Anda di halaman 1dari 8

1.

Badan Hukum, dalam bentuk :

 CV (Commanditaire Vennotschap)
 Firma
 PT (Perseroan Terbatas)
 Persero (Perusahaan Perseroan)
 Perum (Perusahaan Umum)
 Perjan (Perusahaan Jawatan)
 Koperasi

1. Memiliki NPWP (Nomor Wajib Pajak)


2. Mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah seperti:

 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Dinas Perdagangan


 Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian
 Izin Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing
(PMA) yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Klasifikasi Eksportir

Eksportir ini dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Eksportir Produsen, dengan syarat:

Sebagai Eksportir Produsen dalam upaya memperoleh legalitasnya seyogyanya memenuhi


persyaratan yang ditetapkan yaitu:

 Mengisi formulir isian yang disediakan oleh Dinas Perindag di Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota atau Propinsi, dan Instansi teknis yang terkait.

 Memiliki Izin Usaha Industri


 Memiliki NPWP
 Memberikan Laporan realisasi ekspor kepada Dinas Perindag atau instansi dan
pejabat yang ditunjuk (secara berkala setiap tiga bulan) yang disyahkan oleh Bank
Devisa dengan melampirkan surat pernyataan seperti: tidak terlibat tunggakan pajak,
tidak terlibat tunggakan perbankan, tidak terlibat masalah kepabeanan.

b. Eksportir Bukan Produsen, dengan syarat:

Sebagai Eksportir bukan Produsen untuk memperoleh legalitas seyogyanya memenuhi


persyaratan yang ditetapkan, yaitu:

 mengisi formulir isian yang disediakan oleh Dinas Perindag di Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota atau Propinsi dan Instansi teknis yang terkait
 Memiliki Surat Izin Usaha  Perdagangan
 Memiliki NPWP
 Memberikan Laporan realisasi ekspor kepada Dinas Perindag atau instansi/pejabat
yang ditunjuk (setiap tiga bulan) yang disahkan oleh Bank Devisa dengan
melampirkan surat pernyataan seperti tidak terlibat tunggakan pajak, tidak terlibat
tunggakan perbankan, tidak terlibat masalah kepabeanan
Kepabeanan

Apabila barang ekspor terkena pajak ekspor maka pajak ekspor harus dilunasi sebelum
dimasukkan ke sarana pengangkut. Pajak ekspor ini dihitung berdasarkan harga patokan
ekspor (HPE) dan harga patokan ekspor ini ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dalam
bentuk peraturan Menteri Perdagangan yang berlaku untuk suatu periode tertentu dengan
memerhatikan pertimbangan Menteri Teknis dan asosiasi terkait. HPE ini berpedoman pada
harga rata-rata internasional dan atau harga harga rata-rata FOB di beberapa pelabuhan di
Indonesia.

Tarif pungutan ekspor (TPE) yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah TPE yang
yang berlaku saat pemberitahuan ekspor barang (PEB) didaftarkan pada Kantor Pelayanan
Bea dan Cukai, begitu juga dengan HPE, HPE yang digunakan adalah HPE yang berlaku
pada saat PEB didaftarkan pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. Pembayaran pungutan
ekspor ini dapat dilakukan di Bank Devisa atau di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai:

Cara perhitungan pajak ekspor

1. Terhadap barang ekspor yang dikenakan tarif ad valorem (persentase), Pajak Ekspor


dihitung sebagai berikut: Pajak Ekspor = Tarif Pajak Ekspor x Harga Patokan Ekspor
x Jumlah Satuan Barang x Kurs
2. Terhadap barang ekspor yang dikenakan tarif ad naturam (spesifik), Pajak Ekspor
dihitung sebagai berikut: Pajak Ekspor = Tarif Pajak Ekspor x Jumlah Satuan Barang
x Kurs

Prosedur Kepabeanan untuk Proses Ekspor Barang

1. Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan terlebih dahulu ke kantor pabean
dengan mengisi dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB)
2. Pendaftaran PEB disertai dengan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dan dilengkapi
dokumen pelengkap. PEB disampaikan paling cepat 7 hari sebelum tanggal perkiraan
ekspor dan paling lambat sebelum barang ekspor masuk Kawasan Pabean. Dokumen
pelengkap pabean:

 Invoice dan Packing List
 Bukti Bayar PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak)
 Bukti Bayar Bea Keluar (dalam hal barang ekspor dikenai Bea Keluar)
 Dokumen dari intansi teknis terkait (dalam hal barang ekspor terkena ketentuan
larangan dan/atau pembatasan)

Pada Kantor Pabean yang sudah menerapkan sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik)
kepabeanan, eksportir/PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) wajib menyampaikan
PEB dengan menggunakan sistem PDE Kepabeanan

1. Pelunasan pajak ekspor jika barang ekspor tersebut dikenai pajak ekspor.
Penyampaian PEB ini dapat dilakukan oleh eksportir atau dikuasakan kepada PPJK
2. Pemeriksaan fisik baran

2. g ekspor dan penelitian dokumen


3. Persetujuan dan pemuatan barang ekspor ke sarana pengangkut
 yarat
Menjadi Eksportir, Syarat Kelengkapan Dokumen
dan Prosedur Ekspor
Untuk menjadi sebuah Perusahaan ekspor harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:

1.  Badan Hukum, dalam bentuk :

1.       CV (Commanditaire Vennotschap)

2.       Firma

3.       PT (Perseroan Terbatas)

4.       Persero (Perusahaan Perseroan)

5.       Perum (Perusahaan Umum)

6.       Perjan (Perusahaan Jawatan)

7.       Koperasi

2. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

3. Mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah seperti:

 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Dinas Perdagangan


 Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian
 Izin Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman
Modal Asing (PMA) yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM)

Syarat-syarat Kelengkapan Dokumen dan Prosedur Export :

 Proses customs clearance untuk pengurusan keberangkatan barang-barang ekspor


secara umum memerlukan beberapa dokumen-dokumen dari perusahaan eksportir
sebagai berikut :

    Surat Ijin Usaha Perusahaan ( SIUP )

    Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP )

    Invoice / Packing List Barang Ekspor

Prosedur Ekspor :
                                  

Setelah memenuhi persyaratan tersebut diatas, maka untuk melaksanakan ekspor


dengan cara pembayaran menggunakan Letter of Credit L/C prosedurnya sebagai
berikut:

1.     Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir di luar negeri sampai


mendapatkan kecocokan harga mutu, desain, pengiriman dan akhirnya terjadi
kontak jual beli.

2.     Importir menghubungi Bank pembuka untuk membuka L/C yang ditujukan
kepada eksportir.

3.     Bank pembuka meneruskan L/C kepada bank koresponden di tempat eksportir.

4.     Bank koreponden meneruskan L/C kepada eksportir.

5.     Eksportir menyiapkan barang yang dipesan importir.

(Eksportir menghubungi Independen Surveyor untuk mengatur pemeriksaan


barang ) Jika diperlukan

6.     Eksportir atau melalui jasa PPJK memuat barangnya ke kapal atau pesawat
terbang untuk mendapat bill of lading (B/L) atau Air Waybill (AWB) sebagai bukti
kepemilikan barang yang telah di muat dalam kapal atau pesawat terbang.

7.     Eksportir mendapatkan pemberitahuan ekspor barang ke Bank koresponden


dengan melengkapi persyaratan yang ditetapkan.

8.     Eksportir atau melalui PPJK (Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan)


EMKL/EMKU meminta persetujuan muat barang (Flat Muat) kepada Bea Cukai

9.     Eksportir atau melalui jasa PPJK mengajukan permohonan untuk mendapatkan
SKA (Surat Keterangan Asal) ke kantor wilayah Department Perindustrian dan
Perdagangan atau kantor Department Perindustrian dan Perdangan setempat
apabila di perlukan.

10.  Bank koresponden menegosiasikan (membeli) wesel yang diajukan ekportir,


setelah meneliti kebenaran dokumen yang diajukan eksportir.

11.  Selanjutnya dokumen-dokumen pengapalan dikirimkan oleh bank koresponden


kepada bank pembuka untuk mendapat ganti pembayaran (reimbursement)

12.  Bank pembuka memeriksa dokumen-dokumen tersebut apakah sesuai dengan

13.  Importir membayar atau meminta bank pembuka untuk mendebet rekeningnya
pada bank tersebut
 

14.    Setelah importir membayar dokumen-dokumen tersebut, maka bank pembuka


menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada importir untuk pengeluaran
barand dari pabean.

1. Membuat Surat Kontrak Penjualan atau Sales Contract Process


2. Penerbitan Surat Jaminan Pembayaran Importir kepada Eksportir atau Letter of Credit (L/C)
Opening Process
3. Penerbitan Dokumen Pengapalan/Pengiriman atau Cargo Shipment Process
4. Pencairan Dokumen Pengapalan/Klaim Atas Barang yang Sudah Dibayarkan Importir atau
Shipping Documents Negotiations Process

Untuk lebih gamblangnya, mengenai pengertian dari 4 langkah tata cara ekspor itu, mari kita
kupas satu per satu.

Membuat Surat Kontrak Penjualan


Surat Kontrak Penjualan atau Sales Contract Process adalah dokumen persetujuan antara
eksportir dengan importir untuk melakukan proses jual beli. Dokumen ini berisi syarat
pembayaran, harga, mutu, jumlah, cara pengangkutan/pengiriman, asuransi, dan lainnya.

Mungkin anda bertanya-tanya, kenapa di langkah pertama, tiba-tiba harus membuat dokumen
kontrak? Sudah benar jika anda mempertanyakan hal tersebut. Sebab, sebelum masuk
keempat langkah tersebut, memang ada proses yang sudah berjalan.

Seperti apa prosesnya?

1. Promosi

Yang pertama adalah promosi. Gampangnya begini. Ketika kita akan berjualan, yang perlu
dilakukan pertama kali untuk memasarkan barangnya adalah promosi. Karena ini konteksnya
ekspor, maka yang dicari adalah calon pembeli di luar negeri atau calon importir.

Ada banyak cara untuk melakukan promosi. Misalnya, menggunakan media online,
elektronik, koran, majalah atau mengikuti pameran dagang. Bisa juga berkomunikasi dengan
Kamar Dagang dan Industri, atase perdagangan, dan lainnya. Lembaga-lembaga tersebut
berfungsi untuk membantu mempromosikan komoditi/produk siap ekspor pengusaha
Indonesia.

2. Inquiry

Jika dari promosi tadi anda mendapatkan calon pembeli yang berminat, maka calon importir
tersebut akan mengirimkan surat permintaan suatu komoditas tertentu (letter of inquiry).
Surat ini biasanya berisi deskripsi barang, mutu, harga, dan waktu pengiriman

3. Offer Sheet

Selanjutnya, kita, yang akan mengekspor, harus menanggapi permintaan calon importir tadi
dengan mengirimkan offer sheet. Offer sheet ini berisi keterangan sesuai permintaan importir
mengenai deskripsi barang, mutu, harga, dan waktu pengiriman. Dalam offer sheet juga
diinformasikan mengenai ketentuan pembayaran dan pengiriman sampel/brosur.

4. Order Sheet

Setelah calon importir mendapatkan penawaran dari kita, sebagai calon eksportir, dan
mempelajari offer sheet itu, jika mereka setuju, maka mereka akan mengirimkan surat
pesanan dalam bentuk order sheet (purchase order) kepada kita.

5. Sale’s Contract

Sesuai dengan data dari order sheet, selanjutnya eksportir akan menyiapkan surat kontrak
jual beli (sales contract) yang ditambah keterangan klausul bencana alam dan klausul
inspeksi. Sales contract ini ditandatangani oleh eksportir dan dikirimkan sebanyak 2 rangkap
kepada importir.

6. Sale’s Confirmation

Calon importir akan mempelajari dokumen/surat jual beli tersebut. Apabila importir setuju,
maka  sales contract tersebut akan ditandatangani oleh importir untuk kemudian
dikembalikan kepada eksportir sebagai sales confirmation. Sedangkan, 1 copy lain dari sales
contract ini akan disimpan oleh importir.

L/C Opening Process
Setelah ada sales contract atau surat jual beli, proses berikutnya adalah;

 Importir akan meminta bank devisa untuk membuka letter of credit, surat jaminan atas uang
yang akan dibayarkan kepada calon eksportir sesuai kesepakatan yang tertera dalam sales
contract.
 Bank devisa (opening bank) akan membuka letter of credit di bank jaringannya yang ada di
negara eksportir. Bank ini kita sebut sebagai advising bank.
 Advising Bank ini akan memeriksa keabsahan dari letter of credit  dari bank devisa calon
importir tadi. Jika sudah benar, advising bank akan mengirimkan letter of credit sebagai
jaminan atas barang yang akan diekspor.
Cargo Shipment Process

Setelah eksportir menerima letter of credit dari advising bank, maka yang harus dilakukan
oleh kita, sebagai calon eksportir, adalah:

 Calon eksportir memesan kapal di perusahaan pengapalan ekspor – impor. Proses ini tetap
mengacu pada ketentuan yang ada di sales contract.
 Setelah itu, calon eksportir wajib membuat Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) di Kantor
Bea Cukai di pelabuhan. Calon eksportir juga harus membayar pajak ekspor dan pajak ekspor
tambahan di advising bank atau bank yang kita pakai dalam pelayanan ekspor – impor sesuai
dengan yang tertera di sales contract.
 Setelah urusan calon eksportir itu beres, perusahaan pengapalan akan memuat barang dan
menyerahkan beberapa dokumen bukti pengapalan. Bukti-bukti pengapalan itu selanjutnya
diserahkan eksportir kepada advising bank untuk meneruskannya ke bank devisa tempat
importir berada.
 Importir akan menerima dokumen pengapalan jika sudah melakukan pembayaran kepada
bank devisa tempat ia berada. Dokumen ini sangat penting bagi importir karena itu adalah
syarat pengambilan barang impor-nya. Tidak itu saja. Untuk bisa mengambil barangnya,
importir juga harus menunjukkan bukti pembayaran terhadap agen jasa pengapalan barang
impornya.

Shipping Document Negotiation Process


Ini adalah proses pengambilan uang yang telah dibayarkan oleh importir ke bank. Syarat
untuk klaim uang atas barang yang sudah dikirimkan adalah dokumen dari perusahaan
pengapalan yang sudah mengirimkan barang kepada importir.
 Setelah menerima dokumen dari perusahaan pengapalan, eksportir akan menyiapkan
dokumen lain yang disyaratkan dalam letter of credit, misalnya invoice, packing list, surat
keterangan negara asal, daftar packing, dan lainnya. Setelah persyaratan itu semua lengkap,
selanjutnya diserahkan kepada advising bank untuk memperoleh pembayaran sesuai yang
ada di letter of credit.
 Untuk mengeluarkan uang pembayaran, advising bank akan memeriksa kelengkapan dan
keakuratan dokumen pengiriman barang.
 Jika sudah lengkap, dokumen-dokumen pengiriman barang itu akan dikirimkan kepada bank
devisa di negara importir untuk mendapatkan uang pembayaran untuk eksportir.
 Bank devisa akan memeriksa kelengkapan dokumen yang mereka terima. Jika sudah sesuai,
bank devisa akan melunasi pembayaran kepada advising bank di Jakarta.
 Kemudian, bank devisa menyerahkan dokumen itu kepada importir yang akan ia gunakan
untuk mengambil barang yang diimpor.

Itulah dasar-dasar 4 langkah tata cara ekspor untuk pemula. Dengan memahami dasar-dasar
ini, setidaknya saat nanti kita datang ke Dinas Perdagangan untuk melakukan konsultasi tata
cara ekspor, kita tidak terlalu bingung lagi.

Jadi, tunggu apa lagi? Jika anda sudah punya produk dengan kualifikasi ekspor, kenapa tidak
mulai melangkah untuk ekspor?

Anda mungkin juga menyukai