan harga patokan
ekspor (HPE) dan harga patokan ekspor ini ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dalam
bentuk peraturan Menteri Perdagangan yang berlaku untuk suatu periode tertentu dengan
memerhatikan pertimbangan Menteri Teknis dan asosiasi terkait. HPE ini berpedoman pada
harga rata-rata internasional dan atau harga harga rata-rata FOB di beberapa pelabuhan di
Indonesia.
Tarif pungutan ekspor (TPE) yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah TPE yang
yang berlaku saat pemberitahuan ekspor barang (PEB) didaftarkan pada Kantor Pelayanan
Bea dan Cukai, begitu juga dengan HPE, HPE yang digunakan adalah HPE yang berlaku
pada saat PEB didaftarkan pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. Pembayaran pungutan
ekspor ini dapat dilakukan di Bank Devisa atau di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai:
1. Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan terlebih dahulu ke kantor pabean
dengan mengisi dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB)
2. Pendaftaran PEB disertai dengan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dan dilengkapi
dokumen pelengkap. PEB disampaikan paling cepat 7 hari sebelum tanggal perkiraan
ekspor dan paling lambat sebelum barang ekspor masuk Kawasan Pabean. Dokumen
pelengkap pabean:
Invoice dan Packing List
Bukti Bayar PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak)
Bukti Bayar Bea Keluar (dalam hal barang ekspor dikenai Bea Keluar)
Dokumen dari intansi teknis terkait (dalam hal barang ekspor terkena ketentuan
larangan dan/atau pembatasan)
Pada Kantor Pabean yang sudah menerapkan sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik)
kepabeanan, eksportir/PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) wajib menyampaikan
PEB dengan menggunakan sistem PDE Kepabeanan
1. Pelunasan pajak ekspor jika barang ekspor tersebut dikenai pajak ekspor.
Penyampaian PEB ini dapat dilakukan oleh eksportir atau dikuasakan kepada PPJK
2. Pemeriksaan fisik baran
2. Firma
7. Koperasi
Prosedur Ekspor :
2. Importir menghubungi Bank pembuka untuk membuka L/C yang ditujukan
kepada eksportir.
3. Bank pembuka meneruskan L/C kepada bank koresponden di tempat eksportir.
6. Eksportir atau melalui jasa PPJK memuat barangnya ke kapal atau pesawat
terbang untuk mendapat bill of lading (B/L) atau Air Waybill (AWB) sebagai bukti
kepemilikan barang yang telah di muat dalam kapal atau pesawat terbang.
9. Eksportir atau melalui jasa PPJK mengajukan permohonan untuk mendapatkan
SKA (Surat Keterangan Asal) ke kantor wilayah Department Perindustrian dan
Perdagangan atau kantor Department Perindustrian dan Perdangan setempat
apabila di perlukan.
13. Importir membayar atau meminta bank pembuka untuk mendebet rekeningnya
pada bank tersebut
Untuk lebih gamblangnya, mengenai pengertian dari 4 langkah tata cara ekspor itu, mari kita
kupas satu per satu.
Mungkin anda bertanya-tanya, kenapa di langkah pertama, tiba-tiba harus membuat dokumen
kontrak? Sudah benar jika anda mempertanyakan hal tersebut. Sebab, sebelum masuk
keempat langkah tersebut, memang ada proses yang sudah berjalan.
1. Promosi
Yang pertama adalah promosi. Gampangnya begini. Ketika kita akan berjualan, yang perlu
dilakukan pertama kali untuk memasarkan barangnya adalah promosi. Karena ini konteksnya
ekspor, maka yang dicari adalah calon pembeli di luar negeri atau calon importir.
Ada banyak cara untuk melakukan promosi. Misalnya, menggunakan media online,
elektronik, koran, majalah atau mengikuti pameran dagang. Bisa juga berkomunikasi dengan
Kamar Dagang dan Industri, atase perdagangan, dan lainnya. Lembaga-lembaga tersebut
berfungsi untuk membantu mempromosikan komoditi/produk siap ekspor pengusaha
Indonesia.
2. Inquiry
Jika dari promosi tadi anda mendapatkan calon pembeli yang berminat, maka calon importir
tersebut akan mengirimkan surat permintaan suatu komoditas tertentu (letter of inquiry).
Surat ini biasanya berisi deskripsi barang, mutu, harga, dan waktu pengiriman
3. Offer Sheet
Selanjutnya, kita, yang akan mengekspor, harus menanggapi permintaan calon importir tadi
dengan mengirimkan offer sheet. Offer sheet ini berisi keterangan sesuai permintaan importir
mengenai deskripsi barang, mutu, harga, dan waktu pengiriman. Dalam offer sheet juga
diinformasikan mengenai ketentuan pembayaran dan pengiriman sampel/brosur.
4. Order Sheet
Setelah calon importir mendapatkan penawaran dari kita, sebagai calon eksportir, dan
mempelajari offer sheet itu, jika mereka setuju, maka mereka akan mengirimkan surat
pesanan dalam bentuk order sheet (purchase order) kepada kita.
5. Sale’s Contract
Sesuai dengan data dari order sheet, selanjutnya eksportir akan menyiapkan surat kontrak
jual beli (sales contract) yang ditambah keterangan klausul bencana alam dan klausul
inspeksi. Sales contract ini ditandatangani oleh eksportir dan dikirimkan sebanyak 2 rangkap
kepada importir.
6. Sale’s Confirmation
Calon importir akan mempelajari dokumen/surat jual beli tersebut. Apabila importir setuju,
maka sales contract tersebut akan ditandatangani oleh importir untuk kemudian
dikembalikan kepada eksportir sebagai sales confirmation. Sedangkan, 1 copy lain dari sales
contract ini akan disimpan oleh importir.
L/C Opening Process
Setelah ada sales contract atau surat jual beli, proses berikutnya adalah;
Importir akan meminta bank devisa untuk membuka letter of credit, surat jaminan atas uang
yang akan dibayarkan kepada calon eksportir sesuai kesepakatan yang tertera dalam sales
contract.
Bank devisa (opening bank) akan membuka letter of credit di bank jaringannya yang ada di
negara eksportir. Bank ini kita sebut sebagai advising bank.
Advising Bank ini akan memeriksa keabsahan dari letter of credit dari bank devisa calon
importir tadi. Jika sudah benar, advising bank akan mengirimkan letter of credit sebagai
jaminan atas barang yang akan diekspor.
Cargo Shipment Process
Setelah eksportir menerima letter of credit dari advising bank, maka yang harus dilakukan
oleh kita, sebagai calon eksportir, adalah:
Calon eksportir memesan kapal di perusahaan pengapalan ekspor – impor. Proses ini tetap
mengacu pada ketentuan yang ada di sales contract.
Setelah itu, calon eksportir wajib membuat Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) di Kantor
Bea Cukai di pelabuhan. Calon eksportir juga harus membayar pajak ekspor dan pajak ekspor
tambahan di advising bank atau bank yang kita pakai dalam pelayanan ekspor – impor sesuai
dengan yang tertera di sales contract.
Setelah urusan calon eksportir itu beres, perusahaan pengapalan akan memuat barang dan
menyerahkan beberapa dokumen bukti pengapalan. Bukti-bukti pengapalan itu selanjutnya
diserahkan eksportir kepada advising bank untuk meneruskannya ke bank devisa tempat
importir berada.
Importir akan menerima dokumen pengapalan jika sudah melakukan pembayaran kepada
bank devisa tempat ia berada. Dokumen ini sangat penting bagi importir karena itu adalah
syarat pengambilan barang impor-nya. Tidak itu saja. Untuk bisa mengambil barangnya,
importir juga harus menunjukkan bukti pembayaran terhadap agen jasa pengapalan barang
impornya.
Itulah dasar-dasar 4 langkah tata cara ekspor untuk pemula. Dengan memahami dasar-dasar
ini, setidaknya saat nanti kita datang ke Dinas Perdagangan untuk melakukan konsultasi tata
cara ekspor, kita tidak terlalu bingung lagi.
Jadi, tunggu apa lagi? Jika anda sudah punya produk dengan kualifikasi ekspor, kenapa tidak
mulai melangkah untuk ekspor?